Teori Perancangan Hukum

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

Tugas Teori Perancangan Hukum

Proses Pembuatan
Peraturan Perundang-undangan

Nama : Yohanes Richard Tri Arichi

Nim : 11010113140595

Kelas :G
Proses Pembentukan Undang-Undang
Undang-undang (UU) adalah produk hukum yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) dan Presiden, serta, untuk UU tertentu, melibatkan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
Secara garis besar proses pembentukan undang-undang terbagi menjadi 5 (lima) tahap, yakni
perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan dan pengundangan (lihat skema di
bawah).
Perencanaan

Perencanaan adalah tahap dimana DPR dan Presiden (serta DPD terkait RUU tertentu)
menyusun daftar RUU yang akan disusun ke depan. Proses ini umumnya kenal dengan
istilah penyusunan Program Legislasi Nasional (Prolegnas). Hasil pembahasan
tersebut kemudian dituangkan dalam Keputusan DPR.
Ada dua jenis Prolegnas, yakni yang disusun untuk jangka waktu 5 tahun (Prolegnas
Jangka Menengah/ProlegJM) dan tahunan (Prolegnas Prioritas Tahunan/ProlegPT).
Sebelum sebuah RUU dapat masuk dalam Prolegnas tahunan, DPR dan/Pemerintah
sudah harus menyusun terlebih dahulu Naskah Akademik dan RUU tersebut.

Namun Prolegnas bukanlah satu-satunya acuan dalam perencanaan pembentukan UU.


Dimungkinkan adanya pembahasan atas RUU yang tidak terdapat dalam proleganas,
baik karena muncul keadaan tertentu yang perlu segera direspon.

Secara umum, ada 5 tahap yang dilalui dalam penyusunan Prolegnas:

Pada tahap mengumpulkan masukan, Pemerintah, DPR, dan DPD secara terpisah
membuat daftar RUU, baik dari kementerian/lembaga, anggota DPR/DPD, fraksi, serta
masyarakat. hasil dari proses pengumpulan tersebut kemudian disaring/dipilih untuk
kemudian ditetapkan oleh masing-masing pihak (Presiden, DPR dan DPD -untuk
proses di DPD belum diatur). Tahap selanjutnya adalah pembahasan masing-masing
usulan dalam forum bersama antara Pemerintah, DPR dan DPD. Dalam tahap inilah
seluruh masukan tersebut diseleksi dan kemudian, setelah ada kesepakatan bersama,
ditetapkan oleh DPR melalui Keputusan DPR.

Penyusunan

Tahap Penyusunan RUU merupakan tahap penyiapan sebelum sebuah RUU dibahas
bersama antara DPR dan Pemerintah. Tahap ini terdiri dari:
Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian atau pengkajian hukum dan hasil
penelitian lainnya tehadap suatu masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu rancangan peraturan
sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat.

Penyusunan RUU adalah pembuatan rancangan peraturan pasal demi pasal dengan
mengikuti ketentuan dalam lampiran II UU12/2011

Harmonisasi, Pembulatan, dan Pemantapan Konsepsi adalah suatu tahapan untuk:

1. Memastikan bahwa RUU yang disusun telah selaras dengan:


a. Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, dan UU lain
b. Teknik penyusunan peraturan perundang-undangan
2. Menghasilkan kesepakatan terhadap substansi yang diatur dalam RUU.
Pembahasan

Pembahasan materi RUU antara DPR dan Presiden (juga dengan DPD, khusus untuk
topik-topik tertentu) melalui 2 tingkat pembicaraan. Tingkat 1 adalah pembicaraan
dalam rapat komisi, rapat gabungan komisi, rapat badan legislasi, rapat badan anggaran
atau rapat panitia khusus. Tingkat 2 adalah pembicaraan dalam rapat paripurna.
Pengaturan sebelum adanya putusan MK 92/2012 hanya mengijinkan DPD untuk
ikut serta dalam pembahasan tingkat 1, namun setelah putusan MK 92/2012, DPD ikut
dalam pembahasan tingkat 2. Namun peran DPD tidak sampai kepada ikut memberikan
persetujuan terhadap suatu RUU. Persetujuan bersama terhadap suatu RUU tetap
menjadi kewenangan Presiden dan DPR.

Apa yang terjadi pada tahap pembahasan adalah saling kritik terhadap suatu RUU.
Jika RUU tersebut berasal dari Presiden, maka DPR dan DPD akan memberikan
pendapat dan masukannya. Jika RUU tersebut berasal dari DPR, maka Presiden dan
DPD akan memberikan pendapat dan masukannya. Jika RUU tersebut berasal dari
DPD, maka Presiden dan DPR akan memberikan masukan dan pendapatnya.
Pengesahan

Setelah ada persetujuan bersama antara DPR dan Presiden terkait RUU yang dibahas
bersama, Presiden mengesahkan RUU tersebut dengan cara membubuhkan tanda
tangan pada naskah RUU. Penandatanganan ini harus dilakukan oleh presiden dalam
jangka waktu maksimal 30 hari terhitung sejak tanggal RUU tersebut disetujui bersama
oleh DPR dan Presiden. Jika presiden tidak menandatangani RUU tersebut sesuai waktu
yang ditetapkan, maka RUU tersebut otomatis menjadi UU dan wajib untuk
diundangkan. Segera setelah Presiden menandatangani sebuah RUU, Menteri
Sekretaris negara memberikan nomor dan tahun pada UU tersebut.
Pengundangan

Pengundangan adalah penempatan UU yang telah disahkan ke dalam Lembaran


Negara (LN), yakni untuk batang tubung UU, dan Tambahan Lembaran Negara
(TLN)m yakni untuk penjelasan UU dan lampirannya, jika ada. TLN.Sebelum sebuah
UU ditempatkan dalam LN dan TLN, Menteri Hukum dan HAM terlebih dahulu
membubuhkan tanda tangan dan memberikan nomor LN dan TLN pada naskah UU.
Tujuan dari pengundangan ini adalah untuk memastikan setiap orang mengetahui UU
yang akan mengikat mereka.

Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden


Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa tahap Pembahasan hanya ada pada proses
pembentukan UU. Pembentukan PP dan Perpres tidak melalui tahap Pembahasan dikarenakan
tidak melibatkan DPR. Perbedaan lainnya adalah, dalam penyusunan PP dan Perpres, dokumen
Naskah Akademik tidak diperlukan.

Skema Penyusunan, Penetapan dan Pengundangan RPP:

PENYEBARLUASAN

Penyebarluasan adalah kegiatan yang selalu melekat dalam setiap tahapan pembentukan
peraturan perundang-undangan. Pasal 88 ayat (1) UU 12/2011 (setelah dimaknai oleh MK
dalam putusan MK 92/2012) menyebutkan bahwa, Penyebarluasan dilakukan oleh DPR,
DPD dan Pemerintah sejak Penyusunan Prolegnas, pembahasan RUU, hingga Pengundangan
Undang-Undang, hal tersebut dilakukan untuk, memberikan informasi dan/atau
memperoleh masukan masyarakat serta para pemangku kepentingan.
Dasar Hukum Proses Pembentukan UU

1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22 D ayat (1), dan Pasal 22 D ayat (2) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan;
5. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1/DPR RI/TAHUN
2009 tentang Tata Tertib;
6. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2012 tentang
Tata Cara Penyusunan Program Legislasi Nasional;
7. Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Tata Cara Mempersiapkan Rancangan Undang-Undang;
8. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 92/PUU-X/2012 tentang Pengujian Undang-
Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai