Referat Gangguan Kepribadian Anankastik
Referat Gangguan Kepribadian Anankastik
Referat Gangguan Kepribadian Anankastik
10 Oktober 2016
Disusun Oleh :
PENDAHULUAN
2
Pada seorang individu dengan tindakan kriminal, penyalahgunaan zat,
pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, perceraian, problem pemeliharaan anak,
sering datang ke klinik gawat darurat. Terkadang gangguan kepribadian berkaitan
dengan gangguan jiwa yang lain antara depresi, panik, dll.1
Gangguan kepribadian menurut PPDGJ III berdasarkan ciri khasnya,
diklasifikasikan menjadi sepuluh yakni:2
F60.0 Gangguan kepribadian paranoid
F60.1 Gangguan kepribadian skizoid
F60.2 Gangguan kepribadian dissosial
F60.3 Gangguan kepribadian emosional tidak stabil
.30 Tipe impulsif
.31 Tipe ambang
F60.4 Gangguan kepribadian histrionik
F60.5 Gangguan kepribadian anankastik
F60.6 Gangguan kepribadian cemas (menghindar)
F60.7 Gangguan kepribadian dependen
F60.8 Gangguan kepribadian khas lainnya
F60.9 Gangguan kepribadian YTT
Dalam referat ini penyusun akan membahas gangguan kepribadian
anankastik yang merupakan salah satu gangguan kepribadian khas yang cukup
banyak dijumpai di klinik.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Gangguan kepribadian anankastik adalah pola perilaku berupa preokupasi
dengan keteraturan, peraturan, perfeksionisme, bersifat ngotot, keras kepala,
kontrol mental, mengenyampingkan : fleksibilitas, keterbukaan, efisiensi ; sering
pula tidak dapat mengambil keputusan. Bersifat pervasif, awitan sejak dewasa
muda, nyata dalam pelbagai konteks. Gambaran inti dari kepribadian jenis ini
adalah pola pervasif dari perfeksionisme dan bersifat kaku (tidak fleksibel).1
B. Epidemiologi
Prevalensi tidak diketahui. Lebih banyak pada laki-laki dibandingkan pada
perempuan, seringkali ditemukan pada anak yang tertua. Banyak juga ditemukan
dalam keluarga derajat pertama. Seringkali dilatarbelakangi oleh pendidikan yang
berdisiplin keras semasa kecil. Teori Freud bahwa gangguan ini timbul karena
kesulitan semasa fase anal (umumnya sekitar usia 2 tahun) tidak terbukti oleh
banyak penelitian. Pada beberapa kasus dapat timbul Gangguan Obsesuf-
Kompulsif.Mereka sering berprestasi baik bila pekerjaannya bersifat metodologik
deduktif atau yang rinci, akan tetapi bila terjadi perubahan mendadak, ia sangat
rentan. Kehidupan pribadinya seringkali gersang, dapat timbul gangguan depresi
menjelang usia tua.1
C. Etiologi
1. Faktor Genetika
Satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik pada 15.000
pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar monozigotik, angka
kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah beberapa kali lebih tinggi
dibandingkan kembar dizigotik. Selain itu menurut suatu penelitian, tentang
penilaian multiple kepribadian dan temperamen, minat okupasional dan waktu
4
luang, dan sikap sosial, kembar monozigotik yang dibesarkan terpisah adalah kira-
kira sama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan bersama-sama.1,3
2. Faktor Temperamental
Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak mungkin
berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa dewasa. Contohnya, anak-
anak yang secara temperamental ketakutan mungkin mengalami kepribadian
menghindar.1,3
3. Faktor Biologis
- Hormon
Orang yang menunjukkan sifat impulsive seringkali juga
menunjukkan peningkatan kadar testosterone, 17-estradiol dan estrone.1,3
- Neurotransmitter
Penilaian sifat kepribadian dan system dopaminergik dan
serotonergik, menyatakan suatu fungsi mengaktivasi kesadaran dari
neurotransmitter tersebut. Meningkatkan kadar serotonin dengan obat
seretonergik tertentu seperti fluoxetine dapat menghasilkan perubahan
dramatik pada beberapa karakteristik kepribadian. Serotonin menurunkan
depresi, impulsivitas.1,3
- Elektrofisiologi
Perubahan konduktansi elektrik pada elektroensefalogram telah
ditemukaan pada beberaapa pasien dengan gangguan kepribadian, paling
sering pada tipe antisosial dan ambang, dimana ditemukan aktivitas
gelombang lambat.1,3
4. Faktor Psikoanalitik
Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan dengan
fiksasi pada salah satu stadium perkembangan psikoseksual. Fiksasi pada stadium
anal, yaitu anak yang berlebihan atau kurang pada pemuasan anal dapat
menimbulkan sifat keras kepala, kikir dan sangat teliti.1,3
5
D. Diagnosis
a. Anamnesis
Diagnosis gangguan kepribadian anankastik atau obsesif kompulsif
ditetapkan dalam PPDGJ III. Melalui anamnesis, seorang klinikus dapat
menegakkan diagnosis dengan menggali kebiasaan dan kecenderungan
perilaku pasien terhadap hal-hal tertentu yang berkaitan dengan gangguan
kepribadian anankastik. Selain itu, anamnesis juga dilakukan untuk
mengeliminasi diagnosis banding yang ada. Diagnosis gangguan kepribadian
anankastik ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis, termasuk pemeriksaan
status mental, dan melalui informasi dari pasien, keluarga, teman dan teman
sekerja.
Penegakan diagnosis penyakit ini, perlu dilakukan terlebih dahulu
penegakan diagnosis gangguan kepribadian yang khas. Hal ini dikarenakan
oleh sulitnya membedakan gangguan kepribadian yang khas dengan
kebiasaan atau pola tingkah laku individu. Di dalam PPDGJ III terdapat
kriteria gangguan kepribadian yang khas sebagai berikut:2
1. Kondisi tersebut tidak berkaitan langsung dengan kerusakan atau penyakit
otak berat (gross brain damage or disease) atau gangguan jiwa yang lain;
2. Disharmoni sikap dan perilaku yang cukup berat, biasanya meliputi
beberapa bidang fungsi, misalnya afek, kesiagaan, pengendalian impuls,
cara memandang dan berpikir, serta gaya yang berhubungan dengan orang
lain;
3. Pola perilaku abnormal berlangsung lama, berjangka panjang, dan tidak
terbatas pada episode gangguan jiwa;
4. Pola perilaku abnormalnya bersifat pervasif (mendalam) dan maladaptif
yang jelas terhadap berbagai kehidupan pribadi dan sosial yang luas;
5. Manifestasi di atas selalu muncul pada masa kanak-kanak atau remaja dan
berlangsung hingga usia dewasa;
6. Gangguan ini menyebabkan penderitaan pribadi (personal distress) yang
cukup berarti, tetapi baru menjadi nyata setelah perjalanan yang lanjut;
6
7. Gangguan ini bisanya berkaitan secara bermakna dengan masalah-masalah
dalam pekerjaan dan kinerja sosial.
Setelah dipastikan seseorang menderita gangguan kepribadian yang khas,
maka diagnosis gangguan kepribadian anankastik dapat ditegakkan apabila
orang tersebut memperlihatkan setidak-tidaknya tiga ciri dari ciri-ciri
anankastik di bawah ini:2
1. Perasaan ragu-ragu dan hati-hati yang berlebihan;
2. Preokupasi dengan hal-hal yang rinci (detail). Peraturan, daftar, urutan,
organisasi, atau jadwal;
3. Perfeksionisme yang mempengaruhi penyelesaian tugas;
4. Ketelitian yang berlebihan, terlalu hati-hati, dan keterikatan yang tidak
semestinya pada produktifitas sampai menghabiskan kepuasan dan
hubungan interpersonal;
5. Keterpakuan dan keterikatan yang berlebihan pada kebiasaan sosial;
6. Kaku dan keras kepala;
7. Pemaksaan yang tak beralasan agar orang lain mengikuti persis caranya
mengerjakan sesuatu, atau keengganan yang tak beralasan untuk
mengizinkan orang lain mengerjakan sesuatu;
8. Mecampur-adukkan pikiran atau dorongan yang memaksa dan yang
enggan.
Adapun kriteria diagnosis dari gangguan kepribadian obsesif kompulsif
menurut DSM-IV-TR adalah sebuah pola yang meresap pada terpusatnya
perhatian pada keteraturan, perfeksionisme, dan kontrol mental dan
interpersonal, dengan mengorbankan fleksibilitas, keterbukaan, dan efisiensi,
dimulai dengan awal masa dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti
yang ditunjukkan oleh empat (atau lebih) dari berikut:5,6
1. sibuk dengan rincian, peraturan, daftar, urutan, organisasi, atau jadwal
sejauh bahwa poin utama dari aktivitas ini hilang
2. menunjukkan perfeksionisme yang mengganggu penyelesaian tugas
(misalnya, tidak dapat menyelesaikan proyek karena standar yang terlalu
ketat kepada dirinya sendiri yang tidak dapat dipenuhi)
7
3. kerja secara berlebihan yang ditujukan untuk produktivitas dengan
mengesampingkan kegiatan rekreasi dan persahabatan (tidak
diperhitungkan oleh kebutuhan ekonomi yang jelas)
4. terlalu teliti, cermat, dan tidak fleksibel tentang masalah moralitas, etika,
atau nilai-nilai (tidak diperhitungkan oleh identifikasi budaya atau agama)
5. tidak dapat membuang benda yang sudah usang atau benda tak berharga
bahkan ketika mereka tidak memiliki nilai yang sentimental
6. enggan untuk mendelegasikan tugas atau bekerja dengan orang lain kecuali
mereka tunduk persis kepada dirinya caranya dalam melakukan sesuatu
7. mengadopsi gaya belanja kikir baik terhadap diri dan orang lain, uang
dipandang sebagai sesuatu yang harus ditimbun untuk bencana di masa
depan
8. menunjukkan kekakuan dan keras kepala.
E. Diagnosis Banding
Gangguan Obsesif-kompulsif
Gangguan ini digambarkan sebagai pikiran dan tindakan yang berulang yang
menghabiskan waktu atau menyebabkan distress dan hendaya yang bermakna.
Gangguan ini memiliki banyak kesamaan dengan gangguan kepribadian
anankastik. Oleh karena itu gangguan kepribadian anankastik disebut juga
gangguan obsesif-kompulsif. Tetapi gangguan obsesif kompulsif merupakan fase
lanjut dari gangguan kepribadian anankastik.1
Obsesi adalah aktifitas mental seperti pikiran, perasaan, ide, impuls yang
berulang dan intrusif. Kompulsi adalah pola perilaku tertentu yang berulang dan
disadari seperti menghitung, memeriksa, dan menghindar. Tindakan kompulsi
merupakan usaha untuk meredakan kecemasan yang berhubungan dengan obsesi
dan kompulsi tidak beralasan sehingga bersifat egodistonik.1
Prevalensi gangguan obsesi kompulsi sebesar 2-2,4%. Sebagian besar
gangguan dimulai pada saat remaja atau dewasa muda (umur 18 24 tahun),
tetapi bisa terjadi pada masa kanak-kanak. Perbandingan antara laki-laki dan
perempuan sama.1
8
Pada umumnya obsesi dan kompulsi mempunyai gambaran tertentu seperti:1
1. Adanya ide atau impuls yang terus-menerus menekan ke dalam kesadaran
individu
2. Perasaan cemas/takut akan ide atau impuls yang aneh
3. Obsesi dan kompulsi egoalien
4. Pasien mengenali obsesi dan kompulsi merupakan sesuatu yang abstrak dan
irasional
5. Individu yang menderita obsesi kompulsi merasa adanya keinginan kuat
untuk melawan
Ada empat pola gejala utama gangguan obsesi kompulsi yaitu:1
1. Kontaminasi
Pola yang paling sering adalah obsesi tentang kontaminasi, yang diikuti
oleh perilaku mencuci dan membersihkan atau menghindari objek yang
dicurigai terkontaminasi.
2. Sikap ragu-ragu yang patologik
Pola kedua yang sering terjadi adalah obsesi tentang ragu-ragu yang
diikuti dengan perilaku kompulsi mengecek/memeriksa. Tema obsesi tentang
situasi berbahaya atau kekerasan (seperti lupa mematikan kompor atau tidak
mengunci pintu rumah).
3. Pikiran yang intrusif
Pola yang jarang adalah pikiran yang intrusif tidak disertai kompulsi,
biasanya pikiran berulang tentang seksual atau tindakan yang bersifat agresif.
4. Simetri
Obsesi yang temanya kebutuhan untuk simetri, ketepatan sehingga
bertindak lamban, misalnya makan bisa memerlukan waktu berjam-jam, atau
mencukur kumis dan janggut. Pola yang lain adalah obsesi yang bertemakan
keagamaan, trichotilomania, dan menggigit-gigit jari.
9
F. Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
Pengobatan yang diberikan pada pasien dengan gangguan kepribadian
anankastik adalah obat anti-obsesif kompulsif sbb:4
1. Obat Anti-obsesif kompulsif trisiklik misalnya Clomipramine.
2. Obat Anti-obsesif kompulsif SSRI (Serotonin Reuptake inhibitors.)
e.g.Sertraline, Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine, Citalopram.
Respons penderita gangguan kepribadian anankastik terhadap
farmakoterapi seringkali hanya mencapai pengurangan gejala sekitar 30%-
60%, dan kebanyakan masih menunjukkan gejala secara menahun. Namun
demikian, umumnya penderita sudah merasa sangat tertolong. Untuk
mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik, perlu disertai dengan terapi
perilaku (behavior therapy).4
Adapun efek samping yang dapat dirimbulkan oleh obat-obat di atas
adalah sebagai berikut:4
- Efek samping Obat Anti_Obsesif kompulsif, sama seperti obat
Antidepresi trisiklik, dapat berupa :
- Efek anti-histaminergik (sedasi, rasa mengantuk, kewaspadaan
berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun,
dll)
- Efek anti-kolinergik (mulut kering, keluhan lambun, retensi urin, disuria,
penglihatan kabur, konstipasi, gangguan fungsi seksual,sinus
takikardia,dll)
- Efek anti-adrenergik alfa (perubahan EKG,hipotensi ortostatik)
- Efek neurotoksis (tremor halus, kejang-epileptik,agitasi,insomnia)
b. Terapi non-farmakologi
Terapi non-farmakologik adalah psikoterapi yakni terapi kelompok atau
terapi perilaku. Salah satu teknik adalah menyetop perilaku habitualnya
sehingga ia lebih mudah memelajari perilaku adaptif baru, juga dalam terapi
kelompok pemberian reward lebih efektif. Dalam kamar praktek, psikiater
10
akan menjalankan psikoterapi untuk gangguan ini, yang modelnya bisa
suportif-ekspresif, kognitif teraoi atau bahkan psikoanalitik bila perlu. Selain
itu bisa juga terapi kognitif-periaku (CBT) dijalankan.1
Individu harus merubah mindset, paradigma, atau pola pikirnya dalam
mengerjakan dan memandang sesuatu. Ia harus menyadari bahwa hidup ini
penuh ketidaksempurnaan, penuh noda dan kotoran. Ia harus bisa menerima
dan menikmati ketidaksempurnaan itu bersama orang-orang lain. Ia boleh
berusaha maksimal tapi harus bisa menerima bila kesempurnaan total tidak
tercapai. Ia harus bisa berempati bahwa orang-orang lain disekitarnya
mempunyai hak untuk mengerjakan sesuatu dengan cara dan kemampuan
mereka sendiri. Ia harus bisa bekerja sama, bantu membantu dan bertoleransi
dengan mereka itu. Dan bersama-sama menikmati hasil kerja mereka.
G. Prognosis
Prognosis gangguan kepribadian anankastik secara umum baik. Namun terapi
yang diberikan kurang lebih memberikan perbaikan simtomatis 30-60%. Bagi
seorang penderita gangguan ini, farmakoterapi sangat membantu untuk
memperbaiki kualitas hidup walaupun tidak sepenuhnya bebas dari gejala. Untuk
perbaikan secara menyeluruh dapat diterapkan terapi perilaku atau behavior
therapy.
11
BAB III
KESIMPULAN
12
Prognosis gangguan kepribadian anankastik umumnya baik walaupun
farmakoterapi hanya memberikan perbaikan gejala 30-60%. Hasil
maksimal dapat dicapai dengan terapi perilaku atau behavior therapy.
13
DAFTAR PUSTAKA
14