Pengertian Viskositas

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

manajemen kita

mengulas seputar ilmu tentang manajemen bisnis dan manajemen rumah sakit

Minggu, 23 Oktober 2016

pengertian viskositas, konsep viskositas, cara mengukur, faktor faktor yang mempengaruhi,viskositas
dalam kehidupan sehari hari, dan satuan viskositas

pengertian viskositas, konsep viskositas, cara mengukur, faktor faktor yang mempengaruhi,viskositas
dalam kehidupan sehari hari, dan satuan viskositas

oleh : Isma Nur Hayani

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap zat cair mempunyai karakteristik yang khas, berbeda satu zat cair dengan zat cair yang lain. Oli
mobil sebagai salah satu contoh zat cair dapat kita lihat lebih kental daripada minyak kelapa. Apa
sebenarnya yang membedakan cairan itu kental atau tidak. Kekentalan atau viskositas dapat
dibayangkan sebagai peristiwa gesekan antara satu bagian dan bagian yang lain dalam fluida. Dalam
fluida yang kental kita perlu gaya untuk menggeser satu bagian fluida terhadap yang lain. Di dalam aliran
kental kita dapat memandang persoalan tersebut seperti tegangan dan regangan pada benda padat.
Kenyataannya setiap fluida baik gas maupun zat cair mempunyai sifat kekentalan karena partikel di
dalamnya saling menumbuk. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kekentalan suatu zat cair
adalah viskosimeter. Apabila zat cair tidak kental maka koefesiennya sama dengan nol sedangkan pada
zat cair kental bagian yang menempel dinding mempunyai kecepatan yang sama dengan dinding.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah itu viskositas?

2. Bagaimana konsep viskositas?

3. Bagaimana cara mengukur viskositas?


4. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas?

5. Apa saja yang termasuk viskositas dalam kehidupan sehari-hari?

6. Apa satuan viskositas itu?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari viskositas.

2. Untuk mengetahui bagaimana rumus dari viskositas.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Viskositas

Viskositas dapat dinyatakan sebagai tahanan aliaran fluida yang merupakan gesekan antara molekul
molekul cairan satu dengan yang lain. Suatu jenis cairan yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki
viskositas yang rendah, dan sebaliknya bahan bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas
yang tinggi. Pada hukum aliran viskos, Newton menyatakan hubungan antara gaya gaya mekanika dari
suatu aliran viskos sebagai : Geseran dalam ( viskositas ) fluida adalah konstan sehubungan dengan
gesekannya. Hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newtonian, dimana perbandingan antara tegangan
geser (s) dengan kecepatan geser (g) nya konstan. Parameter inilah yang disebut dengan viskositas.

Aliran viskos dapat digambarkan dengan dua buah bidang sejajar yang dilapisi fluida tipis diantara kedua
bidang tersebut. Suatu bidang permukaan bawah yang tetap dibatasi oleh lapisan fluida setebal h,
sejajar dengan suatu bidang permukaan atas yang bergerak seluas A. Jika bidang bagian atas itu ringan,
yang berarti tidak memberikan beban pada lapisan fluida dibawahnya, maka tidak ada gaya tekan yang
bekerja pada lapisan fluida. Suatu gaya F dikenakan pada bidang bagian atas yang menyebabkan
bergeraknya bidang atas dengan kecepatan konstan v, maka fluida dibawahnya akan membentuk suatu
lapisan lapisan yang saling bergeseran.

Setiap lapisan tersebut akan memberikan tegangan geser (s) sebesar F/A yang seragam, dengan
kecepatan lapisan fluida yang paling atas sebesar v dan kecepatan lapisan fluida paling bawah sama
dengan nol. Maka kecepatan geser (g) pada lapisan fluida di suatu tempat pada jarak y dari bidang tetap,
dengan tidak adanya tekanan fluida.

Viskositas adalah kekentalan lapisan-lapisan fluida ketika lapisan tersebut bergeser satu sama lain.
Viskositas juga merupakan gesekan dalam fluida. Besarnya viskositas menyatakan kekentalan fluida.
Gesekan yang terjadi dapat memberi hambatan pada fluida jika bersinggungan dengan sebuah benda.
Dalam suatu fluida ideal (fluida tidak kental) tidak ada viskositas (kekentalan) yang menghambat lapisan-
lapisan fluida ketika lapisan-lapisan tersebut menggeser satu diatas lainnya. Dalam suatu pipa yang luas
penampangnya seragam (serba sama), setiap lapisan fluida ideal bergerak dengan kecepatan yang sama,
demikian juga lapisan fluida yang dekat dengan dinding pipa. Ketika viskositas (kekentalan) hadir,
kecepatan lapisan-lapisan fluida tidak seluruhnya sama, lapisan fluida yang terdekat dengan dinding pipa
bahkan sama sekali tidak bergerak (v = 0), sedangkan lapisan fluida pada pusat pipa memiliki kecepatan
terbesar.

Viskositas secara mudah dimengerti dengan memperhatikan percobaan yang menunjukan suatu fluida
kental diantara dua keping sejajar. Keping yang atas bebas bergerak sedangkan keping yang bawah
stasioner (diam). Jika keping atas digerakkan dengan kecepatan v relatif terhadap keping bawah, maka
suatu gaya F diperlukan. Untuk fluida yang sangat kental, seperti madu, diperlukan gaya yang lebih
besar; sedangkan untuk fluida yang kurang kental (viskositasnya kecil), seperti air, diperlukan gaya yang
lebih besar.

Besar gaya F yang diperlukan untuk menarik keping atas melawan gaya gesekan yang diakibatkan fluida
kental sehingga keping atas bergerak dengan kecepatan tetap v bergantung pada beberapa faktor.
Makin besar lus keping A yang bersentuhan dengan fluida, makin besar gaya F yang diperlukan sehingga
gaya sebanding dengan luas sentuh ( F A ). Untuk luas sentuh A yang tertentun ternyata kelajuan v
yang lebih besar memerlukan gaya Fyang lebih besar, sehingga gaya sebanding dengan kelajuan ( F v
). Gaya juga berbanding terbalik dengan jarak y antara keping atas dan keping bawah. Makin besar jarak,
makin kecil gaya yang diperlukan untuk kelajuan dan lus sentuh yang tetrtentu.

Ketiga pernyataan tersebut dapat digabungkan bersama dengan pernyataan F Av/y. Yang menyatakan
hubungan ini dengan bantuan konstanta kesebandingan (huruf yunani dibaca eta), yang disebut
koefisien viskositas. Besar gaya F yang diperlukan untuk menggerakan suatu lapisan fluida dengan
kelajuan tetap v untuk luas lapisan A dan letaknya pada jarak y dari suatu permukaan yang tidak
bergerak.

Secara matematis, besarnya viskositas dinyatakan dengan gaya yang diperlukan untuk menggerakan
lapisan fluida:

F = kv

Dengan:

F = gaya untuk menggerakan lapisan fluida (N)

v = kecepatan fluida (m/s)

= koefisien viskositas (Ns/m2)

Zat cair yang kental memiliki > dari zat cair yang encer. Menurut hukum stokes: Benda yang bergerak
dengan kecepatan v tertentu dalam fluida kental akan mengalami gaya gesekan oleh fluida.

Koefisien k bergantung pada bentuk geometri benda. Untuk benda yang berbentuk bola sehingga k =
6r

F = 6rv (dikenal dengan gaya Stokes)


Dengan r = jari-jari (m)

Jika benda dijatuhkan bebas dalam suatu fluida kental, benda tidak hanya mendapatkan gaya apung,
tapi juga mendapatkan gaya yang berlawanan dengan gerak benda yaitu gaya gesekan fluida (gaya
Stokes). Benda yang tercelup memilki kecepatan yang semakin besar dan pada suatu saat dicapai
kecepatan terbesar yang nilainya tetap. Kecepatan tetap ini disebut dengan kecepatan terminal (vT)

B. Konsep Viskositas

Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat kekentalan yang
berbeda. Viskositas alias kekentalan sebenarnya merupakan gaya gesekan antara molekul-molekul yang
menyusun suatu fluida. Jadi molekul-molekul yang membentuk suatu fluida saling gesek-menggesek
ketika fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya
tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan
antara molekul.

Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air. Sebaliknya, fluida yang lebih kental
lebih sulit mengalir, contohnya minyak goreng, oli, madu dkk. Hal ini bisa dibuktikan dengan
menuangkan air dan minyak goreng di atas lantai yang permukaannya miring. Pasti air ngalir lebih cepat
daripada minyak goreng atau oli. Tingkat kekentalan suatu fluida juga bergantung pada suhu. Semakin
tinggi suhu zat cair, semakin kurang kental zat cair tersebut. Misalnya ketika ibu menggoreng paha ikan
di dapur, minyak goreng yang awalnya kental menjadi lebih cair ketika dipanaskan. Sebaliknya, semakin
tinggi suhu suatu zat gas, semakin kental zat gas tersebut.

Perlu diketahui bahwa viskositas alias kekentalan cuma ada pada fluida riil (rill = nyata). Fluida riil/nyata
tuh fluida yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari, seperti air, sirup, oli, asap knalpot, dan lainnya.
Fluida riil berbeda dengan fluida ideal. Fluida ideal sebenarnya tidak ada dalam kehidupan sehari-hari.
Fluida ideal hanya model yang digunakan untuk membantu kita dalam menganalisis aliran fluida (fluida
ideal ini yang kita pakai dalam pokok bahasan Fluida Dinamis). Mirip seperti kita menganggap benda
sebagai benda tegar, padahal dalam kehidupan sehari-hari sebenarnya tidak ada benda yang benar-
benar tegar/kaku. Tujuannya sama, biar analisis kita menjadi lebih sederhana.

Satuan Sistem Internasional (SI) untuk koofisien viskositas adalah Ns/m2 = Pa.s (pascal sekon). Satuan
CGS (centimeter gram sekon) untuk si koofisien viskositas adalah dyn.s/cm2 = poise (P). Viskositas juga
sering dinyatakan dalam sentipoise (cP). 1 cP = 1/100 P. Satuan poise digunakan untuk mengenang
seorang Ilmuwan Perancis, almahrum Jean Louis Marie Poiseuille (baca : pwa-zoo-yuh).

1 poise = 1 dyn . s/cm2 = 10-1 N.s/m2 Pada tabel didaftar koefisien viskositas beberapa fluida. Untuk
suhu yang lebih rendah umumnya zat cair menjadi lebih kental (koefisien viskositasnya lebih besar).
Seperti yang diamati pada oli mesin, madu, dan fluida-fluida kental lainnya. Berlawanan dengan itu, gas
biasanya berkurang kekentalannya jika suhu turun. Makin kecil fluida, makin mendekati fluida ideal;
untuk fluida ideal = 0.

Fluida
Temperatur (o C)

Koofisien Viskositas

Air

1,8 x 10-3

20

1,0 x 10-3

60

0,65 x 10-3

100

0,3 x 10-3

Darah (keseluruhan)

37

4,0 x 10-3

Plasma Darah

37

1,5 x 10-3

Ethyl alkohol

20

1,2 x 10-3

Oli mesin (SAE 10)

30

200 x 10-3

Gliserin

10.000 x 10-3

20

1500 x 10-3

60
81 x 10-3

Udara

20

0,018 x 10-3

Hidrogen

0,009 x 10-3

Uap air

100

0,013 x 10-3

Teori Dasar Viskositas merupakan suatu sifat fluida yang mendasari diberikannya tahanan terhadap
tegangan geser oleh fluida tersebut. Viskositas sering diartikan sebagai kekentalan. Viskositas
sebenarnya disebabkan oleh kohesi dan pertukaran momentum molekuler di antara lapisan-lapisan
fluida dan pada waktu berlangsungnya aliran, efek ini terlihat sebagai tegangan tangensial atau
tegangan geser di antara lapisan yang bergerak. Akibat adanya gradien kecepatan, akan menyebabkan
lapisan fluida yang lebih dekat pada plat yang bergerak, dan akan diperoleh kecepatan yang lebih besar
dari lapisan yang lebih jauh. Cairan yang mempunyai viskositas lebih tinggi akan lebih lambat mengalir
didalam pipa dibandingkan cairan yang viskositasnya lebih rendah.

Sebuah benda yang bergerak dalam fluida yang punya viskositas lebih tinggi mengalami gaya gesek
viskositas yang lebih besar daripada jika benda tersebut bergerak didalam fluida yang viskositasnya lebih
rendah. Tujuan mempelajari viskositas ini adalah memahami bahwa benda yang bergerak di dalam
fluida akan mendapatkan gesekan yang disebabkan oleh kekentalan fluida tersebut. Selain itu, dapat
menentukan koefisien kekentalan dari fluida. Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas antara lain
adalah koefisien kekentalan zat cair itu sendiri, massa jenis dari fluida tersebut, bentuk atau besar dari
partikel fluida tersebut, karena cairan yang partikelnya besar dan berbentuk tak teratur lebih tinggi dari
pada yang partikelnya kecil dan bentuknya teratur. Selain itu juga suhu, semakin tinggi suhu cairan
semakin kecil viskositasnya, semakin rendah suhunya maka semakin besar viskositasnya.

Aplikasi Teori Aplikasi dari viskositas adalah pelumas mesin. Pelumas mesin ini biasanya kita kenal
dengan nama oli. Oli merupakan bahan penting bagi kendaraan bermotor. Oli yang dibutuhkan tiap-tiap
tipe mesin kendaraan berbeda-beda karena setiap tipe mesin kendaraan membutuhkan kekentalan yang
berbeda-beda. Kekentalan ini adalah bagian yang sangat penting sekali karena berkaitan dengan
ketebalan oli atau seberapa besar resistensinya untuk mengalir. Sehingga sebelum menggunakan oli
merek tertentu harus diperhatikan terlebih dahulu koefisien kekentalan oli sesuai atau tidak dengan tipe
mesin. Memilih dan menggunakan oli yang baik dan benar untuk kendaraan bermotor merupakan
langkah tepat untuk merawat mesin dan peralatan kendaraan agar tidak cepat rusak dan mencegah
pemborosan.
Masyarakat umum beranggapan bahwa fungsi utama oli hanyalah sebagai pelumas mesin. Padahal oli
memiliki fungsi lain, yakni sebagai pendingin, pelindung karat, pembersih dan penutup celah pada
dinding mesin. Sebagai pelumas mesin oli akan membuat gesekan antar komponen didalam mesin
bergerak lebih halus dengan cara masuk kedalam celah-celah mesin, sehingga memudahkan mesin
untuk mencapai suhu kerja yang ideal.

Viskositas dari oli sangat diperhitungkan untuk meminimalisir gaya gesek yang ditimbulkan oleh mesin
yang bergerak dan terkontak satu terhadap yang lain sehingga mencegah terjadinya keausan. Pada
permesinan bagian yang paling sering bergesekan adalah piston, ada banyak bagian lain namun
gesekannya tak sebesar yang dialami piston. Disinilah kegunaan oli. Oli memisahkan kedua permukaan
yang berhubungan sehingga gesekan pada piston diperkecil. Selain itu, oli juga bertindak sebagai fluida
yang memindahkan panas ruang bakar yang mencapai 1000-1600 derajat celcius ke bagian lain mesin
yang lebih dingin, sehingga mesin tidak over heat (sebagai pendingin).

Pembersih mesin dari sisa pembakaran dan deposit senyawa karbon yang masuk dalam ruang bakar
supaya tidak muncul endapan lumpur. Teknologi mesin yang terus berkembang menuntut kerja pelumas
semakin lengkap, seperti penambahan anti karat dan anti foam. Semakin kental oli, maka lapisan yang
ditimbulkan menjadi lebih kental. Lapisan halus pada oli kental memberi kemampuan ekstra menyapu
atau membersihkan permukaan logam yang terlumasi. Sebaliknya oli yang terlalu tebal akan memberi
resitensi berlebih mengalirkan oli pada temperatur rendah sehingga mengganggu jalannya pelumasan
ke komponen yang dibutuhkan. Untuk itu, oli harus memiliki kekentalan lebih tepat pada temperatur
tertinggi atau temperatur terendah ketika mesin dioperasikan karena nilai viskositas masing-masing oli
akan berkurang jika suhu cairan dinaikkan. Suhu semakin tinggi diikuti makin rendahnya viskositas oli
atau sebaliknya.

Beberapa kriteria yang penting yang harus dipenuhi oleh oli antara lain :

1. Viskositas harus cukup kental untuk menahan agar bagian peralatan yang bergerak relatif terpisah,
tetapi juga harus mencegah kebocoran dari segel.

2. Fluida harus cukup pada saat awal yaitu pada saat peralatan masih dingin.

3. Dapat membentuk film yang cukup kuat untuk pelumasan perbatasan.

4. Tahan terhadap oksidasi suhu tinggi.

5. Mengandung deterjen dan dispersan cukup untuk menyerap endapan atau lumpur yanga
terbentuk.

6. Tidak membentuk emulsi dengan air yang masuk dari segel yang bocor.

Tingkat kekentalan oli disebut Viscosity Grade, yaitu ukuran kekentalan dan kemampuan oli untuk
mengalir pada temperatur tertentu menjadi prioritas terpenting dalam memilih oli. Kode pengenal oli
adalah berupa huruf SAE yang merupakan singkatan dari Society of Automotive Engineers. Selanjutnya
angka yang mengikuti dibelakangnya, menunjukkan tingkat kekentalan oli tersebut. Misalnya oli yang
bertuliskan SAE 15W-50, berarti oli tersebut memiliki tingkat kekentalan SAE 10 untuk kondisi suhu
dingin dan SAE 50 pada kondisi suhu panas.
Semakin besar angka yang mengikuti kode oli menandakan semakin kentalnya oli tersebut. Sedangkan
huruf W yang terdapat dibelakang angka awal, merupakan singkatan dari Winter. Dengan kondisi seperti
ini, oli akan memberikan perlindungan optimal saat mesin start pada kondisi ekstrim sekalipun.
Sementara itu dalam kondisi panas normal, idealnya oli akan bekerja pada kisaran angka kekentalan 40-
50 menurut standar SAE.

Aliran cairan viskositas dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu :

1. Aliran laminer atau aliran kental.

Menggambarkan laju aliran kecil melalui sebuah pipa dengan garis tengah kecil.

2. Aliran turbulen

Menggambarkan laju aliran yang besar melalui pipa dengan diameter yang lebih besar.

Dengan kata lain pembagian ini ialah pertama bagian air yang mengalir seakan-akan mengikuti suatu
garis tak putus, bik lurus maupun melengkung. Ada bagian-bagian yang alirannya berputar-putar dengan
putaran yang tidak jelas ujung dan pangkalnya.

Aliran yang mengikuti suatu garis (lurus ataupun melengkung) yang jelas ujung dan pangkalnya disebut
aliran garis arus atau dalam bahasa Inggris disebut aliran Streamline. Secara lebih cermat dikatakan
bahwa aliran garis arus adalah aliran yang tiap partikel yang melalui suatu titik mengikuti suatu garis
yang sama seperti partikel-partikel lain melalui titik itu. Selain itu, pada aliran garis arus arah gerak
partikel-partikel itu sama dengan arah aliran secara keseluruhan. Garis yang dilalui oleh partikel-partikel
itu pada aliran seperti ini disebut garis arus.

Berbeda dengan aliran garis arus, ada aliran yang disebut aliran turbulent. Aliran turbulent ditandai
oleh adanya aliran berputar. Ada partikel-partikel yang arah geraknya berbeda, bahkan berlawanan
dengan arah gerak keseluruhan fluida. Jika aliran turbulent maka akan terdapat pusaran-pusaran dalam
gerakannya dan lintasan partikel-partikelnya senantiasa berubah. Aliran turbulent menggambarkan laju
aliran yang beasar melqlui pipa dengan diameter yang lebih besar.

Sifat dari fluida sejati adalah kompersibel, artinya volume dan massa jenisnya akan berubah bila
diberikan tekanan. Selain itu juga fluida sejati mempunyai viskositas yaitu gesekan di dalam fluida
sedangkan dalam anggapan fluida ideal semua sifat-sifat ini diabaikan.

Viskositas di dalam zat cair disebabkan oleh gaya kohesi antar molekul dan di dalam gas disebabkan oleh
pelanggaran-pelanggaran antar molekul yang bergerak dengan cepat. Terutama dalam arus turbulent,
viskositas ini naik dengan cepat sekali hamper berbanding lurus dengan pangkat tiga kecepatannya.
Makin besar kecepatannya, makin besar viskositasnya.

Viskositas zat cair lebih besar daripada gas. Viskositas gas sedemikian kecilnya sehingga sering diabaikan.
Viskositas fluida bergantung kepada suhunya. Viskositas ini pada umumnya yaitu zat cair, yang
umumnya berkurang jika suhunya naik. Tetapi sebaliknya viskositas gas lebih besar jika suhunya naik.
Lapisan-lapisan gas atau zat cair yang mengalir saling berdesakan. Karena itu terdapat gaya gesek yang
bersifat menahan aliran yang besarnya tergantung dari kekentalan zat cair tersebut.

Viskositas menentukan kemudahan suatu molekul bergerak karena adanya gesekan antar lapisan
material. Karenanya viskositas menunjukkan tingkat ketahanan suatu cairan untuk mengalir. Semakin
besar viskositas maka aliran akan semakin lambat. Besarnya viskositas dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti temperatur, gaya tarik antar molekul dan ukuran serta jumlah molekul terlarut. Fluida, baik zat
cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat kekentalan yang berbeda. Pada zat cair,
viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis). Sedangkan
dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara molekul.

Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air. Sebaliknya, fluida yang lebih kental
lebih sulit mengalir, contohnya minyak goreng, oli, madu dll. Tingkat kekentalan fluida dinyatakan
dengan koefisien viskositas (h). Kebalikan dari Koefisien viskositas disebut fluiditas, , yang merupakan
ukuran kemudahan mengalir suatu fluida.

Viskositas cairan adalah fungsi dari ukuran dan permukaan molekul, gaya tarik menarik antar molekul
dan struktur cairan. Tiap molekul dalam cairan dianggap dalam kedudukan setimbang, maka sebelum
sesuatu lapisan melewati lapisan lainnya diperlukan energy tertentu. Sesuai hokum distribusi Maxwell-
Boltzmann, jumlah molekul yang memiliki energy yang diperlukan untuk mengalir, dihubungkan oleh
factor e-E/RT dan viskositas sebanding dengan e-E/RT. Secara kuantitatif pengaruh suhu terhadap
viskositas dinyatakan dengan persamaan empirik,

h = A e-E/RT

A merupakan tetapan yang sangat tergantung pada massa molekul relative dan volume molar cairan dan
E adalah energi ambang per mol yang diperlukan untuk proses awal aliran.

C. Cara mengukur viskositas

Cara menentukan viskositas suatu zat menggunakan alat yang dinamakan viskometer. Ada beberapa
tipe viskometer yang biasa digunakan antara lain :

1. Viskometer kapiler / Ostwald

Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan
tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika mengalir karena gravitasi melalui viskometer Ostwald. Waktu
alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang viskositasnya
sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat 2 tanda tersebut (Moechtar,1990).

Viskometer kapiler / Otswald digunakan untuk menentukan viskositas dari suatu cairan dengan
menggunakan air sebagai pembandingnya. Caranya yaitu dengan membandingkan waktu alir dan berat
jenis cairan yang akan ditentukan dengan berat jenis cairan dan waktu alir.

Hubungan antara viskositas dan suhu pertama kali ditemukan oleh Carransicle pada tahun 1913. Pada
viskositas Ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh sejumlah cairan tertentu mengaliri
pipa kapiler dengan gaya yang disebabkan oleh gaya beratnya sendiri. Pengukuran viskositas
merupakan cara termudah dan termurah dalam menentukan berat molekul makro. Persamaan yang
digunakan dalam pengukuran viskositas dengan viscometer ostwald adalah :

Pengukuran viskositas mempunyai beberapa bentuk diantaranya adalah :


1. Viskositas spesifik = =

2. Viskositas reduksi = =

3. Viskositas intrinsik = = limit

C 0

Dimana : C = konsentrasi makro molekul (gr/100 ml)

Einsteinlah yang pertama kali menghubungkan viskositas dengan berat molekul yaitu pada tahun 1906.
Einstein memperlihatkan bahwa viskositas larutan molekul membentuk bulatan yang encer dapat
dicari dengan menggunakan rumus:

Dimana : = fraksi volume zat terlarut makro molekul

Karena makro molekul biasanya tidak berbentuk bulat maka sp/ pada persamaan di atas mempunyai
nilai lebih besar dari 2,5.

2. Viskometer Hoppler

Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi keseimbangan sehingga gaya
gesek = gaya berat gaya archimides. Prinsip kerjanya adalah menggelindingkan bola ( yang terbuat dari
kaca ) melalui tabung gelas yang berisi zat cair yang diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola merupakan
fungsi dari harga resiprok sampel (Moechtar,1990).

3. Viskometer Cup dan Bob

Prinsip kerjanya sample digeser dalam ruangan antaradinding luar dari bob dan dinding dalam
dari cup dimana bob masuk persis ditengah-tengah. Kelemahan viscometer ini adalah terjadinya aliran
sumbat yang disebabkan geseran yang tinggi di sepanjangkeliling bagian tube sehingga menyebabkan
penurunan konsentrasi. Penurunan konsentras ini menyebabkab bagian tengah zat yang ditekan keluar
memadat. Hal ini disebut aliran sumbat (Moechtar,1990).

4. Viskometer Cone dan Plate

Cara pemakaiannya adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah papan, kemudian dinaikkan


hingga posisi di bawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh motor dengan bermacam kecepatan dan
sampelnya digeser di dalam ruang semitransparan yang diam dan kemudian kerucut yang berputar
(Moechtar,1990).

Viskositas cairan juga dapat ditentukan berdasarkan jatuhnya benda melalui medium zat cair, yaitu
berdasarkan hukum Stokes. Dimana benda bulat dengan radius r dan rapat d, yang jatuh karena gaya
gravitasi melalui fluida dengan rapat dm/db, akan dipengaruhi oleh gaya gravitasi sebesar :

F1 = 4/3 r3 ( d-dm ) g

Perbedaan antara viskositas cairan dengan viskositas gas adalah sebagai berikut :

Jenis Perbedaan

Viskositas Cairan
Viskositas Gas

Gaya gesek

Lebih besar untuk mengalir

Lebih kecil disbanding viskositas cairan

Koefisien viskositas

Lebih besar

Lebih kecil

Temperatur

Temperatur naik,viskositas turun

Temperatur naik,viskositas naik

Tekanan

Tekanan naik,viskositas naik

Tidak tergantung tekanan

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas

Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas :

1. Suhu

Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka viskositas akan turun, dan begitu
sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan partikel-partikel cairan yang semakin cepat
apabila suhu ditingkatkan dan menurun kekentalannya.

2. Konsentrasi larutan

Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan dengan konsentrasi tinggi
akan memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat
yang terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikrl semakin
tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula.

3. Berat molekul solute

Viskositas berbanding lurus dengan berat molekul solute. Karena dengan adanya solute yang
berat akan menghambat atau member beban yang berat pada cairan sehingga manaikkan viskositas.

4. Tekanan

Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu cairan.

E. Viskositas dalam kehidupan sehari-hari


1. Mengalirnya darah dalam pembuluh darah vena.

2. Proses penggorengan ikan (semakin tinggi suhunya, maka semakin kecil viskositas minyak goreng).

3. Mengalirnya air dalam pompa PDAM yang mengalir kerumah-rumah kita.

F. Satuan viskositas

Satuan viskositas

Satuan viskositas adalah L^2/T. Satuan internasinal bagi viskositas kinematik adalah mm^2/s atau
centiStoke atau cSt.

Tegangan geser dan viskositas

Hubungan antara tegangan geser dan viskositas dan perubahan kecepatan dapat dipahami pada kasus
aliran diantara dua plat datar, misalkan jarak antar palt adalah y, dan diantara plat tersebut terdapat
fluida dengan isi yang homogen, asumsikan bahwa plat sangat luas, dengan luas A yang besar, pengaruh
rusuk dapat dianggap tidak ada. pada plat bagian bawah diaanggap tetap lalu diberikan gaya sebesar F
pada plat atas. bila ternyata gaya ini menyebabkan material diantara dua plat bergerak dengan
perubahan kecepatan u.

Berikut ini adalah uraian tentang Fungsi, Jenis dan Kekentalan ( Viskositas ) dari Oli mesin.

FUNGSI

Semua jenis oli pada dasarnya adalah sama, yaitu sebagai bahan untuk pelumas agar mesin
berjalan mulus dan bebas dari gangguan dan sekaligus sebagai pendingin dan penyekat. Oli itu sendiri
mengandung lapisan-lapisan halus yang berfungsi mencegah terjadinya benturan-benturan antar logam
dengan logam lainya pada sparepart lain, juga mencegah goresan atau keausan.

Untuk beberapa keperluan tertentu, aplikasi khusus pada fungsi tertentu, oli mesin dituntut memiliki
sejumlah fungsi-fungsi tambahan. Mesin diesel msalnya keadaan normal beroperasi pada kecepatan
rendah namun memiliki temperatur ynag lebih tinggi dibandingkan dengan mesin bensin. mesin diesel
juga mempunyai kondisi kondusif yang lebih besar yang dapat menimbulkan oksidasi oli, penumpukan
deposit dan perkaratan logam-logam bearing.

JENIS OLI MESIN

- Oli Mineral

Oli mineral terbuat dari oli dasar ( base oil ) yang diperoleh dari minyak bumi yang telah diolah
dan disempurnakan dan telah ditambah dengan bahan2 / zat- zat aditif guna meningkatkan kemampuan
dan fungsinya. Beberapa pakar mesin memberikan saran agar apabila telah terbiasa menggunakan oli
minerla selam bertahun-tahun maka jangan langsung menggantinya dengan oli sintetis karena oli
sintetis pada umumnya akan mengikis deposit ( sisa ) yang telah ditinggalkan oleh oli mineral, sehingga
deposit tadi ternagkat dari tempatnya dan mengalir ke celah-celah mesin sehingga akan mengganggu
pemakaian mesin.

- Oli Sintetis

Oli ini biasanya terdiri dari Polyalphaolifins yang datang dari bagian terbersih dari pemilahan oli
mineral, yakni Gas. Senyawa ini kemudian dicampur dengan oli mineral. Inilah kenapa oli sintetis bisa
dicampur dengan oli mineral juga sebaliknya. sementara basis yang paling stabil adlah polyol-ester (
bukan bahan kayu polyester ), yang paling sedikit bereaksi ketika dicampur dengan bahan lain. Oli
sintetis cenderung tidak mengandung bahan Karbon Reaktif, senyawa yang sangat tidak bagus untuk oli,
karena cenderung tergabung dengan oksigen ( O2 ) sehingga menghasilkan acid ( Zat asam ).Pada
intinya, oli sintetis didesain untuk menghasilkan kinerja yang lebih efektif dibandingkan dengan oli
mineral.

KEKENTALAN ( VISKOSITAS )

Kekentalan merupakan salah satu unsur kandungan oli paling rawan sebab berkaitan dengan
ketebalan oli atau seberapa besar resistensinya untuk mengalir. Kekentalan oli langsung berkaitan
dengan sejauh mana oli berfungsi sebagi pelumas sekaligus pelindung benturan antar permukaan
logam. Oli harus mengalir ketika suhu mesin atau temperatur ambient. Menglair secara cukup agar
terjamin pasokannya ke komponen-komponen yang bergerak. Semakin kental oli tersebut, maka lapisan
yang ditimbulkan semakin lebih kental. Lapisan halus pada oli kental memberi kemampuan extra
menyapu atau membersihkan lapisan logam yang terlumasi. Sebaliknya oli yang terlalu tebal akan
memberi resistensi berlebih mengalirkan oli pada temperaur rendah sehingga mengganggu jalannya
pelumasan ke komponen yang dibutuhkan. Untuk itu, oli harus memiliki kekentalan lebih tepat pada
temperatur tertinggi ataupun temperatur terendah ketika mesin jalan.

Dengan demikian oli memiliki grade atau derajat tersendiri yang diatur oleh Society of Automotive
Engineers ( SAE ). Jika dikemasan tertulis angka SAE 5W-30 artinya 5W ( winter ) jika pada suhu dingin oli
bekerja pada kekentalan 5 dan pada suhu terpanas akan bekerja pada kekentalan 30.

Tetapi yang terbaik adalah yang mengikuti Viskositas yang sesuai dengan permintaan mesin. Umumnya,
mobil sekarang memiliki kekentalan lebih rendah dari 5W-30. Sebab mesin sekarang ini lebih
Sophisticated sehingga kerapatan antar komponen makin tipis dan juga banyak celah-celah kecil yang
hanya bisa dilalui oleh oli encer. Tentunya tidak baik mesin ini menggunakan oli kental ( 20W-50 ) karena
akan mengganggu debit aliran oli pada mesin dan butuh semprotan lebih tinggi.

Untuk mesin yang telah tua, clearence bearing lebih besar sehingga mengizinkan pemakaian oli kental
untuk menjaga tekanan oli normal dan menyediakan lapisan film cukup untuk bearing. Dibawah ini
adalah contoh tipe viskositas dan ambien temperatur dalam derajat Celcius yang lazim digunakan sebagi
standa oli diberbagai negara atau kawasan.

1. 5W-30 untuk cuaca dingin seperti di Swedia.

10W-30 untuk iklim sedang seperti dikawasan Inggris.

15W-30 untuk Cuaca panas seperti dikawasan Indonesia.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Viskositas merupakan pengukuran dari ketahanan fluida yang diubah baik dengan tekanan
maupun tegangan. Pada masalah sehari-hari (dan hanya untuk fluida), viskositas adalah Ketebalan
atau pergesekan internal. Oleh karena itu, air yang tipis, memiliki viskositas lebih rendah, sedangkan
madu yang tebal, memiliki viskositas yang lebih tinggi. Sederhananya, semakin rendah viskositas suatu
fluida, semakin besar juga pergerakan dari fluida tersebut. Viskositas adalah kekentalan lapisan-lapisan
fluida ketika lapisan tersebut bergeser satu sama lain. Viskositas juga merupakan gesekan dalam fluida.
Besarnya viskositas menyatakan kekentalan fluida. Gesekan yang terjadi dapat memberi hambatan pada
fluida jika bersinggungan dengan sebuah benda.

Secara matematis, besarnya viskositas dinyatakan dengan gaya yang diperlukan untuk menggerakan
lapisan fluida:

F = kv

Dengan:

F = gaya untuk menggerakan lapisan fluida (N)

v = kecepatan fluida (m/s)

= koefisien viskositas (Ns/m2)

B. SARAN

1. Pembahasan materi viskositas amat sempit, sehingga tidak banyak terdapat pada materi di kelas.
Hal ini menjadikan mahasiswa harus lebih aktif mencari pembahasan dari luar kelas.

2. Mendukung pada pernyataan di poin 1, kurang diangkatnya materi viskositas tidak terlalu banyak
mendukung UAS mahasiswa-mahasiswi STT-PLN. Oleh karena itu, diharapkan agar pembagian meteri
berikutnya berdasarkan garis besar materi sehingga memudahkan penyusun.
2.2. Viskositas
Viskositas adalah ukuran yang menyatakan kekentalan suatu cairan atau fluida. Kekentalan merupakan
sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan untuk mengalir. Viskositas cairan akan
menimbulkan gesekan antar bagian atau lapisan cairan yang bergerak satu terhadap yang lain.
Hambatan atau gesekan yang terjadi ditimbulkan oleh gaya kohesi di dalam zat cair (Yazid, 2005).
Faktor faktor yang mempengaruhi viskositas sebagai berikut (Bird, 1987) :
1) Tekanan
Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan viskositas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan.
2) Temperatur
Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangakan viskositas akan naik dengan turunnya suhu.
Pemanasan zat cair menyebabkan molekul molekulnya memperoleh energi. Molekul molekul cairan
bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul melemah. Dengan demikian viskositas cairan akan turun
dengan kenaikan tempertatur.
3) Adanya zat lain
Adanya bahan tambahan seperti bahan suspense meningkatkan viskositas air
4) Ukuran dan berat molekul
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul.
5) Ikatan
Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak. Viskositas air naik dengan adanya ikatan
hydrogen.
Jenis viskositas diantaranya viskositas relatif,viskositas spesifik, viskositas intrinsik, dan viskositas
inheren. Viskositas relatif merupakan rasio viskositas larutan terhadap viskositas pelarut yang
proporsional dengan pendekatan pertama untuk larutan encer ke rasio waktu aliranyang sesuai.
Viskositas spesifik merupakan kenaikan fraksi (bagian) dalam viskositas.Viskositas intrinsik dapat
diperoleh dari viskositas spesifik yang dibagi oleh kensentrasi dan ekstra polasi ke nol. Viskositas inheren
digunakan sebagai indikasi pendekatan dari bobot molekul.Viskositas yang paling bermanfaat dan
mudah dipakai karena bisa dihubungkan ke berat molekul pada persamaan Mark-Houwink adalah
viskositas intrinsik (Steven 2001).
Ada beberapa macam viskometer untuk menentukan viskositas suatu zat cair, yaitu viscometer Oswald,
viscometer Hoppler dan viscometer cup bob. Viscometer yang digunakan dalam penelitian ini adalah
viscometer Oswald. Metode Oswald ditentukan berdasarkan hukum Poiseuille menggunakan alat
viskosimeter Ostwald. Penetapannya dilakukan dengan mengukur waktu yang diperlukan untuk
mengalirnya cairan dalam pipa kapiler dari x ke y. Cairan yang akan diukur viskositasnya dimasukkan ke
dalam viskosimeter yang diletakkan pada termostat. Cairan kemudian dihisap dengan pompa ke dalam
bola A sampai diatas tanda x. Cairan dibiarkan mengalir ke bawah dan waktu yang diperlukan
dan x ke y dicatat (Yazid,Estein,2005).
Viskosimeter Ostwald terdiri dari bola dengan nilai batas atas (x)dan (y), yang terkait dengan tabung
kapiler B dan bola tempat cuplikan C. Volume cairan awal dimasukkan ke dalam bola C, kemudian
dihisap ke A dan kemudian dilihat waktu alir dari cairan yang berada di antara x dan y. Kemudian
perlakukan diulang untuk cairan yang lain. Tekanan yang terjadi selama mengalirnya cairan melalui
kapiler B adalah sebanding dengan hgp, dimana h adalah perbedaan tinggi diantara bola tempat
mengalirnya cairan. Sebagai nilai awal dan nilai akhir sama tiap kasus, dimana bergatung pada tekanan
dan juga densitas cairan.

Anda mungkin juga menyukai