Keganasan Carsinoma Reproduksinew

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 81

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Kanker adalah penyakit yang paling menakutkan, tidak saja pada wanita
tetapi juga pada pria dan anak-anak. Tanggal 4 februari di pringati sebagai hari
kanker sedunia. Pada tahun 2007 dan 2008, peringatan hari kanker sedunia
memfokuskan perhatian terhadap kanker pada anak. Di indonesia, saat ini
sudah ada yayasan onkologi anak indonesia yang memiliki selogan kanker
pada anak dapat diobati dan di upayakan sembuh bila di temukan lebih dini.
Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel
jaringan tubuh yang berubah jadi sel kanker. Dalam perrkembanganya, sel-sel
kanker ini dapat menyebar kebagian tubuh lain sehingga dapat menyebabkan
kematian.
Kanker sering di kenali masyarakat sebagai tumor, padahal tidak semua
tumor adalah kanker. Tumor adalah segala benjolan tidak normal yang bukan
radang.
Pada makalah ini saya akan membahas mengenai skrining untuk
keganasan dan penyakit sistemik yang meliputi : kanker payudara / mammae,
kanker mioma uteri, kanker ovarium, sampai kanker leher rahim /serviks serta
cara pencegahanya.
Kanker pada alat reproduksi masih menduduki peringkat pertama kanker
pada wanita. Dua per tiga kasus di dunia terjadi di negara berkembang,
termasuk indonesia. Kanker bisa di sembuhkan jika di deteksi sejak dini.
Karenanya, setiap wanita perlu mengenali gejala dan pemeriksaan diri. kanker
mulai di dalam sel-sel, blok-blok bangunasn yang menyusun jaringan
jaringan. Jaringan jaringan menyusun organ-organ tubuh. Secara normal,sel-
sel tubuh akan membelah untuk membentuk sel-sel baru ketika tubuh
membutuhkan mereka. Ketika sel-sel tubuh menjadi tua, mereka mati,dan sel-
sel baru mengambil tempat mereka.
Kadangkala, proses yang teratur ini berjalan salah. Sel-sel baru terbentuk
ketika tubuh tidak memerlukan mereka, dan sel-sel tua tidak mati ketika

1
mereka seharusnya mati. Sel-sel extra ini dapat membentuk massa dari
jaringan yang di sebut pertumbuhan atau tumor.
Ketika kanker menyebar dari tempat asalnya kebagian lain tubuh, tumor
baru mempunyai macam yang sama dari sel-sel yang apnormal dan nama yang
sama seperti tumor primernya. Contohnya, jika kanker leher rahim menyebar
keparu-paru, sel-sel kanker didalam paru-paru sebenarnya adalah sel-sel
kanker leher rahim. Penyakitnya adalah kanker leher rahim yang metastatik,
bukan kanker paru-paru. Untuk sebab ini dia di rawat sebagai kanker leher
rahim, bukan kanker paru-paru. Dokter menyebut tumor baru penyakit jauh
atau metastatik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksut kanker system reproduksi ?
2. Apa yang di maksut kanker serviks ?
3. Apa yang dimaksut kanker mammae ?
4. Apa yang di maksut kanker ovarium ?
5. Apa yang dimaksut kanker mioma uteri ?
6. Bagaimana metode pencegahanya ?
7. Apa etiologi atau penyebabnya ?
8. Apa manifestasi klinisnya ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu kanker system reproduksi
2. Untuk mengetahui apa itu kanker serviks
3. Untuk mengetahui apa itu kanker mammae
4. Untuk mengetahui apa itu kanker ovarium
5. Untuk mengetahui apa itu kanker mioma uteri
6. Untuk mengetahui bagaimana metode pencegahanya
7. Untuk mengetahui penyebabnya
8. Mengerti tentang manifestasi klinisnya

1.4 Manfaat penulisan


1. Bagi mahasiswa

Makalah ini di harapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan


wawasan mahasiswa, sehingga dapat mengaplikasikanya dalam
memberikan asuhan keperawatan.

2. Bagi Petugas Kesehatan


Makalah ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas
kesehatan khususnya perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

2
BAB 2

LAPORAN PENDAHULUAN

KANKER PADA SISTEM REPRODUKSI

2.1. CA Mammae
2.1.1. Definisi
Kanker payudara merupakan penyakit keganasan yang paling
banyak menyerang wanita. Penyakit ini di sebabkan karena terjadinya
pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan
sel tidak dapat dikendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor
(kanker). Apabila tumor ini tidak di ambil, dikawatirkan akan masuk
dan menyebar ke jaringan yang sehat. Ada kemungkinan sel-sel
tersebut melepaskan diri dan menyebar keseluruh tubuh. Dan
umumnya menyerang wanita kelompok umur 40-70 tahun, tetapi
resiko terus meningkat dengan tajam dan cepat sesuai dengan
pertumbuhan usia.

3
Ca mammae adalah suatu penyakit seluler yang dapat timbul dari
jaringan payudara dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan
untuk mengontrol ploriferasi dan maturasi sel (brunner dan suddarth,
2005)
Ca mammae adalah suatu penyakit yang menggambarkan
gangguan pertumbuhan selular dan merupakan kelompok penyakit,
bukan penyakit tunggal (Tucker dkk, 1998).
2.1.2. Etiologi
Sebab keganasan pada payudara masih blom jelas, tetapi ada
beberapa faktor yang berkaitan erat dengan munculnya keganasan
payudara yaitu : virus, faktor lingkungan, faktor hormonal dan familiar
1. Wanita resiko tinggi daripada pria (99:1)
2. Usia : resiko tertinggi pada usia di atas 30 tahun
3. Riwayat keluarga : ada riwayat keluarga Ca mammae
4. Riwayat meastrual :
Early menarche (sebelum 12 tahun)
Late menopouse (setelah 50 tahun)
5. Riwayat kesehatan : pernah mengalami atau sedang menderita
otipical hiperplasia atau benign proliverative yang lain pada biopsy
payudara, Ca. Endometrial.
6. Riwayat reproduksi : melahirkan anak pertama di atas 30 tahun,
menggunaskan obat kontrasepsi yang lama, penggunaan therapy
estrogen
7. Terapi radiasi ; terpapar dari lingkungan yang terpapar karsinogen
8. Diet tinggi lemak , menkomsumsi alkohol (minum 2x sehari),
obesitas, trauma payudara, status sosial ekonomi tinggi, merokok.

Sedangkan menurut (arif mansjoer, 2002) penyebab dari Ca. Mammae


bisa terjadi karena : perubahan genetik termasuk perubahan / mutasi
gen hormonal dan pengaruh protein baik yang menekan atau
meningkatkan perkembangan kanker payudara. Dua hormon ovarium
yaitu estrogen dan progresteron mengalami perubahan dalam
lingkungan selular yang dapat mempengaruhi dalam faktor
pertumbuhan bagi kanker payudara.

2.1.3. Tipe-tipe kanker


a. Karsinoma duktal, menginfiltrasi.

4
Tipe paling umum (75%) bermetastasis di nodul axilla ,
prognosa buruk. Karsinoma duktalo berasal dari sel-sel yang
melapisi saluran yang menuju ke puting susu. Sekitar 90% kanker
payudara merupakan karsinoma duktal. Kanker ini bisa terjadi
sebelum maupun sesudah masa menopause. Kadang kanker ini
dapat diraba dan pada pemeriksaan mammogram, kanker ini
tampak sebagai bintik-bintik kecil dari endapan kalsium
(mikrokalsifikasi). Kanker ini biasanya terbatas pada daerah
tertentu di payudara dan bisa di angkat secara keseluruhan melalui
pembedahan. Sekityar 25-35% penderita karsinoma duktal akan
menderita kanker invasif (biasanya pada payudara yang sama)
b. Karsinoma lobuler menginfiltrasi (5-10 %)
Terjadi penebalan pada salah satu /2 payudara bisa menyebar
ketulang , paru, hepar, otak. Karsinoma lobuler mulai tumbuh di
dalam kelenjar susu, biasanya terjadi setelah menopause. Kanker
ini titdak dapat di raba dan di lihat pada mammogram, namun
bisanya di temukan secara tidak sengaja pada mammografi yang di
lakuakn untuk keperluan lain. Sekitar 25-30% penderita karsinoma
lobuler pada akhirnya akan menderita kanker invasif (pada
payudara yang sama atau payudara lainya atau pada kedua
payudaranya)
c. Karsinoma medular (60%)
Tumor dalam capsul, dalam duktus, dapat jadi besar, tapi
meluasnya lambat. Anker ini brasal dari kelenjar susu.
d. Kanker musinus (3%), menghasilkan lendir, tumbuh lambat,
prognosis lebih baik
e. Kanker duktus tubulen (2%)
f. Karsinoma inflamatom (1-2%) : jarang terjadi, gejala berbeda nyeri
tekan dan sangat nyeri,payudara membesar dan sangat keras,
edema, retraksi puting susu, cepat berkembang
g. Karsinoma insitu
Karsinoma insitu adalah kanker yang masih berada pada
tempatnya, merupakan kanker dini yang belum menyebar atau
menyusup keluar dari tempat asalnya.

5
h. Kanker infasif
Kanker infasif adalah kanker yang telah menyebar dan merusak
jaringan yang lainya, bisa terlokalisir (terbatas pada payudara)
maupun metastatik (menyebar ke bagian tubuh lainya ). Sekitar 80
% kanker payudara infasif adalah kanker duktal dan 10% adalah
kanker lobular.
2.1.4. Patofisilogi
Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa adanya
perubahan genetik berkaitan dengan kanker payudara namun apa yang
menyebabkan genetik masih belom di ketahui. Meskipun blom ada
penyebab spesifik kanker payudara yang di ketahui namun bisa di
indentifikasi melalui beberapa faktor resiko, faktor ini penting dalam
membantu mengembangkan program pencegahan. Hal yang selalu di
ingat adalah bahwa 60 % yang di diagnosa kanker payudara tidak
mempunyai faktor resiko yang terindefikasi kecuali lingkungan
hoirmonal mereka. Di masa kehidupan, wanita di anggap beresiko
untuk mengalami kanker payudara, namun mengidentifikasi faktor
resiko merupakan cara untuk mengidentifikasi wanita yang mungkin di
untungkan dari kelangsungan hidup yang harus meningkat dan
pengobatan dini (Price, A Sylvia.2006).
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase, yaitu :
a. Fase induksi 15-30 tahun
Kontak dengan bahan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun
sampai dapat merubah jaringan displasia menjadi tumor ganas.
b. Fase in situ : 5-10 tahun
Terjadi perubahan jaringan menjadi lesi pre concerous yang bisa di
temukan di serviks uteri, rongga mulut, paru, saluran cerna, kulit dan
akhirnya di payudara.
c. Fase infasi : 1-5 tahun
Sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi melalui
membran sel ke jaringan sekitarnya dan ke pembuluh darah sera limfa
d. Fase desiminasi : 1-5 tahun
Terjadi penyebaran ketempat lain
2.1.5. Manifestasi klinis

6
Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda
dari jaringan payudara disekitarnya,tidak menimbulkan nyeri dan
biasanya memiliki pinggiran yang tidak teratur.
Fase awal : asimtomatik
Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa
digerakkan dengan mudah dibawah kulit
Tanda Umum : Benjolan atau penebalan pada payudara
Tanda dan gejala lanjut :
Kulit cekung
Retraksi atau deviasi puting susu
Nyeri tekan atau raba
Kulit tebal dan pori-pori menonjol seperti kulit jeruk
Ulserasi pada payudara

Tanda metastase:

Nyeri pada bahu, pinggang, punggung bawah


Batuk menetap
Anoreksia
BB turun
Gangguan pencernaan
Kabur
Sakit kepala
Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau
kulit disekitarnya.Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan
yang membengkak atau borok di kulit payudara.
Tanda-tandanya :
1. Terdapat masa utuh kenyal, biasanya di kuadran atas bagian
dalam, dibawah ketiak bentuknya tak beraturan dan terfiksasi
2. Nyeri di daerah masa
3. Adanya lekukan ke dalam, tarikan dan refraksi pada area
mamae
4. Edema dengan peant d orange (keriput seperti kulit jeruk)
5. Pengelupasan papila mamae
6. Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting, keluar cairan
spontan, kadang disertai darah
7. Ditemukan lesi pada pemeriksaan mamografi
2.1.6. Tahapan Kanker Payudara
Tahapan klinik yang paling banyak digunakan untuk kanker payudara
adalah sistem klasifikasi TNM yang mengavaluasi ukuran tumor,

7
nodus limfe yang terkena dan bukti adanya metastase yang jauh.sistem
TNM di adaptasi oleh the american joint committee on cancer staging
and resuid reformating.pertahanan ini didasarkan pada fisiologi
memberikan prognosis yang lebih akurat, tahap-tahapnya adalah
sebagai berikut :
TUMOR SIZE (T)
1. Tx : tak ada tumor
2. To : tak dapat ditunjukkan adanya tumor primer
3. T1 : tumor dengan diameter, kurang dari 2 cm
4. T2 : tumor dengan diameter 2-5 cm
5. T3 : tumor dengan diameter > 5 cm
6. T4 : tumor tanpa memandang ukurannya telah menunjukkan
perluasan secara langsung ke dinding toraks atau kulit
REGIONAL LIMPHO NODUS (N)
1. Nx : kelenjar ketiak tak teraba
2. No : tak ada metastase kelenjar ketiak homolateral
3. N1 : metastase ke kelenjar ketiak homolateral tapi masih bisa
digerakkan
4. N2 : metastase kulit ketiak homolateral, melekat terfiksasi satu
sama lain atau jaringan disekitarnya
5. N3 : metastase kekelenjar homolateral supklavikular /
infraklavikuler atau odem lengan
METASTASE JAUH (M)
1. Mo : tak ada metastas jauh
2. M1 : metastase jauh termasuk perluasan kedalam kulit di luar
payudara
2.1.7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan labolatorium meliputi :
Morfologi sel darah
LED
Tes fal malker (CEA) dalam serum atau plasma
Pemeriksaan sitologis
b. Monografi
Menemukan kanker insitu yang kecil yang tidak dapat di deteksi
dengan pemeriksaan fisik.
c. SCAN (CT, MRI, galfum), ultra sound.
Untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, respon pengobatan
d. Biopsi (aspirasi,exsisi)
Untuk diagnosis banding dan mengambarkan pengobatan
Biopsi , ada 2 macam tindakan menggunakan jarum dan 2
macam tindakan pembedahan

8
Aspirasi biopsi (FNAB)
Dengan aspirasi jarum halaus, sifat masa di bedakan antar
kistik atau padat
Truekut/ care biopsi
Dilakukan dengan perlengkapan stereotactic biopsi
mammografi untuk memandu jarum pada massa
Incisi biopsi
Exsisi biopsi
Hasil biopsi dapat di gunakan selama 36 jam untuk
dilakukan pemeriksaan histologis secara froxen section
e. Penanda tumor
Zat yang dihasilkan dan di sekresi oleh dalam serum (alfa feto
protein, HCG asam fosfat)
Dapat menambah dalam mendiagnosis kanker tetapi lebih
bermanfaat sebagai prognosis / monitor terapiotik.
Reseptor estrogen/progesteron assai yang dilakukan pada jaringan
payudara untuk memberikan informasi tentang manipulasi
hormonal.
f. Tes skrining kimia : elektrolit, tes hepar, hitung sel darah
g. Foto toraks
h. USG
USG di gunakan untuk membedakan kista (kantong berisi cairan )
dengan benjolan padat

i. Mammografi
Pada mammografi digunakan sinar x dosis rendah untuk
menemukan daerah yang apnormal pada payudara. Para ahli
menganjurkan pada setiap wanita yang berusia di atas 40 tahun
untuk melakukan mammogram secara rutin setiap 1-2 tahun dan
pada usia 50 tahun ke atas mammogram di lakukan sekali per
tahun
j. Termografi
Pada termografi digunakan suhu untuk menemukan kelainan pada
payudara.
k. Staging (penentuan setadium kanker)
Penentuan staduim kanker penting sebagai panduan pengobatan ,
follo-up dan menentukan prognosis.
Staging kanker payudara (American Joint Committee on Cancer) :

9
Staduium 0 : kanker insitu di mana sel-sel kanker berada
pada tempatnya di dalam jaringan payudara yang normal.
Stadium 1 : tumor dengan garis tengah kurang dari 2 cm
dan blom menyebar keluar payudara.
Stadium 2 a : tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan blom
menyebar kekelenjar getah bening, ketiak atau tumor
dengan garis tengah kurang dari 2 cm tetapi sudah
menyebar kekelenjar getah bening ketiak
Stadium 2 b : tumor dengan garis tengah lebih besar dari 5
cm dan blom menyebar kekelenjar getah bening ketiak atau
tumor dengan garis tengah 2-5 cm tetapi sudah menyebar
ke kelenjar getah bening ketiak
Stadium 3a : tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm
dan sudah menyebar kekelenjar getah bening ketiak disertai
perlengketan satu sama lain atau perlengketan kesetruktur
lainya ; atau tumor dengan garis tengah lebih dari 5 cm dan
sudah menyebar kekelenjar getah bening ketiak.
Stadium 3 b : tumor telah menyusup keluar payudara , yaitu
ke dalam kulit payudara atau ke dinding dada atau telah
menyebar kekelenjar getah bening di dalam dinding dada
dan tulang dada.
Stadium 4 : tumor telah menyebar kluar daerah payudara
dan dinding dada, misalnya ke hati tulang atu paru paru
l. SADARI (pemeriksaan payudara sendiri)
Cara memeriksa kanker payudara dengan SADARI (periksa
payudara sendiri):
1. Berdiri di depan cermin tanpa BH
2. Perhatikan secara teliti payudara anda didepan cermin, dengan
tanpa berpakain dengan kedua tangan lurus ke bawah :
a. Perhatikan bila ada benjolan atau perubahan bentuk pada
payudara
b. Amatilah dengan teliti sebab anda sendirilah yang lebih
mengenal tubuh anda sendiri

10
3. Pada posisi berdiri, angkatlah kedua tangan lurus ke atas dan
ulangi pemeriksaan di atas, maka akan terlihat benjolan yang
menonjol atau perubahan pada warna / bentuk kulit.
4. Rabalah seluruh permukaan payudara kiri dengan gerakan dari
sisi luar ke arah puting bagian tengah
5. Pada posisi tidur dengan bahu kiri dan tangan kiri di bawah
kepala.
a. Letakan bantal kecil di bawah punggung kiri
b. Rabalah sekitar payudara kiri dengan tangan kanan dari sisi
luar ke arah putinuuyugbg susu bagian tengah
c. Perhatian bila ada benjolan yang mencurigakan
6. Periksalah daerah diantara payudara dan ketiak dan bagian
dalam ketiak
7. Pencetlah secara lembut bagian sekitar puting susu apakah
keluar cairan yang tidak normal (tidak biasa) seperti nanah dan
darah
8. Demikianlah seterusnya lakukan untuk payudara sebelah kanan

Cara meraba payudara :

1. Rabalah dengan 3 ujung jari tengah yang dirapatkan


2. Lakukanlah dengan gerakan memutar dengan tekanan lembut
tapi mantap, dimulai dari pinggir dengan mengikuti arah
putaran jarum jam ke arah puting bagian tengah.
2.1.8. Penatalaksanaan
Ada 2 macam yaitu kuratif (pembedahan) dan poliatif (non
pembedahan). Penanganan kuratif dengan pembedahan yang dilakukan
secara mastektomi parsial, mastektomi total, mastektomi radikal,
tergantung dari luas, besar dan penyebaran kanker. Penanganan non
pembedahan dengan penyinaran, kemoterapi dan terapi hormonal.
1. Terapi kuratif :
a. Untuk kanker mamma stadium 0,1,2,dan 3
Terapi utama adalah mastektomi radikal modifikasi,
alternative tomoorektomi +diseksi aksila
Terapi ajuvan :
Radioterapi paska bedah 4000-6000rads
Kemoterapi untuk pra menopause dengan CMF
(Cyclophosphamide 100mg/m2 dd po hari ke 1-

11
14, methotrexate 40mg/m2 IV hari ke 1 siklus
diulangi tiap 4 minggu dan flouroracil 600
mg/m2IV hari ke 1 atau CAP)
(Cyclophosphamide 500 mg/m2 IV hari ke 1,
adriamycin 50 mg/m2 hari ke 1 dan flouroracil
500mg/m2 hari ke 1 dan 8 untuk 6 siklus)
Hormon terapi untuk pasca menopause dengan
tamoksifen untuk 1-2 tahun
Terapi bantuan, roboransia, terapi sekunder bila perlu,
terapi komplikasi pasca bedah misalnya gangguan gerak
lengan (fisioterapi)
2. Terapi paliatif
Untuk kanker mamma stadium 3 B dan 4 :
a. Terapi utama
Pramenopause, bilateral ovariedektomi
Pasca menopause ; 1) hormone reseptor positif
(takmosifen) dan 2) hormone reseptor negative
(kemoterapi dengan CMF atau CAF)
b. Terapi ajuvan
Oprable (mastektomi simple)
Inoperable (radioterapi)
c. Terapi bantuan ;roboransia

Mastektomi

1. Mastektomi simplek : seluruh jaringan payudara di angkat


tetapi otot di bawah payudara di biarkan utuh dan disisakan
kulit yang cukup untuk menutup luka bekas oprasi.rekonstruksi
payudara lebih mudah di lakukan jika otot dada dan jaringan
lain di bawah payudara di biarkan utuh.
2. Mastektomi simplek di tambah diseksi kelenjar getah bening
atau modifikasi mastektomi radikal : seluruh jaringan payudara
di angkat dengan menyisakan otot dan kulit, disertai
pengangkatan kelenjar getah bening ketiak
3. Mastektomi radikal : seluruh payudara, otot dada dan jaringan
lainya diangkat.

12
Pembedahan breast-conserving

1. Lumpektomi : pengangkatan tumor dan sejumblah kecil


jaringan normal di sekitarnya
2. Exsisi luas atau mastektomi parsial : pengangkatan tumor dan
jaringan normal di sekitarnya yang lebih banyak
3. Kuadrantektomi : pengangkatan sperempat bagian payudara

2.1.9. Patway Ca mammae


Faktor predisposisi Mendesak sel Interupsi sel nyeri
dan resiko tinggi syaraf syaraf
hiperplasi pada sel
mammae

Mendesak Mensuplay nutrisi ke Mendesak pembuluh darah


jaringan sekitar jaringan Ca
Aliran darah terhambat
Menekan jaringan Hibermetabolisme ke
pada mammae jaringan hipoksia
Peningkatan Pe
konsistensi hipermetabolisme Necrosis jaringan
mammae jaringan lain -BB turun
Bakteri patogen
13
Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Resiko infeksi

Mammae Ukuran mammae


membengkak apnormal

Massa tumor Mammae asimetrik Defisiensi pengetahuan


mendesak ke ansietas
jaringan luar Gangguan citra
tubuh

Perfusi jaringan Infiltrasi pleura perietale


terganggu
Exspansi paru menurun
ulkus

Ketidak efektifan
Kerusakan pola nafas
2.2. intregritas
CA Ovarium
kulit/
2.2.1. Definisi
jaringan
Kanker indung telur atau kanker ovarium adalah tumor ganas pada
ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita
berusia 50-70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain,
panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem
pembuluh darah menyebar ke hati & paru-paru. Kanker ovarium
sangat sulit didiagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini
merupakan awal dari banyak kanker primer (wingo, 1995)
2.2.2. Etiologi
1. Diet tinggi lemak
2. Merokok
3. Alkohol
4. Penggunaan bedak talk perineal
5. Riwayat kanker payudara, kolon atau endometrium
6. Riwayat keluarga dengan kanker payudara atau ovarium
7. Nulipara
8. Infertilitas
9. Menstruasi dini
10. Tidak pernah melahirkan
2.2.3. Manifestasi klinis
1. Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel
ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses

14
penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan
proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
2. Hipothesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker
ovarium. Hal ini di dasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel
ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-fitro,
androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal
dan sel-sel kanker ovarium.
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (federation
international of ginecologis and obstetricians) 1987, adalah :
1. STADIUM 1 pertumbuhan terbatas pada ovarium
Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium,
tidak ada asietas yang berisi sel ganas, tidak ada
pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.
Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium,
tidak asietas, berisi sel ganas, tidak ada tumor di permukaan
luar, kapsul intak
Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada
tumor di permukaan luar atau kedua ovarium atau kapsul
pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau atau dengan
bilasan peritoneum positif
2. STADIUM 2 pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan
perluasan ke panggul
Stadium 2a: perluasan atau metastasis ke uterus dan atau
tuba
Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainya
Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor
dengan permukaan satu atau kedua ovarium, kapsul pecah
atau dengan asitas yang mengandung sel ganas dengan
bilasan peritonium positif
3. STADIUM 3 tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan
inplan di peritoneum di luar pelvis dan atau retroperitonial positif.
Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi sel histologi terbukti
meluas ke usus besar atau omentum.

15
Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar
getah bening negatif tetapi secara histologi dan di
konfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya
pertumbuhan (seeding) dipermukaan peritonium abdominal
Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium
dengan inplant di permukaan peritonium dan terbukti
secara picroskopis, diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar
getah bening negatif
Stadium 3c : inplant di abdomen dengan diameter > 2 cm
dan atau kelenjar getah bening retroperitoneal atau inguinal
positif.
4. STADIUM IV - > pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium
dengan metastasis jauh.Bila efusi pleura dan hasil sitologinya
positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan liver.
2.2.4. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksaan kimia darah
3. Serum HCG
4. Alfa fetroprotein
5. Analisa air kemih
6. Pemeriksaan saluran pencernaan
7. Laparatomi
8. Citi scan / MRI perut
9. Pemeriksaan panggul
10. USG mengunakan frekuenasi tinggi glombang suara untuk
mengahasilkan gambar dari bagian dalam tubuh
11. Pembedahan untuk mengangkat contoh jaringan untuk pengujian
12. CA 125 tes darah. CA 125 adalah protein yang di temukan pada
permukaan sel kanker ovarium dan beberapa jaringan sehat.
Banyak wanita dalam kanker ovarium memiliki tingkat apnormal
tingi CA125 dalam darah mereka.
2.2.5. Penatalaksanaan
Pembedahan
Penatalaksanaan pertama tumor ovarium adalahpembedahan.
Tindakan pembedahan selain bertujuan untuk diagnosis
(jinak/ganas,jenis sel tumor), juga bertujuan untuk terapi yaitu
pengangkatan tumor dan juga penetapan stadium (surgical staging).

16
Prosedur pembedahan pada tumor ovarium yang curiga ada keganasan
yaitu sebagai berikut :
1. Insisimediana
2. Sitologi cairan peritoneum atau bilasan rongga peritoneum
3. Exsplorasi rongga peritoneum, biopsi daerah yang mencurigakan
4. Salpingooovorektomi (potong beku)
5. Salpingooovorektomi kontalateral
6. Histerektomitotalis
7. Omentektomi infrakolika
8. Limfadenektomi pelvik kiri kanan dan para aorta
9. Biopsiperitonium (paravesikal, parakolika kiri-kanan,
subdiagfraghma, kavum douglas dan daerah perlengketan tumor)
10. Exsisi lesi tumor-tumor metastasis
Kemoterapi
Kemoterapi kombinasi diperlukan untuk setadium 1c atau lebih dengan
kombinasi dasar cisplatin dan taxan sebagai kemoterapi primer.
Radioterapi hanya diberikan pada jenis disgerminoma dan penderita
tidak lagi menginginkan anak. Regimen kemoterapi tergantung jenis
histologi tumor.
Tabel regimen kemoterapi

Jenis histologi Regimen kemoterapi


Golongan epitel CP Cis-platinum / carboplati, cyclophospamide
CAP Cis-platinum/ carboplatin, adriamycin,
cyclophospamide
TC Taxane paclitaxel/docetaxel,cis-
platinum/carboplatin
TG Paclitaxel,gemcitabine
Golongan PVB Cis-platinum/ carboplatin, vinblastine,
germinal -stromal bleomycin
BEP Cis-platinum/carboplatin, etoposide,bleomycin
VAC Vincristine, adriamycin, cyclophospamide

2.2.6. Masalah yang lazim muncul


1. Nyeri akut b.d penekanan perut bagian bawah akibat kanker
metastasis
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan produksi
darah (anemia)

17
3. Ansietas b.d stres akibat kurangnya pengetahuan tentang penyakit
dan penatalaksanaanya
4. Resiko perdarahan b.d penurunan volume darah (anemia,
tromositopeni, kemoterapi)
5. Ketidak efektifan pola sexsualitas b.d perubahan struktur , fungsi
organ, penyakit atau terapi medis.
2.2.7. Discharge planning
Beberapa faktor muncul untuk mengurangi resiko kanker indung
telur,termasuk :
1. Kontrasepsi oral (pil.KB). dibandingkan dengan wanita yang tidak
pernah menggunakan mereka, para wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral selama lima tahun atau lebih mengurangi resiko
kanker ovarium sekitar 50% , sesuai ACS
2. Kehamilan dan menyususi. Memiliki paling tidak satu anak
menurunkan resiko mengalami kanker ovarium. Menyusui anak-
anak juga dapat mengurangi resiko kanker ovarium.
3. Tubaligasi / histerektomi. Setelah tabung anda di ikat atau memiliki
histerektomi dapat mengurangi esiko kanker ovarium.
4. Konsultasikan dengan dokter tindakan yang akan di lakukan
2.2.8. patway Ca Ovarium

Mutagen, makanan, Inkusi epitel stroma kista


wanita mandul,
primipara tua> 45 Rangsangan
tahun, genetik hormone estrogen
meningkat

Proliferasi kista

Terapi radiasi maligna Metatase jaringan sekitar

Efek samping Pembesaran massa Penurunan fungsi organ

Kerusakan sel Kompresi serabut Ketidakefektifan pola


sekitar, rambut saraf sexsualitas
rontok, penurunan
hemotopoetik, 18
anemia, penurunan
produksi eritrosit
nyeri

Penurunan motilitas Status kesehatan menurun Ketidak efektifan perfusi


usus jaringan perifer resiko
perdarahan

Peristaltic menurun

Koping indifidu tidak Gangguan citra


konstipasi efektif tubuh

ansietas

2.3. CA Mioma Uteri


2.3.1. Anatomi dan Fisiologi
Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak di
dalam pelvis, antara rektum di belakang dan kandung kencing di
depan. Ototnya disebut miometrium dan selaput lendir yang melapisi
sebelah dalamnya disebut endometrium. Letak uterus sedikit anteflexi
pada bagian lehernya dan anteversi (meliuk agak memutar ke depan)
dengan fundusnya terletak di atas kandung kencing. Panjang uterus
adalah 5 sampai 8 cm dan beratnya 30 sampai 60 gram. Uterus terbagi
atas 3 bagian berikut :
Anatomi Uterus
1. Fundus, bagian cembung di atas muara tuba uterina
2. Badan uterus, melebar dari fundus ke servix, sedangkan antara
badan dan servix terdapat istmus
3. Bagian bawah yang sempit pada uterus disebut servix

Dinding rahim yang terdiri dari segi lapisan yaitu :

1. Lapisan serosa (lapisan peritonium) di luar

19
2. Lapisan otot (lapisan miometrium) di tengah
3. Lapisan mukosa (lapisan endometrium) di dalam

Ligamentum teres uteri ada dua buah, di sebelah kiri dan di sebelah
kanan sebuah. Terdiri atas jaringan ikat dan otot, berisi pembuluh
darah dan ditutupi peritonum. Ligamen ini berjalan dari sudut atas
uterus ke depan dan ke samping, melalui anulus inguinalis profundus
ke kanalis inguinalis. Setiap ligamen panjangnya 10 sampai 12,5 cm.

2.3.2. Fungsi Uterus


Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama
perkembangan. Sebutir ovum, sesudat keluar dari ovarium, diantarkan
melalui tuba uterina ke uterus. Endometrium disiapkan untuk
penerimaan ovum yang telah dibuahi itu dan ovum itu sekarang
tertanam di dalamnya. Sewaktu hamil, yang secara normal berlangsung
selama kira-kira 40 minggu, uterus bertambah besar, dindingnya
menjadi tipis tetapi lebih kuat dan membesar sampai keluar pelvis
masuk ke dalam rongga ebdomen pada masa pertumbuhan fetus.
Pada waktu saatnya tiba dan mulas tanda melahirkan mulai, uterus
berkontraksi secara ritmis dan mendorong bayi dan plasenta keluar
kemudian kembali ke ukuran normalnya melalui proses yang dikenal
sebagai involusi.
2.3.3. Definisi
Mioma uteri atau juga dikenal dengan leiomioma uteri atau
fibromioma uteri fibroid adalah tumor jinak rahim yang paling sering
didapatkan pada wanita. Mioma uteri merupakan tumor paling umum
pada traktus genitalis. Leiomioma berasal dari sel otot polos rahim dan
pada beberapa kasus berasal dari otot polos pembuluh darah rahim.
(Derek, 2002).
Berdasarkan posisi mioma uteri terdapat lapisan-lapisan uterus, dapat
dibagi dalam 3 jenis :
Mioma Submukosa
Tumbuhnya tepat di bawah endometrium. Paling sering
menyebabkan perdarahan yang banyak. Adanya mioma
submukosa dapat dirasakan sebagai suatu curet bump

20
(benjolan waktu kuret). Kemungkinan degenerasi sarcoma juga
lebih besar pada jenis ini. Mioma uteri dapat tumbuh
bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui serviks
(miomgeburt).
Interstinal atau intramural
Terletak di dinding uterus diantara serabut miometrium. Karena
pertumbuhan tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan
terbentuk simpai yang mengelilingi tumor. Bila di dalam
dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan
mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi
yang padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus,
dalam pertumbuhannya akan menekan dan mendorong
kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan keluhan
miksi. Berubah sering tidak memberikan gejala klinis yang
berarti kecuali rasa tidak nyaman karena adanya massa tumor
di daerah perut sebelah bawah.
Subserosa atau subperitoneal
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai
tonjolan saja, dapat pula sebagai suatu massa yang
dihubungkan dengan uters melalui tungkai. Pertumbuhan ke
arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan
disebut juga mioma intraligamenter. Perlengketan dengan usus,
omentum atau mesenterium di sekitarnya menyebabkan sistem
peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum.
Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, dan mioma ini
dikeal sebagai jenis parasitik. (Prawirohardjo, 2002).
2.3.4. Etiologi
Walaupun mioma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti,
namun dari hasil penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa
mioma uteri terjadi terjadi tergantung pada sel-sel imatur yang terdapat
pada cell Nest yang selanjutnya dapat dirangsang terus menerus oleh
hormon estrogen. Namun demikian, beberapa faktor yang dapat
menjadi faktor pendukung terjadinya mioma adalah wanita usia 35-45

21
tahun, hamil pada usia muda, genetik, zat-zat karsinogenik, sedangkan
yang menjadi pencetus dari terjadinya mioma uteri adalah adanya sel
yang imatur.

Faktor-faktor penyebab mioma uteri belum diketahui, namun ada 2


teori yang berpendapat :

Teori stimulasi

Berpendapat bahwa estrogen sebagai faktor etiologi, mengingat


bahwa :

1. Mioma uteri sering kali tumbuh lebih cepat pada masa


hamil
2. Neoplasma ini tidak pernah ditemukan sebelum monarche

3. Mioma uteri biasanya mengalami atrofi sesudah menopause

4. Hiperplasia endometrium sering ditemukan bersama


dengan mioma uteri.

Teori Cellnest atau genitoblas

Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot imatur


yang terdapat pada cell nest yang selanjutnya dapat dirangsang
terus menerus oleh estrogen. (Prawirohardjo, 2002).

2.3.5. Manifestasi Klinis


Separuh dari penderita mioma uteri tidak mengalami gejala. Pada
umumnya manifesasi klinis tergantung pada lokasi mioma, ukuran dan
adanya perubahan sekunder di dalam moma tersebut. Berikut adalah
menifestasi klinis mioma uteri yang sering terjadi :
Tumor (massa di perut bawah)
Sering kali penderita mioma uteri datang untuk memeriksakan
dirinya saat merasakan adanya massa pada perut bagian bawah.

22
Perdarahan
Biasanya dalam bentuk menorraghia (perdarahan pada
menstruasi), dan didapat pada mioma submukosa. Ini
diakibatkan oleh pecahnya pembuluh-pembuluh darah.
Perdarahan oleh mioma dapat menimbulkan anemia yang berat.
Mioma intramural juga dapat menyebabkan perdarahan, oleh
karena ada gangguan kontraksi otot uterus. Jenis mioma
subserosa tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal.
Nyeri
Nyeri bukan merupakan gejala yang khas untuk mioma,
meskipun sering terjadi. Keluhan yang sering diutarakan adalah
rasa berat dan dysmeorrhe. Kemungkinan disebabkan adanya
gangguan peredaran darah, yang juga disertai nekrose
setempat, atau disebabkan proses radang dengan perlekatan ke
omentum usus.
Rasa nyeri juga bisa disebabkan oleh karena torsi pada mioma
subserosa. Dalam hal ini sifatnya akut dan disertai dengan rasa
mual dan muntah. Pada mioma yang sangat besar, rasa nyeri
dapat disebabkan karena tekanan terhadap urat saraf, dan
menjalar ke pinggang serta tungkai bawah.
Akibat tekanan
Penekanan pada organ disekitar tumor, seperti kandung kemih,
ureter, rectum, atau organ-organ yang ada di rongga panggul
lainnya dapat menimbulkan gangguan buang air kecil dan
gangguan buang air besar, pelebaran pembulluh darah vena
dalam panggul, serta gangguan ginjal karena pembengkakan
tangkai miom. Apabila terjadi tekanan pada vena cava inferior
akn terjadi odem tungkai bawah.
Infertilitas dan abortus
Dapat terjadi gangguan untuk sulit hamil (infertilitas) jika
mioma intramural menutup atau menekan pars interstitialis
tubae. Mioma submukosa memudahkan terjadinya abortus. Bila
ditemukan mioma pada wanita dengan keluhan infertilitas

23
harus dilakukan pemeriksaan yang seksama terhadap sebab-
sebab lain dari infertilitas sebelum menghubungkan dengan
kemungkinan adanya mioma uteri.
2.3.6. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil di dalam
miometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu
miometrium terdesak menyusun semacam pseudekapsula atau simpai
semu yang mengelilingi tumor di dalam uterus mungkin terdapat satu
mioma, akan tetapi mioma biasanya banyak. Jika ada satu mioma yang
tumbuh intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar
dan konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus, uterus
mioma dapat menonjol ke depan sehingga menekan dan mendorong
kandung kencing ke atas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi.
Tetapi masalah akan timbul jika terjadi: berkurangnya pemberian darah
pada mioma uteri yang menyebabkan tumor membesar, sehingga
menimbulkan rasa nyeri dan mual. Selain itu masalah dapat timbul lagi
jika terjadi perdarahan abnormal pada uterus yang berlebihan sehingga
terjadi anemia. Anemia ini bisa mengakibatkan kelemahan fisik,
kondisi tubuh lemah, sehingga kebutuhan perawatan diri tidak dapat
terpenuhi. Selain itu dengan perdarahan yang banyak bisa
mengakibatkan seseorang mengalami kekurangan volume cairan
(Sastrawinata S: 151)
2.3.7. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Mansjoer (2002), pemeriksaan yang dilakukan pada kasus
Mioma Uteri untuk menegakkan diagnosisnya adalah :
Pemeriksaan Darah Lengkap
Hb turun, Albumin turun, Lekosit turun/meningkat, Eritrosit
turun.
USG (Ultrasonografi)
Terlihat massa pada daerah uterus.
Vaginal Toucher
Didapatkan perdarahan pervaginam, teraba massa, konsistensi
dan ukurannya.
Sitologi
Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma tersebut.

24
Rontgen
Untuk mengetahui kelainan yang mungkin ada yang dapat
menghambat tindakan operasi.
ECG
Mendeteksi kelainan yang mungkin terjadi, yang dapat
mempengaruhi tindakan operasi.
Ultrasonografi
Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat
dalam menetapkan adanya Mioma Uteri. Ultrasonografi
transvaginal terutama bermanfaat pada uterus yng kecil. Uterus
atau massa yang paling besar paling baik diobservasi melalui
ultrasonografi transabdominal. Mioma Uteri secara khas
menghasilkan gambaran ultrasonografi yang
mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun pembesaran
uterus. Adanya klasifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik
dengan bayangan akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya
daerah yang hipoekoik.
Histeroskopi
Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya Mioma Uteri
submukosa, jika tumornya kecil serta bertangkai. Tumor
tersebut sekaligus dapat diangkat.
MRI (Magnetic Resonance Imaging
MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah,ukuran dan
lokasi mioma, tetapi jarang diperlukan. Pada MRI, mioma
tampak sebagai massa gelap terbatas tegas dan dapat dibedakan
dari miometrium yang normal. MRI dapat mendeteksi lesi
sekecil 3 mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk
mioma submukosa. MRI dapat menjadi alternatif ultrasonografi
pada kasus -kasus yang tidak dapat disimpulkan.
2.3.8. Penatalaksanaan
Penanganan bergantung pada intensitas gejala, ukuran, serta lokasi
tumor, dan usia pasien, paritas, status kehamilan, keinginan
mempunyai anak, serta kondisi kesehatan secara umum.

25
Pilihan terapi meliputi tindakan nonbedah dan tindakan bedah. Terapi
farmakologi umumnya tidak efektif dalam jangka waktu yang lama
bagi tumor fibroid. (Kowalak, 2011).
Di samping metode observasi, metode nonbedah meliputi :
Preparat agonis GnRH untuk dengan cepat mensupresi pelepasan
gonadotropin hipofisis yang menimbulkan hipoestrogenemia berat,
berkurangnya volume uterus hingga 50 % (efek puncaknya tercapai
setelahterapi memasuki minggu ke-12), dan mengecilnya tumor
sebelum operasi serta berkurangnya perdarahan selama pembedahan
dan peningkatan hematokrit prabedah.
Terapi ini tidak menyembuhkan karena tumor akan terus membesar
setelah terapi dihentikan. Peningkatan ukuran tumor selama terapi
dapat menunjukkan sarcoma uteri. Terapi dengan preparat agonis
GnRH sebaiknya dilakukan prabedah atau selama kurun waktu hingga
enam bulan pada wanita perimenopaus, yang setelah itu segera
mengalami menopause alami sehingga tindakan bedah dapat dihindari.
NSAID (Nonsteroid Antiinflammatory Drugs)
Ibuoprofen sebagai obat antiinflamasi nonsteroid untuk mengatasi
dismenore dan gangguan rasa nyaman pada panggul. (Kowalak, et.al,
2011).
Terapi nonfarmakologis untuk mioma uteri antara lain :
Observasi
Bila uterus lebih kecil dari ukuran uterus kehamilan 12 minggu,
tanpa disertai penyulit lain.
Ekstirpasi
Atau pengangkatan seluruh massa tumor beserta kapsulnya
untuk mioma submukosa bertangkai atau mioma lahir,
umumnya dilanjutkan dengan tindakan D/K.
Laparotomi dan miomektomi
Hal ini dilakukan bila fungsi reproduksi masih dibutuhkan dan
secara teknis masih memungkinkan untuk dilakukan tindakan
tersebut. Biasanya tindakan ini dilakukan untuk mioma
intramural, subserosa, dan subserosa bertangkai. Namun
walaupun hanya dilakukan miomektomi, kemungkinan
infertilitas pascatindakan sangat mungin terjadi.

26
Laparotomi dan histerektomi
Tindakan ini dilakukan bila :
1. Fungsi reproduksi tidak diperlukan lagi
2. Pertumbuhan tumor sangat cepat
3. Sebagai tindakan hemostasis, dimana terjadi perdarahan
yang terus-menerus dan tidak membaik dengan
pengobatan.
Histerektomi yang dilakukan adalah histerektomi totalis tanpa
ovariektomi, namun bila mengalami kesulitan, dapat dilakukan
histerektomi subtotalis
Ovariektomi Bilateral
Tindakan ini dilakukan untuk penderita dengan usia di atas 50
tahun. Setelah dilakukan tindakan ini, penderita mendapatkan
substitusi hormonal (Achadiat, 2004)
2.3.9. Komplikasi
Komplikasi Mioma Uteri menurut Wiknjosastro, (2007:340) yaitu :
Degenerasi ganas
Keganasan umumnya terjadi ditemukan pada pemeriksaan
histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan
keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan
apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul
gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis,
sehingga terjadi sindrom abdomen akut. Sarang mioma dapat
mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena
gangguan sirkulasi darah padanya.
Nekrosis dan infeksi
Pada mioma sub mukosum yang terjadi polip, ujungnya kadang
dapat melalui kanalis servikalis dan dialirkan ke vagina. Dalam
hal ini kemungkinan terjadi nekrosis dan infeksi sekunder,
penderita mengeluh tentang pendarahan yang bersifat
menoragia atau metrogania dan leukea.
Perdarahan sampai terjadi anemia.
Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan.
Pengaruh mioma terhadap kehamilan.
1. Infertilitas

27
2. Abortus
3. Persalinan prematuritas dan kelainan letak
4. Inersia uteri
5. Gangguan jalan persalinan
6. Perdarahan post partum
7. Retensi plasenta
8. Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
a. Mioma cepat membesar karena rangsangan
estrogen
b. Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai
2.3.10. Prognosis
Prognosis baik jika ditemukan mioma berukuran kecil, tidak
cenderung membesar dan tidak memicu keluhan yang berarti, cukup
dilakukan pemeriksaan rutin setiap 3-6 bulan sekali termasuk
pemeriksaan USG. 55% dari semua mioma uteri tidak membutuhkan
suatu pengobatan dalam bentuk apapun. Menopause dapat
menghentikan pertumbuhan mioma uteri. Pengecilan tumor sementara
menggunakan obat- obatan GnRH analog dapat dilakukan, akan tetapi
pada wanita dengan hormon yang masih cukup (premenopause),
mioma ini dapat membesar kembali setelah obat-obatan ini dihentikan.
Jika tumor membesar, timbul gejala penekanan, nyeri hebat, dan
perdarahan dari kemaluan yang terus menerus, tindakan operasi
sebaiknya dilakukan.

28
2.3.11. Patway Ca Mioma Uteri

Herediter, pola Myoma uteri


hidup, hormonal

Myoma intramural Myoma submukosum Myoma subserosum


(dinding antara (tumbuh menjadi polip, (diantara
miometrium) dilahirkan melalui serviks) ligamentum)

Penurunan imun tubuh Resiko infeksi Tanda/gejala

Perdarahan pervagina Tindakan pembedahan Pembesaran uterus


(histerektomi)
Hb menurun Resiko kekurangan Penekanan organ
volume cairan sekitar

Tak tertangani Resiko syok


dengan cepat
Kurang informasi
perlukaan mengenai prognosis
penyakit dan terapi
Kerusakan
intregritas jaringan ansietas

Hilangnya uterus ovarium

Menekan vesika urinaria & rektum Penekanan syaraf


Estrogen berkurang

Pola eliminasi terganggu nyeri


Produksi kewanitaan menurun
2.4. CA Cerviks
Libido seksual
2.4.1. menurun
Definisi Disfungsi seksual Retensi urin konstipasi
Kanker leher Rahim atau kanker serviks termasuk kedalam
kategori kanker yang ganas. Kanker serviks adalah suatu proses
keganasan yang terjadi pada serviks, sehingga jaringan sekitarnya tidak

29
dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya. Keadaan tersebut
biasanya disertai dengan adanya perdarahan dan pengeluaran cairan
vagina yang abnormal, penyakit ini dapat terjadi berulang-ulang.
(Bertiani.E Sukaca, 2009)
Kanker leher Rahim (Kanker Serviks ) merupakan sebuah tumor
ganas yang tumbuh didalam leher Rahim/seviks. Yaitu bagian terendah
dari Rahim yang menempel pada puncak vagina. Kanker serviks ini
dapat muncul pada perempuan usia 35-55 tahun. (Bertiani.E Sukaca,
2009)
Kanker serviks merupakan penyakit kanker perempuan yang
menimbulkan kematian terbanyak akibat penyakit kanker terutama di
Negara berkembang. Diperkirakan dijumpai kanker serviks baru
sebanyak 500.000 orang diseluruh dunia dan sebagian besar terjadi di
Negara berkembang. Salah satu penyebabnya adalah karena infeksi
human Papilloma Virus (hPV) yang merangsang perubahan perilaku
sel epitel serviks
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah
mulut Rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang
tidak terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya
2.4.2. Klasifikasi Stadium
Stadium 0, Stadium ini disebut juga carcinoma in situ (CIS). Tumor
masih dangkal, hanya tumbuh di lapisan sel serviks
Stadium I, Kanker telah tumbuh dalam serviks, namun belum menyebar
kemanapun. Stadium I dibagi menjadi :
- Stadium IA1, Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3,0
mm dan lebar horizontal lesi tidak lebih dari 7 mm.
- Stadium IA2, Invasi ke stroma lebih dari 3 mm tapi kurang dari 5 mm
dan perluasan horizontal tidak lebih dari 7 mm.
- Stadium IB1, Lesi yang tampak tidak lebih dari 4 cm dari dimensi
terbesar.
- Stadium IB2, Lesi yang tampak lebih dari 4 cm dari diameter terbesar.
Stadium II, Kanker telah menginvasi di luar uterus, tetapi belum
mengenai dinding panggul atau sepertiga distal/bawah vagina.
- Stadium IIA, Kanker meluas sampai ke atas vagina, tapi belum
menyebar ke jaringan yang lebih dalam dari vagina.

30
- Stadium IIB, Kanker telar menyebar ke jaringan sekitar vagina dan
serviks, namun belum sampai ke dinding panggul.
Stadium III, Kanker telah meluas ke dinding panggul dan/atau mengenai
sepertiga bawah vagina dan/atau menyebabkan hidronefrosis atau tidak
berfungsinya ginjal, mungkin dapat menghambat aliran urin ke kandung
kemih.
- Stadium IIIA, Kanker telah meluas ke sepertiga bawah vagina dan tidak
invasi ke parametrium tidak sampai ke dinding panggul.
- Stadium IIIB, Kanker telah meluas ke dinding panggul dan/atau
menyebabkan hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal.
Stadium IV, Pada stadium ini, kanker telah menyebar ke bagian lain
tubuh seperti kandung kemih, rectum, atau paru-paru.
- Stadium IVA, Kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung
kemih dan rectum.
- Stadium IVB, Kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh, seperti
paru-paru.
2.4.3. Etiologi
a) Faktor Makanan
-Makanan
Makanan yang mungkin meningkatkan resiko terjadinya kanker
serviks pada wanita adalah makanan yang rendah : Beta karoten,
Retinol (Vitamin A), Vitamin C, Vitamin E. Sedangkan makanan
yang berkhasiat dalam pencegahan kanker adalah bahan-bahan
antioksidan seperti : advokat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur,
bawang, bayam, tomat, Vitamin E, Vitamin C dan beta karoten.
Sumber vitamin E adalah banyak terdapat dalam minyak nabati
(kedelai, jagung, biji-bijian dan kacang-kacangan). Sedangkan
vitamin C banyak terapat dalam sayur-sayuran dan buah-buahan.
- Gangguan Sistem Kekebalan
Wanita yang terkena gangguan kekebalan tubuh atau kondisi
imunosupresi (penurunan kekebalan tubuh) dapat terjadi
peningkatan terjadinya kanker leher Rahim. Pada wanita
imunokompromise (penurunan kekbalan tubuh) seperti
transplantasi ginjal dan HIV, dapat mengakselerasi pertumbuhan

31
sel kanker dari noninvasive menjadi invasive (tidak ganas menjadi
ganas)
- Pemakaian Kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi pil dlaam jangka waktu lama (5 tahun atau
lebih) menungkatkan resiko kanker leher Rahim sebanyak 2 kali.
Sebab tugas pil KB adalah mencegah kehamilan dengan cara
menghnetikan ovulasi dan menjaga kekentalan lendir servikal
sehingga tidak dilalui sperma.
- Polusi Udara
Polusi udara ternyata dapat menyebabkan penyakit kanker leher
Rahim. Sumber dari polusi udara ini disebabkan oleh dioksin.
Sumber dioksin berasal dari beberapa factor antara lain :
Pembakaran limbah padat dan cair
Pembakaran sampah, asap kendaraan bermotor
Asap hasil industry kimia
Kebakan hutan dan asap rokok
- Terlalu Sering Membersihkan Vagina
Terlalu sering menggunakan antiseptic untuk mencuci vagina dapat
memicu kanker leher Rahim karena dapat menyebabkan iritasi di
serviks. Iritasi ini akan merangsang terjadinya perubahan sel yang
akhirnya berubah menjadi kanker.
b) Factor Individu
- Merokok
Tembakau adalah bahan pemicu kaersinogenik yang paling baik.
Wanita perokok memiliki resiko 2 kali lebih besar terkena kanker
serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Efek
langsung bahan-bahan tersebut pada serviks adalah menurunkan
status imun local sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi
virus.
- Penggunaan Celana Ketat
Secara normal didalam vagina terdapat banyak mikroorganisme
yang sebagian besar tidak membahayakan tubuh. Hanya sekitar 5%
saja bakteri pathogen yang berkeliaran dalam vagina. Namun jika
ada bakteri dari luar yang menyerang maka bakteri tersebut dapat
berkembang. Dalam penggunaan legging dapat mempercepat
berkembangnya bakteri sebab lembab.

32
- Umur
Menopaous memang akan dialami semua wanita. Pada masa itu
sering terjadi perubahan sel-sel abnormal pada mulut Rahim. Pada
usia 35-55 tahun memiliki resiko 2-3 kali lipat untuk menderita
kanker mulut Rahim (serviks).
- Usia Wanita saat Menikah
Menurut Undang-Undang Perkawinan No.27 Tahun 1983,
disebutkan bahwa usia calon pengantin bagi wanita adalah ditas 20
tahun dan pria diatas 25 tahun. Dengan begitu maka kedua
pasangan mempuanyai kesiapan mental dan fisik. Seorang
perempuan disebut siap fisik jika telah menyelesaikan
pertumbuhannya, yaitu diatas usia 20 tahun. Hal ini berkaitan erat
dengan belum sempurnanya perkembangan organ reproduksinya.
Resiko lebih besar mengalami perubahan sel-sel mulut Rahim. Hal
ini karena pada saat usia muda, sel-sel rahm masih belum matang.
Sel-sel tersebut tidak rentan terhadap zat-zat kimia yang dibawa
oleh sperma. Jika belum matang, ketika ada ransangan sel yang
tumbuh tidak seimbang dengan sel yang mati. Dengan begitu maka
kelebihan sel ini berubah sifat menjadi sel kanker.
c) Faktor Pasangan
- Hubungan Seks Pada Usia Muda
Semakin muda seorang perempuan melakukan hubungan seks,
semakin besar resikonya untuk terkena kanker serviks.
Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan
hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3
kali lebih besar dari pada yang menikah pada usia lebih dari 20
tahun. Kambuhnya kanker bisa bertahan hingga 5 tahun. Perubahan
dari dysplasia ringan sampai kanker stadium 0 memerlukan waktu
5 tahun. Sedangkan untuk menjadi kanker invasive waktunya
cukup lama yaitu antar 3-10 tahun. Tetapi jika sudah invasive,
untuk meluas dan menyebar memerlukan waktu yang sangat
singkat. Misalnya, dari kanker serviks stadium 1 sampai meninggal
hanya memerlukan waktu kurang dari 5 tahun.

33
- Pasangan Seksual Lebih dari Satu (Multipartner Sex)
Perilaku bergonta-ganti pasangan akan meningkatkan penularan
penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi human
papilloma virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan
timbulnya kanker serviks. Resiko terkena kanker serviks menjadi
10 kali lipat pada wanita yang mempunyai teman seksual 6 orang
atau lebih.
2.4.4. Tanda dan Gejala

Pada fase sebelum terjangkitnya kanker sering penderita tidak


mengalami gejala atau tanda yang khas. Namun sering ditemukan
gejala-gejala sebagai berikut :

a. Keluar cairan encer dari vagina (keputihan).


b. Pendarahan setelah senggama yang kemudian dapat berlanjut
menjadi perdarahan yang abnormal.
c. Rasa sakit saat berhubungan seksual
d. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.
e. Jika kanker berkembang makin lanjut maka akan timbul gejala-
gejala seperti berkurangnya nafsu makan, penurunan berat badan,
kelelahan, nyeri panggul, punggung dan tungkai, keluar air kemih dan
tinja dari vagina, patah tulang.
f. Pada fase invasive dapat keluar cairan yang berwarna kekuning-
kuningan, berbau dan dapat bercampur dengan darah.
g. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis
h. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada
radang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah,
kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa timbul nyeri di
tempat-tempat lainnya.
i. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang
gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar
bagian bawah (rectum).
2.4.5. Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada kanker serviks sampai
stadium IIA dan dengan hasil pengobatan seefektif radiasi, akan

34
tetapi mempunyai keunggulan dapat meninggalkan ovarium pada
pasien usia premenopause. Kanker serviks dengan diameter 4 cm
lebih bik diobati dengan kemoradiasi dari pada operasi.
b. Radioterapi
Terapi radiasi dapat diberikan pada semua stadium,
terutama mulai stadium II B sampai IV atau bagi pasien pada
stadium yang lebih kecil tetapi tidak merupakan kandidat untuk
pembedahan.
Komplikasi radiasi yang paling sering adalah komplikasi
gastrointestinal seperti proktitis, kolititis, dan traktus urinarius
seperti sistitis dan stenosis vagina.
Teleterapi dengan radioterapi while pelvic diberikan dengan
fraktir 180-200 cGy per hari selama 5 minggu sebagai awal
pengobatan. Tujuannya untuk memberikan radiasi seluruh rongga
panggul, parametrium, kelenjar getah bening iliaka, dan para-aorta.
Terapi kemudian dilanjutkan dengan brakiterapi dengan
menginsersi tandem dan ovoid melalui aplikasi. Tujuan brakiterapi
untuk memberikan radiasi dosis tinggi ke uterus, serviks, vagina,
dan parametrium.
Radioterapi ajuvan dapat diberikan pada pasien pascabedah
dengan resiko tinggi.
c. Kemoterapi
Kemoterapi terutama diberikan sebagai gabungan radio-kemoterapi
ajuvan atau untuk terapi paliatif pada kasus residif. Kemoterapi
yang paling aktif adalah Cisplatin. Carboplatin juga mempunyai
aktifitas yang sama dengn Cisplatin. Jenis kemoterapi lainnya yang
mempunyai aktifitas yang dimanfaatkan dalam terapi adalah
ifosfamid dan paclitaxel.
2.4.6. Pemeriksaan Penunjang
3. Sitologi/ pap smear.
Suatu test yang aman dan murah. Telah dipakai betahun-tahun
lamanya untuk kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher
rahim. Terjadinya kanker serviks ditandai dengan adanya

35
pertumbuhan sel-sel pada leher rahim yang abnormal, tetapi
sebelum sel-sel tersebut menjadi sel-sel kanker.
4. Biopsy
Pengobatan dengan cara operasi. Dengan biopsy dapat ditemukan
atau ditentukan jenis karsinomanya. Biopsi dilakukan jika
pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau luka pada
serviks atau jika pap smear menunjukkan suatu abnormalitas atau
kanker.
5. Konisasi
Sebuah cara mengangkat jaringan yang mengandung selaput lendir
serviks dan epitel gepeng serta kelenjarnya. Konisasi dilakukan
bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak
kelainan-kelainan yang jelas.
6. Radiologic
Pemeriksaan radiologic adalah dengan foto thoraks, BNO-IVP
(optimal CT Scan abdomen-pelvis dengan kontras, USG dan MRI,
bone scanning/bone survey).
7. Endoskopi
Pemeriksaan sistoskopi dan rektoskopi hanya dilakukan pada
stadium lanjut (>stadium II).
8. Laboratorium
Pemeriksaan darah tepid an kimia darah lengkap (optinal :tumor
marker SCC untuk karsinoma skuamosa dan CEA untuk
adenokarsinoma). Untuk dapat diberikan radiasi sekurang-
kurangnya : Hb 10 gr%, Leukosit >3000, Trombosit >80.000.

2.4.7. Komplikasi

a.Nyeri
Jika kanker menyebar ke ujung saraf, tulang atau otot sering dapat
menyebabkan rasa nyeri yang luar biasa.
Namun, sejumlah obat-obatan penghilang rasa sakit yang efektif
biasanya dapat digunakan.
b. Gagal ginjal
Ginjal menghilangkan bahan limbah dari darah. Limbah dibuang
keluar dari tubuh dalam urin melalui tabung yang disebut ureter.

36
Dalam beberapa kasus kanker serviks stadium lanjut, tumor kanker
(pertumbuhan jaringan abnormal) dapat menekan ureter,
menghalangi aliran urin keluar dari ginjal. Sehingga urin tertampung
dalam ginjal dikenal sebagai hidronefrosis dan dapat menyebabkan
ginjal menjadi bengkak dan rusak.
c. Bekuan darah
Kanker serviks, seperti kanker lainnya, dapat membuat darah lebih
lengket dan membuatnya lebih rentan terhadap penyumbatan.
Istirahat di tempat tidur setelah operasi dan kemoterapi juga dapat
meningkatkan risiko mengalami penggumpalan darah sehingga
menyumbat aliran darah.Biasanya terjadi pada ektermitas bawah
d. Pendarahan
Jika kanker menyebar ke usus vagina atau kandung kemih, dapat
menyebabkan kerusakan yang signifikan, mengakibatkan
pendarahan. Perdarahan dapat terjadi pada vagina, rektum (bagian
belakang), atau mungkin mengeluarkan darah ketika buang air kecil.
e. Fistula
Fistula merupakan komplikasi yang jarang terjadi namun
menyedihkan yang terjadi di sekitar 1 dalam 50 kasus kanker serviks
stadium lanjut.
Fistula adalah saluran abnormal yang berkembang antara dua bagian
tubuh. Dalam kebanyakan kasus yang melibatkan kanker serviks,
fistula berkembang antara kandung kemih dan vagina. Dan kadang-
kadang fistula berkembang antara vagina dan dubur.

2.4.8. Patway HPV


Faktor resiko
Merokok, umur,pemakaian pil kb, hubungan sexsual

37
Metaplasia skuamosa

Ca serviks

Tahap awal Tahap lanjut terapi

Nekrosis Menyebar Pembesaran


jaringan serviks kepelvik massa Radiasi kemoterapi
pu
malu Tekanan intra Penipisan sel Pre Post Mempercepat
pelvik epitel pertumbuhan sel
Hambatan Ansietas Tekanan normal
Tekanan intra Permeabilitas
interaksi sosial gaster
abdomen PD rusak Kuran Memperpendek
g usia rambut
Nyeri Perdarahan Mual,
penget
muntah
ahuan
alopeci
Hb
Deficit anoreksia a
Keletihan ,
perawatan kelemahan Ganguan
Anemia
diri citra
Ketidakseimbangan nutrisi
tubuh
kurang dari kebutuhan tubuh

Pembedahan Post Aktivitas Intoleransi


fisik terbatas aktivitas
pre

Penipisan sel Kurang


epitel pengetahuan

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN UNTUK KARSINOMA PADA SISTEM


REPRODUKSI

38
3.1. CA Mammae
3.1.1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan, suatu
proses keperawatan, suatu kolaboratif melibatkan perawat, pasien dan
tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan untuk mendapatkan data
subjektif dan objektif yang dilakukan dengan wawancara dan
pemeriksaan fisik, data tersebut kemudian diolah, dianalisa yang
kemudian akan menghasilkan suatu diagnosa keperawatan yang
membutuhkan perencanaan untuk mengatasi masalah yang timbul dan
muncul.Tujuan utama pengkajian adalah memberikan gambaran secara
terus menerus mengenai keadaan pasien yang memungkinkan perawat
merencanakan asuhan keperawatan kepada klien dengan mudah.
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam lima
tahap kegiatan yang meliputi :
1. Identitas Klien
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa,
agama, status perkawinan, alamat, nomor MR, tanggal masuk dan
penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya
seperti penyakit payudara jinak ,hyperplasia tipikal
Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan
epitel proliferative mempunyai resiko dua kali lipat biasanya
mengalami kanker payudara, wanita dengan hyperplasia tipikal
mempunyai resiko empat kali lipat untuk mengalami penyakit
ini
Biasanya pasien mempunyai riwayat pemakaian terapi
penggantian hormon dalam waktu yang lama (lebih dari 10-15
tahun)seperti estrogen suplemen
Biasanya klien mempunyai riwayat pemakaian kontrasepsi
oral.

39
Riwayat perokok, konsumsi alkohol dan tinggi lemak, dan
makanan yang memakai penyedap dan pengawet.
Biasanya klien mempunyai riwayat menarche atau menstruasi
pertama pada usia yang relative mudah dan menopause pada
usia yang relative lebih tua
Biasanya klien mempunyai riwayat nulipara (belum pernah
melahirkan), infertilitas, dan melahirkan anak pertama pada
usia yang relative lebih tua(lebih dari 35 tahun), serta tidak
menyusui
b. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien mengatakan timbul benjolan pada payudara
yang dapat diraba dengan tangan, makin lama benjolan ini
makin mengeras dan bentuknya tidak beraturan.
Klien mengatakan terasa nyeri pada payudara saat benjolan
mulai membesar
Klien mengeluh keluar nanah, darah atau cairan encer dari
puting susu pada wanita yang tidak hamil.
Kulit payudara mengerut seperti kulit jeruk akibat neoplasma
menyekat drainase limfatik sehingga terjadi edema dan piting
kulit.
Biasanya klien mengatakan tubuh terasa lemah, tidak nafsu
makan , mual, muntah, ansietas
Terdapat edema ( bengkak) pada lengan atau kelainan kulit,
ruam kulit, dan ulserasi
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kemungkinan ada keluarga yang menderita kanker terutama
ibu, anak perempuan serta saudara perempuan. Risikonya
meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker pada usia
kurang dari 60 tahun. Risiko meningkat 4-6 kali jika terjadi
pada dua orang saudara langsung.
Tiga atau lebih keluarga dari sisi keluarga yang sama terkena
kanker payudara atau ovarium.
Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker
payudara atau ovarium dibawah 40 tahun.

40
Adanya keluarga dari sisi yang sama yang terkena kanker
payudara atau ovarium.
Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga.
d. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien, biasanya di kaji tingkat kesadaran
klien,BB,Tinggi badan, tekanan darah, suhu, RR, Nadi.
Kepala
1) Rambut
Biasanya kulit kepala dan rambut klien akan rontok atau
alopesia karna pengaruh kemoterapi, kulit kepala tidak tampak
bersih
2) Wajah
Biasanya tidak terdapat edema atau hematon
3) Mata
Biasanya mata simetris kiri dan kanan Konjungtiva anemis
disebabkan oleh nutrisi yang tidak adekuat Sklera tidak
ikterik,palpebra tidak edema
4) Hidung
Biasanya hidung kurang bersih, tampak sekret, adanya
pernafasan cuping hidung yang disebabkan klien sesak
nafas terutama pada pasien yang kankernya sudah
bermetastase ke paru-paru
5) Bibir
Mukosa bibir tampak pucat dan kurang bersih
6) Gigi
Biasanya gusi klien mudah terjadi pendarahan akibat
rapuhnya pembuluh darah dan caries positif
7) Lidah
Lidah biasanya tampak pucat, dan lidah klien kurang
bersih.
Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Dada atau Thorak
a) Inspeksi
Pada stadium 1
biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan
yang disebabkan oleh pembengkakan pada
payudara,dengan ukuran 1-2 cm.
Pada stadium 2

41
biasanya bentuk dada klien tidak simetris kiri dan kanan
yang juga disebabkan payudara dengan ukuran dengan
tumor 2,5-5 cm.
Pada stadium 3A
biasanya dada klien juga tidak simetris kiri dan kanan
yang disebabkan oleh pembengkakan tumor yang sudah
meluas dalam payudara besar tumor 5-10 cm.
Pada stadium 3B
bentuk dada juga tidak simetris kiri dan kanan yang
disebabkan oleh pembengkakan dan kanker sudah
melebar ke seluruh bagian payudara,bahkan mencapai
kulit, dinding dada,tulang rusuk,dan otot dada.
Pada stadium 4
Bentuk dada tidak simetris kiri dan kanan yang
disebabkan oleh pembengkakan dan mestastase jauh
keorgan lain seperti paru-paru.
b) Palpasi
Pada stadium 1
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan
karena kanker belum bermetastase keorgan lain
Pada stadium 2
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan
karena kanker belum bermetastase keorgan lain
Pada stadium 3A
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan
karena kanker belum bermetastase keorgan lain
Pada stadium 3B
biasanya taktil fremitus pada paru-paru kiri dan kanan
karena kanker belum bermetastase keorgan lain seperti
tulang rusuk, dinding dada dan otot dada .
Pada stadium 4
biasanya tidak fremitus kiri dan kanan yang juga
disebabkan oleh karena kanker sudah metastase ke
organ yang lebih jauh seperti paru-paru sehingga
mengakibatkan paru paru mengalami kerusakan dan
tidak mampu melakukan fungsinya.
c) Perkusi

42
Pada stadium 1
biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru
klien.
Pada stadium 2
biasanya akan terdengar sonor pada lapangan paru-paru
klien karena kanker belum mengalami metastase
Pada stadium 3A
Masih akan terdengar sonor pada lapangan paru karena
kanker belum metastase.
Pada stadium 3B
biasanya terdengar bunyi redup yang dapat di temukan
pada infiltrate paru dimana parenkim paru lebih padat /
mengadung sedikit udara dan bunyi pekak pada paru-
paru paien yang disebabkan pada paru-paru pasien
didapatkan berisi cairan disebut dengan efusi pleura jika
kanker telah bermetastase pada organ paru.
Pada stadium 4
biasanya akan terdengar pekak pada paru-paru pasien
yang disebabkan pada paru-paru pasien
didapatkanberisi cairan yang disebut dengan efusi
pleura akibat metastase dari kanker mammae yang
berlanjut,dan nafas akan terasa sesak.
d) Auskultasi
Pada stadium 1
biasanya akan terdengar vesikuler (bunyi
hampir terdengar seluruh lapangan pare dan inspirasi
lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih tinggi dari
ekspirasi. suara nafas tambahan tidak ada, seprti ronchi
(-) dan wheezing (-)
Pada stadium 2
biasanya bunyi nafas terdengar vesikuler (bunyi hampir
seluruh lapangan paru clan inspirasi lebih panjang lebih
keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi. Biasanya
buni nafas klien juga dapat terdengar bronkovesikuler
dengan bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada,
seperti ronchi (-) dan wheezing (-)

43
Pada stadium 3 A
Biasanya bunyi nafas berbunyi vesikuler (bunyi hampir
seluruh lapangan paru dan inspirasi yang lebih panjang,
lebih keras, nadanya lebih tinggi dari ekspirasi, dan
bronkovesikuler yaitu pada daerah suprasternal,
interscapula: campuran antara element vaskuler dengan
bronchial. Suara nafas tambahan tidak ada, seperti :
Ronchi (+) dan wheezing (-)
Pada stadium 3 B
biasanya nafas klien bisa terdengar bronchial yaitu
ekspirasi lebih panjang, lebih keras nadanya lebih tinggi
dari pada inspirasi dan terdengar dan terdapat suara
nafas tambahan seperti: Ronchi dan Wheezing ini
disebabkan oleh kanker sudah menyebar ke seluruh
bagian payudara, dan mencapai ke dinding dada, tulang
rusuk, dan otot dada sehingga mengakibatkan terjadinya
penurunan ekspansi paru dan compressive atelektasis.
Pada stadium 4
biasanya bunyi nafas pasien bisa terdengar bronchial
yaitu ekspirasi lebih panjang, lebih keras, nadanya lebih
tinggi, dari pada inspirasi dan terdengar. Dan terdapat
suara tambahan seperti : Ronchi dan wheezing. Ini
disebabkan oleh kanker metastase ke bagian tubuh
lainnya seperti parupare sehingga mengakibatkan terj
adnnya penurunan ekspansi paru dan compressive
atelektasis sehingga terjadi penumpukan secret pada
daerah lobus paru.
Jantung (Kardiovaskuler)
1. Inspeksi : Biasanya iktus tidak terlihat
2. Palpasi : Biasanya iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC
V
3. Perkusi : Batas jantung normal, (batas jantung kanan
RIC II, linea staralis dektra, batas jantung kiri RIC V,1
jari media linea clavukularis sinistra)

44
Auskultasi : Biasanya irma jantung murni,murmur (-)
Mammae (payudara)
1. Inspeksi : Biasanya ada benjolan yang menekan
payudara.adanya ulkus dan berwarna merah dan
payudara mengerut seperti kulit jeruk
2. Palpasi : Teraba benjolan payudara yang mengeras dan
teraba pembengkakan dan teraba pembesaran kelenjar
getah bening diketiak atau timbul benjolan kecil di
bawah ketiak.
Perut
1. Inspeksi : Biasanya tidak ada pembesaran
2. Palpasi : Biasanya bising usus (-)
3. Perkusi : Biasanya lien dan hepar tidak teraba
4. Auskultasi : Tympani
Genitourinaria : Biasanya genetalia bersih
Ekstremitas : Biasanya ekstremitas tidak odema,tidak ada lesi
Sistem intergument : Biasanya terjadi perubahan pada
kelembaban kulit klien dan turgor kulit klien tidak elastis
e. Pola Kebiasaan Sehari-hari
1. Nutrisi
Makan
Sehat: biasanya makan 3 kali sehari dan habis satu porsi
Sakit : biasanya 3 kali sehari,dan hanya menghabiskan
setengah porsi
Minum
Sehat: biasanya minum 6-8 gelas sehari
Sakit :biasanya klien hanya menghabiskan minum 3-5
gelas sehari
2. Eliminasi
Miksi
Sehat : biasanya frekuensi BAK sehari 1500 cc
Sakit : biasanya frekuensi BAK sehari 800
cc,karateristiknya warna kekunangan,pekat dan bau
khas
Defekasi
Sehat : biasanya frekuensi BAB 1 kali sehari
Sakit : pada saat sakit 1 kali dalam 3 hari karateristik
warna kehitaman atau kemerahan, konsistensi padat dan
bau khas

45
3. Istirahat dan Tidur
Sehat: biasanya jam tidur siang 2 jam dan malam 9 jam
sehari
Sakit : biasanya saat sakit susah tidur karena rasa nyeri
yang dirasakan di bagian payudara
4. Kebersihan Diri
Sehat : biasanya klien mandi 2 kali sehari,menggosok gigi 2
kali sehari,cuci rambut 1 kali dalam 2 hari,pakain di ganti
sesudah mandi
Sakit : biasanya pada sakit mandi 1 kali sehari,menggosok
gigi 1 kali sehari,cuci rambut 2 kali seminggu,pakain di
ganti 1 kali sehari.
f. Data sosial ekonomi
Biasanya di tanyakan pada klien tentang pekerjaan, sumber
penghasilan dalam keluarga dan perubahan yang dialami sejak
klien sakit, penangguang jawab biaya perawatan klien selama
sakit dan masalah keuangan yang dialami saat ini
g. Data psikologi
Biasanya keadaan psikologi saat sakit lemas dan takut di rawat
di rumah sakit, harapan klien terhadap penyakitnya dapat
segera sembuh setelah diobati,dukungan dari keluarga baik
dalam perubahan terhadap konsep diri tidak seperti biasanya.
h. Data spritual
Biasanya pelaksaanaan ibadah klien selama sakit tertinggal dan
agak terganggu di bandingkan dengan sehat rutin dan rajin
beribadah, pandangan klien terhadap penyakit tetap optimis
selama segala penyakit ada obatnya.
i. Pemeriksaan laboratorium/penunjang
1. Pemeriksaan darah hemoglobin biasanya menurun, leukosit
meningkat,trombosit meningkat.
2. Pemeriksaan urin, diperiksa apakah ureum dan kreatini
meningkat
3. Tes diagnostik yang biasanya di lakukan pada penderita
karsinoma mammae adalah sinar X, sinar X ini di perlukan
selain untuk screening pra-operasi,juga untuk melihat apakah
ada penyebaran kanker ke paru-paru, ultrasonografi :

46
diperlukan bersamaan dengan mammografi untuk membedakan
krista yang berisi cairan dengan jenis lesi lainnya.
4. Respon Hormone : Diperlukan untuk mengetahui adanya
peningkatan hormone estrogen dan progesteron.
5. Pemeriksaan Biopsi Jarum Halus : Pemeriksaan ini di
lakukan pada lesi yang secara klinis dan radiologi di curigai
ganas. Biopsi jarum halus dilakukan dengan menusuk tumor
dengan jarum halus dan di sedot dengan spuit 10 cc sampai
jaringan tumor diperiksa di laboratorium oleh ahli patologi
anatomi untuk mengetahui apakah jaringan tersebut ganas
(maligna) atau jinak (benigna)
6. Penanda tumor(zat yang di hasilkan dan di sekresi oleh sel
tumor dan di temukan dalam serum missal CEA, antigen
spesifik frosfat, alfa-fetoprotein, HCG, asam dll)dapat
membantu dalam mendiagnosis kanker tetapi lebih bermanfaat
sebagai prognostik
7. Tes kimia skrining : Elektrolit(natrium,kalium,kalsium) ,
Tes ginjal (BUN), Tes hepar (bilirubin,AST/SGOT alkalin
fosfat,LDH), Tes tulang(alkalin fosfat,kalsium), Sinar X dada :
Menyelidiki penyakit paru metastasis
j. Analisa Data
Merupakan proses intelektual yang merupakan kemampuan
pengembangan daya fikir berdasarkan ilmiah,pengetahuan yang
sama dengan masalah yang di dapat pada pasien
(Gusneli,2007)
3.1.2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian diatas kemungkinan dignosa keperawatan
yang timbul adalah :
1. Gangguan rasa nyaman :nyeri berhubungan dengan
penyakit(kompressi atau dekstruksi, jaringan saraf, infiltrasi
syaraf, atau suplai vaskulernya,obtruksi jaringan syaraf inflamasi
dan adanya penekanan masa tumor(Marilynn E.Doenges, 2000)

47
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan desakan paru
oleh diafragma sekunder terhadap ancites dan efusi pleura
(Marilynn E.Doenges )
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan status hipermetabolik berkenaan dengan
kanker, konsekwensi kemoterapi, radiasi,pembedahan
misalnya, anoreksia, iritasi lambung, penyimpangan, rasa
mual, distress emosional, control nyeri batuk (Marilynn
E.doenges, 2000)
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi
energi,peningkatan energi (status hipermetabolik) kebutuhan
psikologis atau emosional berlebihan dan perubahan kimia tubuh:
efek samping obat-obatan : kemoterapi (Marilynn
E.Doenges, 2000)
5. Gangguan intergritas kulit / jaringan berhubungan dengan
Penurunan imunologis, Penurunan status nutrisi, anemia (Marilyn
E Dongees,2000).
6. Gangguan rasa nyaman: cemas berhubungan dengan krisis situasi
(kanker) ancaman pada perubahan status kesehatan, fungsi
peran, pola interaksi,ancaman kematian, perpisahan dari
keluarga, transmisi atau penularan perasaan
interpersonal, perubahan gambaran tubuh (Marilynn E doenges
2000).
7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek samping
kemoterapi atau radioterapi misal kehilangan rambut, mual dan
muntah, penurunan berat badan, impotensi, sterilisasi, kelelahan
berlebihan, nyeri tidak terkontrol kecacatan bedah (Marilynn
E.Doenges 2000).
8. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan serta
pengobatan penyakit berhubungan dengan kurang informasi
(Marilynn E. Doenges 2000).
3.1.3. Rencana Asuhan Keperawatan

48
N Tujuan dan
Diagnosa
o Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan
Hasil
1. Gangguan rasa Tujuan : Mandiri:
nyaman : nyeri nyeri teratasi a. Tentukan riwayata. Informasi
berhubungan Kriteria hasil: nyeri, lokasi data dasar untuk
dengan prosesa. klien nyeri, frekuensi mengevaluasi
penyakit menyatakan durasi dan kebutuhan atau
(kompressi atau nyeri berkura intensitas (skala keefektifan
dekstruksi, ng atau hilang nyeri 0-10), dan intervensi
jaringan syaraf, b. Nyeri tekan tindakan
infiltrasi syaraf, tidak ada penghilang yang
adanya penekanan c. Ekspresi digunakan
tumor. wajah tenang b. Evaluasi atau
d. Luka sadari therapyb. Ketidaknyamanan
sembuh tertentu rentang luas adalah
dengan baik misalnya: umum (misal nyeri
pembedahan, insisi, kulit
radiasi, terbakar, nyeri
khemoterapi, punggung bawah,
bioterapi, ajarka sakit kepala)
n klien dan tergantung pada
keluarga tentang prosedur atau agen
cara yang digunakan
menghadapinya
dan apa yang
diharapkan
c. Berikan tindakanc. Meningkatkan
kenyamanan relaksasi dan
dasar (misal : membantu
reposisi gosokan memfokuskan

49
punggung) dan kembali perhatian
aktivitas
menyenagkan
seperti
mendengarkan
musik dan
menonton tv,
membaca buku.
d. Dorong d. Memungkinkan
penggunaan klien untuk
keterampilan berpartisipasi cara
manajement efektif dan
nyeri (misal meningkatkan rasa
teknik relaksasi, kontrol
visualisasi,
bimbingan
imajinasi)
tertawa,
musik,dan
sentuhan
teraupetik
Kolaborasi
a. kembangkan a. rencana
rencana terorganisasi
manajemen nyeri mengembangkan
dengan klien dan kesempatan untuk
dokter kontrol nyeri
terutama dengan
nyeri kronis, klien
atau orang terdekat
harus aktif menjadi

50
partisipasin dalam
manajemen nyeri
di rumah
b. Berikan b. Nyeri tekan adalah
analgesik sesuai komplikasi dari
dengan indikasi kanker, meskipun
respon individual
berbeda.saat
perubahan
penyakit atau
pengobatan
terjadi,penilaian
dosis dan
pemberian akan di
perlukan
2. Ketidak efektifan Tujuan : Mandiri:
pola nafas pola nafasa. Atur posisi kliena. Isi rongga
berhubungan kembali senyaman abdomen
dengan efek dari efektif mungkin dengan terdorong kebawah
desakan paru oleh Kriteria meninggikan sehingga tidak
difragma sekunder hasil : daerah kepala mendesak
terhadap ancites a. Bunyi b. Monitor vital diafragma
dan efusi pleura nafas signs
vesikuler b. Perubahan
b. RR dari vital sisgn
normal(20- dapat di jadikan
24x/menit) sebagai pedoman
c. Tidak ada untuk mengambil
tanda-tanda keputusan dalam
sianosis danc. Anjurkan klien tindakan
pucat nafas dalam selanjutnya

51
d. Tidak ada dengan menarikc. Dengan nafas
sputum nafas melalui dalam diharapkan
hidung dan dapat
mengeluarkan mempelancar O2
melalui mulut keparu-paru
secara pelan-
pelan
d. Diskusikan
penyebab dari
sesak nafas klien d. Dengan adanya
diskusi dengan
klien diharapkan
klien menerima
Kolaborasi: Apa penyebab dari
a. Kolaborasi sesak nafas
dengan dokter
dalam pemberiana. pemberian oksigen
oksigen yang sesuai
dengan program
akan lebih
bermanfaat bagi
klien dalam
b. Kolaborasi mengatasi sesak
dengan tim nafas dan
dokter dalam mensuplai O2
pemberian obat- yang mencukupi
obatan(ekspektorb. Mencegah
an kekeringan
dan bronkodilato mukosa
r) membran,mengura
ngi kekentalan

52
secret dan
memperbesar
ukuran lumen
trakeobroncial
3. Gangguan Tujuan: Mandiri:
pemenuhan Kebutuhan a. pantau a. Mengidentifikas
kebutuhan nutrisi nutrisi masukan i kekuatan atau
berhubungan terpenuhi makanan setiap defisiensi nutrisi
dengan intake yang Kriteria hasil: hari. biarkan
tidak adekuat,mual a. nafsu pasien
dan muntah makan menyimpan buku
meningkat harian tentang
b. klien tidak makanan sesuai
lemah dengan indikasi
c. b. Ukur tinggi,
b. Membantu
Penambahan berat badan, dan dalam
berat badan ketebalan trisep mengidentifikasi
yang (atau pengukuran malnutrisi protein,
progresif,dan antropometrik kalori, khususnya
bebas dari lain sesuai bila berat badan
tanda-tanda dengan indikasi, dan pengukuran
malnutrusi timbang berat antropometri
d. Hb badan setiap kurang dari normal
normal(12-14 hari)
gr/dl) c. Dorong klien
makan diet tinggi
kalori kayac. Kebutuhan
nutrient , dengan jaringan metabolik
masukan cairan ditingkatkan
adekuat begitu juga
d. Nilai diet cairan(untuk

53
sebelum dan menghilangkan
segera produk sisa)
pengobatan misal
d. Keefektifan
makanan bening, penilaian diit
cairan dingin, sangat individual
skrekers kering, dalam
roti penghilangan mual
panggang,minum pasca terapi
an karbonat,
berikan cairan 1
jam sebelum atau
1 jam setelah
makan
e. Control faktor
lingkungan
misalnya bau
kuat atau tidak
sedap atau
kebisingan.hinda e. Dapat menriger
ri makanan respon mual atau
terlalu muntah
manis,berlemak
atau makanan
pedas
Kolaborasi:
a. tinjau ulang
pemeriksaan
laboratorium
sesuai dengan
indikasi misal
a. Membantu
limfosi total , mengidentifikasi

54
transferin derajat
serum,dan ketidakseimbangan
albumin biokimia atau
malnutrisi dan
mempengaruhi
pilihan intervensi
diet
4 Intoleransi Tujuan: Mandiri :
aktivitas kembali a. Rencana a. Periode istirahat
berhubungan melakukan keperawatan sering diperlukan
dengan penurunan aktivitas untuk untuk
produksi Kriteria : memungkinkan memperbaiki atau
energy,peningkatan
a. Melaporka periode istirahat menghemat energi
energy (status n perbaikan
b. Buat tujuan
b. Memberikan rasa
hipermetabolik) rasa berenergi aktivitas realitas control dan
b. Melakukan dengan pasien mampu
aktivitas dan
c. Dorong pasien menyelesaikan
berpartisipasi untuk melakukan
c. Meningkatkan
dalam apa saja bila kekuatan/stamina
beraktivitas mungkin dan memampukan
yang di misalnya mandi pasien menjadi
inginkan pada duduk,bangun lebih aktif tanpa
tingkat dari kursi, dan kelelahan yang
kemampuan berjalan.tingkat berarti.
aktivitas sesuai
dengan
kemampuan.
d. Pantau respon
fisiologi
aktivitas,perubahd. Toleransi sangat
an pada TD atau bervariasi

55
frekuensi tergantung pada
jantung/pernafas tahap proses
an. penyakit.
Kolaborasi :
a. Berikan 02
suplemen sesuai
indikasi a. Adanya
anemia/hipoksemi
a menurunkan
ketersediaan 02
untuk ambilan
seluler dan
memperberat
keletihan.
5 Gangguan rasa Tujuan Mandiri :
aman : cemas :Kecemasan a. Tinjauan ulang
a. Membantu
berhubungan berkurang pengalaman dalam
dengan krisis Kriteria pasien / orang mengidentifikasi
situasi (kanker), hasil : terdekat rasa takut dan
ancaman pada
a. klien sebelumnya kesalahan konsep
perubahan status tampak dengan kanker. berdasarkan pada
kesehatan,fungsi tenang pengalaman
peran perubahan
b. Mau b. Mendorong dengan kanker.
gambaran tubuh berpartisipasi perasaan pasien
b. Memberikan
dalam untuk kesempatan untuk
program mengungkapkan memeriksa rasa
terapi pikiran dan takut realitas serta
perasaan. kesalahan konsep
c. Berikan tentang diagnosis.
lingkungan c. Membantu
terbuka dimana pasien untuk

56
pasien merasa merasa di terima
aman untuk pada adanya
menduskusikan kondisi tanpa ada
atau menolak perasaan dihakimi
untuk bicara. dan meningkatkan
d. Bantu pasien rasa terhormat dan
atau orang kontrol.
terdekat dalam
d. Keterampilan
mengalami dan koping sering
mengklasifikasi rusak setelah
rasa takut untuk diagnosis dan
memulai selama fase
mengembangkan pengobatan yang
strategi koping berbeda. dukungan
untuk dan konseling
menghadapi sering perlu untuk
rasa takut. memungkinkan
individu mengenal
dan menghadapi
rasa takut dan
e. Mempertahanka untuk meyakini
n kontrak sering bahwa strategi
dengan kontrol atau
pasien,bicara koping tersedia.
dengan e. Memberikan
menyentuh keyakinan bahwa
pasien dengan pasien tidak
tepat. sendiri atau di
f. Dorong pasien tolak : berikan
untuk respek dan
mengekspresikan penerimaan

57
perasaannya. individu.

f. Proses
kehilangan bagian
tubuh
g. Diskusikan membutuhkan
tanda dan gejala penerimaan,
depresi. sehingga pasien
dapat membuat
rencana untuk
masa depannya.
g. Reaksi umum
terhadap tipe
prosedur dan
kebutuhan dapat di
kenali dan di ukur.

3.1.4. Implementasi
Merupakan langkah keempat dalam proses keperawatan pada kasus
kanker payudara dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan
(tindakan keperawatan) khususnya pada kanker payudara diman ini
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Lukman and
Sorensen, 2000).
3.1.5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses akhir dari keperawatan khususnya pada
kanker payudara dengan cara identifikasi/ melihat sejauh mana tujuan
dari implementasi kanker payudara tercapai atau tidak (Lukman and
Sorensen, 2000).

3.2. CA Ovarium
3.2.1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan
secara menyeluruh (Boedihartono, 1994).

58
Pengkajian pasien dengan Karsinoma Ovarium meliputi:
a.Data Biografi dan Demografi
Data biografi meliputi identifikasi pasien yaitu nama, umur, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat dan identitas
penanggung jawab.
Data demografi meliputi:usia, golongan darah, dan lingkungan.
b.Keluhan Utama (alasan utama datang ke rumah sakit)
Terkait keluhan pasien saat masuk RS seperti:Haid tidak teratur,
ketegangan menstrual yang terus meningkat, menoragia, nyeri tekan
pada payudara, menopause dini, rasa tidak nyaman pada abdomen,
dyspepsia, tekanan pada pelvis, sering berkemih, flatulenes, rasa begah
setelah makan makanan kecil, lingkar abdomen yang terus meningkat.
c.Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Riwayat kesehatan sekarang pada pasien karsinoma Ovarium adalah
Haid tidak teratur, ketegangan menstrual yang terus meningkat,
menoragia, nyeri tekan pada payudara, menopause dini, rasa tidak
nyaman pada abdomen, dyspepsia, tekanan pada pelvis, sering
berkemih, flatulenes, rasa begah setelah makan makanan kecil, lingkar
abdomen yang terus meningkat.
d.Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
Riwayat kesehatan dahulu yang berhubungan dengan penyakit klien
sekarang misalnya:Ca mamae diduga memiliki hubungan terhadap
kejadian kanker ovarium pada wanita.sebaliknya pada wanita pada
yang mengidap Ca ovarium juga mempunyai faktor resiko mengidap
Ca mamae 3-4 kali lipat.
e.Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
Mengkaji dalam keluarga apakah ada yang mengalami gangguan yang
berhubungan langsung dengan gangguan yang dialami klien sekarang,
seperti salah satu anggota keluarga ada yang pernah mengalami
Karsinoma Ovarium sebelumnya.
f.Riwayat Reproduksi
Riwayat reproduksi meliputi beberapa hal yang berhubungan masalah
reproduksi seperti; bagaimana perjalanan klinis siklus haid teratur atau
tidak serta bagaimana durasi haid normal atau tidak
g.Riwayat obstetric

59
Adapun riwayat obstetric terdiri dari masalah; kehamilan, persalinan,
dan nifas yang dialami oleh klien yang bersangkutan.
h.Riwayat Menstruasi
Adanya riwayat menstruasi yang tidak teratur, Iam dan siklus haid,
menarche.
i.Riwayat Perkawinan
Adanya riwayat menikah pada usia dini (kurang dari 16 tahun),
mempunyai pasangan lebih dari satu, sering melahirkan dari jarak,
kehamilan terlalu dekat.
j.Riwayat Keluarga Berencana
Adanya riwayat penggunaan alat kontrasepsi normal.
k.Aspek Psikososial
Cemas, perasaan putus asa, menyangkal diagnostik, gangguan fungsi
dan tanggung jawab peran, gangguan hubungan seksual, dan menarik
diri.
l.Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan
fisiologis dan perilaku secara tidak langsung melalui timbulnya gejala
atau mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan
kecemasan.Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan
peningkatan tingkat kecemasan.
2.Faktor Predisposisi
Dalam mengkaji faktor predisposisi akan ditemukan hal yang dapat
menyebabkan terjadinya kecemasan, antara lain: peristiwa traumatik,
konflik yang dialami, frustasi, gangguan fisik, pola keluarga
menghadapi stress, riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga, dan
pengobatan yang pernah didapat.
3.Stressor pencetus
Stressor pencetus berasal dari sumber internal atau eksternal.Stressor
pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu:
1.Ancaman terhadap integritas seseorang yang meliputi :
ketidakmampuan fisiologis atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
2.Ancaman terhadap sistem diri seseorang yang dapat membahayakan
identitas harga diri dan fungsi sosial.
3.Sumber Koping

60
Individu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan
menggunakan sumber koping dari lingkungan diantaranya adalah asset
ekonomi, kemampuan pemecahan masalah, dukungan sosial,
keyakinan budaya yang dapat membuat individu mengabdosi strategi
koping yang sukses.
4.Mekanisme koping
Ketika mengalami kecemasan individu menggunakan berbagai
mekanisme koping untuk mencoba ketidakmampuan dan kecemasan
secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku
psikologis.
Untuk kecemasan ringan, pola yang cenderung digunakan tahapan
dominan sperti : menangis, tidur, makan, tertawa atau melakukan
aktifitas fisik.Namun untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan
panik dibutuhkan lebih banyak energi.Ada dua mekanisme koping
yang dapat dilakukan :
a.Reaksi berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang berorientasi
pemenuhan kebutuhan.
-Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah hambatan
pemenuhan kebutuhan.
-Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik
untuk memindahkan seseorang dari sumber stress.
-Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang untuk
mengoperasikan, mengganti tujuan atau mengorbankan salah satu
kebutuhan pribadi.
b.Mekanisme pertahanan ego, koping ini tidak selalu berhasil
digunakan dalam kondisi kecemasan.Mekanisme ini banyak digunakan
untuk diri klien sehingga disebut mekanisme pertahanann ego.
ii. Pemeriksaan Fisik
Data dasar pengkajian pasien:
AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala : Kelemahan dan / keletihan
Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur, misalnya :
nyeri, ansietas, pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsiogen
lingkungan.
SIRKULASI
Gejala :Palpitasi, nyeri dadad pada pengerahan kerja

61
Kebiasaan :Perubahan pada TD
INTEGRITAS EGO
Gejala : Factor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara
mengatasi stress (misalnya merokok, minum alcohol, menunda
mencari pengobatan, keyakinan religius/spiritual)
Masalah tentang perubahan dalam penampilan, misalnya pembedahan
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak
mampu, tidak bermakna, rasa bersalah, kehilangan control, depresi.
Kebiasaan Menyangkal, menarik diri, marah
ELIMINASI
Gejala :Perubahan pada pola defekasi, misalnya nyeri pada defekasi
perubahan eliminasi urinarius, misalnya sering berkemih.
Tanda : Perubahan pada bising usus, disertai abdomen.
MAKANAN/CAIRAN
Gejala : Kebiasaan diet buruk, misalnya rendah serat tinggi lemak
bahan pengawet,Anoreksia, mual/muntah
Perubahan pada berat badan; penurun berat badan
Tanda : Perubahan pada kelembaban/turgor kulit ; edema
NEUROSENSORI
Gejala :Pusing ; sinkope
NYERI/KENYAMANAN
Gejala : derajat nyeri bervariasi, misalnya ketidaknyamanan ringan
sampai nyeri berat.
PERNAPASAN
Gejala : Merokok, hidup dengan seseorang yang merokok, pemajanan
abses
KEAMANAN
Gejala : Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen Pemanjanan
matahari lama/berlebihan.
Tanda : Demam,Ruam kulit, ulserasi
SEKSUALITAS
Gejala : Masalah seksual, misalnya dampak pada hubungan,
;perubahan pada tingkat kepuasan.
INTERAKSI SOSIAL
Gejala :Ketidakadekuatan/kelemahan system pendukung.
Masalah tentang fungsi/tanggung jawab peran
PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga, misalnya ibu/Bibi dengan
kanker payudara, kanker ovarium, kanker kolon.
Riwayat Pengobatan : Pengobatan sebelumnya untuk tempat kanker
dan pengobatan yang diberikan.

62
iii. Pemeriksaan Diagnostik
Adapun pemeriksaan diagnostic untuk karsinoma ovarium meliputi;
Anamnesis dan pemeriksaan fisik pelvik
Radiologi : USG Transvaginal, CT scan, MRI
Tes darah khusus : CA-125 (Penanda kanker ovarium epitelial),
LDH, HCG, dan AFP (penanda tumor sel germional)
Laparaskopi
Laparatomi
Pemeriksaan untuk mengetahui perluasan kanker ovarium
-Pielografi intravena (ginjal, ureter, dan vesika urinaria), sistoskopi
dan sigmoidoskopi.
-Foto rontgen dada dan tulang
-Scan KGB (Kelenjar Getah Bening)
-Scan traktus urinarius
j.Data psikologis/sosiologis
-> reaksi emosional setelah penyakit diketahui
3.2.2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan penekanan perut bagian bawah
akibat kanker metastasis.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan gangguan
pernafasan akibat penekanan asites pada diafragma
3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual, muntah, dan gangguan GI akibat adanya kanker
metastasis
4. Ansietas berhubungan dengan stress akibat kurangnya
pengetahuan tentang penyakit dan penatalaksanaannya.
5. Perubahan Pola Eliminasi urin berhubungan dengan penekanan
tumor pada pelvis.
6. Gangguan citra diri berhubungan dengan pembesaran perut
3.2.3. INTERVENSI
1.Nyeri berhubungan dengan penekanan perut bagian bawah akibat
kanker metastasis.
Tujuan :Dalam 2 x 24 jam rasa nyeri berkurang
Kriteria Hasil :Setelah diberi tindakan keperawatan skala nyeri
berkurang menjadi 4.

Intervensi Rasional
1. Kolaborasi tindakan a. Pembedahan bertujuan
pembedahan untuk untuk menghilangkan faktor

63
pengangkatan kanker. utama penyebab nyeri.
2. Kolaborasi untuk b. Menghilangkan rasa nyeri
c. Menurunkan tingkat
pemberian terapi
ketegangan pada daerah
analgesik.
3. Atur posisi senyaman nyeri
d. Merelaksasi otot-otot tubuh
mungkin.
e. Mengidentifikasi skala dan
4. Ajarkan dan lakukan
perkembangan nyeri
teknik relaksasi
5. Kaji tingkat dan
intensitas nyeri.

2.Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan gangguan pernafasan


akibat penekanan asites pada diafragma.

Tujuan : Mengembalikan pola nafas klien menjadi normal kembali

Kriteria Hasil :

-Klien tidak mengeluh sesak

-RR normal kembali antara 16-24x/mnt

-Klien tidak terlihat cemas dan gelisah

Intervensi Rasional
a. Batasi aktivitas dan a. Istirahat dapat mengurangi
mobilisasi klien. konsumsi O2 klien.
b. Mengistirahatkan klien b. Posisi semi fawler
dengan posisi semiflawer menambah ruang ekspansi
c. Longgarkan baju klien
dada.
d. Kolaborasi pemberian terapi
c. Baju klien yang longgar
oksigen
mempermudah klien dalam
e. Tenangkan klien
bernafas
d. Terapi oksigen dibutuhkan
jika klien membutuhkan O2
lebih
e. Jika klien tenang maka

64
konsumsi O2 semakin
efisien

3.Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


mual, muntah, dan gangguan GI akibat adanya kanker metastasis.

Tujuan : Dalam 2x 24 jam nutrisi pasien terpenuhi

Kriteria Hasil : mual (-), nafsu makan pasien meningkat, berat badan
stabil, penambahan berat badan progresif.

Intervensi Rasional
1. Pantau masukan makanan a. Mengidentifikasi kekuatan
setiap hari. atau defisiensi nutrisi
2. Dorong pasien untuk b. Kebutuhan jaringan
makan diet tinggi kalori metabolic ditingkatkan
kaya protein kaya nutrient, begitu juga cairan (untuk
dengan masukan cairan menghilangkan produk sisa0
c. Suplemen dapat memainkan
adekuat.
3. Dorong penggunaan peran penting dalam
suplement dan makan mempertahankan kalori dan
sering atau lebih sedikit protein adekuat.
d. Dapat mentriger respons
yang dibagi-bagi selama
mual muntah.
sehari.
e. Dapat mencegah awitan atau
4. Kontrol faktor lingkungan.
menurunkan beratnya mual,
Hindari terlalu manis,
penurunan anoreksia, dan
berlemak atau makanan
memungkinkan pasien
pedas.
5. Dorong penggunaan teknik meningkatkan masukan oral.
f. Mual atau muntah psikogenik
relaksasi, visualisasi,
terjadi karena perubahan
bimbingan imajenasi,
lingkungan pengobatan atau
latihan sedang sebelum
rutinitas pasien pada hari
makan.
6. Identifikasi pasien yang pengobatan mungkin efektif.
mengalami mual atau

65
muntah yang diantisipasi.

4.Ansietas berhubungan dengan stress akibat kurangnya pengetahuan


tentang penyakit dan penatalaksanaannya.

Tujuan : Dalam 2x24 jam klien tidak terlihat cemas dan gelih

Kriteria hasil : berkurangnya rasa takut, klien tahu dan mengerti tentang keadaan
dirinya, klien dapat melakukan manajement stress terhadap kondisinya.

Intervensi Rasional
a. Dengarkan dengan seksama a. Dengan mendengarkan
apa keluh kesah pasien keluh kesah klien maka akan
b. Berikan solusi yang relevan
membuat stress ringan
c. Berikan informasi tentang
b. Solusi relevan sangat
kesehatan klien
dibutuhkan klien
d. Temani klien dalam
c. Informasi tentang keadaan
memutuskan sesuatu
klien sangat di butuhkan
e. Berikan humor ringan
d. Klien membutuhkan teman
terhadap klien
untuk berbagi
e. Humor sangat di perlukan
klien untuk mengurangi
stress yang dirasakanya

5.perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan penekanan tumor


pada pelvis.
Tujuan : dalam 2x24 jam tidak terjadi gangguan pola eliminasi urin.
Kriteria hasil : klien dapat berkemih normal (5x sehari), jumlah out put sesuai
input.

Intervensi Rasional
1. Kaji dan pantau frekuensi a. Mengidentifikasi masalah
BAK setiap hari secara dini, sebagai pedoman
2. Berikan obat diuretik jika di
tindakan selanjutnya
perlukan (kolaborasi) b. Kolaborasikan pemberian
3. Pemasangan alat bantu
diuretik dengan dokter agar
kateter jika di perlukan

66
pasien bisa BAK dengan
lancar
c. Pemasangan kateter dapat
digunakan selama praoprasi

6.gangguan citra diri berhubungan dengan pembesaran perut.


Tujuan : dalam 2x24 jam klien dapat menerima kondisi yang di alami.
Kriteria hasil : dapat mengungkapkan pemahaman tentang perubahan
tubuh, penerimaan diri dalam situasi sekarang.

Intervensi Rasional
1. Diskusikan dengan pasien a. Membantu dalam
atau orang terdekat memastikan masalah untuk
bagaimana diagnosis dan memulai proses pemecahan
pengobatan yang masalah
b. Bimbingan antisipasi dapat
mempengaruhi kehidupan
membantu pasien atau orang
pribadi pasien atau rumah
terdekat memulai proses
dan aktifitas kerja
2. Tinjau ulang efek samping adaptasi pada status baru
yang di antisipasi yang dan menyiapkan untuk
berkaitan dengan beberapa efek samping
pengobatan tertentu, misalkan membeli wig
termasuk kemungkinan efek sebelum radiasi.
c. Dapat membantu
pada aktifitas seksual dan
menurunkan masalah yang
rasa ketertarikan atau
mempengaruhi penerimaan
keinginan.
3. Dorong diskusi tentang atau pengobatan atau merangsang
pecahkan masalah tentang kemajuan penyakit.
d. Meskipun beberapa pasien
efek kanker atau pengobatan
beradaptasi atau
pada peran sebagai ibu
menyesuaikan diri dengan
rumah tangga,orang tua, dan
efek kanker atau efek
sebagainya.
4. Berikan dukungan emosi samping terapy; banyak
untuk pasien atau orang memerlukan dukungan

67
terdekat selama tes tambahan selama periode
diagnostik dan fase ini.
e. Mungkin perlu memulai dan
pengobatan.
5. Rujuk pada konseling mempertahankan struktur
profesional bila di psikososial positif bila
indikasikan sistem pendukung pasien
atau orang orang terdekat
terganggu.

3.2.4. Implementasi
Merupakan langkah keempat dalam proses keperawatan pada kasus
kanker payudara dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan
(tindakan keperawatan) khususnya pada kanker payudara diman ini
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Lukman and
Sorensen, 2000).
3.2.5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses akhir dari keperawatan khususnya pada
kanker payudara dengan cara identifikasi/ melihat sejauh mana tujuan
dari implementasi kanker payudara tercapai atau tidak (Lukman and
Sorensen, 2000).

3.3. CA Mioma Uteri


3.3.1. Pengkajian
a. Anamnesa
Identitas : Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, pendidikan, dan pekerjaan
Keluhan utama : Klien biasanya merasakan nyeri panggul kronik.
Nyeri bisa terjadi saat menstruasi, setelah berhbungan seksual,
atau ketika terjadi penekanan pada panggul. Nyeriterjadi karena
terpuntirnya mioma yang bertangkai, pelebaran leher rahim
akibat desakan mioma atau degenerasi (kematian sel) dari
mioma. pasien biasanya mengalami perdarahan akibat
penekanan pembuluh darah pada area uterus. Keluhan lain yang
dirasakan pasien dapat berupa lemah, lelah dan lesu akibat
perdarahan yang dialami pasien.

68
Riwayat kesehatan klien : Sejak kapan klien menderita penyakit,
Apakah klien pernah mengalami tindakan operasi pengangkatan
sel tumor atau rahim.
Riwayat kesehatan keluarga : Apakah ada keluarga pasien yang
menderita penyakit mioma uteri.
b. Pengkajian ROS (Review of System):
1. System pulmonary (B1): tidak ada keluhan
2. System kardiovaskuler (B2): nadi pasien tidak teratur, tekanan darah

kurang dari normal.


3. System neurologi (B3) : nyeri, pusing, peningkatan suhu tubuh
4. System perkemihan (B4) : retensi urin
5. System pencernaan (B5) : pasien mengalami mual, muntah dan juga
konstipasi.
6. System musculoskeletal : merasa lemah
c. Pemeriksaan penunjang
USG : Pemeriksaan USG menghasilkan gambaran yang
mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun perbesaran
uterus
Histeroskopi : Terlihat adanya mioma uteri submukosa, jika
tumornya kecil serta bertangkai
MRI : Mioma tampak sebagai massa gelap terbatas tegas dan
dapat dibedakan dari miometrium normal.
3.3.2. Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1 DS: pasien mengatakan Mioma subserosa Gangguan rasa
adanya rasa nyeri di daerah nyaman : nyeri
abdomen bagian bawah dan Pertumbuhan lateral
pinggang berupa tonjolan
DO: pasien terlihat gelisah,
terjadi perubahan pola tidur,
Perlengketan ke
mengalami penurunan
omentum usus
kemampuan dalam melakukan
aktivitas
Proses inflamasi

69
Gangguan rasa
nyaman: nyeri
2 DS: pasien mengatakan haus Mioma submukosa Deficit volume
dan lemas dibawah cairan
DO: penurunan turgor kulit
endometrium
dan lidah, penurunan haluaran
urin, kulit dan membrane
Menekan pembuluh
mukosa kering, kelemahan
darah
dan penurunan berat badan
secara tiba-tiba
Pembuluh darah
rupture

Perdarahan berulang

Deficit volume
cairan
3 DS: pasien mengatakan tidak Perbesaran uterus Gangguan
dapat berkemih dan kandung eliminasi
Menekan kandung
kemih terasa penuh urin/retensi
kemih
DO: distensi kandung kemih,
urin menetes, terdapat urin
Gangguan eliminasi
residu, haluaran urin sering
urin/retensi
dan sedikit atau tidak ada
4 DS: pasien menyatakan nyeri Perbesaran uterus Gangguan
saat defekasi, perasaan penuh eliminasi
atau tekanan pada rectum, Menekan rektum fekal/konstipasi
merasa tidak nafsu makan
(anoreksia) Gangguan eliminasi
DO: terjadi perubahan pola
fekal/konstipasi
defekasi; terdapat distensi
abdomen; feses yang kering,
keras, dan padat; flatus berat;

70
mengejan saat defekasi
5 DS: - Ruptur pembuluh Deficit perawatan
DO: pasien tidak mampu
darah diri
mengakses kamar mandi,
mengeringkan badan,
Perdarahan berulang
mengambil perlengkapan
mandi, mendapatkan sumber
Anemia
air, dan emmbersihkan tubuh

Deficit perawatan
diri

3.3.3. Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi dan spasme reflek otot

uterus
2. Deficit volume cairan berhubungan dengan perdarahan berulang
3. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penekanan kandung
kemih
4. Gangguan eliminasi fekal berhubungan dengan penekanan pada
rectum
5. Deficit perawatan diri, berhubungan dengan keletihan akibat
anemia
3.3.4. Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri kronis berhubungan dengan
proses inflamasi dan spasme reflek otot uterus
Tujuan :
1. Tingkat nyeri pasien dipertahankan pada skala 0-10
2. Pasien akan mengenali faktor-faktor yang meningkatkan dan
melakukan tindakan pencegahan nyeri
Intervensi:
1. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi,
karakteristik, awitan/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan
faktor resipitasi nyeri.
2. Kaji faktor yang menurunkan toleransi nyeri
3. Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi (misalnya umpan
balik biologis, relaksasi, imajinasi terbimbing, terapi music,
relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin) sebelum, dan
setelahjika memungkinkan, selama aktivitas yang menyakitkan,

71
sebelum nyeri terjadi atau saat nyeri terjadi, dan selama
penggunaan tindakan pengurangan nyeri yang lain
4. Bantu pasien dalam mengidentifikasi tingkat nyeri yang beralasan
dan dapat diterima
5. Berikan informasi tentang nyeri, seperti peyebab nyeri, seberapa
lama akan berlangsung dan antisipasi ketidaknyamanan dari
prosedur
6. Kolaborasi: pemberian analgesic sesuai dosis yang diprogramkan

2. Deficit volume cairan berhubungan dengan perdarahan


berulang
Tujuan/ kriteria evaluasi dari NOC:
1. Kekurangan volume cairan akan teratasi, dibuktikan dengan
2. Hemoglobin dan hematokrit pasien dalam batas normal
3. Memiliki keseimbangan asupan dan haluaran yang seimbang
dalam waktu 24 jam
4. Menampilkan hidrasi yang baik (membrane mukosa lembab
maupun berkeringat)
5. Memiliki asupan cairan oral/intravena yang adekuat
6. Keseimbangan elketrolit dan asam-basa akan tercapai, dibuktikan
dengan: frekuensi nadi dan irama dalam rentang yang diharapkan,
elektrolit serum (Na, K, Ca,Mg, dll) dalam batas normal
Intervensi :
1. Pengkajian
1. Pantau jumlah, warna dan frekuansi kehilangan cairan
2. Pantau perdarahan yang dikeluarkan melalui daerah vagina
3. Pantau status hidrasi (misalnya kelembapan mukosa oral,
keadekuatan nadi, dan tekanan darah ortostatik)
4. Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan keseimbangan
cairan (misalnya kadar hematokrit, BUN, albumin, protein
total, osmolalitas serum, dan berat jenis urin)
5. Aktivitas kolaboratif:
6. Laporkan abnormalitas elektrolit
7. Pengaturan cairan (NIC): atur ketersediaan darah untuk
transfuse, bila perlu; berikan ketentuan penggantian NGT
berdasarkan haluaran, sesuai dengan kebutuhan; berikan terapi
IV, sesuai anjuran
2. Aktivitas lain:

72
1. Tentukan jumlah cairan yang masuk selama 24 jam, hitung
asupan yang diinginkan sepanjang siang sore, dan malam hari
2. Pengaturan cairan (NIC): tentukan asupan oral (misalnya,
berikan cairan oral yang disukai pasien; letakkan pada tempat
yang mudah dijangkau; dan berikan air segar), sesuai dengan
keinginan
3. Pasang kateter urin bila perlu
4. Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan
3. Gangguan eliminasi urin/retensi urin berhubungan dengan
penekanan pada kandung kemih
Tujuan/criteria evaluasi dari NOC :
1. Pasien dapat menunjukkan pengosongan kandung kemih dengan
prosedur bersih kateterisasi intermittan mandiri
2. Pasien dapat bebas dari infeksi saluran kandung kemih
3. Pasien akan melaporkan penurunan spasme kandung kemih
4. Pasien mempunyai keseimbangan asupan dan haluaran 24 jam
5. Pasien dapat mengosongkan kandung kemih secara tuntas
Intervensi NIC :
1. Pengkajian :
1. Kaji kemampuan mengidentifikasi kemampuan untuk berkemih
2. Pantau asupan dan haluaran cairan
3. Penyuluhan untuk pasien dan keluarga: instruksikan pasien dan
keluarga untuk mencatat haluaran urin bila diperlukan
4. Aktivitas kolaboratif: rujuk ke perawatan terapi enterostoma
utnuk instruksi kateterisasi intermitten mandiri menggunakan
prosedur bersih setiap 4-6 jam pada saat terjaga, rujuk apda
spesialis kontinensia urin jika diperlukan
5. Aktivitas lain:
1. Lakukan program pelatihan pengosongan kandung kemih
(bladder training)
2. Bagi cairan dalam sehari untuk menjamin asupan yang
adekuat tanpa menyebabkan kendung kemih over-distensi
3. Perawatan retensi urin (NIC): berikan privasi untuk
eliminasi, stimulasi reflek kandung kemih dengan
menmpelkan es ke abdomen dana menekan bagian dalam
paha atau mengalirkan air, berikan cukup waktu untuk
pengosongan kandung kemih (10 menit), lakukan

73
kateterisasi untuk mengeluarkan urin residu (jika
diperlukan), dan pasang kateter urin (jika diperlukan).

4. Gangguan eliminasi fekal berhubungan dengan penekanan


pada rectum
Tujuan / criteria evaluasi NOC:
1. Pola eliminasi dalam rentang yang diharapkan; feses lembut dan
berbentuk
2. Pasien dapat mengeluarkan feses tanpa bantuan obat-obatan
maupun yang lainnya
3. Pasien akan menunjukkan pengetahuan program defekasi yang
dibutuhkan untuk mengatasi efek samping pengobatan
Intervensi :
1. Kaji dan dokumentasikan frekuensi, warna, konsistensi feses,
keluarnya flatus, ada atau tidaknya bising usus dan distensi
abdomen 0pada keempat kuadran.
2. Informasikan kepada pasien kemungkinann konstipasi yang
dirangsang oleh obat
3. Ajarkan pasien tentang efek diet (misalnya cairan dan serat) pada
eliminasi
4. Tekankan penghindaran mengejan selama defekasi untuk
mencegah perubahan tanda vital, sakit kepala atau perdarahan.
5. Kolaborasi: pemberian obat pelembut feses seperti enema dan
laksatif, konsultasikan kepada ahli gizi untuk meningkatkan serat
dan cairan dalam diet

5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keletihan akibat


anemia
Tujuan / criteria evaluasi :
1. Pasien akan menerima bantuan atau perawatan total dari pemberi
asuhan, jika diperlukan
2. Pasien dapat mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang
kebersihan tubuh dan hygiene oral
3. Pasien dapat mempertahankan mobilitas yang diperlukan utnuk ke
kamar mandi dan menyediakan perlengkapan mandi
4. Pasien mampu menghidupkan dan mengatur pancaran dan suhu air
5. Pasien mampu membersihkan dan mengeringkan tubuh

74
6. Pasien mampu melakukan perawatan mulut
7. Pasien mampu menggunakan deodorant
Intervensi NIC :
1. Pengkajian :
1. Kaji kemampaun untuk menggunakan alat bantu
2. Kaji membrane mukosa oral dan kebersihan tubuh setiap hari
3. Kaji kondisi kulit saat mandi
4. Pantau adanya perubahan kemampuan fungsi
5. Pantau kebersihan kuku sesuai kemampuan perawatan diri
pasien
6. Penyuluhan untuk pasien dan keluarga : anjurkan pasien dan
keluarga penggunaan metode alternative untuk mandi dan
hygiene oral
7. Aktivitas kolaboratif: rujuk pasien dan keluarga ke layanan
social untuk perawatan di rumah, gunakan ahli fisioterapi dan
terapi okupasi sebagai sumber-sumber dalam merencanakan
tindakan perawatan pasien (misalnya, untuk menyediakan
perlengkapan adaptif)
8. Aktivitas lain:
1. Dukung kemandirian dalam melakukan mandi dan hygiene
oral, bantu pasien hanya jika diperlukan
2. Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan
3. Akomodasi pilihan dan kebutuhan klien seoptimal mungkin
(misalnya, mandi rendam vs. shower, waktu mandi, dll.)
4. Bantuan perawatan diri : Mandi/Higiene (NIC): berikan
bantuan sampai pasien benar-benar mampu melakukan
perawatan diri, letakkan sabun, handuk, deodorant, alat
cukur, dan peralatan lain yang dibutuhkan disamping
tempat tidur atau kamar mandi; fasilitasi pasien untuk
menyikat gigi jika perlu.
5. Cukur pasien, jika diindikasikan
6. Tawarkan untuk mencuci tangan setelah eliminasi dan
sebelum makan.
3.3.5. Implementasi
Merupakan langkah keempat dalam proses keperawatan pada kasus
kanker payudara dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan
(tindakan keperawatan) khususnya pada kanker payudara diman ini

75
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Lukman and
Sorensen, 2000).
3.3.6. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses akhir dari keperawatan khususnya pada
kanker payudara dengan cara identifikasi/ melihat sejauh mana tujuan
dari implementasi kanker payudara tercapai atau tidak (Lukman and
Sorensen, 2000).

3.4. CA Cerviks
3.4.1. Pengkajian Keperawatan
A. Data Subyektif
a. Biodata
Umur, resiko tinggi 30-60 tahun, perkawinan muda, jumlah anak,
usia pernikahan.
b. Riwayat Kesehatan
Adanya penggunaan kontrasepsi pil.
c. Keluhan Utama
Tahap dini : keputihan, perdarahan pervaginam, nyeri,
gangguan miksi.
Tahap lanjut : perdarahan pervaginam yang terus -
menerus, nyeri perut bagian bawah, edema.
d. Status Ginekologi dan obstetri
Siklus menstruasi: terjadi perdarahan intramenstruasi (diluar
siklus)
Perdarahan post coitus
Keputihan
e. Aktivitas sehari-hari:
Pola makan: anoreksia, vomiting.
Pola eliminasi: inkontinensia urine, alvi
Pola aktivitas dan tidur terganggu, terasa nyeri.
f. Riwayat Psikososial :
Konsep diri, emosi, pola interaksi, mekanisme koping, problem
menonjol adalah mengingkari, marah, perasaan putus asa dan tidak
berdaya, depresi atau bahkan memusuhi.
B. Data Subyektif
Pemeriksaan Fisik
Kepala dan leher: rambut rontok, anemis
Abdomen: teraba massa bila sudah metastase
Genetalia: kotor, cairan keputihan, bau.

76
3.4.2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan penekanan sel kanker pada syaraf dan
kematian sel.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual muntah karena proses eksternal Radiologi.
3. Kurang perawatan diri b.d adanya kelemahan fisik.

3.4.3. Intervensi Keperawatan


Diagnosa 1: Nyeri berhubungan dengan penekanan sel kanker pada syaraf dan
kematian sel.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam klien akan
menunjukkan nyeri hilang atau berkurang.
Kriteria Hasil :
a. Tidak ada keluhan nyeri
b. Ekspresi wajah rileks.
c. Tanda - tanda vital dalam batas normal
INTERVENSI RASIONAL
Bina hubungan saling percaya pada Komunikasi terapiutik suatu metode
pasien maupun keluarga pasien. yang baik untuk menumbuhkan rasa
percaya pasien pada perawat sehingga
perawat lebih mudah dalam pemberian
tindakan.
Berikan tindakan kenyamanan dasar Tehnik rilaksasi (nafas dalam)
(Rileksasi maupun distraksi). merupakan tehnik yang tepat untuk
mengurangi rasa nyeri pasien, dan
tehnik distraksi merupakan tehnik
pengalihan yang bertujuan unuk
mengurangi rasa nyeri pada pasien.
Observasi tanda-tanda vital per 1 jam Peningkatan nadi sebagai indicator
sekali mengalami nyeri hebat atau biasa.
Berikan pasien posisi senyaman Posisi nyaman bias untuk mengurangi
mungkin. nyeri pasien
Kolaborasi dengan tim medis untuk Analgesic adalah obat untuk
pemberian obat analgesic atau mengurangi rasa nyeri pada pasien,

77
kolaborasi untuk tindakan dan tindakan yang tepat akan cepat
pembedahan. menyembuhkan keluhan sakit pasien.

Diagnosa 2 :Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan mual muntah.
Tujuan : Dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat
mempertahankan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
Kriteria Hasil :
a. Pasien tidak mual dan muntah lagi
b. Nafsu makan meningkat
c. Keadaan umum baik
d. Wajah lebih segar

INTERVENSI RASIONAL
Pantau intake dan output makanan Untuk mengidentifikasi kebutuhan
setiap hari. nutrisi pasien sehingga lebih mudah
melakukan tindakan selanjutnya.
Anjurkan pasien makan sedikit tapi Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
sering. tubuh pasien
Lakukan oral hygiene pada pasien Kebersihan mulut akan membantu
dalam asupan nutrisi pasien. Mulut
yang kotor akan mempengaruhi
ketidakselaraan pasien
Kolaborasi dengan tim gizi Menentukan diit yang tepat untuk
pasien

Diagnosa 3 : Defisit perawatan diri b.d adanya kelemahan fisik.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam perawatan
diri dapat terpenuhi.
Ktiteria Hasil :
a. Penampilan klien bersih
b. Dapat melakukan kebutuhan ADL secara mandiri

INTERVENSI RASIONAL

78
Observasi kemampuan klien untuk Memungkinkan perawat dapat
merawat diri memberikan intervensi yang sesuai

Bantu klien dalam perawatan dirinya Klien dapat terpenuhi kebutuhan


seminimal mungkin perawatannya

Anjurkan klien untuk melakukan Memandirikan klien secara bertahap,


hal-hal yang mampu dilakukannya sehingga klien tidak terlalu bergantung
sendiri secara mandiri pada perawat

Kerjasama dengan keluarga dalam Keluarga sebagai mitra kerja perawat


memenuhi kebutuhan dasar dalam memenuhi kebutuhan klien

3.4.4. Implementasi
Merupakan langkah keempat dalam proses keperawatan pada kasus
kanker payudara dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan
(tindakan keperawatan) khususnya pada kanker payudara diman ini
telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Lukman and
Sorensen, 2000).
3.4.5. Evaluasi
Evaluasi merupakan proses akhir dari keperawatan khususnya pada
kanker payudara dengan cara identifikasi/ melihat sejauh mana tujuan
dari implementasi kanker payudara tercapai atau tidak (Lukman and
Sorensen, 2000).

BAB 4

SIMPULAN DAN SARAN

79
4.1. Simpulan
Reproduksi secara vivipar (melahirkan anak) dan fertilisasinya secara
internal (didalam tubuh), oleh karena itu memiliki alat-alat reproduksi yang
mendukung fungsi tersebut. Alat-alat reproduksi tersebut di bagi menjadi alat
reproduksi bagian dalam dan alat reproduksi bagian luar yang masing -masing
alat reproduksi tersebut telah di sebutkan dan di jelaskan dalam makalah ini.
Untuk itu memiliki kelainan atau gangguan pada salah satu system reproduksi
dapat berakibat buruk bagi kelangsungan hidup dan keturunan kita.
Selain itu dalam makalah ini juga membahas sedikit tentang proses
terjadinya dan penyebab kelainan dan gangguan system Reproduksi
4.2 Saran
Diharapkan kepada mahasiswa agar dapat memahami dan
mempelajari lebih dalam tentang sistem reproduksi pada manusia karena
sistem reproduksi ini sangat penting bagi kelangsungan hidup agar tetap
lestari.
Diharapkan kepada pengajar materi ini agar bisa membimbing
mahasiswa dengan baik agar mahasiswi dapat memahami dengan mudah
tentang konsep materi ini.Dan yang paling penting adalah setelah
mempelajari materi ini mahasiswa tidak mengarah kepada hal-hal yang
negatif.

DAFTAR PUSTAKA

Asih, Y. (1998). Anatomi Fisiologi tubuh manusia dan sistem reproduksi Edisi 2. jakarta:
EGC.

Hamilton, P. M. (1995). Dasar-dasar Keperawatan Maternitas Edisi 6. jakarta: EGC.

Kusuma, H. (2015). NANDA NIC-NOC Jilid 1 . jogjakarta: MediAction.

80
Kusuma, H. (2015). NANDA NIC-NOC Jilit 3. jogjakarta: MediAction.

Mansjoer, A. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. jakarta: Media Aesculapius.

Maryunani, A. (2016). MANAJEMEN KEBIDANAN. Jakarta: CV. TRANS INFO MEDIA.

Romauli, S. (2009). Kesehatan Reproduksi. yogjakarta: Nuha Medika.

Wijaya, A. S. (2013). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah. yogyakarta: Nuha Medika.

http://zakiah-fkp11.web.unair.ac.id/artikel_detail-115146-Kep.%20Reproduksi-
Asuhan%20Keperawatan%20Mioma%20Uteri.html

http://musnierlinda.blogspot.co.id/2014/09/asuhan-keperawatan-camamae.html

http://yusmantilasguskause.blogspot.co.id/2014/10/v-
behaviorurldefaultvmlo_78.html

81

Anda mungkin juga menyukai