Brotodewo N 2010 Penilaian Indikator Transportasi Berkelanjutan Pada Kawasan Metropolitan Di Indonesia PDF
Brotodewo N 2010 Penilaian Indikator Transportasi Berkelanjutan Pada Kawasan Metropolitan Di Indonesia PDF
Brotodewo N 2010 Penilaian Indikator Transportasi Berkelanjutan Pada Kawasan Metropolitan Di Indonesia PDF
Nicolas Brotodewo
Abstrak
Abstract
The rapid growth in metropolitan areas are indicated by increases of population proportion
has caused transportation problems. The provision of transport in terms of infrastructure and
facilities are far from the ideal characteristics of a metropolitan area. This article aims to
assess sustainable transport indicators in the metropolitan area in Indonesia. A discussion of
indicators in assessing sustainable transport in metropolitan areas in Indonesia is done with
performance indicators approach to sustainable transport. The method of data collection was
a secondary data survey related to the transport sector, while the method of analysis of this
study is a contents analysis of the literature in the development of sustainable transport
indicators and descriptive analysis to describe the assessment of sustainable transport
indicators in the metropolitan area in Indonesia. Sustainability assessment approach to
transport through transport sustainability indicators shows that there is no metropolitan area
in Indonesia that is capable to creating sustainable transport system. Metropolitan areas of
Medan, Jakarta, Semarang, and Denpasar have met the four indicators of the 14 indicators
that operationalized. While other metropolitan areas only meet three indicators.
165
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010
perubahan struktur kawasan metropolitan yang Fenomena-fenomena yang terjadi pada aspek
cenderung mengarah pada pembentukan transportasi tersebut bila tanpa dilakukan
struktur ruang dengan banyak pusat, terutama intervensi baik berupa perangkat lunak
di sepanjang jalan penghubung pusat-pusat (software/kebijakan) mapun perangkat keras
aktivitas dalam metropolitan dan lintas wilayah (hardware/prasarana dan sarana) dari
administratif (Winarso, 2006). Terdapat pula pemerintah ataupun badan pengelola kawasan
fenomena urban sprawl yang dicirikan dengan metropolitan akan menghambat kedinamisan
perkembangan kawasan dengan kepadatan suatu kawasan metropolitan sebagai pusat
yang rendah serta gejala perubahan lahan di pertumbuhan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
kawasan pinggiran keluar wilayah sebuah intervensi untuk mengarahkan
administratif kota inti (Neumann, 2005 dalam pembangunan transportasi ke arah konsep
Kurniadi, 2007) membuat besar jarak dan transportasi yang berkelanjutan. Namun,
waktu yang ditempuh dari tempat tinggal ke sejauh ini belum terdapat kajian empiris
tempat kerja atau tempat aktivitas lainnya. mengenai kebeadaan keberlanjutan transportasi
pada kawasan metropolitan di Indonesia ini
Tuntutan terhadap mobilitas yang tinggi pada yang menjadi masukan dalam perencanaan
kawasan metropolitan tersebut, tidak sebuah sistem transportasi yang mengarah
diimbangi dengan pelayanan sistem pada konsep transportasi berkelanjutan
transportasi yang baik dengan konsep (sustainable transportation). Penelitian ini
transportasi berkelanjutan sehingga berfokus pada penilaian transportasi
menyebabkan transportasi pada kawasan berkelanjutan pada kawasan metropolitan di
metropolitan tersebut menimbulkan Indonesia sesuai Peraturan Presiden Nomor 26
eksternalitas negatif seperti tidak efisien, tidak Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang
merata dan tidak ramah lingkungan. Fenomena Wilayah Nasional. Dalam penilaian ini
yang muncul terkait ketidakseimbangan hal dilakukan komparasi antar metropolitan di
tersebut antara lain kecenderungan Indonesia dengan melihat penilaian indikator-
membengkaknya jumlah kepemilikan dan indikator transportasi berkelanjutan tersebut.
perjalanan kendaraan pribadi yang tidak
diimbangi dengan pertumbuhan infrastruktur 2. Konsep Transportasi Berkelanjutan
jaringan jalan mengakibatkan kemacetan
(congestion), tundaan, pemborosan energi dan Transportasi berkelanjutan didefinisikan
biaya, serta pencemaran udara dan suara sebagai suatu sistem transportasi yang
(kebisingan). Ditambah pula, keberadaan penggunaan bahan bakar, emisi kendaraan,
transportasi publik yang tidak memadai dan tingkat keamanan, kemacetan, serta akses
jauh dari kesan efisien karena masih memiliki sosial dan ekonominya tidak akan
kapasitas yang rendah sehingga megakibatkan menimbulkan dampak negatif yang tidak dapat
pemborosan biaya dan sumber daya energi diantisipasi oleh generasi yang akan datang
yang berlebih. Padahal keberadaan transportasi (Richardson, 2000). Transportasi berkelanjutan
publik yang bersifat missal ini merupakan (sustainable transportation) merupakan
penting untuk skala kawasan metropolitan refleksi dari konsep pembangunan yang
yang mobilitas penduduknya tinggi (Tamim, berkelanjutan dalam sektor transportasi. Ada
2006). beberapa faktor pemicu perlunya strategi
transportasi berkelanjutan dalam pembangunan
sistem transportasi, yaitu:
166
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010
a. Selama ini kebijakan pemeritntah masih keadilan sosial dan tingkat kesehatan
berorientasi pada pengembangan jaringan dalam komunitas (transportasi yang dapat
jalan yang pro terhadap penggunaan mendukung terwujudnya lingkungan sosial
kendaraan bermotor pribadi (private yang sehat, komunitas yang layak untuk
automobile); didiami dan kaya akan modal sosial).
b. Kurangnya kajian transportasi yang
komprehensif; Aspek Dalam Transportasi Berkelanjutan
c. Pertumbuhan cepat dalam era ekonomi
global lebih menuntut pelayanan Berpedoman pada definisi transportasi
transportasi yang lebih beragam baik berkelanjutan di atas, pada dasarnya terdapat
kualitas maupun kuantitas; tiga aspek dalam transportasi berkelanjutan,
d. Kekhawatiran akan mengancam penurunan yaitu keberlanjutan dalam aspek lingkungan,
kualitas lingkungan. sosial, dan ekonomi. Transportasi
berkelanjutan dalam aspek ekonomi adalah
Bila dikaitkan dengan pengertian transportasi yang terjangkau, beroperasi secara
pembangunan berkelanjutan, konsep efisien, mampu menyediakan berbagai
tansportasi berkelanjutan pada dasarnya alternatif pilihan moda transportasi,
merupakan pengembangan perkotaan secara meningkatkan aksesibilitas dan mendukung
berkelanjutan dengan tidak merugikan generasi laju pertumbuhan ekonomi (CST, 1999).
yang akan datang. Organization Of Economic Selain itu, dapat juga dikatakan bahwa
Transportation Dan National Round Table On transportasi tersebut harus dapat menjamin
The Environment And The Economy (OECD, pemenuhan biaya transportasi melalui
1996 dan NRTEE, 1996) mendefinisikan pembebanan ongkos yang layak bagi
transportasi berkelanjutan dalam tiga aspek, masyarakat pengguna sarana transportasi dan
yaitu: juga dapat menciptakan transportasi yang
a. Lingkungan, transportasi yang tidak produktif (OECD, 1996; NRTEE, 1966).
membahayakan kesehatan publik dan Dengan demikian, secara umum transportasi
ekosistem serta menyediakan sarana berkelanjutan dalam aspek ekonomi
mobilitas dengan memanfaatkan sumber menyangkut efisiensi aktivitas transportasi,
daya yang dapat diperbaharui atau dengan peningkatan aksesibilitas, dan peningkatan
kata lain transportasi yang tidak produktivitas. Hal ini terkait dengan sektor
menimbulkan polusi air, udara, dan tanah transportasi yang pada dasarnya memiliki
serta menghindari penggunaan sumber tujuan dalam menunjang pembangunan
daya yang berlebihan; ekonomi wilayah.
b. Ekonomi, transportasi yang dapat
menjamin pemenuhan biaya transportasi Dalam aspek sosial, transportasi berkelanjutan
melalui pembebanan ongkos yang layak perkotaan dapat didefinisikan sebagai suatu
bagi masyarakat pengguna sarana sistem yang menyediakan akses terhadap
transportasi dan dapat mewujudkan kebutuhan dasar individu atau masyarakat
keadilan dalam sistem transportasi; dan secara aman, dan menciptakan keadilan
c. Sosial, transportasi yang dapat masyarakat saat ini dan masa datang (CST,
meminimalisasi tingkat kebisingan, 1999). Dikatakan pula, transportasi
kecelakaan, waktu tempuh kerugian akibat berkelanjutan merupakan transportasi yang
kemacetan, dan dapat meningkatkan dapat meminimalisasi tingkat kecelakaan, dan
167
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010
Tabel I
Konsep Transportasi Berkelanjutan
Aspek Dalam
Transportasi Deskripsi Kriteria
Berkelanjutan
Transportasi berkelanjutan pada aspek ekonomi
mengupayakan pelayanan sistem transportasi yang dapat Aksesibilitas wilayah yang baik
Ekonomi menunjang aktivitas ekonomi khususnya perkotaan dengan Transportasi yang produktif
mampu meningkatkan aksesibilitas wilayah, menciptakan Aktivitas transportasi yang efisien
transportasi yang produksti dan efisien
Transportasi berkelanjutan pada aspek sosial mengupayakan
Pelayanan tranportasi yang
adanya kesetaraan antara masyarakat secara vertikal maupun
setara/adil
horizontal dalam pelayanan transportasi dan terdapatnya
Keselamatan transportasi yang
kelembagaan-kelembagaan yang menunjang sistem
Sosial baik
transportasi berkelanjutan, mellaui kebijakan/peraturan dan
partisispasi masyarakat dalam perencanaan. Di samping itu Terdapat sistem kelambagaan
juga, pada aspek sosial ini keamanan dan keselamatan yang menunjang transportasi
transportasi juga mendapat perhatian khusus. berkelanjutan
Penggunaan sumber daya pada
Transportasi berkelanjutan pada aspek sosial mengupayakan
kegiatan transportasi yang
penggunaan sumber daya yang tidak berlebih untuk
seimbang
Lingkungan kepentingan kini dan mendatang, dan juga menciptakan
Pencemaran lingkungan akibat
lingkungan yang nyaman tanpa eksternalitas negatif dari
aktivitas transportasi dampak dari transportasi yang
minim
Sumber: Hasil Analisis, 2009
168
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010
169
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010
ini. Tabel 2 berikut merupakan indikator dan tolok ukur yang digunakan dalam artikel ini.
Tabel 2
Indikator Transportasi Berkelanjutan Dalam Artikel Ini
Kriteria Indikator Variabel Data Tolok Ukur
EKONOMI
Panjang jalan (km)
Indeks aksesibilitas jalan Tren Meningkat1
Luas wilayah (km2)
Panjang jalan (km)
Indeks mobilitas jalan Tren Meningkat1
Jumlah penduduk (jiwa)
Panjang jalan kondisi baik (km)
Aksesibilitas wilayah yang baik Kemantapan jalan Panjang jalan kondisi sedang (km) Tren Meningkat
Panjang jalan (km)
Panjang jalan terlayani (km)
Indeks aksesibilitas angkutan umum jalan Tren Meningkat
Panjang jalan (km)
Jumlah tempat duduk (unit)
Indeks kapasitas angkutan umum jalan Tren Meningkat
Jumlah penduduk (jiwa)
Jumlah kendaraan (unit)
Tingkat kepemilikan kendaraan bermotor Tren Menurun
Jumlah penduduk (jiwa)
Laju pertumbuhan kepemilikan kendaraan bermotor Jumlah kendaraan Tren Menurun
Efisiensi aktivitas transportasi Rasio laju pertumbuhan kendaraan pribadi dengan Jumlah kendaraan pribadi (unit)
Tren Meningkat
laju pertumbuhan kendaraan umum Jumlah kendaraan umum (unit)
Volume rataan
Kinerja ruas jalan Tren Meningkat2
Kapasitas rataan
Transportasi yang produktif Pertumbuhan nilai tambah angkutan jalan PDRB sektor perangkutan darat Tren Meningkat
SOSIAL
Terdapat kelembagaan yang
Program terkait transportasi berkelanjutan Ada/tidak
menunjang transportasi
Jumlah kecelakaan (unit)
Tingkat kecelakaan Tren Menurun
Jumlah kendaraan (unit)
Peningkatan keselamatan transportasi
Jumlah kematian (unit)
Tingkat fatalitas Tren Menurun
Jumlah kecelakaan (unit)
LINGKUNGAN
Konsentrasi CO (microgram/NM3)
Minimasi pencemaran lingkungan
Pertumbuhan nilai tambah angkutan jalan Konsentrasi HC (microgram/NM3) Tren Menurun
akibat dampak dari transportasi
Konsentrasi NO2 (microgram/NM3)
1
Penggunaan Standar Kepmenkimpraswil No. 534/2001 dan Standar International Road Federation
2
Penggunaan Standar Permenhub No. 14/2006
Sumber: Hasil Analisis, 2009
170
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010
Tabel 3
Kondisi Indikator Transportasi Berkelanjutan Aspek Ekonomi Kawasan Metropolitan Di Indonesia
171
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010
Tabel 4
Penilaian Indikator Transportasi Berkelanjutan
Aspek Ekonomi Kawasan Metropolitan di Indonesia
172
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010
173
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010
Tabel 5
Kondisi Indikator Transportasi Berkelanjutan
Aspek Sosial Kawasan Metropolitan Di Indonesia
174
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010
Tolok Ukur:
Ketersediaan program (S.1)
Trend penurunan (S.2 dan S.3)
Kondisi
(+) = Trend peningkatan (V) = Ya
(-) = Trend Penurunan (-) = Tidak ada
Tabel 6
Penilaian Indikator Transportasi Berkelanjutan
Aspek Sosial Kawasan Metropolitan Di Indonesia
175
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010
Tabel 7
Kondisi Indikator Transportasi Berkelanjutan
Aspek Lingkungan Kawasan Metropolitan Di Indonesia
176
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010
Tolok Ukur
- Baku mutu PP No. 41/1999 (L.1) Konsentrasi HC < 100
Konsentrasi HC < 160 mikrogram/m3 mikrogram/m3
Konsentrasi CO < 10.000 Konsentrasi CO < 10.000
mikrogram/m3 mikrogram/m3
Konsentrasi NO2 < 150 mikrogram/m3 Konsentrasi NO2 < 100
- Standar WHO (L.1) mikrogram/m3
Tabel 8
Penilaian Indikator Transportasi Berkelanjutan
Aspek Lingkungan Kawasan Metropolitan Di Indonesia
177
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010
Tabel 9
Sintesis Penilaian Keberlanjutan Transportasi
Kawasan Metropolitan Di Indonesia
Kawasan Metropolitan Indonesia
Indikator
1 2 3 4 5 6 7
AKSESIBILITAS
E.1 Indeks aksesibilitas v v v v v v v
E.2 Indeks mobilitas (km/1000 Pdd) - - - - - - v
E.3 kemantapan jalan (%) v v v v v v v
E.4 Indeks kapasitas angkutan umum
- - - - - - -
(tduduk/hari/1000pdd)
E.5 Indeks aksesibilitas angkutan umum (% jalan
- - - - - - -
terlayani)
AKSESIBILITAS TRANSPORTASI
E.6 Tingkat kepemilikan kendaraan bermotor
- - - - - - -
(kend/1000pdd)
E.7 Pertumbuhan kendaraan bermotor pribadi (%/tahun) - - - v v v -
E.8 Rasio pertumbuhan kendaraan pribadi dengan
- - - - - - -
pertumbuhan kendaraan umum
E.9 VCR Rata-Rata - - - - - - -
PRODUKTIVITAS
E.10 Pertumbuhan nilai tambah angkutan jalan
v - - - - - -
(%/tahun)
KELEMBAGAAN
S.1 Program terkait keberlanjutan transportasi - v - - - - -
KESELAMATAN TRANSPORTASI
S.2 Tingkat kecelakaan (laka/10000/thn) - - - - - - -
S.3 Tingkat fatalitas (%laka) - - - - - - -
KUALITAS LINGKUNGAN
L.1 Kualitas udara v v v v - v v
Sumber: Hasil Analisis, 2009
Wilayah:
1) Metropolitan Medan 5) Metropolitan Surabaya
2) Metropolitan Jakarta 6) Metropolitan Denpasar
3) Metropolitan Bandung 7) Metropolitan Makassar
4) Metropolitan Semarang
Penilaian
V = Terpenuhi
- = tidak terpenuhi
178
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010
Gambar 10
Perbandingan Penilaian Indikator Berkelanjutan
Tujuh Kawasan Metropolitan di Indonesia
Berdasarkan hasil analisis Tabel 9, kawasan indikator tertentu pada konteks internasional
metropolitan di Indonesia memiliki terkait konsep transportasi berkelanjutan, yaitu
karakteristik transportasi berkelanjutan yang kawasan metropolitan di Indonesia belum
relatif sama. Hal ini dapat dilihat dari penilaian menunjukkan keberlanjuan.
indikator yang terpenuhi pada tiap-tiap
kawasan metropolitan tersebut. Kawasan Berdasarkan identifikasi terhadap karakteristik
Metropolitan Medan, Metropolitan Jakarta, keberlanjutan transportasi kawasan
Metropolitan Semarang, Metropolitan metropolitan di Indonesia mengindikasikan
Surabaya, dan Metropolitan Makassar terdapat transportasi yang mengarah kepada konsep
empat indikator yang terpenuhi. Sedangkan keberlanjutan dari aspek ekonomi. Dari tujuh
kawasan metropolitan lainnya, Metropolian kawasan metropolitan di Indonesia, Kawasan
Bandung dan Metropolitan Semarang hanya Metropolitan Medan, Makassar, Semarang,
terpenuhi tiga indikator. Namun demikian, dan Surabaya telah memenuhi tida dari
penilaian keseluruhan terhadap kondisi ideal sepuluh indikator yang dilihat kondisinya dan
transportasi berkelanjutan belum dapat dicapai merupakan kawasan metropolitan yang paling
oleh kawasan metropolitan di Indonesia. banyak memenuhi indikator keberlanjutan
transportasi pada aspek ekonomi. Karakteritik
5. Kesimpulan keberlanjutan transportasi dari aspek sosila
pada kawasan metropolitan di Indonesia belum
Profil transportasi pada kawsan metropolitan di memenuhi syarat ideal. Hal tersebut
Indonesia dilihat berdasarkan penilaian empat disebabkan indikator yang menunjukkan
belas indikator transportasi berkelanjutan yang keberlanjutan transportasi dari aspek sosial
diterapkan dalam studi ini belum menunjukkan kawasan metropolitan yang ideal tidak
adanya kawasan metropolitan di Indonesia terpenuhi. Hanya Metropolitan Jakarta yang
yang memiliki kinerja yang mengarah pada memiliki program yang mampu menunjang
transportasi berkelanjutan. Kesimpulan yang keberadaan keberlanjutan transportasi.
sama didapat bila menggunakan dua Sedangkan karakteristik keberlanjutan
perbandingan tolok ukur antara standar-standar transportasi kawasan metropolitan di Indonesia
indikator tertentu pada konteks lokal maupun pada aspek lingkungan telah memenuhi ciri
standar-standar pada indikator tertentu pada transportasi yang berkelanjutan kecuali satu
konteks lokal maupun standar-standar pada
179
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010
180
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010
181
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota
Vol 21/No. 3 Desember 2010
Newton, Peter. 2001. Urban Indicators and The Sustainable Transportation Pada Tanggal
Management of Cities (online), 3 Februari 2007. Program Studi
(www.adb.org/Documents/Books/Cities_D Perencanaan Wilayah Dan Kota Institut
ata_Book/02chapter2.pdf, diakases 2 Juni, Teknologi Bandung.
2009) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang
Richardson, H.W, Cang-He C. Bae & Murtaza Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Baxamusa. 2000. Compact Cities in Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2008 Tentang
Developing Countries : Assesment and Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Implications. Dalam Mike Jenks & Rod Winarso, Haryo, et al 2006. Metropolitan Di
Burgess (Eds) Compact Cities : Sustainable Indonesia: Kenyataan Dan Tantangan
Urban Forms for Developing Countries. Dalam Penataan Ruang. Jakarta:
London : Spon Press. Dikrektorat Jenderal Penataan Ruang,
Tamim, Ofyar Z. 2006. Menuju Terciptanya Sistem Departemen Pekerjaan Umum.
Transportasi Berkelanjutan Di Kota
Bandung. Prosiding Seminar Sehari
182