Tugas Dinamika

Unduh sebagai xlsx, pdf, atau txt
Unduh sebagai xlsx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 40

Sebuah gedung perkantoran 5 lantai akan direncanakan dengan struktur beton.

Sistem perencanaan dengan SRPMK( Struktur Rangka Pemikul Momen Khusus ).

1. Sistem Struktur
Pemodelan struktur dilakukan dengan program etabs 9.7.2. Perencanaan dengan
SRPMK. Pemodelan struktur gedung 5 lantai untuk gedung sekolah yang akan
didesain ditunjukkan pada Gambar berikut.

2. Asumsi yang Digunakan


a. efek P-delta diabaikan
b. Plat lantai dianggap sebagai elemen shell yang bersifat menerima beban tegak
lurus bidang( vertikal ) dan beban lateral ( horizontal ) akibat gempa
c. Pondasi dianggap jepit, karena desain pondasi menggunakan bore pile ( pondasi
dalam ), sehingga kedudukan pondasi diasumsikan tidak mengalami rotasi dan
translasi.

3. Peraturan dan Standart Perencanaan


a. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa untuk Gedung SNI 03-1726-2000.
b. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Gedung SNI 03-2847-2002.
c. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan Gedung SNI 03-1729-2002
d. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung PPPURG 1987.

Untuk memulai pembuatan model struktur pada ETABS, dapat dilakukan dengan cara File
New Model No.
Setelah itu akan muncul kolom yang berisi data teknis bangunan. Kolom tersebut diisi
sesuai dengan model struktur gedung yang akan di desain yang meliputi :
a. Jumlah lantai (Number of Stories),
b. Ketinggan antar lantai yang sama (Typical Story Height),
c. Ketinggian lantai bawah (Bottom Story Height), dan
d. Penentuan satuan (Units) yang akan digunakan.
Keterangan :
) Number of Stories : jumlah
lantai.
) Typical Story Height :
ketinggan antar lantai yang
sama.
) Bottom Story Height :
ketinggian lantai bawah.
) Units : pilihan satuan yang
akan digunakan.

Denah struktur gedung cenderung mempunyai kesamaan (typical) dengan lantai- lantai di
bawah atau di atasnya, sehingga pada ETABS dapat dibuat hubungan kesamaan antar
lantai dengan menganggap satu/ beberapa lantai sebagai acuan lantai yang lain (Master
Story).

Keterangan :
) Master Story : bagian lantai
yang digunakan untuk acuan
lantai yang lain.
) Similar to : lantai yang
mempunyai karakteristik yang
sama (dengan Master Story).

Jarak antar As untuk penggambaran kolom dan balok dapat diinput dengan cara Edit
Edit Grid Data Modify/ Show System sebagai berikut.
Tampilan grid yang telah diinput ditunjukkan pada Gambar berikut.

4. Material Struktur
Struktur gedung didesain menggunakan bahan beton bertulang dengan mutu dan
persyaratan sesuai dengan standard peraturan yang ada sebagai berikut :

4.1. Beton
Kuat beton yang disyaratkan, fc= 30 Mpa
Modulus elast isitas beton, Ec = 4700 fc' = 25742.96 Mpa
Angka poison, = 0.2
Modulus geser, G = Ec /[2( 1+ u )] = 10726.23 Mpa

4.2. Baja Tulangan


Diameter 12 mm menggunakan baja tulangan polos BJTP 24 dengan tegangan leleh,
fy = 240 MPa.
Diameter > 12 mm menggunakan baja tulangan ulir BJTD 40 dengan tegangan leleh,
fy = 400 MPa.

4.3. Baja Profil


Mutu baja profil yang digunakan untuk struktur baja harus memenuhi persyaratan setara
dengan BJ 40 dengan tegangan leleh fy = 400 MPa.
Bahan struktur beton yang digunakan adalah dengan spesifikasi berikut :
Mass per unit volume = 2.4
Fc (mutu kuat tekan beton) = 25 Mpa
Fy (tegangan leleh tulangan utama), BJ 40 = 400 Mpa
Fys (tegangan leleh tulangan geser/ sengkang), BJ 24= 240 Mpa

Data bahan tersebut dapat diinput ke dalam ETABS dengan cara Define Material
Properties Conc Modify seperti ditunjukkan pada Gambar berikut ini.

5. Detail Elemen Struktur


Elemen- elemen struktur yang digunakan dalam perencanaan gedung ditunjukkan sebagai
berikut :
Jenis struktur = BETON BERTULANG
Pondasi = BORE PILE DIAMETER 40 CM
Kode balok = B30X60

Kode Kolom = K 45X45

5.1. Balok
Input elemen struktur balok dilakukan dengan cara Define Frame Section
AddRectangular.
Detail penampang balok yang digunakan ditunjukkan sebagai berikut.

5.2. Kolom
Input elemen struktur kolom dilakukan dengan cara Define Frame Section Add
Rectangular.

Detail penulangan kolom bisa klik Reinforcement sebagai berikut :

Keterangan :
Cover to rebar center = tebal selimut beton berdasarkan SNI Beton 03-2847-2002
Pasal 9.7.
Number of bar in 3 dir = jumlah tulangan arah sumbu 3.
Number of bar in 2 dir = jumlah tulangan arah sumbu 2.
Bar size = dimensi tulangan tepi.
Corner Bar size = dimensi tulangan ujung atau tepi sudut.

Karena ada perbedaan ukuran atau dimensi tulangan yang digunakan di Amerika dengan di
Indonesia, maka untuk membuat ukuran tulangan yang kita inginkan bisa dilakukan
dengan cara Option Preferences Reinforcement Bar Sizes.
Keterangan :
Bar ID = identitas nama tulangan,
Bar Area = luas tulangan, dapat dihitung dengan cara A = x x d 2
Bar diameter = ukuran diameter tulangan.

Berdasarkan SNI Beton 03-2847-2002 Pasal 9.7 tebal selimut beton minimum yang
diizinkan adalah sebagai berikut :

Tebal selimut tersebut dapat diinput ke ETABS dengan cara Define Frame Section
Rectangular Reinforcement Concrete cover to Rebar Center. Tebal selimut untuk
balok dan kalom 40 mm, serta untuk Tie Biem 60 mm.
5.3. Plat Lantai
Input elemen plat dilakukan dengan cara Define Wall/ Slab Deck Section Add New
Slab. Ada 3 asumsi dalam pemodelan plat lantai yaitu :
Shell = plat diasumsikan menerima gaya vertikal akibat beban mati dan
hidup, juga menerima gaya horizontal/ lateral akibat gempa.
Membrane = plat diasumsikan menerima gaya horizontal saja.
Plate = plat diasumsikan hanya menerima gaya vertikal saja, akibat
beban mati dan hidup.
Thick Plate = plat diasumsikan mempunyai ketebalan lebih, biasanya
digunakan untuk jalan beton, tempat parkir dan plat yang
berfungsi sebagai pondasi.

Dalam perencanaan ini, plat dimodelkan sebagai Shell, sehingga selain menerima gaya
vertikal akibat beban mati dan hidup, plat juga diasumsikan menerima gaya horizontal/
lateral akibat gempa. Input data plat ditunjukkan pada Gambar berikut.

Pada plat lantai 1 DS diasumsikan sebagai thick plate, karena plat yang
digunakan relatif tebal dan plat tersebut juga menumpu di tanah sebagai pondasi.

5.4. Shear Wall


Adanya gerakan lift menyebatkan getaran yang berakibat retaknya dinding, maka
digunakan shear wall untuk meredam getaran tersebut dan untuk memperbesar kekakuan
gedung akibat pengaruh gempa. Karena shear wall tersebut dimodelkan berbentuk tube
untuk lubang lift, maka bisa juga disebut core lift. Pemodelan shear wall tersebut dapat
dilakukan dengan cara Define Wall/ Slab Deck Section Add New Wall.
Shear wall tersebut dapat diasumsikan sebagai Thick Plate, karena dimensi dinding yang
digunakan relatif tebal dan karena plat tersebut juga menumpu di tanah sebagai pondasi.

5.5. Momen Inersia Penampang


Besarnya waktu getar alami struktur (T) dapat diketahui dengan menganggap bahwa
momen inersia penampang untuk arah 2 axis atau 3 axis adalah utuh tanpa mengalami
keretakan, sehingga nilai faktor pengali diisi 1 dengan cara Define Frame Sections
Pilih Elemen Balok atau Kolom Modify/ Show Property Set Modifiers.

6. Pemodelan Struktur

Pemodelan struktur gedung dilakukan secara 3D dengan menggambar semua elemen


balok, kolom, plat, dan shear wall. Cara penggambaran masing- masing elemen
ditunjukkan sebagai berikut.

6.1. Penggambaran Elemen Balok


Penggambaran elemen balok dapat dilakukan secara praktis dengan pilihan Similar Story
untuk beberapa lantai yang mempunyai denah balok yang sama (typical), sedangkan
untuk kasus dimana lantai yang didesain berbeda dengan lantai yang lain, maka dapat
digunakan pilihan One Story. Karakteristik tiap lantai tersebut dapat dilihat pada Gambar
3.3. Penggambaran elemen balok tersebut dilakukan dengan cara Draw Draw Line
Objects Draw Lines.
6.2. Penggambaran Elemen Kolom
Penggambaran elemen kolom dapat dilakukan secara praktis dengan pilihan Similar Story
untuk lantai yang mempunyai denah kolom yang sama (typical), sedangkan untuk kasus
dimana lantai yang didesain berbeda dengan lantai yang lain, maka dapat digunakan
pilihan One Story. Karakteristik tiap lantai tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Penggambaran elemen kolom dapat dilakukan dengan cara Draw Draw Line Objects
Create Column in Region.

6.3. Penggambaran Elemen Plat


Penggambaran elemen plat dapat dilakukan dengan cara Draw Draw Area Objects
Create Areas at Click. Karena ada lantai yang mempunyai jenis plat yang sama (typical),
maka penggambaran plat dapat dilakukan secara praktis dengan pilihan Similar Story,
sedangkan untuk kasus dimana lantai yang di desain berbeda dengan lantai yang lain,
maka dapat digunakan pilihan One Story. Plat lantai yang diinput ditunjukkan sebagai
berikut.
6.4. Penggambaran Elemen Shear Wall
Penggambaran elemen wall dapat dilakukan dengan cara Draw Draw Area Objects
Create Areas at Click. Tampilan harus diubah terlebih dahulu menjadi XZ (tampak
samping). Elemen wall yang diinput ditunjukkan sebagai berikut.

Elemen shear wall didesain mempunyai sifat yang hampir sama dengan kolom yaitu
menerima beban aksial dan lentur, maka shear wall tersebut harus dimodelkan sebagai
elemen Pilar (Pier) . Pemodelan elemen Pier tersebut dilakukan dengan cara memilih
elemen shear wall terlebih dahulu, kemudian Assign Shell/ Area Pier Label - Add
New Pier.

Asumsi desain tulangan untuk shear wall dan dimensinya dapat diinput langsung dengan
fasilitas Section Designer dengan cara pilih salah satu tipe wall, kemudian Design Shear
Wall Design Define Pier Section for Checking Add New Pier Section Section
Designer. Karena bentuk penampang shear wall dari lantai dasar sampai lantai atap adalah
sama, maka dapat digunakan pilihan Start from Existing Wall Pier.
Pemodelan elemen wall sebagai pilar (Pier) dilakukan dengan memberikan tulangan
langsung, sehingga elemen Pier tersebut harus dimodelkan dengan General
Reinforcement. Bentuk dan desain wall dari lantai atas sampai bawah bentuknya sama,
maka Section at Bottom dan at Top juga sama.

Pemodelan General Reinforcement tersebut dilakukan dengan cara memilih/ menyeleksi


wall terlebih dahulu, kemudian Design Shear Wall Design Assign Pier Sections for
Checking General Reinforcing Pier Sections.

6.5. Pemodelan Pondasi


Pemodelan pondasi diasumsikan sebagai jepit, karena desain pondasi yang menggunakan
bore pile (pondasi dalam), sehingga kedudukan pondasi dianggap tidak mengalami rotasi
dan translasi. Pemodelan tumpuan tersebut dapat dilakukan dengan klik semua kolom
pada lantai dasar, kemudian Assign Joint/ Point Restrains.

6.6. Kekakuan Sambungan (joint) Balok- Kolom


Tingkat kekakuan balok- kolom dapat dimodelkan sebagai Rigid Zone Offset atau daerah
yang kaku, karena pada struktur beton hubungan balok dan kolom adalah monolite. Nilai
Rigid Zone Factor atau faktor kekakuan berkisar dari 0 sampai 1. Angka 0 untuk tanpa
kekakuan dan 1 untuk sangat kaku (full rigid). Tidak ada ketentuan khusus untuk nilai
tersebut, sepenuhnya adalah Engineering Judgement. Namun manual program
menyarankan nilai Rigid Zone Factor adalah 0,5.
Pada ETABS nilai kekakuan tersebut dapat diinput dengan memilih semua elemen balok-
kolom dengan cara Select By Frame Sections.
Setelah semua elemen balok- kolom dipilih, nilai kekakuan (rigid factor) dapat
dimasukkan dengan cara Assign Frame/ Line End (Length) Offsets.

7. Denah Struktur
Pemodelan dan denah struktur rencana balok, kolom, plat, serta shear wall pada ETABS
ditunjukkan pada Gambar berikut.

8. Pembebanan
Jenis beban yang bekerja pada gedung meliputi :
a. Beban mati sendiri elemen struktur (Self Weight)
Meliput i : berat balok, kolom, shear wall, dan plat.
b. Beban mati elemen tambahan (Superimposed Dead Load)
Meliput i : dinding, keramik, plesteran, plumbing, mechanical electrical, dll.
c. Beban hidup (Live Load) : berupa beban luasan yang ditinjau berdasarkan fungsi
bangunan.
d. Beban Gempa (Earthquake Load): ditinjau terhadap beban gempa statik dan
dinamik.

Beban mati sendiri elemen struktur (Self Weight) yang terdiri dari ko lom, balok dan plat
sudah dihitung secara otomatis dalam ETABS dengan memberikan faktor pengali berat
sendiri (self weight multiplier) sama dengan 1, sedangkan beban mati elemen tambahan
yang terdiri dari dinding, keramik, plesteran, plumbing, dll diberikan faktor pengali sama
dengan 0, karena beban tersebut diinput secara manual.
Beban mati elemen tambahan sebaiknya dibuatkan Load Case tersendiri, misal Dead
untuk beban mati tambahan dan SW untuk beban mati sendiri (Self Weight). Hal ini
untuk menghindari kerancuan antara beban mati tambahan dengan berat sendiri, dan
untuk memisahkan massa bangunan tambahan dengan massa bangunan itu sendiri. Jenis
beban yang bekerja pada struktur gedung dapat diinput dengan cara Define Static Load
Case.

8.1. Kombinasi Pembebanan


Struktur bangunan dirancang mampu menahan beban mati, hidup dan gempa sesuai
peraturan SNI Gempa 03-1726-2002 Pasal 4.1.1 dimana gempa rencana ditetapkan
mempunyai periode ulang 500 tahun, sehingga probabilitas terjadinya terbatas pada 10 %
selama umur gedung 50 tahun. Kombinasi pembebanan yang digunakan mengacu pada
SNI Beton 03-2847-2002 Pasal 11.2 sebagai berikut :

Kombinasi = 1,4 D
Kombinasi = 1,2 D + 1,6 L
Kombinasi = 1,2 D + Lr 1 E
Keterangan :
D : beban mati (dead load), meliputi berat sendiri gedung (self weight, SW) dan
beban mati tambahan (superimposed dead load, D),
L : beban hidup (live load), tergantung fungsi gedung,
Lr : beban hidup yang boleh direduksi dengan faktor pengali 0,5
E : beban gempa (earthquake load), ditinjau terhadap gempa statik (EQX,EQY)
gempa dinamik respons spektrum(RSPX,RSPY), dan gempa dinamik
time history (THX,THY)

Berbagai kombinasi pembebanan tersebut diinput ke ETABS dengan cara Define Load
Combination Add New Combo.
Seluruh kombinasi pembebanan yang telah diinput dalam ETABS tersebut dapat dilihat
dengan cara Display Load Definitions Load Combinations sebagai berikut :

Kombinasi pembebanan yang telah diinput ditunjukkan pada Gambar berikut.

8.2. Perhitungan Beban Mati (Dead Load)


Beban mati adalah beban dari semua elemen gedung yang bersifat permanen termasuk
peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung. Jenis- jenis
beban mati pada gedung ditunjukkan pada Tabel berikut :
8.2.1. Beban Mati pada Plat Lantai
Beban mati yang bekerja pada plat lantai gedung meliputi :
PASIR 0.01 x 16 = 0.16 KN/m2
SPESI 0.02 x 22 = 0.44 KN/m2
KERAMIK 0.01 x 22 = 0.22 KN/m2
PLAFON = 0.2 KN/m2
ME = 0.25 +KN/m2
total = 1.27 KN/m2

8.2.2. Beban Mati pada Plat Atap


Beban mati yang bekerja pada plat atap gedung meliputi :
waterproofing 0.02 x 14 = 0.28 KN/m2
PLAFON = 0.2 KN/m2
ME = 0.25 +KN/m2
total = 0.73 KN/m2

Beban mati didistribusikan pada plat secara merata dengan cara Assign Shell/ Area
Loads Uniform Load Case Name Dead. Distribusi beban mati yang bekerja pada plat
ditunjukkan pada Gambar berikut.

8.2.3. Beban Mati pada Balok


Beban mati yang bekerja pada balok meliput i :
dinding 1/2 bata = 3.6 x 2.5 = 9 KN/m

Beban mati pada balok yang berupa beban garis seperti beban dinding dan partisi diinput
dengan cara Assign Frame/ Line Loads Distributed. Sedangkan beban mati yang
berupa titik seperti beban lift dan reaksi tumpuan kuda- kuda diinput dengan cara Assign
Frame/ Line Loads Point. Distribusi beban mati yang bekerja pada balok ditunjukkan
pada Gambar berikut.

8.3. Beban Hidup (Live Load)


Beban hidup adalah beban yang bekerja pada lantai bangunan tergantung dari fungsi ruang
yang digunakan. Besarnya beban hidup lantai bangunan menurut Tata Cara Perencanaan
Pembebanan untuk Rumah dan Gedung PPPURG 1987 ditunjukkan pada Tabel berikut :

Reduksi beban dapat dilakukan dengan cara mengalikan beban hidup dengan koefisien
reduksi yang nilainya tergantung pada penggunaan bangunan. Besarnya koefisien reduksi
beban hidup untuk perencanaan portal dan gempa ditentukan sebagai berikut :

Beban hidup SEKOLAH = 2.5 KN/m2


Beban hidup lantai atap = 1 KN/m2
Distribusi beban hidup pada lantai dilakukan dengan cara Assign Shell/ Area Loads
Uniform Load Case Name Life.

Semua elemen plat dapat dibagi menjadi pias- pias kecil agar disribusi beban dari plat ke
balok bisa lebih halus dan merata dengan cara pilih elemen plat, kemudian Edit Mesh
Areas. Elemen plat lantai yang telah dibagi menjadi pias- pias kecil dengan Meshing Areas
dapat dilihat pada Gambar berikut :

Elemen shear wall yang telah dibagi menjadi pias- pias kecil dengan Meshing Areas dapat
dilihat pada Gambar berikut :

Pembagaian elemen plat menjadi pias- pias kecil cukup dilakukan setiap jarak di bagi 2
m, karena pembagian pias yang terlalu rapat/ banyak akan membuat proses Run Analysis
menjadi lebih lama.

8.4. Beban Gempa


Analisis beban gempa dilakukan dengan 2 cara yaitu statik ekuivalen dan dinamik respons
spektrum. Untuk perhitungan gempa statik ekuivalen dapat dilakukan secara otomatis
dengan Auto Lateral Loads dan secara manual dengan cara menginput besarmya beban
gempa ke pusat massa struktur tiap lantai.

8.4.1. Perhitungan Gempa Statik Ekuivalen secara Otomatis


Beban gempa statik ekuivalen adalah penyederhanaan dari perhitungan beban gempa yang
sebenarnya dengan asumsi tanah dasar dianggap tetap (tidak bergetar), sehingga beban
gempa diekuivalensikan menjadi beban lateral statik yang bekerja pada pusat massa
struktur tiap lantai bangunan.
Besarnya beban gempa yang bekerja pada struktur dapat dilakukan secara otomatis dengan
cara Define - Static Load Cases Pilih gempa Eqx dan Eqy Auto Lateral Load User
Coefficient.

Setelah Auto Lateral Load dipilih, kemudian klik Modify Lateral Load - User Coefficient
dan tetapkan arah untuk masing- masing gempa untuk arah X dan Y sebagai berikut.

8.4.1.1. Lantai Tingkat sebagai Diafragma


Pada SNI Gempa 1726-2002 Pasal 5.3.1 disebutkan bahwa lantai tingkat, atap beton dan
sistem lantai dengan ikatan suatu struktur gedung dapat dianggap sangat kaku (rigid)
dalam bidangnya dan dianggap bekerja sebagai diafragma terhadap beban gempa
horisontal. Maka, masing- masing lantai tingkat didefinisikan sebagai diafragma kaku
dengan cara Assign Joint/ point Diafragms Add New Diafragms seperti pada Gambar
berikut.
Elemen lantai yang didefinisikan sebagai diafragma ditunjukkan pada Gambar berikut :

8.4.1.2. Waktu Getar Alami (T)


Berdasarkan UBC (Uniform Building Code) 1997 section 1630.2.2, estimasi atau perkiraan
waktu getar alami gedung dengan struktur beton dapat dihitung dengan rumus :

T = 0,0731 x H0.75 = 0.5682742

Berdasarkan SNI Gempa 1226- 2002 waktu getar struktur dapat didekati dengan Rumus
Rayleigh.

Dimana :
Wi = berat lantai tingkat ke-i, termasuk beban hidup yang sesuai (direduksi),
Zi = ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral,
Fi = beban gempa statik ekuivalen pada lantai tingkat ke-i,
di = simpangan horisontal lantai tingkat ke-i dinyatakan dalam mm,
g = percepatan gravitasi yang ditetapkan sebesar 9,81 m/det 2
n = nomor lantai tingkat paling atas.

Pada ETABS waktu getar alami dapat diketahui secara otomatis dari hasil ragam getar atau
Modal Analysis dengan cara Run, kemudian Display Show Mode Shapes.Waktu getar
analisis ETABS untuk Mode 1 dan Mode 2 ditunjukkan sebagai berikut :
Waktu getar struktur mode 1 (T1) pada arah x adalah sebasar 0.4612 detik
berarti struktur gedung kemungkinan akan mengalami gerakan 0.4612 detik

Perilaku struktur tersebut dapat dilihat dengan cara Start Animation. Dari animasi yang
telah dijalankan dapat dilihat bahwa struktur tersebut dominan mengalami translasi (tanpa
rotasi) pada arah X pada Mode 1. Berarti struktur tersebut mempunyai kekakuan yang
cukup.

Waktu getar struktur mode 2 (T2) pada arah y adalah sebasar 0.3078 detik
berarti struktur gedung kemungkinan akan mengalami gerakan 0.3078 detik

Dalam SNI Gempa Pasal 5.6 disebutkan bahwa waktu getar alami fundamental harus
dibatasi untuk mencegah penggunaan struktur gedung yang terlalu fleksibel dengan
persyaratan T1 < n , dimana n adalah jumlah lantai dan koefisien tergantung dari
zona gempa seperti pada Tabel berikut.

Lokasi gedung berada pada zona , maka =


Maka T1 < x n
0.4612 < 0.9 ok

8.4.1.3. Faktor Keutamaan Gedung (I)


Pada SNI Gempa 1736-2002 Pasal 4.1.2 disebutkan bahwa untuk berbagai kategori
gedung, bergantung pada probabilitas terjadinya keruntuhan struktur gedung selama umur
gedung dan umur gedung tersebut yang diharapkan, pengaruh gempa rencana terhadapnya
harus dikalikan dengan suatu Faktor Keutamaan (Important Factor, I) menurut persamaan
I = I1XI2 . Faktor faktor keutamaan I1,I2 ditetapkan pada tabel berikut.

Semakin penting fungsi gedung, maka nilai faktor keutamaannya juga akan semakin besar.

8.4.1.4. Penentuan Jenis Tanah


Konsep perancangan konstruksi didasarkan pada analisis kekuatan batas (ultimatestrength)
yang mempunyai daktilitas cukup untuk menyerap energi gempa sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Pembagian zona gempa di Indonesia dapat dilihat pada Peta
Gempa berikut.

Berdasarkan SNI Gempa 1726-2002 Pasal 4.6.3 jenis tanah ditetapkan sebagai tanah keras,
tanah sedang, dan tanah lunak. Jika lapisan setebal maksimum 30 m paling atas dipenuhi
syarat- syarat yang tercantum dalam Tabel berikut :
Hasil data tanah berdasarkan nilai SPT (Soil Penetration Test) dihitung dengan rumus
sebagai berikut :

Dimana :
N = nilai hasil test penetrasi standar rata- rata,
ti = tebal lapisan tanah ke-i,
Ni = hasil test penetrasi standar lapisan tanah ke-i.

Getaran yang disebabkan oleh gempa cenderung membesar pada tanah lunak
dibandingkan pada tanah keras atau batuan. Proses penentuan klasifikasi tanah tersebut
berdasarkan data tanah pada kedalaman hingga 30 m, karena menurut penelitian hanya
lapisan- lapisan tanah sampai kedalaman 30 m saja yang menentukan pembesaran
gelombang gempa (Wangsadinata, 2006). Data tanah tersebut adalah shear wave velocity
(kecepatan rambat gelombang geser), standard penetration resistance (uji penetrasi
standard SPT) dan undrained shear strength (kuat geser undrained).

Dari 3 parameter tersebutminimal harus dipenuhi 2, dimana data yang terbaik adalah Vs
(shear wave velocity) dan data yang digunakan harus dimulai dari permukaan tanah, bukan
dari bawah basement (HATTI, 2006). Contoh Perhitungan Nilai SPT untuk penentuan
jenis tanah ditunjukkan pada Tabel berikut.
tabel perhitungan spt
lapis kedalaman ( m ) tebal (m) N SPT N'=Tebal/N SPT
1 0-2 2 30 0.067
2 2-4 2 46 0.043
3 4-6 2 59 0.034
4 6-8 2 68 0.029
5 8 - 10 2 62 0.032
6 10 -12 2 58 0.034
7 12 - 14 2 53 0.038
8 14 - 16 2 64 0.031
9 16 - 18 2 58 0.034
10 18 - 20 2 53 0.038
11 20 - 22 2 54 0.037
12 22 - 24 2 52 0.038
13 24 - 26 2 56 0.036
14 26 - 28 2 48 0.042
15 28 - 30 2 46 0.043
H= 30 N' 0.578

H 30
Nilai rata2 N = =
N 0.578
= 51.925
dari perhitungan nilai N rata-rata didapat 51.925
masuk dalam kategori TANAH SEDANG

8.4.1.5. Perhitungan Beban Gempa Nominal (V)


Beban gempa nominal statik ekuivalen yang terjadi di tingkat dasar dapat dihitung
berdasarkan zona gempa, faktor reduksi untuk jenis struktur yang digunakan, fungsi
gedung, dan berat total gedung dengan persamaan :

Dimana :
C : nilai faktor respons gempa, yang ditentukan berdasarkan wilayah gempa,
kondisi tanah dan waktu getar alami (T),
I : faktor keutamaan gedung (berdasarkan SNI Gempa 1726-2002 Pasal 4.1.2),
R : faktor reduksi gempa (berdasarkan SNI Gempa 1726-2002 Pasal 4.3.3),
Wt : berat total gedung, termasuk beban hidup yang sesuai (direduksi),

Nilai faktor respon gempa berdasarkan wilayah gempa dan jenis tanah ditentukan sebagai
berikut :

Katagori tanah sedang, maka C = 0.33/ T

Karena waktu getar struktur untuk arah X dan Y berbeda, maka nilai faktor respon gempa
juga berbeda. Nilai spektrum gempa rencana dihitung sebagai berikut berikut :
Gempa statik arah x ( Mode 1 ) T1 = 0.4612 detik C1 = 0.715525
Gempa statik arah Y ( Mode 2 ) T2 = 0.3078 detik C2 = 1.072125
Beban geser nominal untuk perhitungan gempa statik dapat dihitung sebagai berikut :

Vx 475.4942
Vy 712.4689
Karena struktur gedung didesain dengan daktilit as penuh, diambil faktor daktilitas = 5.3
dan ditetapkan kuat lebih beban dan bahan yang terkandung di dalam struktur gedung f1 = 1.6
sesuai SNI Gempa 1726- 2002 Pasal 4.3.3. Maka R = x f = 5.3 x 1.6 = 8.5
Besarnya nilai faktor daktalitas () dan reduksi gempa (R) ditunjukkan pada Tabel berikut.

Besarnya koefisien gaya geser gempa untuk arah X dan Y dapat dihitung sebagai berikut :
Koefisien gaya geser dasar gempa arah X = C1 x I / R = 0.084
Koefisien gaya geser dasar gempa arah y = C1 x I / R = 0.126
Besarnya nilai koefisien gaya geser gempa untuk arah X dan Y tersebut diinput ke ETABS
dengan cara Define Static Load Cases Pilih Load Eqx dan Eqy - modify lateral load
- base shear caeffiaent
8.4.1.6. Eksentrisitas Rencana (ed )
SNI Gempa 1726- 2002 pasal 5.4.3 menyebutkan bahwa : Antara pusat massa dan pusat
rotasi lantai tingkat harus ditinjau suatu eksentrisitas rencana e d. Apabila ukuran horisontal
terbesar denah struktur gedung pada lantai tingkat itu, diukur tegak lurus pada arah
pembebanan gempa dinyatakan dengan b, maka eksentrisitas rencana ed harus ditentukan
sebagai berikut.
Nilai dari keduanya dipilih yang pengaruhnya paling menentukan untuk unsur atau
subsistem struktur gedung yang ditinjau, dimana eksentrisitas (e) adalah pengurangan
antara pusat massa dengan pusat rotasi. Nilai pusat massa dan rotasi bangunan dapat
dicari pada ETABS dengan cara Run Display Show Tables Draw Point Objects
Analysis Results Building Output Center Mass Rigidity.

besarnya eksentrisitas rencana tiap lantai dihitung pada tabel berikut.

Pusat Massa Pusat Rotasi Eksentrisitas ( e ) ed = 1.5 e+0.05 b ed = e-0.05 b


Lantai
X Y X Y X Y X Y X Y
1 14.846 7.5 13.746 7.5 1.1 0 2.3923 0.375 0.3577 -0.375
2 14.768 7.5 12.885 7.5 1.883 0 3.5629 0.375 1.1446 -0.375
3 14.768 7.5 12.964 7.5 1.804 0 3.4444 0.375 1.0656 -0.375
4 14.768 7.5 13.124 7.5 1.644 0 3.2044 0.375 0.9056 -0.375
5 14.819 7.5 13.344 7.5 1.475 0 2.95345 0.375 0.73405 -0.375

dari hasil perhitungan diambil nilai yang paling berpengaruh kemudian diimput ke etab dengan cara
define - static load case - pilih Eqx / Eqy - modify lateral load - override
8.4.3. Analisis Gempa Dinamik Respons Spektrum
Analisis beban gempa dinamik respons spektrum ditentukan oleh percepatan gempa
rencana dan massa total struktur. Dalam analisis struktur terhadap beban gempa, massa
bangunan sangat menentukan besarnya gaya inersia akibat gempa. Maka massa tambahan
yang diinput pada ETABS meliputi massa akibat beban mati tambahan dan beban hidup
yang direduksi dengan faktor reduksi 0,3 (sesuai fungsi gedung).

Massa akibat berat sendiri (self weight) elemen struktur sudah dihitung secara otomatis
oleh program. Jadi hanya perlu input massa tambahan (berupa plesteran, dinding, keramik,
dll) yang dilakukan dengan cara Define Mass Source.

8.4.3.1. Respons Spektrum Gempa Rencana


Dalam analisis beban gempa dinamik, respons spektrum disusun berdasarkan respons
terhadap percepatan tanah (ground acceleration) hasil rekaman gempa. Desain spektrum
merupakan representasi gerakan tanah (ground motion) akibat getaran gempa yang pernah
terjadi pada suatu lokasi. Hal- hal yang dipertimbangkan adalah zona gempa dan jenis
tanah. Desain kurva respons spektrum untuk zona gempa 3 dengan kondisi tanah lunak
adalah sebagai berikut :
T (detik) SA (g)
0 0.234
0.234 0.584
0.584 0.584
0.584 0.492
0.684 0.424
0.784 0.373
0.884 0.333
0.984 0.301
1.084 0.274
1.184 0.252
1.284 0.233
1.384 0.217
1.484 0.203
1.584 0.19
1.684 0.179
1.784 0.17
Input data kurva spektrum gempa rencana kedalam ETABS dapat dilakukan dengan 2 cara
yaitu dengan input manual ke program ETABS dan input otomatis dengan cara mencopy
data spektrum dari Excel ke notepad kemudian dimasukkan ke ETABS.
a. Input Manual
Input manual nilai spektrum gempa ke dalam ETABS dapat dilakukan dengan cara
Define Response Spectrum Functions User Spectrum Add New Spectrum.
b. Input Otomatis
Input otomatis nilai spektrum gempa dapat dilakukan dengan cara mencopy data
spektrum dari Excel ke notepad kemudian dimasukkan ke ETABS dengan cara
Define Response Spectrum Functions Spectrum From File Add New Spectrum.

Setelah kurva respon spektrum dibuat, kemudian harus didefinisikan spectrum case
dengan cara Define Response Spectrum Case Add New Spectrum. Data yang harus
diinput adalah sebagai berikut :
a. Redaman struktur beton (damping) = 0,05
Merupakan perbandingan redaman struktur beton dengan redaman kritis = 0,05.
b. Modal Combination :
CQC (Complete Quadratic Combination)
Penjumlahan respons ragam getar untuk struktur gedung tidak beraturan yang
memiliki waktu- waktu getar alami yang berdekatan, apabila selisih nilai
waktu gerarnya kurang dari 15%.
SRSS (Square Root of the Sum of Squares)
Untuk struktur gedung tidak beraturan yang memiliki waktu getar alami yang
berjauhan.

c. Input Response Spectra


Faktor keutamaan (I) = 1
Faktor reduksi gempa (R) = 8.5
Faktor skala gempa arah X = (G x I)/ R = 1.154
Faktor skala gempa arah Y = 30% x Gempa arah X = 0.346

Response Spectrum Case Data dengan ETABS ditunjukkan pada Gambar berikut :

8.4.4. Analisis Gempa Dinamik Time History


Berdasarkan SNI Gempa 03-1726-2002 Pasal 7.3.1. Perhitungan respons dinamik struktur
gedung terhadap pengaruh gempa rencana, dapat dilakukan dengan metode analisis
dinamik 3 dimensi berupa analisis respons dinamik linier dan non linier time history
(riwayat waktu) dengan suatu akselerogram gempa yang diangkakan sebagai gerakan
tanah masukan. Percepatan muka tanah asli dari gempa masukan harus diskalakan ke taraf
pembebanan gempa nominal tersebut, sehingga nilai percepatan puncak

Dimana :
A = percepatan puncak gempa rencana pada taraf pembebanan nominal sebagai
gempa masukan untuk analisis respons dinamik linier riwayat waktu struktur
gedung.
Ao = percepatan puncak muka tanah akibat pengaruh gempa rencana berdasarkan
wilayah gempa dan jenis tanah tempat struktur gedung
I = faktor keutamaan gedung ( I =1, untuk gedung perkantoran).
R = faktor reduksi gempa berdasarkan SNI Gempa 03-1726-2002 Pasal 4.3.6

Besarnya nilai percepatan puncak muka tanah akibat pengaruh gempa rencana (Ao)
ditunjukkan pada Tabel berikut.

Maka besarnya nilai A = 0.021


Instalasi program ETABS yang standard biasanya belum bisa digunakan untuk analisis
gempa dinamik dengan Time History, maka program harus dimodifikasi dulu dengan cara
klik instalasi program/ install ulang, kemudian Modify Time History Function This
Feature will be installed on local hard drive.

Setelah program mempunyai fitur yang lengkap untuk analisis gempa dinamik, data
akselerogram Gempa El Centro dapat diinput otomatis dari ETABS dengan cara Define -
Time History Functions- Function From File Add New Function Browse.

Nilai percepatan puncaknya gempa El Centro sebesar 0,2914 g dapat diketahui dengan
View File. (Keterangan : T adalah periode dan a adalah percepatan gempa).

Agar percepatan akselerogram tersebut sesuai target, maka diperlukan faktor pengali
sebagai berikut :
faktor skala = 0.909
dengan 30% arah tegak lurusny= 0.273
Berdasarkan Gambar 8.48, waktu rekaman total gempa El Centro adalah 12,113 detik
dengan interval waktu rata- rata (Output Time Step Size) 0,05 detik. Maka besarnya Number
of Output Time Steps adalah waktu total dibagi interval waktu rata- rata = 12,113 / 0,05 = 242,26 242.
Nilai tersebut diinput ke ETA BS dengan cara Define- Time History
Cases-Add New History untuk arah X dan Y dengan redaman struktur beton (damping)
sebesar 5% sesuai SNI Gempa 03-1726- 2002 Pasal 7.2.3.

9. Kontrol dan Analisis


Setelah pemodelan struktur dan pembebanan selesai dilakukan, maka struktur perlu dicek
terhadap standard dan persyaratan yang berlaku sebagai berikut.

9.1. Analisis Ragam Respons Spektrum


Pada SNI Gempa 03-1726-2002 Pasal 7.2.2
disebutkan bahwa untuk struktur gedung
yang memiliki waktu getar alami yang berdekatan atau selisih nilainya kurang dari 15%,
harus dilakukan dengan metoda yang dikenal dengan Kombinasi Kuadratik Lengkap
(Complete Quadratic Combination atau CQC). Jika waktu getar alami yang berjauhan,
penjumlahan respons ragam tersebut dapat dilakukan dengan metoda yang dikenal dengan
Akar Jumlah Kuadrat (Square Root of the Sum of Squares atau SRSS).

Waktu getar alami tersebut dapat diketahui dengan ETABS dengan cara Run Display
Show Table Analysis Result Modal Information Table : Modal Participating Mass
Ratios.
Untuk menentukan t ipe analisis ragam respons spektrum yang sesuai, maka selisih dari
periode dihitung sebagai berikut :

mode periode T T %
1 0.64889 21.176008
2 0.511481 22.605923
3 0.395856 45.562528
4 0.215494 35.71654
5 0.138527 4.4106925
6 0.132417 18.632049
7 0.107745 5.3728711
8 0.101956 29.490172
9 0.071889 20.649891
10 0.057044 6.9385036
11 0.053086 17.808838
12 0.043632 0

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan pada Tabel 9.1,terlihat bahwa waktu getar
struktur ada yang melebihi 15%, maka sebaiknya digunakan kombinasi ragam spektrum
SRSS sesuai dengan persayaratan SNI Gempa 03-1726-2002 Pasal 7.2.2.

Modifikasi tersebut dapat dilakukan dengan cara Define Response Spectrum Cases
Modify Show Spectrum Modal Combination.
9.2. Partisipasi Massa

Pada SNI Gempa 03-1726-2002 Pasal 7.2.1 disebutkan bahwa


jumlah ragam vibrasi
yang ditinjau dalam penjumlahan respons harus menghasilkan partisipasi massa minimum
90%. Dalam ETABS besarnya partisipasi massa tersebut dapat diketahui dengan Run
Display Show Table Analysis Result Modal Information Table : Modal
Participating Mass Ratios.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, jumlah partisipasi massa pada Mode ke 12
masih belum mencapai 90%. Maka jumlah mode harus ditambah dengan cara Analyze
Set Analysis Option Set Dynamic Parameters Number of Modes.
Berdasarkan hasil modifikasi peningkatan jumlah Mode, telah didapatkan jumlah partisipasi
massa minimum lebih dari 90%. Hal ini telah sesuai dengan Pasal SNI Gempa 03-17262002
Pasal
7.2.1.

9.3. Gaya Geser Dasar Nominal, V (Base Shear)


Pada SNI Gempa 03-1726-2002 Pasal 7.1.3 disebutkan bahwa : Nilai akhir respons dinamik
struktur gedung terhadap pembebanan gempa nominal akibat pengaruh gempa rencana dalam
suatu arah tertentu, tidak boleh diambil kurang dari 80% nilai respons ragam yang pertama.
Bila respons dinamik struktur gedung dinyatakan dalam gaya geser dasar nominal V, maka
persyaratan tersebut dapat dinyatakan menurut persamaan berikut :

V dinamik > 0.8 V statik

Cara menampilkan base shear akibat beban gempa statik dan dinamik dapat dilakukan
dengan cara Run Display Show Table Pilih Load Case untuk Eqx, dll
Agar seleksi data dapat dipilih dengan lebih muda, Load Case bisa dipilih satu per satu.

Jumlah base shear untuk masing- masing


gempa dijumlahkan seperti ditunjukkan pada Tabel berikut :
tipe beban gempa fx( KN) FY (KN) 80% S X 80% S Y
EQX -7598.64 0.01 -6078.91 0.008
STATIK
EQY 8.882 -9482.59 7.1056 -7586.07
RSPX 2789.48 824.66
RSPY 1289.8 2563.67
DINAMIK
THX 637.51 96.1
THY 117.45 -38.13
Dari Tabel tersebut disimpulkan persyaratan gaya geser gempa dinamik belum terpenuhi
( V statik < V dinamik) maka besarnya V dinamik harus dikalikan dengan faktor skala 0.8 V statik/V din

a. Faktor Skala Gempa Dinamik Respon Spektrum :

Arah X 2.18

Arah y = 2.96

Nilai faktor skala yang telah dikoreksi tersebut diinput ke ETABS dengan cara Define
Response Spectrum Cases Modify/ Show Spectrum.

b. Faktor Skala Gempa Dinamik Time History :

arah x = 9.54

arah y = 64.59

Nilai faktor skala yang telah dikoreksi tersebut diinput ke ETABS dengan cara Define
Time History Cases Modify/ Show Spectrum.
9.4. Kinerja Sruktur Gedung
9.4.1. Kinerja Batas Layan
Pada SNI Gempa 03-1726-2002 Pasal 8.1 disebutkan bahwa kinerja batas layan struktur
gedung ditentukan oleh simpangan antar tingkat akibat pengaruh gempa rencana, yaitu
untuk membatasi terjadinya pelelehan baja, peretakan beton yang berlebihan, mencegah
kerusakan non struktur dan ketidaknyamanan penghuni.
Simpangan antar tingkat yang diizinkan tidak boleh melampaui 0,03/R x tinggi tingkat
yang bersangkutan atau 30 mm. Diambil yang terkecil. Besarnya simpangan yang terjadi
tersebut dapat diketahui pada ETABS dengan cara Run Display Show Story Respons
Plot. Besarnya simpangan arah X akibat gempa statik ditunjukkan sebagai berikut.

Besarnya simpangan arah Y akibat gempa statik ditunjukkan sebagai berikut.

Perhitungan kinerja batas layan akibat simpangan arah X dan Y dapat dibaca dari grafik dan
dihitung sebagai berikut.
Perubahan simpangan, S = simpangan lantai atas - simpangan lantai dibawahnya.
Simpangan yang diizinka n = 0,03/R x tinggi tingkat yang bersangkutan atau 30 mm
arah x
no lantai h tingkat simpangan S diizinkzn ket
1 1 1000 0.47 0.47 3.529412 OK
2 2 3600 3.95 3.48 12.70588 OK
3 3 3600 8.24 4.29 12.70588 OK
4 4 3600 12.08 3.84 12.70588 OK
5 5 3600 15.11 3.03 12.70588 OK

arah y
no lantai h tingkat simpangan S diizinkzn ket
1 1 1000 0.69 0.69 3.529412 OK
2 2 3600 8.14 7.45 12.70588 OK
3 3 3600 16.99 8.85 12.70588 OK
4 4 3600 25.2 8.21 12.70588 OK
5 5 3600 31.46 6.26 12.70588 OK

9.4.2. Kinerja Batas Ultimit


Pada SNI Gempa 03-1726-2002 Pasal 8. 2.1 disebutkan bahwa kinerja batas ult imit
struktur gedung ditentukan oleh simpangan dan simpangan antar tingkat maksimum
struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana dalam kondisi struktur gedung di ambang
keruntuhan, yaitu untuk membatasi kemungkinan terjadinya keruntuhan struktur gedung
yang dapat menimbulkan korban jiwa manusia dan untuk mencegah benturan berbahaya
antar gedung atau antar bagian struktur gedung yang dipisah dengan sela pemisah (sela
dilatasi).
Simpangan dan simpangan antar tingkat ini harus dihitung dari simpangan struktur gedung
akibat pembebanan gempa nominal, dikalikan dengan suatu faktor pengali = 0,7 x R
(untuk gedung beraturan).
Dalam Pasal 8.2.2, disebutkan bahwa dalam segala hal simpangan antar tingkat yang
dihitung dari simpangan struktur gedung untuk batas ultimit tidak boleh melampaui 0,02
kali tinggi tingkat yang bersangkutan.
Perhitungan simpangan untuk kinerja batas ultimit ditunjukkan sebagai berikut :
Faktor pengali, = 0,7 x R
= 5.95

Simpangan yang diizinka max = 0.2 H


arah x
no lantai h tingkat simpangan S X diizinkzn ket
1 1 1000 0.47 2.7965 200 OK
2 2 3600 3.95 20.706 720 OK
3 3 3600 8.24 25.5255 720 OK
4 4 3600 12.08 22.848 720 OK
5 5 3600 15.11 18.0285 720 OK

arah y
no lantai h tingkat simpangan S X diizinkzn ket
1 1 1000 0.69 4.1055 200 OK
2 2 3600 8.14 44.3275 720 OK
3 3 3600 16.99 52.6575 720 OK
4 4 3600 25.2 48.8495 720 OK
5 5 3600 31.46 37.247 720 OK

10. Perhitungan Struktur dengan ETABS


10.1. Peraturan yang Digunakan
Peraturan yang digunakan adalah SNI Struktur Beton untuk Gedung 03-2847-2002 yang
mengadopsi peraturan ACI 318-99. Perbedaan yang harus disesuaikan adalah faktor
reduksi untuk SNI Beton Indonesia. Perbedaan faktor reduksi tersebut karena masih
lemahnya tingkat pengawasan kerja dan mutu untuk proyek konstruksi di Indonesia.
Faktor reduksi berdasarkan SNI Beton 03-2847-2002 Pasal 11.3 adalah sebagai berikut.
Reduksi lentur (bending) = 0,8
Reduksi geser (shear) = 0,75

Nilai reduksi tersebut dapat diganti pada ETABS dengan cara Options Preferences
Concrete Frame Design.
T (detik) SA (g)
0 0.179
T0 0.448
TS 0.448
TS+0 0.346
TS+0.1 0.282
TS+0.2 0.238
TS+0.3 0.206
TS+0.4 0.182
TS+0.5 0.162
TS+0.6 0.147
TS+0.7 0.134
TS+0.8 0.123
TS+0.9 0.114
TS+1 0.106
TS+1.1 0.099
TS+1.2 0.093
TS+1.3 0.088
TS+1.4 0.083
TS+1.5 0.079
TS+1.6 0.075
TS+1.7 0.071
TS+1.8 0.068
TS+1.9 0.065
TS+2 0.063
TS+2.1 0.060
TS+2.2 0.058
TS+2.3 0.056
TS+2.4 0.054
TS+2.5 0.052
TS+2.6 0.050
TS+2.7 0.049
TS+2.8 0.047
TS+2.9 0.046
TS+3 0.044
TS+3.1 0.043
TS+3.2 0.042
TS+3.3 0.041
TS+3.4 0.040
TS+3.5 0.039
4 0.038
0 0.202
T0 0.506
TS 0.506
TS+0 0.418
TS+0.1 0.356
TS+0.2 0.310
TS+0.3 0.275
TS+0.4 0.247
TS+0.5 0.224
TS+0.6 0.205
TS+0.7 0.189
TS+0.8 0.175
TS+0.9 0.163
TS+1 0.153
TS+1.1 0.144
TS+1.2 0.135
TS+1.3 0.128
TS+1.4 0.122
TS+1.5 0.116
TS+1.6 0.111
TS+1.7 0.106
TS+1.8 0.101
TS+1.9 0.097
TS+2 0.093
TS+2.1 0.090
TS+2.2 0.087
TS+2.3 0.084
TS+2.4 0.081
TS+2.5 0.078
TS+2.6 0.076
TS+2.7 0.073
TS+2.8 0.071
TS+2.9 0.069
TS+3 0.067
TS+3.1 0.065
TS+3.2 0.064
TS+3.3 0.062
TS+3.4 0.060
4 0.060
- -
0 0.226
T0 0.565
TS 0.565
TS+0 0.475
TS+0.1 0.409
TS+0.2 0.360
TS+0.3 0.321
TS+0.4 0.290
TS+0.5 0.264
TS+0.6 0.242
TS+0.7 0.224
TS+0.8 0.208
TS+0.9 0.195
TS+1 0.183
TS+1.1 0.172
TS+1.2 0.163
TS+1.3 0.154
TS+1.4 0.147
TS+1.5 0.140
TS+1.6 0.133
TS+1.7 0.128
TS+1.8 0.122
TS+1.9 0.118
TS+2 0.113
TS+2.1 0.109
TS+2.2 0.105
TS+2.3 0.102
TS+2.4 0.098
TS+2.5 0.095
TS+2.6 0.092
TS+2.7 0.089
TS+2.8 0.087
TS+2.9 0.084
TS+3 0.082
TS+3.1 0.080
TS+3.2 0.078
TS+3.3 0.076
4 0.074
- -
- -
0 0.243
T0 0.607
TS 0.607
TS+0 0.538
TS+0.1 0.483
TS+0.2 0.438
TS+0.3 0.401
TS+0.4 0.370
TS+0.5 0.343
TS+0.6 0.319
TS+0.7 0.299
TS+0.8 0.281
TS+0.9 0.266
TS+1 0.251
TS+1.1 0.239
TS+1.2 0.227
TS+1.3 0.217
TS+1.4 0.207
TS+1.5 0.198
TS+1.6 0.190
TS+1.7 0.183
TS+1.8 0.176
TS+1.9 0.170
TS+2 0.164
TS+2.1 0.158
TS+2.2 0.153
TS+2.3 0.148
TS+2.4 0.144
TS+2.5 0.140
TS+2.6 0.136
TS+2.7 0.132
TS+2.8 0.128
TS+2.9 0.125
TS+3 0.122
TS+3.1 0.119
4 0.118
- -
- -
- -
- -

Anda mungkin juga menyukai