LP Ca Mamae
LP Ca Mamae
LP Ca Mamae
Oleh:
Ningrum Kusmayani
NIM 1801032056
Oleh
Nama : Ningrum Kusmayani
Nim : 1801032056
(………………………………….) (……………………………………)
Kepala Ruangan PJMK Departemen
(…………………………………….) (……………………………………)
BAB I
KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Ca mammae (Carcinoma mammae) adalah tumor ganas yang tumbuh
di dalam jaringan payudara. Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar
susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan ikat pada payudara
(Wijaya, 2013). Ca mammae adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar,
saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit
payudara (Karsono, 2006).
Kanker payudara adalah sekelompok sel tidak normal pada payudara
yang terus tumbuh berlipat ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk
benjolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau tidak
terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian
tubuh lain dan nantinya dapat mengakibatkan kematian. Metastase bisa terjadi
pada kelenjar getah bening ketiak ataupun diatas tulang belikat. Selain itu sel-
sel kanker bias bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit, dan bawah kulit.
Kanker payudara merupakan penyakit yang disebabkan karena terjadinya
pembelahan sel-sel tubuh secara tidak teratur sehingga pertumbuhan sel tidak
dapat di kendalikan dan akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker) sel
(Brunner dan Suddarth, 2005 ).
Ketika sejumlah sel di dalam payudara tumbuh dan berkembang
dengan tidak terkendali, inilah yang disebut kanker payudara. Sel-sel tersebut
dapat menyerang jaringan sekitar dan menyebar ke seluruh tubuh. Kumpulan
besar dari jaringan yang tidak terkontrol ini disebut tumor atau benjolan.
Akan tetapi, tidak semua tumor merupakan kanker karena sifatnya yang tidak
menyebar atau mengancam nyawa. Tumor ini disebut tumor jinak. Tumor
yang dapat menyebar ke seluruh tubuh atau menyerang jaringan sekitar
disebut kanker atau tumor ganas. Teorinya, setiap jenis jaringan pada
payudara dapat membentuk kanker, biasanya timbul pada saluran atau
kelenjar susu (Mansjoer, 2000).
Menurut Wijaya (2013) kanker payudara mempunyai 4 stadium, yaitu:
1. Stadium I
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN)
dan tanpa penyebaran jauh. Tumor terbatas pada payudara dan tidak
terfiksasi pada kulit dan otot pektoralis.
2. Stadium II A
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm dengan keterlibatan limfonodus
(LN) dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter kurang 5
cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.
Stadium II B
Tumor yang berdiameter kurang 5 cm dengan keterlibatan limfonodus
(LN) dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter lebih 5 cm
tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.
3. Stadium III A
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN)
tanpa penyebaran jauh.
Stadium III B
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN)
dan terdapat penyebaran jauh berupa metastasis ke supraklavikula dengan
keterlibatan limfonodus (LN) supraklavikula atau metastasis ke
infraklavikula atau menginfiltrasi / menyebar ke kulit atau dinding toraks
atau tumor dengan edema pada tangan.
Stadium III C
Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe
infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat
metastasis kelenjar limfe mammaria interna dan metastase kelenjar limfe
aksilar, atau metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral
4. Stadium IV
Tumor yang mengalami metastasis jauh, yaitu : tulang, paru-paru, liver
atau tulang rusuk.
B. Etiologi
Tidak satupun penyebab spesifik dari kanker payudara, sebaliknya
serangkaian faktor genetik, hormonal, dan kemungkinan kejadian lingkungan
dapat menunjang terjadinya kanker ini. Bukti yang terus bermunculan
menunjukan bahwa perubahan genetik belum berkaitan dengan kanker
payudara, namun apa yang menyebabkan perubahan genetik masih belum
diketahui. Perubahan genetik ini termasuk perubahan atau mutasi dalam gen
normal, dan pengaruh protein yang menekan atau meningkatkan
perkembangan kanker payudara. Hormon steroid yang dihasilkan oleh
ovarium mempunyai peran penting dalam kanker payudara. Dua hormon
ovarium utama, estradiol dan progesterone mengalami perubahan dalam
lingkungan seluler, yang dapat mempengaruhi faktor pertumbuhan bagi
kanker payudara (Brunner dan Suddart, 2005)
Penyebab Ca Mammae menurut Adji (2010) :
1. Genetika
a. Adanya kecenderungan pada keluarga tertentu lebih banyak kanker
payudara daripada keluarga yang lain.
b. Pada kembar monozygote, terdapat kanker yang sama
c. Terdapat kesamaan lateralisasi kanker buah dada pada keluarga dekat
dari penderita kanker payudara
d. Seorang dengan klinifelter akan mendapat kemungkinan 66 kali dari
pria normal atau angka kejadiannya 2%.
2. Hormon
a. Kanker payudara umumnya pada wanita, dan pada laki-laki
kemungkinannya sangat kecil.
b. Insiden akan lebih tinggi pada wanita diatas 35 tahun.
c. Saat ini pengobatan dangan menggunakan hormon hasilnya sangat
memuaskan
3. Virogen
Baru dilakukan percobaan pada manusia
4. Makanan
Terutama makanan yang banyak mengandung lemak
5. Radiasi daerah dada
Sudah lama diketahui, radiasi dapat menyebabkan mutagen.
C. Patofisiologi
Carsinoma mammae berasal dari jaringan epitel dan paling sering
terjadi pada sistem duktal, mula-mula terjadi hiperplasi sel-sel dengan
perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi carsinoma
insitu dan menginvasi stroma. Carsinoma membutuhkan waktu 7 tahun untuk
bertumbuh dari sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk
dapat diraba (kira-kira berdiameter1 cm). Pada ukuran itu kira-kira
seperempat dari carsinoma mammae telah bermetastasis. Carsinoma mamae
bermetastase dengan penyebaran langsung ke jaringan sekitarnya dan juga
melalui saluran limfe dan aliran darah (Anoname 2, 2002)
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri-
ciri: proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak mengikuti
pengaruh struktur jaringan sekitarnya. Neoplasma yang maligna terdiri dari
sel-sel kanker yang menunjukkan proliferasi yang tidak terkendali yang
mengganggu fungsi jaringan normal dengan menginfiltrasi dan memasukinya
dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-organ yang jauh. Di dalam sel
tersebut terjadi perubahan secara biokimia terutama dalam intinya. Hampir
semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel di mana telah terjadi transformasi
maligna dan berubah menjadi sekelompok sel-sel ganas di antar sel-sel
normal (Anoname 2, 2012).
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit
yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi
(Wijaya, 2013):
1. Fase Inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel
yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel
ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa
bahan kimia, virus, radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. tetapi tidak
semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu karsinogen.
kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor,
menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. bahkan
gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk
mengalami suatu keganasan.
2. Fase Promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan
berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak
akan terpengaruh oleh promosi. karena itu diperlukan beberapa faktor
untuk terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu
karsinogen).
Menurut Anoname 2 (2012) Proses jangka panjang terjadinya kanker
ada 4 fase:
1. Fase induksi: 15-30 tahun
Sampai saat ini belum dipastikan sebab terjadinya kanker, tapi faktor
lingkungan mungkin memegang peranan besar dalam terjadinya kanker
pada manusia.
2. Fase insitu: 1-5 tahun
Pada fase ini perubahan jaringan muncul menjadi suatu lesi pre-cancerous
yang bisa ditemukan di serviks uteri, rongga mulut, paru-paru, saluran
cerna, kandung kemih, kulit dan akhirnya ditemukan di payudara.
3. Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui
membrane sel ke jaringan sekitarnya ke pembuluh darah serta limfe.
Waktu antara fase ke 3 dan ke 4 berlangsung antara beberapa minggu
sampai beberapa tahun.
4. Fase diseminasi: 1-5 tahun
Bila tumor makin membesar maka kemungkinan penyebaran ke tempat-
tempat lain bertambah.
E. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Menurut Brunner dan Suddart (2005) Ada beberapa pemeriksaan
penunjang. Namun secara umum terbagi 2 yaitu non invasif dan invasif.
1. Non Invasif
a. SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
Jika SADARI dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat
menemukan benjolan pada stadium dini. Sebaiknya SADARI
dilakukan pada waktu yang sama setiap bulan. Bagi wanita yang masih
mengalami menstruasi, waktu yang paling tepat untuk melakukan
SADARI adalah 7-10 hari sesudah hari 1 menstruasi. Bagi wanita
pasca menopause, SADARI bisa dilakukan kapan saja, tetapi secara
rutin dilakuka setiap bulan (misalnya setiap awal bulan).
b. Mammografi
Mammografi yaitu pemeriksaan dengan metode radiologis sinar X
yang diradiasikan pada payudara. Kelebihan mammografi adalah
kemampuan mendeteksi tumor yang belum teraba (radius 0,5 cm)
sekalipun masih dalam stadium dini. Waktu yang tepat untuk
melakukan mammografi pada wanita usia produktif adalah hari ke 1-
14 dari siklus haid. Pada perempuan usia nonproduktif dianjurkan
untuk kapan saja. Ketepatan pemeriksaan ini berbeda-beda berkisar
antara 83%-95%.
c. Ultrasound
Ultrasound telah digunakan sejak awal 50-an. Alat tersebut sangat
berguna dan akurat dalam mengevaluasi densitas payudara dan dan
akurat dalam membedakan antara kista dengan massa padat. Namun
untuk massa yang lebih kecil antara 5-10 mm tidak dapat divisualisasi
dan massa pada jaringan lemak payudara sulit dievaluasi.
Keuntungannya adalah tidak ada radiasi dan tidak ada nyeri.
d. Computed Tomografi dan Magnetic Resonance Imaging Scans
Penggunaan CT dan MRI untuk scanning untuk mengevaluasi
kelainan payudara sekarang sudah mulai diselidiki. Teknik ini
mengambil peran dalam mengevaluasi axila, mediastinum dan area
supralivikula untuk adenopati dan membantu dalam melakukan stging
pada proses keganasan.
2. Invasiv
a. Sitologi Aspirasi
Sitologi aspirasi dilakukan menggunakan jarum halus (ukuran 20 atau
yang lebih kecil) dengan spuit untuk mengaspirasi sel pada area yang
dicuriga, lalu di smear di atas slide dan difiksasi segera dan diwarnai
untuk evaluasi sitologi. Jika specimen diambil secara tepat, prosedur
ini sangat akurat. Namun pemeriksaan ini tidak dapat untuk memeriksa
gambaran histopatologi jaringan sebab pemeriksaan ini tidak mampu
mengambil struktur jaringan sekitar.
b. Core Needle Biopsy (CNB)
Biopsi jarum dengan menggunakan jarum bor yang besar sering
dilakukan. Hal tersebut lebih invasive dibandingkan dengan aspires
jarum. CNB lebih akurat dan bisa digunakan untuk menentukan
reseptor estrogen dan progesterone serta bisa dilakukan untuk
memeriksa gambaran histopatologi.
c. Biopsi
Ini bisa dilakukan secara stereotaktik atau dengan bantuan ultrasound.
F. Komplikasi
Menurut Wijaya (2013) komplikasi Ca Mammae yaitu:
1. Metastase ke jaringan sekitar melalui saluran limfe dan pembuluh
darahkapiler (penyebaran limfogen dan hematogen0, penyebarab
hematogen dan limfogen dapat mengenai hati, paru, pleura, tulang, sum-
sum tulang ,otak ,syaraf.
2. Gangguan neuro varkuler
3. Faktor patologi
4. Fibrosis payudara
5. Kematian
G. Penatalaksanaan
Adanya beberapa cara pengobatan kanker payudara yang
penerapannya tergantung pada stadium klinik payudara. Pengobatan kanker
payudara biasanya meliputi pembedahan/operasi, radioterapi/penyinaran,
kemoterapi, dan terapi hormonal. Penatalaksanaan medis biasanya tidak
dalam bentuk tunggal, tetapi dalam beberapa kombinasi (Tasripiyah, 2012).
1. Pembedahan/operasi
Pembedahan dilakukan untuk mengangkat sebagian atau seluruh
payudara yang terserang kanker payudara. Pembedahan paling utama
dilakukan pada kanker payudara stadium I dan II. Pembedahan dapat
bersifat kuratif (menyembuhkan) maupun paliatif (menghilangkan gejala-
gejala penyakit). Tindakan pembedahan atau operasi kanker payudara
dapat dilakukan dengan 3 cars yaitu:
a. Masektomi radikal (lumpektomi), yaitu operasi pengangkatan sebagian
dari payudara. Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian pemberian
terapi. Biasanya lumpektomi direkomendasikan pada penderita yang
besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir payudara.
b. Masektomi total (masetomi), yaitu operasi pengangkatan seluruh
payudara saja, tetapi bukan kelenjer di ketiak.
c. Modified Mastektomi radikal, yaitu operasi pengangkatan seluruh
payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang
iga, serta benjolan disekitar ketiak.
2. Radioterapi
Radiologi yaitu proses penyinaraan pada daerah yang terkena
kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan
membunuh sel kanker yang masih terisisa di payudara setelah
payudara.tindakan ini mempunyai efek kurang baik seperti tubuh menjadi
lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit disekitar payudara menjadi
hitam, serta Hb dan leukosit cendrung menurun sebagai akibat dari radiasi.
Pengobatan ini biasanya diberikan bersamaan dengan lumpektomi atau
masektomi.
3. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker
dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infuse yang bertujuan
membunuh sel kanker. Sistem ini diharapkan mencapai target pada
pengobatan kanker yang kemungkinan telah menyebar ke bagian tubuh
lainnya. Dampak dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan
muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan
pada saat kemoterapi.
4. Terapi hormonal
Pertumbuhan kanker payudara bergantung pada suplai hormone
estrogen, oleh karena itu tindakan mengurangi pembentukan hormone
dapat menghambat laju perkembangan sel kanker, terapi hormonal disebut
juga dengan therapi anti estrogen karena system kerjanya menghambat
atau menghentikan kemampuan hormone estrogen yang ada dalam
menstimulus perkembangan kanker pada payudara
I. Prognosis
Menurut Kusuma (2011), beberapa gambaran tumor payudara
menunjang prognosisnya. Secara umum, makin kecil tumor, makin baik
prognosisnya. Karsinoma payudara bukan semata-mata keadaan patologis
yang terjadi hanya dalam semalam. Karsinoma ini bermula dengan perubahan
genetik dalam satu sel. Membutuhkan waktu hampir 16 kali penggandaan
untuk karsinoma menjadi 1 cm atau lebih besar, dimana pada waktu tersebut
karsinoma telah tampak secara klinis. Dengan menganggap bahwa
membutuhkan 30 hari untuk setiap waktu penggandaan, maka akan
dibutuhkan minimum 2 tahun untuk karsinoma agar dapat teraba. Jika waktu
penggandaan adalah 210 hari, maka akan dibutuhkan waktu sampai 17 tahun
sebelum karsinoma tersebut dapat teraba.
Pada diagnosis, hampir 45% dari pasien membuktikan adanya
penyebaran regional atau jauh atau metastasis. Rute yang paling sering dari
penyebaran regional adalah ke nodus limfe aksilaris. Kelangsungan hidup
bergantung pada penyebaran regional dari penyakit. Sebagai contoh, angka
bertahan 5 tahun secara keseluruhan adalah lebih dari 90% jika tumor tetap
terdapat dalam payudara. Namun, bila kanker telah menyebar sampai pada
nodus regional, angka bertahan 5 tahun secara keseluruhan turun di bawah
60%. Tempat lain penyebaran limfatik mencakup nodus mamaria internal dan
supraklavikular. Metastasis jauh dapat mengenai sembarang organ, tetapi
tempat yang paling umum adalah tulang (71%), paru-paru (69%), hepar
(65%), pleura (51%), adrenal (49%), kulit (30%), dan otak (20%) (Kusuma,
2011).
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam lima tahap
kegiatan yang meliputi:
1. Identitas Klien
Terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, suku bangsa, agama,
status perkawinan, alamat, nomor MR, tanggal masuk dan penanggung
jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya
benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah
dan mengeras, bengkak dan nyeri.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada
mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada
bagian dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian
dada, ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker
ovarium atau kanker serviks.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada
kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien
pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau
kanker serviks.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala: normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat
dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian
posterior.
b. Rambut: biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu
berminyak.
c. Mata: biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata
anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan.
d. Telinga: normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda
infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.
e. Hidung: bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan.
f. Mulut: mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa
g. Leher: biasanya terjadi pembesaran KGB.
h. Dada: adanya kelainan kulit berupa peau d’orange, dumpling, ulserasi
atau tanda-tanda radang.
i. Hepar: biasanya tidak ada pembesaran hepar.
j. Ekstremitas: biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.
Karsinogen: K.kimiawi
(nitrosamine,dll), virus
Lingkungan
Genetik kanker (mammary tumor, virus),
↓
hormone (estrogen), sinar
Paparan karsinogen
pengion(S.UV, S. Radioaktif)
Penyebaran
Kanker payudara
b. Post Operasi
1. Nyeri yang berhubungan dengan terputusnya jaringan
2. Risiko infeksi yang berhubungan dengan adanya luka terbuka
3. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan pengangkatan organ /
payudara
4. Cemas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses
penyembuhan penyakit
5. Gangguan pemenuhan nutrisi yang berhubungan dengan intake yang
kurang adekuat
D. RENCANA KEPERAWATAN
a. Pre operasi
Rencana Asuhan Keperawatan Pre Operasi
(NANDA 2015 dan NIC-NOC 2014)
Tasripiyah, Anis S., 2012. Hubungan Koping Dan Dukungan Sosial Dengan
Body Image Pasien Kanker Payudara Post Mastektomi Di Poli Bedah
Onkologi Rshs Bandung. Students E-Journals Vol. 1 No.1 Universitas
Padjadjaran.