Teknik Komunikasi Pada Keadaan Khusus

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

TEKNIK KOMUNIKASI PADA KEADAAN KHUSUS

(GANGGUAN PENGLIHATAN DAN PENDENGARAN)

Gusti Jhoni Putra,S.Kep,Ns

Tehnik Komunikasi pada Keadaan Khusus


1. Pada Klien dengan Gangguan Sensoris Pendengaran
Pada klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang paling sering digunakan ialah
media visual. Klien menangkap pesan bukan dari suara yang dikeluarkan orang lain, tetapi dengan
mempelajari gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi visual menjadi sangat penting bagi klien ini sehingga
dalam melakukan komunikasi, upayakan supaya sikap dan gerakan anda dapat ditangkap oleh indra
visualnya.
Teknik Komunikasi
Berikut adalah teknik-teknik komunikasi yang dapat digunakan klien dengan gangguan
pendengaran:
1. Orientasiakan kehadiran anda dengan cara menyentuh klien atau memposisikan diri di depan
klien
2. Gunakan bahasa yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan untuk memudahkan klien
membaca gerak bibir anda
3. Usahakan berbicara dengan posisi tepat didepan klien dan pertahankan sikap tubuh dan mimik
wajah yang lazim
4. Jangan melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah sesuatu (permen karet)
5. Bila mungkin gunakan bahasa pantomim dengan gerakan sederhana dan wajar
6. Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan diperlukan
7. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah sampaikan pesan dalam bentuk
tulisan atau gambar (simbol).
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik permanen maupun
tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat gangguan pendengaran adalah:
1. Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB),
2. Gangguan pendengaran ringan(41-55dB),
3. Gangguan pendengaran sedang(56-70dB),
4. Gangguan pendengaran berat(71-90dB),
5. Gangguan pendengaran ekstrem/tuli(di atas 91dB).
Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki hambatan dalam
berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan
bahasa isyarat, untuk abjad jari telah dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa
berbeda-beda di setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkan komunikasi total yaitu
cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa tubuh. Individu
tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu yang abstrak.

2. Klien dengan Gangguan Penglihatan


Gangguan penglihatan dapat terjadi baik karena kerusakan organ, misal., kornea, lensa mata,
kekeruhan humor viterius, maupun kerusakan kornea, serta kerusakan saraf penghantar impuls menuju
otak. Kerusakan di tingkat persepsi antara lain dialami klien dengan kerusakan otak. Semua ini
mengakibatkan penurunan visus hingga dapat menyebabkan kebutaan, baik parsial maupun total. Akibat
kerusakan visual, kemampuan menangkap rangsang ketika berkomunikasi sangat bergantung pada
pendengaran dan sentuhan.
Oleh karena itu, komunikasi yang dilakukan harus mengoptimalkan fungsi pendengaran dan sentuhan
karena fungsi penglihatan sedapat mungkin harus digantikan oleh informasi yang dapat ditransfer
melalui indra yang lain.

Komunikasi.Pada.Keadaan.Khusus/GustiJhoniPutra,S.Kep,Ns Page 1
Teknik Komunikasi
Berikut adalah teknik-teknik yang diperhatikan selama berkomunikasi dengan klien yang mengalami
gangguan penglihatan:
1. Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami kebutaan parsial atau
sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran perawat ketika anda berada didekatnya
2. Identifikasi diri anda dengan menyebutkan nama (dan peran) anda
3. Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak memungkinkanya
menerima pesan verbal secara visual. Nada suara anda memegang peranan besar dan bermakna
bagi klien
4. Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucapkan kata kata sebelum melakukan sentuhan
pada klien
5. Informasikan kepada klien ketika anda akan meninggalkanya / memutus komunikasi
6. Orientasikan klien dengan suara suara yang terdengar disekitarnya
7. Orientasikan klien pada lingkunganya bila klien dipindah ke lingkungan / ruangan yang baru

Pada dasarnya gangguan sensoris bisa dibagi menjadi :


a) Gangguan pada Pusat Nervous yang terkait dengan fungsi sensoris dalam komunikasi :
Brocca/ Brodmanns area : Pusat pendengaran.
Girus Angularis : Memproses kata kata diyubah dalam bentuk audisi.
Area Werniecke : Pengolah secara komprehensip audio visual.
b) Gangguan pada Nervous cranial yang terkait dengan fungsi komunikasi sensoris.
c) Gangguan sensori persepsi : Misalnya pada klien dengan hullusinasi/ illusi.
d) Klien dengan penurunan kesadaran.
e) Klien Autis, Klien Mental retardate.

Kemampuan individu untuk melihat dimungkinkan oleh sistem organ yang disebut mata. Sistem
ini terdiri atas organ organ yang menerima dan memfokuskan cahaya yang masuk kedalam mata, sel
sel reseptor penglihatan. Gangguan penlihatan dapat terjadi baik karena kerusakan organ, misal:
kornea,lensa mata,kekeruhan humor viterus,maupum kerusakan kornea,serta kerusakan saraf penghantar
impuls menuju otak.Kerusakan ditingkat persepsi antara lain dialami klien dengan kerusakan
otak.Semua ini mengakibatkan penurunan visus hingga dapat menyebabkan kebutaan,baik persial
maupun total.
Akibat kerusakan visual,kemampuan menangkap rangsang ketika berkomunikasi sangat
tergantung pada pendengaran dan sentuhan.
Oleh karena itu,komunikasi yang dilakukan harus mengoptimaln fungsi pendengaran dan
sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat mungkin harus digantikan oleh informasi yang dapat
ditrasfer melalui indra yang lain.Sebagai contoh,ketika melakukan orientasi ruang perawat secara lisan
misalnya dengan menerangkan letak meja kursi,menerangkan beberapa langkah posisi tempat tidur dari
pintu,letak kamar mandi dan sebagaiannya.

Agar komunikasi dengan orang dengan gangguan sensori penglihatan dapat berjalan
Lancar dan mencapai sasarannya , maka perlu juga diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Dalam berkomunikasi pertimbangan isi dan mata nada suara
2) Periksa lingkungan fisik
3) Perlu adanya ide yang jelas sebelum berkomunikasi
4) Berkomunikasikan pesan secara singkat
5) Komunikasikan hal-hal yang berharga saja
6) Dalam merencanakan komunikas,berkonsultasilah dengan pihak lain agar memperoleh dukungan.

Komunikasi.Pada.Keadaan.Khusus/GustiJhoniPutra,S.Kep,Ns Page 2
Syarat Syarat Yang Harus Dimiliki Perawat Berkomunikasi Dengan Pasien Gangguan
Penglihatan
Dalam melakukan komunikasin terapeutik dengan pasien dengan gangguan sensori
penglihatan,perawat dituntut untuk menjadi komunikator yang baik sehingga terjalin hubungan
terapeutik yang efektif antara perawat dan klien,untuk itu syarat yang harus dimilki oleh perawat dalam
berkomunikasi dengan pasien dngan gangguan sensori penglihatan adalah :
Adanya kesiapan artinya pesan atsun informasi, cara penyampaian dan salurannya harus
dipersiapkan terlebih dahulu secara matang.
Kesungguhan artinya apapun wujud dari pesan atau informasi tersebut tetap harus disampaikan
secara sungguh-sungguh atau serius.
Ketulusan artinya sebelum individu memberikan informasi atau pesan kepada individu lain
pemberi informasi harus merasa yakin bahwa apa yang disampaikan itu merupakan sesuatu yang
baik dan menang perlu serta berguna untuk pasien
Kepercayaan diri artinya jika perawat mempunyai kepercayaan diri maka hal ini akan sangat
berpengaruh pada cara penyampaiannya kepada pasien.
Ketenangan artinya sebaik apapun dan sejak apapun yang akan disampaikan,perawat harus
bersifat tenang,tidak emosi maupun memancing emosi pasien,karena dengan adanya ketenangan
maka informasi akan lebih jelas baik dan lancar.
Keramahan artinya bahwa keramahan ini merupakan kunci sukses dari kegiatan
komunikasi,karena dengan keramahan ya ng tulus tanpa dibuat-buat akan menimbulkan perasaan
tenang,senang dan aman bagi penerima
Kesederhanaan artinya didalam penyampaian informasi,sebaiknya dibuat sederhana baik bahasa,
pengungkapan dan penyampaiannya.Meskipun informasi itu panjang dan rumit akan tetapi kalau
dberikan secara sederhana berurutan dan jelas maka akan memberikan kejelasan secara
sederhana berurutan dan jelas maka akan memberikan kejelasan informasi dengan baik.

Macam-Macam Penyakit Mata


Buta warna : Orang yang menderita buta warna tidak mampu membedakan warna dengan baik.
Bagi seorang penderita buta warna, yang nampak hanya warna hitam, putih , abu abu. Buta
warna pada umumnya merupakan penyakit keturunan.
Rabun jauh : Orang yang menderita rabun jauh dapat melihat dengan baik benda benda yang
jaraknya jauh, tetapi tidak dapat melihat dengan baik benda benda yang jaraknya dekat.
Penderita rabun jauh dapat ditolong dengan mempergunakan kacamata dengan lensa cembung.
Rabun dekat : Orang yang menderita rabun dekat, dapat melihat dengan baik benda benda yang
jaraknya dekat, tetapi tidak dapat melihat dengan baik benda benda yang jaraknya jauh.
Penderita rabun dekat, dapat ditolong dengan mempergunakan kacamata dengan lensa cekung.
Perlu diingat, kebiasaan membaca terlalu dekat pada anak anak dapat mempercepat terjadinya
penyakit rabun dekat.
Rabun senja (Xeroptalmia) : Orang yang menderita rabun senja, tidak dapat melihat dengan jelas
mulai pada waktu senja. Penderita rabun senja banyak menimpa anak anak balita. Pada era tahun
1960 -1970 banyak anak anak yang menderita rabun senja. penyebabnya karena kekurangan
vitamin A .
Astigmatis : Orang yang menderita astigmatis, tidak dapat melihat benda dengan jelas. Semua
benda yang dilihat akan nampak kabur seperti photo yang tidak tepat fokusnya. Penyakit ini
disebabkan oleh kelainan/kerusakan dari kornea.
Juling : Orang yang menderita penyakit ini mudah dikenal, karena biasanya penderita sulit
mengarahkan kedua biji matanya kesatu arah.
Retinopatia diabetes : Tajam penglihatan perlahan-lahan menurun. Pada retina terlihat eksudat
berwarna kekuning-kuningan yang memperlihatkan tanda-tanda akan bergabung menjadi satu
yang besar-besar dan irregular.
Katarak : Penglihatan kabur/tidak jelas.

Komunikasi.Pada.Keadaan.Khusus/GustiJhoniPutra,S.Kep,Ns Page 3
Tehnik komunikasi terapeutik.
Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik berkomunikasi yang berbeda
pula, diantaranya adalah :
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa perawat perhatian
terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya
untuk mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal yang sedang dikomunikasikan. Ketrampilan
mendengarkan sepenuh perhatian adalah dengan:
Pandang klien ketika sedang bicara
Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan
Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau tangan
Hindarkan gerakan yang tidak perlu
Anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik
Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.

2. Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang
lain tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang
menerima :
Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan
Memberikan umpan balik verbal yang menapakkan pengertian
Memastikan bahwa isyarat non-verbal cocok dengan komunikasi verbal
Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah
pikiran klien.

3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan


Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai klien.
Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata dalam
konteks sosial budaya klien. Selama pengkajian ajukan pertanyaan secara berurutan.

4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.


Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien
mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut.

5. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalah pahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk
mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian, karena informasi sangat penting dalam
memberikan pelayanan keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan benar, perawat perlu
memberikan contoh yang konkrit dan mudah dimengerti klien.

6. Memfokuskan
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih spesifik
dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan klien ketika menyampaikan
masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan berlanjut tanpa informasi yang baru.

7. Menawarkan informasi
Tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien terhadap
keadaanya. Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan bagi klien. Selain ini
akan menambah rasa percaya klien terhadap perawat. Apabila ada informasi yang ditutupi oleh
dokter, perawat perlu mengklarifikasi alasannya. Perawat tidak boleh memberikan nasehat kepada
klien ketika memberikan informasi, tetapi memfasilitasi klien untuk membuat keputusan.

Komunikasi.Pada.Keadaan.Khusus/GustiJhoniPutra,S.Kep,Ns Page 4
8. Diam
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir pikirannya.
Penggunaan metode diam memrlukan ketrampilan dan ketetapan waktu, jika tidak maka akan
menimbulkan perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap
dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi. Diam terutama berguna pada
saat klien harus mengambil keputusan .

9. Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat.
Metode ini bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada
pembicaraan berikutnya. Meringkas pembicaraan membantu perawat mengulang aspek penting
dalam interaksinya, sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.

10. Memberikan penghargaan


Memberi salam pada klien dengan menyebut namanya, menunjukkan kesadaran tentang
perubahan yang terjadi menghargai klien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan
tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu.

11. Menawarkan diri


Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau klien
tidak mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Seringkali perawat hanya menawarkan
kehadirannya, rasa tertarik, tehnik komunikasi ini harus dilakukan tanpa pamrih.

12. Menganjurkan klien unutk menguraikan persepsinya


Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesungguhnya dari
perspektif klien. Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat. Ketika
menceritakan pengalamannya, perawat harus waspada akan timbulnya gejala ansietas.

Komunikasi.Pada.Keadaan.Khusus/GustiJhoniPutra,S.Kep,Ns Page 5
Aplikasi Komunikasi Pada Klien Dengan Gangguan Penglihatan
Pada suatu siang di sebuah rumah sakit di Surakarta,di suatu bangsal bernama Bangsal Melati
terdapat seorang pasien dengan nama saudara S.Pasien mengalami kebutaan sejak lahir.Beberapa hari
yang lalu pasien mengalami kecelakaan lalu dilakukan operaasi di ekstremitas bawah tepatnya di
fibula.Lalu perawaat akan melakukan tindakan memberikan obat pada Saudara S.
Di ruang perawat bangsal melati.
Senior : Dik,tolong pasien nomor bed 5 kamar 1 diberi obat,ini sudah jamnya
minum obat.( Memegang bahu perawat )
Perawat : Iya mbak.
Perawat mengambil peralatan lalu berjalan menumu ruang pasien.Tiba di ruang pasienn terdapat pasien
serta keluarga pasien.
Perawat : Selamat siang pak,bu
Keluarga : Selamat siang mbak.
Perawat : Ini sudah waktunya dek S minum obat.
Keluarga II : Oh ya mbak, silakan
Perawat : Selamat siang dik S. (Menyentuh bahu pasien)
Pasien : Siang.. Siapa ya? (mengerutkan kening)
Perawat : Saya Purwanti,masih inget nggak? Ini mbak yang kemarin membantu adik minum
obat.
Pasien : Oh ya mbak saya ingat,
Perawat : Gimana dik kabarnya hari ini?
Pasien : Umm,baik mbak
Perawat : Gimana tidurnya semalam?
Pasien : Semalam tidurnya kurang nyenyak mbak,kakiku gatel, rasanya cenat-cenut.
Perawat : Oh,kalau gatel itu biasanya udah mau sembuh,dik
Jangan digaruk ya?
Pasien : iya mbak,
Perawat : Mbak disini mau membantu adik untuk minum obat.
Pasien : Obat apa mbak? Untuk apa?
Perawat : Ini obat untuk mempercepat penyembuhan luka pada kaki adik. Biar bisa
masuk sekolah lagi. Gimana dik, mau dibantu sama mbak?
Pasien : Iya mbak mau
Perawat : Sekarang adik bangun dulu ya? (sambil membantu pasien bangun). Nah ini diminum,
airnya yang banyak biar obatnya cepet larut.
Setelah selesai melakukan tahap kerja, perawat melakukan evaluasi untuk mengetahui hasil tindakan
yang dilakukan, apakah sudah mencapai tujuan.
Perawat : Gimana dik habis minum obat?
Pasien : Pait mbak, nggak enyakkk
Perawat : Oh iya dik gak papa,
Kalau adik mau minum obat lagi, mbak nanti kesini lagi. Atau kalau ada apa-apa adik bisa panggil mbak
di ruang keperawatan.
Pasien : Ya mbak.
Perawat : Bapak,ibu.. saya permisi kembali ke ruang keperawatan
Selamat siang.
Keluarga : Ya sus,terima kasih. Selamat siang
Setelah selesai melakukan semua tindakan termasuk evaluasi, perawat melakukan tindakan
pendokumentasian.

Komunikasi.Pada.Keadaan.Khusus/GustiJhoniPutra,S.Kep,Ns Page 6

Anda mungkin juga menyukai