Laporan Embriologi Mamalia Finka Bella
Laporan Embriologi Mamalia Finka Bella
Laporan Embriologi Mamalia Finka Bella
EMBRIOLOGI MAMALIA
Disusun Oleh :
MANADO
2017
I.Judul : Embriologi Mamalia
II.Tujuan :
1. Mahasiswa dapat mempelajari perkembangan embrio mamalia
2. Mahasiswa dapat menghitung umur embrio mamalia
3. Mahasiswa dapat mengetahui struktur organ embrio dari mamalia
III. Dasar Teori
Satu siklus reproduksi dibagi menjadi 3 fase yaitu fase pregraditivita,
meliputi proses birahi, ovulasi, Kopulasi,fertilisasi. Fase graviditas, meliputi
proses-proses implantasi, plasentasi, dan kebuntingan. Fase postgradivitas,
meliputi proses-proses pengeluaran foetus, pengeluaran foetus sekundinae dan
laktasi (Hardjopranjoto,1987).
Apabila sel telur diovulasikan dari ovarium dan bertemu dengan sel
spermatozoa didalam ampula tubafalopii maka pada saat itu sudah dinyatakan
terjadi kebuntingan. Secara klinis kebuntingan baru dapat dihitung mulai saat
sapi betina tidak lagi menunjukan gejala birahi kembali pada siklus birahi
berikutnya. Lama periode kebuntingan pada sapi berlangsung selama 285 hari
atau berkisar antara 273-296 hari ( Setiadi,2001).
Selaput ekstra embrionik atau selaput foetus berkembang dan berfungsi
pada kehidupan pra lahir . selaput itu tidak menjadi bagian dari tubuh embrio
dan dikeluarkan dari tubuh pada waktu partus atau beberapa saat setelah partus.
Selaput tersebut terdiri dari kantung kuning telur, kantung amnion, allantois,
dan chorion (Poernomo dkk., 2003)
Bentuk plasenta cotyledonaria, terdapat pada ruminansia. Villinya
berkelompok kelompok dengan penembusan keselaput lendir rahim lebih dalam
(Poernomo dkk., 2003). Hanya villi khorion yang tumbuh subur pada
permukaan khorion disebut dengan kotiledon dan mukosa indometrium yang
berhadapan langsung dengan kotiledon yang juga tumbuh subur disebut
karunkula. Persatuan masing-masing karunkula dan kotiledon di sebut dengan
placentom ( Setiadi, 2001). Villi-villi chorionik pada domba mulai tumbuh pada
hari ke 27 ( Samik, 1989).
Fetus dalam kandungan dilindungi olehplasenta dan selaput ketuban,
namun tidak terlepas dari pengaruh buruk zat yangdikonsumsi induk. Kecepatan
zat menembus barier plasenta tergantung besarnya molekul, kelarutan dalam
lemak, dan derajat ionisasinya.Efek teratogenik yang paling lazim ialah
abortus.(Setyawati,2011).
IV. Alat Dan Bahan
1. Embrio Sapi/Kambing
2. Meteran
3. Timbangan
V. Langkah Kerja
Pendugaan Umur Embrio
1. Siapkan embrio kambing/sapi yang akan digunakan
2. Ukur embrio kambing dengan meteran yang telah disiapkan, sesuai
dengan acuan yang ada yaitu C-V, V-R, C-R.
3. Hasil pengukuran yang diperoleh dicatat dan dimasukkan ke dalam grafik
untuk mengetahui umur embrio.
4. Setelah diukur embrio ditimbang dan cari rata-ratanya. Setelah itu
masukkan datanya ke dalam grafik untuk menentukan umur embrio.
VI. Hasil dan Pembahasan
6.1 Hasil
Pada praktikum kali ini menggunakan metode C-V, V-R, C-R yaitu
pengukuran dari kepala hingga ke pangkal ekor. Berdasarkan hasil pengamatan
pada urutan embrio pertama panjang foutes adalah 4,10 cm dan beratnya yaitu
14,90 gr, umur embrionya sekitar 5 minggu sampai 2 bulan. Hasil urutan
embrio seperti yang tertera pada tabel.
VII. KESIMPULAN