Bab 4 Strategi Pengembangan Wps
Bab 4 Strategi Pengembangan Wps
Bab 4 Strategi Pengembangan Wps
ogya
BAB 4
STRATEGI PENGEMBANGAN WILAYAH
IV -1
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
IV -2
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
IV -3
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
IV -4
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
IV -5
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
IV -6
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
Pelayanan jalan dapat diukur dari kondisi fisik jalan tersebut, apakah jalan berada dalam kondisi
mantap atau tidak mantap untuk setiap segmen panjang jalan. Kemantapan jalan ini dinyatakan
dengan tingkat kerataan lapis permukaan jalan. Jika suatu jalan memiliki kondisi permukaan jalan
yang rata, maka seluruh lapisan jalan dianggap dalam kondisi baik.
Kerataan jalan dapat dinilai dengan penilaian secara kualitatif melalui pengamatan visual, dan
dengan penilaian kuantitatif menggunakan alat ukur kerataan permukaan perkerasan jalan, yakni
roughmeter. Satuan dari kerataan jalan adalah International Roughness Index (IRI), yang
menyatakan akumulasi naik turunnya permukaan jalan setiap 1 km jalan (m/Km).
Ruas jalan dikatakan memenuhi standar pelayanan minimal apabila nilai IRI lebih kecil dari
persyaratan. Menurut Peraturan Menteri PU No. 19/PRT/M/2011, untuk persyaratan nilai IRI
maksimum sesuai spesifikasi penyediaan prasarana jalan, yakni :
Nilai IRI
Spesifikasi Jalan maksimum
Jalan raya 6
Jalan sedang 8
Jalan kecil 10
Sumber : Permen PUPR No. 19/PRT/M/2011
IV -7
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
dengan demikian, untuk jalan raya nilai IRI maksimum yang diperbolehkan adalah 6, dimana
apabila terdapat jalan dengan nilai IRI lebih dari 6, maka jalan tersebut berada dalam kondisi
tidak mantap.
Selain itu kinerja pelayanan jalan juga dapat dilihat dari kondisi rasio volume arus lalu lintas dan
kapasitas jalan. Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 14 Tahun 2006, untuk
jalan dengan fungsi jalan arteri primer dan kolektor primer, minimum tingkat pelayanan adalah
B. Untuk dapat mengetahui kinerja pelayanan jalan di masa mendatang, dilakukan prediksi
pertumbuhan arus lalu lintas untuk 5 dan 10 tahun mendatang, dengan menggunakan asumsi
tingkat pertumbuhan sebesar 5 % pertahun.
Untuk WPS 7 yang meliputi DKI Jakarta, Kota Depok,Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota
Sukabumi dan Kabupaten Sukabumi, analisis konektivitas dilakukan berdasarkan pembagian
sub wilayah sebagai berikut :
Pada sub WPS 1, terdapat beberapa simpul-simpul pergerakan, yakni berupa bandar udara,
dan pelabuhan, dimana simpul pergerakan tersebut juga menunjang konektivitas dengan
kawasan lainnya. Sub WPS 1 memiliki dua bandara yang melayani penerbangan domestik
dan internasional, yakni Bandara Internasional Soekarno Hatta yang terletak di Tangerang
dan Bandara Internasional Halim Perdana Kusuma yang terletak di Jakarta Timur.
Bandara Soekarno Hatta dengan luasan lahan 2.138 Ha saat ini memiliki 3 terminal dengan
total kapasitas tampung 38 juta penumpang/tahun. Pada tahun 2015, bandara Soekarno
Hatta melayani 298.463 pergerakan ( 41.491.945 penumpang) untuk penerbangan domestik
dan 83.186 pergerakan ( 12.265.664 penumpang ) untuk penerbangan internasional.
Sementara bandara Halim Perdana Kusuma dengan luasan lahan 170 Ha , memiliki
kapasitas penumpang 168.986/tahun.Pada tahun 2015 melayani sebanyak 2.488
pergerakan (103.423 penumpang) untuk penerbangan domestik dan 27.767 pergerakan (
2.955.351 penumpang) untuk penerbangan internasional.
IV -8
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
Selain bandara, pada sub WPS 1 juga terdapat Pelabuhan Tanjung Priok yang berperan
sebagai pelabuhan utama hub internasional dengan kapasitas total mencapai 11,5 juta
TEUs pertahun.
Secara umum kondisi infrastruktur jalan yang berperan sebagai pendukung aksesibilitas di
sub WPS 1 adalah sebagai berikut :
8 JLN. CIPUTAT RAYA Nasional 3,00 F 3,83 F 4,89 F 6,35 TIDAK MANTAP
13 JLN. AKSES MARUNDA Nasional 0,98 E 1,25 F 1,60 F 6,26 TIDAK MANTAP
Sumber : Ditjen Bina Marga & Analisa Konsultan 2015
Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi rasio volume dan kapasitas
kendaraan (VCR) pada kondisi eksisting, seluruh ruas jalan nasional yang ada di sub WPS
1 sebagian besar telah melewati Level of Service C, yang berarti arus kendaraan mulai
IV -9
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
terhambat. Untuk prakiraan kondisi lalu lintas 5 dan 10 tahun mendatang (tahun 2021 dan
2026), seluruh ruas jalan telah mencapai nilai Level of Service F, yang berarti jalan telah
mencapai kondisi jenuh. Selain itu apabila dilihat berdasarkan kondisi kemantapan jalan,
beberapa ruas jalan berada dalam kondisi tidak mantap, hanya 77 % ruas jalan yang
berada dalam kondisi mantap.
IV -10
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
IV -11
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
Pada sub WPS 1 yang memiliki potensi antara lain perindustrian,perdagangan, jasa,
pariwisata sejarah, wisata bahari, dan transportasi terdapat beberapa kawasan strategis,
antara lain :
Konektivitas pada kawasan ini didukung oleh beberapa ruas jalan, yakni :
a. Jalan strategis nasional, yakni ruas Jalan Pasar Jumat, Jalan Ciputat Raya, dan Jalan
Bogor Raya yang menghubungkan DKI Jakarta dengan Bogor.
b. Jalan strategis nasional, yakni ruas Jalan Bekasi Raya yang menghubungkan DKI
Jakarta dengan Bekasi
c. Jalan strategis nasional, yakni ruas Jalan Daan Mogot yang menghubungkan DKI
Jakarta dengan Tangerang
d. Jalan strategis nasional, yakni ruas Jalan Lingkar Barat, Jalan Ciputat Raya, Jalan R.A.
Kartini, Jalan Cakung-Cilincing dan Jalan T.B. Simatupang yang menghubungkan antar
kawasan di DKI Jakarta
e. Jalan strategis nasional, yakni ruas Jalan Akses Marunda yang menuju Kawasan
Industri Marunda
f. Jalan strategis nasional , yakni ruas Jalan Raya Pelabuhan, Jalan Jampea, dan Jalan
Cilincing Raya yang menuju Pelabuhan Tanjung Priok, dan NCICD.
g. Jalan tol Sedyatmo yang menuju Bandara Internasional Soekarno Hatta
h. Jalan tol Jakarta-Bogor-Ciawi yang menghubungkan DKI Jakarta dengan Bogor
i. Jalan tol Jakarta Outer Ring Road yang menghubungkan antar kawasan Jabodetabek
j. Jalan tol Jakarta Inner Ring Road yang menghubungkan antar kawasan dalam provinsi
DKI Jakarta
k. Jalan tol Jakarta Tangerang yang menghubungkan DKI Jakarta dengan Tangerang
l. Jalan tol Jakarta-Cikampek yang menghubungkan DKI Jakarta dengan Jawa Barat dan
area pulau Jawa menuju ke timur
IV -12
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
m. Jalan tol Ulujami-Pondok Aren dan Pondok Aren-Serpong yang menghubungkan DKI
Jakarta dengan Tangerang Selatan.
B. Sub WPS 2 : Kawasan Kota Depok, Kota Bogor, dan Kabupaten Bogor
RTRW Jabodetabekpunjur dan Provinsi Jawa Barat menetapkan Kota Depok, Bogor, dan
Cibinong sebagai penyeimbang (counter magnet) perkembangan kawasan perkotaan inti.
Secara umum kondisi infrastruktur jalan yang berperan sebagai pendukung aksesibilitas di
sub WPS 2 adalah sebagai berikut :
4 JLN. ABD. BIN NUH (BOGOR) Nasional 0,19 A 0,24 B 0,31 B 5,24 MANTAP
5 JLN. RAYA DRAMAGA (BOGOR) Nasional 0,49 C 0,62 C 0,80 D 4,51 MANTAP
7 BOGOR - CIAWI (JLN. RAYA TAJUR) Nasional 0,39 B 0,50 C 0,64 C 3,66 MANTAP
GANDARIA/BTS.DEPOK/TANGERAN
9 Nasional 0,38 B 0,51 C 0,62 C 3,12 MANTAP
G - BTS.DEPOK
GANDARIA - CILODONG/BTS.
12 Nasional 0,36 B 0,46 C 0,59 C 3,50 MANTAP
DEPOK
IV -13
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
17 JLN. RAYA CIAWI (BOGOR) Nasional 0,25 B 0,32 B 0,41 B 3,64 MANTAP
18 JLN. TRANS YOGI (DEPOK) Nasional 0,23 B 0,30 B 0,38 B 3,78 MANTAP
21 JLN. IR. H. JUANDA (DEPOK) Nasional 0,22 B 0,29 B 0,37 B 5,07 MANTAP
22 JLN. MARGONDA RAYA (DEPOK) Nasional 0,08 A 0,11 A 0,13 A 5,65 MANTAP
Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi kemantapan jalan, beberapa
ruas jalan berada dalam kondisi tidak mantap, hanya 78 % ruas jalan yang berada dalam
kondisi mantap.
IV -14
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
IV -15
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
Konektivitas pada kawasan ini didukung oleh beberapa ruas jalan, yakni :
a. Jalan strategis nasional, yakni ruas Jalan Bogor-Ciawi dan Jalan Ciawi-Benda yang
menghubungkan Kota Bogor dengan Sukabumi. Pada tahun 2016, kondisi arus lalu
lintas pada koridor ini masih berada dalam kondisi stabil. Untuk proyeksi pada tahun
2021 dan 2026, arus lalu lintas masih stabil, namun kecepatan dan gerak kendaraan
sudah dibatasi.
b. Jalan strategis nasional, yakni ruas Jalan Bogor-Ciawi, Ciawi-Puncak dan Jalan Raya
Ciawi yang menghubungkan Kota Bogor dengan KSPN Gunung Gede Pangrango
Puncak. Pada tahun 2016, kondisi arus lalu lintas di koridor ini masih berada dalam
kondisi stabil. Diprediksikan untuk tahun 2021 dan 2026 koridor ini masih akan stabil.
Akan tetapi, pada waktu liburan koridor ini akan mengalami peningkatan arus lalu lintas
yang cukup tinggi dan menyebabkan kemacetan yang cukup parah.
c. Jalan strategis nasional, yakni ruas Jalan Cilodong (Batas Kota Depok-Bogor), Jalan
Pajajaran, dan Jalan Raya Kedunghalang yang menghubungkan Kota Bogor dengan
Cibinong. Pada tahun 2016, kondisi arus lalu lintas pada koridor ini masih stabil, namun
pada diprediksikan pada tahun 2021, ruas Jalan Pajajaran akan mengalami penurunan
kinerja akibat peningkatan arus lalu lintas.
d. Jalan strategis nasional, yakni ruas Jalan IR.H.Juanda, Jalan Margonda Raya, dan
Jalan Gandaria-Cilodong, yang menghubungkan Depok dengan Cibinong. Pada tahun
2016, kondisi arus lalu lintas pada koridor ini masih stabil, begitu pula prediksi untuk
tahun 2021 dan 2026, kondisi arus lalu lintas masih berada dalam keadaan stabil.
e. Jalan strategis nasional, yakni ruas Jalan Arif Rahman Hakim, Jalan Teratai Raya, Jalan
Nusantara, Jalan Raya Sawangan, Jalan Muchtar Raya, dan Jalan Sawangan Raya
IV -16
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
yang menghubungkan Depok dan Sawangan dengan Parung. Untuk kondisi pada tahun
2016, dan prediksi tahun 2021 serta 2026, arus pada koridor ini masih stabil, namun
berdasarkan nilai IRI, kondisi kerataan jalan di tahun 2016 pada koridor ini 50 % nya
berada dalam keadaan tidak cukup baik.
f. Jalan strategis nasional, yakni ruas Jalan Gandaria - Batas Depok yang
menghubungkan Depok dengan DKI Jakarta. Pada tahun 2016, kondisi arus lalu lintas
pada koridor ini masih stabil, dan diprediksikan akan bertahan hingga tahun 2026.
g. Jalan strategis nasional yakni ruas Jalan Batas Kota Jasinga Batas Leuwiliang, Jalan
Raya Leuwiliang, Batas Kota Leuwiliang-Bogor, Jalab Abd.Bin Nuh, Jalan Raya
Dramaga, dan Jalan Dramaga II yang menghubungkan Bogor dengan Provinsi Banten.
Pada tahun 2016, kondisi arus lalu lintas pada koridor ini sudah cukup padat, namun
masih stabil. Diprediksikan pada tahun 2026, terutama ruas Jalan Dramaga akan
mencapai titik jenuh. Berdasarkan nilai IRI, di tahun 2016 ini diketahui bahwa kondisi
kerataan permukaan jalan pada koridor ini tidak cukup baik.
h. Jalan strategis provinsi yang menghubungkan Cibinong dengan Jonggol
i. Jalan strategis provinsi yang menghubungkan Parung Panjang dengan Bogor
j. Jalan tol Bogor Outer Ring Road yang menghubungkan antar kawasan Kota dan
Kabupaten Bogor,mulai dari Sentul Selatan hingga Dramaga.
Secara umum kondisi infrastruktur jalan yang berperan sebagai pendukung aksesibilitas di
sub WPS 3 adalah sebagai berikut :
IV -17
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
JLN. SILIWANGI
2 Nasional 0,43 B 0,55 C 0,71 C 4,12 MANTAP
(CICURUG)
JLN. SILIWANGI
3 Nasional 0,44 C 0,56 C 0,72 C 8,41 TIDAK MANTAP
(PARUNGKUDA)
JLN. SURYAKENCANA
4 Nasional 0,40 B 0,51 C 0,65 C 6,58 TIDAK MANTAP
(CIBADAK)
JLN. BHAYANGKARA
10 Nasional 0,69 C 0,88 E 1,12 F 4,60 MANTAP
(SUKABUMI)
JLN. SURYAKENCANA
11 Nasional 0,68 C 0,87 E 1,11 F 4,90 MANTAP
(SUKABUMI)
JLN. SILIWANGI
13 Nasional 0.68 C 0,87 E 1,11 F 7,36 TIDAK MANTAP
(SUKABUMI)
IV -18
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
JLN. PERINTIS
17 KEMERDEKAAN Nasional 0,66 C 0,84 E 1,08 F 3,37 MANTAP
(CIBADAK)
Sumber : Ditjen Bina Marga & Analisa Konsultan 2015
Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi rasio volume dan kapasitas
kendaraan (VCR) pada kondisi eksisting, seluruh ruas jalan nasional yang ada di sub WPS
3 belum melewati Level of Service C, yang berarti jalan masih berada dalam kondisi baik.
Untuk prakiraan kondisi lalu lintas lima tahun mendatang (tahun 2021), mulai terdapat
beberapa ruas jalan yang nilai Level of Service-nya mencapai E. Sementara untuk prakiraan
10 tahun mendatang (kondisi 2026), beberapa ruas jalan mencapai nilai Level of Service F,
yang berarti jalan telah mencapai kondisi jenuh.
Selain itu apabila dilihat berdasarkan kondisi kemantapan jalan, beberapa ruas jalan berada
dalam kondisi tidak mantap, hanya 76 % ruas jalan yang berada dalam kondisi mantap.
IV -19
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
IV -20
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
Konektivitas pada kawasan ini didukung oleh beberapa ruas jalan, diantaranya :
a. Jalan strategis nasional, yakni ruas Jalan Batas Kota Cibadak-Batas Kota Sukabumi,
Jalan Raya Siliwangi (Cibadak), Jalan Raya Cibolang (Cisaat), Jalan Raya Cisaat
(Cisaat), Jalan K.H. Sanusi (Sukabumi), Jalan Bhayangkara (Sukabumi), Jalan
Suryakencana (Sukabumi), Jalan Rumah Sakit (Sukabumi), Jalan Siliwangi (Sukabumi),
dan Jalan Letjen. Kosasih (Sukabumi) yang menghubungkan kawasan Perkotaan
Cibadak dengan Kota Sukabumi. Pada tahun 2016, arus lalu lintas pada koridor ini
masih berada dalam kondisi stabil. Hasil proyeksi arus lalu lintas pada tahun 2021,
beberapa ruas jalan sudah mulai mengalami penurunan kinerja, bahkan beberapa ruas
sudah mencapai nilai Level of Service E yakni ruas Jalan Bhayangkara (Sukabumi),
ruas Jalan Suryakencana (Sukabumi), ruas Jalan Rumah Sakit (Sukabumi), dan ruas
Jalan Siliwangi (Sukabumi), sehingga pada proyeksi tahun 2026, seluruh ruas jalan
tersebut sudah mencapai kondisi jenuh. Jika dilihat berdasarkan kondisi IRI, terdapat
satu ruas jalan yang nilainya diatas batas maksimum, yakni ruas Jalan Siliwangi
(Sukabumi), dengan nilai IRI mencapai 7,36.
b. Jalan strategis nasional , yakni ruas Jalan Benda-Batas Kota Cibadak, Jalan Siliwangi
(Cicurug), Jalan Siliwangi (Parungkuda), dan Jalan Suryakencana (Cibadak) yang
menghubungkan kawasan Perkotaan Cibadak dengan sub WPS 2. Kondisi arus lalu
lintas pada tahun 2016 , proyeksi 2021 dan 2026 pada koridor ini masih dalam keadaan
stabil, meskipun nilai VCR nya selalu meningkat setiap tahunnya. Terdapat 2 ruas jalan
yang kondisi kerataannya melebihi batas maksimum persyaratan, yakni ruas Jalan
Siliwangi (Parungkuda) dan Jalan Suryakencana (Cibadak), dengan nilai IRI 8,41 dan
6,58.
c. Jalan strategis nasional, yakni ruas Jalan Batas Kota Sukabumi dengan Gekbrong yang
menghubungkan Kota Sukabumi dengan Cianjur. Pada tahun 2016, proeksi 2021 dan
2026, berdasarkan rasio volume dan kapasitas kendaraan, kondisi arus lalu lintasnya
masih berada dalam keadaan stabil, namun kondisi kerataan permukaa jalannya
melebihi batas persyaratan, dengan nilai IRI sebesar 6,89.
IV -21
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
Secara umum kondisi infrastruktur jalan yang berperan sebagai pendukung aksesibilitas di
sub WPS 4 adalah sebagai berikut :
BAGBAGAN -
8 Nasional 0,14 A 0,18 A 0,23 B 6,73 TIDAK MANTAP
JAMPANGKULON
JAMPANGKULON -
9 Nasional 0,26 B 0,33 B 0,42 B 3,86 MANTAP
SURADE
IV -22
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
SURADE -
10 Nasional 0,20 B 0,26 B 0,33 B 4,69 MANTAP
TEGALBULEUD (CIBUNI)
CIKEMBANG -
11 Nasional 0,54 C 0,68 C 0,87 E 5,01 MANTAP
BAGBAGAN
Sumber : Ditjen Bina Marga & Analisa Konsultan 2015
Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa berdasarkan kondisi rasio volume dan kapasitas
kendaraan (VCR) pada kondisi eksisting dan kondisi lima tahun mendatang (tahun 2021),
seluruh ruas jalan nasional yang ada di sub WPS 4 belum melewati Level of Service C, yang
berarti jalan masih berada dalam kondisi baik. Sementara untuk prakiraan 10 tahun
mendatang (kondisi 2026), mulai terdapat ruas jalan yang mencapai nilai Level of Service F,
yang berarti jalan telah mencapai kondisi jenuh.
Selain itu apabila dilihat berdasarkan kondisi kemantapan jalan, beberapa ruas jalan berada
dalam kondisi tidak mantap, hanya 73 % ruas jalan yang berada dalam kondisi mantap.
IV -23
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
IV -24
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
Pada area sub WPS 4 ini terdapat beberapa kawasan strategis, diantaranya :
Kawasan Strategis Kabupaten Perkotaan Palabuhanratu
Kawasan Strategis Kabupaten Koridor Pesisir Sukabumi
Kawasan Strategis Provinsi Sukabumi Selatan
Kawasan Palabuhanratu juga memiliki peranan sebagai PKNp/PKW .
Kondisi eksisting saat ini, konektivitas pada kawasan tersebut didukung dengan beberapa
ruas jalan strategis, diantaranya :
a. Jalan strategis nasional, yakni ruas Jalan Raya Pelabuhan Ratu-Bag-bagan, Jalan
Cikembang-Bagbagan Jalan Perintis Kemerdekaan (Cibadak), Jalan Batas Kota Cibadak-
Cikembang, dan Jalan Raya Cibadak-Cikembang yang menghubungkan kawasan
Palabuhanratu dengan kawasan perkotaan Cibadak. Pada tahun 2016, arus lalu lintas
pada koridor ini masih berada dalam kondisi stabil, begitupula dengan kondisi pada tahun
2021, diprediksikan masih berada dalam kondisi stabil, walaupun nilai Level of Service
jalan sudah mulai menurun. Sementara itu pada tahun 2026, ruas jalan Cikembang-
Bagbagan diprediksikan mengalami kondisi jenuh, ditandai dengan nilai VCR nya yang
mencapai 0,87,
Selain kawasan strategis diatas, terdapat rencana kawasan strategis baru pada sub WPS 4,
yakni pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Geopark Ciletuh yang terletak
di Kecamatan Ciemas. Untuk kondisi saat ini, aksesibilitas menuju KSPN Geopark belum
IV -25
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
Interaksi antar Kabupaten / Kota di dalam WPS-7 saling terhubung antara Kabupaten / Kota yang
berdekatan maupun dengan Kabupaten / Kota sekitarnya. Besarnya interakasi antar kota di
WPS-7 akan diukur dengan menggunakan model gravitasi. Pada dasarnya besarnya interakasi
antar kota sangat dipengaruhi oleh jarak/kedekatan antar kedua kota tersebut, dan juga
penduduk masing-masing kota yang berinteraksi.Rumus model Gravitasi adalah sebagai berikut:
Kota/ Jumlah
No Jarak IAB Keterangan
Kabupaten Penduduk*
Jakarta - Depok (32,9
1 Provinsi DKI 9.830.576 Km) 0,6 Interaksi Tinggi
Jakarta
Jakarta - Depok (32,9
2 Kota Depok 2.033.508 Km) 0,6 Interaksi Tinggi
IV -26
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
Analisis dukungan pertumbuhan kawasan merupakan suatu metode untuk melihat bagaimana
dukungan-dukungan yang tersedia untuk suatu kawasan tersebut tumbuh. Dukungan tersebut
dapat dimaknai sebagai dukungan infrastruktur yang tersedia dan dibutuhkan, serta dukungan
berupa kebijakan pemerintah tentang goal yang akan dituju oleh suatu kawasan, dan juga
dukungan sektor unggulan yang berkontribusi pada pertumbuhan kawasan. Mengingat bahwa
esensi dari perencanaan ini menekankan pada aspek infrastruktur kawasan, maka pada bagian
ini hanya berfokus pada dukungan infrastruktur dalam mendorong pertumbuhan kawasan
kawasan strategis yang terdapat dalam WPS 7.
Wilayah Pertumbuhan Strategis Jakarta- Bogor Ciawi Sukabumi (WPS) 7, dibagi menurut
Kawasan Pertumbuhan Kawasan (KPS), yaitu KPS 1 ( Provinsi DKI Jakarta), KPS 2 (Kota Depok
Kabupaten Bogor Kota Bogor), KPS 3 (Kota Sukabumi & Sebagian Wilayah Kabupaten
Sukabumi) dan KPS 4 (Pelabuahan Ratu). Pembahasan dukungan pertumbuhan kawasan akan
dibahas satu persatu dalam setiap Kawasan Pertumbuhan Strategis.
IV -27
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
PUPR
3. TPS
Sumber Daya 1.Jaringan Air Baku
Air 2 Intake
Pelabuhan Tanjung Priok Perumahan
1.Rencana Kereta Api
Perhubungan
2.BRT
Non PUPR
Energi
Komunikasi
Bina Marga 1.Jalan Nasional
Perhubungan 1. BRT
Energi
Komunikasi
1.Jalan Tol
Bina Marga
2. Jalan Nasional
1.IPAL
Cipta Karya 2.SPAM
PUPR
3.TPS
Sumber Daya 1.Jaringan Air Baku
Bandara Soekarno Hatta Air 2 Intake
Perumahan
1.Rencana Kereta Api
Non PUPR
Perhubungan
2.BRT
Energi
Komunikasi
1.Jalan Tol
Bina Marga
2. Jalan Nasional
1.IPAL
Cipta Karya 2.SPAM
PUPR
Bandara Halim
Perdanakusuma 3.TPS
Sumber Daya 1.Jaringan Air Baku
Air 2 Intake
Perumahan
IV -28
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
Non PUPR
Perhubungan
2.BRT
Energi
Komunikasi
Bina Marga 1. Jalan Arteri
Cipta Karya
Sumber Daya
Air
Stasiun Kereta Api Senen Perumahan
Perhubungan
Energi
Komunikasi
Bina Marga 1. Jalan Arteri
Cipta Karya
Sumber Daya
Air
Stasiun Kereta Gambir Perumahan
Perhubungan
Energi
Komunikasi
Bina Marga 1. Jalan Arteri
Cipta Karya
Sumber Daya
Air
KSPN Kota Tua Perumahan
1. Kereta Api
Perhubungan
2.BRT
Energi
Komunikasi
Bina Marga
1.IPAL
Cipta Karya
2.SPAM
Sumber Daya
KPSN Kep. Seribu Air
Perumahan
1.Pelabuhan
Penyeberangan
Perhubungan
2.Kapal Penyeberang
antar pulau
Energi
Komunikasi
Bina Marga
1.IPAL
Cipta Karya
2.SPAM
IV -29
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
IV -30
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
Infrastruktur
Luasan
Kawasan Strategis Sektor Infrastruktur yang dibutuhkan yang sudah
(Ha)
ada
1.jalan Arteri
Bina Marga
2. Jalan Tol
1.IPAL
Cipta Karya
PUPR
2.SPAM
Sumber Daya
Kawasan Industri
Air
Cibinong Center
Perumahan
Industrial Estate
Perhubungan
Non PUPR
Energi
Komunikasi
Bina Marga 1.jalan Arteri
1.IPAL
Cipta Karya
2.SPAM
PUPR
Sumber Daya
Air
Kawasan Industri
Menara Permai Perumahan
Non PUPR
Perhubungan
Energi
Komunikasi
1.jalan Arteri
Bina Marga
2. Jalan Tol
1.IPAL
Cipta Karya
PUPR
2.SPAM
Sumber Daya
Kawasan Industri
Air
Sentul
Perumahan
Non PUPR
Perhubungan
Energi
Komunikasi
Bina Marga
Air minum, peningkatan kualitas
Cipta Karya
PUPR
Perhubungan
Energi
Komunikasi
PR
Bina Marga
IV -31
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
Infrastruktur
Luasan
Kawasan Strategis Sektor Infrastruktur yang dibutuhkan yang sudah
(Ha)
ada
Cipta Karya
Sumber Daya
Agropolitan Cairu
Air
Perumahan
Non PUPR
Perhubungan
Energi
Komunikasi
Bina Marga
Air minum, peningkatan kualitas
Cipta Karya
PUPR
kumuh, air limbah, persampahan
Agropolitan Sumber Daya
Pamijahan Air
Perumahan
Non PUPR
Perhubungan
Energi
Komunikasi
Bina Marga
Air minum, peningkatan kualitas
PUPR
Cipta Karya
kumuh, air limbah, persampahan
Sumber Daya
Air
Agropolitan
Perumahan
Tanjungsari
Non PUPR
Perhubungan
Energi
Komunikasi
Bina Marga
Air minum, peningkatan kualitas
Cipta Karya
kumuh, air limbah, persampahan
PUPR
Sumber Daya
Air
Agropolitan
Perumahan
Kelapa Nunggal
Non PUPR
Perhubungan
Energi
Komunikasi
Bina Marga
Air minum, peningkatan kualitas
Cipta Karya
kumuh, air limbah, persampahan
PUPR
Sumber Daya
Air
Agropolitan
Perumahan
Rumpin
IV -32
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
Infrastruktur
Luasan
Kawasan Strategis Sektor Infrastruktur yang dibutuhkan yang sudah
(Ha)
ada
Non PUPR
Perhubungan
Energi
Komunikasi
Bina Marga
Cipta Karya
PUPR
Sumber Daya
Air
Perumahan
Non PUPR
Perhubungan - Terminal tipe C
Energi
Komunikasi
Bina Marga
Air minum, peningkatan kualitas
Cipta Karya
kumuh, air limbah, persampahan
PUPR
Sumber Daya
Air
Agropolitan
Perumahan
Cigudeg
Non PUPR
IV -33
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
Siliwangi
(Sukabumi)
- ruas Jalan Letjen.
Kosasih
KSK Perkotaan Cibadak 4,361 (Sukabumi)
- ruas Jalan Benda-
Batas Kota Cibadak
- ruas Jalan
Siliwangi (Cicurug)
- ruas Jalan
Siliwangi
(Parungkuda)
- ruas Jalan
Suryakencana
(Cibadak)
Cipta Karya - TPPAS
Sumber Daya
Air
Perumahan
- Terminal tipe C
Perhubungan
- Stasiun sedang
- Gardu induk 500
Non PUPR
kV
Energi - Gardu induk 70
kV
- Sutet 500 kV
Komunikasi
IV -34
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
- ruas Jalan
Bhayangkara
KSK Kegiatan Ekonomi
- ruas Jalan
Berkelanjutan Cicurug- 35,220
Suryakencana
Sukabumi-Sukalarang
- ruas Jalan Rumah
Sakit
- ruas Jalan
Siliwangi
(Sukabumi)
- ruas Jalan Letjen
Kosasih
- ruas Jalan Batas
Kota Sukabumi-
Gekbrong
- TPPAS
Cipta Karya
- PDAM Tirtabumi
Sumber Daya
Air
- Rusunawa
Cikundul
Perumahan
- Rusunawa
Warudoyong
- Terminal tipe C
Non PUPR
Perhubungan
- Stasiun sedang
Energi - SUTT 150 KV
Komunikasi
Bina Marga - Jalan Propinsi
PUPR
KSK Agrobisnis
22,046
Purabaya Cipta Karya
IV -35
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
Non PUPR
Perhubungan - Terminal tipe C
Energi
Komunikasi
Bina Marga - Jalan propinsi
Cipta Karya
PUPR
Sumber Daya
Agropolitan Kota Air
322 Perumahan
Sukabumi
Non PUPR
Perhubungan
Energi
Komunikasi
Sumber : Hasil Analisis Konsultan
Sumber Daya
Kawasan wisata Air
128700 Perumahan
Geopark Ciletuh
Non PUPR
Perhubungan
Energi
Komunikasi
IV -36
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
PUPR
- ruas Jalan Siliwangi
Pelabuhan - ruas Jalan Raya
perikanan nasional 10 Pelabuhan Ratu
Palabuhanratu
Jalan provinsi
Cipta Karya
Sumber Daya
Air
Perumahan
Non PUPR
Perhubungan
Energi
Komunikasi
Jalan nasional :
- ruas Jalan
Jampangkulon -
Surade
Bina Marga -
- ruas Jalan Surade -
Tegalbuleud
PUPR
Jalan provinsi
KSP Sukabumi - TPPAS
42848 Cipta Karya
Selatan Jampangkulon
Sumber Daya
Air
Perumahan
- Terminal tipe C
Non PUPR
Perhubungan
- Pelabuhan khusus
Energi
Komunikasi
IV -37
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
Perhubungan
penyeberangan
lintas dalam
kabupaten
Energi
Komunikasi
Jalan nasional :
- ruas Jalan Raya
Cisolok
- ruas Jalan Raya
Citepus
Bina Marga - - ruas Jalan Kidang
PUPR
Perkotaan
12542.36 Kencana
Palabuhanratu
- ruas Jalan Raya
Pelabuhan Ratu
Jalan Provinsi
Cipta Karya
IV -38
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
Non PUPR
Palabuhanratu
- PLTU Pelabuhan
Energi Ratu
- SUTT 70 kV
Komunikasi
Sumber : Hasil Analisis Konsultan
Analisis aksesibilitas merupakan suatu metode untuk mengukur seberapa besar indeks
ketertarikan suatu kawasan. Dari analisis ini dapat diketahui seberapa besar suatu kawasan
strategis tersebut mampu menarik pengunjung. Dalam proses penghitungannya, metode ini
menggunakan rumus sebagaimana berikut:
Tij = f(Zi Keterangan:
6. f(Zi): fungsitersebut
Rumus analisis aksesibilitas Zi (daya tarikbiasanya
kota i) juga rumus yang sama dengan rumus gravitasi
(Mutaali, 2015). Sebagaimana rumus model gravitasi, beberapa variabel yang digunakan dalam
formula ini pun sangat tergantung pada tujuan analisis. Sehingga, variabel Pi dan Pj tidak harus
menggunakan besaran jumlah penduduk. Pada analisis ini, ditujukan untuk melihat sejauh mana
kekuatan relatif suatu kawasan strategis mampu menarik pengunjung. Mengingat tujuannya yang
terfokus pada kajian lokasi, maka digunakanlah variabel ketersediaan ruang, dalam kasus ini
adalah luas wilayah kawasan strategis.
IV -39
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
Kawasan Industri
2 0.73 540.00 Kec. Cilinicing 3,970.00 5,800.00 4
Marunda
Kawasan Industri
3 0.73 598.50 Kec. Cilinicing 3,970.00 8,100.00 6
Berikat Nusantara
Kab. Kep
4 KSPN Kep. Seribu 1.3 870.00 8,700.00 4,350.00 1
Seribu
Kec. Taman
5 KSPN Kota Tua 0.18 130.00 433.00 3,100.00 10
Sari
Kec.
7 PPS Nizam Zachman 0.12 71.00 3,549.00 4,600.00 8
Penjaringan
Bandara Soekarna
8 0.62 1,740.00 Kec. Benda 998.00 2,200.00 2
Hatta
Bandara Halim
9 0.62 170.00 Kec. Makasar 2,166.00 5,500.00 7
Perdanakusuma
IV -40
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
KSP Bogor -
2 0.07 626,045.00 Kab. Bogor 230,195.00 1,520.00 2
Puncak - Cianjur
IV -41
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
Kawasan Industri
4 0.73 60.00 kec. Cileungsi 7,379.00 7,500.00
Menara Permai
14
Kawasan Industri
5 0.73 140.00 kec. Citeureup 6,719.00 7,000.00
CCIE
7
Kawasan Industri
6 0.73 100.00 kec. Citeureup 6,719.00 10,100.00
Sentul
16
Kawasan Industri
7 0.73 100.00 kec. Jonggol 12,686.00 4,900.00
Jonggol
4
Kawasan Industri
8 0.73 100.00 kec. Parung panjang 6,259.00 7,300.00
Parung Panjang
12
KSPN Puncak
9 Gede 0.07 15,200.00 kec. Cipanas 5,803.00 10,300.00
Panggarango 3
KSPN Gunung
10 0.07 40,000.00 kec. Kabandungan 13,676.00 66,100.00
Halimun
10
IV -42
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
IV -43
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
IV -44
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
Arah tujuan strategi pengelolaan SDA tersebut lebih rinci adalah untuk meningkatkan ketahanan
air, kedaulatan pangan dan kedaulatan energi guna menggerakkan sektor-sektor strategis
ekonomi domestik dalam rangka kemandirian ekonomi, akan dilakukan melalui pemenuhan
kebutuhan air baku untuk segala kebutuhan peningkatan kinerja jaringan irigasi rawa,
peningkatan pengendalian daya rusak air, peningkatan upaya konservasi sumber daya air,
peningkatan kinerja operasi dan pemeliharaan sarana prasarana sumber daya air.
IV -45
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
b. Waduk
Pengelolaan waduk berdasarkan pertimbangangan posisi waduk berada di wilayah sungai
dimaksud. Merupakan upaya pemelihaaraan bantaran waduk, menjaga kedalaman waduk
sesuai kreteria teknis serta melestarikan hulu waduk sebagai sumber debit air
c. Embung
Pengelolaan embung berdasarkan arahan pembuatan embung-embung di setiap
kabupaten/kota untuk kebutuhan air baku, pertanian dan pengendalian banjir, pembuatan
area resapan air melalui program konversi lahan tidak produktif, pemeliharaan embung-
embung eksisting yang ada
d. Jaringan air bersih
Pengelolaan jaringan air bersih berdasarkan arahan pemeliharaan/pembangunan
bendungan di sungai-sungai yang potensial sebagai upaya memperbanyak tampungan air
bagi keperluan cadangan air baku, pemeliharaan/pembangunan jaringan air bersih
perpipaan di kawasan perkotaan, pemeliharaam/pembangunan jaringan perpipaan
mandiri di perdesaan dari sumber air tanah dan air permukaan
e. Jaringan irigasi.
Pengelolaan jaringan air bersih berdasarkan arahan, peningkatan jaringan irigasi teknis
di semua Kabupaten/Kota untuk memenuhi luasan lahan pertanian pangan berkelanjutan,
pembangunan irigasi dari air tanah pada daerah-daerah yang sulit dijangkau oleh irigasi
teknis, pembangunan waduk sebagai upaya untuk meningkatkan suplai air pada jaringan
irigasi teknis, pembangunan dan/atau pengembangan waduk, embung serta pompanisasi
terkait dengan pengelolaan sumber daya air
IV -46
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
Fungsi tugas badan yang berperan pengurus dalam mengatur air permukaan, dengan garis besar
tugas:
IV -47
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
Cipta Karya
Strategi pengembangan infrastruktur wilayah untuk bidang Cipta Karya adalah pengambilan
keputusan-keputusan tentang biaya perencanaan, pembangunan operasional,
bauran/diversifikasi operasional (keterlibatan masyarakat dan teknis operasional), alokasi
sasaran pemanfaat infrastruktur dalam hubungan dengan keadaan lingkungan yang diharapkan
dan kondisi optimal dan handal. Dalam strategi perencanaan, pembangunan operasional, ada
tiga faktor utama yang menyebabkan terjadinya perubahan strategi dalam perencanaan,
pembangunan operasional yaitu :
1. Daur hidup pengelolaan sektor (air bersih, air limbah dan persampahan)
Strategi harus disesuaikan dengan tahap-tahap daur hidup, yaitu tahap orientasi, tahap
pertumbuhan, tahap kedewasaan dan tahap kemunduran dari beroperasinya infrastruktur
dikelola (air bersih, air limbah dan persampahan).
2. Posisi target kehandalan
Strategi kehandalan harus disesuaikan dengan posisi pengelolaan infrastruktur dalam
konteks tanggung-jawab sosial maupun tuntutan sasaran bisnis (business orientation),
apakah berimbang atau terjadi beban terlalu berat terhadap tanggungjawab social
sehingga dapat menyebabkan kesehatan kinerja terganggu.
3. Situasi ekonomi
Strategi operasional harus disesuaikan dengan situasi ekonomi dan pandangan kedepan,
apakah ekonomi komsumen (pemanfaat infrastruktur) serta beban operasional (bahan
baku, penggajian SDM, bahan bakar dll) berada dalam situasi kelayakan nilai harga.
Strategi pengembangan infrastruktur wilayah untuk bidang Cipta Karya di WPS 7 secara garis-
besar seperti dalam tabel dibawah ini.
IV -48
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
IV -49
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
Bantuan teknis
peningkatan
system
managemen
persampahan
IV -50
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
Perumahan
Berdasarkan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pasal 28 H,
Negara menjamin hak warga negara untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Dalam penjelasan Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, amanat UUD 1945 tersebut
dijabarkan bahwa Negara memajukan kesejahteraan umum melalui Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Permukiman untuk mewujudkan pemenuhan hak warga negara atas
tempat tinggal yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur serta menjamin
kepastian bermukim.
Dengan demikian untuk memenuhi perumahan dan kawasan permukiman yang layak maka harus
memenuhi persyaratan teknis dari segi Bangunan, Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum.
Namun saat ini dibeberapa daerah di Indonesia masih belum memenuhi persyaratan teknis
tersebut, sehingga tumbuh dan berkembangnya perumahan dan permukiman kumuh. Kriteria
yang dipergunakan untuk menilai kondisi kekumuhan dapat dilihat dari aspek berikut: (a)
bangunan gedung, (b) jalan lingkungan, (c) penyediaan air minum, (d) drainase lingkungan, (e)
pengelolaan air limbah, (f) pengelolaan persampahan, dan/ atau (g) proteksi kebakaran. Dari
kriteria diatas yang menjadi prioritas dalam peningkatan kualitas lingkungan permukiman yaitu
penanganan penyediaan air minum, pengelolaan limbah dan pengelolaan persampahan.
IV -51
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
5 Menyediakan dan meningkatkan utilitas kota dan kawasan yang terintegrasi secara
hirarkis sesuai dengan standar pelayanan yang handal
6 Mengembangan Pusat Permukiman Baru dan pelayanan pengembangan sub pusat
perkotaan melalui pemanfaatan ruang secara vertikal dan kompak;
IV -52
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
3 Meningkatkan pelayanan irigasi teknis dengan jaminan pasokan air yang memadai serta
peningkatan produsi pertanian melalui intensifikasi lahan
4 Mengembangkan prasarana dan sarana pengurangan resiko bencana alamiah di
wilayah hulu dan sekitarnya
5 Menyediakan dan meningkatkan utilitas kota dan kawasan yang terintegrasi secara
hirarkis sesuai dengan standar pelayanan yang handal
Konektivitas sangat penting dari sisi pergerakan manusia ataupun barang dari satu kawasan
dengan kawasan lainnya. sehingga dapat membantu mendorong kemajuan tiap tiap daerah. Di
WPS 7 yang mencangkup Provinsi DKI Jakarta dan Sebagian Provinsi Jawa Barat yang terdiri
dari Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kabupaten Sukabumi & Kota Sukabumi. Untuk
meningkatkan konektivitas yang menghubungkan tiap - tiap kabupaten / Kota di WPS 7 dibuatlah
rencana strategis pengembangan infrastruktur yang nantinya akan diwujudkan dalam bentuk
program.
Waktu
Sumber Instansi
Indikasi Program Lokasi 2018- 2023-
Pendanaan Pelaksana
2022 2028
Pengembangan infrastruktur Jabodetabek APBN, KemenPUPR
jalan untuk meningkatkan Swasta, APBD
konektivitas di Jabodetabek Provinsi
Pengembangan transportasi Jabodetabek APBN, Kemenhub
massal Jabodetabek Swasta, APBD
Provinsi
Sumber : Analisia Konsultan
Tabel 4.18 Rencana Strategis Infratruktur KPS 2 (Kota Depok, Kota Bogor & Kabupaten Bogor)
IV -53
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
2022 2028
Pengembangan infrastruktur Jakarta, APBN, KemenPUPR
jalan untuk meningkatkan Bogor, Swasta, APBD
konektivitas di daerah Bogor, Depok Provinsi
Depok, dan DKI Jakarta
Pengembangan transportasi Jakarta, APBN, APBD Kemenhub
massal di Bogor Bogor, Provinsi
Depok
Sumber : Analisia Konsultan
Tabel 4.19 Rencana Startegis Infrastruktur KPS 3 (Kota Sukabumi dan Kabupaten Sukabumi)
Waktu
Sumber Instansi
Indikasi Program Lokasi 2018- 2023-
Pendanaan Pelaksana
2022 2028
Pengembangan infrastruktur Sukabumi APBN, Swasta, KemenPUPR
jalan untuk meningkatkan APBD Provinsi,
konektivitas di Sukabumi APBD Kota/Kab
dan sekitarnya
Pengembangan transportasi Sukabumi APBN, APBD Kemenhub
massal di Sukabumi Provinsi
Sumber : Analisia Konsultan
Waktu
Sumber Instansi
Indikasi Program Lokasi 2018- 2023-
Pendanaan Pelaksana
2022 2028
Pengembangan infrastruktur Palabuhanratu APBN, KemenPUPR
jalan untuk meningkatkan APBD
konektivitas di Provinsi
Palabuhanratu dan
sekitarnya
Pengembangan transportasi Palabuhanratu APBN, Kemenhub
massal di Palabuhanratu dan APBD
IV -54
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
Sekitarnya Provinsi
Sumber : Analisia Konsultan
Kawasan strategis yang akan diprioritaskan dalam dukungan yang diberikan Pemerintah Pusat
adalah kawasan yang dalam upaya penanganan dan pengembangan kawasan-nya memerlukan
penyelesaian dalam bidang Infrastruktur PU-PR yaitu antara lain Penanganan aspek Jalan
Nasional, Penanganan Bidang Perumahan, Penanganan Bidang Cipta Karya, Penanganan
Bidang Sumber Daya Air.
Selain dukungan infrastruktur, baik peningkatan infrastruktur yang sudah ada maupun
infrastruktur baru yang dibutuhkan, diperlukan pula dukungan berupa kebijakan pemerintah
untuk mencapai target yang akan dituju oleh suatu kawasan pariwisata, maupun target
Kabupaten / Kota.
IV -55
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
Mendukung pengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya alam dan
kegiatan budidaya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan wilayah;
Arus urbanisasi ke daerah perkotaan telah menciptakan lokasi-lokasi permukiman kumuh yang
hampir semuanya ilegal. Salah satu permasalahan pembangunan di perkotaan mengakibatkan
ketimpangan laju pembangunan di kota dibandingkan dengan di desa. Hal ini ditunjukkan dengan
kondisi sosial demografis di kawasan kumuh seperti kepadatan penduduk yang tinggi, kondisi
lingkungan yang tidak layak huni dan tidak memenuhi syarat serta minimnya fasilitas umum dan
fasilitas sosial berupa fasilitas pendidikan, kesehatan dan sarana prasarana sosial budaya.
Secara sosiologis permukiman kumuh adalah suatu permukiman yang tidak layak huni karena
tidak memenuhi persyaratan untuk hunian baik secara teknis maupun non teknis, dengan
gambaran dan kesan secara umum tentang masyarakat yang hidup dengan sikap dan tingkah
laku yang rendah dilihat dari standar hidup dan penghasilan kelas menengah ke bawah. Hal
tersebut menjadi interpretasi umum bahwa masyarakat yang tinggal di kawasan permukiman
kumuh adalah pemukim yang tinggal atau berada didalam suatu lingkungan yang rendah
kualitasnya dengan belum terpenuhinya standard pelayanan minimal manusia untuk hidup
dengan layak.
IV -56
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
warga yang sering membuang sampah ke sungai juga memicu pendangkalan sungai yang pada
gilirannya dapat mengakibatkan banjir.
Identifikasi permukiman kumuh didasarkan pada kumuh perkotaan, kumuh perdesaan dan
kumuh transisi. Untuk kumuh perkotaan adalah permukiman kumuh yang ada di perkotaan yang
merupakan permukiman padat penduduk dan belum tertatanya daerah permukiman yang ada.
Permukiman kumuh perdesaan merupakan pemukiman kumuh yang berada di wilayah
perdesaan yang mana daerah tersebut masih belum di perbaiki atau belum di bangunnya saranan
dan prasaranan infrastruktur yang ada. Permukiman kumuh transisi adalah permukiman yang
IV -57
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
kumuh yang sebagian wilayahnya sudah tersedia sarana dan prasarana infrastruktur yang ada.
Lokasi kumuh yang ada di WPS 7 maka telah tersaji di tabel berikut ini :
Dari total kawasan perumahan seluas 42.440,61 Ha (66,52 % luas Jakarta), 20,18% adalah kawasan
permukiman kumuh. Sehingga bila kawasan ini tidak ditangani secara serius, maka akan menimbulkan
masalah penurunan kualitas lingkungan. Fakta lainnya, BPS mencatat jumlah rumah kumuh sebanyak
181.256 unit dengan kategori kumuh berat sebanyak 21.720 unit. Permukiman kumuh tersebut berada di
279 RW kumuh. Pemukiman kumuh di daerah DKI dapat ditemukan di daerah-daerah pinggiran kali, selain
itu ada juga di derah-daerah kolong Jembatan Layang dan daerah pinggiran rel kereta api. Rumah-rumah
kumuh ini biasanya berbentuk gubuk-gubuk yang terbuat dari triplek kayu pada dinding-dindingnya.
IV -58
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
I Prasarana SPAM sudah dilayanan oleh Masih belum terlayani Optimalisasi sistem
PDAM Tirta Dharma untuk permukiman di kebutuhan sarana air SPAM dan menambah
wilayah bersih dengan kapasitas produksi
pelayanan perpipaan untuk melayani wilayah
kawasan kumuh atau
dengan program
SPAM MBR untuk
melayani kebutuhan di
kawasan kumuh
IV -59
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
6 Jalan lingkungan masih berupa tanah dan Belum ada perbaikan Pembangunan jalan
masih rusak terutama di kawasan kumuh serta pengaspalan lingkungan aspal atau
jalan pavling blok
IV -60
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
IV -61
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
IV -62
Laporan Akhir Rencana Pembangunan Infrastruktur Terpadu WPS 7 di Pulau Jawa-Bali
IV -63