Praktikum Analisis Kadar Abu
Praktikum Analisis Kadar Abu
Praktikum Analisis Kadar Abu
ABSTRAK
Dalam pembuatan makanan, terdapat standar mutu yang baik untuk
dikonsumsi. Salah satu faktor penentu kualitas mutu makanan adalah kadar abu.
Kadar abu dalam setiap bahan pangan berbeda-beda. Dalam praktikum ini, kami
melakukan pengujian kadar abu pada beberapa sampel.Metode yang digunakan
dalam pengujian kadar abu adalah pengabuan kering.Kadar abu dalam sampel mie
telur hasil pengamatan kelas A sebesar 2,2806% dan kelas B sebesar 2,3356
%.Kadar abu dalam sampel cookies hasil pengamatan kelas A 23762 dan kelas B
sebesar 2,2606 % dan sampel tepung pisang kelas A sebesar 1,9984% dan kelas B
sebesar 1,8872 sampel berikutnya adalah keripik singkong sebesar 2,7588% dan
2,6865,sampel terakhir adalah biscuit marrie sebesar 1,9865 % dan
1,9745%.Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui cara untuk menguji kadar abu
dengan cara kering dan mengetahui kandungan total abu yang terdapat dalam
sampel makanan.
Kata kunci : Makanan,kadar abu,metode kadar abu,metode pengabuan.
PENDAHULUAN
Makan adalah salah satu kegiatan yang dilakukan oleh setiap makhluk hidup
untuk mempertahankan hidupnya. Setiap makanan yang dikonsumsi, memiliki
kandungan yang berbeda-beda. Setiap bahan pangan mengandung berbagai macam
zat seperti karbohidrat, protein, mineral, lemak, vitamin, air, dan zat lainnya. Zat-zat
tersebut dibutuhkan oleh tubuh setiap harinya untuk mencukupi gizinya.
Kadar abu dalam setiap bahan pangan berbeda-beda. Abu adalah zat anorganik
sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Kandungan abu dan komposisinya
tergantung pada macam bahan dan cara pengabuannya. Kadar abu ada hubungannya
dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam suatu bahan dapat
merupakan dua macam garam, yaitu garam organik dan anorganik (Sudarmadji dkk.,
1989).
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang
terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan anorganik
dan air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Bahan-bahan organik
dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak, karena
itulah disebut sebagai kadar abu (Astuti, 2011).
Kadar abu dalam bahan pangan dapat ditentukan dengan beberapa metode juga.
Diantaranya adalah metode pengabuan kering dan metode pengabuan basah.
Pengabuan kering adalah pengabuan dengan mengoksidasi semua zat organik
pada suhu yang tinggi, yaitu sekitar 500 600oC dan kemudian dilakukan
penimbanan terhadap sisa zat anorganik yang tertinggal setelah proses pembakaran
tersebut (Sudarmadji dkk., 1989). Prinsip dari pengabuan cara langsung yaitu dengan
mengoksidasi semua zat organik pada suhu tinggi, yaitu sekitar 500 600 oC dan
kemudian melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses pembakaran
tersebut (Sudarmaji, 1996).
Pengabuan basah merupakan salah satu usaha untuk memperbaiki cara kering
yang sering memakan waktu lama. Prinsip pengabuan basah adalah memberikan
reagen kimia tertentu ke dalam bahan sebelum digunakan untuk pengabuan
(Slamet,dkk., 1989:156). Prinsip dari pengabuan basah yaitu memberikan reagen
kimia tertentu kedalam bahan sebelum dilakukan pengabuan. Senyawa yang biasa
ditambahkan adalah gliserol alkohol ataupun pasir bebas anorganik selanjutnya
dilakukan pemanasan pada suhu tinggi. Pemanasan mengakibatkan gliserol alkohol
membentuk kerak sehingga menyebabkan terjadinya porositas bahan menjadi besar
dan dapat mempercepat oksidasi. Sedangkan pada pemanasan untuk pasir bebas dapat
membuat permukaan yang bersinggungan dengan oksigen semakin luas dan
memperbesar porositas, sehingga akan mempercepat teradinya proses pengabuan
(Sudarmadji, 1996).
Metode pengabuan yang sering dilakukan untuk bahan pangan adalah
pengabuan kering karena pada pengabuan kering karena pada pengabuan kering,
sampel tidak perlu ditambahkan zat kimia lagi dan tidak perlu dilakukan pengamatan
secara berkala.
METODOLOGI
B : Cookies
Z : Tepung Pisang
O : Keripik Singkong
X : Biskuit
KESIMPULAN
Kadar abu dalam sampel mie telur hasil pengamatan kelas A sebesar 2,2806%
dan kelas B sebesar 2,3356 %.Kadar abu dalam sampel cookies hasil pengamatan
kelas A 23762 dan kelas B sebesar 2,2606 % dan sampel tepung pisang kelas A
sebesar 1,9984% dan kelas B sebesar 1,8872 sampel berikutnya adalah keripik
singkong sebesar 2,7588% dan 2,6865,sampel terakhir adalah biscuit marrie sebesar
1,9865 % dan 1,9745%.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono, A., D. Fardiaz, N. L. Puspitasari, Sedamawati dan S. Budiyanto. 1989.
Analisis Pangan. PAU Pangan dan Gizi. IPB Press.
Sudarmaji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 1989. Analisis Bahan Makanan dan
Pertanian. Liberty Yogyakarta, Yogyakarta.