Pengertian Elastisitas Dalam Fisika

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

KATA PEGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmatnya sehingga
kami dapat makalah yang berjudul “ELASTISITAS”, dengan lancar. Pembuatan makalah ini merupakan salah
satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah FISIKA DASAR. Dalam pembuatan
makalah ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini, khususnya kepada Pak Nasir, S.Ag selaku dosen mata kuliah FISIKA DASAR yang
telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam pelaksanaan, bimbingan, pengarahan, dan dorongan
dalam penyelesaian makalah ini. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan dalam pembuatan makalah ini.

Dalam makalah ini kami melampirkan beberapa penjelasan serta bagian-bagian dari elastisitas. Selain
itu, kami juga melampirak beberapa contoh soal dan penyelesaian yang sesuai dengan materi elastisitas

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih dan memohon maaf sebesar-besarnya jika terdapat
kesalahan dalam makalah ini karena sesungguhnya kesalahan hanya milik manusia dan kesempurnaan itu
adalah milik AllahSWT. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan kami pada
khususnya, kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami
menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaiakan kearah kesempurnaan.

Gowa, 5 November 2015

Penyusun

Kelompok 2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Elastisitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti mudah kembali ke bentuk asal. Elastisitas
menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah keadaan elastis. Sedangkan modulus elastisitas adalah
kemampuan suatu benda untuk mempertahankan elastisitasnya.

Tidaka bias dihindari penggunaan pegas sangat dibutuhkan pada kehidupan sehari-hari. Bukti konkret
penggunaan pegas seperti, penggunaan pegas di dalam spring bed dan kursi sofa. Ternyata dengan
memanfaatkan sifat dari pegas dapat diperoleh banyak keuntungan. Dengan adanya pegas di dalam spring
bed dan kursi sofa membuat keduanya elastis sehingga nyaman digunakan.

B. TUJUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Elastisitas dalam Fisika

Istilah elastisitas mungkin sudah tidak asing lagi di telinga teman – teman. Dalam pelajaran ekonomi
teman – teman juga mengenal elstisitas, tetapi elastisitas salam fisika tentu berbeda dengan elastisitas dalam
ekonomi. Dalam fisika sifat benda dibedakan menjadi dua, yaitu sifat plastis dan sifat elastis. Sifat plastis
yaitu sifat benda yang tidak bisa kembali kebentuk semula setelah gaya luar yang diberikan pada benda
tersebut dihilangkan. Sedangkan Elastisitas diartikan sebagai sifat suatu bahan atau kemampuan suatu benda
untuk kembali kebentuk semula setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu dihilangkan.

Contoh elastisitas dalam kehidupan sehari – hari :

1. Anak-anak yang sedang bermain ketapel menaruh batu kecil pada karet ketapel dan menarik karet tersebut
sehingga bentuk karet berubah. Ketika anak tersebut melepaskan tarikannya, karet melontarkan batu kedepan
dan karet ketapel segera kembali kebentuk awalnya.

2. Pegas yang ditarik kemudian dilepaskan maka pegas akan kembali ke bentuk semula.

Jika benda elastis diberi gaya dan gaya tersebut dihilangkan tetapi benda tidak dapat kembali
kebentuk semula, maka dikatakan benda tersebut telah melewati batas elastis. Batas elastis diartikan sebagai
jumlah maksimum tegangan yang dialami oleh suatu bahan untuk kembali ke bentuk awalnya. Batas elastis
bergantung pada jenis bahan yang digunakan. Jika pada batas elastic benda terus menerus diberi gaya maka
benda akan putus atau patah. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar di atas :

Tegangan,regangan ,dan modulus elastic

a.Tegangan
Ketika sebuah benda diberi gaya pada salah satu ujungnya dan ujung yang lain ditahan.Maka benda tersebut
akan mengalami pertambahan panjang . dalam fisika dikatakan benda mengalami tegangan atau stress .
misalnya seutas kawat dengan luas penampang A dan panjang awal Lo kemudian kawat ditarik dengan gaya
sebesar F pada salah satu ujungnya dan ujung yang lain ditahan maka kawat akan mengalami pertambahan
panjang sebesar ∆L . Gaya tarik ini menyebabkan ,kawat mengalami tegangan tarik ini menyebabkan kawat
mengalami tegangan tarik σ . Tegangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara gaya tarik (F) yang dialami
kawat dengan luas penampang (A).
Tegangan = gaya/luas
=F/A

Tegangan merupakan besaran scalar dan sesuai persamaan diatas memiliki satuan atau pascal (pa)

b. Regangan
Jika gaya yang diberikan pada kawat dihilangkan maka kawat akan kembali ke bentuk semula. Perbandingan
antara pertambahan panjang kawat pertambahan panjang ∆L dengan panjang awal Lo disebut regangan .

regangan = pertambahan panjang / panjang mula-mula

e = ∆L / Lo

karena pertambahan panjang ∆L dan panjang awal L adalah besaran yang sama, maka sesuai persamaan di
atas reganagan e tidak memiliki satuan atau dimensi.

c. Modulus Elastis
Modulud Elastis E suatu bahan di definisikan sebagai perbandingan antara tegangan dengan tegangan yang
dialami bahan.
Modulus Elastisitas = tegangan / regangan

E= σ / e

B. Elastisitas, Tegangan dan Regangan

Pada bagian ini kita mempelajari efek dari gaya-gaya yang bekerja pada suatu obyek. Beberapa obyek
berubah bentuk akibat pengaruh gaya-gaya yang bekerja padanya. Jika sebuah obyek yang berupa kawat
tembaga padanya digantungkan beban (lihatGambar (5.1), maka kawat tersebut akan bertambah panjang.

Gambar 5.1
Apabila elongasi (perpanjangan) kawat L cukup kecil dibandingkan dengan panjang mula-mula, maka secara
eksperimen diperoleh bahwa L sebanding dengan berat beban atau gaya yang dikenakan pada benda
[dikemukakan pertama kali oleh Robert Hooke (1635-1707)]. Kesetaraan ini dapat ditulis dalam bentuk
persamaan :

F=kL

(5.1)

Dengan F menyatakan gaya atau berat tarik pada obyek, L adalah pertambahan panjang dan k adalah
tetapan.

Persamaan (5.1) dikenal sebagai Hukum Hooke, berlaku untuk semua material padat; dari besi hingga
tulang, tetapi hanya berlaku hingga titik tertentu. Jika gaya semakin diperbesar, obyekakan terus bertambah
panjang dan akhirnya putus. Gambar (5.2) menunjukkan suatu tipe grafikelongasi terhadap gaya. Hingga
titik yang disebut "bataskesetaraan", persamaan (5.1) merupakan pendekatan terbaik untuk beberapa jenis
material, dan kurvanya adalah garis lurus. Selama perpanjangan masih dalam daerah elastis, yakni daerah di
bawah batas elastisitas, obyekakan kembali ke panjang semula jika gaya yang bekerja dihilangkan. Di luar
batas elastisitas adalah daerah plastis. Jika perpanjangan dilanjutkan pada daerah plastis, maka obyek akan
mengalami deformasi permanen. Perpanjangan maksimum dicapai pada titik putus yang juga dikenal
sebagai kekuatan ultimasi (ultimate strength) dari material.

Tabel 1 Kuat Ultimasi Beberapa Material


Tabel 2 Modulus Young, Modulus Puntirdan Modulus bulk beberpa Material

Besar elongasi dari suatu obyek, seperti batang yang ditunjukkan pada gambar 5.1, tidak hanya bergantung
pada gaya yang dikenakan padanya, tetapi juga bergantung pada jenis material dan dimensi obyek. Jika kita
banding akan batang yang terbuat dari material yang sama tetapi berbeda panjang dan luas penampangnya,
ditemukan bahwa jika gaya yang dikenakan sama, besar perpanjangan sebanding dengan gaya dan panjang
mula-mula serta berbanding terbalik dengan luas penampangnya.

(5.2)

Dimana Lo adalah panjang mula-mula obyek, A adalah luas penampang dan L adalah perubahan panjang
berkenaan dengan gaya yang dikenakan. Y adalah konstanta yang dikenal sebagai modulus elastis, atau
"Modulus Young". Nilai Y hanya bergantung pada jenis material. Nilai Modulus Young untuk beberapa jenis
material diberikan pada tabel 5.1.Persamaan (5.2) lebih sering digunakan untuk perhitungan praktis dari pada
persamaan (5.1) karena tidak bergantung pada ukuran dan bentuk obyek.

Gambar 5.2 Elongasi terhadap gaya


Persamaan (5.2) dapat ditulis kembali seperti berikut :

(5.3)

Atau

Dimana stress didefenisikan sebagai gaya per satuan luas, sedangkan strain sebagai ratio perubahan panjang
terhadap panjang mula-mula.

Batang yang ditunjukkan pada Gambar 5.1 dikatakan berada di bawah tegangan merenggang (tensile
stress). Bentuk tegangan lain adalah tegangan menekan (compressive stress), yang merupakan lawan dari
tensile stress, dan tegangan memuntir (shear stress) yang terdiri dari dua gaya yang sama tetapi arahnya
berlawanan dan tidak segaris (lihat Gambar 5.3).

Gambar 5.3 Tipe-tipe Tegangan : (a) Merenggang (b) Menekan (c) Menekan

Persamaan 5.2 dapat diterapkan baik untuk tegangan menekan maupun tegangan memuntir, untuk tegangan
memuntir kita dapat tulis persamaan menjadi:

(5.4)

Tetapi L, L0 dan A harus diinterpretasikan ulang sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5.3c. Ingat bahwa A
adalah luas dari permukaan parallel terhadap gaya yang dikenakan, dan L tegak lurus terhadap Lo, konstanta
porposionalitas adalah 1/G, dengan G dikenal sebagai Modulus Puntir (share modulus) dan umumnya
mempunyai harga 1/2 hingga 1/3 harga Modulus Young Y (lihatTabel 5.2). Obyek empat persegi panjang
berada dibawah tegangan memuntir dalam Gambar 5.3c tidak secara actual dalam keseimbangan di bawah
gaya-gaya yang ditunjukkan, jika jumlah torsi tidak sama dengan nol. Kalau obyek ternyata dalam keadaan
seimbang, berarti harus ada dua gaya yang bekerja padanya yang membuat jumlah torsi sama dengan nol.
Satu gaya bekerja ke arah vertical ke atas di sisi kanan, dan yang lain ke arah vertikal ke bawah pada sisi kiri
seperti ditunjukkan pada gambar 5.4.

Gambar 5.4 Keseimbangan Gaya-gaya dan Torsi untuk Tegangan Memuntir

Jika pada sebuah obyek bekerja gaya-gaya dari semua sisi, volume obyek akan berkurang. Keadaan seperti
ini umumnya terjadi jika obyek berada di dalam fluida, dalam kasus ini fluida mendesakkan tekanan pada
obyek di semua arah. Tekanan didefinisikan sebagai gaya persatuan luas,dan merupakan ekivalen dari
tegangan (stress). Untuk keadaan ini perubahan volume V, ditemukan sebanding dengan volume mula-mula
Vo dan penambahan tekananP.

Kita peroleh hubungan yang sama seperti persamaan (5.2) tetapi dengan konstanta proporsionalitas 1/B,
dengan B adalah Modulus Bulk (bulk modulus ), dalam hal ini :

(5.5)
Tanda minus menunjukkan bahwa volume berkurang dengan bertambahnya tekanan. Harga-harga Modulus
Bulk untuk beberapa jenis material diberikan padaTabel 5.2. Selanjutnya inversi Modulus Bulk (1/B), disebut
kompresibilitas (conpressibility), diberikan simbol K yaitu : Tanda minus dimasukkan dalam definisi B
karena bertambahmnya tekanan selalu menyebabkan berkurangnyavolum. Artinya, jika dp positif, Dv
negatif. Dengan memasukkan tanda minus ke dalam definisi itu, berarti kita membuat modulus bulk itu
sendiri suatu besaran positif. Perubahan volum zat padat atau zat cair akbiat tekanan demikian kecilnya,
sehingga volum V dapat dianggap konstan. Asalkan tekanan tidak terlalu besar, perbandingan dp/v juga
konstan, modyulus bulk kosatan, dan dp dan dV dapat kita gantidengan perubahan tekanan dan volume yang
terbatas. Tetapi volumesuatu gas jelas sekali berubah akibat tekanan dan untuk gas haruslah digunakan
definisi umum B. Resiprokal modulus bulk disebut kompresibilitas k. Berdasarkan definisinya:
(5.6)

Jadi kompresibilitas suatu bahan sama dengan beberapa besar berkurangnya volum, - dVIV, persatuan
kenaikan tekanan dp. Satuan modulus bulk sama seperti satuan tekanan, dan satuan kompresibilitas sama
seperti satuan tekanan resiprokal. Jadi, kalau dikatakan nbahwa kompresibilitas air (lihat table 10-2) 50 x 10-
6 atm-1, berarti volumnya kuarang sebesar 50/1.000.000. volume asal untuk setiap kenaikan 1atm tekanan. (1
atm 14,7 lb in-2).http://kk.mercubuana.ac.id/elearning/files_modul/11001-12-800964449862.pdf

C. Hukum Hooke pada Pegas

Misalnya kita tinjau pegas yang dipasang horisontal, di mana pada ujung pegas tersebut dikaitkan
sebuah benda bermassa m. Massa benda kita abaikan, demikian juga dengan gaya gesekan, sehingga benda
meluncur pada permukaan horisontal tanpa hambatan. Terlebih dahulu kita tetapkan arah positif ke kanan
dan arah negatif ke kiri. Setiap pegas memiliki panjang alami, jika pada pegas tersebut tidak diberikan gaya.
Pada kedaan ini, benda yang dikaitkan pada ujung pegas berada dalam posisi setimbang.

Untuk semakin memudahkan pemahaman Anda,sebaiknya dilakukan juga percobaan. Apabila benda
ditarik ke kanan sejauh +x (pegas diregangkan), pegas akan memberikan gaya pemulih pada benda tersebut
yang arahnya ke kiri sehingga benda kembali ke posisi setimbangnya .

Sebaliknya, jika benda ditarik ke kiri sejauh -x, pegas juga memberikan gaya pemulih untuk
mengembalikan benda tersebut ke kanan sehingga benda kembali ke posisi setimbang.Besar gaya pemulih F
ternyata berbanding lurus dengan simpangan x dari pegas yang direntangkan atau ditekan dari posisi
setimbang (posisi setimbang ketika x = 0).
F = -k x

Persamaan ini sering dikenal sebagai persamaan pegas dan merupakan hukum Hooke. Hukum ini
dicetuskan oleh Robert Hooke (1635-1703). k adalah konstanta dan x adalah simpangan. Tanda negatif
menunjukkan bahwa gaya pemulih alias F mempunyai arah berlawanan dengan simpangan x. Ketika kita
menarik pegas ke kanan maka x bernilai positif, tetapi arah F ke kiri (berlawanan arah dengan simpangan x).
Sebaliknya jika pegas ditekan, x berarah ke kiri (negatif), sedangkan gaya F bekerja ke kanan. Jadi gaya F
selalu bekeja berlawanan arah dengan arah simpangan x. k adalah konstanta pegas. Konstanta pegas
berkaitan dengan elastisitas sebuah pegas.

Semakin besar konstanta pegas (semakin kaku sebuah pegas), semakin besar gaya yang diperlukan
untuk menekan atau meregangkan pegas. Sebaliknya semakin elastis sebuah pegas (semakin kecil konstanta
pegas), semakin kecil gaya yang diperlukan untuk meregangkan pegas. Untuk meregangkan pegas sejauh x,
kita akan memberikan gaya luar pada pegas, yang besarnya sama dengan F = +kx. Hasil eksperimen
menunjukkan bahwa x sebanding dengan gaya yang diberikan pada benda.

1. Hukum Hooke untuk pegas yang bergerak secara vertikal

Hukum Hooke adalah hukum atau ketentuan mengenai gaya dalam bidang ilmu fisika yang terjadi
karena sifat elastisitas dari sebuah pir atau pegas. Besarnya gaya Hooke ini secara proporsional akan
berbanding lurus dengan jarak pergerakan pegas dari posisi normalnya, atau lewat rumus matematis dapat
digambarkan sebagai berikut:
F=k x

F adalah gaya (dalam unit newton) k adalah konstante pegas (dalam newton per meter) x adalah jarak
pergerakan pegas dari posisi normalnya (dalam unit meter).

Hukum Hooke menyatakan hubungan antara gaya F yang meregangkan pegas danpertambahan panjang (X),
didaerah yang ada dalam batas kelentingan pegas.F = k.Δx Atau : F = k (tetap) xk adalah suatu tetapan
perbandingan yang disebut tetapan pegas yang nilainyaberbeda untuk pegas yang berbeda.Tetapan pegas
adalah gaya per satuan tambahan panjang. Satuannya dalam SI adalah N/m. Salah satu prinsip dasar dari
analisa struktur adalah hukum Hooke yang menyatakan bahwa pada suatu struktur : hubungan tegangan
(stress) dan regangan (strain) adalah proporsional atau hubungan beban (load) dan deformasi (deformations)
adalah proporsional. Struktur yang mengikuti hukum Hooke dikatakan elastis linier dimana hubungan F dan
y berupa garis lurus. sedangkan struktur yang tidak mengikuti hukum Hooke dikatakan Elastis non linier.
C. Hukum Hooke untuk benda non Pegas

Hukum Hooke ternyata berlaku juga untuk semua benda padat, dari besi sampai tulang tetapi hanya
sampai pada batas-batas tertentu. Pada benda bekerja gaya berat (berat = gaya gravitasi yang bekerja pada
benda), yang besarnya = mg dan arahnya menuju ke bawah (tegak lurus permukaan bumi). Akibat adanya
gaya berat, batang logam tersebut bertambah panjang sejauh (∆L). Jika besar pertambahan panjang (∆L) lebih
kecil dibandingkan dengan panjang batang logam, hasil eksperimen membuktikan bahwa pertambahan
panjang (∆L) sebanding dengan gaya berat yang bekerja pada benda.

Kita juga bisa menggantikan gaya berat dengan gaya tarik, seandainya pada ujung batang logam
tersebut tidak digantungkan beban. Besarnya gaya yang diberikan pada benda memiliki batas-batas tertentu.
Jika gaya sangat besar maka regangan benda sangat besar sehingga akhirnya benda patah.

Jika sebuah benda diberikan gaya maka hukum Hooke hanya berlaku sepanjang daerah elastis sampai
pada titik yang menunjukkan batas hukum Hooke. Jika benda diberikan gaya hingga melewati batas hukum
Hooke dan mencapai batas elastisitas, maka panjang benda akan kembali seperti semula jika gaya yang
diberikan tidak melewati batas elastisitas.

Tapi hukum Hooke tidak berlaku pada daerah antara batas hukum Hooke dan batas elastisitas. Jika
benda diberikan gaya yang sangat besar hingga melewati batas elastisitas, maka benda tersebut akan
memasuki daerah plastis dan ketika gaya dihilangkan, panjang benda tidak akan kembali seperti semula;
benda tersebut akan berubah bentuk secara tetap. Jika pertambahan panjang benda mencapai titik patah,
maka benda tersebut akan patah.

Berdasarkan persamaan hukum Hooke di atas, pertambahan panjang (∆L) suatu benda bergantung
pada besarnya gaya yang diberikan (F) dan materi penyusun dan dimensi benda (dinyatakan dalam konstanta
k). Benda yang dibentuk oleh materi yang berbeda akan memiliki pertambahan panjang yang berbeda
walaupun diberikan gaya yang sama, misalnya tulang dan besi. Demikian juga, walaupun sebuah benda
terbuat dari materi yang sama (besi, misalnya), tetapi memiliki panjang dan luas penampang yang berbeda
maka benda tersebut akan mengalami pertambahan panjang yang berbeda sekalipun diberikan gaya yang
sama. Jika kita membandingkan batang yang terbuat dari materi yang sama tetapi memiliki panjang dan luas
penampang yang berbeda, ketika diberikan gaya yang sama, besar pertambahan panjang sebanding dengan
panjang benda mula-mula dan berbanding terbalik dengan luas penampang. Makin panjang suatu benda,
makin besar besar pertambahan panjangnya, sebaliknya semakin tebal benda, semakin kecil pertambahan
panjangnya.
Persamaan ini menyatakan hubungan antara pertambahan panjang (∆L) dengan gaya (F) dan
konstanta (k). Materi penyusun dan dimensi benda dinyatakan dalam konstanta k. Untuk materi penyusun
yang sama, besar pertambahan panjang (delta L) sebanding dengan panjang benda mula-mula (Lo) dan
berbanding terbalik dengan luas penampang (A).
BAB III

SOAL

1. Seutasa tali memiliki panjang mula-mula 100 cm ditarik hingga tali tersebut mengalami pertambahan
panjang 2 mm. Tentukan regangan tali !
Pembahasan :
Diketahui : Panjang awal tali (L˳) = 100 cm = 1 meter
Pertambahan panjang (∆l) = 2 mm = 0,002 meter

Ditanya : Regangan Tali = ….. ?


Jawab :
Perubahan panjang (∆l)
Regangan =
Panjang awal (l˳)
0,002 𝑚
=
1𝑚
= 0,002

2. Tiang beton mempunyai 5 meter dan luas penampang lintang 3 𝑚3 menopang beban bermassa
30.000kg. Hitunglah Tegangan pada tiang !
Pembahasan :
Diketahui : massa = 30.000 kg
g = 10 m/𝑠 2
Luas penampang (A) = 3 𝑚3
Ditanya : Tegangan = ….. ?
Jawab :
F=m.g
= (30.000 ).( 10)
= 300.000 N
Gaya (F )
Tegangan =
Luas (A)
300.000 N
=
3 𝑚3

= 100.000 N/𝑚2 = 1 x 105 N/𝑚2


3. Benda bermassa 4,5 kg digantungkan pada pegas sehingga pegas
itu bertambah panjang sebesar 9 cm. Hitunglah tetapan pegas
tersebut !
Pembahasan :
Diketahui : massa = 4,5 kg
g = 10 m/𝑠 2
∆x = 9 cm = 0,09 m
Ditanya : k = …. ?
Jawab :
F = k . ∆x
m.g = k . ∆x
(4,5 kg) (10) = (k) (0,09)
45 𝑘𝑔
K= = 500 N/m
0,09 𝑚

4. Tiang beton mempunyai luas penampang lintang 4 𝑚3 menopang beban bermassa 40.000kg.
Hitunglah Regangan pada tiang ! gunakan g = 10 m/𝑠 2 . Modulus elastis Young beton = 20 x 109
N/𝑚2
Pembahasan :
Diketahui : massa = 40.000 kg
g = 10 m/𝑠 2
Luas penampang (A) = 4 𝑚3
Modulus Young = 20 x 109 N/𝑚2
Ditanya : Tegangan = ….. ?
Jawab :
F=m.g
= (40.000 ).( 10)
= 400.000 N
Gaya (F )
Tegangan =
Luas (A)
400.000 N
=
4 𝑚3

= 100.000 N/𝑚2 = 1 x 105 N/𝑚2


Tegangan
E=
Regangan
Tegangan
Regangan =
E

1 x 105 1 (105 )(10−9 )


= =
20 x 109 20

= 0,05 x 10−4 N/𝑚2


= 5 x 10−6 N/𝑚2
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai