Spesifikasi Teknis

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 45

BAB XII

SPESIFIKASI TEKNIS DAN GAMBAR

A. UMUM
A. Peralatan Pemborong
Pemborong harus menyediakan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan,
minimal adalah sebagai berikut :
1) Mobil Pik Up.
2) Molen.
3) Stemper
4) Gerobak.
5) Cangkul.
6) Sekop.
7) Meteran.
8) Dll.

Sebelum dimulai pekerjaan semua peralatan harus disetujui oleh Kuasa Pengguna
Anggaran/PPK.

Pasal 1
JENIS PEKERJAAN

1. Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah :

RENOVASI GEDUNG KANTOR RUMAH IBADAH (DAK)

2. Pemborong harus melaksanakan pula sarana-sarana penunjang seperti :


Instalasi listrik dan armatur-armaturnya, dan segala sesuatu yang nyata-nyata
dalam dokumen pelaksanaan dan gambar rencana.

3. Untuk kelancaran pelaksanaan, pemborong harus menyediakan :

a. Tenaga Kerja/tenaga ahli yang cukup memadai dengan pekerjaan yang


dilaksanakan.
b. Alat-alat bantu seperti pengaduk beton, pompa air, alat-alat pengangkutan
dan peralatan lain yang diperlukan dalam pelaksanaan.
c. Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap pekerjaan
yang akan dilaksanakan tepat pada waktunya.

1
Pasal 2
STANDAR STANDAR PELAKSANAAN

Apabila tidak ditentukan lain , dalam pelaksanaan pekerjaan ini berlaku dalam
mengikat ketentuan-ketentuan yang tersebut dibawah ini dan dianggap rekanan
telah mengetahui dan memahaminya termasuk ( Apabila ada ) segala perubahan
dan tambahannya sampai saat ini yaitu :

1. SNI 03 2407 1991 : Prosedur Pengecatan Kayu


2. SNI 03 3233 1998 : Prosedur Pengawetan Kayu
3. SNI 03 1728 1989 : Prosedur Pelaksanaan Mendirikan Bangunan
4. SNI 03 2404 1991 : Prosedur Pencegahan Rayap
5. SNI 03 2410 1991 : Prosedur Pengecatan Dinding Tembok dengan Cat
Emulsi
6. SNI 03 2916 1992 : Sumur Gali untuk sumber air
7. SNI 03 2408 1991 : Prosedur Pengecatan Logam
8. SNI 03 3449 1994 : Prosedur Rencana Pembuatan Campuran Beton Ringan
dengan Agregat Ringan
9. SNI 03 3976 1995 : Prosedur Pengadukan Tiang Pengecoran Beton
10. SNI 03 3834 1992 : Prosedur Rencana Campuran Beton Normal
11. SNI 03 2403 1991 : Prosedur Pemasangan Balok Beton Terkunci untuk
Permukaan Jalan
12. SNI 03 1735 1989 : Prosedur Perencanaan Bangunan dan Lingkungan untuk
Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah
dan Gedung.
13. SNI 03 1736 1989 : Prosedur Perencanaan Struktur Bangunan
14. SNI 03 2914 1992 : Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air
15. SNI 03 4433 1997 : Spesifikasi Beton Siap Pakai
16. SNI 03 4827 1998 : Spesifikasi Campuran Cat Siap Pakai Berbahan Dasar
Minyak

Pasal 3
PERSYARATAN BAHAN BAHAN BANGUNAN

1. Air
Air untuk adukan dan perawatan beton harus bersih bebas dari bahan-bahan
yang merusak atau yang akan mempengaruhi mutu adukan . adukan beton yang
akan dihasilkan, kalau perlu dapat dilakukan pengujian-pengujian laboratorium
test.

2. Tanah / timbun / urug


Tanah yang dipergunakan untuk pekerjaan timbunan harus bersih dari tanah
humus maupun akar kayu serta rumput, bebas sampah dan bebas dari bahan-
bahan organis. Tanah urug harus dihampar dalam lapisan-lapisan setebal tidak
lebih dri 20 cm agar dapat mengatur kepadatan yang merata untuk seluruh
tebalnya. Tanah urug harus dibasahi secukupnya ( sebelum pemadatan ) untuk
mendapatkan kepadatan yang dipersyaratkan.

2
3. Pasir/agregat halus ( bagian A. SKSNI S-04-1989 F 6.1 )
a. Pasir yang dipergunakan dapat berupa pasir alam hasil dari dissentekrasi alami
batuan atau dapat berupa hasil dari pemecahan batu dari alat mekanis.
b. Agregat harus terdiri dari butir-butir yang keras. Butir-butir agregat halus harus
bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh-pengaruh
cuaca seperti terik matahari dan hujan.
c. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % ( ditentukan
terhadap berat kering ) yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian
yang dapat melalui ayakan 0.063 MM . Apabila kadar lumpur melampui 5 %
maka agregat halus harus dicuci.
d. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu beton
kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-bahan
yang diakui.

4. Kerikil/agregat kasar ( Bagian A, SKSNI S - 04 - 1989 )


a. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil sebagai hasil yang disentegrasi
alami dari batuan-batuan atau berupa bentuk pecahan yang diperoleh dari
pemecahan batu-batu pada umumnya yang dimaksud dengan agregat kasar
adalah agregat yang besar butirannya lebih dari 5 MM.
b. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak berpori. Agregat
yang mengandung butir-butir pipih hanya dapat dipakai apabila jumlah butir-
butir pipih terswbut tidak melampaui 20 % dari berat agregat keseluruhannya.
Butir-butir agregat kasar harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur
oleh pengaruh-pengaruh cuaca seperti terik matahai dan hujan.
c. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1 % ( ditentukan
terhadap berat kering ) yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian
yang dapat melalui ayakan 0.063 MM. Apabila kadar lumpur melampaui dari 1
%, maka agragat harus dicuci.
d. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak beton,
seperti zat-zat yang reaktif alkali.
e. Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari pada seperlima jarak
terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan, sepertiga dari tebal plat
atau berkas-berkas tulangan. Penyimpangan dari pembatasan ini diizinkan
apabila menurut penilaian pengawas ahli cara-cara pengecoran beton
adalah sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadi sarang-sarang kecil.

5. Semen ( Bagian A. SKSNI S - 04 - 1989 - F )


a. Semen yang digunakan harus semen yang bermutu tinggi, berat dan
volumenya tidak kurang dari ketentuan yang tercantum pada kantongnya
pada semennya tidak terjadi pembatuan atau bongkah-bongkah kecil.
b. Semen untuk konstruksi beton bertulang dipakai jenis-jenis semen yang
memenuhi ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang ditentukan dalam SII
0013-81.
c. Pemakaian semen untuk setiap campuran dapat ditentukan dengan ukuran isi
atau berat ukuran semen tidak boleh mempunyai kesalahan lebih dari 2,5 %

3
6. Batu-bata ( SII 0021 - 78 )
a. Batu bata yang digunakan harus batu bata yang mempunyai sarat mutu
seperti yang ditentukan dalam ( SII 0021 - 78 )
b. Batu bata yang digunakan harus batu bata yang sempurna masaknya tidak
rapuh bila direndam dalam air tidak akan lhancur, batu bata sebelum
digunakan harus direndam dalam air.
c. Batu bata yang digunakan harus mempunyai ukuran yang memenuhi
persyaratan yang tercantum dalam PUBI - 1980.

7. Baja tulangan ( SII 0136 - 1984 )


a. Baja tulangan untuk penulangan beton yang digunakan harus bebas dari
kotoran-kotoran, lemak, kulit gilingan, karat lepas dan bahan-bahan lain yang
dapat mengurangi daya lekat beton terhadap baja tulangan.
b. Diameter baja tulangan yang digunakan harus sesuai dengan diameter yang
ditentukan dalam gambaran-gambaran rencana atau gambar detail.
c. Jika ternyata dalam pemeriksaan pengawas, diameter baja yang
dimaksudkan tidak sesuai dengan diameter baja yang akan dipakai, maka
pemakaianya harus dikonsultasikan terlebih dahulu dengan konsultan
pengawas.
d. Penyimpangan pengunaan baja tulangan dari ketentuan-ketentuan yang
berlaku dinyatakan tidak dapat diterima.

8. Kayu ( SK SNI S-0501990 )


a. Kayu yang digunakan harus kayu yang memenuhi persyaratan seperti yang
tercantum dalam spesifikasi ukuran kayu untuk bangunan.
b. Kayu yang digunakan harus kayu yang berkualitas baik, tidak mempunyai
cacat dinyatakan tidak dapat diterima seperti mata kayu celah-celah susut
pinggir dan cacat lainnya, tidak boleh digunakan hati kayu.
c. Jenis dan ukuran kayu yang digunakan antara lain:
- Untuk bowplank sekelas kayu meranti 2/20 cm
- Untuk Patok sekelas Kayu meranti 5/7 cm
- Untuk mal beton sekelas kayu meranti 2/20 cm
- Untuk Pintu Panel digunakan sejenis kayu Tembusu dan kering udara.

9. Cat dan sejenisnya ( SNI 1253 - 2989 - A )


a. Cat dan sejenisnya adalah yang berkualitas baik, memenuhi persyaratan.
b. Cat dan sejenisnya digunakan adalah hasil dari pabrik yang sama dan
produksi dalam negeri.

10. Kaca Lembaran SNI 0047-1989-A


Kaca lembaran yang digunakan harus yang memenuhi persyaratan yang
tercantum dalam PUBI - 1980 dan mengenai uji kaca menurut SI 0.189-79 kaca
yang digunakan adalah tebal 5 MM.

4
11. Penggantung dan Pengunci SNI 0323-89-A
a. Alat penggantung dan pengunci yang dipakai adalah yang berkualitas baik,
homogen tidak mudah berkarat dan tidak mudah rusak untuk jangka waktu
yang relatif lama.
b. Kunci tanam yang dipakai harus berkualitas baik, kuat tidak mudah berkarat
dan tidak cepat rusak untuk jangka waktu yang relatif lama, kunci tanam
didalam ruangan dipakai kunci sekali putar, sedang untuk pintu yang
berhubungan dengan luar dipakai kunci 2 kali putar.
c. Grendel yang dipakai harus yang berkualitas baik, kuat dan tidak mudah
berkarat
d. Expanolet yang dipakai harus yang berkualitas baik, tidak mudah berkarat
dan handel penguncinya tidak cepat rusak untuk jangka waktu yang relatif
lama.
e. Engsel yang dipakai untuk jendela sejenis pomel ( engsel peluru ) yang
berkualitas baik.

12. Alat Instalasi listrik ( SNI 0225-87-D)


a. Alat-alat instalasi yang boleh dipakai harus yang berkualitas baik, sesuai
dengan iklim di Indonesia, harus memenuhi syarat-syarat teknis dan telah diuji
oleh badan penguji yang diakui.
b. Alat-alat instalasi yang boleh dipakai untuk ruang/tempat khusus harus sesuai
dengan keadaan tempat dimana instalasi itu dipasang.
c. Alat-alat instalasi seperti kabel ( SII 0209-79), stop kontak ( SII-0580-81), sakelar
( SII-0578-81), Fitting dan sebagainya harus mempunyai tanda-tanda yang
jelas megenai kemampuan arusnya. Uji/pengetesan LMK dengan tanda
stempel LMK pada kulit kabelnya.
d. Untuk pemakaian lampu-lampu bukan seperti TL dan lain sebagainya yang
dapat meyebapkan turunya faktor kerja, melampaui batas yang dibenarkan
harus dilengkapi dengan kondensor.

13. Alat Instalasi Air.


a. Alat-alat air berupa pipa, socket, floor drain dll harus dipakai yang berkualitas
baik, tidak mudah berkarat seperti paralon dan sebagainya.
b. Ukuran alat-alat Instalasi air disesuaikan dengan kondisi di lapangan misalnya
saluran air bersih dipakai pipa diameter 3/4 dan 1/2 sedangkan saluran air
limbah dipakai pipa diameter 3 sampai 4
c. Peralatan penunjang Instalasi air seperti kran air, mesin pompa dan bak
penampungan air dipakai yang berkualitas baik dan tahan terhadap iklim
setempat.

Pasal 4
PENYIMPANAN BAHAN-BAHAN

1. Semen
a. Semen harus ditempatkan / dismpan dalam gudang tertutup, ditempat yang
kering tidak menjadi lembap tidak mudah rusak dan tidak mudah tercampur
dengan bahan-bahan lain.

5
b. Semen yang sudah tersimpan lama maka sebelum dipakai harus diperiksa
dahulu ke Pengawas.

2. Agregat
Antarara agregat halus dan agregat kasar penyimpanannya terpisah. Jika
tempat dasar selalu basah pada musim hujan, maka sebaiknya penempatannya
harus didasari alas/papan.

3. Batu bata.
a. Batu bata harus ditumpuk diatas tanah rata dengan tumpukan yang rapi
sehingga tidak mudah pecah.
b. Batu bata tidak boleh dibebani oleh barang-barang berat, sebaiknya diberi
penutup untuk melindungi dari hujan.

4. Baja tulangan
Baja tulangan tidak boleh disimpan/ditumpuk langsung diatas tanah, tetapi diberi
alas/ganjal berupa balok-balok. Penimbunan ditempat terbuka dalam waktu
lama harus dihindarkan.

5. Bahan-bahan lain
Untuk penyimpanan bahan-bahan berupa bahan-bahan yang tidak tahan
cuaca sebaiknya ditempatkan digudang penyimpanan.

Pasal 5
PERSIAPAN PEKERJAAN

1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan pemborong harus mempersiapkan jalur jalan


kelokasi proyek untuk memasukkan bahan penggunaan kelokasi proyek.

2. Sebelum dimulai pekerjaan fisik, terlebih dahulu areal lokasi seluas yang
ditentukan oleh pengawas harus dibersihkan dari semak-semak dan pohon-
pohon yang akan mengganggu kelancaran pekerjaan.

3. Sebelum pelaksanaan pekerjaan maka pemborong merundingkannya terlebih


dahulu dengan pengawas mengenai pembagian halaman kerja untuk tempat
mendirikan kantor, gudang dan los kerja, tempat penimbunan bahan-bahan dan
lain sebagainya.

4. Untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan di lokasi, maka pemborong dengan


biaya sendiri harus menyediakan kantor dengan perlengkapannya gudang
tempat penyimpanan bahan-bahan dan alat-alat pekerjaan serta los kerja
tempat mengerjakan bahan-bahan.

5. Kantor, gudang dan los kerja baru dapat dibongkar setelah pekerjaan selesai 100
% dan pembongkarannya mendapat persetujuan dari pengawas.

6
Pasal 6
PEMASANGAN BOWPLANK DAN PEIL BANGUNAN

1. Pengukuran
a. Letak pondasi dan kedudukan bangunan disesuaikan dengan gambar kerja,
bangunan, pemasangan papan Bowplank harus benar-benar kuat waterpass
dan siku.
b. Pemborong harus membuat ukuran duga tetap diluar bangunan dari bahan
beton berukuran 10 x 10 cm ( permanen)
c. Ukuran-ukuran ketinggian lantai dari titik kurang 0.00 ditentukan dalam
gambar.
d. Pengukuran dilakukan mempergunakan alat ukur apabila lokasi pekerjaan
telah bersih .

2. Bowplank
a. Bowplank terbuat dari papan yang bagian atasnya dipakukan pada patok
kayu persegi 5/7 cm yang tertanam dalam tanah cukup kuat.
b. Bagian atasnya dari papan bowplank harus waterpass ( horizontal dan siku ) .
c. Pemasangan papan bowplank dilaksanakan pada jajrak 1.5 M dari as
bangunan.

3. Feil bangunan
Titik lebih kurang 0.00 untuk permukaan lantai bangunan ditetapkan bersama-
sama Direksi, konsultan pengawas dan pemborong dan dinyatakan dengan
patok tetap tertanam cukup dalam tanah terbuat dari beton.

Pasal 7
PEKERJAAN GALIAN TANAH

1. Sebelum memulai pekerjaan galian tanah lokasi pekerjaan sudah siap dibersihkan
terlebih dahulu dan dibuang ketempat yang ditentukan.

2. Lebar dalam bentuk galian tanah harus dikerjakan sesuai menurut ukuran yang
tercantum dalam gambar rencana dan gambar detail pondasi.

3. Pekerjaan galian tanah dilakukan untuk lobang pondasi, lobang saluran keliling
bangunan dan lain sebagainya.

4. Tanah hasil galian tanah yang tidak dapat dipergunakan untuk menimbun
lobang-lobang harus dibuang pada tempat yang ditentukan pengawas
lapangan.

Pasal 8
PEKERJAAN CAMPURAN

1. Pekerjaan campuran semen pasir, pasir dan air yang disebut adukan atau
merupakan jumlah semen yang dipakai dalam setiap campuran ditentukan
dengan ukuran isi, seperti sebagai berikut :

7
a. Adukan 1 : 2 untuk adukan kedap air
Berari menggunakan 1 Zak semen : 2 Zak pasir
b. Adukan 1 : 3 untuk Afwerking beton
Berari menggunakan 1 Zak semen : 3 Zak pasir
c. Adukan 1 : 4 menggunakan adukan biasa
Berarti menggunakan 1 Zak semen : 4 Zak pasir

2. Pekerjaan campuran semen, pasir, kerikil dan air yang disebut beton jumlah
semen yang dipakai setiap campuran untuk beton mutu BO, B1 dan K 125
ditentukan dengan ukuran isi, sedangkan jumlah semen yang dipakai dalam
setiap campuran untuk beton mutu K 175 dan mutu yang lebih tinggi ditentukan
dengan ukuran berat atau direncanakan sebagai berikut :
a. Untuk beton mutu BO dengan beton 1 : 3 : 5
Berari menggunakan 1 zak semen : 3 Zak pasir : 5 Zak kerikil
b. Untuk beton mutu B1 dan K 125 dengan beton 1 : 2 : 3
Berarti menggunakan 1 Zak semen : 2 Zak pasir : 3 Zak kerikil
a. Bahan tes labor untuk beton mutu K 125 dan mutu yang lebih tinggi dengan
beton 1 : 2 : 3 dipakai perbandingan ukuran berat ( petunjuk labor )

3. Pengadukan mutu adukan dan beton mutu BO sedapat mungkin diaduk dengan
menggunakan mesin pengaduk, sedangkan untuk beton mutu B1 hingga mutu
yang lebih tinggi harus menggunakan mesin pengaduk.

4. Penyimpangan terhadap ketentuan ini tidak dapat diterima dan pekerjaan


dinyatakan ditolak, sedagkan pekerjaan yang dihasilkannya harus dibongkar dan
kerugian yang diakibatkannya sepenuhnya menjadi resiko pemborong.

Pasal 9
PEKERJAAN PONDASI

1. Sebelum memulai pekerjaan pondasi, maka semua lubang-lubang untuk pondasi


harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari pengawas lapangan
mengenai ketepatan ukuran dan bentuknya, sebelum mendapatkan
persetujuan dari pengawas lapangan maka pelaksanaan untuk pekerjaan
pondasi belum dapat dilakukan.

2. Apabila didalam lubang pondasi dimana akan dilaksanakan pemasangan


pondasi terdapat genangan air , maka air tersebut harus dipompakan keluar
lobang terlebih dahulu dan dialirkan ketempat yang ditentukan oleh pengawas
lapangan.

3. Dasar pondasi diurug dengan pasir setebal 5 cm dan dipadatkan.

4. Pondasi penghubung Cor Beton dengan campuran 1 Pc : 3 Psr : 5 Kerikil.

5. Pondasi Plat setempat cor beton bertulang 1 Pc : 2 Psr : 3 Kerikil.

8
Pasal 10
PEKERJAAN BETON

1. Pelaksanaan pekerjaan beton harus berpedoman pada paersyartan-persyaratan


dan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam standarisasi SNI -T-15-1990-03.

2. Bahan-bahan pembuatan beton.


a. Semen untuk konstruksi beton harus bertulang dipakai jenis-jenis semen yang
memenuhi pernyaratan- dan ketentuan yang tercantum dalam peraturan
beton bertulang Indonesia ( SNI 1734 - 1989 F ).
b. Pasir beton untuk konstruksi beton bertulang harus terdiri dari butir-butir yang
keras dan tajam, kadar lumpur maksimum 5 % dan tidak boleh terlalu banyak
mengandung bahan-bahan organik dan mempunyai butir yang beraneka
ragam besarnya antara 0 MM sampai 1 MM.
c. Kerikil beton untuk konstruksi beton bertulang terdiri dari butir-butir yang keras
dan tidak berpori, kadar lumpur maksimum 1 % apabilia kadar lumpur
melampaui kadar maksimum maka kerikil beton harus dicuci, berukuran
antara zat-zat 1 cm sampai 3 cm. kerikil tidak mengandung zat-zat yang
dapat merusak beton seperti zat-zat reaktif alkali.
d. Batang tulangan yang digunakan harus bebas dari kotoran-kotoran lemak,
kulit giling, karat lepas serta bahan-bahan yang mengurangi daya lekat
beton.
e. Air yang digunakan harus bersih, tidak mengandung lumpur, minyak dan
kotoran-kotoran lainnya, penggunaan air sumur dan air kali harus mendapat
izin dari pengawas lapangan.

3. Kelas dan mutu beton


a. Beton kelas 1 mutu BO.
- Beton untuk pekerjaan-pekerjaan non konstruksi.
- Pelaksanaannya tidak memerlukan keahlian khusus
- Pengawasan ringan terhadap mutu bahan-bahan
- Tanpa pengawasan terhadap kekuatan tekan.

a. Beton Kelas 2 mutu B1


- Beton untuk pekerjaan-pekerjaan strukturil.
- Pelaksanaanya memerlukan keahlian yang khusus
- Pengawasan sedang terhadap mutu bahan-bahan
- Tanpa pengawasan mutu terhadap kekuatan tekan.

4. Campuran beton.
a. Untuk beton mutu BO dipakai campuran yang biasa dipakai untuk pekerjaan-
pekerjaan non strukturil dengan perbandingan 1 : 3 : 5 dalam perbandingan
isi.
b. Untuk beton mutu BI dan K 125 dipakai campuran nominal semen, pasir dan
kerikil dalam perbandingan isi 1 : 2 : 3 atau 1 : 1,5 : 2,5
c. Pengukuran semen tidak boleh mempunyai kesalahan lebih kurang dari 2,5 %

9
5. Kekentalan adukan beton
a. Kekentalan ( konsistensi ) adukan harus disesuaikan dengan cara transport
cara pamadatan,jenis konstruksi yang bersangkutan dan kerapatan
tulangan. Jumlah semen minimum dan nilai faktor air semen maksimum harus
memperhatikan syarat-syrat dan ketentuan-ketentuan SNI-15 11990-03.

b. Untuk mencegah penggunaan adukan terlalu kental atau terlalu encer,


maka campuran beton harus memperhatikan niai-nilai slump yang tercantum
dalam SNI 1972-1990-F.

6. Cetakan dan acuan


a. Cetakan dan acuan harus kokoh dan cukup rapat sehingga tidak terjadi
kebocoran yang dituangkan kedalam cetakan.
b. Cetakan harus diberi ikatan-ikatan secukupnya, sehingga dapat terjamin
kedudukan dan bentuk yang kuat serta tetap.
c. Cetakan harus dibuat dari bahan-bahan yang baik dan tidak mudah
meresap air dan dipasang sedemikian rupa, sehingga pada waktu
pembongkaran cetakan tidak terjadi kerusakan pada beton.
d. Pada pelaksanaan beton 3, air beton tidak boleh benar-benar terserap oleh
cetakan, oleh sebap itu cetakan harus dilapisi dengan plastik atau bahan
sejenis.

7. Pemasangan Tulangan
a. Tulangan harus dipasang sedemikian rupa sehingga sebelum dan selama
penge coran tidak berubah tempatnya, kawat ikat yang dipakai mutu SNI
0040-87-A.
b. Untuk ketepatan tebal penutup beton, tulangan harus dipasang dengan
penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu yang sama dengan
mutu yang akan di cor.

8. Pengadukan beton
a. Pengadukan beton pada semua mutu beton kecuali beton kelas 1 mutu BO
harus dilakukan dengan mesin pengaduk.
b. Selama pengadukan berlangsung, kekentalan adukan beton harus diawasi.
c. Apabila karena sesuatu hal adukan beton tidak memenuhi syarat minimal
seperti terlalu encer karena kesalahan pemberian air pencampur, sudah
mengeras sebagian atau tercampur dengan bahan-bahan asing, maka
adukan ini tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan dari tempat
pelaksanaanya.

9. Pengecoran dan pemadatan SNI T -15-1990-03


a. Untuk mencegah timbulnya rongga-rongga kosong dan sarang kerikil,
adukan beton harus dipadatkan selama pengecoran, pemadatan dapat
dilakukan dengan menumbuk-numbuk atau dengan memukul-mukul
cetakan atau dengan menggunakan alat pemadat mekanis/penggetar.

10
b. Pemadatan dengan menggunakan alat pemadat
mekanis/penggetar/vibrator harus mengikuti ketentuan-ketentuan yang
tercantum dalam peraturan beton bertulang Indonesia ( PBI - 1971).

10. Penutup beton


Tebal penutup beton minimum ( tidak termasuk plesteran ) sesuai dengan
penggunaanya adalah sebagai berikut :
a. Untuk kolom dan balok adalah 2,5 cm.
b. Untuk pondasi atau pekerjaan lainnya yang berhubungan langsung dengan
tanah adalah 3 cm.

11. Perawatan beton


Untuk mencegah pengeringan beton terlalu cepat, paling sedikit beton selama
dua minggu beton harus disiram terus menerus.

12. Pembongkaran cetakan beton


a. Cetakan tidak boleh dibongkar sebelum beton mencapai kekuatan yang
cukup untuk memikul berat dan beban-beban pelaksanaan lain yang
bekerja padanya.
b. Pada bagian-bagian konstruksi dimana akibat pembongkaran cetakan akan
bekerja beban yang lebih tinggi dari pada beban rencana dan akan terjadi
keadaan yang lebih berbahaya dari keadaan yang diperhitungkan, maka
cetakan tidak boleh dibongkar selama keadaan tersebut tetap berlangsung.

13. Pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan beton.


a. Pekerjaan beton untuk pondasi telapak setempat dan sloof.
1) Ukuran harus sesuai dengan yang tercantum pada gambar detail
pondasi dan sloof.
2) Diameter besi dan bentuk penulangan harus sesuai dengan gambar
detail pondasi dan sloof.

b. Pekerjaan beton untuk kolom


Pada setiap kolom konntrusi bagian atas dan bawah dilengkapi dengan
pariasi dari beton yang mempunyai bentuk seperti gambar.

c. Pekerjaan reng balok/balok


1) Diameter besi tulang dan tulang geser lentur disesuaikan dengan gambar
bestek.
2) Tinggi dan lebar harus disesuaikan dengan gambar bestek.

Pasal 11
PEKERJAAN DINDING

1. Pekerjaan dinding batu bata dibuat dengan pasangan 1/2 batu dimulai dari
permukaan balok sloof.

2. Pasangan batu bata pada dinding dengan adukan 1 Pc : 2 Psr ( Trassram )


dilaksanakan pada pekerjaan :

11
Pada semua pasangan batu bata mulai dari balok sloof hingga 30 cm diatas
dinding.

3. Pasangan batu bata selain yang terbuat diatas dipasang dengan adukan 1 Pc : 4
Psr.

4. Pemasangan batu bata pada dinding harus dikerjakan dengan sebaik-baiknya,


akan menghasilkan bidang yang rata, bidang dinding yang tidak rata atau
melingkar harus dibongkar.

Pasal 12
PEKERJAAN RANGKA ATAP, ATAP DAN LISTPLANK

1. Rangka atap terbuat dari Baja Ringan

2. Ketepatan Bentuk tampak dan ukuran Betangan dan ketinggian dari konsultan
Perencana, untuk Disain Detail ukuran baja ringan sesuai dengan gambar detail
kuda-kuda dari suplayer baja Ringan.

3. Atap yang dipakai pada bangunan ini adalah Atap Genteng Metal T=0.3mm.
Bidang atap tidak melihatkan adanya tanda-tanda cacat.

4. Lisplank terbuat dari Papan Kayu. Pemasangan Listplank harus benar-benar lurus,
sehingga apabila nanti ditutup dengan papan akan menghasilkan bidang yang
rata dan tidak bergelombang.

Pasal 13
PEKERJAAN LOTENG

1. Untuk rangka loteng plywood balok induk ukuran 5/10 cm, dipasang menurut
panjang ruangan dengan jarak 120 cm. Untuk balok pembagi yang digunakan
balok ukukran 5/7 cm.

2. Rangka loteng bagian bawah harus rapi, permukaan samping dan bagian atas
rangka loteng diresidu sampai rata, rangka loteng bagian bawah nantinya akan
dicat sesuai dengan warna cat pada loteng Triplek T=4mm.

3. Ketinggian pemasangan rangka loteng harus sesuai dengan gambar rencana


loteng, pemasangannya digantungkan pada balok kuda-kuda dengan
menggunakan balok 5/7 cm, yang kuat, pemasangan rangka loteng harus
benar-benar waterpass, sehingga apabila ditutup dengan Triplek T=4mm akan
menghasilkan suatu loteng yang rata dan rapi.

Pasal 14
PEKERJAAN PLESTERAN

1. Sebelum memulai pekerjaan plesteran, semua pipa-pipa untuk instalasi atau


instalasi air sudah tertanam cukup kuat didalam dinding dengan baik.

12
2. Sebelum memulai pekerjaan plesteran permukaan dinding batu bata yang akan
diplester harus disiram dengan air sampai benar-benar basah.

3. Dinding batu bata hingga ketinggian + 0,30 cm diplester dengan menggunakan


adukan 1 : 2.

4. Untuk afwerking permukaan beton dan plesteran bagian sudut luar bangunan
diplester dengan menggunakan 1 : 3

5. Dinding batu bata dengan ketinggian + 0,30 cm diplester dengan adukan 1 : 4

6. Pekerjaan plesteran harus rapi dan rata permukaanya, permukaan plesteran


dihaluskan dengan menggunakan campuran air semen.

Pasal 15
PEKERJAAN LANTAI

1. Sebelum pemasangan lantai dimulai terlebih dahulu dilakukan penimbunan tanah


dibawah permukaan lantai sesuai dengan ketinggian dari muka tanah dari
gambar Pelaksana konsultan perencana, yang sama dengan ketinggiaan Lantai
keramik sama dengan Bangunan RKB sudah ada berada di Posisi di depan
bangunan yang akan dibangun.

2. Penimbunan harus dilakukan selapis demi selapis setebal 40 cm padat,


pemadatan tanah timbun tidak boleh dilakukan dengan penyiraman dengan air,
Pemadatan tanah mengunakan alat Mesin stemper.

3. Diatas tanah timbun yang telah dipadatkan diberi lapisan pasir setebal 10 cm
padat, pemadatan pasir disiram dengan air.

4. Diatas Pasir Dilakukan Pengecoran Lantai kerja dengan Campuran 1 : 3 : 5,


dipadatkan dengan cara cara ditumbuk tumbuk.

5. Pekerjaan Lantai difinising dengan Keramik, dengan pemasangan waterpass


dengan nut yang lurus, pemasangan didalam ruangan mengunakan Keramik
yang licin, untuk diluar seperti selasar mengunakan Keramik dengan permukaan
kasar pemasangan dipasang miring kedepan dengan landai kemiringan 1%.

6. Pekerjaan Plint Keramik dengn dipasang tegak lurus dengan dinding dan
pemasangan plint keramik sebagus nya rata dengan pelasteran dinding atau
timbul keluar permukaan dinding maximal 1 Cm, untuk Type Keramik di sesuaikan
dengan dengan Bahan Keramik yang di pasang.

13
Pasal 16
PEKERJAAN PEMASANGAN INSTALASI LISTRIK

1. Pemasangan Instalasi Listrik harus dikerjakan oleh biro instalatur yang telah
mendapat pengesahan dari perusahaan listrik negara setempat dan disetujui oleh
Pimpinan Kegiatan.

2. Cara pemasangan Instalasi harus memenuhi ketentuan yang tercantum dalam


peraturan instalasi listrik dan peraturan lainnya yang berlaku di Indonesia.

3. Biro Instalatur bertanggung jawab atas instalasi yang dipasangnya selama lima
tahun.

4. Biro Instalatur wajib menyerahkan gambar instalasi yang dibuatnya dan telah
disahkan oleh perusahaan listrik negara kepada Pimpinan proyek.

5. Biro instalatur wajib menyerahkan kepada Pimpinan Proyek hasil pengujian instalasi
yang dipasangnya disertai surat pernyataan bermaterai bahwa seluruh instalasi
listrik dan syarat - syarat penyambungan listrik sebelum arus disalurkan.

6. Pengamanan arus yang dipakai adalah pemutus otomatis serta mampu


memutuskan hubungan pendek yaitu pengamanan arus jenis mini circuit breaker.

Pasal 17
PEKERJAAN LAIN-LAIN

1. Pemborong harus membersihkan lokasi bangunan yang telah selesai dikerjakan


seluas yang ditentukan pada waktu penjelasan pekerjaan dilapangan.

2. Pemborong harus memperbaiki kerusakan-kerusakan pada jalan-jalan, saluran-


saluran halaman dan lain sebagainya akibat dari pelaksanaan pekerjaan.

3. Pekerjaan yang belum tercantum pada spesifikasi umum ini secara terperinci dan
khusus akan dimuat dalam spesifikasi khusus.

14
B. KHUSUS

LINGKUP PEKERJAAN

1. Lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah :

RENOVASI GEDUNG KANTOR RUMAH IBADAH (DAK)

2. Rencana Kerja.
a. Kontraktor harus membuat rencana kerja pelaksanaan pekerjaan dengan Bar
chart (S-Curve) selambat-lambatnya 5 hari setelah terbitnya surat perintah
kerja dan diajukan kepada Direksi dan Pengelola teknis untuk mendapatkan
persetujuan.
b. Setelah mendapat persetujuan Direksi, Bar chart tersebut dipasang dikantor
Direksi dan menjadi rencana kerja resmi dan harus dilaksanakan sepenuhnya.
c. Bar chart (rencana kerja) ini akan dipakai oleh Direksi sebagai dasar untuk
menentukan segala sesuatu yang berhubungan dengan kemajuan /
keterlambatan prestasi pekerjaan dilapangan.

3. Jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan :


a. Pekerjaan Pendahuluan
b. Pekerjaan Pondasi
c. Pekerjaan Struktur
d. Pekerjaan Dinding
e. Pekerjaan Kozen Pintu dan Jendela
f. Pekerjaan Plasteran
g. Pekerjaan Plafond
h. Pekerjaan Listrik
i. Pekerjaan Lantai
j. Pekerjaan Pintu dan Jendela
k. Pekerjaan Alat Pengantung
l. Pekerjaan Pengecatan
m. Pekerjaan Rangka Atap
n. Pekerjaan Penutup Atap
o. Pekerjaan Luar Bangunan

A. GEDUNG KANTOR

Pasal 1
PEKERJAAN PENDAHULUAN

1. Pembongkaran dan Pembersihan


Sebelum pekerjaan dimulai kontraktor diharuskan mengadakan pembongkaran
bangunan lama dan membersihkan sisa bongkaran .

15
Sebelum memulai galian pondasi tanah humus harus dibuang terlebih dahulu
dan dibuang ketempat lain atau dipergunakan untuk membuat kebun
disekeliling bangunan.

2. Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank


a. Pihak Kontraktor pelaksana harus mengadakan pengukuran di lapangan yang
cukup teliti dengan pengukuran waterpass atau dengan segi tiga pitagoras,
sehingga didapat bangunan yang betul-betul siku.
b. Pekerjaan Bouwplank terdiri dari papan yang lurus dan datar (salah satu sisi
diketam halus) yang dipasang dikeliling bangunan yang akan dibangun
dipasang dengan paku pada pancang-pancang paku yang berjarak + 1,00 M,
dengan tinggi + 0.50 M diatas titik bangian tertinggi yang ada dilapangan.
Bouwplank harus dipasang + 1,00 M dari sisi terdepan dari bangunan yang
akan dibangun sehingga pada waktu penggalian pondasi bouwplank tidak
akan terganggu/bergeser.
c. Sebelum memasang bouwplank harus ditentukan secara kasar titik ujung
galian sebagai pokok dipasangkan 2 paku yang merupakan garis utama yaitu
garis terdepan bangunan. Garis ini akan selalu dapat diperiksa dengan
tali/benang. Garis ini tidak dapat dihilangkan sampai bangunan telah
mencapai ketinggian bouwplank.
3. Pengurusan IMB
Sebelum pekerjaan pelaksanaan fisik dimulai pemborong harus sudah mengurus
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada Dinas Tata Kota dengan syarat-syarat sesuai
ketentuan yang berlaku.

4. Papan Nama Proyek


Kontraktor pelaksana diharuskan membuat papan nama proyek yang
mencantumkan sekurang-kurangnya nama proyek, nama pekerjaan, nama
pelaksana, nama Direksi pengawas dan biaya pelaksanaan.

Pasal 2
PEKERJAAN PONDASI

a. Pekerjaan Tanah

1. Pekerjaan Tanah
a. Pekerjaan galian tanah pondasi dilaksanakan sesuai dengan gambar atau
sampai kedalaman tanah keras dan semua humus tanah dikeluarkan dari
galian serta tidak boleh terjadi longsoran tanah sampai masuk kegalian
pondasi.
b. Tanah yang akan dipergunakan untuk urugan, harus bersih dari kotoran atau
humus dan harus diambil dari lokasi yang telah disetujui direksi lapangan.
c. Galian tanah dikerjakan pada semua galian pondasi, pada saat pekerjaan
pondasi akan dilaksanakan keadaan galian harus benar-benar dalam
keadaan kering.

16
2. Pekerjaan Urugan Pasir
Dalam pelaksanaan pekerjaan urugan, tebal urugan harus sesuai dengan gambar
kerja.

3. Pekerjaan Cor Lantai Kerja


Pekerjaan cor lantai kerja dilakukan setelah urugan pasir bawah pondasi dengan
campuran 1 : 3 : 5 setebal 5 cm, yang terletak di bagian bawah pondasi.

4. Pekerjaan Urugan Bekas Galian


Urugan tanah kembali lubang hanya boleh dilaksanakan atas persetujuan dari
konsultan pengawas, setelah dilakukan pemeriksaan pekerjaan pasangan
pondasi.

b. Pekerjaan Pondasi

1. Pekerjaan Pondasi Setempat camp. 1 : 3


a. Pada pekerjaan pondasi setempat untuk kolom-kolom beton bertulang harus
dipasang stek-stek tulang yang besarnya sama dengan besar diameter tulang
kolom tersebut.
b. Khusus pondasi untuk yang berada diatas tanah urugan, kontraktor pelaksana
harus menyesuaikan kedalamnya sesuai dengan gambar kerja.

2. Pekerjaan Pondasi Beton Tumbuk 1 : 3


Pondasi menerus menggunakan beton tumbuk camp. 1 : 3, dengan ketinggian
pondasi disesuaikan dengan gambar kerja dan disetujui oleh konsultan pengawas.

Pasal 3
PEKERJAAN STRUKTUR

1. Pekerjaan Beton Untuk Sloof, Kolom, Balok dan Reng Balok.


Bahan yang dipakai :
a. Portland Cemen (PC) yang dipakai harus dari jenis menurut peraturan PC
Indonesia 1972 (SNI-2).
Semen harus dipakai ditempat kerja dalam kondisi baik, serta dalam kantong-
kantong semen asli dari pabrik dan satu macam produksi dalam negeri. Semen
harus tersimpan dalam gudang yang kedap air dan berventilasi baik, disimpan
diatas lantai setinggi 20 cm.

b. Agregat (pasir, kerikil, atau batu pecah)


Agregat halus dan kasar dapat dipakai agregat alami atau buatab, asal
memenuhi syarat PBI 1971 (SNI 2). Agregat tidak boleh mengandung bahan
yang dapat merusak beton atau tulangan terhadap karat, untuk itu kontraktor
pelaksana harus memberikan contoh-contoh terlebih dahulu untuk disetujui
direksi pengawas.

17
c. Air
Air untuk campuran dan pemeliharaan beton harus dari air bersih dan tidak
mengandung zat-zat yang dapat merusak beton. Air tersebut harus memenuhi
syarat sesuai dengan PBI (NI 2) pasal 3.6.

d. Baja Tulangan
Baja Tulangan yang dipakai dari baja dengan mutu U-24, dimana disyaratkan
kekuatan tegangan tarik yang diizinkan tidak boleh kurang dari 1.400 Kg/cm2.
Bila baja tulangan oleh direksi pengawas diragukan kualitasnya, maka harus
diperiksakan di lembaga penelitian bahan bangunan atas biaya kontraktor
pelaksana. Ukuran tulangan harus sesui dengan gambar kerja, penggantian
diameter lain hanya diperkenankan atas persetujuan tertulis dari konsultan
pengawas.

e. Bekesting (acuan)
Bahan acuan dapat dibuat dari papan kayu kelas III yang kering dengan tebal
minimum 3 cm. Pemasangan bekesting (Acuan) harus rapi dan kaku, setelah
dibongkar membentuk bidang yang rata dan padat saat pengecoran
diusahakan air semen tidak kerluar. Tiang-tiang penyangga harus dari kayu
atau balok.

2. Macam Pembetonan
a. Beton sloff, kolom utama, kolom praktis, ring balok dan pondasi setempat
digunakan adukan beton 1 Pc : 2 Psr : 3 Krl.
b. Beton tumbuk untuk rabat beton digunakan adukan beton 1 Pc : 3 Psr : 5 Krl
c. Lantai kerja adukan beton 1 Pc : 3 Psr : 5 Krl

3. Pelaksanaan Pengecoran Beton


a. Pelaksanaan pengecoran dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari
direksi secara tertulis.
b. Sebelum pelaksanaan pengecoran seluruh bekesting harus dibersihkan dari
kotoran dan disiram air, hingga basah seluruhnya danm tulangan serta
sengkang tidak boleh melekat. Bekesting untuk itu harus dibuatkan dan
dipasang beton decking setebal 2 cm.
c. Pengadukan, pengangkutan, pengecoran dan perawatan harus dilakukan
sesuai dengan ketentuan dalam PBI 1971, terutama harus diperhatikan adalah
:
Pengadukan semua beton harus diusahan dengan menggunakan mesin
pengaduk.
Pemadatan beton harus diusahakan dengan menggunakan vibrator (mesin
penggetar)
d. Pembongkaran beketing harus dilaksanakan apabila umur beton telah cukup,
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam PBI 1971.

18
Pasal 4
PEKERJAAN DINDING
1. Pekerjaan Pasang Batu Bata (Dinding)
a. Semua dinding bangunan dipasang batu bata setengah yang diperkuat
dengan kolom praktis atau sesuai dengan gambar kerja.
b. Pekerjaan pasangan dinding batu bata 30 Cm dari sloof dipasang adukan 1 : 3
c. Untuk pasangan dinding batu bata biasa dipakai adukan 1 Pc : 4 Psr.
d. Cara pemasangan dinding batu bata harus mengunakan benang dan dilot
sampai waterpass atau rata/tegak lurus.
Tiap memasang benang maksimum susunan batu bata yang diizinkan adalah 8
(delapan) susunan batu bata.
e. Luas Maksimum bidang dinding pasangan batu bata yang diizinkan adalah 12
M2 dan apabila lebih dari itu, harus diperkuat kolom praktis atau balok
beton/lintel.

2. Pekerjaan Plesteran
a. Sebelum diplester, bidang tembok harus dibasahi terlebih dahulu sampai jenuh.
b. Pekerjaan plesteran dinding 30 cm dari sloof digunakan adukan 1 : 2
c. Untuk plesteran dinding biasa digunakan adukan 1 Pc : 4 Psr.
d. Untuk Plesteran Beton dipakai adukan 1 Pc : 2 Psr, setelah permukaan beton
yang akan diplester dikasarkan terlebih dahulu dan disiram dengan air semen.
e. Semua pekerjaan plesteran dikerjakan secara teknis sempurna, bidang-
bidangnya rata, tegak lurus/siku terhadap bidang lainnya agar didapat
plesteran yang rata, maka dalam pelaksanaanya kontraktor pelaksana harus
mengintruksikan kepada pekerjanya agar membuat kepala-kepala plesteran
setiap bidangnya.
f. Pada setiap plesteran yang bertemu dengan kosen pintu /jendela harus
dibuatkan tali air dengan lebar 1 cm dan dalam 1 cm.
g. Kolom Teras Finising Dengan Memasang Batu Alam dengan Ketingiaan dari
Muka Lantai +120 cm.

Pasal 5
PEKERJAAN KOSEN, PINTU DAN JENDELA

1. Bahan Pintu Kusen mengunakan kayu Kelas I


2. Pintu Mengunakan Bahan Kayu Kelas II
3. Type J1
a Kusen Kayu mengunakan kayu Kelas I dengan ukuran 5/13
b Rangka jendela Megunakan Bahan Kayu Kayu Kelas II.
c Ukuran dan bentuk sesuai gambar
d Kaca polos dengan tebal 5mm.

19
Pasal 6
PEKERJAAN PELASTERAN

Pekerjaan dinding yang mau di Plaster dinding bersih dari kayu peranca yang
menempel dan dinding harus tertutup rata semua dan pemasangan dinding batu
bata harus tegak Lurus supaya pelasteran tidak tebal untuk mencari vertikal nya dan
tebal pelasteran maximal 15cm dengan permukaan kasar supaya cat dompul mudah
lengket.

a. Sebelum diplester, bidang tembok harus dibasahi terlebih dahulu sampai jenuh.
b. Pekerjaan plesteran dinding 30 cm dari sloof digunakan adukan 1 : 3
c. Untuk plesteran dinding biasa digunakan adukan 1 Pc : 4 Psr.
d. Untuk Plesteran Beton dipakai adukan 1 Pc : 2 Psr, setelah permukaan beton yang
akan diplester dikasarkan terlebih dahulu dan disiram dengan air semen.
e. Semua pekerjaan plesteran dikerjakan secara teknis sempurna, bidang-
bidangnya rata, tegak lurus/siku terhadap bidang lainnya agar didapat plesteran
yang rata, maka dalam pelaksanaanya kontraktor pelaksana harus
mengintruksikan kepada pekerjanya agar membuat kepala-kepala plesteran
setiap bidangnya.
f. Pada setiap plesteran yang bertemu dengan kosen pintu /jendela harus
dibuatkan tali air dengan lebar 1 cm dan dalam 1 cm.
g. Dinding bagian luar di Finising Dengan Memasang Batu Alam dengan Ketingiaan
dari Muka Lantai sesuai dengan gambar.
h. Dinding kamar mandi di finishing dengan granit ukuran 30 x 60

Pasal 7
PEKERJAAN PLAFOND

1. Bahan.
a. Untuk rangka plafond dipakai rangka besi hollow yang berkualitas baik.
b. Penutup plafond :
- Plafond gypsum 9mm
- Plafond PVC

2. Cara Pelaksanaan
a. Semua besi hollow yang digunakan adalah besi hollow yang sudah berkualitas
baik, tidak boleh ada cacat atau lapuk sehingga mengurangi kekuatannya,
b. Ukuran yang tertera dalam gambar adalah ukuran jadi sehingga diharapkan
kontraktor pelaksana dapat memperhitungkannya pada waktu pelaksanaan
di lokasi.
c. Sistem sambungan yang dipakai harus memenuhi syarat teknis atau sesuai
petunjuk direksi pengawas atau pengelola teknis.
d. Penggantungan plafond harus dibuat cukup kuat sehingga tidak mudah
terjadi lekukan,
e. Penggantungan plafond menggunakan kawat baja.

20
f. Cacat-cacat yang timbul akibat cara pelaksanaan yang kurang baik adalah
menjadi tanggung jawab kontraktor pelaksana untuk memperbaiki.

Pasal 8
PEKERJAAN ELIKTRIKAL

1. Lingkup Pekerjaan
Sumber daya listrik berasal dari PLN
Pemasangan instalasi listrik/titik cahaya, stop kontak, stop kontak AC dan sakelar
harus disesuaikan dengan gambar.

2. Syarat-syarat pemakaian bahan


a. Komponen pembagi terbuat dari besi plat tebal 2 mm dengan finishing dicat
bakar, komponen yang dipakai adalah type motor conduit Breaker ( MCB ).
b. Sakelar dan stop kontak yang berkualitas baik dengan Produk Nasional yang
berstandar SNI.
c. Untuk Instalasi Listrik Pipa yang tertanam dalam dinding mengunakan Pipa
yang berstandar SNI.
d. Seluruh kabel-kabel instalasi didalam ruangan dipakai jenis kabel NYM 2 x 2,5
mm, kualitas baik yang berstandar SNI .
e. Lampu Baret 20 Watt, seluruh komponenya digunakan yang berkualitas baik
dengan Produk Nasional yang berstandar SNI.
f. Lampu TL 2 x 18 watt, seluruh komponenya digunakan yang berkualitas baik
dengan Produk Nasional dengan standar SNI.
g. Pipa untuk Instalasi digunakan pipa listrik conduit atau PVC yang ditanam
dalam tembok (imbow).
h. Pemasangan exhaust van dan pemasangan alat penghisap asap dapur.

3. Pemasangan
a. Pemasangan titik lampu/ armatur dari jenis lampu yang telah ditentukan dan
dipasang sesuai dengan jumlah yang tertera dalam gambar.

4. Sistem Pentanahan (grounding).


a. Stop kontak dan panel pembagi harus dihubungkan dengan tanah atau
pertanahan (grounding).
b. Sistem pentanahan terdiri dari kawat besi 10 mm2 dan kawat-kawat tersebut
dimasukkan kedalam pipa besi galvanis atau sesuai petunjuk PLN, ditanam
sedalam 3 mm sampai mencapai sistem pentanahan (grounding).

5. Gambar Kerja dan Pengujian


a. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan gambar kerja pemasangan instalasi
yang sebenarnya yang dibuat oleh instalasi yang memilik PAS PLN.
Sebelum seluruh pekerjaan listrik diserahkan harus diadakan uji coba terlebih dahulu
dan harus disaksikan direksi pengawas atas uji coba tersebut.

21
Pasal 9
PEKERJAAN SANITASI

1. Lingkup Pekerjaan :
1.1 Meliputi semua tenaga kerja, peralatan, bahan-bahan yang diperlukan
dan digunakan sertaberhubungan dengan pekerjaan perlengkapan
sanitasi sesuai dengan gambar rencana kerjadan RKS.
1.2 Khusus untuk fitting-fitting, stop kran dan perlengkapan sanitasi lainnya,
pemborong harusmemberikan contoh sesuai yang ditentukan dalam
RKS untuk disetujui Pemberi Tugas.
1.3 Pekerjaan perlengkapan sanitasi tidak dapat terlepas dari pekerjaan
mekanikal / plumbing.
2. Bahan-bahan :
2.1 Perlengkapan sanitasi harus dilengkapi dengan fitting-fitting, stop kran
dan perlengkapannya.
2.2 Bahan yang dipakai mempunyai permukaan yang halus dan licin.
2.3 Perlengkapan sanitasi terdiri dari :
- Pipa Air Bersih PVC. 1/2
- Pipa Air Bersih PVC. 3/4"
- Pipa Air Bekas PVC 2"
- Pipa Kloset PVC 4"
- Bak Air Fiberglass
- Kran Air 1/2"
- Klosed Jongkok
- Floor Drain
- Bak Sink
Pemasangan perlengkapan sanitary dan klos-klos kayu yang belum terpasang
serta pemeriksaan
instalasi air yang akan dihubungkan dengan perlengkapan sanitasi.
Pemasangan perlengkapan sanitasi dilaksanakan setelah pekerjaan-pekerjaan lantai
dan pekerjaan penyelesaian dinding.
3. Pekerjaan Pelaksanaan :
3.1 Semua perlengkapan sanitasi dipasang kedinding atau lantai dengan
cara yang baik, sambungan-sambungannya kokoh dan tidak merusak
fitting.
3.2 Sambungan harus dilaksanakan dengan baik tanpa kebocoran dan
tidak miring.
3.3 Selesai dipasang wajib diadakan tes dan disaksikan oleh Pengawas Lapangan,
dimana biaya pengujian pemeriksaan dan kerusakan material adalah menjadi
tanggung jawab Pemborong.

22
Pasal 10
PEKERJAAN LANTAI

1. Bahan

a. Pembongkaran keramik lama.


b. Lantai di timbun dengan tanah yang didatangkan, tanah ditimbun secara
merata tidak boleh tanah secara berbongka, apa bila berbongka di
hancurkan dan dipadatkan mengunakan alat pemadat, dan tidak ada
penimbunan yang kosong dan ketinggiaan timbunan sesuai dengan yang di
gambar.
c. Setelah tanah jadi padat dan rata, didatangkan pasir urug dengan dipasanga
secara rata dan dipasang secara di injak injak dan di pukul-pukul dengan alat
pemadat secara merata dan setiap sudut di isi ronga ronga nya sehingga
menjadi pasir urug menjadi padat yang dipasang.
d. Pekerjaan cor Lantai kerja dibuat campuran 1 : 3 : 5 dengan di pasang
waterpas, pemasangn cor lantai kerja ini di tunggu selama 7 hari sampai beton
keras baru di mulai pemasangan keramik.
e. Pekerjaan pemasangan lantai granit kamar mandi dengan ukuran 30 x 30
f. Pekerjaan Lantai difinising dengan Homogeneus tile/Granit ukuran 60 x 60 cm
dengan pemasangan waterpass dengan nut yang lurus, pemasangan didalam
ruangan mengunakan Homogeneus tile/Granit permukaan licin, untuk diluar
seperti selasar mengunakan Homogeneus tile/Granit dengan ukuran 60 x 60
permukaan kasar pemasangan dipasang miring kedepan dengan landai
kemiringan 1%.
g. Pekerjaan Plint Keramik dipasang sebagus rata dengan pelasteran dinding
atau keluar dari pelasteran dinding maxsimal 15cm, dengn ukuran keramik 10 x
60 cm permukaan licin untuk didalam ruangan, untuk diselasar plint keramik
kasar.
h. Pemasangan Homogeneus tile/Granit untuk meja beton granit ukuran 60 x 60

2. Cara pelaksanaan

Sebelum pekerjaan Cor Lantai, kontraktor pelaksana wajib memeriksa lapisan


dasarnya, dan utama sekali tanah timbun sekitar 40cm harus dipadatkan dengan
alat stempar atau alat menual lainnya dengan secara menumbuk numbuk
sampai padat dengan berkonsultasi kepadatan dengan konsultan pengawas dan
begitu juga pasir serta menjamin lapisan dasar yang rata dan padat. Pada saat
penyerahan pertama, semua lantai harus sudah bersih.
Setelah Lantai cor sudah siap dikerjakan ditunggu selama minimal 1 minggu
baru dilaksanakan pemasangan Lantai granit.

Pasal 11
PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA

1. Pintu Mengunakan Bahan Kayu Kelas I


2. Ventilasi Menggunakan Kayu Kelas II
3. Type Jendela dan pintu

23
e Kusen Kayu mengunakan kayu Kelas I dengan ukuran 5/13
f Rangka jendela Megunakan Bahan Kayu Kayu Kelas II.
g Ukuran dan bentuk sesuai gambar.
h Kaca mati dengan tebal 5mm.
i Pintu plastik PVC
j Pintu aluminium

Pasal 12
PEKERJAAN ALAT PENGANTUNG

a. Untuk Pemasangan Pintu Mengunakan Engsel 4 dan pasang satu pintu


berjumlah 3 engsel.
b. Untuk Pemasangan Jendela Mengunakan Engsel 3 dan setiap jendela
mengunakan engsel sejumlah 2 buah engsel.
c. Pada Pekerjaan Konci pintu di pasang yang berstandar SNI dengan 2 X slaag,
dan dipasang grendel pintu, untuk pintu bagiaan 2 daun di pasang 2 buah
grendel atas dan bawah secara sejajar, masuk grendel pintu tertanam minimal
1cm di dalam lantai keramik .
Pada grendel jendela setiap daun di pasang 2 buah grendel dan tertanam grendel
minimal 1cm, dan hak agin jendela dipasang 2 buah hak angin dengan di pasang
secara sejajar, .

Pasal 13
PEKERJAAN PENGECATAN

1. Bahan
a. Cat air untuk didinding dalam dan dinding luar dan plafond mengunakan cat
kwalitas Bagus.
b. Cat Minyak untuk kayu mengkilat digunakan cat kwalitas Bagus.
c. Cat meni kayu menggunakan cat kwalitas Bagus.

1. Cara Pelaksanaan
a. Dinding yang akan dicat sebelumnya harus dibersihkan.
b. Cat tembok
Bidang yang akan dicat, sebelumnya harus dibersihkan dan digosok dengan
ampelas dan kain basah. Kemudian dinding diplamir dengan mengunakan
plamir tembok yang berkualitas baik setelah kering digosok dengan ampelas
halus, sehingga permukaan dinding menjadi rata dan licin. Kemudian baru di
cat paling sedikit 2 kali dengan roll yang lebarnya minimal 25 cm.
c. Cat Kayu
Permukaan kayu yang akan dicat, terlebih dahulu harus dibersihkan dari
kotoran-kotoran yang melekat pada kozen atau pintu dan pada bagian kayu
yang dicat/berlubang harus diberi dempul kayu. Kemudian diamplas sampai
halus dan di cat dasar ( meni )selanjutnya di cat minimal 2 kali.
d. Pelituran

24
Semua bidang yang akan dipelitur, harus digosok sampai halus , untuk
menjaga agar awet, maka harus dilakukan beberapa kali.
e. Pelaksanaan pekerjaan Pengecatan selain dengan cara tersebut diatas, harus
sesuai dengan persyaratan yang tercantum PBI 1991 atau menurut petunjuk
teknis dari pabrik.
f. Apabila bermaksud mengecat plafond gypsum sebelum pemasangan, maka
setelah terpasang pasangan harus dicat kembali sampai rata dan rapi.
g. Hasil pengecatan harus bersih, tidak boleh ada yang belang-belang atau
keropos dan apa bila dijumpai hal demikiam maka pihak kontraktor pelaksana
harus memperbaikinya kembali sebelum penyerahan kedua.
h. Rencana Pengecatan pada dasarnya sebagai berikut :

Interior Exterior

1. Dinding Cat dasar alkali Cat dasar alkali


Ditambah 2 x cat emulsi Ditambah 2 x cat emulsi

Sda Sda
2. Plafond
Cat dasar Ditambah
3. Kosen Jendela Cat dasar Ditambah 3 x cat enamel
3 x cat enamel

Cat dasar Ditambah


4. Listplank 3 x cat enamel

Warna cat baik dinding, plafond, kosen jendela, listplank harus dimintakan petunjuk
dari direksi pengawas/pengelola teknis atau pemilik proyek.

Pasal 14
PEKERJAAN RANGKA ATAP

Pekerjaan rangka atap baja ringan adalah pekerjaan pembuatan dan


pemasangan struktur atap berupa rangka batang yang telah dilapisi
lapisan anti karat. Rangka batang berbentuk segitiga, trapesium dan
persegi panjang yang terdiri dari :

1. Rangka utama atas (top chord)


2. Rangka utama bawah (bottom chord)

25
3. Rangka pengisi (web). Seluruh rangka tersebut disambung
menggunakan baut menakik sendiri (self drilling screw) dengan jumlah
yang cukup.
4. Rangka reng (batten) langsung dipasang diatas struktur rangka atap
utama dengan jarak sesuai dengan ukuran jarak genteng.

Pada Pekerjaan Rangka Atap Baja Ringan meliputi : Pengukuran


bentang bangunan sebelum dilakukan fabrikasi

1. Pekerjaan pambuatan kuda-kuda dikerjakan di Workshop permanen


(Fabrikasi).
2. Pengiriman kuda-kuda dan bahan lain yang terkait ke lokasi proyek.
3. Penyediaan tenaga kerja beserta alat/bahan lain yang diperlukan
untuk pelaksanaan pekerjaan.
4. Pekerjaan pemasangan seluruh rangka atap kuda-kuda meliputi
struktur rangka kuda-kuda (truss), balok tembok (top plate/murplat),
reng, sekur overhang, ikatan angin dan bracing (ikatan pengaku).
5. Pemasangan jurai dalam (valley gutter).

Pekerjaan rangka atap baja ringan tidak meliputi:

1. Pemasangan penutup atap.


2. Pemasangan kap finishing atap.
3. Talang selain jurai dalam.
4. Accesories atap.

Persyaratan Material Rangka Atap


Material struktur rangka atap
Properti mekanikal baja (Steel mechanical properties)

Baja Mutu Tinggi G 550


Kekuatan Leleh Minimum 550 Mpa
Tegangan Maksimum 550 Mpa
Modulus Elastisitas 200.000 Mpa
Modulus geser 80.000 Mpa

26
Lapisan anti karat :

Material baja harus dilapisi perlindungan terhadap serangan korosi, dua


jenis lapisan anti karat (coating):
Galvanised (Z220)

Pelapisan Galvanised
Jenis Hot-dip zinc
Kelas Z22
katebalan pelapisan 220 gr/m2
komposisi 95% zinc, 5% bahan campuran

Galvalume (AZ100) Pelapisan Zinc-Aluminium

Jenis Hot-dip-allumunium-zinc
Kelas AZ100
Ketebalan pelapisan 100 gr/m2
Komposisi 55% alumunium, 43,5% zinc dan 1,5% silicon.

Dimensi :
Ukuran Chanel 70 x 50 tebal = 0.75 mm
Ukuran Reng 30 x 40 tebal = 0.50 mm
Merek : Smartruss atau setara

Chanel Reng
Multigrip ( MG )

Konektor antara kuda-kuda baja ringan dengan murplat (top plate)


berfungsi untuk menahan gaya lateral tiga arah, standart teknis sebagai
berikut:
Galvabond Z275
Yield Strength 250 MPa
Design Tensile Strength 150 MPa

27
Brace System (bracing)

BOTTOM CHORD BRACING, Pengaku/ikatan pada batang tarik


bawah (bottom chord)
pada kuda-kuda baja ringan.
LATERAL TIE BRACING, Pengaku/bracing antara web pada
kuda-kuda baja ringan,sekaligus berfungsi untuk mengurangi tekuk
lokal (buckling) pada batang tekan (web),standar teknis mengacu
pada desain struktur kuda-kuda tersebut.
DIAGONAL WEB BRACING (IKATAN ANGIN), Pengaku/bracing diagonal
antara web pada kuda-kuda baja ringan dengan bentuk yang sama
dan letak berdampingan.
STRAP BRACE (PITA BAJA), Yaitu pengaku /ikatan pada top chord
dan bottom chord kuda-kuda baja ringan, Untuk kebutuhan strap
brace berdasarkan perhitungan desain struktur.

Talang Jurai Dalam (Valley Gutter), Pertemuan dua bidang atap


yang membentuk sudut tertentu, pada pertemuan sisi dalam harus
manggunakan talang dalam (Valley Gutter) untuk mengalirkan air
hujan. Ketebalan material jurai dalam minimal 0,45 mm dengan detail
profil seperti gambar dibawah.

28
Alat Sambung (Screw)

Baut menaik sendiri (self drilling screw) digunakan sebagai alat


sambung antar elemen rangka atap yang digunakan untuk fabrikasi dan
instalasi, spesifikasi screw sebagai berikut: Kelas Ketahanan Korosi
Minimum Kelas 2

Panjang (termasuk kepala baut) 16mm


Kepadatan Alur 16 alur/inci
Diameter Bahan dengan alur 4,80 mm
Diameter Bahan tanpa alur 3,80 mm

Kekuatan Mekanikal

Gaya geser satu baut 5,10 KN


Gaya aksial 8,60 KN
Gaya Torsi 6,90 KN

Pasal 15
PEKERJAAN PENUTUP ATAP

2. Penutup atap yang digunakan untuk semua lokasi pekerjaan tersebut adalah
Genteng Metal Setara Multi Roof dengan T=0.3mm dan berkualitas baik.
Pemborong harus memberikan contoh terlebih dahulu sebelum dipasang untuk
mendapatkan persetujuan dari direksi pengawas/pengelola teknis pemberi
pekerjaan.

29
3. Bubungan atap yang digunakan adalah dari bahan Genten metal berkualitas
baik.
4. Pekerjaa Atap sebagai berikut :

Pekerjaan atap meliputi:


1. Pemasangan penutup atap.
2. Pemasangan kap finishing atap/rabung.
3. Accesories atap.

Persyaratan Material Atap

Acrylic overglass;
Stone Chips
Acrylic Base Coat
Epoxy Primer
Zincalume Coated
Base Metal
Zincalume Coateted

30
Pasal 16
PEKERJAAN LUAR BANGUNAN

1. Pekerjaan Paving Blok


Pekerjaan pemasangan paving blok ini dipasang sesuai dengan gambar atau
usulan dari pengawas lapangan.
2. Pekerjaan Kanstin Beton
Pekerjaan pembuatan kanstin beton sama halnya dengan pemasangan
paving blok sesuai dengan gambar kerja.
3. Pekerjaan Saluran.
a. Pekerjaan Saluran di gali ukuran sama dengan gambar dan gali secara lurus
dan lebar dan dalam galian tanah sama dengan gambar.
b. Pemasangan batu bata dipasang batu bata campuran 1 : 4.
c. Untuk Lantai saluran di cor beton dengan ukuran sesuai dengan gambar
dengan kemiringan lantai minimal 1 % ke buangan akhir.
d. Pemasangan Pelasteran dinding saluran campuran 1 : 4 dengan permukaan
yang li licin dan di aci.

4. Pekerjaan Rabat Keliling.

a. Pekerjaan Rabat Keliling sama dengan gambar, mengunakan cor beton


dengan campuran 1 : 2 : 3, dengan dipasang cor beton miring ke saluran.
b. Sebelum dicor diadakan Pemadatan tanah dan pemasangan pasir urug untuk
ukuran di sesuaikan dengan gambar
Pasal 17
PEKERJAAN MENARA AIR
Pembuatan menara air yang mana pembuatan menara air ini harus sesuai
dengan gambar kerja dan juga pemasangan lansung ke pipa instalasi air yang
sudah dipersiapkan, dengan di lakukan pengecekan terhadap sumur yang
lama dan dilakukan pemasangan mesin pompa air.

Pasal 18
PEKERJAAN PEMBERSIHAN AKHIR

a. Pekerjaan Pembersihan Akhir


Semua sisa-sisa bahan yang diakibatkan oleh pelaksanaan pekerjaan harus
dibuang dan dibersihkan dari lokasi pekerjaan.

31
B. RUMAH IBADAH
I. Mesjid

Pasal 1
PEKERJAAN PLAFOND

1. Bahan.
c. Untuk rangka plafond dipakai rangka lama.
d. Penutup plafond :
- Plafond PVC

2. Cara Pelaksanaan
a. Semua rangka yang digunakan rangka lama,
b. Ukuran yang tertera dalam gambar adalah ukuran jadi sehingga diharapkan
kontraktor pelaksana dapat memperhitungkannya pada waktu pelaksanaan
di lokasi.
c. Sistem sambungan yang dipakai harus memenuhi syarat teknis atau sesuai
petunjuk direksi pengawas atau pengelola teknis.
d. Penggantungan plafond harus dibuat cukup kuat sehingga tidak mudah
terjadi lekukan.
e. Cacat-cacat yang timbul akibat cara pelaksanaan yang kurang baik adalah
menjadi tanggung jawab kontraktor pelaksana untuk memperbaiki.

Pasal 2
PEKERJAAN KOSEN, PINTU DAN JENDELA

1. Bahan Pintu Kusen mengunakan kayu Kelas I.


2. Pintu P1 memakai Kaca Temperet 12 mm
3. Pintu Mengunakan Bahan Kayu Kelas II.
4. Type Jendela
f. Kusen Kayu mengunakan kayu Kelas I dengan ukuran 5/13
g. Rangka jendela Megunakan Bahan Kayu Kayu Kelas II.
h. Ukuran dan bentuk sesuai gambar

Pasal 3
PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA

4. Pintu Mengunakan Bahan Kayu Kelas I


5. Ventilasi Menggunakan Kayu Kelas II
6. Type Jendela dan pintu
Kusen Kayu mengunakan kayu Kelas I dengan ukuran 5/13
Rangka jendela Megunakan Bahan Kayu Kayu Kelas II.
Ukuran dan bentuk sesuai gambar.
Kaca mati dengan tebal 5mm.
Lemari alat ruang gharim

32
Pasal 4
PEKERJAAN ALAT PENGANTUNG

a. Untuk Pemasangan Pintu Mengunakan Engsel 4 dan pasang satu pintu


berjumlah 3 engsel.
b. Untuk Pemasangan Jendela Mengunakan Engsel 3 dan setiap jendela
mengunakan engsel sejumlah 2 buah engsel.
c. Pada Pekerjaan Konci pintu di pasang yang berstandar SNI dengan 2 X slaag,
dan dipasang grendel pintu, untuk pintu bagiaan 2 daun di pasang 2 buah
grendel atas dan bawah secara sejajar, masuk grendel pintu tertanam minimal
1cm di dalam lantai keramik .
d. Pada grendel jendela setiap daun di pasang 2 buah grendel dan tertanam
grendel minimal 1cm, dan hak agin jendela dipasang 2 buah hak angin
dengan di pasang secara sejajar.

Pasal 5
PEKERJAAN ELIKTRIKAL

1. Lingkup Pekerjaan
Sumber daya listrik berasal dari PLN
Pemasangan instalasi listrik/titik cahaya, stop kontak, stop kontak AC dan sakelar
harus disesuaikan dengan gambar.

2. Syarat-syarat pemakaian bahan


a. Komponen pembagi terbuat dari besi plat tebal 2 mm dengan finishing dicat
bakar, komponen yang dipakai adalah type motor conduit Breaker ( MCB ).
b. Sakelar dan stop kontak yang berkualitas baik dengan Produk Nasional yang
berstandar SNI.
c. Untuk Instalasi Listrik Pipa yang tertanam dalam dinding mengunakan Pipa
yang berstandar SNI.
d. Seluruh kabel-kabel instalasi didalam ruangan dipakai jenis kabel NYM 2 x 2,5
mm, kualitas baik yang berstandar SNI.
e. Pemasangan stop kontak AC

Pasal 6
PEKERJAAN PENGECATAN

2. Bahan
a. Cat air untuk didinding dalam dan dinding luar dan plafond mengunakan cat
kwalitas Bagus.
b. Cat Minyak untuk kayu mengkilat digunakan cat kwalitas Bagus.

33
c. Cat meni kayu menggunakan cat kwalitas Bagus.

5. Cara Pelaksanaan
i. Dinding yang akan dicat sebelumnya harus dibersihkan.
j. Cat tembok
Bidang yang akan dicat, sebelumnya harus dibersihkan dan digosok dengan
ampelas dan kain basah. Kemudian dinding diplamir dengan mengunakan
plamir tembok yang berkualitas baik setelah kering digosok dengan ampelas
halus, sehingga permukaan dinding menjadi rata dan licin. Kemudian baru di
cat paling sedikit 2 kali dengan roll yang lebarnya minimal 25 cm.
k. Cat Kayu
Permukaan kayu yang akan dicat, terlebih dahulu harus dibersihkan dari
kotoran-kotoran yang melekat pada kozen atau pintu dan pada bagian kayu
yang dicat/berlubang harus diberi dempul kayu. Kemudian diamplas sampai
halus dan di cat dasar ( meni )selanjutnya di cat minimal 2 kali.
l. Pelituran
Semua bidang yang akan dipelitur, harus digosok sampai halus , untuk
menjaga agar awet, maka harus dilakukan beberapa kali.
m. Pelaksanaan pekerjaan Pengecatan selain dengan cara tersebut diatas, harus
sesuai dengan persyaratan yang tercantum PBI 1991 atau menurut petunjuk
teknis dari pabrik.
n. Apabila bermaksud mengecat plafond gypsum sebelum pemasangan, maka
setelah terpasang pasangan harus dicat kembali sampai rata dan rapi.
o. Hasil pengecatan harus bersih, tidak boleh ada yang belang-belang atau
keropos dan apa bila dijumpai hal demikiam maka pihak kontraktor pelaksana
harus memperbaikinya kembali sebelum penyerahan kedua.
p. Rencana Pengecatan pada dasarnya sebagai berikut :

Interior Exterior

5. Dinding Cat dasar alkali Cat dasar alkali


Ditambah 2 x cat emulsi Ditambah 2 x cat emulsi

Sda Sda
6. Plafond
Cat dasar Ditambah
7. Kosen Jendela Cat dasar Ditambah 3 x cat enamel
3 x cat enamel

Cat dasar Ditambah


8. Listplank 3 x cat enamel

34
Warna cat baik dinding, plafond, kosen jendela, listplank harus dimintakan petunjuk
dari direksi pengawas/pengelola teknis atau pemilik proyek.
Pasal 7
PEKERJAAN DINDING
3. Pekerjaan Pasang Batu Bata (Dinding)
i. Semua dinding bangunan dipasang batu bata setengah yang diperkuat
dengan kolom praktis atau sesuai dengan gambar kerja.
j. Pekerjaan pasangan dinding batu bata 30 Cm dari sloof dipasang adukan 1 : 3
k. Untuk pasangan dinding batu bata biasa dipakai adukan 1 Pc : 4 Psr.
l. Cara pemasangan dinding batu bata harus mengunakan benang dan dilot
sampai waterpass atau rata/tegak lurus.
Tiap memasang benang maksimum susunan batu bata yang diizinkan adalah 8
(delapan) susunan batu bata.
m. Luas Maksimum bidang dinding pasangan batu bata yang diizinkan adalah 12
M2 dan apabila lebih dari itu, harus diperkuat kolom praktis atau balok
beton/lintel.

4. Pekerjaan Plesteran
h. Sebelum diplester, bidang tembok harus dibasahi terlebih dahulu sampai jenuh.
i. Pekerjaan plesteran dinding 30 cm dari sloof digunakan adukan 1 : 2
j. Untuk plesteran dinding biasa digunakan adukan 1 Pc : 4 Psr.
k. Untuk Plesteran Beton dipakai adukan 1 Pc : 2 Psr, setelah permukaan beton
yang akan diplester dikasarkan terlebih dahulu dan disiram dengan air semen.
l. Semua pekerjaan plesteran dikerjakan secara teknis sempurna, bidang-
bidangnya rata, tegak lurus/siku terhadap bidang lainnya agar didapat
plesteran yang rata, maka dalam pelaksanaanya kontraktor pelaksana harus
mengintruksikan kepada pekerjanya agar membuat kepala-kepala plesteran
setiap bidangnya.
m. Pada setiap plesteran yang bertemu dengan kosen pintu /jendela harus
dibuatkan tali air dengan lebar 1 cm dan dalam 1 cm.

II. Tempat Wudhu


Pasal 1
PEKERJAAN PENDAHULUAN

5. Pembongkaran dan Pembersihan


Sebelum pekerjaan dimulai kontraktor diharuskan mengadakan pembongkaran
bangunan lama dan membersihkan sisa bongkaran .
Sebelum memulai galian pondasi tanah humus harus dibuang terlebih dahulu
dan dibuang ketempat lain atau dipergunakan untuk membuat kebun
disekeliling bangunan.

6. Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank


a. Pihak Kontraktor pelaksana harus mengadakan pengukuran di lapangan yang
cukup teliti dengan pengukuran waterpass atau dengan segi tiga pitagoras,
sehingga didapat bangunan yang betul-betul siku.

35
b. Pekerjaan Bouwplank terdiri dari papan yang lurus dan datar (salah satu sisi
diketam halus) yang dipasang dikeliling bangunan yang akan dibangun
dipasang dengan paku pada pancang-pancang paku yang berjarak + 1,00 M,
dengan tinggi + 0.50 M diatas titik bangian tertinggi yang ada dilapangan.
Bouwplank harus dipasang + 1,00 M dari sisi terdepan dari bangunan yang
akan dibangun sehingga pada waktu penggalian pondasi bouwplank tidak
akan terganggu/bergeser.
c. Sebelum memasang bouwplank harus ditentukan secara kasar titik ujung
galian sebagai pokok dipasangkan 2 paku yang merupakan garis utama yaitu
garis terdepan bangunan. Garis ini akan selalu dapat diperiksa dengan
tali/benang. Garis ini tidak dapat dihilangkan sampai bangunan telah
mencapai ketinggian bouwplank.
7. Pengurusan IMB
Sebelum pekerjaan pelaksanaan fisik dimulai pemborong harus sudah mengurus
Izin Mendirikan Bangunan (IMB) pada Dinas Tata Kota dengan syarat-syarat sesuai
ketentuan yang berlaku.

8. Papan Nama Proyek


Kontraktor pelaksana diharuskan membuat papan nama proyek yang
mencantumkan sekurang-kurangnya nama proyek, nama pekerjaan, nama
pelaksana, nama Direksi pengawas dan biaya pelaksanaan.

Pasal 2
PEKERJAAN PONDASI

a. Pekerjaan Tanah

2. Pekerjaan Tanah
d. Pekerjaan galian tanah pondasi dilaksanakan sesuai dengan gambar atau
sampai kedalaman tanah keras dan semua humus tanah dikeluarkan dari
galian serta tidak boleh terjadi longsoran tanah sampai masuk kegalian
pondasi.
e. Tanah yang akan dipergunakan untuk urugan, harus bersih dari kotoran atau
humus dan harus diambil dari lokasi yang telah disetujui direksi lapangan.
f. Galian tanah dikerjakan pada semua galian pondasi, pada saat pekerjaan
pondasi akan dilaksanakan keadaan galian harus benar-benar dalam
keadaan kering.

2. Pekerjaan Urugan Pasir


Dalam pelaksanaan pekerjaan urugan, tebal urugan harus sesuai dengan gambar
kerja.

3. Pekerjaan Cor Lantai Kerja


Pekerjaan cor lantai kerja dilakukan setelah urugan pasir bawah pondasi dengan
campuran 1 : 3 : 5 setebal 5 cm, yang terletak di bagian bawah pondasi.

36
4. Pekerjaan Urugan Bekas Galian
Urugan tanah kembali lubang hanya boleh dilaksanakan atas persetujuan dari
konsultan pengawas, setelah dilakukan pemeriksaan pekerjaan pasangan
pondasi.

b. Pekerjaan Pondasi

1. Pekerjaan Pondasi Setempat camp. 1 : 3


a. Pada pekerjaan pondasi setempat untuk kolom-kolom beton bertulang harus
dipasang stek-stek tulang yang besarnya sama dengan besar diameter tulang
kolom tersebut.
b. Khusus pondasi untuk yang berada diatas tanah urugan, kontraktor pelaksana
harus menyesuaikan kedalamnya sesuai dengan gambar kerja.

2. Pekerjaan Pondasi Beton Tumbuk 1 : 3


Pondasi menerus menggunakan beton tumbuk camp. 1 : 3, dengan ketinggian
pondasi disesuaikan dengan gambar kerja dan disetujui oleh konsultan pengawas.

Pasal 3
PEKERJAAN STRUKTUR

1. Pekerjaan Beton Untuk Sloof, Kolom, Balok dan Reng Balok.


Bahan yang dipakai :
a. Portland Cemen (PC) yang dipakai harus dari jenis menurut peraturan PC
Indonesia 1972 (SNI-2).
Semen harus dipakai ditempat kerja dalam kondisi baik, serta dalam kantong-
kantong semen asli dari pabrik dan satu macam produksi dalam negeri. Semen
harus tersimpan dalam gudang yang kedap air dan berventilasi baik, disimpan
diatas lantai setinggi 20 cm.
b. Agregat (pasir, kerikil, atau batu pecah)
Agregat halus dan kasar dapat dipakai agregat alami atau buatab, asal
memenuhi syarat PBI 1971 (SNI 2). Agregat tidak boleh mengandung bahan
yang dapat merusak beton atau tulangan terhadap karat, untuk itu kontraktor
pelaksana harus memberikan contoh-contoh terlebih dahulu untuk disetujui
direksi pengawas.
c. Air
Air untuk campuran dan pemeliharaan beton harus dari air bersih dan tidak
mengandung zat-zat yang dapat merusak beton. Air tersebut harus memenuhi
syarat sesuai dengan PBI (NI 2) pasal 3.6.
d. Baja Tulangan
Baja Tulangan yang dipakai dari baja dengan mutu U-24, dimana disyaratkan
kekuatan tegangan tarik yang diizinkan tidak boleh kurang dari 1.400 Kg/cm2.
Bila baja tulangan oleh direksi pengawas diragukan kualitasnya, maka harus
diperiksakan di lembaga penelitian bahan bangunan atas biaya kontraktor
pelaksana. Ukuran tulangan harus sesui dengan gambar kerja, penggantian
diameter lain hanya diperkenankan atas persetujuan tertulis dari konsultan
pengawas.

37
e. Bekesting (acuan)
Bahan acuan dapat dibuat dari papan kayu kelas III yang kering dengan tebal
minimum 3 cm. Pemasangan bekesting (Acuan) harus rapi dan kaku, setelah
dibongkar membentuk bidang yang rata dan padat saat pengecoran
diusahakan air semen tidak kerluar. Tiang-tiang penyangga harus dari kayu
atau balok.
2. Macam Pembetonan
a. Beton sloff, kolom utama, kolom praktis, ring balok dan pondasi setempat
digunakan adukan beton 1 Pc : 2 Psr : 3 Krl.
b. Beton tumbuk untuk rabat beton digunakan adukan beton 1 Pc : 3 Psr : 5 Krl
c. Lantai kerja adukan beton 1 Pc : 3 Psr : 5 Krl
3. Pelaksanaan Pengecoran Beton
a. Pelaksanaan pengecoran dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari
direksi secara tertulis.
b. Sebelum pelaksanaan pengecoran seluruh bekesting harus dibersihkan dari
kotoran dan disiram air, hingga basah seluruhnya danm tulangan serta
sengkang tidak boleh melekat. Bekesting untuk itu harus dibuatkan dan
dipasang beton decking setebal 2 cm.
c. Pengadukan, pengangkutan, pengecoran dan perawatan harus dilakukan
sesuai dengan ketentuan dalam PBI 1971, terutama harus diperhatikan adalah
:
Pengadukan semua beton harus diusahan dengan menggunakan mesin
pengaduk.
Pemadatan beton harus diusahakan dengan menggunakan vibrator (mesin
penggetar)
Pembongkaran beketing harus dilaksanakan apabila umur beton telah cukup,
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam PBI 1971.

Pasal 4
PEKERJAAN DINDING
5. Pekerjaan Pasang Batu Bata (Dinding)
n. Semua dinding bangunan dipasang batu bata setengah yang diperkuat
dengan kolom praktis atau sesuai dengan gambar kerja.
o. Pekerjaan pasangan dinding batu bata 30 Cm dari sloof dipasang adukan 1 : 3
p. Untuk pasangan dinding batu bata biasa dipakai adukan 1 Pc : 4 Psr.
q. Cara pemasangan dinding batu bata harus mengunakan benang dan dilot
sampai waterpass atau rata/tegak lurus.
Tiap memasang benang maksimum susunan batu bata yang diizinkan adalah 8
(delapan) susunan batu bata.
r. Luas Maksimum bidang dinding pasangan batu bata yang diizinkan adalah 12
M2 dan apabila lebih dari itu, harus diperkuat kolom praktis atau balok
beton/lintel.

6. Pekerjaan Plesteran
n. Sebelum diplester, bidang tembok harus dibasahi terlebih dahulu sampai jenuh.
o. Pekerjaan plesteran dinding 30 cm dari sloof digunakan adukan 1 : 2
p. Untuk plesteran dinding biasa digunakan adukan 1 Pc : 4 Psr.

38
q. Untuk Plesteran Beton dipakai adukan 1 Pc : 2 Psr, setelah permukaan beton
yang akan diplester dikasarkan terlebih dahulu dan disiram dengan air semen.
r. Semua pekerjaan plesteran dikerjakan secara teknis sempurna, bidang-
bidangnya rata, tegak lurus/siku terhadap bidang lainnya agar didapat
plesteran yang rata, maka dalam pelaksanaanya kontraktor pelaksana harus
mengintruksikan kepada pekerjanya agar membuat kepala-kepala plesteran
setiap bidangnya.
s. Pada setiap plesteran yang bertemu dengan kosen pintu /jendela harus
dibuatkan tali air dengan lebar 1 cm dan dalam 1 cm.

Pasal 5
PEKERJAAN KOSEN, PINTU DAN JENDELA

1. Bahan Pintu Kusen mengunakan kayu Kelas I


2. Pintu Mengunakan Bahan Kayu Kelas II
3. Type Jendela
k Kusen Kayu mengunakan kayu Kelas I dengan ukuran 5/13
l Rangka jendela Megunakan Bahan Kayu Kayu Kelas II.
m Ukuran dan bentuk sesuai gambar

Pasal 6
PEKERJAAN PELASTERAN

Pekerjaan dinding yang mau di Plaster dinding bersih dari kayu peranca yang
menempel dan dinding harus tertutup rata semua dan pemasangan dinding batu
bata harus tegak Lurus supaya pelasteran tidak tebal untuk mencari vertikal nya dan
tebal pelasteran maximal 15cm dengan permukaan kasar supaya cat dompul mudah
lengket.

a. Sebelum diplester, bidang tembok harus dibasahi terlebih dahulu sampai jenuh.
b. Pekerjaan plesteran dinding 30 cm dari sloof digunakan adukan 1 : 3
c. Untuk plesteran dinding biasa digunakan adukan 1 Pc : 4 Psr.
d. Untuk Plesteran Beton dipakai adukan 1 Pc : 2 Psr, setelah permukaan beton yang
akan diplester dikasarkan terlebih dahulu dan disiram dengan air semen.
e. Semua pekerjaan plesteran dikerjakan secara teknis sempurna, bidang-
bidangnya rata, tegak lurus/siku terhadap bidang lainnya agar didapat plesteran
yang rata, maka dalam pelaksanaanya kontraktor pelaksana harus
mengintruksikan kepada pekerjanya agar membuat kepala-kepala plesteran
setiap bidangnya.
f. Pada setiap plesteran yang bertemu dengan kosen pintu /jendela harus
dibuatkan tali air dengan lebar 1 cm dan dalam 1 cm.
g. Dinding bagian luar di Finising Dengan Memasang Batu Alam dengan Ketingiaan
dari Muka Lantai sesuai dengan gambar.
h. Dinding kamar mandi di finishing dengan keramik ukuran 30 x 60

39
Pasal 7
PEKERJAAN ELIKTRIKAL

1. Lingkup Pekerjaan
Sumber daya listrik berasal dari PLN
Pemasangan instalasi listrik/titik cahaya, stop kontak, stop kontak AC dan sakelar
harus disesuaikan dengan gambar.

2. Syarat-syarat pemakaian bahan


i. Komponen pembagi terbuat dari besi plat tebal 2 mm dengan finishing dicat
bakar, komponen yang dipakai adalah type motor conduit Breaker ( MCB ).
j. Sakelar dan stop kontak yang berkualitas baik dengan Produk Nasional yang
berstandar SNI.
k. Untuk Instalasi Listrik Pipa yang tertanam dalam dinding mengunakan Pipa
yang berstandar SNI.
l. Seluruh kabel-kabel instalasi didalam ruangan dipakai jenis kabel NYM 2 x 2,5
mm, kualitas baik yang berstandar SNI .
m. Lampu Baret 20 Watt, seluruh komponenya digunakan yang berkualitas baik
dengan Produk Nasional yang berstandar SNI.

3. Pemasangan
b. Pemasangan titik lampu/ armatur dari jenis lampu yang telah ditentukan dan
dipasang sesuai dengan jumlah yang tertera dalam gambar.

4. Sistem Pentanahan (grounding).


c. Stop kontak dan panel pembagi harus dihubungkan dengan tanah atau
pertanahan (grounding).
d. Sistem pentanahan terdiri dari kawat besi 10 mm2 dan kawat-kawat tersebut
dimasukkan kedalam pipa besi galvanis atau sesuai petunjuk PLN, ditanam
sedalam 3 mm sampai mencapai sistem pentanahan (grounding).

5. Gambar Kerja dan Pengujian


b. Kontraktor Pelaksana harus menyerahkan gambar kerja pemasangan instalasi
yang sebenarnya yang dibuat oleh instalasi yang memilik PAS PLN.
Sebelum seluruh pekerjaan listrik diserahkan harus diadakan uji coba terlebih dahulu
dan harus disaksikan direksi pengawas atas uji coba tersebut.

40
Pasal 8
PEKERJAAN SANITASI

1. Lingkup Pekerjaan :
1.1 Meliputi semua tenaga kerja, peralatan, bahan-bahan yang diperlukan
dan digunakan sertaberhubungan dengan pekerjaan perlengkapan
sanitasi sesuai dengan gambar rencana kerjadan RKS.
1.2 Khusus untuk fitting-fitting, stop kran dan perlengkapan sanitasi lainnya,
pemborong harusmemberikan contoh sesuai yang ditentukan dalam
RKS untuk disetujui Pemberi Tugas.
1.3 Pekerjaan perlengkapan sanitasi tidak dapat terlepas dari pekerjaan
mekanikal / plumbing.
2. Bahan-bahan :
2.1 Perlengkapan sanitasi harus dilengkapi dengan fitting-fitting, stop kran
dan perlengkapannya.
2.2 Bahan yang dipakai mempunyai permukaan yang halus dan licin.
2.3 Perlengkapan sanitasi terdiri dari :
- Pipa Air Bersih PVC. 1/2
- Pipa Air Bersih PVC. 3/4"
- Pipa Air Bekas PVC 2"
- Pipa Kloset PVC 4"
- Bak Air Fiberglass
- Kran Air 1/2"
- Klosed Jongkok
- Floor Drain
- Tanki air Fiber 1m3
Pemasangan perlengkapan sanitary dan klos-klos kayu yang belum terpasang
serta pemeriksaan instalasi air yang akan dihubungkan dengan perlengkapan
sanitasi. Pemasangan perlengkapan sanitasi dilaksanakan setelah pekerjaan-
pekerjaan lantai dan pekerjaan penyelesaian dinding.
3. Pekerjaan Pelaksanaan :
3.1 Semua perlengkapan sanitasi dipasang kedinding atau lantai dengan
cara yang baik, sambungan-sambungannya kokoh dan tidak merusak
fitting.
3.2 Sambungan harus dilaksanakan dengan baik tanpa kebocoran dan
tidak miring.
3.3 Selesai dipasang wajib diadakan tes dan disaksikan oleh Pengawas
Lapangan, dimana biaya pengujian pemeriksaan dan kerusakan
material adalah menjadi tanggung jawab Pemborong

Pasal 9
PEKERJAAN LANTAI

3. Bahan

i. Pembongkaran keramik lama.


j. Lantai di timbun dengan tanah yang didatangkan, tanah ditimbun secara
merata tidak boleh tanah secara berbongka, apa bila berbongka di

41
hancurkan dan dipadatkan mengunakan alat pemadat, dan tidak ada
penimbunan yang kosong dan ketinggiaan timbunan sesuai dengan yang di
gambar.
k. Setelah tanah jadi padat dan rata, didatangkan pasir urug dengan dipasanga
secara rata dan dipasang secara di injak injak dan di pukul-pukul dengan alat
pemadat secara merata dan setiap sudut di isi ronga ronga nya sehingga
menjadi pasir urug menjadi padat yang dipasang.
l. Pekerjaan cor Lantai kerja dibuat campuran 1 : 3 : 5 dengan di pasang
waterpas, pemasangn cor lantai kerja ini di tunggu selama 7 hari sampai beton
keras baru di mulai pemasangan keramik.
m. Pekerjaan pemasangan lantai keramik kamar mandi dengan ukuran 20 x 20
n. Pekerjaan Lantai difinising dengan Keramik ukuran 40 x 40 cm dengan
pemasangan waterpass dengan nut yang lurus.
o. Waterproffing lantai dak

4. Cara pelaksanaan

Sebelum pekerjaan Cor Lantai, kontraktor pelaksana wajib memeriksa lapisan


dasarnya, dan utama sekali tanah timbun sekitar 40cm harus dipadatkan dengan
alat stempar atau alat menual lainnya dengan secara menumbuk numbuk
sampai padat dengan berkonsultasi kepadatan dengan konsultan pengawas dan
begitu juga pasir serta menjamin lapisan dasar yang rata dan padat. Pada saat
penyerahan pertama, semua lantai harus sudah bersih.
Setelah Lantai cor sudah siap dikerjakan ditunggu selama minimal 1 minggu baru
dilaksanakan pemasangan Lantai keramik.

Pasal 10
PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA

4. Bahan pintu PVC untuk kamar mandi.


5. Ventilasi kayu menggunakan kayu kelas kwalitas bagus.

Pasal 11
PEKERJAAN PENGECATAN

3. Bahan
d. Cat air untuk didinding dalam dan dinding luar dan plafond mengunakan cat
kwalitas Bagus.
e. Cat Minyak untuk kayu mengkilat digunakan cat kwalitas Bagus.
f. Cat meni kayu menggunakan cat kwalitas Bagus.

6. Cara Pelaksanaan
q. Dinding yang akan dicat sebelumnya harus dibersihkan.
r. Cat tembok
Bidang yang akan dicat, sebelumnya harus dibersihkan dan digosok dengan
ampelas dan kain basah. Kemudian dinding diplamir dengan mengunakan
plamir tembok yang berkualitas baik setelah kering digosok dengan ampelas

42
halus, sehingga permukaan dinding menjadi rata dan licin. Kemudian baru di
cat paling sedikit 2 kali dengan roll yang lebarnya minimal 25 cm.
s. Cat Kayu
Permukaan kayu yang akan dicat, terlebih dahulu harus dibersihkan dari
kotoran-kotoran yang melekat pada kozen atau pintu dan pada bagian kayu
yang dicat/berlubang harus diberi dempul kayu. Kemudian diamplas sampai
halus dan di cat dasar ( meni )selanjutnya di cat minimal 2 kali.
t. Pelituran
Semua bidang yang akan dipelitur, harus digosok sampai halus , untuk
menjaga agar awet, maka harus dilakukan beberapa kali.
u. Pelaksanaan pekerjaan Pengecatan selain dengan cara tersebut diatas, harus
sesuai dengan persyaratan yang tercantum PBI 1991 atau menurut petunjuk
teknis dari pabrik.
v. Apabila bermaksud mengecat plafond gypsum sebelum pemasangan, maka
setelah terpasang pasangan harus dicat kembali sampai rata dan rapi.
w. Hasil pengecatan harus bersih, tidak boleh ada yang belang-belang atau
keropos dan apa bila dijumpai hal demikiam maka pihak kontraktor pelaksana
harus memperbaikinya kembali sebelum penyerahan kedua.
x. Rencana Pengecatan pada dasarnya sebagai berikut :

Interior Exterior

9. Dinding Cat dasar alkali Cat dasar alkali


Ditambah 2 x cat emulsi Ditambah 2 x cat emulsi

Sda Sda
10. Plafond
Cat dasar Ditambah
11. Kosen Jendela Cat dasar Ditambah 3 x cat enamel
3 x cat enamel

Cat dasar Ditambah


12. Listplank 3 x cat enamel

Warna cat baik dinding, plafond, kosen jendela, listplank harus dimintakan petunjuk
dari direksi pengawas/pengelola teknis atau pemilik proyek.

Pasal 12
PEKERJAAN LUAR BANGUNAN

43
1. Pekerjaan Saluran.
e. Pekerjaan Saluran di gali ukuran sama dengan gambar dan gali secara lurus
dan lebar dan dalam galian tanah sama dengan gambar.
f. Pemasangan batu bata dipasang batu bata campuran 1 : 4.
g. Untuk Lantai saluran di cor beton dengan ukuran sesuai dengan gambar
dengan kemiringan lantai minimal 1 % ke buangan akhir.
h. Pemasangan Pelasteran dinding saluran campuran 1 : 4 dengan permukaan
yang li licin dan di aci.

2. Pekerjaan Rabat Keliling.

c. Pekerjaan Rabat Keliling sama dengan gambar, mengunakan cor beton


dengan campuran 1 : 2 : 3, dengan dipasang cor beton miring ke saluran.
d. Sebelum dicor diadakan Pemadatan tanah dan pemasangan pasir urug untuk
ukuran di sesuaikan dengan gambar.

Pasal 13
PEKERJAAN SELASAR PENGHUBUNG

b. Pekerjaan Pondasi

1. Pekerjaan Pondasi Setempat camp. 1 : 3


a. Pada pekerjaan pondasi setempat untuk kolom-kolom beton bertulang harus
dipasang stek-stek tulang yang besarnya sama dengan besar diameter tulang
kolom tersebut.
b. Khusus pondasi untuk yang berada diatas tanah urugan, kontraktor pelaksana
harus menyesuaikan kedalamnya sesuai dengan gambar kerja.
c. Pekerjaan Rangka Selasar
Bahan
Pipa besi hitam high pressure dia 4, dia 3, dia 2.
Pemasangna penutup atap menggunakan atap spandek

Pasal 14
PEKERJAAN KANOPY

Bahan.
Rangka atap baja ringan
Lisplank papan
Atap spandek
Pelaksanaan
Pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan gambar bestek yang diberikan.
Pemeriksaan kembali pekerjaan apakah masih ada yang bocor atau tidak
lurus dalam pekerjaannya

Pasal 15
PEKERJAAN PAVING BLOK

44
1. Pekerjaan Paving Blok
Pekerjaan pemasangan paving blok ini dipasang sesuai dengan gambar atau
usulan dari pengawas lapangan.
2. Pekerjaan Kanstin Beton
Pekerjaan pembuatan kanstin beton sama halnya dengan pemasangan
paving blok sesuai dengan gambar kerja.

45

Anda mungkin juga menyukai