Jenjang Karir
Jenjang Karir
Jenjang Karir
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................2
B. Deskripsi Singkat .........................................................................................6
C. Manfaat Modul ........................................................................................... 6
D. Tujuan Pembelajaran ................................................................................... 7
E. Filosopi ........................................................................................................ 8
MATERI JENJANG KARIR PERAWAT
A. Pengertian Jenjang Karir ............................................................................ 10
B. Dasar Hukum .............................................................................................. 10
C. Tujuan Implementasi Jenjang Karir ............................................................ 12
D. Prinsip Pengembangan Jenjang Karir ......................................................... 13
E. Penjenjangan Karir Profesional Perawat ...................................................... 13
F. Model Jenjang Karir ..................................................................................... 14
G. Pola Jenjang Karir Perawat Klinik ............................................................. 16
H. Komponen Implementasi Jenjang Karir Perawat Klinik ............................. 16
I. Skema Jenjang Karir Perawat Klinik Baru ................................................ 17
J. Skema Jenjang Karir Perawat Lama .......................................................... 18
MODUL PELATIHAN JENJANG KARIR PERAWAT DI
RUMAH SAKIT
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Jenjang karir meaipakan suatu sistem untuk meningkatkan kinerja dan
profesionalisme perawat sesuai bidang pekerjaannya melalui peningkatan
kompetensi. Perawat profesional yang saat ini diakui di Indonesia dimulai dari
lulusan Ners dan akan terus meningkat. Sehingga pada tahun 2020 diharapkan
perawat profesional semuanya adalahn Musan ners.
Dasar pemikiran penyusunan jenjang karir profesi keperawatan RS beranjak dari
kepentingan profesi untuk bertanggung jawab dan bertanggung gugat dalam
memberikan asuhan keperawatan. Pada tiap jenjang karir, perawat mempunyai
kompetensi tertentu dalam memberikan asuhan keperawatan sehingga dapat
dipertanggungj a wabkan.
Jenjang karir diperlukan untuk terwujudnya asuhan keperawatan yang
bemutu mengingat perawat mempunyai tenaga terbanyak dan terlama
mendampingi pasien. Dengan dijaminnya kualitas asuhan keperawatan yang
diberikan oleh perawat sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, maka akan
berkontribusi terhadap kualitas pelayanan rumah sakit. Dengan ditetapkannya
kompetensi perawat pada tiap jenjang, akan memudahkan dalam rekruitmen,
seleksi, orientasi, pembinaan dan pengembangan SDM keperawatan Perawat sebagai
salah satu tenaga kesehatan di rumah sakit memegang peranan penting dalam upaya
mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Keberhasilan pelayanan kesehatan
bergantung pada partisipasi perawat dalam memberikan perawatan yang berkualitas
bagi pasien (Potter & Perry, 2005). Hal ini terkait dengan keberadaan perawat yang
bertugas selama 24 jam melayani pasien, serta jumlah perawat yang mendominasi
tenaga kesehatan di rumah sakit, yaitu berkisar 40 - 60 % (Swansburg, 2000). Dengan
demikian, rumah sakit perlu melakukan pengelolaan sumber daya manusia (SDM)
perawat, antara lain dengan memperhatikan sistem pengembangan karir perawat.
Pengembangan karir perawat merupakan suatu
perencanaan dan penerapan rencana karir yang dapat digunakan untuk
penempatan perawat pada
jenjang yang sesuai dengan keahliannya, serta menyediakan kesempatan ya ng lebih
baik sesuai dengan kemampuan dan potensi perawat (Marquis & Huston, 2010).
Survey pada suatu Rumah Sakit Umum Daerah di Jawa Tengah oleh mahasiswa
residensi dari Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) UI tahun 2009 menjelaskan bahwa
58,33% kepala ruangan menyatakan perlu adanya pengembangan karir bagi perawat,
sedangkan 52% perawat pelaksana menyatakan belum memahami tentang sistem
jenjang karir, sehingga pada saat itu disepakati adanya masalah; kurang optimalnya
pola pengembangan karir keperawatan di rumah sakit tersebut (Linggardini, 2009).
Data hasil survey tahun 2010 di rumah sakit yang sama menyatakan bahwa 88,6%
kepala ruang dan 94,3% ketua tim / perawat pelaksana menyatakan perlu adanya
jenjang karir perawat klinik. (Suroso, 2010).
Karir perawat di Indonesia masih mengalami berbagai masalah antara
lain yaitu belum optimalnya pengembangan karir perawat, perawat masih berada pada
posisi inferior, terutama di rumah sakit, berbeda dengan di luar negeri, profesi
perawat cukup dihargai, disamping mendapat upah yang cukup layak, perawat juga
diberi kesempatan peningkatan jenjang karir yang cukup terbuka, contoh di Australia
sudah banyak jika posisi direktur di rumah sakit diduduki oleh seorang perawat.
Kenyataan di tanah air, jenjang karir perawat belum sepenuhnya berbasis profesional,
sistem yang dikembangkan masih mengacu pada aturan yang diperuntukkan bagi
pegawai negeri sipil (PNS) berdasarkan SK Menpan No. 94/KEP/M.PAN/11/2011
tentang jabatan fungsional perawat termasuk angka kreditnya. Sistem tersebut
sebenarnya telah mengatur adanya penjenjangan karir, syarat untuk mencapai tiap
tahapan karir dan penghargaan pada setiap level jenjang. Namun demikian, dalam
sistem tersebut belum tampak adanya aspek kompetensi sebagai acuan dalam
kenaikan level dalam sistem jenjang karir perawat. Kompetensi menjadi penting
dalam sistem jenjang karir sehingga diperlukan adanya asessmen kompetensi.
Asessmen kompetensi ini terkait dengan upaya untuk menilai layak atau tidaknya
seseorang perawat mencapai level tertentu dalam sistem jenjang karir. Level jenjang
karir diharapkan mempunyai dampak positif terhadap kualitas pelayanan sebagai
akibat dari peningkatan kepuasan kerja perawat.
Sistem pengembangan karir dalam konteks penghargaan bagi perawat di
rumah sakit tersebut, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan sistem jenjang karir
perawat yang sedang berjalan di Indonesia. Belum semua rumah sakit di Indonesia
menerapkan pedoman jenjang karir perawat yang dikeluarkan oleh Depkes (2006),
pada umumnya bagi rumah sakit yang sudah menerapkan pun masih sebatas perawat
pelaksana yaitu PK I-V, sedangkan jenjang karir untuk perawat Survey pada suatu
Rumah Sakit Umum Daerah di Jawa Tengah oleh mahasiswa residensi dari
Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) UI tahun 2009 menjelaskan bahwa 58,33%
kepala ruangan menyatakan perlu adanya pengembangan karir bagi perawat,
sedangkan 52% perawat pelaksana menyatakan belum memahami tentang sistem
jenjang karir, sehingga pada saat itu di sepakati adanya masalah; kurang
optimalnya pola pengembangan karir keperawatan di rumah sakit tersebut
(Linggardini, 2009). Data hasil survey tahun 2010 di rumah sakit yang sama
menyatakan bahwa 88,6% kepala ruang dan 94,3% ketua tim / perawat pelaksana
menyatakan perlu adanya jenjang karir perawat klinik. (Suroso, 2010).
Penulis berpendapat, jika jenjang karir perawat profesional berdasarkan
kompetensi terlaksana, maka akan berdampak positif terhadap pengelolaan SDM
keperawatan secara umum Adanya grading dan maping SDM perawat sesuai dengan
level kompetensi dalam jenjang karir, dapat dijadikan dasar penyusunan remunerasi
/pembagian insentif berdasarkan kompetensi. Penjenjangan karir perawat juga dapat
dijadikan landasan dalam proses promosi, mutasi dan rotasi perawat. Sehingga
dengan berbagai kejelasan yang akan terjadi setelah dijalankannya jenjang karir
perawat, maka kemungkinan akan berpengaruh terhadap kepuasan dan kinerja
perawat.
Departemen kesehatan Republik Indonesia bersama pihak terkait dalam
hal ini PPNI telah mengeluarkan pedoman jenjang karir perawat, di dalamnya
mengatur empat jalur karir yang dapat ditempuh oleh perawat meliputi, perawat
klinik, perawat manajer, perawat pendidik dan perawat peneliti (Depkes, 2006).
Namun hingga saat ini, sistem jenjang karir perawat belum secara luas diterapkan di
rumah sakit di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut penulis berharap, tulisan ini dapat
menjadi bahan pertimbangan penerapan sistem jenjang karir perawat klinik berdasar
kompetensi di rumah sakit seluruh Indonesia.
Komponen utama karir terdiri dari alur karir, tujuan karir, perencanaan
karir dan pengembangan karir. Alur karir adalah pola pekerjaan yang berurutan yang
membentuk karir seseorang. Tujuan karir merupakan pernyataan tentang posisi masa
depan dimana seseorang berupaya mencapainya sebagai bagian dari karir hidupnya.
Tujuan ini menunjukkan kedudukan seseorang sepanjang karir pekerjaannya.
Perencanaan karir merupkan proses dimana seseorang menyeleksi tuj uan karir dan
arus karir untuk mencapai tujuan tersebut, sedangkan pengembangan karir seseorang
meliputi perbaikan-perbaikan personal yang dilakukan untuk mencapai rencana dan
tujuan karirnya. Pencapaian tujuan dan rencana karir seseorang tidak hanya
ditentukan oleh sistem karir yang ditetapkan di tempat kerja tersebut. Perawat sebagai
individu yang merupakan SDM yang bekerja pada suatu organisasi pelayanan
kesehatan/ rumah sakit, mempunyai peran yang besar dalam pencapaian karir perawat
itu sendiri. Hal ini sejalan dengan teori Davis dan Werther (1996, dalam Meldona,
2009) yang menguraikan lima faktor yang terkait dengan karir, meliputi; keadilan
dalam karir, perhatian dengan penyeliaan, kesadaran tentang kesempatan, minat
pekerja dan kepuasan karir.
Perawat yang memiliki kompetensi dan kewenangan klinik jelas dapat
menjamin memberikan asuhan keperawatan berkualitas dan aman bagi pasien dan
keluar ganya. Kompet ensi perawat selalu ber kembang sesuai dengan
perkembangan IPTEK di bidang kesehatan dan atau ke perawatan serta semakin
tingginya tuntutan masyarakat akan pelayanan keperawatan. Perawat diharapkan
mampu mempertahankan dan mengembangkan kompetensinya agar tetap dapat
memberikan asuhan keperawatan berkualitas dan aman bagi penerima pelayanan.
Berbagai upaya dilakukan agar perawat dapat mempertahankan dan
mengembangkan kompetensinya yaitu antara lain : terus belajar mengjkuti
pelatihan-pelatihan teknis keperawatan, mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah serta
asesmen kompetensi untuk menjamin kompetensi dan untuk mengetahui apakah
seorang perawat masih memiliki kompetensi yang baik. Asesmen kompetensi
adalah proses pengumpulan bukti-bukti yang benar dengan cara yang tepat untuk
menyatakan seorang perawat kompeten terhadap satu unit atau paket kompetensi.
Asesmen kompetensi harus dilakukan dengan benar oleh assesor yang memiliki
kompetensi melakukan asesesmen kompetensi. Melalui asessmen kompetensi
yang dilaksanakan terhadap perawat maka akan menjamin kompetensi perawat
pada area kerja masing-masing sehingga kualitas pemberian asuhan keperawatan
dapat dipertanggungjawabkan.
B. DESKRIPSI SINGKAT
Jenj angkarirmempakansistemutkmeningkatkankinerj adanprofesionalis
mesesimidenganbidangpekeijaanmelaldpeningkatankompetensi.Pengembangansi
stemjenjangkarirbagiperawatmembedakanantarapekerjaandankarir.
Pengembangankariradalahperencanaandanimplementasidarirencanakarirdandapat
dilihatsebagai proses kehidupankritikalmencakupkedua-
duanyaperawatsebagaiindividudanpegawai.
Karir:mengarahpadakeberhasilanpekerj aan (kinerj a)
diartikansebagaisuatujenjang yang
dipiliholehindividuimiukdapatmemenuhikepimsankeijaperawat,
sehinggapadaakhimyaakanmemberikankontribusiterhadapbidangprofesi yang
dipilihnya. Karirmerupakaninvestasi,
bukansekedarmendapatkanpenghargaan/
imbalanjasa
Koimtmenterhadapkarirdapatdilihatdarisikapperawatterhadapprofesinyadanmotiv
asiuntukbekerjasesuaidengankarir yang telahdipilih.
C. MANFAAT MODUL
1. Tujuan Umum
a. Penetapan dan penyelenggaraan jenjang karir perawat untuk menjamin
pemberian asuhankeperawatan yang profesional;
b. Menumbuh kembangkan motivasi para profesional keperawatan untuk
selalu menempuh dan menambah pengetahuan serta
kompetensi
dengan laju pertumbuhan IPTEK;
c. Sebagai alat pembinaan dan pengembangan jangka panjang bagi para
profesional keperawatan, guna memanfaatkan
kompetensi
penyelenggaraan asuhan keperawatan;
2. Tujuan Khusus
a. Ditetapkannya pedoman penyelenggaraan jenjang karir perawat di RS
b. Dilaksanakannya pengelompokan perawat sesuai dengan jenjang karir
d. Dilaksanakannya pembinaan perawat sesuai dengan jenjang karir
2 TujuanlmplementasiJenjangKarir 2 - - 2
3 PrinsipPengembanganJenjangKarir 2 - - 2
6 1
KomponenlmplementasiJenjangKarirPera
watKlinik
7 SkemaJenjangKarirPerawatKlinikBaru
8 SkemaJenjangKarirPerawatKlinik Lama 1 - -
10 ManfaatJenjangKarirbagilndividuPerawat 1 -
11 1
ManfaatJenjangKarirbagimanajer,
administrasi RS
12 1
PenilaianJenjangKarirPerawatProfesional
BerbasisKompetensi
E FTLOSOFT
Penyelenggaraan pelatihan Jenjang Karir perawat ini adalah upaya peningkatan
mutu pelayanan keperawatan menuju Rumah Sakit Kelas Dunia didasarkan pada
profesionalisme, IPTEK, aspek legal, berlandaskan etika untuk mendukung sistem
pelayanan kesehatan secara komprehensif
Prinsip dari penyelenggaraan pelatihan ini
diselenggarakan dengan
memperhatikan:
1. Prinsip Andragogy, yaitu bahwa selama pelatihan peserta berhak untuk:
a. Didengarkan dan dihargai pengalamannya
b. Dipertimbangkan setiap ide dan pendapat, sejauh berada di dalam konteks
pelatihan
c. Dihargai keberadaannya
B. DASAR HUKUM
Dasar hukum yang mendasari penyusunan jenjang karir profesi keperawatan
di rumah sakit adalah :
1. UU RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
Pasal 23 :
ayat (1) Tenaga kesehatan berwenang untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan;
10
ayat (2) Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan bidang
keahlian yang dimiliki
11
5. Kep. Men. Kes. No 148 tahun 2010, tentang Registrasi dan Praktik
Perawat
6. Kep. Men. PAN No 94 tahun 2001, tentang Jabatan
Fungsional
Perawat Dan Angka Kreditnya.
12
14. Mendukung program retensi dan rekruitmen staf
15. Menata sistem remunerasi sesuai dengan prestasi kerja.
Meningkatkan moral kerja, motivasi, dan kepuasan kerja staf keperawatan
6. Komitmenpimpinanrpimpinanfasilitas pelayanan
kesehatanharusmempunyaikomitmen yang tinggi terhadap
upaya
peningkatan pelayanan kesehatan bermutu melalui SDM yang berkualitas
14
5. Perawat Klinik V (PK V)
Perawat klinik V (Expert) adalah Ners Spesialis dengan pengalaman
kerja 4 tahun atau Ners Spesialis Konsultan dengan pengalaman kerja 1
tahun, dan memiliki sertifikat PK-V.
Pengembangan Jenjang
Karir Professional Perawat
PR V
PKV PMV PPV
|
PR IV
PKIV PMIV PPIV
PM III
i
PK III PPIII PR III
PKII PMII
1
t t PPII PR II
PKI PMI
1
PR I
PPI
15
SI STEM JENJANG KARIR PERAWAT
PK V PM V PP V
PRV
_ PKIV PM IV PPIV
PR IV
PRI
Peraviat Peraviat
Manaier Penelhi
Peraviat
Pendidih
PKI PMI PPI
Peraviat
Klinih
IPFOBM *Lrnj 1
pjdj 4
dji'i
i>rnpjl) disir
pill U VJiJ M
: -H.iij'k >,1 j
Itm il ji Vim iV
j
4. flJ lid
hiv
Dire-Vlur
1(3
2.V12
17
Rekrutmen
Proses magang
daiseleksi A:sessmen
selama Itahuri
pada4 (empat) Kompetensi:
pelayanan I. OaJa-i Z.
PrakflnsJtasi
3. Assesmen
4. Barring
5. Hasl
Assesmen
Keperawatan
dasar, yalu:
IPHQSM
pill JvJiJ
Kamil* DiK-klur
fci-piTJ
2.1.13
18
K. STANDAR KOMPETENSI PERAWAT
19
4) Merapikan tempat tidur pada kKen tirah baring
5) Membantu eliminasi
6) Mengatur posisi tidur
7) Membantu mobilisasi (membantu latihan fisik sederhana)
8) Monitoring TTV, intake-output
9) Terampil memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan.
PENDIDIKAN FORMAL
n pengafanui
btn>E4thun
nRmpunjiixrflat
Fit IV Mt ra Ep t i h
20
6) Identifikasi klien dengan gangguan keseimbangan
cairan dan
elektrolit.
7) Mampu/terampil memasang infiis (limpah wewenang).
8) Monitoring IVFD (Intra Vena Fluid Drainage).
9) Mampu melakukan injeksi sc/ic/im/iv (limpah wewenang).
10) Analisa nyeri dan pengelolaan nyeri.
11) Mampu memberikan teknik relaksasi.
12) Perawatan pre operatif
13) Perawatan post operatif
14) Perawatan luka operasi tanpa kontaminasi.
15) Terampil BHD.
16) Terampil melakukan EKG dasar.
17) Terampil identifikasi tanda-tanda syok hypovolemik,
cardiogenik,
hemoragik dan neurologik.
18) Mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien partial care.
19) Mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan teknik
isolasi.
20) Mampu melakukan pendidikan kesehatan pada klien dengan risiko.
21) Mampu membimbing PK I.
22) Identifikasi tanda-tanda kegawat daruratan semua area
21
JENIS DAN KUALIFIKASI PERAWAT KLINIK (2)
PENDIDIKAN BERKELANJUTAN
fSERTIFIKASI]
' mtri^unjsi xrflai
Keptrawchn bbj fchun Ft I
leip 0 fchun J P ra
*i strfiatEHD
D-lll : 0-1 Bin D-lll : 3-6 Bin D-lll : 6-9 D-lll : 9-12 |- D-lll:
hiiggt irsa
Ners: 0-1 Kin Ners:241tin Bin Bin i P* n i l n
Ners : 4-T Ners: S-9 Bin ' Mtra: 9-12
Bin fin
22
b. Mengjdentifikasi dan monitoringpersalinan normal.
c. Mampu memberikan asuhan keperawatan masa nifas pada klien
tanpa risiko, meliputi ;
(1) Vulva hygiene
(2) Perawatan payudara
(3) Monitoring pendarahan
(4) Identifikasi tanda-tanda persalinan normal.
(5) Kolaborasi dengan cepat dan tepat sesuai hasil identifikasi
3) Keperawatan Dasar Spesialistik Area Medical/Surgical
a. Mampu melakukan kateterisasi urine pada klien
dengan
risiko.
b. Mampu melakukan pemasangan infus pada klien
dengan
risiko.
c. Mampu melakukan perawatan WSD.
d. Mampu menguidentifikasi tanda-tanda
gangguan
metabolisme.
e. Mobilisasi klien dengan risiko.
Identifikasi kasus kardiogenik dan neurogenik.
g. Kolaborasi dengan cepat dan tepat sesuai hasil identifikasi
dan monitoring.
3. Kompetensi Perawat Klinik III
a. Keperawatan Dasar Spesialistik Area Pediatrik
1) Mahir perawatan perinatal risiko tinggi.
2) Mahir perawatan bayi dan anak dengan total care.
3) Mahir perawatan bayi dan anak dengan ostomi.
4) Mahir perawatan bayi dan anak dengan combustio grade
3 0 % -5 0 % .
5) Mahir melakukan asuhan keperawatan pada bayi dan anak
dengan kegawatdaruratan.
6) Mampu membimbing PK I danPK II.
23
7) Mampu memberikan pendidikan kesehatan pada klien dan
keluarga dengan total care
b. Keperawatan Dasar Spesialistik Area Maternitas
1) Mampu memberikan pertolongan persalinan normal.
2) Semua kompetensi keperawatan dasar spesialistik
area
pediatric.
3) Monitoring dan identifikasi persalianan risiko tinggi.
4) Kolaborasi dengan cepat dan tepat sesuai hasil monitoring.
5) Mahir melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan
total care (perawatan PEB, eklamsi).
6) Mampu membimbing PK I danPK II
c. Keperawatan Dasar Spesialistik Area Medikal/Surgikal
1) Mampu mengjdentifikasi EKG emergensi.
2) Mampu melakukan pertolongan pertama klien
dengan
kegawat daruratan.
3) Mampu memasang NGT dengan risiko.
4) Mampu memberikan asuhan keperawatan dengan total care.
5) Mampu membimbing PK I danPK II.
6) Mampu ACLS.
24
pekerjaan yangsama. Pendapat tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang telah
dilakukan olehChanafi ( 2005), Sitinjak (2008) dan Suroso (2011) yang ketiganya
menyatakanbahwa sistem jenjang karir dapat meningkatkan kepuasan kerja
perawat.Sejalan dengan itu pula, secara praktik beberapa rumah sakit di Indonesia
telahmenetapkan sistem jenjang karir berdasar kompetensi sesuai kebutuhan
masin-masing,misalnya Rumah Sakit (RS) Imanuel Bandung, RS PGI Cikini
Jakarta dan RSJantung Harapan Kita Jakarta. Sistem jenjang karir yang telah
dilaksanakan di RS Imanuel Bandung menggunakan penjenjangan perawat klinik
(PK) mulai dari PK I, H, IE, IV dan PK V; perawat manajer (PM) mulai dari PM I,
II, IE, IV dan PM V ; perawat pendidik (PP) mulai dari PP I, H dan PP; serta perawat
riset (PR) yang terdiri dari PR I dan U. Evaluasi terhadap sistem ini dapat disimpulkan
bahwa mutu pelayananmeningkat, khususnya pelayanan keperawatan (Susana, 2007).
Lebih lanjut manfaat sistem jenjang karir perawat
berdasarkan riset danpenerapan di rumah sakit adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan karir
Pengembangan karir adalah perencanaan dan implementasi rencana karir
dandapat dipandang sebagai proses hidup kritis yang melibatkan individu
danpegawai (Marquis & Huston, 2010). Pengembangan karir menurut
penelitianSuroso di RSUD Banyumas Tahun 2011, merupakan faktor yang
palingberhubungan dengan kepuasan kerja perawat. Sistem jenjang karir
menuntutmanajemen suatu organisasi untuk menciptakan jalur karir termasuk
cara yangdapat ditempuh oleh pegawainya agar mencapai karir tersebut.
Penciptaan tanggakarir dan program melanjutkan pendidikan oleh organisasi
juga dapat mengarahpada pemberdayaan perawat ( Laschinger & Havens, 1996
dalam Marquis &Huston, 2010). Komitmen manajemen menciptakan jalur
karir dikarenakan haltersebut dapat menjadi kerangka kerja untuk
mengembangkan pengetahuan klinikmelalui praktek keperawatan di rumah
sakit (Benner, 84). Sistem jenjang karirjuga bermanfaat untuk memperbaiki
moral perawat melalui kepuasan kerja akibatpekerjaan yang dilakukan.
2. Pengakuan
25
Sistem jenjang karir klinik dapat meningkatkan pengakuan dari profesi
lainterhadap peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan kepada
klien(Benner, 84). Penelitian Chanafi di RS Budi asih Jakarta Tahun
2005,menjelaskan bahwa pengakuan merupakan faktor yang paling
berhubungandengan kepuasan kerja perawat. Bentuk pengakuan yang tampak
adalah memberikesempatan kepada karyawan untuk berparti sipasi dalam
proses pengambilankeputusan, peningkatan kewenangan dan otonomi
mengenai kehidupan kerjamereka (Robins, 2006). Pengakuan dan iklim kerja
yang baik antara perawatdengan profesi lain seperti dokter, dapat menurunkan
stres kerja danmeningkatkan kepuasan kerja perawat (Tabak, N. & Koprak, O.,
2007). 3. PenghargaanOrganisasi dalam hal ini dituntut untuk tidak hanya
memberikan pekerjaan kepadapekerja untuk hidup mereka, tetapi organisasi
atau perusahaan dapat menawar kanketrampilan yang ber guna dan
memungkinkan karyawan bertahan dalam kondisiyang kacau. Pengembangan
karir yang paling mendasar adalah programperencanaan financial yang
kemungkinan akan sangat menguntungkan karyawan(Neubaeur,1995 dalam
Marquis & Huston, 2010). Sistem jenjang karir klinikmemungkinkan adanya
penghargaan dalam bentuk kenaikan jenjang danpeningkatan penghasilan
sebagai dampak dari terpenuhinya kompetensi yangdiharapkan (Swansburg,
2000).
26
5. Promosi
Promosi adalah penugasan ulang ke posisi yang lebih tinggi, sehingga
biasanyadiikuti dengan kenaikan gaji (Marquis & Huston, 2010). Promosi
berkaitan eratdengan peningkatan status, perubahan titel, kewenangan yang
lebih banyak dantanggung jawab yang lebih besar. Peneliti berpendapat bahwa
promosi menjadihal penting yang diharapakan oleh sebagian besar atau bahkan
seluruh karyawan.Sehingga sistem jenjang karir dapat menjadi alat yang
digunakan sebagai panduandalam menentukan kebijakan promosi.
27
O. MANFAAT BAGI MANAJER, ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
Manfaat sertifikasi level jenjang karir bagi manajer dan administrasi rumah
sakit sebagai berikut :
1. Komponen lingkungan kerj a kondusif
2. Indikator kualitas
3. Asuhan pasien
P. PENILAIAN JENJANG KARIR PERAWAT
PROFESIONAL BERBASIS KOMPETENSI
Perluadanyapemahamantentang:
Kompetensi -Kompeten
StandarKompetensi
AsesmenKompetensi
Metodeasesmen
Pelaksanaanasesmen
Persiapan RS danPerawat
Pengembangan Jenjang
Karir Professional Perawat
PR V
PKV PMV PPV
I
PR IV
PKIV PMIV PPIV
PM III
i
PK III pp III PR III
1 |
PKII PMII i
PR II
PPII
t t I
PKI PMI
PR I
PPI
28
DAFTAR PUSTAKA
29
Chanafi, D. (2005). Hubungan persepsi perawat pelaksana tentang jenjang karir
dengan kepuasan kerja di RSUD Budi Asih Jakarta. Tesis tidak
dipublikasikan. Depok: FIK UI
Hasibuan, M.S.P. (2009). Manajemen Sumber daya. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi
Aksara
Uyas, Y. (2002). Kinerja, teori, penilaian, dan penelitian. Depok : Pusat Kajian
Ekonomi Kesehatan FKM UI
Potter, P.A. & Perry, A. G. (2005). Fundamental of nursing: concepts, process and
practice, Harcourt Australia: Mosby
Robbi ns, P.S. ( 2006) . Per i l aku or gani sasi . Edi si Bahasa Indonesi a, edi si 1
O.Jakarta: PT. Indeks
Schuler, R. & Huber, V. (1993). Personal and human resource management fifth
edition, USA : West publishing company.
Sulistiyani, AT. & Rosidah (2003). Manajen sumber daya manusia: konsep, teori
dan pengembangan dalam konteks organisasi publik. Yogyakarta: Graha
Hmu.
Suroso, J. (2011). Hubungan Persepsi tentang jenjang karir dengan kepuasan kerja
dan kinerja perawat RSUD Banyumas. Tesis tidak dipublikasikan. Depok:
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
30
Sitinjak, L. (2008). Pengaruh penerapan sistem jenjang karir terhadap kepuasan
perawat di RS PGI "Cikini" Jakarta. Tesis tidak dipublikasikan. Depok: FIK UI
Tabak, N. & Koprak, O. (2007). Relationship between how nurses resolve their
conflicts with doctors, their stress and job satisfaction. Journal of Nursing
Management 15, 321-331
31
32