Bab 4 Strategi Pengembangan Wps

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 63

Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

ogya

BAB 4
STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH

4.1 STRATEGI PENGEMBANGAN WPS

4.1.1. ANALISIS SWOT PENGEMBANGAN WPS

Pada pembahasan ini menampilkan analisis SWOT pengembangan infrastruktur WPS-7


Jakarta Bogor Ciawi - Sukabumi dilihat dari tipologi suatu pembangyna dan diharapkan dari
hasil analisis ini dapat dihasilkan Ultimate Infrastruktur WPS-7.

Tabel 4. 1 Analisis SWOT Pengembangan Infrastruktur WPS 7

Parameter S (Kekuatan) W (kelemahan) O (Peluang) T (Tantangan)

Geografis Wilayah Medan Pengembangan Pengembangan


membentang dari pegunungan pertanian dalam komoditas
pesisir pantai hingga menyebabkan arti luas pertanian unggulan
pegunungan sulitnya akses sesuai agroklimat
pada beberapa dan agroekologi
lokasi potensial
Hidrologi Potensi SDA Pengembangan Membutuhkan
belum infrastruktur biaya
dimanfaatkan SDA untuk pembangunan
secara optimal meningkatkan yang sangat mahal
kapasitas
tampung air
baku
Penggunaan Tingginya alih Peningkatan Dukungan
lahan fungsi lahan di luaan areal infrastruktur
seluruh pertanian SDA/Irigasi
Kabupaten / Kota
pada WPS 7

IV -1
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Parameter S (Kekuatan) W (kelemahan) O (Peluang) T (Tantangan)

Potensi Lokasi di daerah Pengembangan Kerjasama dengan


Sumber Daya sulit dijangkau, di pembangkit pihak swasta
Alam dalam kawasan listrik (Proyek dalam rangka
hutan Listrik 35.000 pengadaan
MW) pembangkit listrik
Kerawanan Pengembangan
Bencana Alam wilayah dan
infrastruktur harus
mempertimbangka
n faktor mitigasi
bencana alam
Indeks Kabupaten Meningkatkan Penyediaan
Pembangunan Sukabumi memiliki IPM sesuai sarana prasarana
Manusia (IPM) IPM yang rendah. dengan tarhet agar masyarakat
Jika dibandingkan dalam RPJMD dapat hidup lebih
dengan DKI Jawa Barat sehat, lebih
Jakarta & Kota 2014-2019 pada perpengatahuan
Depok memiliki Kab. / Kota di dan berstandar
tingkat wilayah deliniasi hidup lebih layak
ketimpangan yang WPS Jakarta
signifikan Bogor Ciawi
Sukabumi
Kualitas SDM Besarnya potensi Rendahnya angka SDM yang Peningkatan
angkatan kerja usia rata rata lama memiliki kualitas SDM
produktif untuk sekolah pada keahlian dan melalui pendidikan
pembangunan di WPS Jakarta ketrampilan dan pelaihan
berbagai sektor Bogor Ciawi untuk mengisi sesuai kebutuhan
Sukabumi (6,36 pasar kerja pasar kerja
10, 58 Tahun) dbidang
diberbagai
bidang
khususnya
agroindustry
Perekonomian Kontribusi PDRB Sektor Industri Pengembangan Era perdagangan
terhadap nasional yang masih komoditas bebas, Masyarakat
yang cukup tinggi terkonsentrasi pertanian Ekonomi Asean
(23%) pada Provinsi DKI unggulan untuk (MEA). Masuknya
Jakarta & Kota memasuki produk sejenis dari
Depok pasar ASEAN luar negeri dengan
harga lebih
kompetitif.
Pertanian dan Surplus produksi Masih rendahnya Pengembangan Perbaikan sistem
Perkebunan padi, sebagai tingkat industri agribisnis yang
lumbung pangan kesejahteraan pengolahan lebih pro poor
nasional. Sentra petani berbasis agro
hortikultur beberapa (agro-industry)
jenis komoditas.
Perikanan Produksi perikanan Perikanan Pengembangan Kebijakan impor
tangkap 225.330 budidaya (tambak) sektor perikanan prosuk perikanan
ton/tahun di Prov rawan penyakit, untuk mengisi untuk menekan
DKI Jakarta dan dan pencemaran pasar ASEAN harga di tingkat
124,284 di Kab. lingkungan konsumen
Sukabumi

IV -2
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Parameter S (Kekuatan) W (kelemahan) O (Peluang) T (Tantangan)

Industri Melimpahnya bahan Masih Pengembangan Pasokan energi


mentah industri agro beragamnya industri berbasis listrik yang handal
kualitas bahan agro
mentah industri
agro
Pariwisata Memiliki 4 KSPN Aksesibilitas Meningkatkan Peningkatan
dengan tingkat menuju kawasan pertumbuhan infrastruktur jalan,
jumlah pengunjung wisata yang belum kunjungan listrik dan air
pertahun mencapai optimal wisatwan bersih
lebih dari 500.000 mancanagera
Pengunjung / tahun (5%/tahun).
pada tiap KSPN
Infrastruktur Belum optimalnya Peningkatan Masih terkendala
Sumber Daya pemanfaatan kapasitas dengan sulitnya
Air sebagai air baku tampung Pembebasan
infrastruktur lahan
SDA, Irigasi
untuk
mendukung
LP2B,
kebutuhan air
bersih domestik
dan non
domestik
Konektivitas Pelabuhan Tanjung Tingginya tingkat Pembangunan Masih Terkendala
Priok sebagai kemacaten Jalan Tol pembebasan lahan
gerbang masuknya khususnya di DKI BOCIMI yang dan resistensi
logistic maupun Jakarta (Level of akan penduduk
penumpang. Serta service berada menurunkan
ditunjang 2 bandara pada level F di tingkat
berskala internaional sebagian besar kepadatan
seluruh ruas jalan khususnya di
nasional) yang sepanjang ruas
mengakibatkan Jakarta - Ciawi
terganggunya arus
logistic maupun
penumpang
Ketahanan Didukung oleh 2 Mudahnya alih Pengembangan Alih fungsi lahan
Pangan Kabupaten yang fungsi lahan Lahan Pertanian pertanian irigasi
merupakan lumbung pertanian Pangan teknis menjadi
pangan nasional beririgasi teknis. Berkelanjutan lahan non
(LP2B) untuk pertanian akibat
menjaga stok perkembangan
beras dalam kebutuhan lahan
rangka program bagi pembangunan
ketahanan ekonomi sosial
pangan nasional masyarakat
Permukiman Tingginya sebaran Resistensi Peningkatan Pengembangan
Kumuh di permukiman kumuh masyarakat dan kualitas partisipasi
perkotaan di DKI Jakarta (243 masalah sosial permukiman masyarakat dan
RW) dan luas ekonomi kumuh pemangku
mencapai 1332 Ha di masyarakat perkotaan kepentingan
sesuai dengan lainnya.

IV -3
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Parameter S (Kekuatan) W (kelemahan) O (Peluang) T (Tantangan)

Jawa Barat pada program Ditjen


delineasi WPS 7 Cipta Karya 100
0 - 100
Perumahan Backlog rumah di Semakin Penyediaan Dibutuhkan
sebesar 1.810.214 terbatasnya lahan rusun layak huni kerjasama
untuk bagi Masyarakat berbagai
pengembangan Berpenghasilan pemangku
rumah tapak Rendah (MBR) kepentingan
(landed housing) (Pemerintah,Pemd
a, Swasta dan
Maasyarakat)
Air Minum Belum Menurunnya debit
termanfaatkan akibat rusaknya
potensi air baku daerah tangkapan
secara optimal air di wilayah hulu,
dan illegal drilling
Air Limbah -Kehendak dan Pengembangan Merubah pola pikir
upaya Pemerintah sistem masyarakat
dan pemerintah pengolahan air tentang saintasi
daerah untuk linbah rumah setempat menjadi
mengurangi tingkat tangga secara sanitasi terpusat.
pencemaran air terpusat.
tanah di perkotaan
akibat buruknya
sistem sanitasi
Sampah Kehendak dan upaya Terbatasnya lahan Pengembangan Koordinasi
Pemerintah dan di perkotaan untuk TPA regional Pemerintah
pemerintah daerah pengembangan yang melayani Provinsi dengan
dalam mengelola TPA sesuai beberapa Pemerintah
sampah. Semakin ketentuan yang kabupaten/ kota Kabupaten/Kota
meningkatkan berlaku (Sanitary dengan sistem terkait tentang
kesadaran Landfill) sanitary landfill pengelolaan TPA
masyarakat tentang
lingkungan yang
bersih dan sehat
Drainase Kehendak dan upaya Kawasan Memperbaiki Meningkatkan
Pemerintah dan perkotaan yang sistem drainase kesadaran
pemerintah daerah berada di dataran di perkotaan masyarakat untuk
untuk mengurangi rendah dengan untuk tidak membuang
kerugian masyarakat sistem drainase mengurangi sampah ke dalam
akibat bencana yang kurang baik. luasan durasi saluran draianse.
banjir rutin Banjir sering genangan banjir
menggenangi
jalan nasional
sebagai backbone
Sumber : Hasil Analisis Konsultan

IV -4
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Gambar 4.1 Analisis SWOT

IV -5
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Gambar 4. 2 Kesimpulan Analisis SWOT

IV -6
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

4.1.2. ANALISIS KONEKTIVITAS ANTAR KAWASAN DALAM WPS

Konektivitas memegang peranan penting dalam perkembangan suatu kawasan, karena


melibatkan pergerakan di sepanjang jalan antara dua titik, dan berperan sebagai penghubung
antar ruang. Analisis konektivitas diperlukan dalam pengembangan kawasan untuk
merencanakan peningkatan konektivitas guna menunjang aktivitas di kawasan strategis. Strategi
yang dapat dilakukan dalam upaya peningkatan konektivitas adalah dengan meningkatkan
kinerja pelayanan jalan dan memadukan jaringan jalan antar kawasan.

Pelayanan jalan dapat diukur dari kondisi fisik jalan tersebut, apakah jalan berada dalam kondisi
mantap atau tidak mantap untuk setiap segmen panjang jalan. Kemantapan jalan ini dinyatakan
dengan tingkat kerataan lapis permukaan jalan. Jika suatu jalan memiliki kondisi permukaan jalan
yang rata, maka seluruh lapisan jalan dianggap dalam kondisi baik.

Kerataan jalan dapat dinilai dengan penilaian secara kualitatif melalui pengamatan visual, dan
dengan penilaian kuantitatif menggunakan alat ukur kerataan permukaan perkerasan jalan, yakni
roughmeter. Satuan dari kerataan jalan adalah International Roughness Index (IRI), yang
menyatakan akumulasi naik turunnya permukaan jalan setiap 1 km jalan (m/Km).

Ruas jalan dikatakan memenuhi standar pelayanan minimal apabila nilai IRI lebih kecil dari
persyaratan. Menurut Peraturan Menteri PU No. 19/PRT/M/2011, untuk persyaratan nilai IRI
maksimum sesuai spesifikasi penyediaan prasarana jalan, yakni :

Tabel 4.2 Persyaratan Nilai IRI

Nilai IRI
Spesifikasi Jalan maksimum

Jalan bebas hambatan 4

Jalan raya 6

Jalan sedang 8

Jalan kecil 10
Sumber : Permen PUPR No. 19/PRT/M/2011

IV -7
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

dengan demikian, untuk jalan raya nilai IRI maksimum yang diperbolehkan adalah 6, dimana
apabila terdapat jalan dengan nilai IRI lebih dari 6, maka jalan tersebut berada dalam kondisi
tidak mantap.

Selain itu kinerja pelayanan jalan juga dapat dilihat dari kondisi rasio volume arus lalu lintas dan
kapasitas jalan. Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 14 Tahun 2006, untuk
jalan dengan fungsi jalan arteri primer dan kolektor primer, minimum tingkat pelayanan adalah
B. Untuk dapat mengetahui kinerja pelayanan jalan di masa mendatang, dilakukan prediksi
pertumbuhan arus lalu lintas untuk 5 dan 10 tahun mendatang, dengan menggunakan asumsi
tingkat pertumbuhan sebesar 5 % pertahun.

Untuk WPS 7 yang meliputi DKI Jakarta, Kota Depok,Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota
Sukabumi dan Kabupaten Sukabumi, analisis konektivitas dilakukan berdasarkan pembagian
sub wilayah sebagai berikut :

A. Sub WPS 1 : Kawasan kota inti DKI Jakarta


RTRW Jabodetabekpunjur dan Provinsi Jawa Barat menetapkan DKI Jakarta sebagai Pusat
Kegiatan Nasional (PKN) , dan berperan menjadi pusat kegiatan-kegiatan utama dan
pendorong pengembangan kawasan perkotaan di sekitarnya.

Pada sub WPS 1, terdapat beberapa simpul-simpul pergerakan, yakni berupa bandar udara,
dan pelabuhan, dimana simpul pergerakan tersebut juga menunjang konektivitas dengan
kawasan lainnya. Sub WPS 1 memiliki dua bandara yang melayani penerbangan domestik
dan internasional, yakni Bandara Internasional Soekarno Hatta yang terletak di Tangerang
dan Bandara Internasional Halim Perdana Kusuma yang terletak di Jakarta Timur.

Bandara Soekarno Hatta dengan luasan lahan 2.138 Ha saat ini memiliki 3 terminal dengan
total kapasitas tampung 38 juta penumpang/tahun. Pada tahun 2015, bandara Soekarno
Hatta melayani 298.463 pergerakan ( 41.491.945 penumpang) untuk penerbangan domestik
dan 83.186 pergerakan ( 12.265.664 penumpang ) untuk penerbangan internasional.
Sementara bandara Halim Perdana Kusuma dengan luasan lahan 170 Ha , memiliki
kapasitas penumpang 168.986/tahun.Pada tahun 2015 melayani sebanyak 2.488
pergerakan (103.423 penumpang) untuk penerbangan domestik dan 27.767 pergerakan (
2.955.351 penumpang) untuk penerbangan internasional.

IV -8
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Selain bandara, pada sub WPS 1 juga terdapat Pelabuhan Tanjung Priok yang berperan
sebagai pelabuhan utama hub internasional dengan kapasitas total mencapai 11,5 juta
TEUs pertahun.

Secara umum kondisi infrastruktur jalan yang berperan sebagai pendukung aksesibilitas di
sub WPS 1 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3 Proyeksi Ruas Jalan di KPS 1

Kondisi Kondisi Kondisi IRI


Kemantapan
Status 2016 2021 2026 (m/k
No. Nama Ruas Jalan Jalan
Jalan m)
VCR LoS VCR LoS VCR LoS

1 JLN. DAAN MOGOT Nasional 2,89 F 3,69 F 4,71 F 4,79 MANTAP

2 JLN. BEKASI RAYA Nasional 2,02 F 2,58 F 3,29 F 4,21 MANTAP

3 JLN. RAYA PELABUHAN Nasional 1,08 F 1,38 F 1,76 F 5,39 MANTAP

4 JLN. JAMPEA Nasional 0,65 C 0,83 D 1,06 F 4,86 MANTAP

5 JLN CILINCING RAYA Nasional 1,03 F 1,31 F 1,68 F 5,93 MANTAP

6 JLN. LINGKAR BARAT Nasional 2,04 F 2,60 F 3,32 F 5,40 MANTAP

7 JLN. PASAR JUM'AT Nasional 2,52 F 3,22 F 4,11 F 5,81 MANTAP

8 JLN. CIPUTAT RAYA Nasional 3,00 F 3,83 F 4,89 F 6,35 TIDAK MANTAP

9 JLN. KARTINI Nasional 1,23 F 1,57 F 2,00 F 4,46 MANTAP

10 JLN. TB. SIMATUPANG Nasional 1,83 F 2,34 F 2,99 F 4,50 MANTAP

11 JLN. BOGOR RAYA Nasional 1,63 F 2,08 F 2,66 F 3,66 MANTAP

12 JLN. CAKUNG - Nasional 1,11 F 1,41 F 1,80 F 6,37 TIDAK MANTAP


CILINCING

13 JLN. AKSES MARUNDA Nasional 0,98 E 1,25 F 1,60 F 6,26 TIDAK MANTAP
Sumber : Ditjen Bina Marga & Analisa Konsultan 2015

Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi rasio volume dan kapasitas
kendaraan (VCR) pada kondisi eksisting, seluruh ruas jalan nasional yang ada di sub WPS
1 sebagian besar telah melewati Level of Service C, yang berarti arus kendaraan mulai

IV -9
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

terhambat. Untuk prakiraan kondisi lalu lintas 5 dan 10 tahun mendatang (tahun 2021 dan
2026), seluruh ruas jalan telah mencapai nilai Level of Service F, yang berarti jalan telah
mencapai kondisi jenuh. Selain itu apabila dilihat berdasarkan kondisi kemantapan jalan,
beberapa ruas jalan berada dalam kondisi tidak mantap, hanya 77 % ruas jalan yang
berada dalam kondisi mantap.

IV -10
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Peta 4.1 Konektivitas Kawasan KPS 1

IV -11
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Pada sub WPS 1 yang memiliki potensi antara lain perindustrian,perdagangan, jasa,
pariwisata sejarah, wisata bahari, dan transportasi terdapat beberapa kawasan strategis,
antara lain :

Kawasan industri Marunda


Kawasan industri Berikat Nusantara
Kawasan industri Pulo Gadung JIEP
Kawasan pariwisata Kota Tua
Kawasan pariwisata Kepulauan Seribu
Kawasan ODTW Pulau Onrust

Konektivitas pada kawasan ini didukung oleh beberapa ruas jalan, yakni :
a. Jalan strategis nasional, yakni ruas Jalan Pasar Jumat, Jalan Ciputat Raya, dan Jalan
Bogor Raya yang menghubungkan DKI Jakarta dengan Bogor.
b. Jalan strategis nasional, yakni ruas Jalan Bekasi Raya yang menghubungkan DKI
Jakarta dengan Bekasi
c. Jalan strategis nasional, yakni ruas Jalan Daan Mogot yang menghubungkan DKI
Jakarta dengan Tangerang
d. Jalan strategis nasional, yakni ruas Jalan Lingkar Barat, Jalan Ciputat Raya, Jalan R.A.
Kartini, Jalan Cakung-Cilincing dan Jalan T.B. Simatupang yang menghubungkan antar
kawasan di DKI Jakarta
e. Jalan strategis nasional, yakni ruas Jalan Akses Marunda yang menuju Kawasan
Industri Marunda
f. Jalan strategis nasional , yakni ruas Jalan Raya Pelabuhan, Jalan Jampea, dan Jalan
Cilincing Raya yang menuju Pelabuhan Tanjung Priok, dan NCICD.
g. Jalan tol Sedyatmo yang menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta
h. Jalan tol Jakarta-Bogor-Ciawi yang menghubungkan DKI Jakarta dengan Bogor
i. Jalan tol Jakarta Outer Ring Road yang menghubungkan antar kawasan Jabodetabek
j. Jalan tol Jakarta Inner Ring Road yang menghubungkan antar kawasan dalam provinsi
DKI Jakarta
k. Jalan tol Jakarta Tangerang yang menghubungkan DKI Jakarta dengan Tangerang
l. Jalan tol Jakarta-Cikampek yang menghubungkan DKI Jakarta dengan Jawa Barat dan
area pulau Jawa menuju ke timur

IV -12
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

m. Jalan tol Ulujami-Pondok Aren dan Pondok Aren-Serpong yang menghubungkan DKI
Jakarta dengan Tangerang Selatan.

B. Sub WPS 2 : Kawasan Kota Depok, Kota Bogor, dan Kabupaten Bogor
RTRW Jabodetabekpunjur dan Provinsi Jawa Barat menetapkan Kota Depok, Bogor, dan
Cibinong sebagai penyeimbang (counter magnet) perkembangan kawasan perkotaan inti.

Secara umum kondisi infrastruktur jalan yang berperan sebagai pendukung aksesibilitas di
sub WPS 2 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4 Kondisi Ruas Jalan KPS 2

Kondisi Kondisi Kondisi


2016 2021 2026 IRI Kemantapan
Status (m/km) Jalan
No. Nama Ruas Jalan
Jalan

VCR LoS VCR LoS VCR LoS

BTS. KOTA JASINGA - BTS. KOTA


1 Nasional 0,40 B 0,51 C 0,65 C 5,16 MANTAP
LEUWILIANG

JLN. RAYA LEUWILIANG


2 Nasional 0,43 B 0.55 C 0,70 C 6,50 TIDAK MANTAP
(LEUWILIANG)

BTS. KOTA LEUWILIANG - BTS.


3 Nasional 0,43 B 0,55 C 0,70 C 3,98 MANTAP
KOTA BOGOR

4 JLN. ABD. BIN NUH (BOGOR) Nasional 0,19 A 0,24 B 0,31 B 5,24 MANTAP

5 JLN. RAYA DRAMAGA (BOGOR) Nasional 0,49 C 0,62 C 0,80 D 4,51 MANTAP

6 JLN. DRAMAGA II (BOGOR) Nasional - - - - - - 6,34 TIDAK MANTAP

7 BOGOR - CIAWI (JLN. RAYA TAJUR) Nasional 0,39 B 0,50 C 0,64 C 3,66 MANTAP

8 CIAWI - BENDA Nasional 0,31 B 0,40 B 0,51 C 5,31 MANTAP

GANDARIA/BTS.DEPOK/TANGERAN
9 Nasional 0,38 B 0,51 C 0,62 C 3,12 MANTAP
G - BTS.DEPOK

10 BTS. DEPOK/BOGOR - BOGOR Nasional 0,40 B 0,52 C 0,66 C 3,63 MANTAP

11 KEMANG - KEDUNGHALANG Nasional 0,42 B 0,54 C 0,69 C 5,65 MANTAP

GANDARIA - CILODONG/BTS.
12 Nasional 0,36 B 0,46 C 0,59 C 3,50 MANTAP
DEPOK

IV -13
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Kondisi Kondisi Kondisi


2016 2021 2026 IRI Kemantapan
Status (m/km) Jalan
No. Nama Ruas Jalan
Jalan

VCR LoS VCR LoS VCR LoS

CILODONG/BTS. DEPOK - BTS.


13 Nasional 0,30 B 0,39 B 0,49 C 3,39 MANTAP
KOTA BOGOR

14 JLN. PAJAJARAN (BOGOR) Nasional 0,62 C 0,79 D 1,01 F 3,86 MANTAP

JLN. RAYA KEDUNGHALANG


15 Nasional 0,16 A 0,21 B 0,26 B 4,37 MANTAP
(BOGOR)

16 CIAWI - PUNCAK Nasional 0,44 B 0,56 C 0,71 C 4,76 MANTAP

17 JLN. RAYA CIAWI (BOGOR) Nasional 0,25 B 0,32 B 0,41 B 3,64 MANTAP

18 JLN. TRANS YOGI (DEPOK) Nasional 0,23 B 0,30 B 0,38 B 3,78 MANTAP

19 JLN. LETDA NATSIR (CIKEAS) Nasional - - - - - - 5,15 MANTAP

20 CIMANGGIS - NAGRAK Nasional - - - - - - 5,06 MANTAP

21 JLN. IR. H. JUANDA (DEPOK) Nasional 0,22 B 0,29 B 0,37 B 5,07 MANTAP

22 JLN. MARGONDA RAYA (DEPOK) Nasional 0,08 A 0,11 A 0,13 A 5,65 MANTAP

23 JLN. ARIF RAHMAN HAKIM (DEPOK) Nasional - - - - - - 3,67 MANTAP

24 JLN. TERATAI RAYA (DEPOK) Nasional - - - - - - 4,80 MANTAP

25 JLN. NUSANTARA (DEPOK) Nasional - - - - - - 5,09 MANTAP

26 JLN. RAYA SAWANGAN (DEPOK) Nasional - - - - - - 7,59 TIDAK MANTAP

27 JLN. MUCHTAR RAYA (DEPOK) Nasional - - - - - - 7,77 TIDAK MANTAP

28 JLN. SAWANGAN RAYA (DEPOK) Nasional - - - - - - 8,74 TIDAK MANTAP


Sumber : Ditjen Bina Marga & Analisa Konsultan 2015

Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi kemantapan jalan, beberapa
ruas jalan berada dalam kondisi tidak mantap, hanya 78 % ruas jalan yang berada dalam
kondisi mantap.

IV -14
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Peta 4.2 Konektivitas Kawasan KPS 2

IV -15
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Pada sub WPS 2, terdapat beberapa kawasan strategis, yakni :


Perkotaan Cibinong sebagai PKWp, yang berperan sebagai pusat pemerintahan,
pelayanan sosial dan ekonomi, permukiman, industri, riset dan teknologi dalam skala
provinsi dan antar kabupaten kota.
Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (puncak), yang merupakan Kawasan
Strategis Pariwisata Nasional.
Kawasan industri CCIE Cibinong
Kawasan industri Sentul
Kawasan industri Jonggol
Kawasan industri Parung Panjang

Konektivitas pada kawasan ini didukung oleh beberapa ruas jalan, yakni :
a. Jalan strategis nasional, yakni ruas Jalan Bogor-Ciawi dan Jalan Ciawi-Benda yang
menghubungkan Kota Bogor dengan Sukabumi. Pada tahun 2016, kondisi arus lalu
lintas pada koridor ini masih berada dalam kondisi stabil. Untuk proyeksi pada tahun
2021 dan 2026, arus lalu lintas masih stabil, namun kecepatan dan gerak kendaraan
sudah dibatasi.
b. Jalan strategis nasional, yakni ruas Jalan Bogor-Ciawi, Ciawi-Puncak dan Jalan Raya
Ciawi yang menghubungkan Kota Bogor dengan KSPN Gunung Gede Pangrango
Puncak. Pada tahun 2016, kondisi arus lalu lintas di koridor ini masih berada dalam
kondisi stabil. Diprediksikan untuk tahun 2021 dan 2026 koridor ini masih akan stabil.
Akan tetapi, pada waktu liburan koridor ini akan mengalami peningkatan arus lalu lintas
yang cukup tinggi dan menyebabkan kemacetan yang cukup parah.
c. Jalan strategis nasional, yakni ruas Jalan Cilodong (Batas Kota Depok-Bogor), Jalan
Pajajaran, dan Jalan Raya Kedunghalang yang menghubungkan Kota Bogor dengan
Cibinong. Pada tahun 2016, kondisi arus lalu lintas pada koridor ini masih stabil, namun
pada diprediksikan pada tahun 2021, ruas Jalan Pajajaran akan mengalami penurunan
kinerja akibat peningkatan arus lalu lintas.
d. Jalan strategis nasional, yakni ruas Jalan IR.H.Juanda, Jalan Margonda Raya, dan
Jalan Gandaria-Cilodong, yang menghubungkan Depok dengan Cibinong. Pada tahun
2016, kondisi arus lalu lintas pada koridor ini masih stabil, begitu pula prediksi untuk
tahun 2021 dan 2026, kondisi arus lalu lintas masih berada dalam keadaan stabil.
e. Jalan strategis nasional, yakni ruas Jalan Arif Rahman Hakim, Jalan Teratai Raya, Jalan
Nusantara, Jalan Raya Sawangan, Jalan Muchtar Raya, dan Jalan Sawangan Raya

IV -16
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

yang menghubungkan Depok dan Sawangan dengan Parung. Untuk kondisi pada tahun
2016, dan prediksi tahun 2021 serta 2026, arus pada koridor ini masih stabil, namun
berdasarkan nilai IRI, kondisi kerataan jalan di tahun 2016 pada koridor ini 50 % nya
berada dalam keadaan tidak cukup baik.
f. Jalan strategis nasional, yakni ruas Jalan Gandaria - Batas Depok yang
menghubungkan Depok dengan DKI Jakarta. Pada tahun 2016, kondisi arus lalu lintas
pada koridor ini masih stabil, dan diprediksikan akan bertahan hingga tahun 2026.
g. Jalan strategis nasional yakni ruas Jalan Batas Kota Jasinga Batas Leuwiliang, Jalan
Raya Leuwiliang, Batas Kota Leuwiliang-Bogor, Jalab Abd.Bin Nuh, Jalan Raya
Dramaga, dan Jalan Dramaga II yang menghubungkan Bogor dengan Provinsi Banten.
Pada tahun 2016, kondisi arus lalu lintas pada koridor ini sudah cukup padat, namun
masih stabil. Diprediksikan pada tahun 2026, terutama ruas Jalan Dramaga akan
mencapai titik jenuh. Berdasarkan nilai IRI, di tahun 2016 ini diketahui bahwa kondisi
kerataan permukaan jalan pada koridor ini tidak cukup baik.
h. Jalan strategis provinsi yang menghubungkan Cibinong dengan Jonggol
i. Jalan strategis provinsi yang menghubungkan Parung Panjang dengan Bogor
j. Jalan tol Bogor Outer Ring Road yang menghubungkan antar kawasan Kota dan
Kabupaten Bogor,mulai dari Sentul Selatan hingga Dramaga.

C. Sub WPS 3 : Kawasan Kota dan Kabupaten Sukabumi


RTRW Nasional menetapkan kawasan Sukabumi sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW).
Selain itu RTRW Jabodetabekpunjur dan Provinsi Jawa Barat menetapkan PKW Sukabumi
dan sekitarnya dengan mendorong perkembangan koridor Sukabumi-Cianjur.

Secara umum kondisi infrastruktur jalan yang berperan sebagai pendukung aksesibilitas di
sub WPS 3 adalah sebagai berikut :

IV -17
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Tabel 4.5 Proyeksi Kondisi Ruas Jalan KPS 3

Kondisi Kondisi Kondisi IRI


Kemantapan
Status 2016 2021 2026 (m/k
No. Nama Ruas Jalan Jalan
Jalan m)
VCR LoS VCR LoS VCR LoS

BENDA - BTS. KOTA


1 Nasional 0,44 B 0,56 C 0,71 C 5,01 MANTAP
CIBADAK

JLN. SILIWANGI
2 Nasional 0,43 B 0,55 C 0,71 C 4,12 MANTAP
(CICURUG)

JLN. SILIWANGI
3 Nasional 0,44 C 0,56 C 0,72 C 8,41 TIDAK MANTAP
(PARUNGKUDA)

JLN. SURYAKENCANA
4 Nasional 0,40 B 0,51 C 0,65 C 6,58 TIDAK MANTAP
(CIBADAK)

BTS. KOTA CIBADAK -


5 Nasional 0,38 B 0,48 C 0,62 C 5,83 MANTAP
BTS. KOTA SUKABUMI

JLN. RAYA SILIWANGI


6 Nasional 0,37 B 0,47 C 0,60 C 4,86 MANTAP
(CIBADAK)

JLN. RAYA CIBOLANG


7 Nasional 0,38 B 0,48 C 0,61 C 3,26 MANTAP
(CISAAT)

JLN. RAYA CISAAT


8 Nasional 0,34 B 0,44 B 0,56 C 4,15 MANTAP
(CISAAT)

JLN. K.H. SANUSI


9 Nasional 0,34 B 0,43 B 0,55 C 5,36 MANTAP
(SUKABUMI)

JLN. BHAYANGKARA
10 Nasional 0,69 C 0,88 E 1,12 F 4,60 MANTAP
(SUKABUMI)

JLN. SURYAKENCANA
11 Nasional 0,68 C 0,87 E 1,11 F 4,90 MANTAP
(SUKABUMI)

JLN. RUMAH SAKIT


12 Nasional 0,69 C 0,88 E 1,12 F 4,50 MANTAP
(SUKABUMI)

JLN. SILIWANGI
13 Nasional 0.68 C 0,87 E 1,11 F 7,36 TIDAK MANTAP
(SUKABUMI)

JLN. LETJEN. KOSASIH


14 Nasional 0,34 B 0,43 B 0,55 C 4,72 MANTAP
(SUKABUMI)

IV -18
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Kondisi Kondisi Kondisi IRI


Kemantapan
Status 2016 2021 2026 (m/k
No. Nama Ruas Jalan Jalan
Jalan m)
VCR LoS VCR LoS VCR LoS

BTS. KOTA SUKABUMI -


15 Nasional 0,38 B 0,48 C 0,62 C 6,89 TIDAK MANTAP
GEKBRONG (BTS. KABU

BTS. KOTA CIBADAK -


16 Nasional 0,47 C 0,61 C 0,77 D 4,51 MANTAP
CIKEMBANG

JLN. PERINTIS
17 KEMERDEKAAN Nasional 0,66 C 0,84 E 1,08 F 3,37 MANTAP
(CIBADAK)
Sumber : Ditjen Bina Marga & Analisa Konsultan 2015

Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi rasio volume dan kapasitas
kendaraan (VCR) pada kondisi eksisting, seluruh ruas jalan nasional yang ada di sub WPS
3 belum melewati Level of Service C, yang berarti jalan masih berada dalam kondisi baik.
Untuk prakiraan kondisi lalu lintas lima tahun mendatang (tahun 2021), mulai terdapat
beberapa ruas jalan yang nilai Level of Service-nya mencapai E. Sementara untuk prakiraan
10 tahun mendatang (kondisi 2026), beberapa ruas jalan mencapai nilai Level of Service F,
yang berarti jalan telah mencapai kondisi jenuh.
Selain itu apabila dilihat berdasarkan kondisi kemantapan jalan, beberapa ruas jalan berada
dalam kondisi tidak mantap, hanya 76 % ruas jalan yang berada dalam kondisi mantap.

IV -19
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Peta 4.3 Konektivitas Kawasan KPS 3

IV -20
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Pergerakan di sub WPS 3, dipengaruhi oleh beberapa kawasan strategis, diantaranya :


Kawasan Strategis Kabupaten Perkotaan Cibadak
Kawasan Strategis Koridor Kegiatan Ekonomi Berkelanjutan Cicurug, Sukabumi,
Sukalarang
Kawasan Strategis Kabupaten Agrobisnis Purabaya

Konektivitas pada kawasan ini didukung oleh beberapa ruas jalan, diantaranya :
a. Jalan strategis nasional, yakni ruas Jalan Batas Kota Cibadak-Batas Kota Sukabumi,
Jalan Raya Siliwangi (Cibadak), Jalan Raya Cibolang (Cisaat), Jalan Raya Cisaat
(Cisaat), Jalan K.H. Sanusi (Sukabumi), Jalan Bhayangkara (Sukabumi), Jalan
Suryakencana (Sukabumi), Jalan Rumah Sakit (Sukabumi), Jalan Siliwangi (Sukabumi),
dan Jalan Letjen. Kosasih (Sukabumi) yang menghubungkan kawasan Perkotaan
Cibadak dengan Kota Sukabumi. Pada tahun 2016, arus lalu lintas pada koridor ini
masih berada dalam kondisi stabil. Hasil proyeksi arus lalu lintas pada tahun 2021,
beberapa ruas jalan sudah mulai mengalami penurunan kinerja, bahkan beberapa ruas
sudah mencapai nilai Level of Service E yakni ruas Jalan Bhayangkara (Sukabumi),
ruas Jalan Suryakencana (Sukabumi), ruas Jalan Rumah Sakit (Sukabumi), dan ruas
Jalan Siliwangi (Sukabumi), sehingga pada proyeksi tahun 2026, seluruh ruas jalan
tersebut sudah mencapai kondisi jenuh. Jika dilihat berdasarkan kondisi IRI, terdapat
satu ruas jalan yang nilainya diatas batas maksimum, yakni ruas Jalan Siliwangi
(Sukabumi), dengan nilai IRI mencapai 7,36.
b. Jalan strategis nasional , yakni ruas Jalan Benda-Batas Kota Cibadak, Jalan Siliwangi
(Cicurug), Jalan Siliwangi (Parungkuda), dan Jalan Suryakencana (Cibadak) yang
menghubungkan kawasan Perkotaan Cibadak dengan sub WPS 2. Kondisi arus lalu
lintas pada tahun 2016 , proyeksi 2021 dan 2026 pada koridor ini masih dalam keadaan
stabil, meskipun nilai VCR nya selalu meningkat setiap tahunnya. Terdapat 2 ruas jalan
yang kondisi kerataannya melebihi batas maksimum persyaratan, yakni ruas Jalan
Siliwangi (Parungkuda) dan Jalan Suryakencana (Cibadak), dengan nilai IRI 8,41 dan
6,58.
c. Jalan strategis nasional, yakni ruas Jalan Batas Kota Sukabumi dengan Gekbrong yang
menghubungkan Kota Sukabumi dengan Cianjur. Pada tahun 2016, proeksi 2021 dan
2026, berdasarkan rasio volume dan kapasitas kendaraan, kondisi arus lalu lintasnya
masih berada dalam keadaan stabil, namun kondisi kerataan permukaa jalannya
melebihi batas persyaratan, dengan nilai IRI sebesar 6,89.

IV -21
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

d. Jalan strategis propinsi, yang menghubungkan Kota Sukabumi dengan Kawasan


Strategis Kabupaten Agrobisnis Purabaya.

D. KPS 4 : Growth Center Pelabuhan Ratu


RTRW Jabodetabekpunjur dan Provinsi Jawa Barat menetapkan Pelabuhan Ratu sebagai
salah pusat pertumbuhan baru di Provinsi Jawa Barat yang dikembangkan sebagai pusat
pertumbuhan wilayah dengan basis sektor perikanan dan pariwisata.

Secara umum kondisi infrastruktur jalan yang berperan sebagai pendukung aksesibilitas di
sub WPS 4 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6 Proyeksi Kondisi Ruas Jalan KPS 4

Kondisi Kondisi Kondisi IRI


Kemantapan
Status 2016 2021 2026 (m/k
No. Nama Ruas Jalan Jalan
Jalan m)
VCR LoS VCR LoS VCR LoS

BTS. PROV. BANTEN


1 Nasional 0,32 B 0,40 B 0,52 C 5,56 TIDAK MANTAP
(CIBARENO) - CISOLOK

CISOLOK - SP. KR.


2 Nasional 0,31 B 0,40 B 0,51 C 3,84 MANTAP
HAWU

JLN. RAYA CISOLOK (SP.


3 Nasional 0,26 B 0,34 B 0,43 B 4,71 TIDAK MANTAP
KR. HAWU - PELABU

JLN. RAYA CITEPUS (SP.


4 Nasional 0,24 B 0,30 B 0,38 B 5,48 MANTAP
KR. HAWU - PELABU

JLN. KIDANG KENCANA


5 Nasional 0,24 B 0,30 B 0,39 B 4,23 MANTAP
(SP. KR. HAWU - PELA

JLN. SILIWANGI (SP. KR.


6 Nasional 0,24 B 0,30 B 0,38 B 4,70 MANTAP
HAWU - PELABUHAN

JLN. RAYA PEL. RATU


7 Nasional 0,39 B 0,50 C 0,64 C 5,28 MANTAP
(PELABUHAN RATU - BA

BAGBAGAN -
8 Nasional 0,14 A 0,18 A 0,23 B 6,73 TIDAK MANTAP
JAMPANGKULON

JAMPANGKULON -
9 Nasional 0,26 B 0,33 B 0,42 B 3,86 MANTAP
SURADE

IV -22
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

SURADE -
10 Nasional 0,20 B 0,26 B 0,33 B 4,69 MANTAP
TEGALBULEUD (CIBUNI)

CIKEMBANG -
11 Nasional 0,54 C 0,68 C 0,87 E 5,01 MANTAP
BAGBAGAN
Sumber : Ditjen Bina Marga & Analisa Konsultan 2015

Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi rasio volume dan kapasitas
kendaraan (VCR) pada kondisi eksisting dan kondisi lima tahun mendatang (tahun 2021),
seluruh ruas jalan nasional yang ada di sub WPS 4 belum melewati Level of Service C, yang
berarti jalan masih berada dalam kondisi baik. Sementara untuk prakiraan 10 tahun
mendatang (kondisi 2026), mulai terdapat ruas jalan yang mencapai nilai Level of Service F,
yang berarti jalan telah mencapai kondisi jenuh.
Selain itu apabila dilihat berdasarkan kondisi kemantapan jalan, beberapa ruas jalan berada
dalam kondisi tidak mantap, hanya 73 % ruas jalan yang berada dalam kondisi mantap.

IV -23
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Peta 4.4 Konektivitas Kawasan KPS 4

IV -24
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Pada area sub WPS 4 ini terdapat beberapa kawasan strategis, diantaranya :
Kawasan Strategis Kabupaten Perkotaan Palabuhanratu
Kawasan Strategis Kabupaten Koridor Pesisir Sukabumi
Kawasan Strategis Provinsi Sukabumi Selatan
Kawasan Palabuhanratu juga memiliki peranan sebagai PKNp/PKW .

Kondisi eksisting saat ini, konektivitas pada kawasan tersebut didukung dengan beberapa
ruas jalan strategis, diantaranya :
a. Jalan strategis nasional, yakni ruas Jalan Raya Pelabuhan Ratu-Bag-bagan, Jalan
Cikembang-Bagbagan Jalan Perintis Kemerdekaan (Cibadak), Jalan Batas Kota Cibadak-
Cikembang, dan Jalan Raya Cibadak-Cikembang yang menghubungkan kawasan
Palabuhanratu dengan kawasan perkotaan Cibadak. Pada tahun 2016, arus lalu lintas
pada koridor ini masih berada dalam kondisi stabil, begitupula dengan kondisi pada tahun
2021, diprediksikan masih berada dalam kondisi stabil, walaupun nilai Level of Service
jalan sudah mulai menurun. Sementara itu pada tahun 2026, ruas jalan Cikembang-
Bagbagan diprediksikan mengalami kondisi jenuh, ditandai dengan nilai VCR nya yang
mencapai 0,87,

b. Jalan strategis nasional, yakni Jalan Raya Bag-bagan-Jampangkulon, Jalan Raya


Jampang kulon-Surade dan Jalan Surade-Tegabuleud yang menghubungkan kawasan
Palabuhanratu dengan Kawasan Strategis Provinsi Sukabumi Selatan Pada tahun 2016,
arus lalu lintas pada koridor ini masih berada dalam kondisi stabil, begitupula dengan
kondisi pada tahun 2021 dan 2026, diprediksikan masih berada dalam kondisi stabil,
walaupun nilai Level of Service jalan sudah mulai menurun. Meskipun dari kondisi rasio
kapasitas dan volume masih berada dalam keadaan stabil, namun pada ruas jalan
Bagbagan-Jampangkulon, nilai IRI tidak memenuhi persyaratan (6,79), yang menyatakan
tingkat kerataan jalan kurang.

c. Jalan strategis provinsi yang menghubungkan Surade dengan Kawasan Strategis


Sukabumi Selatan.

Selain kawasan strategis diatas, terdapat rencana kawasan strategis baru pada sub WPS 4,
yakni pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Geopark Ciletuh yang terletak
di Kecamatan Ciemas. Untuk kondisi saat ini, aksesibilitas menuju KSPN Geopark belum

IV -25
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

memadai, dikarenakan ketidaktersediaannya infrastruktur jalan yang efektif menuju lokasi.


Diperlukan peningkatan jalan, atau pembangunan jalan baru, agar dapat menunjang
aksesibilitas menuju kawasan strategis ini.

Interaksi antar Kabupaten / Kota di dalam WPS-7 saling terhubung antara Kabupaten / Kota yang
berdekatan maupun dengan Kabupaten / Kota sekitarnya. Besarnya interakasi antar kota di
WPS-7 akan diukur dengan menggunakan model gravitasi. Pada dasarnya besarnya interakasi
antar kota sangat dipengaruhi oleh jarak/kedekatan antar kedua kota tersebut, dan juga
penduduk masing-masing kota yang berinteraksi.Rumus model Gravitasi adalah sebagai berikut:

I A.B = kekuatan interaksi antar kota A dan kota B


K = angka konstan empiris, nilainya =1
PA = Jumlah penduduk kota A
PB = Jumlah penduduk kota B
dAB = Jarak antara kota A dan Kota B

Tabel 4.7 Analisis Nilai Interaksi Antar Kota

Kota/ Jumlah
No Jarak IAB Keterangan
Kabupaten Penduduk*
Jakarta - Depok (32,9
1 Provinsi DKI 9.830.576 Km) 0,6 Interaksi Tinggi
Jakarta
Jakarta - Depok (32,9
2 Kota Depok 2.033.508 Km) 0,6 Interaksi Tinggi

Depok - Kab. Bogor


3 Kab. Bogor 0,31 Interaksi Sedang
5.331.149 (34,1 Km)

Kab. Bogor - Kota


4 Kota Bogor 0,49 Interaksi Tinggi
1.030.720 Bogor (11,1 Km)

Kota Bogor - Kab.


5 Kab. Sukabumi 0,04 Interaksi Rendah
2.422.113 Sukabumi (59 Km)

Kab. Sukabumi - Kota


6 Kota Sukabumi 0,01 Interaksi Rendah
315.001 Sukabumi (65 Km)
Sumber : Hasil Analisis Konsultan

IV -26
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

4.1.3. ANALISIS DUKUNGAN PERTUMBUHAN KAWASAN

Analisis dukungan pertumbuhan kawasan merupakan suatu metode untuk melihat bagaimana
dukungan-dukungan yang tersedia untuk suatu kawasan tersebut tumbuh. Dukungan tersebut
dapat dimaknai sebagai dukungan infrastruktur yang tersedia dan dibutuhkan, serta dukungan
berupa kebijakan pemerintah tentang goal yang akan dituju oleh suatu kawasan, dan juga
dukungan sektor unggulan yang berkontribusi pada pertumbuhan kawasan. Mengingat bahwa
esensi dari perencanaan ini menekankan pada aspek infrastruktur kawasan, maka pada bagian
ini hanya berfokus pada dukungan infrastruktur dalam mendorong pertumbuhan kawasan
kawasan strategis yang terdapat dalam WPS 7.
Wilayah Pertumbuhan Strategis Jakarta- Bogor Ciawi Sukabumi (WPS) 7, dibagi menurut
Kawasan Pertumbuhan Kawasan (KPS), yaitu KPS 1 ( Provinsi DKI Jakarta), KPS 2 (Kota Depok
Kabupaten Bogor Kota Bogor), KPS 3 (Kota Sukabumi & Sebagian Wilayah Kabupaten
Sukabumi) dan KPS 4 (Pelabuahan Ratu). Pembahasan dukungan pertumbuhan kawasan akan
dibahas satu persatu dalam setiap Kawasan Pertumbuhan Strategis.

A. Kawasan Pertumbuhan Strategis 1


Kawasan Pertumbuhan Strategis yang merupakan Provinsi DKI Jakarta yang terbagi
dalam Kabupaten Kepulauan Seribu, Kota Madya Jakarta Utara, Kota Madya Jakarta
Barat, Kota Madya Jakarta Timur, Kota Jakarta Madya Pusat & Kota Madya Jakarta
Selatan. Terdapat beberapa kawasan strategis yang akan didukung di Kawasan
Pertumbuhan Strategis ini, diantaranya adalah Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan
Perikanan Nizam Zachman, Bandara Soekarno Hatta, Bandara Halim Perdanakusuma,
Stasiun Kereta Senen, Stasiun Kereta Gambir KSPN Kota Tua, KSPN Kepuluan Seribu,
Kawasan Industri Jakarta Industrial Estate Pulogadung, Kawasan Industri Berikat,
Kawasan Industri Marunda, . Berikut adalah kebutuhan infrastruktur serta ketersediaan
infrastruktur pada kawasan-kawasan strategis di Kawasan Pertumbuhan Strategis 1.

IV -27
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Tabel 4.8 Dukungan Kawasan Pertumbuhan Strategis

Infrastruktur yang sudah


Kawasan Strategis Sektor Infrastruktur yang dibutuhkan
ada
1.Jalan Tol
Bina Marga
2. Jalan Nasional
1.IPAL
Cipta Karya 2.SPAM

PUPR
3. TPS
Sumber Daya 1.Jaringan Air Baku
Air 2 Intake
Pelabuhan Tanjung Priok Perumahan
1.Rencana Kereta Api
Perhubungan
2.BRT
Non PUPR

Energi

Komunikasi
Bina Marga 1.Jalan Nasional

Cipta Karya IPAL 1. SPAM


PUPR

Sumber Daya 1. Jaringan intake air


Air baku
Pelabuhan Nizam Zachman
Perumahan
Non PUPR

Perhubungan 1. BRT

Energi
Komunikasi
1.Jalan Tol
Bina Marga
2. Jalan Nasional
1.IPAL
Cipta Karya 2.SPAM
PUPR

3.TPS
Sumber Daya 1.Jaringan Air Baku
Bandara Soekarno Hatta Air 2 Intake
Perumahan
1.Rencana Kereta Api
Non PUPR

Perhubungan
2.BRT
Energi
Komunikasi
1.Jalan Tol
Bina Marga
2. Jalan Nasional
1.IPAL
Cipta Karya 2.SPAM
PUPR

Bandara Halim
Perdanakusuma 3.TPS
Sumber Daya 1.Jaringan Air Baku
Air 2 Intake
Perumahan

IV -28
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Infrastruktur yang sudah


Kawasan Strategis Sektor Infrastruktur yang dibutuhkan
ada
1.Rencana Kereta Api

Non PUPR
Perhubungan
2.BRT
Energi
Komunikasi
Bina Marga 1. Jalan Arteri
Cipta Karya
Sumber Daya
Air
Stasiun Kereta Api Senen Perumahan
Perhubungan
Energi
Komunikasi
Bina Marga 1. Jalan Arteri
Cipta Karya
Sumber Daya
Air
Stasiun Kereta Gambir Perumahan
Perhubungan
Energi
Komunikasi
Bina Marga 1. Jalan Arteri
Cipta Karya
Sumber Daya
Air
KSPN Kota Tua Perumahan
1. Kereta Api
Perhubungan
2.BRT
Energi
Komunikasi
Bina Marga
1.IPAL
Cipta Karya
2.SPAM
Sumber Daya
KPSN Kep. Seribu Air
Perumahan
1.Pelabuhan
Penyeberangan
Perhubungan
2.Kapal Penyeberang
antar pulau
Energi
Komunikasi
Bina Marga
1.IPAL
Cipta Karya
2.SPAM

IV -29
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Infrastruktur yang sudah


Kawasan Strategis Sektor Infrastruktur yang dibutuhkan
ada
K.I Jakarta Industrial Estate Sumber Daya
Pulogadung Air
Perumahan Rumah untuk pekerja
Perhubungan Terminal Tipe A
Energi
Komunikasi
1. Jalan Arteri
Bina Marga
2. Jalan Tol
1.IPAL
Cipta Karya
2.SPAM
Sumber Daya
K.I Berikat Nusantara
Air
Perumahan
Perhubungan
Energi
Komunikasi
1.jalan Arteri
Bina Marga
2. Jalan Tol
1.IPAL
Cipta Karya
2.SPAM
Sumber Daya
Air
K.I Marunda Perumahan
Perhubungan
Energi
Komunikasi
Sumber : Hasil Analisis Konsultan

B. Kawasan Pertumbuhan Strategis 2


Kawasan Pertumbuhan Strategis 2 terdiri dari Kota Depok Kabupaten Bogor Kota
Bogor. Terdapat beberapa kawasan strategis yang akan didukung di Kawasan
Pertumbuhan Strategis ini antara lain, Kawasan Industri Cibinong Center Industrial Estate,
Kawasan Industri Menara Permai, Kawasan Industri Sentul, Agropolitan Sukamakmur,
Agropolitan Cairu, Agropolitan Pamijahan, Agropolitan Tanjungsari, Agropolitan Kelapa
Nunggal, Agropolitan Rumpin, Agropolitan Cigudeg. Berikut adalah kebutuhan
infrastruktur serta ketersediaan infrastruktur pada kawasan-kawasan strategis di
Kawasan Pertumbuhan Strategis 2.

IV -30
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Tabel 4.9 Dukungan Kawasan Pertumbuhan Strategis 2

Infrastruktur
Luasan
Kawasan Strategis Sektor Infrastruktur yang dibutuhkan yang sudah
(Ha)
ada
1.jalan Arteri
Bina Marga
2. Jalan Tol
1.IPAL
Cipta Karya

PUPR
2.SPAM
Sumber Daya
Kawasan Industri
Air
Cibinong Center
Perumahan
Industrial Estate
Perhubungan
Non PUPR

Energi
Komunikasi
Bina Marga 1.jalan Arteri
1.IPAL
Cipta Karya
2.SPAM
PUPR

Sumber Daya
Air
Kawasan Industri
Menara Permai Perumahan
Non PUPR

Perhubungan

Energi
Komunikasi
1.jalan Arteri
Bina Marga
2. Jalan Tol
1.IPAL
Cipta Karya
PUPR

2.SPAM
Sumber Daya
Kawasan Industri
Air
Sentul
Perumahan
Non PUPR

Perhubungan
Energi
Komunikasi
Bina Marga
Air minum, peningkatan kualitas
Cipta Karya
PUPR

kumuh, air limbah, persampahan


Sumber Daya
Agropolitan Air
Sukamakmur Perumahan
PU Non PUPR

Perhubungan
Energi
Komunikasi
PR

Bina Marga

IV -31
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Infrastruktur
Luasan
Kawasan Strategis Sektor Infrastruktur yang dibutuhkan yang sudah
(Ha)
ada
Cipta Karya
Sumber Daya
Agropolitan Cairu
Air
Perumahan

Non PUPR
Perhubungan
Energi
Komunikasi
Bina Marga
Air minum, peningkatan kualitas
Cipta Karya
PUPR
kumuh, air limbah, persampahan
Agropolitan Sumber Daya
Pamijahan Air
Perumahan
Non PUPR

Perhubungan
Energi
Komunikasi
Bina Marga
Air minum, peningkatan kualitas
PUPR

Cipta Karya
kumuh, air limbah, persampahan
Sumber Daya
Air
Agropolitan
Perumahan
Tanjungsari
Non PUPR

Perhubungan
Energi
Komunikasi
Bina Marga
Air minum, peningkatan kualitas
Cipta Karya
kumuh, air limbah, persampahan
PUPR

Sumber Daya
Air
Agropolitan
Perumahan
Kelapa Nunggal
Non PUPR

Perhubungan
Energi
Komunikasi
Bina Marga
Air minum, peningkatan kualitas
Cipta Karya
kumuh, air limbah, persampahan
PUPR

Sumber Daya
Air
Agropolitan
Perumahan
Rumpin

IV -32
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Infrastruktur
Luasan
Kawasan Strategis Sektor Infrastruktur yang dibutuhkan yang sudah
(Ha)
ada

Non PUPR
Perhubungan
Energi
Komunikasi
Bina Marga
Cipta Karya

PUPR
Sumber Daya
Air
Perumahan
Non PUPR
Perhubungan - Terminal tipe C
Energi
Komunikasi
Bina Marga
Air minum, peningkatan kualitas
Cipta Karya
kumuh, air limbah, persampahan
PUPR

Sumber Daya
Air
Agropolitan
Perumahan
Cigudeg
Non PUPR

Perhubungan - Terminal tipe C


Energi
Komunikasi
Sumber : Hasil Analisis Konsultan

C. Kawasan Pertumbuhan Strategis 3


Kawasan Pertumbuhan Strategis 3 terdiri dari Kota Sukabumi & Sebagian Kabupaten
Sukabumi. Terdapat beberapa kawasan strategis yang akan didukung di Kawasan
Pertumbuhan Strategis ini antara lain, KSK Perkotaan Cibadak, KSK Kegiatan Ekonomi
Berkelanjutan Cicurug Sukabumi Sukalarang,Agrobsinis Purabaya, Agropolitan Kota
Sukabumi. Berikut adalah kebutuhan infrastruktur serta ketersediaan infrastruktur pada
kawasan-kawasan strategis di Kawasan Pertumbuhan Strategis 3.

IV -33
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Tabel 4.10 Dukungan Kawasan Pertumbuhan Strategis 3

Luasan Infrastruktur yang


Kawasan Strategis Sektor Infrastruktur yang dibutuhkan
(Ha) sudah ada
Jalan nasional :
- ruas Jalan Jalan
Raya Siliwangi
(Cibadak)
- ruas Jalan Raya
Cibolang (Cisaat)
- ruas Jalan Raya
Cisaat (Cisaat)
- ruas Jalan K.H.
Sanusi (Sukabumi)
- ruas Jalan
Bhayangkara
(Sukabumi)
- ruas Jalan
Suryakencana
(Sukabumi)
- ruas Jalan Rumah
Bina Marga -
Sakit (Sukabumi)
- ruas Jalan
PUPR

Siliwangi
(Sukabumi)
- ruas Jalan Letjen.
Kosasih
KSK Perkotaan Cibadak 4,361 (Sukabumi)
- ruas Jalan Benda-
Batas Kota Cibadak
- ruas Jalan
Siliwangi (Cicurug)
- ruas Jalan
Siliwangi
(Parungkuda)
- ruas Jalan
Suryakencana
(Cibadak)
Cipta Karya - TPPAS
Sumber Daya
Air
Perumahan
- Terminal tipe C
Perhubungan
- Stasiun sedang
- Gardu induk 500
Non PUPR

kV
Energi - Gardu induk 70
kV
- Sutet 500 kV
Komunikasi

IV -34
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Luasan Infrastruktur yang


Kawasan Strategis Sektor Infrastruktur yang dibutuhkan
(Ha) sudah ada
Jalan nasional :
- ruas Jalan Benda-
Cibadak
- ruas Jalan
Siliwangi (Cicurug)
- ruas Jalan
Siliwangi
(Parungkuda)
- ruas Jalan
Suryakencana
- ruas Jalan Batas
Cibadak - Kota
Sukabumi
- ruas Jalan Raya
Siliwangi (Cibadak)
- ruas Jalan Raya
Cibolang (Cisaat)
Bina Marga - ruas Jalan Raya
Cisaat
-ruas Jalan KH.
Sanusi
PUPR

- ruas Jalan
Bhayangkara
KSK Kegiatan Ekonomi
- ruas Jalan
Berkelanjutan Cicurug- 35,220
Suryakencana
Sukabumi-Sukalarang
- ruas Jalan Rumah
Sakit
- ruas Jalan
Siliwangi
(Sukabumi)
- ruas Jalan Letjen
Kosasih
- ruas Jalan Batas
Kota Sukabumi-
Gekbrong
- TPPAS
Cipta Karya
- PDAM Tirtabumi
Sumber Daya
Air
- Rusunawa
Cikundul
Perumahan
- Rusunawa
Warudoyong
- Terminal tipe C
Non PUPR

Perhubungan
- Stasiun sedang
Energi - SUTT 150 KV
Komunikasi
Bina Marga - Jalan Propinsi
PUPR

KSK Agrobisnis
22,046
Purabaya Cipta Karya

IV -35
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Luasan Infrastruktur yang


Kawasan Strategis Sektor Infrastruktur yang dibutuhkan
(Ha) sudah ada
Sumber Daya
Air
Perumahan

Non PUPR
Perhubungan - Terminal tipe C
Energi
Komunikasi
Bina Marga - Jalan propinsi
Cipta Karya

PUPR
Sumber Daya
Agropolitan Kota Air
322 Perumahan
Sukabumi
Non PUPR

Perhubungan
Energi
Komunikasi
Sumber : Hasil Analisis Konsultan

D. Kawasan Pertumbuhan Strategis 4


Kawasan Pertumbuhan Strategis 4 Pelabuhan Ratu. Terdapat beberapa kawasan
strategis yang akan didukung di Kawasan Pertumbuhan Strategis ini antara lain, Kawasan
Wisata Geopark Ciletuh, Pelabuhan Perikanan Nasional Pelabuhanratu, KSP Sukabumi
Selatan, KSK Pesisir Sukabumi, Perkotaan Pelabuhan Ratu. Berikut adalah kebutuhan
infrastruktur serta ketersediaan infrastruktur pada kawasan-kawasan strategis di
Kawasan Pertumbuhan Strategis 4.

Tabel 4.11 Dukungan Kawasan Pertumbuhan Strategis 4

Luasan Infrastruktur yang


Kawasan Strategis Sektor Infrastruktur yang dibutuhkan
(Ha) sudah ada
- Jalan akses menuju kawasan -
Bina Marga
wisata
Cipta Karya
PUPR

Sumber Daya
Kawasan wisata Air
128700 Perumahan
Geopark Ciletuh
Non PUPR

Perhubungan

Energi
Komunikasi

IV -36
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Luasan Infrastruktur yang


Kawasan Strategis Sektor Infrastruktur yang dibutuhkan
(Ha) sudah ada
Jalan nasional :
- ruas Jalan Raya
Cisolok - Pelabuhan
Ratu
- ruas Jalan Raya
Citepus - Pelabuhan
Ratu
Bina Marga -
- ruas Jalan Kidang
Kencana

PUPR
- ruas Jalan Siliwangi
Pelabuhan - ruas Jalan Raya
perikanan nasional 10 Pelabuhan Ratu
Palabuhanratu
Jalan provinsi
Cipta Karya
Sumber Daya
Air
Perumahan
Non PUPR

Perhubungan
Energi
Komunikasi
Jalan nasional :
- ruas Jalan
Jampangkulon -
Surade
Bina Marga -
- ruas Jalan Surade -
Tegalbuleud
PUPR

Jalan provinsi
KSP Sukabumi - TPPAS
42848 Cipta Karya
Selatan Jampangkulon
Sumber Daya
Air
Perumahan
- Terminal tipe C
Non PUPR

Perhubungan
- Pelabuhan khusus
Energi
Komunikasi

IV -37
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Luasan Infrastruktur yang


Kawasan Strategis Sektor Infrastruktur yang dibutuhkan
(Ha) sudah ada
Jalan nasional :
- ruas Jalan Batas
Prov.Banten -
Cisolok
- ruas Jalan Cisolok -
SP. KR. Hawu
- ruas Jalan Raya
Cisolok - Pelabuhan
Ratu
- ruas Jalan Raya
Citepus - Pelabuhan
Ratu
Bina Marga - - ruas Jalan Kidang
Kencana
PUPR

- ruas Jalan Siliwangi


- ruas Jalan Raya
Pelabuhan Ratu
-ruas Jalan
KSK Pesisir Bagbagan-
160178.16
Sukabumi Jampangkulon
- ruas Jalan
Jampangkulon -
Surade
- ruas Jalan Surade -
Tegalbuleud
Cipta Karya
Sumber Daya
Air
Perumahan
- Pelabuhan khusus
- Dermaga sungai
- Pelabuhan
Non PUPR

Perhubungan
penyeberangan
lintas dalam
kabupaten
Energi
Komunikasi
Jalan nasional :
- ruas Jalan Raya
Cisolok
- ruas Jalan Raya
Citepus
Bina Marga - - ruas Jalan Kidang
PUPR

Perkotaan
12542.36 Kencana
Palabuhanratu
- ruas Jalan Raya
Pelabuhan Ratu

Jalan Provinsi
Cipta Karya

IV -38
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Luasan Infrastruktur yang


Kawasan Strategis Sektor Infrastruktur yang dibutuhkan
(Ha) sudah ada
Sumber Daya
Air
Perumahan
- Terminal tipe B
- Pelabuhan
Perhubungan
Regional

Non PUPR
Palabuhanratu
- PLTU Pelabuhan
Energi Ratu
- SUTT 70 kV
Komunikasi
Sumber : Hasil Analisis Konsultan

4.1.4. ANALISIS AKSESIBILITAS TERHADAP HINTERLAND

Analisis aksesibilitas merupakan suatu metode untuk mengukur seberapa besar indeks
ketertarikan suatu kawasan. Dari analisis ini dapat diketahui seberapa besar suatu kawasan
strategis tersebut mampu menarik pengunjung. Dalam proses penghitungannya, metode ini
menggunakan rumus sebagaimana berikut:
Tij = f(Zi Keterangan:

1. Tij: Jumlah aksesibilitas dari kota i ke kota j

2. Pi: Luas Wilayah i

3. Pj: Luas Wilayah j

4. dij: Jarak antara wilayah i dan j

5. b: Pangkat dari d (dalam banyak hal b=2)

6. f(Zi): fungsitersebut
Rumus analisis aksesibilitas Zi (daya tarikbiasanya
kota i) juga rumus yang sama dengan rumus gravitasi
(Mutaali, 2015). Sebagaimana rumus model gravitasi, beberapa variabel yang digunakan dalam
formula ini pun sangat tergantung pada tujuan analisis. Sehingga, variabel Pi dan Pj tidak harus
menggunakan besaran jumlah penduduk. Pada analisis ini, ditujukan untuk melihat sejauh mana
kekuatan relatif suatu kawasan strategis mampu menarik pengunjung. Mengingat tujuannya yang
terfokus pada kajian lokasi, maka digunakanlah variabel ketersediaan ruang, dalam kasus ini
adalah luas wilayah kawasan strategis.

A. Kawasan Pertumbuhan Strategis 1


Kawasan Pertumbuhan Strategis yang merupakan Provinsi DKI Jakarta yang terbagi
dalam Kabupaten Kepulauan Seribu, Kota Madya Jakarta Utara, Kota Madya Jakarta
Barat, Kota Madya Jakarta Timur, Kota Jakarta Madya Pusat & Kota Madya Jakarta

IV -39
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Selatan. Terdapat beberapa kawasan strategis yang akan didukung di Kawasan


Pertumbuhan Strategis ini, diantaranya adalah Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan
Perikanan Nizam Zachman, Bandara Soekarno Hatta, Bandara Halim Perdanakusuma,
Stasiun Kereta Senen, Stasiun Kereta Gambir KSPN Kota Tua, KSPN Kepuluan Seribu,
Kawasan Industri Jakarta Industrial Estate Pulogadung, Kawasan Industri Berikat,
Kawasan Industri Marunda, . Berikut analisis aksesibilitas Kawasan Pertumbuhan
Strategis 1 :

Tabel 4.12 Analisis Aksesibiltas Terhadap Hinterland KPS 1

Kaw. Strategis Hinterland Jarak


No Peringkat
Lokasi F(Zi) Luas (Ha) Lokasi Luas (Ha) meter

1 Kawasan Industri JIEP 0.73 500.00 Kec. Cakung 4,247.00 5,800.00 5

Kawasan Industri
2 0.73 540.00 Kec. Cilinicing 3,970.00 5,800.00 4
Marunda

Kawasan Industri
3 0.73 598.50 Kec. Cilinicing 3,970.00 8,100.00 6
Berikat Nusantara

Kab. Kep
4 KSPN Kep. Seribu 1.3 870.00 8,700.00 4,350.00 1
Seribu

Kec. Taman
5 KSPN Kota Tua 0.18 130.00 433.00 3,100.00 10
Sari

Pelabuhan Tanjung Kec. Tanjung


6 6.55 604.00 2,490.00 7,100.00 3
Priok Priok

Kec.
7 PPS Nizam Zachman 0.12 71.00 3,549.00 4,600.00 8
Penjaringan

Bandara Soekarna
8 0.62 1,740.00 Kec. Benda 998.00 2,200.00 2
Hatta

Bandara Halim
9 0.62 170.00 Kec. Makasar 2,166.00 5,500.00 7
Perdanakusuma

10 Stasiun Kereta Senen 0.62 2.00 Kec. Senen 422.00 2,700.00 11

11 Stasiun Kereta Gambir 0.62 2.91 Kec. Gambir 760.00 1,100.00 9

Sumber : Hasil Analisis Konsultan

B. Kawasan Pertumbuhan Strategis 2


Kawasan Pertumbuhan Strategis 2 terdiri dari Kota Depok Kabupaten Bogor Kota
Bogor. Terdapat beberapa kawasan strategis yang akan didukung di Kawasan
Pertumbuhan Strategis ini antara lain, Kawasan Industri Cibinong Center Industrial Estate,
Kawasan Industri Menara Permai, Kawasan Industri Sentul, Agropolitan Sukamakmur,

IV -40
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Agropolitan Cairu, Agropolitan Pamijahan, Agropolitan Tanjungsari, Agropolitan Kelapa


Nunggal, Agropolitan Rumpin, Agropolitan Cigudeg. Berikut analisis aksesibiltas Kawasan
Pertumbuhan Strategis 2.

Tabel 4.13 Analisis Aksesibiltas Terhadap Hinterland KPS 2

Kaw. Strategis Hinterland Jarak


No Peringkat
Lokasi F(Zi) Luas (Ha) Lokasi Luas (Ha) meter

2.85 982,992.00 Prov DKI Jakarta 66,238.00 33,119.00

2.85 982,992.00 Kota Depok 20,029.00 3,240.00

2.85 982,992.00 Kab. Bogor 230,195.00 5,470.00

2.85 982,992.00 Kota Bogor 11,850.00 5,870.00

2.85 982,992.00 Kota Tangerang 16,450.00 2,560.00


KSP Jabodetabek-
1 1
Punjur
2.85 982,992.00 Tangerang Selatan 14,720.00 2,720.00

2.85 982,992.00 Kab. Tangerang 95,960.00 4,480.00

2.85 982,992.00 Kota Bekasi 21,050.00 2,560.00

2.85 982,992.00 Kab. Bekasi 122,500.00 4,930.00

2.85 982,992.00 Kab. Cianjur 384,000.00 10,900.00

0.07 626,045.00 Kota Bogor 11,850.00 5,925.00

KSP Bogor -
2 0.07 626,045.00 Kab. Bogor 230,195.00 1,520.00 2
Puncak - Cianjur

0.07 626,045.00 Kab. Cianjur 384,000.00 5,770.00

IV -41
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Kaw. Strategis Hinterland Jarak


No Peringkat
Lokasi F(Zi) Luas (Ha) Lokasi Luas (Ha) meter

Kawasan Industri
4 0.73 60.00 kec. Cileungsi 7,379.00 7,500.00
Menara Permai
14
Kawasan Industri
5 0.73 140.00 kec. Citeureup 6,719.00 7,000.00
CCIE
7
Kawasan Industri
6 0.73 100.00 kec. Citeureup 6,719.00 10,100.00
Sentul
16
Kawasan Industri
7 0.73 100.00 kec. Jonggol 12,686.00 4,900.00
Jonggol
4
Kawasan Industri
8 0.73 100.00 kec. Parung panjang 6,259.00 7,300.00
Parung Panjang
12
KSPN Puncak
9 Gede 0.07 15,200.00 kec. Cipanas 5,803.00 10,300.00
Panggarango 3
KSPN Gunung
10 0.07 40,000.00 kec. Kabandungan 13,676.00 66,100.00
Halimun
10

11 Agro Sukamakmur 0.01 3,535.00 Kec. Sukamakmur 12,678.00 6,339.00


8

12 Agro Cairu 0.01 3,032.00 Kec. Cairu 7,366.00 3,683.00


5

13 Agro Pamijahan 0.01 3,234.00 Kec. Pamijahan 8,088.00 4,044.00


6

14 Agro Tanjungsari 0.01 2,538.00 Kec. Tanjungsari 12,999.00 6,499.50


13
Agro Kelapa
15 0.01 2,576.00 Kec. Kelapa Nunggal 9,764.00 4,882.00
Nunggal
9

16 Agro Rumpin 0.01 2,404.00 Kec. Rumpin 11,101.00 5,550.50


11

17 Agro Cigudeg 0.01 2,104.00 Kec. Cigudeg 15,890.00 7,945.00


15
Sumber : Hasil Analisis Konsultan

C. Kawasan Pertumbuhan Strategis 3


Kawasan Pertumbuhan Strategis 3 terdiri dari Kota Sukabumi & Sebagian Kabupaten
Sukabumi. Terdapat beberapa kawasan strategis yang akan didukung di Kawasan
Pertumbuhan Strategis ini antara lain, KSK Perkotaan Cibadak, KSK Kegiatan Ekonomi
Berkelanjutan Cicurug Sukabumi Sukalarang,Agrobsinis Purabaya, Agropolitan Kota
Sukabumi. Berikut analisis aksesibilitas Kawasan Pertumbuhan Strategis 3 :

IV -42
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Tabel 4.14 Analisis Aksesibiltas KPS 3

Kaw. Strategis Hinterland Jarak


No Peringkat
Lokasi F(Zi) Luas (Ha) Lokasi Luas (Ha) meter
Kec. Nagrak 11758.14 7,472
Kec.Cicantayan 3150.726 6,345
Kec.Cikembar 4161.15 8,673
Kec.Parungkuda 2419.558 6,742
1 KSK Perkotaan Cibadak 2.85 2
4,361.21 Kec. Warung Kiara 9511.431 13,541
Kec. Cikidang 14199.92 14,543
Kec. Bojong
2044.156 9,149
Genteng
Kec.Cicurug 5,090.85
16,114
Kec.Cidahu 4,180.18
23,484
Kec.Parungkuda 2419.558
17,109
KSK Kegiatan Ekonomi Kec.Cibadak 6,360.51
14,607
2 Berkelanjutan Cicurug- 6.82 1
35,220.02
Sukabumi-Sukalarang Kec.Cisaat 1,953.13
5,818
Kec.Sukabumi 3,001.53
9,096
Kec.Sukaraja 4,637.77
9,183
Kec.Sukalarang 3,860.49
12,258
Kec. Sagaranten 11,310.40
2,633
Kec. Purabaya 11,621.97
8,592
KSK Agrobisnis
3 0.01 Kec.Curugkembar 5600.304 4
Purabaya 22,045.90 7,896
Kec.Jampangtengah 19859.43
15,997
Kec.Nyalindung 9857.31
19,296
Kec.Baros 611
300
Kec. Gunungpuyuh 550
Agropolitan Kota 150
4 0.01 3
Sukabumi 321.65
Kec. Lembursitu 889
415
Kec. Warudoyong 760
100
Sumber : Hasil Analisis Konsultan

IV -43
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

D. Kawasan Pertumbuhan Strategis 4


Kawasan Pertumbuhan Strategis 4 Pelabuhan Ratu. Terdapat beberapa kawasan
strategis yang akan didukung di Kawasan Pertumbuhan Strategis ini antara lain, Kawasan
Wisata Geopark Ciletuh, Pelabuhan Perikanan Nasional Pelabuhanratu, KSP Sukabumi
Selatan, KSK Pesisir Sukabumi, Perkotaan Pelabuhan Ratu. Berikut analisis aksesibiltas
Kawasan Pertumbuhan Strategis 4.

Tabel 4.15 Analisis Aksesibiltas KPS 4

Kaw. Strategis Hinterland Jarak


No Peringkat
Lokasi F(Zi) Luas (Ha) Lokasi Luas (Ha) meter
Kec.Ciemas 30,447.43
5,789
Kec. Ciracap 17,033.27
Kawasan wisata 15,489
1 5.77 3
Geopark Ciletuh 128,700
Kec. Waluran 9,914.66
15,436
Kec. Simpenan 12,890.14
18,562
Kec.Palabuhanratu 9,193.989
691
Kec. Cikakak 11,301.1
10,625
Pelabuhan perikanan
2 nasional 6.55 Kec. Simpenan 12,890.14 5
10 11,528
Palabuhanratu
Kec. Cikidang 14199.92
15,435
Kec. Bantar
11,617.29
Gadung 13,516
Kec. Tegalbuleud 25,563.41
9,877
Kec. Cibitung 8,892.663
5,869
3 KSP Sukabumi Selatan 5.77 Kec. Surade 8,280.118 4
42,848 9,831
Kec.Ciracap 17,033.27
21,890
Kec. Jampangkulon 4,527.09
7,392
Kec.Cisolok 17,366.99
9,313
Kec.Cikakak 11,301.1
7,263
Kec.Palabuhanratu 9,193.989
767
Kec.Simpenan 12,890.14
7,585
4 KSK Pesisir Sukabumi 1.3 2
160,178.16
Kec.Ciemas 30,447.43
6,808
Kec.Ciracap 17,033.27
4,557
Kec.Surade 8,280.118
6,721
Kec.Cibitung 8,892.663
2,295

IV -44
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Kaw. Strategis Hinterland Jarak


No Peringkat
Lokasi F(Zi) Luas (Ha) Lokasi Luas (Ha) meter
Kec.Tegalbuleud 25,563.41
8,012
Kec.Palabuhanratu 9,193.989 800
Kec. Cikakak 11,301.1 10,289
Perkotaan Kec. Simpenan 12,890.14 11,188
5 2.85 12542.36 1
Palabuhanratu Kec. Cikidang 14199.92 14,347
Kec. Bantar
11,617.29 12,184
Gadung
Sumber : Hasil Analisis Konsultan

4.1.5. ANALISIS PENINGKATAN KUALITAS HIDUP

Sumber Daya Air


Lingkup wilayah sasaran pengembangan sumber daya air di WPS 7 lebih menitik beratkan pada
sumber air permukaan yang meliputi:
a. Provinsi DKI Jakarta berada di Wilayah Sungai (WS) Ciliwung Cisadane
b. Provinsi Jawa Barat berada di Wilayah Sungai (WS) Cisadea Cibareno

Tujuan dari strategi pengelolaan SDA


Secara umum adalah untuk mewujudkan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat
yang handal dalam rangka mewujudkan ketahanan air, keterpaduan dan keseimbangan
pembangunan antardaerah, antar sektor yang didukung dengan pengembangan wilayah dalam
kesatuan nasional yang berkualitas.

Arah tujuan strategi pengelolaan SDA tersebut lebih rinci adalah untuk meningkatkan ketahanan
air, kedaulatan pangan dan kedaulatan energi guna menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik dalam rangka kemandirian ekonomi, akan dilakukan melalui pemenuhan
kebutuhan air baku untuk segala kebutuhan peningkatan kinerja jaringan irigasi rawa,
peningkatan pengendalian daya rusak air, peningkatan upaya konservasi sumber daya air,
peningkatan kinerja operasi dan pemeliharaan sarana prasarana sumber daya air.

Kelompok strategi objek pengelolaan SDA


a. Pengembangan sungai
Pengelolaan sungai sebagaimana dimaksud berdasarkan wilayah sungai. Merupakan
upaya pemelihaaraan bantaran, menjaga kedalaman sungai sesuai kreteria teknis serta
melestarikan hulu sungai sebagai sumber debit air

IV -45
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

b. Waduk
Pengelolaan waduk berdasarkan pertimbangangan posisi waduk berada di wilayah sungai
dimaksud. Merupakan upaya pemelihaaraan bantaran waduk, menjaga kedalaman waduk
sesuai kreteria teknis serta melestarikan hulu waduk sebagai sumber debit air
c. Embung
Pengelolaan embung berdasarkan arahan pembuatan embung-embung di setiap
kabupaten/kota untuk kebutuhan air baku, pertanian dan pengendalian banjir, pembuatan
area resapan air melalui program konversi lahan tidak produktif, pemeliharaan embung-
embung eksisting yang ada
d. Jaringan air bersih
Pengelolaan jaringan air bersih berdasarkan arahan pemeliharaan/pembangunan
bendungan di sungai-sungai yang potensial sebagai upaya memperbanyak tampungan air
bagi keperluan cadangan air baku, pemeliharaan/pembangunan jaringan air bersih
perpipaan di kawasan perkotaan, pemeliharaam/pembangunan jaringan perpipaan
mandiri di perdesaan dari sumber air tanah dan air permukaan
e. Jaringan irigasi.
Pengelolaan jaringan air bersih berdasarkan arahan, peningkatan jaringan irigasi teknis
di semua Kabupaten/Kota untuk memenuhi luasan lahan pertanian pangan berkelanjutan,
pembangunan irigasi dari air tanah pada daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh irigasi
teknis, pembangunan waduk sebagai upaya untuk meningkatkan suplai air pada jaringan
irigasi teknis, pembangunan dan/atau pengembangan waduk, embung serta pompanisasi
terkait dengan pengelolaan sumber daya air

Strategi Pengelolaan SDA di WPS 7


Untuk memperoleh penggunaan air yang optimal dan merata, maka air yang berlebihan dapat
dibuang melalui saluran drainasi yang tersedia pada setiap wilayah/area/blok daerah aliran
sungai di wilayah WPS 7. Sementara itu, untuk mengatasi masalah kekurangan air yang tidak
terprakirakan, maka setiap bank air (waduk/embaung) melakukannya dengan cara-cara sebagai
berikut:
a. Sistem saling pinjam meminjam air antar waduk/embung dalam satu wilayah sungai, atau
antar wilayah sungai yang sistemnya terkait, dengan system sodetan atau perpipaan antar
waduk/embung, yang pengelolaannya dilakukan saling berkoordinasi dalam pengelolaan
Balai Wilayah Sungai.

IV -46
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

b. Sistem penggolongan waduk/embung pada wilayah sungai yang bersangkutan (misalnya


: golongan hulu-tengah-hilir, atau golongan hulu-hilir);
c. Sistem pelampias, yakni kebijakan untuk memberikan tambahan air untuk waduk/embung
yang berada lebih di hilir. Jumlah tambahan air ditentukan dengan kesepakatan bersama,
dengan mempertimbangkan kebutuhan air/sistem alami hidrologi, porositas dan lain-lain
di wilayah sungai yang bersangkutan;
d. Sistem pengurangan porsi air yang harus diberikan pada suatu wilayah sungai tertentu,
bila wilayah sungai tersebut telah mendapatkan tirisan air dari suatu kawasan tertentu di
sekitarnya;
e. Pengoptimalan badan/organisasi yang berperan pengurus dalam mengatur air permukaan
pada saat debit air yang sangat kecil. Sehingga pengaturan prediksi, pemafaatan air
permukaan dan pencadangan menjadi satu kesatuan saling terkait.

Fungsi tugas badan yang berperan pengurus dalam mengatur air permukaan, dengan garis besar
tugas:

a. Menetapkan kebijakan pengelolaan sumber daya air diwilayahnya berdasarkan


kebijakan nasional sumberdaya air dengan memperhatikan kepentingan provinsi
sekitarnya,
b. Menetapkan pola pengelolaan sumberdaya air pada wilayah sungai lintas
kabupaten/kota.
c. Menetapkan rencana pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
kabupaten/kota dengan memperhatikan kepentingan provinsi sekitarnya
d. Menetapkan dan mengelola kawasan lindung sumber air pada wilayah sungai lintas
kabupaten/kota,
e. Melaksanakan pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota
dengan memperhatikan kepentingan provinsi sekitarnya,
f. Mengatur dan menetapkan dan memberi izin atas penyediaan peruntukan, penggunaan
dan pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota
g. Mengatur, menetapkan dan memberi rekomendasi teknis atas penyediaan, pengambilan,
peruntukan, penggunaan dan pengusahaan air tanah pada cekungan air tanah lintas
kabupaten/kota,
h. Membentuk Dewan Sumber daya Air atau dengan nama lain di tingkat provinsi dan/atau
pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota

IV -47
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

i. Memfasilitasi penyelesaian sengketa antar kabupaten/kota dalam pengelolaan sumber


daya air.
j. Membantu kabupaten/kota pada wilayahnya dalam memenuhi kebutuhan pokok
masyarakat atas air
k. Menjaga efektifitas, efisiensi, kualitas dan ketertiban pelaksanaan pengelolaan sumber
daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota
l. Memberikan bantuan teknis dalam pengelolaan sumber daya air kepada Pemerintah
Kabupaten /Kota

Cipta Karya
Strategi pengembangan infrastruktur wilayah untuk bidang Cipta Karya adalah pengambilan
keputusan-keputusan tentang biaya perencanaan, pembangunan operasional,
bauran/diversifikasi operasional (keterlibatan masyarakat dan teknis operasional), alokasi
sasaran pemanfaat infrastruktur dalam hubungan dengan keadaan lingkungan yang diharapkan
dan kondisi optimal dan handal. Dalam strategi perencanaan, pembangunan operasional, ada
tiga faktor utama yang menyebabkan terjadinya perubahan strategi dalam perencanaan,
pembangunan operasional yaitu :
1. Daur hidup pengelolaan sektor (air bersih, air limbah dan persampahan)
Strategi harus disesuaikan dengan tahap-tahap daur hidup, yaitu tahap orientasi, tahap
pertumbuhan, tahap kedewasaan dan tahap kemunduran dari beroperasinya infrastruktur
dikelola (air bersih, air limbah dan persampahan).
2. Posisi target kehandalan
Strategi kehandalan harus disesuaikan dengan posisi pengelolaan infrastruktur dalam
konteks tanggung-jawab sosial maupun tuntutan sasaran bisnis (business orientation),
apakah berimbang atau terjadi beban terlalu berat terhadap tanggungjawab social
sehingga dapat menyebabkan kesehatan kinerja terganggu.
3. Situasi ekonomi
Strategi operasional harus disesuaikan dengan situasi ekonomi dan pandangan kedepan,
apakah ekonomi komsumen (pemanfaat infrastruktur) serta beban operasional (bahan
baku, penggajian SDM, bahan bakar dll) berada dalam situasi kelayakan nilai harga.

Strategi pengembangan infrastruktur wilayah untuk bidang Cipta Karya di WPS 7 secara garis-
besar seperti dalam tabel dibawah ini.

IV -48
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Tabel 4.16 Strategi Pengembangan Infrastruktur Wilayah Sektor Cipta Karya

RUANG LINGKUP KETERPADUAN


ARAH SPASIAL TUJUAN PENDEKATAN
KEGIATAN PROGRAM

1. Regional Pengelolaan PSDCK Menngembangkan Air Minum Program


antar pemkab/pemkot pengelolaan air Instalasi keterpaduan antar
bersih, air limbah pengolahan air Kabupaten/ kota
dan persampahan minum
secara bersama Pengembangan
IPA Regional
Air Limbah
Instalasi
pengolahan air
limbah
Pengembangan
IPAL/IPLT
Regional
Persampahan
Instalasi
pengolahan
sampah
Pengembangan
TPA Regional
2. Kabupaten/Kota Peningkatan akses Mengembangkan Air Minum Penyehatan
pelayanan publik dan aksesibilitas Fasilitasi PDAM
kualitas pelayanan pelayanan dan pembangunan Pamsimas
PSDCK mempertahankan IPA dan jaringan Sanimas
untukmencapai jasa pelayanan pipa air bersih P3KT
standar pelayanan Bantuan teknis ADIPURA
optimal handal dalam peningkatan
rangka meningkatkan sistem
kualitas kesehatan managemen
masyarakat dan Badan usaha
perlindungan pengolahan air
lingkungan minum
Air Limbah
Fasilitasi
pembangunan
IPLT dan
penyedian alat
angkut air limbah
Bantuan teknis
peningkatan
sistem
managemen air
limbah
Persampahan
Fasilitasi
Pembangunan
TPA Sampah
system sanitary
landfill

IV -49
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

RUANG LINGKUP KETERPADUAN


ARAH SPASIAL TUJUAN PENDEKATAN
KEGIATAN PROGRAM

Bantuan teknis
peningkatan
system
managemen
persampahan

3. Kawasan Efesiensi Penghematan Air Minum Real Estate,


penggunaan air penggunaan air Fasilitasi Kawasan Industri,
minum dan dan pelestraian sosilaisai Kawasan
pelestarian sumber air tanah (sumur masyarakat Pariwisata
air, efesiensi resapan dan Bantuan teknis
jalur/pola menjaga daerah pelestarian
pengumpulan air resapan) kawasan
limbah dan Pola penjawalan resapan
mengurangi volume dan Air Limbah
sampah pada skala pengangkutan Penyediaan
kawasan untuk ekonomis sarana
optimalisasi Pengurangan pengangkutan air
penyaluran/pengump volume sampah limbah
ulan pengangkutan melalui program Persampahan
dan penggunaan 3R (reduce, Fasilitasi
instalasi pengolahan recycle, reuse) pengolahan
(IPA/IPLT/TPA) sampah (3 R)
Penyediaan
sarana
pengangkutan
dan pemindahan
4. Lingkungan Menggiatkan upaya Mendorong Air Minum Pengendalian
kegiatan disumber budaya hemat Kampanye/ pencemaran air
Penghematan air dan penyuluhan dari kegiatan
penggunaan air dan tanggungjawab budaya hemat air industri dan jasa
pelestarian resapan pelestarian dan pelestarian (Prokasih/Super
Standar septik tank sumber air air tanah kasih)
yang sesuai SNI Mendorong Air Limbah Millennium
Pemanfaatan kesehatan Kampanye/ Challenge
sampah melalui masyarakat penyuluhan MCK Account-
pemilahan sampah dilingkup rumah sehat Indonesia
di tangga terkait Persampahan (MCA-
sumber,pembuatan air limbah Kampanye/ Indonesia)
kompos dan daur Mendorong penyuluhan Perlindungan
ulang pengurangan pemisahan Lingkungan -
sampah sampah dari CSR
semaksimal sumber
mungkin dari Mendorong
sumber melalui Penerapan Pola
pemberdayaan 3 R (reduce,
masyarakat. reuse dan
recycling)
Sumber : RTRW Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat & Analisia Konsultan

IV -50
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Perumahan
Berdasarkan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pasal 28 H,
Negara menjamin hak warga negara untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, amanat UUD 1945 tersebut
dijabarkan bahwa Negara memajukan kesejahteraan umum melalui Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Permukiman untuk mewujudkan pemenuhan hak warga negara atas
tempat tinggal yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur serta menjamin
kepastian bermukim.
Dengan demikian untuk memenuhi perumahan dan kawasan permukiman yang layak maka harus
memenuhi persyaratan teknis dari segi Bangunan, Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum.
Namun saat ini dibeberapa daerah di Indonesia masih belum memenuhi persyaratan teknis
tersebut, sehingga tumbuh dan berkembangnya perumahan dan permukiman kumuh. Kriteria
yang dipergunakan untuk menilai kondisi kekumuhan dapat dilihat dari aspek berikut: (a)
bangunan gedung, (b) jalan lingkungan, (c) penyediaan air minum, (d) drainase lingkungan, (e)
pengelolaan air limbah, (f) pengelolaan persampahan, dan/ atau (g) proteksi kebakaran. Dari
kriteria diatas yang menjadi prioritas dalam peningkatan kualitas lingkungan permukiman yaitu
penanganan penyediaan air minum, pengelolaan limbah dan pengelolaan persampahan.

4.1.6. STRATEGI PENGEMBANGAN WPS

A. Strategi dan Skenario Pengembangan KPS 1 (Provinsi DKI Jakarta)


1 Meningkatkan keterpaduan dalam penyediaan sistem prasarana dan aksesibilitas antara
kawasan perkotaan inti DKI Jakarta dan kawasan di sekitarnya dengan mengembangkan
sistem transportasi massal melalui pengembangan jalur komuter baik bus dan kereta api
berbasis jalan, rel, dan prasarana transportasi berbasis air melalui konsep Transit Orinted
Development (TOD)
2 Mengembangkan dan peningkatan Pelabuhan Internasional Tanjung Priok sebagai outlet
utama dan pengembangan Kawasan Industri Strategis
3 Mengintegrasi dan mengaglomerasikan pengembangan kawasan pariwisata serta
dukungan untuk partisipasi lokal dalam kegiatan promosi pariwisata
4 Mengembangkan prasarana dan sarana pengurangan resiko bencana alam; dan
mengintegrasikan sistem tata air provinsi DKI Jakarta khususnya NCICD dengan wilayah
hulu serta wilayah sekitarnya

IV -51
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

5 Menyediakan dan meningkatkan utilitas kota dan kawasan yang terintegrasi secara
hirarkis sesuai dengan standar pelayanan yang handal
6 Mengembangan Pusat Permukiman Baru dan pelayanan pengembangan sub pusat
perkotaan melalui pemanfaatan ruang secara vertikal dan kompak;

B. Strategi Pengembangan KPS 2 (Kota Depok Kab. Bogor Kota Bogor)


1 Meningkatkan keterpaduan dalam penyediaan sistem prasarana dan aksesibilitas antara
kawasan Bogor dan Depok dengan kawasan inti DKI Jakarta dengan mengembangkan
sistem transportasi massal melalui pengembangan jalur komuter baik bus maupun
kereta api
2 Mengintegrasi dan mengaglomerasikan pengembangan kawasan pariwisata serta
dukungan untuk partisipasi lokal dalam kegiatan promosi pariwisata
3 Meningkatkan pelayanan irigasi teknis dengan jaminan pasokan air yang memadai serta
intensifikasi pengembangan lahan kawasan agropolitan untuk produksi komoditas
perkebunan melalui intensifikasi pengembangan lahan kawasan agropolitan
4 Mengembangkan prasarana dan sarana di wilayah hulu dalam rangka pengurangan
resiko bencana alam di wilayah hilir dan sekitarnya
5 Menyediakan dan meningkatkan utilitas kota dan kawasan yang terintegrasi secara
hirarkis sesuai dengan standar pelayanan yang handal
6 Mengembangan Pusat Permukiman Baru dan pelayanan pengembangan sub pusat
perkotaan melalui pemanfaatan ruang secara vertikal dan kompak;

C. Strategi Pengembangan KPS 3 (Kota Sukabumi & Sebagian Kab. Sukabumi)


1 Meningkatkan keterpaduan dalam penyediaan sistem prasarana dan aksesibilitas antara
kawasan perkotaan inti dan kawasan Sukabumi dan sekitarnya
2 Mengembangkan sistem transportasi massal melalui pengembangan jalur komuter baik
bus dan kereta api berbasis jalan, dan rel
3 Menyediakan dan meningkatkan utilitas kota dan kawasan yang terintegrasi secara
hirarkis sesuai dengan standar pelayanan yang handal

D. Strategi Pengembangan KPS 4 (Growth Center Pelabuhan Ratu)


1 Mengembangan Pusat Pertumbuhan Baru (Growth Center) Pelabuhan Ratu
2 Mengintegrasi dan mengaglomerasikan pengembangan kawasan pariwisata serta
dukungan untuk partisipasi lokal dalam kegiatan promosi pariwisata

IV -52
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

3 Meningkatkan pelayanan irigasi teknis dengan jaminan pasokan air yang memadai serta
peningkatan produsi pertanian melalui intensifikasi lahan
4 Mengembangkan prasarana dan sarana pengurangan resiko bencana alamiah di
wilayah hulu dan sekitarnya
5 Menyediakan dan meningkatkan utilitas kota dan kawasan yang terintegrasi secara
hirarkis sesuai dengan standar pelayanan yang handal

4.2 RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR

4.2.1. RENCANA KONEKTIVITAS ANTAR KAWASAN

Konektivitas sangat penting dari sisi pergerakan manusia ataupun barang dari satu kawasan
dengan kawasan lainnya. sehingga dapat membantu mendorong kemajuan tiap tiap daerah. Di
WPS 7 yang mencangkup Provinsi DKI Jakarta dan Sebagian Provinsi Jawa Barat yang terdiri
dari Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Sukabumi & Kota Sukabumi. Untuk
meningkatkan konektivitas yang menghubungkan tiap - tiap kabupaten / Kota di WPS 7 dibuatlah
rencana strategis pengembangan infrastruktur yang nantinya akan diwujudkan dalam bentuk
program.

Tabel 4.17 Rencana Strategis Infrastruktur KPS 1 (DKI Jakarta)

Waktu
Sumber Instansi
Indikasi Program Lokasi 2018- 2023-
Pendanaan Pelaksana
2022 2028
Pengembangan infrastruktur Jabodetabek APBN, KemenPUPR
jalan untuk meningkatkan Swasta, APBD
konektivitas di Jabodetabek Provinsi
Pengembangan transportasi Jabodetabek APBN, Kemenhub
massal Jabodetabek Swasta, APBD
Provinsi
Sumber : Analisia Konsultan

Tabel 4.18 Rencana Strategis Infratruktur KPS 2 (Kota Depok, Kota Bogor & Kabupaten Bogor)

Sumber Instansi Waktu


Indikasi Program Lokasi
Pendanaan Pelaksana 2018- 2023-

IV -53
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

2022 2028
Pengembangan infrastruktur Jakarta, APBN, KemenPUPR
jalan untuk meningkatkan Bogor, Swasta, APBD
konektivitas di daerah Bogor, Depok Provinsi
Depok, dan DKI Jakarta
Pengembangan transportasi Jakarta, APBN, APBD Kemenhub
massal di Bogor Bogor, Provinsi
Depok
Sumber : Analisia Konsultan

Tabel 4.19 Rencana Startegis Infrastruktur KPS 3 (Kota Sukabumi dan Kabupaten Sukabumi)

Waktu
Sumber Instansi
Indikasi Program Lokasi 2018- 2023-
Pendanaan Pelaksana
2022 2028
Pengembangan infrastruktur Sukabumi APBN, Swasta, KemenPUPR
jalan untuk meningkatkan APBD Provinsi,
konektivitas di Sukabumi APBD Kota/Kab
dan sekitarnya
Pengembangan transportasi Sukabumi APBN, APBD Kemenhub
massal di Sukabumi Provinsi
Sumber : Analisia Konsultan

Tabel 4. 20 Rencana Strategis Infrastruktur KPS 4 (Growth Center Pelabuhan Ratu)

Waktu
Sumber Instansi
Indikasi Program Lokasi 2018- 2023-
Pendanaan Pelaksana
2022 2028
Pengembangan infrastruktur Palabuhanratu APBN, KemenPUPR
jalan untuk meningkatkan APBD
konektivitas di Provinsi
Palabuhanratu dan
sekitarnya
Pengembangan transportasi Palabuhanratu APBN, Kemenhub
massal di Palabuhanratu dan APBD

IV -54
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Sekitarnya Provinsi
Sumber : Analisia Konsultan

4.2.2. RENCANA DUKUNGAN TERHADAP KAWASAN STRATEGIS

Kawasan strategis yang akan diprioritaskan dalam dukungan yang diberikan Pemerintah Pusat
adalah kawasan yang dalam upaya penanganan dan pengembangan kawasan-nya memerlukan
penyelesaian dalam bidang Infrastruktur PU-PR yaitu antara lain Penanganan aspek Jalan
Nasional, Penanganan Bidang Perumahan, Penanganan Bidang Cipta Karya, Penanganan
Bidang Sumber Daya Air.

Kawasan Industri di Wilayah Pertumbuhan Strategis Jakarta Bogor Ciawi - Sukabumi


memerlukan pengembangan jaringan jalan nasional, penyediaan dan pengelolaan SDA
serta penyediaan perumahan dan sanitasi lingkungan bagi masyarakat MBR dan
masyarakat pekerja industri, khususnya pada Kawasan Industri Rencana Tenjo, Parung
Panjang & Jonggol . Kawasan Industri yang berada saat ini yang tersebar di Jakarta, Kab.
Bogor, & Kabupaten Sukabumi membutuhkan dukungan PUPR yaitu meliputi Infrastruktur
Sumber Daya Air sebagai sumber air baku untuk kebutuhan inustrii, infrastruktur jalan
untuk dapat terkoneksi dengan sumber bahan baku & kegiatan ekspor import barang,
Infrastruktur Cipta Karya dalam hal sanitasi & pengolahan limbah sehingga limbah yang
dihasilkan tidak mengganggu kawasan sekitar industri serta Perumahan untuk mengatasi
kebutuhan pekerja akan tempat tinggal.
Mendukung Pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) Kota Tua,
Kepuluan Seribu, Gunung Halimun Salak, & Gunung Gede Pangarango agar tercapainya
target nasional sebesar 20 Juta Wisatawan 2019
Mendukung peningkatan fungsi daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk
mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem dan perlindungan
kawasan dan perlindungan bentang alam

Selain dukungan infrastruktur, baik peningkatan infrastruktur yang sudah ada maupun
infrastruktur baru yang dibutuhkan, diperlukan pula dukungan berupa kebijakan pemerintah
untuk mencapai target yang akan dituju oleh suatu kawasan pariwisata, maupun target
Kabupaten / Kota.

IV -55
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

4.2.3. RENCANA DUKUNGAN TERHADAP HINTERLAND

Mendukung pengembangan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi masyarakat

Mendukung peningkatan kualitas pelayanan jaringan prasarana wilayah untuk kelancaran


pergerakan perekonomian wilayah;

Mendukung pengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan
kegiatan budidaya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah;

Mendukung pembangunan jaringan irigasi untuk menunjang pengembangan agroindustri


dan agrowisata.

Mendukung peningkatan aksesibilitas antara kawasan/daerah tertinggal dan pusat


pertumbuhan wilayah;

4.2.4. RENCANA PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN

Arus urbanisasi ke daerah perkotaan telah menciptakan lokasi-lokasi permukiman kumuh yang
hampir semuanya ilegal. Salah satu permasalahan pembangunan di perkotaan mengakibatkan
ketimpangan laju pembangunan di kota dibandingkan dengan di desa. Hal ini ditunjukkan dengan
kondisi sosial demografis di kawasan kumuh seperti kepadatan penduduk yang tinggi, kondisi
lingkungan yang tidak layak huni dan tidak memenuhi syarat serta minimnya fasilitas umum dan
fasilitas sosial berupa fasilitas pendidikan, kesehatan dan sarana prasarana sosial budaya.
Secara sosiologis permukiman kumuh adalah suatu permukiman yang tidak layak huni karena
tidak memenuhi persyaratan untuk hunian baik secara teknis maupun non teknis, dengan
gambaran dan kesan secara umum tentang masyarakat yang hidup dengan sikap dan tingkah
laku yang rendah dilihat dari standar hidup dan penghasilan kelas menengah ke bawah. Hal
tersebut menjadi interpretasi umum bahwa masyarakat yang tinggal di kawasan permukiman
kumuh adalah pemukim yang tinggal atau berada didalam suatu lingkungan yang rendah
kualitasnya dengan belum terpenuhinya standard pelayanan minimal manusia untuk hidup
dengan layak.

Permukiman semacam itu banyak dibangun di bantaran sungai sehingga menimbulkan


penyempitan sungai-sungai. Bila hujan deras turun di hulu ataupun di daerah perkotaan sendiri,
volume air yang meningkat tinggi tidak dapat tertampung oleh sungai-sungai yang telah
mengalami penyempitan dan pengaliran air ke laut terhambat sehingga banjir pun terjadi. Perilaku

IV -56
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

warga yang sering membuang sampah ke sungai juga memicu pendangkalan sungai yang pada
gilirannya dapat mengakibatkan banjir.

Ciri-ciri lain dari pemukiman kumuh tersebut diantaranya:


a. Sanitasi atau masalah kebersihan di wilayah perumahan Kumuh tidak memadai. Sanitasi yang
buruk akan menimbulkan dampak yang memprihatinkan bagi kesehatan. Masalah sampah juga
tidak diperhatikan, banyak sampah-sampah yang yang tidak terurus dan tak ada tempat
Pembuangan sampah disana.
b. Ventilasi udara atau pertukaran udara yang sedikit. Kondisi ini mungkin dikarenakan sudah
terlalu padatnya pemukiman di kota Jakarta. Bisa dikatakan, perumahan-perumahan dikota
Jakarta bila kesamping kanan kiri, kebelakang, dan kedepan bertemu dengan tembok karena
terlalu padatnya pemukiman yang ada di kota Jakarta.
c. Fungsi bangunan tersebut bukan hanya untuk hunian saja, sekaligus sebagai tempat usaha.
Hal ini dikarenakan untuk membeli atau menyewa tempat untuk usaha di Jakarta sangatlah
mahal.
d. Tidak adanya lahan untuk penghijauan. Hal ini lagi-lagi dikarenakan kepadatan penduduk di
kota Jakarta.
Ledakan jumlah penduduk di daerah perkotaan perlu diantisipasi dengan sejumlah strategi,
antara lain penataan ulang permukiman warga. Rumah horizontal terutama di daerah padat
penduduk perlu ditata ulang menjadi permukiman vertikal yang lebih sehat bagi penghuni dan
lingkungan. Kawasan kumuh yang tidak layak huni juga perlu diremajakan dan dijadikan kawasan
terpadu. Apabila sekarang lahan hanya ditempati rumah-rumah horizontal yang berimpit-impitan,
setelah diremajakan bisa terbentuk perumahan vertikal yang juga masih menyediakan ruang
terbuka hijau (RTH) untuk penyerapan air.

Identifikasi Lingkungan Permukiman Kumuh

Identifikasi permukiman kumuh didasarkan pada kumuh perkotaan, kumuh perdesaan dan
kumuh transisi. Untuk kumuh perkotaan adalah permukiman kumuh yang ada di perkotaan yang
merupakan permukiman padat penduduk dan belum tertatanya daerah permukiman yang ada.
Permukiman kumuh perdesaan merupakan pemukiman kumuh yang berada di wilayah
perdesaan yang mana daerah tersebut masih belum di perbaiki atau belum di bangunnya saranan
dan prasaranan infrastruktur yang ada. Permukiman kumuh transisi adalah permukiman yang

IV -57
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

kumuh yang sebagian wilayahnya sudah tersedia sarana dan prasarana infrastruktur yang ada.
Lokasi kumuh yang ada di WPS 7 maka telah tersaji di tabel berikut ini :

Dari total kawasan perumahan seluas 42.440,61 Ha (66,52 % luas Jakarta), 20,18% adalah kawasan
permukiman kumuh. Sehingga bila kawasan ini tidak ditangani secara serius, maka akan menimbulkan
masalah penurunan kualitas lingkungan. Fakta lainnya, BPS mencatat jumlah rumah kumuh sebanyak
181.256 unit dengan kategori kumuh berat sebanyak 21.720 unit. Permukiman kumuh tersebut berada di
279 RW kumuh. Pemukiman kumuh di daerah DKI dapat ditemukan di daerah-daerah pinggiran kali, selain
itu ada juga di derah-daerah kolong Jembatan Layang dan daerah pinggiran rel kereta api. Rumah-rumah
kumuh ini biasanya berbentuk gubuk-gubuk yang terbuat dari triplek kayu pada dinding-dindingnya.

Analisis Kebutuhan Sarana dan Prasarana

Tabel 4. 21 Analisis Kebutuhan Prasaran Air Bersih Kawasan Kumuh

NO Lokasi Kawasan Kumuh Jumlah Jumlah Standar Kebutuhan


Penduduk Penduduk Kebutuhan (l/dtk)
(Jiwa) Kawasan (l/o/h)
Kumuh
1 Cengkareng, Tambora, 2.706.875 135.344 100 157
Kalideres, Kebon Jeruk,
Senen, Angke

2 Depok 2.440.210 122.011 100 141

3 Kota bogor 1.236.864 123.686 100 143

4 Kab bogor 6.397.379 319.869 100 370

5 Kota Sukabumi 344.932 120.726 100 140

6 Kab. Sukabumi 2.906.560 145.328 100 168

Tabel 4. 22 Analisis Kebutuhan Air Limbah Kawasan Kumuh

NO Lokasi Kawasan Kumuh Jumlah Jumlah Standar Buangan


Penduduk Penduduk Buangan (%) Air Limbah
(Jiwa) Kawasan (L/dt)
Kumuh
1 Cengkareng, Tambora, 2.706.875 147.593 80 125
Kalideres, Kebon Jeruk,
Senen, Angke

2 Depok 2.440.210 122.011 80 113

3 Kota bogor 1.236.864 123.686 80 115

IV -58
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

NO Lokasi Kawasan Kumuh Jumlah Jumlah Standar Buangan


Penduduk Penduduk Buangan (%) Air Limbah
(Jiwa) Kawasan (L/dt)
Kumuh
4 Kab bogor 6.397.379 319.869 80 296

5 Kota Sukabumi 344.932 120.726 80 112

6 Kab. Sukabumi 2.906.560 145.328 80 135

Tabel 4. 23 Analisis Kebutuhan Prasarana Persampahan Kawasan Kumuh

NO Kecamatan Jumlah Jumlah Standar Jumlah


Penduduk Penduduk Timbulan Timbulan
Kawasan (l/Hari) (m3/Hari)
Kumuh
1 Cengkareng, Tambora, 2.706.875 147.593 2 271
Kalideres, Kebon Jeruk,
Senen, Angke Cengkareng

2 Depok 2.440.210 122.011 2 244

3 Kota bogor 1.236.864 123.686 2 247

4 Kab bogor 6.397.379 319.869 2 640

5 Kota Sukabumi 344.932 120.726 2 241

6 Kab. Sukabumi 2.906.560 145.328 2 291

Tabel 4. 24 Ketersediaan Sarana dan Prasarana

No Eksisting Permasalahan Kebutuhan

I Prasarana SPAM sudah dilayanan oleh Masih belum terlayani Optimalisasi sistem
PDAM Tirta Dharma untuk permukiman di kebutuhan sarana air SPAM dan menambah
wilayah bersih dengan kapasitas produksi
pelayanan perpipaan untuk melayani wilayah
kawasan kumuh atau
dengan program
SPAM MBR untuk
melayani kebutuhan di
kawasan kumuh

2 Prasaranan Air Limbah sebagian sudah Masyarakat sudah Membangun sarana


dilayani oleh sistem perpipaan off-site menggunakan septik jaringan perpipaan di
tank dan belum semua tiap Kelurahan serta
membangun SPAL
atau septik tank

IV -59
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

terlayani jaringan komunal atau IPA


perpipaan Kawasan apabila tidak
terjangkaunya jaringan
perpipaan sistem off -
site

3 Prasrana sampah sebagian besar sudah Belum optimalnya Sistem pengumpulan


dilayani oleh UPT dan Dinas Kebersihan sarana TPS untuk komunal dan
untuk pengangkutan sampah pemilahan sampah optimalisasi TPS untuk
sebelum di buang ke memilah sampah
TPA. sehingga sampah yang
masuk ke TPA sudah
dapat berkurang 30 %

4 Prasaranan drainase masih tersumbat Belum baiknya sistem Pembangunan sistem


mengalirkan air buangan drainase, sehingga drainase lingkungan.
daya tampungnya
masih belum optimal

5 Permukiman padat Permukiman padat Penataan permukiman


belum tertata dengan kumuh agar estetika
rapih dan keindahan
lingkungan
permukiman menjadi
baik bagi kesehatan
penghuni

6 Jalan lingkungan masih berupa tanah dan Belum ada perbaikan Pembangunan jalan
masih rusak terutama di kawasan kumuh serta pengaspalan lingkungan aspal atau
jalan pavling blok

IV -60
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH ....................................................................................................... 1


4.1 STRATEGI PENGEMBANGAN WPS ............................................................................................... 1
4.1.1. ANALISIS SWOT PENGEMBANGAN WPS .............................................................................. 1
4.1.2. ANALISIS KONEKTIVITAS ANTAR KAWASAN DALAM WPS ................................................... 7
4.1.3. ANALISIS DUKUNGAN PERTUMBUHAN KAWASAN ........................................................... 27
4.1.4. ANALISIS AKSESIBILITAS TERHADAP HINTERLAND ............................................................ 39
4.1.5. ANALISIS PENINGKATAN KUALITAS HIDUP ........................................................................ 45
4.1.6. STRATEGI PENGEMBANGAN WPS ..................................................................................... 51
4.2 RENCANA STRATEGIS INFRASTRUKTUR..................................................................................... 53
4.2.1. RENCANA KONEKTIVITAS ANTAR KAWASAN ..................................................................... 53
4.2.2. RENCANA DUKUNGAN TERHADAP KAWASAN STRATEGIS ................................................ 55
4.2.3. RENCANA DUKUNGAN TERHADAP HINTERLAND .............................................................. 56
4.2.4. RENCANA PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN .......................................................... 56

IV -61
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Tabel 4. 1 Analisis SWOT Pengembangan Infrastruktur WPS 7 ................................................. 1


Tabel 4.2 Persyaratan Nilai IRI ............................................................................................................ 7
Tabel 4.3 Proyeksi Ruas Jalan di KPS 1 ........................................................................................... 9
Tabel 4.4 Kondisi Ruas Jalan KPS 2 ............................................................................................... 13
Tabel 4.5 Proyeksi Kondisi Ruas Jalan KPS 3 .............................................................................. 18
Tabel 4.6 Proyeksi Kondisi Ruas Jalan KPS 4 .............................................................................. 22
Tabel 4.7 Analisis Nilai Interaksi Antar Kota ................................................................................. 26
Tabel 4.8 Dukungan Kawasan Pertumbuhan Strategis ............................................................. 28
Tabel 4.9 Dukungan Kawasan Pertumbuhan Strategis 2 ........................................................... 31
Tabel 4.10 Dukungan Kawasan Pertumbuhan Strategis 3 ......................................................... 34
Tabel 4.11 Dukungan Kawasan Pertumbuhan Strategis 4 ......................................................... 36
Tabel 4.12 Analisis Aksesibiltas Terhadap Hinterland KPS 1 ................................................... 40
Tabel 4.13 Analisis Aksesibiltas Terhadap Hinterland KPS 2 ................................................... 41
Tabel 4.14 Analisis Aksesibiltas KPS 3 .......................................................................................... 43
Tabel 4.15 Analisis Aksesibiltas KPS 4 .......................................................................................... 44
Tabel 4.16 Strategi Pengembangan Infrastruktur Wilayah Sektor Cipta Karya .................... 49
Tabel 4.17 Rencana Strategis Infrastruktur KPS 1 (DKI Jakarta) ............................................ 53
Tabel 4.18 Rencana Strategis Infratruktur KPS 2 (Kota Depok, Kota Bogor & Kabupaten
Bogor) ..................................................................................................................................................... 53
Tabel 4.19 Rencana Startegis Infrastruktur KPS 3 (Kota Sukabumi dan Kabupaten
Sukabumi) .............................................................................................................................................. 54
Tabel 4. 20 Rencana Strategis Infrastruktur KPS 4 (Growth Center Pelabuhan Ratu) ........ 54
Tabel 4. 21 Analisis Kebutuhan Prasaran Air Bersih Kawasan Kumuh ................................. 58
Tabel 4. 22 Analisis Kebutuhan Air Limbah Kawasan Kumuh .................................................. 58
Tabel 4. 23 Analisis Kebutuhan Prasarana Persampahan Kawasan Kumuh ........................ 59
Tabel 4. 24 Ketersediaan Sarana dan Prasarana.......................................................................... 59

IV -62
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali

Peta 4.1 Konektivitas Kawasan KPS 1 ............................................................................................... 11


Peta 4.2 Konektivitas Kawasan KPS 2 ............................................................................................ 15
Peta 4.3 Konektivitas Kawasan KPS 3 ............................................................................................ 20
Peta 4.4 Konektivitas Kawasan KPS 4 ............................................................................................ 24

Gambar 4.1 Analisis SWOT ................................................................................................................. 5


Gambar 4. 2 Kesimpulan Analisis SWOT ......................................................................................... 6

IV -63

Anda mungkin juga menyukai