Analisis Pola Interferensi Pada Interferometer Michelson Untuk Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya
Analisis Pola Interferensi Pada Interferometer Michelson Untuk Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya
Analisis Pola Interferensi Pada Interferometer Michelson Untuk Menentukan Panjang Gelombang Sumber Cahaya
Masroatul Falah
Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Diponegoro
ABSTRACT
d 2 d 360
o tersebut. Sebaliknya di tempat garis
(2.1) (2.1)
gelap, gelombang-gelombang dari kedua
Interferensi gelombang dari dua celah berlawanan fase sewaktu tiba di
sumber tidak teramati kecuali sumbernya tempat tersebut (Soedojo, 1992).
koheren, atau perbedaan fase di antara Untuk pembagi amplitudo,
gelombang konstan terhadap waktu. Karena diumpamakan sebuah gelombang cahaya
berkas cahaya pada umumnya adalah hasil jatuh pada suatu lempeng kaca yang tipis.
dari jutaan atom yang memancar secara Sebagian dari gelombang akan diteruskan
bebas, dua sumber cahaya biasanya tidak dan sebagian lainnya akan dipantulkan.
koheren (Laud, 1988). Koherensi dalam Kedua gelombang tersebut tentu saja
optika sering dicapai dengan membagi mempunyai amplitudo yang lebih kecil
cahaya dari sumber tunggal menjadi dua dari gelombang sebelumnya. Ini dapat
berkas atau lebih, yang kemudian dapat dikatakan bahwa amplitudo telah terbagi.
digabungkan untuk menghasilkan pola Jika dua gelombang tersebut bisa
interferensi. Pembagian ini dapat dicapai disatukan kembali pada sebuah layar
dengan memantulkan cahaya dari dua maka akan dihasilkan pola interferensi
permukaan yang terpisah (Tipler, 1991). (Hecht, 1992).
Suatu alat yang dirancang untuk 2.2. Interferometer Michelson
menghasilkan pola interferensi dari Interferometer Michelson
perbedaan panjang lintasan disebut merupakan seperangkat peralatan yang
interferometer optik. Interferometer memanfaatkan gejala interferensi. Prinsip
dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu interferensi adalah kenyataan bahwa beda
interferometer pembagi muka gelombang lintasan optik (d) akan membentuk suatu
dan interferometer pembagi amplitudo. Pada frinji (Resnick, 1993). Gambar dibawah
pembagi muka gelombang, muka merupakan diagram skematik
gelombang pada berkas cahaya pertama di interferometer Michelson. Oleh
bagi menjadi dua, sehingga menghasilkan permukaan beam splitter (pembagi
dua buah berkas sinar baru yang koheren, berkas) cahaya laser, sebagian
dan ketika jatuh di layar akan membentuk dipantulkan ke kanan dan sisanya
pola interferensi yang berwujud garis gelap ditransmisikan ke atas. Bagian yang
terang berselang-seling. Di tempat garis dipantulkan ke kanan oleh suatu cermin
datar (cermin 1) akan dipantulkan kembali sumber cahaya dan N adalah perubahan
ke beam splitter yang kemudian menuju ke jumlah frinji (Phywe,2006).
screen (layar). Adapun bagian yang 2.3. Spektrum Atomik
ditransmisikan ke atas oleh cermin datar Telah ditemukan bahwa zat
(cermin 2) juga akan dipantulkan kembali ke mampat (zat padat dan zat cair) pada
beam splitter, kemudian bersatu dengan setiap temperatur memancarkan radiasi
cahaya dari cermin 1 menuju layar, dengan berbagai panjang gelombang,
sehingga kedua sinar akan berinterferensi walaupun dengan intensitas yang
yang ditunjukkan dengan adanya pola-pola berbeda-beda. Jika gas atomik atau uap
cincin gelap-terang (frinji) (Soedojo, 1992). yang bertekanan sedikit di bawah
tekanan atmosfer, radiasi yang
1
lensa
dipancarkan mempunyai spektrum yang
berisi hanya panjang gelombang tertentu
Beam splitter
saja. Susunan ideal untuk mengamati
spektrum atomik seperti itu digunakan
2 spektrometer yang memakai kisi difraksi
4
(Beiser, 1992).
Menurut Sears (1972), jika
3
sumber cahaya adalah zat padat atau zat
Gambar 2.1 Skema Interferometer Michelson dengan
1. laser, 2. cermin 1, 3. cermin 2, 4. layar cair yang berpijar maka spektrumnya
Pengukuran jarak yang tepat dapat adalah kontinu, yaitu cahaya yang terdiri
diperoleh dengan menggerakan cermin pada dari semua panjang gelombang. Tetapi
Interferometer Michelson dan menghitung jika sumber adalah gas yang didalamnya
frinji interferensi yang bergerak atau terjadi pelepasan muatan listrik atau
berpindah, dengan acuan suatu titik pusat. sebuah nyala api maka spektrum yang
Sehingga diperoleh jarak pergeseran yang muncul bukanlah sebuah pita warna
berhubungan dengan perubahan frinji, kontinu tetapi hanya beberapa warna
sebesar: dalam bentuk garis-garis sejajar yang
(d) pada alat belum tentu sama dengan dilakukan tiap 1 skala mikrometer.
dengan menggeser movable mirror tiap lintasan optis), d (beda lintasan optis),
20
15
gelombang 635nm~670nm dan laser
10 dioda hijau. Metode yang digunakan
5
adalah interferometer Michelson. Untuk
0
Gambar 4.2. Grafik hubungan antara pergeseran laser dioda merah dan laser dioda hijau,
dan jumlah nilai skala pada mikrometer. dapat dihitung dengan menggunakan
Grafik kalibrasi mikrometer yang persamaan (2.2) yaitu dengan menghitung
diperoleh merupakan grafik linier perubahan frinji akibat adanya
y 0,1099 0,9963 x dengan nilai slope pergeseran lintasan optis pada berkas
laser yang berinterferensi.
adalah 0,9963 0,0030m dengan x
skala Dengan mengetahui perubahan
adalah skala pergeseran mikrometer (d) dan frinji untuk tiap pergeseran skala
y adalah jumlah pergeseran skala
mikrometer, maka dapat diperoleh grafik
mikrometer. Ini berarti bahwa nilai satu
hubungan jumlah pergeseran frinji
skala mikrometer sama dengan pergeseran
terhadap pergeseran skala seperti pada
movable mirror sejauh
gambar berikut
0,9963 0,0030 m skala . Nilai
dioda merah I, laser dioda merah II dan
100
laser dioda hijau. Nilai panjang
gelombang yang diperoleh pada
80
jumlahperubahanfrinji(N)
60
No Data Hasil
(a)
Panjang gelombang = (648 2)
1
100
laser dioda merah I nm
3
laser dioda hijau
20
nm
0
0 5 10 15 20 25 30
80
laser dioda merah yang terukur adalah interferensi berupa lingkaran yang
membentuk cincin interferensi dan
660,5 16, nm dan laser dioda hijau
memiliki pusat pola ditengah cincin yang
adalah 5305, 2,7nm. Hal ini
lebih tajam dibandingkan dengan laser
membuktikan bahwa dalam waktu yang
dioda merah dan laser dioda hijau. Ketika
lama, alat yang digunakan masih dapat
sumber berupa laser dioda merah (b) dan
bekerja dengan baik. Dari hasil kalibrasi
(c) pola interferensi gelap dan terangnya
juga dapat membuktikan bahwa alat
terpisah dengan jelas dan bisa di amati
interferometer Michelson ini masih layak
dengan baik sehingga jarak antar frinji
dipakai pada penelitian saat ini.
gelap maupun terangya dapat di ukur.
3. Analisis Pola Interferensi
Sedangkan untuk pola interferensi yang
Penelitian interferometer Michelson
di bentuk oleh laser dioda hijau, pola
dengan berbagai sumber cahaya
yang di peroleh lebih rapat dan tajam dari
menghasilkan pola interferensi yang tajam,
pola interferensi pada sumber laser dioda
jelas dan jarak antar pola frinjinya lebih
merah. Hal ini disebabkan karena
sempit. Pola interferensi untuk berbagai
panjang gelombang laser dioda hijau
sumber cahaya yang dihasilkan dari
lebih pendek. Hal ini sesuai dengan yang
penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.4.
dinyatakan oleh Soedojo (1992) semakin
pendek panjang gelombang suatu sumber
cahaya, maka semakin pendek pula jarak
pemisahan antara pola-pola terang yang
terjadi.
(a) (b)
Berikut adalah gambar dari lebar
interferensi gelap terang yang terjadi
pada masing-masing laser dalam kondisi
yang sama, yaitu jarak laser ke lensa
(c) (d) 7cm, jarak beam splitter ke layar 53 cm
Gambar 4.4. Pola interefensi (a) dengan sumber dan skala mikrometer menunjukkan nilai
laser He-Ne (b) sumber laser dioda merah I (c) 3m
sumber laser dioda merah II dan (d) sumber laser
dioda hijau.
Sedangkan untuk laser dioda hijau (d),
pola interferensinya tampak berhimpit
dan frinji yang terbentuk pada layar lebih
banyak dibandingkan dengan laser yang
(a) (b) lainnya.
Banyak atau sedikitnya jumlah
frinji yang terbentuk tergantung pada
beda lintasan optik antara kedua cahaya
yang saling berinterferensi. Semakin
(c) (d) besar beda lintasan optik antara kedua
Gambar 4.5. lebar interferensi (a) dengan
sumber laser He-Ne, (b) sumber laser dioda cahaya akan menyebabkan pola-pola
merah I (c) sumber laser dioda merah II dan (d) interferensi (frinji) semakin banyak.
sumber laser dioda hijau.
Demikian pula sebaliknya semakin kecil
Dari gambar di atas dapat dilihat beda lintasan optik akan mengakibatkan
bahwa pola interferensi yang terbentuk jumlah frinji semakin sedikit. Hal ini
untuk laser yang panjang gelombangnya sesuai dengan yang dinyatakan Soedojo
besar memiliki jumlah frinji yang lebih (1992) bahwa banyak atau sedikitnya
sedikit dibanding pada laser dengan panjang jumlah frinji yang terbentuk tergantung
gelombang yang lebih kecil. Dapat dilihat pada beda lintasan optik antara kedua
pada laser He-Ne (a) bahwa jumlah frinji cahaya yang saling berinterferensi.
yang terbentuk lebih sedikit dibandingkan
dengan laser merah I dan II. Lebar frinji KESIMPULAN
terang yang terbentuk lebih lebar dan lebih Dari kalibrasi mikrometer dengan
tajam dibanding dengan laser dioda merah menggunakan laser He-Ne diperoleh nilai
dan laser dioda hijau. Untuk laser dioda satu skala mikrometer adalah
merah I (b) jarak antar pola terang pertama
0,9963 0,0030m skala .Dari hasil
dengan pola terang kedua adalah lebih lebar
penelitian diperoleh hasil perhitungan
dan jumlah frinji yang terbentuk pada layar
panjang gelombang dari sumber laser
juga lebih sedikit dibanding dengan laser
dioda merah I (648 2) nm, laser
dioda merah II. Pada gambar (c) tampak
bahwa jarak antar frinjinya lebih sempit dan dioda merah II (645 2) nm dan laser
jumlah frinji yang terbentuk lebih banyak dioda hijau (543 6) nm. Pola
dibanding dengan laser dioda merah I. interferensi yang terbentuk untuk laser
yang panjang gelombangnya besar memiliki Bias Udara dengan Metode
jumlah frinji yang lebih sedikit dan jarak Interferometer Michelson.
Semarang: Skripsi S-1 FMIPA
antar frinjinya lebih lebar dibandingkan UNDIP.
dengan laser yang panjang gelombangnya
Tipler, P. A. 1991.Fisika Untuk Sains
lebih kecil. dan Tehnik Jilid 2 (alih bahasa
Dr.Bambang Soegijono). Penerbit
DAFTAR PUSTAKA
Erlangga: Jakarta
Beiser, A. 1992. Konsep Fsika Modern.
Penerbit Erlangga: Jakarta