Kelompok Iii
Kelompok Iii
Kelompok Iii
Cobalah amati lagi di sekitar halaman rumah, sekolah, atau kebun. Pernahkah
melihat jamur yang hidup di batang kayu atau di sekitar sampah ? Bagaimana
bentuk dari jamur tersebut, termasuk jenis apakah jamur itu ? Ada jamur yang dapat
dimakan, misalnya jamur merang dan jamur kuping. Jamur jenis ini memiliki nilai
gizi yang tinggi, termasuk jenis apakah jamur ini ?
Bentuk jamur mirip dengan tumbuhan, tetapi tidak memiliki daun dan akar yang
sejati, juga tidak mempunyai klorofil sehingga dia tidak dapat melakukan
fotosintesis. Untuk itulah jamur digolongkan atau diklasifikasikan tersendiri karena
tidak dapat digolongkan dalam tumbuhan atau hewan. Dari hasil kegiatan yang Anda
lakukan, Anda dapat mengetahui ternyata jenis jamur ada yang dapat dilihat secara
langsung atau bentuknya makroskopis dan ada yang harus diamati menggunakan
mikroskop karena bentuknya mikroskopis.
Pada umumnya jamur mempunyai sel banyak (multiseluler) misalnya jamur merang
dan jamur tempe, tetapi ada juga yang bersel tunggal (uniseluler) seperti ragi atau
yeast / Saccharomyces. Jamur yang multiseluler tersusun atas benang-benang yang
disebut dengan hifa. Apabila dilihat dengan mikroskop tampak bentuk hifa ini
bersekat-sekat (bersepta) dan tidak bersekat
Dari gambar disamping tampak bahwa pada hifa yang bersekat, tiap sekat terdapat
satu sel yang terdiri atas satu atau beberapa inti sel. Adapun pada hifa yang tidak
bersekat, inti selnya tersebar di dalam sitoplasma yang disebut dengan sinositik.
Seperti yang terlihat pada mikroskop, sel-sel jamur ini sudah memiliki membran inti
sel, sehingga dikelompokkan sebagai organisme eukariotik. Dinding sel jamur ini
terbuat dari kitin yang dapat memberikan bentuk dari sel-sel jamur.
Bagaimana cara jamur mendapatkan makanan? Seperti yang Anda lihat, karena
jamur tidak mempunyai klorofil, jadi dia tidak dapat berfotosintesis, sehingga hidup
secara heterotrof dengan memperoleh zat makanannya dengan cara menyerap dari
lingkungannya atau substratnya. Tetapi makanannya yang masih berbentuk
senyawa-senyawa kompleks akan diuraikan terlebih dahulu di luar sel jamur, yaitu
dengan menghasilkan enzimenzim hidrolitik ekstraseluler.
Makanan jamur bisa berasal dari sumber-sumber seperti tanah subur, produk
makanan buatan pabrik, tubuh hewan atau tumbuhan, baik yang sudah mati
(sebagai saprofit) atau yang masih hidup. Jamur yang hidup pada inang hidup dapat
bersimbiosis mutualisme, yaitu dapat membantu tumbuhan memperoleh mineral
dari tanah. Tetapi kebanyakan bersifat parasit, jamur ini memiliki haustorium, yaitu
suatu hifa yang khusus digunakan untuk menyerap makanan dari inangnya.
Secara alamiah, jamur dapat berkembang biak dengan dua cara, yaitu secara
aseksual dan seksual. Secara aseksual dilakukan dengan pembelahan, yaitu dengan
cara sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak yang serupa, penguncupan,
yaitu dengan cara sel anak yang tumbuh dari penonjolan kecil pada sel inangnya atau
pembentukan spora. Spora aseksual ini berfungsi untuk menyebarkan speciesnya
dalam jumlah yang besar dengan melalui perantara angin atau air.
a. Konidiospora, merupakan konidium yang terbentuk di ujung atau di sisi hifa. Ada
yang berukuran kecil, bersel satu yang disebut mikrokonidium, sebaliknya konidium
yang berukuran besar dan bersel banyak disebut makrokonidium.
b. Sporangiospora, merupakan spora bersel satu yang terbentuk dalam kantung yang
disebut sporangium, pada ujung hifa khusus.
Ada dua macam sporangiospora yang tidak bergerak (nonmotil) disebut aplanospora
dan sporangiospora yang dapat bergerak karena mempunyai flagela yang disebut
zoospora.
Cobalah amati makanan seperti selai atau manisan yang sudah basi. Apabila sudah
basi, sering makanan itu terlihat berwarna kehitaman, warna itu merupakan jamur
yang merusak, bukan bakteri. Dengan demikian, dapat diketahui jamur lebih tahan
hidup dalam keadaan alam sekitar yang tidak menguntungkan dibandingkan dengan
jasad-jasad renik lainnya. Jamur dapat tumbuh pada suhu yang luas dari suhu yang
mendekati 0C sampai 37C.
Demikianlah Materi Penjelasan Ciri-Ciri Morfologi dan Fisiologi Jamur atau Fungi,
Selamat Belajar.
KLASIFIKASI DAN REPRODUKSI JAMUR
Sebuah jamur khas terdiri dari hifa, yang membentuk tubuh jamur. Hifa ini adalah tabung
berdinding mikroskopis atau filamen yang dilapisi dengan membran plasma dan mengandung
sitoplasma.
Hifa cabang ke jaringan yang rumit yang dikenal sebagai miselium, yang merupakan jaringan
makan jamur. Dinding sel hifa terbuat dari kitin, nitrogen yang mengandung polisakarida
yang kuat namun fleksibel.
Sitoplasma adalah multinukleat dan hifa mungkin memiliki septa, yang lintas-dinding yang
digunakan untuk kekuatan lebih. Jamur dapat tumbuh dengan cepat karena struktur miselium
mereka. Karena bahan dapat bergerak sangat cepat melalui miselium, bahan-bahan ini
menjadi tersedia untuk tumbuh hifa, membuat jamur tumbuh.
Beberapa jenis jamur yang dapat mengubah bentuk mereka dalam menanggapi perubahan
lingkungan dan sumber daya karena ini mereka. Kemampuan untuk mengubah disebut
dimorfisme.
Makanan
Jamur adalah heterotrof, yang berarti mereka tidak dapat mensintesis makanan sendiri dan
bergantung pada zat organik kompleks untuk nutrisi.
Mereka memperoleh semua nutrisi dengan penyerapan dan mengeluarkan enzim hidrolitik
untuk menguraikan molekul kompleks menjadi lebih sederhana yang juga bisa diserap.
Simbion parasit memperoleh nutrisi dari sel inang hidup mereka. Simbion mutualistik juga
menyerap bahan dari organisme hidup; Namun, jamur ini menyediakan layanan
menguntungkan bagi tuan rumah mereka.
Klasifikasi
Jamur dibagi menjadi tiga phylums utama didasarkan pada bagaimana mereka terkait satu
sama lain dan kebiasaan reproduksi bersama. Phylums ini adalah: Basidiomycota,
Ascomycota, dan Zygomycota.
Basidiomycota ditandai dengan adanya basidia dan tubuh buah dikariotic dan meliputi:
jamur, puffballs, dan rak jamur. Ascomycota adalah kelompok yang beragam dan ditandai
dengan adanya ASCI.
Mereka termasuk: cangkir jamur dan lumut serta jamur uniseluler, ragi. Zygomycota ditandai
dengan kehadiran zygospore tebal berlapis dan termasuk roti dan cetakan lainnya, tanaman
dan hewan parasit, serta banyak simbion tanaman akar.
Reproduksi
Jamur bereproduksi secara Vegetativ dan generatif untuk menghasilkan spora. Ini spora
jamur datang dalam segala bentuk dan ukuran yang berbeda.
Dalam kondisi non dinamis, spora diciptakan secara vegetativ; di bawah kondisi yang
berubah, spora diciptakan generatif. Berbagai jenis jamur diklasifikasikan menjadi phylums
karena cara mereka mereproduksi.
septae sel terminal menjadi sepenuhnya didefinisikan, dan kemudian membagi nomor acak
dari inti ke dalam sel-sel individual. Dinding sel kemudian menebal menjadi lapisan
pelindung. Spora dilindungi pecah dan dicairkan. Reproduksi generatif terjadi di tubuh buah,
di basidia tersebut. basidia dibentuk oleh Plasmogami antara miselia dari dua spora berbeda.
Hasil Plasmogami di hifa dengan dua jenis inti, satu dari setiap orangtua. Dalam insang dari
tubuh buah, beberapa sel mengalami peleburan dua inti tersebut. Sel-sel diploid sekarang
adalah basidia. Tahap diploid sangat singkat karena segera setelah fusi, meiosis terjadi,
mengakibatkan empat inti haploid. Inti kemudian bermigrasi ke ujung basidium dan
membentuk empat proyeksi individu. Proyeksi ini kemudian dipisahkan oleh dinding sel
menjadi spora.
Struktur Jamur
Ascomycota juga secara Vegetativ menghasilkan cara yang sama Basidiomycota tidak.
generatif, Ascomycota sangat berbeda. Ascomycota memiliki laki-laki dan perempuan
gametangia dalam tahap haploid mereka. Struktur ini membentuk miselia. Plasmogami
kemudian terjadi ketika trichogyne sekering dengan antheridium dan menghasilkan berinti
dua tersebut.
Tahap ini berkepanjangan dan serangkaian sel dikaryotic disebut hifa ascogonius diproduksi.
Di ujung hifa ini fusi nuklir terjadi mengakibatkan pembentukan ASCI diploid.
Dalam struktur ini, inti diploid mengalami meiosis, menghasilkan empat inti haploid. Inti ini
kemudian menjalani mitosis untuk membentuk delapan askospora haploid, yang dua kali
lebih banyak spora yang diproduksi di basidium di Basidiomycota.
Zygomycota bereproduksi secara vegetativ, tetapi bervariasi antara perintah dan spesies.
Spora dibentuk oleh pemisahan dan penebalan sel hifa. Mereka juga dapat diproduksi dalam
organ khusus, yang strukturnya juga bervariasi secara luas.
reproduksi, Zygomycota mirip dengan Ascomycota dalam beberapa memiliki dua jenis
kawin, meskipun ada spesies individu dalam filum yang hanya memiliki satu jenis kawin.
Ketika dua berlawanan kawin hifa bertemu, mereka menghasilkan struktur yang disebut
progametangia.
Fusi nuklir terjadi di dalam zigot. Dinding zigot tipis, tapi kemudian menebal menjadi
zygospore a. Perkecambahan dimulai ketika inti diploid mengalami meiosis dan sporangium
berkembang pada akhir tabung kuman. Spora yang dihasilkan dalam sporangium tersebut.
B. CARA TUMBUHAN FUNGI JAMUR MEMPEROLEH MAKANAN
Saprofit
Mereka memperoleh makanan dari materi organic yang sudah mati atau sampah.Untuk
memperoleh makanannya, hifa mengeluarkan semacam enzim pencernaan yang dapat merombak
materi organic menjadi bentuk sederhana sehingga mudah diserap oleh sel jamur.
Parasit
Mereka memperoleh makanan dari tubuh inangnya.Pada jamur parasit, terutama yang menyerang
tumbuhan terdapat bentuk hifa khusus yang disebut haustoria. Bentuk hifa tersebut memiliki
kemampuan untuk menembus sel inang sehingga dapat menyerap zat makanan yang dihasilkan
inang.
Simbiotis
Beberapa jamur lainnya dapat membentuk hubungan simbiotis dengan akar tumbuhan tingkat
tinggi. Jamur menyediakan materi anorganik bagi tumbuhan dan sebaliknya jamur memperoleh
materi organic dari tumbuhan. Selain dengan tumbuhan tingkat tinggi, jamur juga dapat bersimbiotis
dengan ganggang hijau atau ganggang biru hijau membentuk liken.
Cara Memperoleh Makanan Jamur bersifat heterotrof, artinya tidak dapat menyusun atau
mensintesis makanan sendiri. Jamur tidak memiliki klorofi l, sehinggatidak bisa berfotosintesis.
Jamur hidup dengan memperoleh makanan dari organisme lain atau dari materi organik yang sudah
mati. Untuk memenuhi kebutuhan makanannya, jamur dapat hidup secara saprofi t, parasit, dan
simbiotik.
Kebanyakan jamur adalah bersifat saprofi t.
Jamur tersebut memperoleh makanannya dari materi organik yang sudah mati atau sampah. Untuk
memperoleh makannya, hifa jamur mengeluarkan enzim pencernaan, yang dapat merombak materi
organik, menjadi materi yang sederhana (anorganik) sehingga mudah diserap oleh jamur. Jamur
paying, jamur ragi (Saccharomyces cerevisiae), dan jamur tempe (Rhizopus oryzae) termasuk dalam
kelompok jamur ini.
Beberapa jenis jamur, ada yang mendapatkan makanannya langsung dari tubuh inangnya. Jamur
tersebut hidup sebagai parasit yang menyerang tumbuhan, biasanya mempunyai hifa khusus, yang
disebut haustoria. Bentuk hifa tersebut dapat menembus sel inang dan menyerap zat makanan yang
dihasilkan inang. Jamur parasit tersebut sering menimbulkan penyakit pada tanaman, sehingga di
bidang pertanian menyebabkan penurunan hasil panen. Pada manusia, jamur juga menyebabkan
penyakit, misalnya penyakit kaki atlit (athletes foot) dan penyakit panu. Lihat Gambar 5.10.
Beberapa jenis jamur ada yang membentuk hubungan simbiosis mutualisme dengan akar tumbuhan.
Dalam hal ini, jamur menyediakan materi organik bagi tumbuhan dan sebaliknya, jamur memperoleh
materi organik dari tumbuhan. Selain itu beberapa jenis jamur ada juga yang bersimbiosis dengan
ganggang hijau (Chlorophyta) atau ganggang hijau-biru (Cyanobacteria) membentuk lumut kerak
atau Lichens.
C. Klasifikasi Jamur Berdasarkan Cara Reproduksi
A. Zygomycota
Ciri-ciri:
1. Tubuh multiseluler
2. Hifa tak bersekat
3. Habitat di darat sebagai saprofit
4. Reproduksi :
Vegetatif : dengan spora
Generatif : dengan konjugasi hifa (+) dengan hifa (-) akan menghasilkan zigospora yang nantinya
akan tumbuh menjadi individu baru.
Contoh:
Rhizopus stolonifer
Mucor mucedo
B. Ascomycota
Ciri-ciri:
Contoh:
1. Saccharomyces cerevisiae
2. Saccharomyces tuac
3. Saccharomyces ellipsoides
4. Aspergillus oryzae
5. Aspergillus wentii
6. Aspergillus flavus
7. Penicillium notatum
8. Trichoderma rassei
9. Neurospora crassa
10. Penicillium expansum
Saccharomyces cerevisiae
Aspergillus oryzae
. Basidiomycota
Ciri-ciri:
1. Hifanya bersekat
2. Kebanyakan berukuran makroskopis
3. Tubuh buah atau basidiokarp berbentuk payung
4. Reproduksi seksual dengan basidiospora dan aseksual dengan fragmentasi, tunas atau kuncup dan
konidiospora yang dihasilkan secara berantai.
Contoh:
Volvariella volvacea
Lentinula edodes
D. Deuteromycota
Hifa bersekat dengan dinding sel dari kitin. Disebut jamur tidak sempurna karena belum diketahui
dengan pasti cara pembiakan secara generatif.
D. JELASKAN PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI FUNGI (
JAMUR )
Fungi merupakan topik pembahasan kali ini, beberapa hal yang akan dibahas adalah
Pengertian Fungi, Reproduksi Fungi, dan Klasifikasi Fungi. Mungkin dari sahabat ilmu
sekalian ada yang sedikit asing dengan kata fungi, fungi ini adalah bahas latin dari
jamur, nah pasti udah tau kan? Namun jamur atau fungi ini tidak semuanya
berbentuk sepeti dalam bayangan awam, kita sering membayangkan bahwa jamur
bebentuk seperti payung yang lebih berisi, tapi kenyataanya tidak semua demikian,
Langsung aja simakyang berikut ini ya biar pengetahuannya bertembah.
Fungi(jamur) adalah organisme eukariotik yang bersel tunggal atau banyak dengan
tidak memiliki klorofil. Sel jamur memiliki dinding yang tersusun atas kitin. Karena
sifat-sifatnya tersebut dalam klasifikasi makhluk hidup, Jamur dipisahkan dalam
kingdom nya tesendiri,ia tidak termasuk dalam kindom protista,monera, maupun
plantae. Karena tidak berklorofil, jamur temasuk ke dalam makhluk hidup heterotof
(memperoleh makanan dari organisme lainnya), dalam hal ini jamur hidup dengan
jalan menguraikan bahan-bahan organik yang ada di lingkungannya. Umumnya jamur
hidup secara saprofit (hidup dengan menguai sampah oganik seperti bankai menjadi
bahan anoganik). Ada juga jamur yang hidup secara parasit (memperoleh bahan
organik dari inangnya), adapula yang hidup dengan simbiosis mutualisme(yaitu hidup
dengan organisme lain agar sama-sama mendapatkan untung).
Fungi ( Jamur )
Seperti yang telah saya jelaskan tadi sahabat, jamur terbagi atas dua, yaitu
uniseluler(besel tunggal) dan multiseluler), nah keduanya ini memiliki cara
berkembang biak yang berbeda.
Zoospora atau spora kembara adalah spoa yang dapat bergerak di dalam air dengan
menggunakan flagela. Jadi jamur penghasil zoospora biasanya hidup di lingkungan
yang lembab atau berair.
Endospora adalah spoa yang dihasilkan oleh sel dan spora tetap tinggal di dalam sel
tesebut, hingga kondisi memungkinkan untuk tumbuh.
Spora askus atau askospora adalah spora yang dihasilkan melalui perkawinan jamur
ascomycota. Askospora terdapat dalam askus, biasanya berjumlah 8 spora. Spora
yang dihasilkan dari perkawinan kelompok jamur Basidimycota disebut basidispora.
Basidispoa terdapat di dalam basidium, dan biasanya berjumlah empat spora.
Konidia adalah spora yang dihasilkan dengan jalan membentuk sekat melintang pada
ujung hifa atau dengan diferensiasi hingga terbentuk banyak konidia. Jika telah
masak konidia paling ujung dapat melepaskan diri.
Seksual(Inti jantan dan inti betina bertemu, akhirnya membentuk spora askus
atau spora basidium)
Jamur Zygomycota
Tubuh Zygomycota terdiri dari benng hifa yang bersekat melintang, ada pula yang
tidak bersekat melintang. Hifa bercabang-cabang banyak dan dinding selnya
mengandung kitin.
Contoh jamur ini adalah jamur yang tumbuh pada tempe, selain itu ada juga yang
hidup secara saprofit pada rotin, nasi, dan bahan makanan lainnya. Ada pula yang
hidup secara parasit, misalnya penyebab penyakit busuk pada ular jalar.
2.Divisi Ascomycota
Jamur Ascomycota
Ciri Khusus dari jamur Ascomycota adalah dapat menghasilkan spora askus
(askospora), yaitu spora hasil repoduksi seksual, berjumlah 8 spora yang tersimpan di
dalam kotak spoa. Kotak spora ini menyerupai kantong sehigngga disebut askus,
untuk mengetahui bentuk dan stuktu askus dibutuhkan pengamatan yang teliti.
Dua inti di dalam askus yang berasal dari ujung hifa itu membelah secara meiosis
membentuk 8 buah spoa. Jadi, spoa tersebut terbentuk di dalam askus, karena itulah
disebut spora askus. Spora askus dapat tersebar kemana-mana karena angin. Jika
jatuh di tempat yang sesuai spora askus akan tumbuh menjadi benag hifa baru.
Kesimpulan :Ascomycota
3. Divisi Basidiomycota
Jamur Basidiomycota
Hifa Basidiomycota memiliki sekat melintang, berinti satu (monokaiotik) atau dua
(dikariotik). Miseliumnya berada pada substrat. Dari hifa dikariotik dapat muncul
tubuh buah berbentuk payung atau bentuk lain yang menjulang di atas substrat.
Bagian tubuh buah inilah yang enak dimakan. Tubuh buah atau basidiokarp
merupakan tempat tumbuhnya basidium. Setiap basidium menghasilkan 4 spora
basidum.
Secara singkat daur hidup Basidiomycota :Hifa (+) bertemu hifa (-) inti dari hifa
(+)pindah ke hifa(-) hifa dikariotik tumbuh miselium muncul
basidiokarpmembentuk basidium spora basidium
Kesimpulan :Basidiomycota
4.Divisi Deuteromycota
Nah, akhirnya selesai juga nih pembahasan artikel kali ini tentang Fungi, semoga
bemanfaat ya sahabaat,dan apabila masih ada hal yang belum dipahami silahkan
langsung ditanyakan saja melalui kotak komentar di softilmu.blogspot.com ini,
Jangan Lupa Like
Terimakasih atas kunjungannya ya,sering-sering mampir.
loading...
E. PERAN JAMUR SECARA EKOLOGI,EKONOMI,MEDIS DAN
PENGEMBANGAN IPTEK
Manfaat jamur secara Ekologis :
Pengurai alami bangkai
pengembangan Iptek
Sebagai bahan penelitian
F. KLASIFIKASI PENGOALAHAN JAMUR
TEKNOLOGI PASCA PANEN DAN PENGOLAHAN JAMUR TIRAM
Latar Belakang
Pada dasarnya semua bahan alami dalam bentuk tanaman, setelah dipanen masih tetap akan
menjalani proses kehidupan, yaitu respirasi. Apabila tidak ditangani secara benar akan terjadi
perubahan fisik yang akan menurunkan kualitas dan kuantitas yang akhirnya akan menurunkan
harga jual dari produk tersebut. Kehilangan/kerusakan hasil komoditas hortikultura setelah panen
terutama sayuran cukup besar yaitu antara 25% - 30% yang disebabkan oleh faktor fisik, mekanik,
kimia, ataupun biologis. Kerusakan tersebut terjadi akibat cara panen serta penanganan pasca
panen yang kurang baik.
Jamur tiram merupakan komoditas hasil pertanian yang banyak mengandung protein, vitamin,
mineral, serat, dan kandungan air yang tinggi (85%-90%). Tingginya kandungan air akan
menyebabkan jamur cepat layu atau membusuk apabila disimpan tanpa perlakuan yang benar,
sehingga perlakuan harus segera dilakukan setelah panen agar tidak mendatangkan kerugian. Pada
umumnya kerugian banyak terjadi terhadap jamur segar adalah adanya serangga dan mikroba
pembusuk/perusak, sehingga untuk menghadapi hal ini banyak cara yang ditempuh untuk
menyelamatkan hasil jamur.
Kualitas jamur tiram dapat ditentukan melalui kenampakan secara fisik (warna, bentuk, ukuran),
berat, tekstur, aroma, rasa, kandungan nutrisi, aman dari kotoran dan jasad pengganggu, serta dapat
disimpan lebih lama. Usaha untuk menjaga agar kualitas jamur tiram tetap baik sampai ke
konsumen dilakukan mulai saat panen sampai penanganan pasca panen.
2. Panen
Panen dilakukan secara hati-hati untuk mempertahankan mutu jamur tiram. Cara panen yang keliru
dan penanganan yang kasar di kumbung dapat mempengaruhi kualitas pemasaran secara
langsung. Kerusakan fisik seperti cacat, memar, atau luka akan tampak sebagai berwarna hitam
yang akan membuat jamur tiram tidak menarik.
Panen jamur tiram dilakukan saat tubuh buah belum mekar penuh (diameter tudung 5 cm-10 cm),
berbentuk bulat agak bergelombang dengan dengan warna putih bersih. Panen dilakukan dengan
cara mencabut seluruh rumpun tubuh buah yang tumbuh, diupayakan agar tidak ada bagian
tanaman yang tertinggal karena dapat membusuk dan mudah ditumbuhi jamur patogen. Tubuh
buah yang sudah dipanen dibersihkan dari tangkainya dan dari substrat tanam yang terbawa,
kemudian dimasukkan ke dalam keranjang bersih atau fieldbox berlapis.
3. Penanganan Pasca Panen
Prinsip dasar dalam penanganan pasca panen produk hortikultura terutama sayuran, termasuk di
dalamnya jamur tiram adalah:
o Melaksanakan pemanenan hasil dengan hati-hati agar tidak terjadi kerusakan dan cacat
o Menghambat terjadinya proses pembusukan akibat pertumbuhan mikroba
o Menghambat laju respirasi selama penyimpanan dan pengangkutan yang akan
menyebabkan kelayuan serta penurunan bobot dan kesegaran
o Mengadakan pengontrolan terhadap kehadiran hama dan penyakit
Tujuan penanganan pasca panen adalah memperbaiki kualitas (kesegaran, warna, rasa, dan aroma),
hasil panen dapat memenuhi standar perdagangan (menarik konsumen), persediaan kontinyu
dengan kualitas terjamin, terhindar dari kerusakan, sehingga akan meningkatkan pendapatan bagi
produsen dan kepuasan bagi konsumen. Kegiatan pasca panen meliputi:
a. Pembersihan (triming)
Pembersihan adalah membuang kotoran yang menempel pada bagian tubuh buah (bagian tudung
atau akar). Jamur dibersihkan tanpa air, bila pembersihan menggunakan air, sebelum dilakukan
pemilihan terlebih dahulu harus ditiriskan. Air yang masih menempel akan digunakan untuk tempat
tumbuh mikroba yang akan menyebabkan bintik berwarna pada tudung buah sehingga
menyebabkan penurunan kualitas.
b. Pemilihan (sorting)
Pemilihan bertujuan untuk memisahkan hasil panen yang baik. Jamur tiram yang berkualitas adalah
memiliki tubuh buah yang sempurna dan berukuran relatif seragam, warna bersih, dan terhindar
dari cacat fisik. Jamur yang memiliki cacat fisik tidak dibuang melainkan dikumpulkan untuk diolah
lebih lanjut.
c. Pemilahan (grading)
Pemilahan merupakan cara untuk menentukan nilai produk dengan mengelompokkan hasil panenan
berdasarkan bentuk, ukuran, warna, kerapihan/kebersihan, dan sebagainya. Jamur tiram
dikelompokan berdasarkan standar mutu yang telah ditentukan baik untuk pasar tradisional, pasar
induk, ataupun pasar swalayan sehingga akan ditemukan grade A, B, atau C dengan tujuan
memuaskan konsumen dengan konsekuensi nilai jual yang lebih mahal, sehingga dapat
meningkatkan pendapatan produsen.
d. Pengemasan (packing)
Pengemasan bertujuan untuk mengurangi kerusakan akibat benturan, gesekan, serta tekanan;
mempermudah penanganan; memperkecil penguapan/kekurangan air; mengatur temperatur;
sebagai alat promosi pemasaran; dan efisiensi biaya pemasaran. Bahan pengemas yang digunakan
dapat berbentuk keranjang plastik atau kayu (skala besar), tryfoam yang ditutup dengan plastik
wrapping, kantong plastik berlubang, kantong kertas, atau alat pengemas lainnya yang sesuai
dengan sifat jamur tiram. Dalam kemasan perlu dicantumkan jenis produk, grade, sifat, bobot, cara
penanganan, batas waktu penggunaan, cara pengolahan, ataupun khasiat dari jamur tiram,
tergantung tujuannya.
e. Penyimpanan (storage)
Penyimpanan secara teknis bertujuan untuk memperpanjang daya guna produk dengan cara
memperlambat aktivitas fisiologis, serta memperlambat perkembangan mikroba. Faktor penentu
dalam penyimpanan adalah sanitasi ruangan penyimpanan, pengaturan temperatur, kelembaban,
tekanan, cahaya, dan komposisi udara dalam ruang penyimpanan. Penyimpanan dapat dilakukan
pada saat:
f. Pengangkutan (transportation)
Sebelum sampai ke konsumen, jamur tiram seringkali harus menempuh jarak yang jauh, dan
konsumen tetap menuntut keadaan produk yang masih segar dan bagus penampilannya. Untuk hal
tersebut sistem pengangkutan harus diperhatikan yaitu yang mampu bergerak cepat dan mampu
melindungi produk agar terhindar dari kerusakan selama pengangkutan.
g. Penyajian (display)
Penyajian di pasar (swalayan ataupun tradisional) sangat menentukan nilai jual, ketahan produk
yang dikemas atau tidak (umur simpan), menekan tingkat kerusakan lanjut dari produk, serta
menarik perhatian konsumen.
Sebelum melakukan penyimpanan, setelah panen jamur tiram terlebih dahulu melalui proses
pembersihan dan pemilihan. Setelah jamur dibersihkan kemudian dikemas dengan menggunakan
kemasan yang sesuai seperti kantong plastik berlubang, kantong plastik yang divakum, atau tryfoam
yang ditutup dengan plastik wrapping. Dengan cara seperti itu maka kesegaran dan keawetan jamur
tiram dapat dipertahankan lebih lama sebelum dijual dalam bentuk jamur segar.
Selain pendinginan, dapat juga ditambahkan larutan kimia seperti Natrium bisulfit 0,1%-0,2% (1000
ppm 2000 ppm) dengan cara larutan tersebut disemprotkan ke bagian tubuh jamur yang akan
disimpan, atau jamur tersebut ducelupkan ke dalam larutan secara merata. Larutan tersebut dapat
berfungsi menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk jamur, sehingga untuk jangka waktu waktu
tertentu jamur akan tetap segar dan awet.
5. Pengeringan
Pada dasarnya pengeringan (desikasi) merupakan pengurangan kandungan air yang terdapat di
dalam bahan sehingga air yang tersisa tidak dapat digunakan untuk kehidupan mikroba perusak yang
ada pada bahan. Cara pengeringan jamur yang sudah umum dilakukan adalah:
o Jamur yang dipilih adalah jamur yang baik, sehat, serta ukurannya seragam, kotoran yang
melekat dibuang
o Cuci dengan air bersih yang mengalir, kemudian ditiriskan sampai airnya hilang
o Jamur diiris tipis atau dibiarkan utuh sesuai dengan bentuk asalnya, tergantung pada tujuan
pengeringannya, kemudian diblansing dengan air panas yang mengandung Natrium bisulfit
2000 ppm (0,2%) selama 5 menit, selanjutnya ditiriskan kembali
o Jamur dikeringkan dalam oven pengering dengan mengatur temperatur mula-mula 30oC dan
berangsur-angsur naik hingga 60oC selama 13 jam. Pengeringan dapat juga dilakukan secara
langsung dengan dijemur di bawah sinar matahari selama 3-5 hari tergantung cuaca sampai
jamur mengering berwarna kecoklatan.
o Jamur yang telah kering disimpan pada pada wadah tertutup rapat. Untuk mengembalikan
jamur tiram ke tekstur semula, sebelum dilakukan pengolahan lebih lanjut, jamur kering
terlebih dahulu direndam dalam air dingin (rehidrasi).
o Jamur kering juga dapat digunakana sebagai bahan baku pembuatan serbuk jamur (tepung
jamur), pasta jamur, atau diolah ke dalam bentuk lain.
Peluang untuk mengolah jamur menjadi bentuk awetan terbuka lebar karena mengingat jamur segar
memiliki daya tahan yang tidak lama. Jamur tiram dapat juga diawetkan dalam bentuk kalengan,
asinan, dan pasta jamur. Pengawetan jamur tiram tidak hanya dilakukan untuk jamur dengan
kualitas terbaik, tetapi juga untuk meningkatkan nilai ekonomis dari jamur yang tidak lolos dalam
pemilahan atau pemilihan.
1. Awetan segar
Jamur utuh dibersihkan dari kotoran jika perlu dengan air mengalir. Rendam dalam asam sitrat 0,1%
selama 5 menit. Cuci dengan air mengalir. Masukkan ke dalam larutan yang terdiri atas garam dapur
(15%), garam sitrat (0,5%), SO2 (1%), kalium bikarbonat (0,1%) dan kalium metabisulfida (<1%)
selama 10-15 menit. Tiriskan kembali. Jamur akan awet selama 2 minggu tanpa pengepakan dan 1
bulan bila langsung dipak cara vakum.
2. Pengalengan
Pengalengan merupakan salahsatu pilihan untuk mengawetkan jamur tiram. Cara pengawetan
dengan cara pengalengan adalah sebagai berikut :
a. Jamur dipilih yang ukurannya seragam dengan diameter 5-7 cm, bila yang berukuran lebih
besar dipotong menjadi beberapa bagian, kemudian dibersihkan dan dicuci. Selain dalam
bentuk utuh, jamur tiram dapat diolah dalam bentuk suwiran.
b. Jamur kemudian diblanching dengan tujuan menghentikan aktifitas enzim. Caranya, jamur
dimasukan kedalam air mendidih yang mengandung natrium metabisulfit 0,1 % dan kalsium
klorida 2 % selama 5 10 menit. Setelah itu, suhu diturunkan sampai temperatur ruangan.
c. Jamur selanjutnya dimasukan dalam kaleng yang telah disterilisasi, kemudian diberi larutan
NaCl 2 % dan sodium metabisulfit 0,1 %.
d. Kaleng kemudian ditutup dan disterilisasi selama 35 menit pada suhu 1000 C. Cara sterilisasi
dapat dengan cara mengukusnya atau menggunakan alat sterilisasi (Autoclave atau retort).
e. Tahap akhir adalah kaleng didinginkan hingga mencapai suhu awal sebelum dilakukan
sterilisasi.
3. Penggaraman
Metode penggaraman adalah menyimpan jamur tiram pada larutan garam. Cara penanganannya
hampir sama dengan pengalengan yaitu sebagai berikut :
a. Jamur dibersihkan dan dicuci, kemudian diolah dalam bentuk utuh atau suwiran, dan
diblanching selama 5 menit.
b. Setelah itu, jamur didinginkan dan dimasukan dalam wadah (gelas plastik bertutup atau
stoples), lalu ditambah larutan NaCl 2 % dan vitamin C untuk mencegah proses oksidasi.
c. Kemudian di pasteurisasi selama satu jam pada suhu 60-70oC, terakhir jamur didinginkan.
4) Pasta jamur
Pembuatan pasta jamur dilakukan dengan mengeringkan jamur. Jamur yang telah kering direndam
dalam larutan garam 50 % selama 10 menit, kemudian ditiriskan. Jamur kemudian dihaluskan
dengan cara diblender. Untuk meniriskan cairan jamur diletakkan diatas kain. Setelah tidak ada
cairan yang menetes pasta dimasukan ke dalam botol dan dikukus selama 1 jam.
Beberapa bentuk olahan jamur tiram yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan tahan lama disimpan
adalah:
1. Jamur Krispi
Jamur dicuci dengan bersih kemudian diiris tipis atau dibiarkan sesuai dengan bentuk aslinya. Jamur
di-blansing selama 5 menit kemudian ditiriskan. Jamur direndam dalam bumbu (merica, bawang
merah, bawang putih, garam, yang dihaluskan) selama beberapa menit. Setelah bumbu meresap
kemudian digulingkan ke dalam telur dan dibalut dengan campuran tepung terigu dan tepung beras
(perbandingan 3:1) atau tepung crispi yang sudah jadi lalu digoreng dalam minyak panas sampai
berwarna kuning kecoklatan. Setelah dingin dikemas dengan kemasan tertutup. Dapat dinikmati
dengan saus sambal. Langkah-langkah cara pembuatan Jamur Krispi sebagai berikut
2. Kerupuk jamur
Jamur tiram 500 gram, bawang putih 40 gram, dan garam di haluskan/di blender. Masukkan kocokan
2 butir telur bebek ke dalam adonan jamur, tambahkan 500 g tepung tapioka dengan air
secukupnya. Adonan jamur terus di diuleni kalis. Masukkan adonan ke dalam plastik atau daun
dengan diameter 5 cm, ikat masing-masing ujungnya. Kukus hingga matang, angkat dan
dinginkan, kemudian diiris tipis (2 mm) dan kemudian dijemur sampai kering.Langkah-langkah cara
pembuatan Kerupuk Jamur sebagai berikut :
3. Nugget jamur
Jamur tiram sebanyak 500 gram yang sudah dibersihkan diblansing selama 5 menit kemudian
ditiriskan. Selanjutnya diblender halus tanpa air. Masukkan 5 lembar roti tawar dan 1 gelas susu cair
ke dalam adonan, tambahkan 2 butir kuning telur bawang bombay cincang dan bumbu
instant. Ambil sedikit adonan, taruh dalam loyang dan ratakan sampai setebal 3 cm. Kukus adonan
sekitar 20 menit. Setelah itu angkat dan biarkan dingin. Potong-potong adonan yang telah matang
sesuai selera. Celupkan potongan adonan di putih telur dan gulingkan di tepung panir secara
merata. Olahan ini sudah setengah jadi dan bisa disimpan di dalam lemari pendingin. Dihidangkan
dengan cara digoreng terlebih dahulu dalam minyak panas selama 7 menit.Langkah-langkah cara
pembuatan Nugget Jamur sebagai berikut :
4. Abon jamur
Jamur tiram direbus selama 10 menit (lebih baik hanya bagian batangnya saja), dinginkan dan
potong tipis-tipis mengikuti alur lamela atau suwiri dengan tangan.Haluskan bumbu yang terdiri dari
garam, ketumbar, bawang merah, bawang putih, cabe merah, dan lengkuas.Tumis bumbu hingga
harum, kemudian masukkan jamur tiram yang telah disuwiri, dan tambahkan santan kental.Masak
terus campuran tersebut berwarna coklat tua, tiriskan, dan dipres menggunakan spinner untuk
mengeluarkan minyaknya lalu didinginkan.Abon siap dikemas dengan menggunakan alumunium
foil.Langkah-langkah cara pembuatan Abon Jamur sebagai berikut :
5. Baso Jamur
500 g batang jamur diblansing selama 5 menit, diperas airnya dan dohancurkan menggunakan
blender. Tambahkan putih telur, merica, garam, dan minyak sayur. Setelah tercampur tambahkan
tepung sagu sampai diperoleh adonan yang agak kalis. Cetak adonan menjadi bulat dan rebus
dengan air mendidih hingga matang (baso mengapung dalam air).Langkah-langkah cara
pembuatan Abon Jamur sebagai berikut :
TUGAS
BIOLOGI
OLEH:
KLOMPOK III
CITRA LA ANE
LESTARI BURHANUDIN
LA ODE IRMAN
2017