Penuntun Skill Lab Pemeriksaan Psikiatri

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 52

BUKU PEGA}IGAI.

TNSTRUKTUR

SKILL LAB:
PEMERIKSAAN PSIKIATRI

5
Diberikan kepada Mahasiswa Semester Program
Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi

Disusun oleh :

TIM PENYUSUN MODUL

UNIT PENDIDIKAN KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2017
TIM PENYUSIIN

Ketua : dr. Anita E. Dundu, SpKJ

Sekretaris : dr. Herdy Munayang, MA

Anggota : Prof. dr. B.H.R. Kairupan, SpKJ (K) i

dr. Mieke H. A. Kembuan, SpS (K) )


Dr. dr. Theresia M.D. Kaunang, SpKJ (K)

dr. Corry Novita Mahama, SpS

Cicilia Pali, SPsi, MPsi

Li-dya E. V. David, SPsi, MPsi


VISI DAN MISI FK UNSRAT

Visi:

Pada tahun 2A2O, Fakultas Kedokteran UNSRAT merupakan salah satu Fakultas
terkemuka di kawasan timur lndonesia yang memiliki keunggulan dalam
menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.

Misi:

Menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran ke


jenjang yang lebih tinggi yang kualitas pendidikannya selalu ditingkatkan melalui upaya
pengkajian/riset dan pemanfaatan sumber daya dan potensi yang ada di kawasan
nusantara dan kawasan pasifik sesuai Pola llrniah Pokok Universitas Sam Ratulangi.

Mengemban pelayanan sesuai perkembangan IPTEKDOK terkini serta memiliki rasa


tanggung jawab besar terhadap masa depan Bangsa dan Negara lndonesia dalam rangka
pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Mengembangkan tata kehidupan kampus sebagai masyarakat ilmiah yang berbudaya


luhur, bermoral Pancasila sesuai ciri kepribadian lndonesia, yang memiliki kemampuan
memanusiakan manusia sesuai hakekatnya sebagai makhluk individu, sosial dan religius
seperti pandangan DR. Sam Ratulangi: "Si Tou Timou Tumou Tou".
DAFTAR ISI
Hal
Tim Penyusun Modul 2

Visi dan Misi FK Unsrat 3

Daftar Isi

Kata Pengantat'

[]ab I Pl,iNDAI lt.Jl.,tJAN

I}ab II SASARAN PEMBELAJARAN

Ilatr lll STRATllGl DAN METODE PEMBELAJARAN

Bab IV MATERI MODUL PEIVIERIKSAAN JIWA

15
Bab V MATERI MODUL DAN ASPEK YANG DINILAI
1l
46
tlab Vl MATRIKS KEGIATAN

Bab VIISUMBER DAYA 51

4
KATA PENGANTAR

Pegangan
puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas rahmat-Nya sehingga Buku
Buku Pegangan ini
lnstrukt0r (Bpl) Modul skill Lab Pemeriksaan Psikiatri ini dapat tersusun.
dengan maksud dan
dibuat untuk memberikan informasi tentang berbagai hal yang berkaitan
Kompetensi Pendukung
tujuan modul sesuai dengan 7 Kompetensi Utama dan satu komponen
mahasiswa FK
(Kurikutum Fakultas Kedokteran UNSRAT 2010) yang harus dicapai oleh
Psikiatri ini juga
UNSRAT. Selain itu, Buku pegangan lnstruktur Modul Skill Lab Pemeriksaan
pembelajaran.
memuat metode pembelajaran, sumber daya, rincian kegiatan, dan evaluasi hasil Buku
modul ini.
ini merupakan panduan untuk dosen dan mahasiswa yang akan mengikuti

Modul Skill Lab pemeriksaan psikiatri diberikan pada mahasiswa semester-Os Fakultas Kedokteran
pembelaan ego, psikopatologi
UNSRAT. llmu pengetahuan dasar tentang mekanisme
yang dikuasai mahasiswa
dan kriteria diagnosis gangguan jiwa/psikiatrik merupakan hal wajib
ini dirangkaikan
dalam mempelajari ilmu kedokteran jiwa, sehingga dalam proses kegiatan modul juga
yang dalam
dengan pemberian materi-materi penting (teori maupun keterampilan) termasuk
Psikiatri.
standar kompetensi dokter lndonesia (SKDI) 2012 untuk bidang
yaitu para
Dalam rangka penyusunan modul ini, banyak pihak yang telah membantu,
penyusun modul
penyusun modul di tahun-tahun sebelumnya dan para instruktur. Untuk itu kami
pemeriksaan Psikiatri di
menyampaikan banyak terima kasih kepada tim penyusun modul skill lab
juga sangat
awal tersusunnya modul ini dan di tahun-tahun setelahnya. Penyusun modul ini
pihak sehingga
berterima kasih untuk segala masukan dan bantuan yang diberikan dari semua
penyusunan modul ini bisa terselesaikan dengan baik.
membantu
Untuk itu penyusun modul mengharapkan agar buku pegangan ini dapat
pelaksanaan
instruktur dalam membimbing mahasiswa dalam pemecahan masalah agar
pembelajaran modul ini dapat berjalan dengan baik dan memuaskan.

Manado, Oktober 2017

Tim Penyusun Modul


BAB. I

PENDATII"]LUAN

' Modul pemeriksaan Psikiatri merupal<an modul yang diberikan pada mahasiswa
senlester 05, tJntuk mernantapkan pemahaman instruktur maupun mahasiswa, maka Sasaran
Pembelajaran Umum (Ganerol Goal) dan Sasaran Pembelajaran Khusus (Objective Learning)

jr"rga dipaparkan dalam truku modul ini, sehingga diharapkan keseluruhan Sasaran Pembelajaran

dapat tercapai.

Materi Modul Pemeriksaan Psikiatri ini dititikberatkan pada penguasaan diagnostik fisik
tingkat 4 yaitu mahasiswa dapat melakukan sendiri (secara mandiri). Keterlibatan beberapa
;

disiplin Ilmu dalam pembuatan modul ini yaitu Bagian Psikologi, Neurologi, Interna, Anak,
dan Rehabilitasi Medis.

Karakteristik Mahasiswa :

Mahasiswa yang mengikuti modul ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi semester 5.
BAB TI. SASAITAN PEMBELAJAITAN

KETERAMPILAN MELAKUKAN PEM ERIKSAAN PASIBN GANGGI.IAN .I IWA

Tru:

jiwa
1. Mahasiswa terampil melakukan pemeriksaan pasien gangguan
jiwa
.2. Mahasiswa dapat menegakkan diagnosis gangguan
TIK:
jiwa
1. Mahasiswa mampu membina raport dengan pasien gangguan jiwa baik gangguan
jawab
minor maupun gangguan jiwa major dan keluarga atau orang lain yang bertanggung
atas pasien atau Pengantarnya

2. Mahasiswa mampu menanyakan dan mendapatkan informasi dari keluarga atau


pengantar

pasien tentang penyebab pasien gangguan jiwa mayor di bawa ke dokter

3. Mahasiswa mampu menanyakan dan mendapatkan informasi tentang keluhan utama


pada
pasien gangguan jiwa minor sehingga datang mencari pertolongan kepada dokter

4. Mahasiswa mampu mananyakan keluhan utama dan keluhan atau gejala lain sampai rinci
pada pasien dengan gangguan jiwa minor

5. pasien
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan sehingga mendapatkan gejala-gejala
gangguanjiwa mayor dan gangguan jiwa minor
6. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan untuk mengetahui mekanisme pertahanan dan
jiwa.
mekanisme koping yang dilakukan pasien gangguan
7. Mahasiswa mampu melakukan analisis atas gejala gangguan jiwa yang didapatkan dan
memformulasikan diagnosis banding dan selanjutnya memformulasikan diganosis sesuai
dengan kriteria diagnosis yang ada'.pedoman penggolongan diganosis gangguan jiwa di

indonesia (PPDGJ) ke3, International Class{ication of diseases (ICD) 10, atau Diagnostic

and Statistical Manual Of Mental Disorders (DSM) IV-TR dan DSM-5

8. Mahasiswa marnpu merencanakan tindak lanjut atau terapi atau merujuk pasien gangguan
jiwa
g. Mampu menjelasian hasil pemeriksaan gangguan jiwa
10. Mampu membuat catatanmedis
BAB III. STRATEGI DAN METODE PEMBELAJARAN

A. STRAIEGI PEMBELAJARAN l

1. Penjelasan disertai peragaan oleh Instruktur


2. Praktikum mandiri di bawah supervisi Instruktur
B. METODE PENILAIAN
menggunakan
1. Ketrampilan pemeriksaan psikiatri yang dinilai oleh Instruklur dengan
check list
2. Ujian Skill lab

C. METODE PEMBELAJARAN
I. Orientasi
2. Pelatihan / Peragaan
3. Umpan Balik

D. TUGAS MAHASISWA
l.MengikutiPenjelasanolehTimPenyusunModu1
2. Mengikuti praktikum di bawah supervisi Instruktur
3. Melakukan secara mandiri pemeriksaan psikiatri
BAB TV. MATERI MODUL PEMERIKSAAN JTWA

A. KAT+PENGANTAR
jiwa jiwa
Keterampilan untuk melakukan pemeriksaan pasien gangguan ,baik gangguan
minor maupun gangguan jiwa mayor dilakukan untuk melatih mahasiswa melakukari
komunikasi untuk membina raport dengan pasien dan keluarganya atau orang lain vang
atau
bertanggung jawab atas pasien gangguan jiwa ; mendapatkan inlbrrnasi tentang pcnyebab
keluhan
keluhan utama sehingga pasien dibawa atau datang kepada dokter cian uraiart deskriptif
gejala lain selain
utama atau penyebab dibawa kedokter tersebut sampai rinci ; rnendapatkan
mekitnistlte
keluhan utama, mengetahui defens mechanism atau mekanisme pertahanan serta
gangguan jiwa hartrs
koping yang dilakukan pasien. Selanjutnya keterampilan memeriksa pasien diikuti
clan
latihan keterampilan untuk rnelakukan analisis atas gejala gangguan yang didapatkart
sesuai dengatt
memformulasikan diganosis banding darr selanjutnya rnemfbrrrtulitsikan diagnosis
kriteria diagnosis yang ada.
jiwa hartrs
Sebelum seorang dokter bisa melakukan pemeriksaan pasielt gangguan maka dia
atatt
bisa berkomunikasi dengan baik dengan pasien,keluarga dan orang lairr yang tttengantar
bertanggung jawab atas pasien tersebut sehingga raport yang baik bisa terbangun. Tanpa
raport jiwa
yang baik mustahil .bisa melakukan pemeriksaan pasien dengan baik.
jiwa
Gejala yang ditunjukkan atau keluhan yang dikeluhkan oleh pasien dengatt gangguan
permasalahan
seringkali menunjukkan bagaimana cara atau strategi orang tersebut bereaksi atas
mekanisrne
psikologis yang dihadapi atau dirasakan yang disebut defens tnechanisnrse atall
pertahanan.
Permasalahan yang berkaitan dengan gangguan jiwa sering kali merupakan permasalahart

yang dirahasiakan dan jika diungkap akan membuat malu, untuk itu keterampilan dokter untuk

menghadapi kasus sensitif perlu dikuasai, hal ini perlu ditekankan karena kalau dengan

pemeriksaan itu sendiri menyebabkan pasien tidak merasa nyaman, pasien akan membuat
mekanisme pertahanan yang lain yang justru membuat pasien semakin sulit diperiksa. Pedoman

pemeriksaan gangguan jiwa merupakan pedoman saja dan perneriksa harus bisa
yang
mengaplikasikan secara luwes agar supaya hasil yang didapatkan bisa mencerminkan apa
sesungguhnya didapatk an pada pasien.
Tingkat kemampuan 1 (Knows): Mengetahui dan menjelaskan
psikososial
Lulusan dokter mampu menguasai pengetahuan teoritis termasuk aspek biomedik dan
keterampilan tersebut sehingga dapat menjelaskan kepada pasien/klien dan keluarganya, teman
sejawat, serta profesi lainnya tentang prinsip, indikasi, dan komplikasi yang mungkin timbul.
penugasan, belajar
Keterampilan ini dapat dicapai mahasiswa rnelalui perkuliahan, diskusi, dan
mandiri, sedangkan penilaiannya dapat menggunakan ujian tulis.

Clinical and practical assessment


Shows eB. 05C[, long cast

d.,,".i,u:,.'ilw .
"-$;.r-,1itr..*

Knows How Written assessment,


eg. tu4CQ, EMI

Knows Written

asseEsment

Sumber:Mitler(1990),ShumwayandHarden(2o03}
pada
Gambar 3. tingkat kemampuan menurut Piramida Miller dan alternatif cara mengujinya
mahasiswa. Dikutip dari Miller (1990), Shumway dan Harden (2003).

'!

Tingkat kemampuan 2lKnows Howl: Pernah melihat atau didemongtrasikan


Lulusan dokter menguasai pengetahuan teoritis dari keterampilan ini dengan penekanan pada
ctinicat reasoning dan problem solving serta berkesempatan untuk melihat dan mengamati
keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada
pasien/masyarakat. Pengujian keterampilan tingkat kemampuan 2 dengan menggunakan ujian
tulis pilihan berganda atau penyelesaian kasus secara tertulis dan/atau lisan (oral fesf).

10
Tingkat kemampuan 3 (Shows): Pernah melakukan atau pernah menerapkan di
bawah supervisi
Lulusan dokter menguasai pengetahuan teori keterampilan ini termasuk latar belakang biomedik
dan dampak psikososial keterampilan tersebut, berkesempatan untuk melihat dan mengamati
keterampilan tersebut dalam bentuk demonstrasi atau pelaksanaan langsung pada
pasien/masyarakat, serta berlatih keterampilan tersebut pada alat peraga dan/atau standardized
patient. Pengujian keterampilan tingkat kemampuan 3 dengan menggunakan Objective Structured
Clinical Examination (OSCE) atau Objective StructuredAssessment of TechnicalSkl/s (OSATS).

Tingkat kemampuan 4 (Does): Mampu melakukan secara mandiri


Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilannya tersebut dengan menguasai seluruh teori,
prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi, dan pengendalian komplikasi.
Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4
dengan menggunakan WorkbasedAssessmenf misalnya mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

4A. Keterampilan yang dicapai pada saat lulus dokter

48. Profisiensi {kemahiran} yang dicapai setelah selesai internsip dan/atau


Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB)
DAIIT'AII.I(E'TIRAMPILANDAN DAFTAIT GANGGUAN SERTA TINGKAT
KOMPETENSI RIDANG PSIKIATRI TINTUK MATIASISWA
PROGRAM STUDI PDNDIDIKAN DOKTDR SESUAI SKDI2Ol2

NO KETERAM PI I,AN TINGKAT


KETERAMPILAN
ANAM N I'SIS
I Autoanarnnesis dengan pasien 4A
., Alloanamnesis dengan anggota keluarga/orang lain yang bermakna 4A
[n-emperotefr Aata mengenai keluhan/masalah utama 4A
3
4
Menelusuri riwayat perjalanan penyakit sekarang/dahulu 4A
Memperoleh data bermakna mengenai riwayat perkembangan, pendidikan, 4A
5
oekeriaan. perkawinan, kehidupan keluarga

PEMERIKSAAN PSIKIATRI
(t nilaian status mental 4A
7 Penilaian kesadaran
4A
Penilaian persepsi orientasi intelegensi secara klinis
I 4A
9 Penilaian orientasi 4A
t0 Penilaian intelegensi secara klinis 4A
Penilaian bentuk dan isi pikir
tt 4A
12 Penilaian mood dan atek
13 Penilaian motorik
4A
Penilaian pengendalian impuls 4A
t4
t5 4A
Penilaian kemampuan menilai realitas Qudgement)
Penilaian kemampuan tilikan (tnsighf) 4A
t6
t7 Penilaian kemampuan fungsional (general assessmenf of functioning) 4A
18 Tes kepribadian (proyektif, inventori, dll) 4A
I
DIAGNOSIS DAN IDENTIFIKASI MASALAH
19 Menegakkan diagnosis kerja berdasarkan kriteria diagnosis multiaksial
20 Membuat diagnosis banding (diagnosis differensial)
2t ldentifi kasi kedaruratan psikiatrik 4A
22 ldentifikasi masalah di bidang fisik, psikologis, sosial 4A
23 Mempertimbangan prognosis
24 Menentukan indikasi rujuk 4A
PEMERIKSAAN TAMBAIIAN 4A
25 Melakukan Mini Mental State Examination
26 Melakukan kunjungan rumah apabila diperlukan
4A
11 Melakukan kerja sama konsultatif dengan teman sejawat lainnya 4A

TERAPI 4A
28 Memberikan terapi psikofarmaka (obat-obat antipsikotik, anticemas, 4A
antidepresan, antikolineroik, sedatifl 3
29 El e ct ra co n v u I si o n th e r a py (ECT) 4A

1"2
30 Psikoterapi suportif : konselling 3
31 Psikoterapi modifikasi perilaku 2
32 Cognitive Behavior Therapy (CBT) 2
JJ Psikoterapi psikoa nalitik I
34 Hipnoterapi dan terapi relaksasi 2
35 Group Therapy

36 Family'Therapy 2

GANGGUAN PSIKIATRI TINGKAT PENCAPAIAN

Delirium yang tidak diinduksi oleh alkohol


rtru zat psikoaktif lainnya
lntoksikasi akut zat psikoaktif
Adiksilketergantun gan narkob a
Deliriurn yang diinduksi oleh alkohol atau
zat psikoaktif lainnya

Gangguan waham

Gangguan skizoafektif
Gangguan bipolar, episode manik
Gangguan bipolaro episode depresif
Gangguan siklotimia
Depresi endogen, episode tunggal dan
rekuren
Gangguan distimia (depresi neurosis)
Gangguan depresif yang tidak
terklasifikasikan
Baby blu es Qtost-purtum depression)
Agorafobia dengan/tanpa panik

Fobia spesifik
Gangguan panik
Gangguan cemas menyelurult
Gangguan campurfln cem{rs depresi
Gangguan o,bsesif-kompulsif
Reaksi terhadap stress y.ang berat, &

13
gangguan penyesualan
l'ost-trou m o t i c: st rcss il i sor d e r
d; gg;,-i ls"ii *i (nrr""iO
"
(innggunn
somatoform
--
i'i:iLotirui,"ini;
Gangguan kepribadian
Gangguan identitas gender
Gangguan preferensi seksual
Gangguan perkembangan pervasif

Retardasi mental
Gangguan pemusatan perhatian dan
hiperaktif (termasuk autism)
Gangguan tingkah laku {conduct disorder)

Anoreksia nervosa

Gilles tle lu tourette synclrome


Chronic motor or vocal tics disorder

Fu n ction a I en coperasis

Frr"tirrrGrr*tk
Uncortrlinated speach
Parafilia
Gangguan keinginan dan gairah seksual

Gangguan orgasmus, termasuk gangguan


e.i akulasi (e.i akulnsi dini)
Sexttol puin disorlcr (termnstrk vaginismus,
dispareunia)
lnsomnia

S I cep-wt k e <'.1'cle ilistu rbu n rc


Nightmure
Sleep wulking

1.4
BAB V. MATERI MODUL DAN ASPEK YANG DINILAI

A. Ego defense ruechanism (mekanisme pertaltanan ego)

Mekanisme pertahanan merupakan suatu strategi psikologis yang tidak disadari yang
dilakukan ,...o.urg untuk menyingkapi realitas dan untuk nretnpertaltattkatt self'-irnage
Individu yang sehat iiwa menggunakan mekanisme pertahanan yang bcrbecla sepanjang
hidupnya. Mekanisme pertahanan ego nrenjadi patologis iika nrenjadi persisten sehirrgga
menyebabkan Tingkahlaku yang rnaladaptif yang kemudian bisa menlpengaruhi kesehatan fisik

atau jiwa seseorang. Tujuan dari melakr-rkan mekatrisme pcrtaltanan ego adalah untuk
memberikan proteksi pikiran/diri/ego dari kecemasan, sanksi sosial atall utltuk clarikan diri dari

situasi di mana seseorang tidak bisa menyikapi situasi tersebut dengart baik. Untuk bisa
memahami mekanisme pertahanan perlu sekali memahami rnodel struktur psikis atau
kepribadian: id, ego, dan superego.

ld, go, dan superego. Konsep tentang id, ego dan superego berasal dari struktur
kepribadian atau psikis menurut Sigmund Freud. Menurut teori ini impuls id merupakan impr-rls
yang berdasar prinsip kesenangan yang merupakan pemenuhan secara instant dorongan naftu
dan kebutuhan seseorang. Sigmund Freud menganggap bahwa id rnenunjukkan impuls instinktif

biologis pada diri seseorang seperti misalnya agresi dan dorongan seksual.

Sebagai contoh jika pada seseorang muncul dorongan seksualnya ingin berhubungan seksual

dengan orang yang bukan pasangan resmi akan menyebabkan konflik dengan superego
(misalnya akan menimbulkan keraguan untuk melakukan atau tidak). Konflik yang terjadi
karenanya akan menimbulkan perasaan tidak puas atau kecemasan. Sebagai upaya untuk
mengurangi perasaan ini maka ego akan menggunakan mekanisme pertahanan (baik secara
disadari atau tidak disadari) melakukan blokade terhadap impuls id. Freud juga berpendapat
bahwa konflik antara id dan superego akan mengakibatkan konflik yang berhubungan dengan
tahapan psikoseksual.

Sebagian besar proses kejiwaan seseorang adalah tidak disadari dan hanya sebagian kecil

saja yang.disadari (iceberg phenomena). Penggambaran proses kejiwaan sebagai suatu iceberg

atau gunung es sering juga dipakai untuk menjelaskan bagian proses kejiwaan sewaktu
berhubungan dengan orang lain. (Untuk mempermudah pemahaman silakan lihat gambar di

bawah ini).

15
(}{rrrsrrd$lr$

Id merupakan suatu struktur psikis atau kepribadian yang senang mementingkan diri
sencliri (sel/'./i:;h)yang paling primitive dan kekanak-kanakan. Id merupakan bagian dari
kepribacliall yang menuntut kepuasan semata dan tidak mampu untuk menundanya. Superego

mengandung standar nilai sosial dar parental tentang pemahaman baik da"n buruk" serta
tingkah laku benar dan salah yang telah mengalami internalisasi. Ego berperan sebagai
penengah.iika terjadi gesekan antara id dan superego. Dalam hal ini ego mengupayakan/
menoarikarr konrprorni urrtuk menenangkan l<eduanya. Ego bisa dipandang sebagai pengatur

agar sesuai dengan wiiktu dan tempat.

Di dalam ego terdapat dua proses yang berlangsurlg secara bersamaan. Yang pertama
aclalah proses yang tidak clisadari, climana pikiran tidak terorganisir dengan koheren, perasaan

dapat bcrgcser, kontradiksi tidak diiadikan masalah atau diabaikan begitu saja, dan
kondensasi rnuncul, tidak logis dan tidak jelas waktunya, naf'supenting untuk proses ini.

Yarrg kedua yang merupakan keadaan sebaliknya, di dalam ego terdapat prose,s yang disadari,

dirnana terdapat batas yang kuat dan pikiran diorganisir secara koheren. Pikiran paling sadar
bcrasal disini. Jika impuls id tidak sesuai atau melanggar norma sosial maka selanjutnya yang

dilakukan superego dengan mengabdi pada norma sosial adalah menekan impuls id tersebut
dengan memodifikasi prinsip kesenangan sehingga tidak melanggar norma yang ada.

Superego terbentuk sejak anak tumbuh dan berkembang dan belajar dari standar orang

tua dan nilai sosial. Superego terdiri dari dua struktur: kata hati yang menyimpan informasi
apa yang disebut "tidak baik" dan apa yang telah dihukum dan di ego ideal yang menyimpan

informasi pemahaman "baik" dan apa yang harus dilakukan atau terjadi.

16
B. Pemakaian ego pada mekanisme pertahanan.
Jika terjadi kecemasan yang berlebih ego akan menggunakan mekanisme pertahanan
untuk melindungi individu dari perasaan cemas tadi. Perasaan bersalah dan malu sering
menyertai perasaan cemas. Mekanisme pertahanan tersebut bekerja dengan mendistorsikan
impuls id pada bentuk yang bisa diterima, atau dengan memblok impuls ini baik secara
disadari maupun tidak.
Ada banyak sekali mekanisme pertahanan dan sampai saat ini tidak ada konsensus
tentang teori mekanisme pertahanan. Usaha untuk melakukan klasifikasi mekanisme
pertahanan menurut sifat atau manfaatnya telah dilakukan para ahli. Teori yang berbcda
'l'lrt'
memiliki pengkatagorian dan konsep tentang mekanisme pertahanan yang berbeda.
yang
Diagnostic and Statistical Marual o.f Mental Di.sorders (DSM-It) diterbitkan olch
Anrerican Psychiatric Association (AI'A)(1994) memasukkan aksis diagnostik tentatil'untuk
mekanisme pertahanan dalam sistem diagnosis.

Multiaksial gangguan ;iiwa. Klasifikasi ini secara luas berdasar panclangan hirarki
mekanisme pertahanan menurut Vaillant dengan beberapa modillkasi.

C. Kategorisasi mekanismc pertahtnan nlenurut Vaillnnt :

Level 1 : mekanisme pertahanan ;rathologis. Mekanisrtte petlaltan pada levcrl ini .iika
predominan hampir selalu patologis berat. lnidividr,r yang nlenggunakart tttckattistnc pertaltanittt
ini seringkali tampak irasional atau aneh. Mekanisme pertahanan irti tnerupakan mekartisrne
pertahanan yang psikotik dan sangat umum didapatkan pada pasien psikotik berat. Nantun
juga
demikian hal ini juga sering didapatkan pada waktu seseorang berrnimpi dan selama ntasa
anak.

Termasuk mekanisme pertahanan level pathologis adalah :

Proyeksi yang bersifat waham (tlelusional prutfecliort) : waham tentang realitas eksternal
yang jelas, biasanya dirasakan menyiksa.

Menyangkal (denial): menolak menerima realitas eksterna karena realitas eksternal tersebut
sangat mengancam, memperdebatkan stimulus yang memprovokasi kecemasan dengan
mengatakan bahwa hal tersebut tidak ada; melakukan resolusi konflik emosional dan
mereduksi kecemasan dengan menolak untuk merasakan atau secara sadar mengakui lebih
banyak aspek realitas eksternal yang tidak memuaskan.

L7
. Distortion : membentuk kembali (sesuai keinginannya) realitas eksternal secara hebat untuk
rnenyesuaikan kebutuhan internal.
o Splittitrg : merupakan pertahanan yang primitif Impuls negatif dan positif dipisah/dibelah
dan menjadi tidak terintegrasi. Contoh : individu memandang orang lain sebagai baik atau
jelek, dari pada memandang sebagai suatu hal yang bersifat kontinum.
. Projeksi yang ekstrem : penyangkalan yang menyolok dari defisiensi moral atau psikologis,
yang dirasakan scbagau suatu kekurangan orang atau kelompok lain.

l,evel 2 : rncknnisme pertahanan immnture. Mekanisme ini sering tampak pada orang
clewasa darr rcnraja trlada umumnya. Mekanisnre ini tnengurangu distress dan kqcemasan yang
' diprovokasi oleh orang lain yang mengancarn atau realitas yang tidak nyaman. Individu yang

menggurrakan nlekanisrne ini secara berlebilran tampak sebagai individu yang tidak
menyenangkan secara sosial sehingga tampak immature, sulit untuk terlibat dengan dan
seperlinya tidak tersentuh realita yang ada sectrra serius. Kondisi ini disebut sebagai pertahanan
yang "immature" dan harnpir selalu menyebabkan problem serius pada kemampuan seseorang
untuk rnelakukan koping secara elbktitl

Pertahanarr ini sering terlihat pada depresi berat dan gangguan keprinadian. Semua pertahanan

ini.iika didapatkan pada remaja masi dianggap normal.

Termasuk pada level mekanisme pertahanan immature adalah:

o Acting out: secara tidak disadari melakukan perbuatan yang mengekspresikan secara
langsung keinginan atau impuls yang tidak disadari.
o Fantasi: kecenderungan psikologis berfantasi untuk. menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi baik permasalahan didalam atau diluar diri seseorang.
. Idealisasi: secara tidak sadara merasakan orang lain sebagai orang yang mempunyai
kualitas yang lebih baik daripada dirinya sendiri.
. Passive aggression. agresi terhadap yang lain yang diekspresikan secara tidak langsung atau
secara pasif.
o Proyeksi: proyeksi merupakan bentuk primitif dari paranoia. Mekanisme pertahanan ini
mengurangi kecemasan dengan memungkinkan ekspresi dari impuls yang tidak ingin atau
keinginan tanpa menjadi sadar keberadaan impuls tersebut: menghubungkan pikiran sendiri
yang tidak dapat diterima atau pikiran dan emosi yang tidak diinginkan kepada orang lain;
termasuk prasangka dan cemburu berat, hypervigilance bahaya eksternal, dan perasaan
diperlakukan tidak adil. Hal ini menggeser pikiran orang lain yang tidak dapat diterima,
perasaan dan dorongan dalam diri sendiri ke orang lain, sehingga pikiran-pikiran, perasaan,
keyakinan dan motivasi yang sama dianggap sebagai dimiliki oleh yang lain.
o Somatization: transformasi perasaan negatif terhadap orang lain ke dalam perasaan negatif
terhadap diri sendiri, rasa sakit, penyakit, dan kecemasan.
yang
Level 3 - mekanisme pertahanan neurotik. Mekanisme ini adalah mekanisme
neurotik, tetapi umum didapatkan pada orang dewasa. Pertahanan sepefti ini rnempunyai
keuntungan dalam koping jangka pendek, tetapi jika dipakai sebagai cara utama dalam coping
dan
sering dapat menyebabkan permasalahan dalam hubungan dengan orang lain, pekerjaan
menikmati hidup yang berkepanjangan.

Termasuk pada level mekanisme pertahanan neurotik adalah:


pada
. Displacement : mekanisme pertahan an yang menggeser impuls seksual atau agresif
target yang lebih bisa diterima atau kurang mengancam; mengarahkan kembali emosi
kepada outlet yang lebih aman; memisahkan emosi dari objek nyata atau mengarahkan
atau
kembali emosi yang kuat pada seseorang atau sesuatu yang kurang bersifat menyerang
mengancam untuk menghindari berurusan langsung dengan sesuatu yang menakutkan atau
karena
mengancam. Misalnya seseorang karyawan marah kepada istri atau suaminya
sebenarnya dia marah kepada atasannya.
o Dissosiasi: modifikasi drastis yang bersifat temporer identitas atau karakter seseorang untuk
yang
menghindari distress emosional; memisahkan atau penangguhan sesuatu perasaan
secara normal akan menyertai suatu situasi atau pikiran.
. penyakit.
Hypochondriasis. preokupasi atau kecemasan berlebihan menderita suatu
o Intelektualisasi: suatu bentuk isolasi yang berkonsentrasi pada komponen-komponen
intelektual dari sebuah situasi untuk membuat jarak dengan emosi yang memicu kecemasan;
pemisahan emosi dari ide-ide, berpikir tentang keinginan secara formal, menghindari emosi
yang tidak dapat diterima dengan berfokus pada aspek intelektual (misalnya isolasi,
rasionaliasasi, ritual, kehancuran, kompensasi, pemikir magis).
. Isolasi: pemisahan perasaan dari pikiran dan kejadian. Misalnya tnenuturkatl sLralu
pembunuhan dengan jelas sekali tanpa respons emosi.
o Rasionalisasi (membuat alasan): jika seseorang menyakinkan dirinya tidak metnbuat
yang
kesalahan dan semuannya yang dilakukan adalah benar dengan alasan salah. Aclarrya
mekanisme pertahanan ini bisa tampak kalau seseorang membuat berbagiti alasan.
. Reaksi formasi: mengkonversikan harapan atau impuls yang ticlak disac{ari, yang clianggap
berbahaya ke lawan mereka, perilaku yang benar'-benarkebalikarr dari apa yattg bettar-bcttar
diinginkan atau dirasakan; berkeyakinan yang berlawanan karena keyakinan yattg bertar
jangka
menyebabkan kegelisahan. Pertahanan ini dapat bekerla el'ektildalarn pendek tetapi
akhirnya akan tidak efektif lagi.
o Regressi: kembalinya ego secara temporer pada tahap porkettttrangatt yall8, lebih awal
daripada mengelola impuls yang tidak bisa diterirna dengart oat'ayatlg lebih dcwasa.
o Repressi: proses berLrpaya untuk rnenolak doron-u;an instinktil'yatlg lllcllttntLtt pclTltlosiln
disebabkan oleh ancaman penderita jika dorongan tersebut dipuaskan; clorongan irti
dipindah ke alam bawah sadar sebagai usaha untuk mencegah dari nrasuknya dorongatl
tersebut ke alam sadar.
. Undoing: seseorang berusaha untuk tidak melakukan pikiran yang tidak sehat, destruktif, atau
mengancam dengan tidak melakukan hal yang sebenarnya.

19
o Withclrawal: nrerupakan bentuk yang lebih parah dari pertahanan. FIal ini merupakan
penarikarr cliri dari kegiatan, rangsangan, interaksi, dan hal lain yang bisa mengingatkan
kerntrali kepada salah satu pikiran dan perasaan yang menyakitkan.

l,evcl 4 - Mtknnisme pe rtnhanan mature.Kondisi ini biasanya ditemukan pada orang dewasa
yang sehat secara emosi clan dianggap dewasa,meskipun banyak dari mereka sebelumnya
belurn atau ticlak matallg dalam perkembangan.Namun mereka telah beradaptasi selama
dengan
bcrtahun-tahun untuk mengoptimalkan kemampuan dalam berhubungan
atau
sekitarnya.Mereka yang menggunakan mekanisme ini biasanya dianggap bijaksana
berbudi luhr.rr.

Ternrasuk level mekanisine pertahanan mature adalah:

. Altruisme: bisa melayani secara konstruktif dan memuaskan kepada orang lain
o Antisipasi: merencanakan melakukan sesuatu secara realistic terhadap hal-hal yang tidak
menyenangkan yang bisa muncul dikemudian hari

o Humor: mengekspresikan ide dan perasaan yang bisa memberikan perasaan senang orang
lain
o Identifikasi: meniru secara tidak sadar karakter dan prilaku orang lain
o Introyeksi. mengidentifikasikan beberapa idea tau objek begitu''dalamsehingga menjadi
bagian dari orang tersebut
. Sublimasi: transformasi emosi negative atau naluri ke dalam tindakan prilaku,atau emosi
yang positif
o Supresi pikiran: proses sadar mendorong pemikiran ke alam bawah sadar,secara sadar
menunda memperhatikan emosi atau kebutuhan untuk menyikapi realitas yang ada sehingga

memungkinkan untuk kemudian rnengakses emosi tidak nyaman atau menyedihkan tersebut

D. LEVEL I(OMPETENSI DALAM PEMERIKSAAN PASIEN GANGGUAN JIWA.

Untuk menentukan ketrampilan mahasiswa dalam memeriksa pasien dibuat pedoman


menurut Pyramid Miller sebagai berikut:

o 'l'ingkat
l<cmampuan I Mengetahui dnn menjelasl<an
I-ulusan dokter memiliki pengetahr-ran teoritis rnengenai ketrampilan ini,sehingga dapat
rnenjelaskan kepada teman sejawat,pasien maupun klien tentang konsep,teori,prinsip
rlraLlpull indikasi,scr'tacara rnelakukan,komplikasi yang timbul,dan sebagainlra.

20
Tingkat Kemampuan 2 Pernah Melihat atau pernah didenrolrstrasil<art
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterarnpilan ini (baik konsep,
teori, prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya). Selain itu,
selama pendidikan pernah melihat atau pernah didemonstrasikan keteranrpilan ini,

Tingkat Kemampuan 3 Pernah Melnkukan atau pcrnn!t rttertcrn;tk:ut di bawah


supervisi
Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterarlpilan ini (baik konsep,
teori, prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya). Selain itLr,
selama pendidikan pernah melihat atau pernah didemonstrasikan keterampilan ini, dan
pernah menerapkan keterampilan ini beberapa kali di bawah supervisi.

Tingkat Kemampuan 4 Mampu Melakukan secara mandiri


Lulusan dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterarnpilan ini (baik konsep,
teori, prinsip maupun indikasi, cara melakukan, komplikasi, dan sebagainya). Selain itu,
selama pendidikan pernah melihat atau pernah didemonstrasikan keterampilan ini, dan
pernah menerapkan keterampilan ini beberapa kali di bawah supervisi serta memiliki
pengalaman untuk menggunakan dan menerapkan keterampilan ini dalam konteks praktik

dokter secara mandiri.

E. TEKNIS PEMERIKSAAN PASIEN GANGGUAN JTWA


Untuk memudahkan dalam pembelajaran gangguan jiwa penulis mengelompokkan
ganggsan jiwa menjadi gangguan jiwa minor (non psikotik) dan gangguan jiwa mayor

(psikotik), meskipun pengelompokkan ini sudah tidak disebut-sebut lagi pada kepustakaan sejak
dua dekade terkhir. Pengkategorian gangguan jiwa yang berlaku pada saat ini adalah berdasar

gejala spesifik yang didapatkan (misalnya skizofrenia, bipolar dsb).

Gangguan jiwa disebut sebagai gangguan jiwa minor jika penyandangnya masih

mempunyai nilai realitas (insight) yang baik. Seseorang dikatakan mempunyai daya realitas
yang baik jika bisa membedakan fantasi dari realita atau jika menyandari keadaannya sebagai
suatu kelainan. Misalnya seseorang yang merasa cemas bisa menyadari kalau hal tersebut
sebagai suatu kelainan.

Gangguan jiwa disebut sebagai gangguan jiwa mayor jika penyandangnya nrernpurtyai

daya nilai realitas yang buruk atau terganggu (no insight). Mereka yang nrepunyai daya nilai
realitas yang buruk tidak bisa membedakan fantasi dengan'realitasehingga ticlak tnettyadari apa
yang clialaminya. Migalnya seseorang yang merasakan bahwa sebagian besar orang disekitarnya

21.
mau membunuhnya tanpa suatu alas an yang jelas tidak menyadari hal tersebut sebagai kelainan

tapi benar-benar merasakan kalau mau dibunuh kebanyakan orang. Atau pasien menunjukan
gejala sedemikian rupa sehingga bisa disimpulkan bahwa pasien tersebut mempunyai deya nilai
jika laku
realitas atau insight atau tilikan diri yang buruk. Sebagai contoh didapatkan tingkah
kacau (disorganized) atau'pikirananeh atau berbicara kacau (inkohoren)

Keluhan utama pasien gangguan jiwa minorclisamping bias perasaan cemas, sedih atau
keluhan psikis yang lain tetapi seringkali juga berupa keluhan fisik sehingga mengecoh dokter
yang memeriksa sebagai suatu penyakit fisik. Jika hal ini terjadi akan mengakibatkan dokter
cenderung akan melakukan pemeriksaan penunjang untuk menemukan diagnosis penyakit fisik
yang
dan memberikan terapi sebagai penyakit fisik. Tentu saja hal ini merupakan pemborosan
keluhan
tidak sedikit. Sehubungan dengan hal tersebut keterangan lebih lanjut secara diskriptif
utama pasien sangat diperlukan sehingga kita bisa menentukan keluhan tersebutpathognomonik
untuk penyakit apa.

pasien
Gejala yang ditunjukan oleh pasien gangguan jiwa mayor tidak disadari oleh
atau
sebagai suatu kelainan tetapi biasanya disadari dan dirasakan akibatnya oleh keluarga
masyarakat disekitarnya sebagai suatu kelainan. Karena itulah mereka membawa pasien untuk
mendapatkan pertolongan walaupun sering keluarga atau orang terdekat baru menyadan gejala
yang dituniurkan oleh pasien sesudah menjadi berat atau berlangsung lama.

Pasierr gangguan jiwa rninor biasanya menyadari keluhannya baik berupa keluhan emosi

maLlpLln keluhan fisik sebagai suatu kelainan. lnforrnasi yang didapatkan dari pasien gangguan
jika
jiwa minor biasanya suclah cukr-rp untuk menegakkan diagnosis. Sehingga kita menghadapi
pasien gflngguan.jiwa rninor kita tidak selalu perlu melakukan wawancara pada keluarga atau
orang ketiga lainya(alloarramnesis). Sedang pada gangguan jiwa mayor peranan pihak ketiga
sangat penting karcna nrerekalah yang rnenjelaskan keadaan pasien karena pasien tidak
rrtenyadari kcaclaanya serrdiri.

Secara LlmLlm wawAncara yang harus dilakukan pada pemeriksaan gangguan jiwa baik
gangguan jiwa rninclr maLrpun gangguan jiwa mayor adalah wawancara untuk mendapatkan

riwayat psikiatri, dan perneriksaan status psikiatri.

22
F. Garis besar wa\ilancara untuk mendapatkan riwayat psikiatri
1. Identifikasi
2. Keluhan utama atau sebab sehingga mencari pertolongan
3. Riwayat penyakit sekarang
a. Onset
b. Faktor pemicu/ presipitasi
4. Riwayat penyakit sebelumnya
a. Psikiatri
b. Medis
c. Riwayat pemakaian alkohol dan zat
lainnya 5. Riwayat keluarga
6. Riwayat personal (anamnesis)
a. Prenatal and perinatal
b. Masa anak awal (dari lahir sampai trsia 3 tahtrn)
c. Masa anak pertengahan (3-l 1 tahun)
d. Masa anak akhir (pubertas sampai remaja)
e. Masa usia dewasa
i Riwayat pekerjaan
ii. Riwayat perkawinan dan relationship
iii. Riwayat militer
iv. Riwayat pendidikan
v. Agama

vi. Aktivitas sosial


vii. Situasi hidup sekarang

viii. Riwayat yang berkaitan dengan hukum


f. riwayat kehidupan seksual
B fantasi dan cita-cita
h. nilai kehidupan.

1. Identifikasi

jender,
Data demografi yang didapatkan dari identifikasi meliputi antara lain nama,
tanggallahir (umur), status perkawinan, pekerjaan, etnis, bahasa, lingkungan tempat tinggal
dan kepercayaan. Karena berbagai pertimbangan seringkali pemeriksaan pasien gangguan
pasien
jiwa lebihmemungkinkan jika atau terpaksa dilakukan ditempat yang membuat
. nyaman. Sehingga tempat dan situasi dimana pemeriksaan perlu dicantumkan pada catatan

23
medis. Demikian juga halnya cara passien sampai kepada dokter perlu disebut, misalnya
pasien datang sendiri atau dikirim oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) atau dengan
pengantar dokter yang selama ini merawat, atau diantar polisi atau datang dengan pengantar
dari atasannya untuk tujuan mendapatkan surat keterangan status kesehatan jiwa untuk
keperluan kepegawaian.

Ilustrasi berikut ini adalah contoh laporan tertulis hasil identifikasipada pasien
ganggunn jiwa minor.

Seorang laki-laki bernama Tn.P usia 35 tahun, berkulit kuning, status tidak
menikah, beragama X, pekerjaan wiraswasta, dengan status ekonomi menengah kebawah,
bertempat tinggal dijalan tuntas nomor 9999" Kota Lama, datang kepada dokter dengan
keluhan sedih dan risau sejak sekitar I tahun yang lalu. Pasien datang sendiri setelah
nrernbaca infbrmasi tentang depresi di suatu majalah. Pasien berasal dari desa yang
berjarak sekitar 200 Km dari kota, tinggal di Kota Lama ini sejak 10 tahun yang lalu.
Pasien mempunyai .latar belakang pendidikan akademi wiraswasta. I(etika diperiksa
pasien lebih banyak berbicara derrgan bahasa lokal daerahnya, namun pemeriksa bisa
jalan.
nrenralranr i. Wawa ncara clilakul<an diruang pemeriksaan rawat
juga
Orang lain yang menyertai atau membawa pasien datang kepada dokter perlu
disebut, rnisalnya pasienb dibawa oleh polisi atar-r kepala desa. Kondisi pasien sewaktu
datang perlu juga disebut serta alasan sehingga dibawa dalam keadaan seperti itu, rnisalnya
pasien datarrg dalarn keadaan diborgol karena nrengamuk. lnformasi tersebut diatas sangat
perrtirrg sebagai tanrtrahan untuk menentukan diagnosis, prognosis, penatalaksanaan. dan
corrrpliance. Berikut ini adalah contoh laporan tertulis hasil identifikasi pasien gangguan
jiwn nrnyor.

Pasien berniirna nn A, usia 30 tahun, berkulit sawo matang, status tidak menikah,
beraganra X, pekerjaan dosen Universitas P, bertempat tinggal di perumahan Damai,
Yogyakarta, namun sejak beberapa bulan terakhir lebih suka tidur di kompleks terminal
bus Bantul. Pasien datang dengan surat pengantar dari kepala instansi dimana ia bekerja.
Pasien diantar oleh ibu dan atasan pasien. Pasien berasal dari SumatraBarrildan tinggal di
Yogyakarta sejak 3 tahun yang lalu.

Pasien ketika diperiksa lebih banyak berbicara dengan bahasa daerah Sumatra
Barat hanya kadang-kadang berbicara dengan bahasa Indonesia. Secara urnum, pemeriksa
yang berasal Yogyakarta bisa memahami apa yang diucapkan pasien dengan bantuan
salah satu perawat yang memahami bahasa Sumatra Barut. Wawancara dilakukan di
ruang pemeriksaan rawat jalan. Sumber informasi disamping pasien sendlri adalah ibu
pasien Ny. K, dan atasan pasien Tn. T, yang memahami benar keadaan pasien sejak
beberapa tahun terakhir.

24
2. Keluhan utama atau sebab sehingga mencari pertolongan
Pasien gangguan jiwa minor bisa menerangkan keluhannya sehingga dia minta
pertolongan dokter. Contoh keluhan utama pasien gangguan jiwa minor antara lain : sulit
tidur, was-was, sulit konsentrasi, dan gangguan seksual atau keluhan fisik misalnya nyeri
kepala, nyeri otot, nyeri ulu hati, gatal, berdebar-debar, dsb. Sesudah pasien menyampaikan
keluhan utamanya, selanjutnya dokter perlu minta penjelasan lebih lanjut secara rinci
keluhan utama tersebut karena seringkali keluhan yang sama bisa disebabkan oleh macam

ganggoan jiwa yang berbeda. Dalam hal ini dokter harus dengan saksama menanyakan
perlu
karakteristik keluhan tersebut. Misalnya pada pasien yang mengeluh sulit tidur
dimintakan klarifikasi karakteristik sulit tidur tersebut. Pertanyaanyang bisa diajukan untuk
jatuh
mengklarifikasi keluhan sulit tidur antara lain : "Jam berapa bisa tertidur?, Jam berapa
bangun?, Adakah terbangun tengah malam?, Kalau terbangun tengah malam apakah sulit
tidur lagi? Apakah sering terbangun?".
Pasien dengan pola tidur setelah larut malam baru bisa tidur dan akhirnya bangrrn
bisa
kesiangan sering dialarni oleh pasien dengan gangguan cemas. Sedang pasiett yarlg
lagi
tertidur seperti biasanya namun pada tengah malam terjaga dan baru bisa tertidrrr
menjelang subuh atau sering bangun dini hari kemudian sama sekali tidak bisa tidur scritrg
ini
dilaporkan oleh pasien depresi. Sehingga klarifikasi secara rinci keluhan sulit tidur
sangat bermanfaat untuk menentukan diagnosis, karena diagnosis yang berbeda mentpunyai

pola tidur yang berbeda pula.


- Keluhan utama bisa tunggal natnun bisa juga lebih dari satu.
- Keluhan utama gangguan jiwa rninor bisa keluhan fisik atar,r kelurharr psikis.
- Munculnya keluhan utama bisa mendadak ataur pelan-pelan, selringga perltr seltali
ditanyakan kapan munculnya keluhan tersebut.
juga
Selanjutnya jika keluhan utama berupa keluhan fisik, doktcr pcrlu ntenanyakatt
apakah ada hal-hal yang menyangkut ernosi yang sekiranya berhr"tbuttgan dengan kelr"rhan
tersebut. Misalnya kalau pasien mengeluh nyeri ulu hati, rnaka dokter perlu menanyakan
apakah ada kegiatan yang melibatkan emosi yang mendahului keluhalr nyeri ulu hati
tersebut dan apakah kalau kegiatan tersebut sudah berlalu nraka keluhan fisik tersebut
menghilang. Misalnya kegiatan menghadapi ujian bisa memicu kejadian keluhan nyeri ulu
hati. Permasalahan psikososial lain yang sering memicu keluhan gangguarl jiwa niinor
misalnya kehilangan barang yang berarti, kematian orang dekat, dan kejadian yarr-q perlu
penyesuaian diri (misalnya perceraian).

25
Kasus .

t. Ilustrnsi keluhnn utnma kasus gnngguan jiwa minor :


Seorang laki-laki berusia 50 tahun, status menikah, pekerjaan guru sekolah dasar datang ke
cloktcr derrgan keluhan sering mengeluh sulit tidur clan khawatir. Pasien biasanya baru bisa
ticlur setclalr sekitar jarn 01.00 dini hari sehingga pasien sering bangun jam 08.00 yang
nrenrbtratnya terlanrtral rnasuk kerja. Selama menLlnggu bisa tertidur pasien sering memikirkan
bagaimarra kalau nanti tidak bisa tidur pastilah besok tidak bisa bekerja dengan baik karena
sangat lesu. Pasierr juga sering mengkhawatirkan hal kecil lainnya. Selama tidur pasien tidak
atau .iarang sekal i ter'laga.

Scdang pasicn ganggualt jiwa rrrayor karena daya nilai realitasnya terganggu sering
menterlukan infbrmasi dari pihak ke tiga yang kita minta informasinya berkaitan dengan pasien
gangglran jiwa rrrayor. Haruslah orarrg yang memahami benar keadaan pasien sehingga
intbrrrrasi yang cliberikan benar adanya. Kadang-kadang informasi yang diberikan oleh pihak
ketiga tersebut bisa juga memberikan inlormasi yang tidak sebenarnya. Hal ini terjadi kalau
orang ke tiga tersebut mempunyai kepentingan yang lain yang menguntungkan diri pihak ke
jiwa
tiga clan bermaksud menjatuhkan pasien. Contoh : seorang pasien dibawa ke bagian rumah
sakit atas kiriman pihak kepolisian karena dugaan mencuri barang, bisa saja pihak yang merasa
dirugikan mengatakan kalau pada pasien semuanya normal supaya pasien dihukum.

2. Ilustrasi keluhan utama kasus gangguan jiwa mayor :


Seorang pasien perempuan umur 24 tahun pekerjaan mahasiswa, status tidak menikah
dibawa ke instalasi gawat darurat karena sejak dua hari sebelumnya menjadi diam tidak
bergerak dan tidak mau berbicara sampai dengan berjam-jam.

Pasien gangguan jiwa mayor sekalipun mungkin menjawab namun jawabannya sering
tidak relevan atau tidak bisa dipahami ataubizarre.Keteranganyaflg diberikan oleh pasien harus
direkam secara verbatim sehingga kita bisa menganalisis dengan teliti. Contoh pasien berkata'."
saya lah penyebab dunia ini hancur ". " saya kambing madura kemarin sate".

Informasi sehingga pasien dibawa kepada dokter yang didapatkan dari sumber uang
berbeda akan berbeda pula. Contoh informasi sebab dibawa kepada dokter yang didapatkan dari
pengantar (ibu pasien) : " anak saya dibawa kemari atas dasar perintah kepala kantor dimana
anak saya bekerja".

. Adapun contoh informasi sebab dibawa kepada dokter yang didapatkan dari atasannya : "
nn A ini sejak beberapa bulan terakhir adalah kalau di kantor hanya duduk dan senyum-
senyLrm tanpa sebab yang jelas dan tidak mau bekerja".
o Sedang contoh informasi sebab dibawa ke dokter yang didapatkan dari pasien: "Saya
diperintahkan oleh atasan saya datang ke dokter untuk diperiksa, tetapi saya tidak sakit".

26
3. Riwayat penyakit sekarang
gambaran
Sama seperti pada penyakit fisik, riwayat perjalanan gangguan.iiwa memberikan
ke
secara menyeluruh kronologis kejadian gangguan tersebut sampai pasien datang atau dibawa dokter. Bagian
gangguan jiwa.
ini sangat informatif dan membantu dalam menentukan diagrrosis
munculnya
Riwayat ppnyakit sekarang meliputi: onset episode kini penyakit, hal yang nrenticu
gejala serta gejala - gejala lainnya yang ditunjukkan pada episode ini.
pertanyaan
Informasi yang diperoleh dari riwayat penyakit sekarang akan bisa rnenjawab
kita:
-
Iv{engapa serangan ini terjadi sekarang?
-
Mengapa pasien datang ke dokter sekarang?
- pasien
Bagaimana keadaan di sekitar pasien dan bagaimana hal tersebut memengaruhi
sehingga muncul gejala tersebut?
- yang ada
Pada riwayat penyakit sekarang harus menguraikan secara kronologis perubahan
jiwa mudah
pada pasien sejak penyakit tersebut muncul. Pada gangguan akut sangat
menentukan mulai timbulnYa.

Tetapi seringkali gangguan jiwa muncul perlahan - lahan dan tidak diketahui pemicunya
tersebut
sehingga baru disadari oleh pasien dan keluarga serta orang lain ketika gangguan
sudah tidak ringan lagi.
nanti kalau
Dalam menanyakan riwayat lebih baik mendapatkan informasi secara lebih rinci dan
kesulitan
tidak diperlukan bisa diabaikan'daripada kekurangan data sehingga menyebabkan
menegakkan diagnosis.

secara
Semakin lengkap data akan semakin memudahkan dokter untuk menentukan diagnosis
tepat.

Misalnya.

kapan
- Pada gangguan cemas menyeluruh seringkali pasien tidak bisa menceritakan
rnulainya perasaan tersebut; dia baru menyadari setelah menderita cukup lama.
olelr
- Demikian juga skizofrenia seringkali dimulai gejala prodormal yang tidak disadari
keluarga atau teman - temannya.
- Namun pasien gangguan stres pasca trauma akan mudah mengatakan bahwa sesudah teriadi
suara
bencana misalnya gempa bumi dia mudah sekali berdebar - debar setiap nretrdeltgar
sedikit gemuruh.
- Demikian juga psikotik akut jelas mulainya. Dengan demikian kritisi pada setiap keluhan
yang disampaikan pasien menjadi sangat berharga pada penerrtuan riwayat sekarang.

27
3. llustrnsi riwaynt penyakit sekarang kasus gangguan jiwa minor :
Seorang perentpuan berusia 30 tahun pekerjaan ibu rumah tangga datang ke dokter dengan
keluhan rnengeluh sulit tidur, nyeri otot dan nyeri kepala sejak sekitar I tahun terakhir.
Pasien sudah berusaha mengobati keluhannya dengan obat penghilang nyeri yang dibeli di
juga
wanrng tetapi nyeri hanya berkurang sebentar sesudah itu nyeri lagi. Demikian pasien
sudah beberapa kali periksa ke dokter dan mendapatkan obat serta dilakukan pemeriksaan
penunjang baik itu darah maupun rekam otak dan foto pencitraan otak namun tidak dijumpai
kelainan serta tidak ada perbaikan.
Pada wawancara lebih lanjut secara mendalam didapatkan keterangan bahwa suami
ibu ini bekerja sebagai karyawan sebuah bank dengan kedudukan yang baik yang harus
berangkat pagi dan pulang sudah sore. Ibu ini mempunyai dua orang anak masing-masing
berusia 4 tahun dan I 1 tahun. Sejak sekitar 2 tahun yang lalu ibu ini bermaksud menambah
penghasilan dengan cara berdagang permata bersama temannya. Namun celaka bagrnya
modalnya dilarikan temannya. Padahal modal tersebut adalah pinjaman bank tanpa agunan
yang dikenakan bunga cukup tinggi. Dia tidak berani berterus terang kepada suaminya
karena takut dimarahi, namun kalau tidak bilang dia tidak kuat menahan beban tersebut.
Untuk mengurangi nyeri kepala dan ototnya dia sering minta tolong ibu kandungnya,
yang kebetulan tinggal tidak jauh dari rumahnya, untuk memijat dan mengerokinya. Pada
saat itulah dia bisa mencurahkan semua beban perasaan dan pikirnya kepada ibu kandungnya
dan bahkan sering sampai menangis. Sesudah itu dia merasa segar karena beban perasaan
berkurang dan nyeri kepala dan ototnya pun sirna. Tetapi setiap kali dia membiarkan diri
tanpa kegiatan dia ingat kembali masalahnya dan kemudian keluhan nyeri kepala dan otot

Keluhan fisik sering dikatakan juga pada pasien yang menunjukan gejala psikis. Pasien
gangguan jiwa minor disamping mengeluhkan hal-hal yang bersifat psikis mereka sering
mengeluhkan juga adanya keluhan fisik, Bisa jadi keluhan fisik menyebabkan keluhan psikis

atau sebaliknya. Demikian juga keluhan fisik dan keluhan psikis yang ada bisa merupakan dua

hal yang berbeda yang lcebetulan terjadi bersamaan.


Contoh serangan nyeri dada karena penyakit jantung koroner bisa menyebabkan kecemasan
h-rar biasa pada penyarrdangnya. Tetapi kecemasan bisa juga menyebabkan keluhn nyeri dada

pada penyakit jantung koroner pada pasien dengan bakat cemas yang mendengar sahabatnya

mati karena pcnyakit koroner.


Pasierr gangguan jiwa nrayor juga bisa rnengeluhkan keluhan somatik, misalnya mengeluh

kalau di pcrut ada kuclanya.


Atau gejala psikotik bisa dilatarbelakangi penyakit fisik (gangguan mental organik).
Ada hal-hal yang membuat keluhan bertambah parah atau membaik. Sebagai contoh seorang
bapak yang suclah dibuat nyeri kepala karena urusan kantor jika sewaktu pulang di rumah
mendapatkan istri mengomel akan memperberat keluhan nyeri kepala. Namun jika dia

78
kepalarrya
bergabung dengan teman-teman bermain bulutangkis atau ber-karaoke keluhan nyeri
bisa sembuh.

4. Ilustrasi riwayat penyakit sekarang kasus gangguan jiwa nr:ryor :


Seorang pasien laki-laki berusia 47 tahun. status sudah ntenikalt dettgan satu istri

dan dua anak,dibawa ke instalasi gawat darurat dengan tangart diborgol darl dikawtrli oleh
polisi karena mengamuk di pasar. Keterangan yang didapat dari polisi ialah bahwa sebelurr
pertengkaran
mengamuk pasien minum-minuman keras kemudian sesudahritu dia terlibat
hebat dengan temannya. Pasien diketahui sering minum-minurtlan keras sejak bcberapa
pasar. l)asien
bulan terakhir. Pasien bersama istri dan dua orang anak tinggal di dekat tidak
mempunyai pekerjaan tetap. Keadaan seperti ini merupakan serangan yallSl tiga kalinya.
pasien sudah
l(etiga serangan selalu didahului minum-minuman keras sampai mabuk. Istri
pernalr
sering memperingatkan pasien agar tidak minum-minuman keras lagi dan bahkan
namun
mengancam akan minta cerai kalau pasien tidak mau memperbaiki kebiasaantlya
tidak ada hasilnya.

Sering pasien melakukan suatu usaha untuk mengurangi keluhan (mekanisme koping) yang
dihadapi dan bagaimana hasilnya tergantung mekanisme koping yang dipakai. Sebagai contolt

seseorang yang setiap kali merasa sedih dan bingung karena mernikirkan hirtang bisa saja
perasaan bingung tersebut hilang dengan mengisap rokok, nantun begitu selesai merokok
perasaan bingung muncul kembali. Sebagai akibat dia semakin banyak merokok dengan
konsekuensi permasalahannya tidak hilang, uangnya semakin berkurang yang mengakibatkan
hutangnya bisa semakin banyak dan muncul penyakit akibat rokok.

Lain halnya jika pasien yang bingung karena banyak hutang memakai mekanisme koping
melakukan aktivitas yang lain yang positip misalnya dengan melakukan pekerjaan sampingan.
Dengan bekerja giat dari usaha sampingannya tersebut dia bisa lupa akan hutangnya
(bingungnya berkurang), mendapatkan pen$hasilan tambahan yang bisa dipakai untuk
mengangsur hutangnya, dangiat bekerja tidak menimbulkan konsekuensi yang merugikan.
Dokter bisa mengetahui mekanisme pertahanan pasien dengan menganalisis pertanyaan atau
jawaban pasien terhadap pertanyaan yang diajukan. Misalnya pasien yang suka mengatakan
bahwa penyebab kegagalan ujian yang dialami adalah karena soalnya sulit atau dosennya killer

atau mengatakan bahwa penyebab dia seririg terlambat masuk kantor adalah karena harus
mengunrs anak terlebih dahulu menunjukkan mekanisme pertahanan proyeksi. Pasien yang

29
melakukan olahraga untuk menyalurkan dorongan seksual yang tinggi sementara dia belum
bersuami menunjukkan mekanisme pertahanan sublimasi.

4. Riwayat Penyakit Sebelumnya

Tidak semua orang mudah menderita gangguan jiwa. Seseorang bisa dengan mudah
menderita gangguan jiwa karena adanya predisposisi tertentu. Ada berbagai predisposisi
yang
sehingga seseorang kemudian menderita gangguanjiwa; misalnya memiliki kepribadian
imnrahre. Pada pasien gangguan jiwa perlu ditanyakan apakah sebelumnya pefnah rnenderita
juga
gangglran jiwa. Jika memang pernah menderita gangguan jiwa perlu ditanyakan gejala-
pasien
gejala pacla episode terdahulu dan bagaimana terapi yang didapatkan, dan dari mana
mendapatkan terapi.

Demikian juga riwayat penyakit tisik yang pernah diderita pasien dan riwayat terapinya
bahan
harus ditanyakan karena membantu dalam menegakkan diagnosis dan menjadi
pertirnbangan pemberiarr terapi. Sebagai contoh pada pasien yang pernah menderita stroke
pernah
sebelumnya, bisa menyebabkan terjadinya demensia multi infark. Atau pasien
menderita sindronr ne(iotik dan mendapatkan terapi kortikosteroid bisa menimbulkan
gangguan mental organik karena kortikosteroicl. I(ondisi fisik yang diderita pasien ditulis pada

aksis Ill sistcrr cliagnosis nrurltiaksial.

5. ltiwnyat l(cluargn

Munculnya gangguan jiwa dipengaruhi berbagai faktor yang nidliputi faktor


maka
organobiologis, psikoedukatif, sosiokultural dan spiritual. Berkaitan dengan hal tersebut
keaclaan yang terdapat pada keiuarga perlur ditanyakan dan bisa menjadi pertimbangan dalam
penentLrarl diagnosis dan terapi serta perh"r dicatat pada catatan medis.

Psikopatologi pada keluarga bisa berhubungan dengan gangguan jiwa yang diderita
pasien rnelalui beberapa jalan, bisa karena herediter, atau pasien belajar dari orangtua yang
mempunyai psikopatologi, atau berkaitan budaya keluarga tersebut.

Banyak permasalahan yang terdapat pada kelua rga yangbisa berpengaruh misalnya adanya
gangguan jiwa pada keluarga, cara mendidik, komunitas dalam keluarga, penanaman nilai-

nilai, dan riwayat penggunaan alkohol.

30
6. Riwayat Personal

bisa diketahui
Seringkali adanya kecenderungan seseorang mendapatkan gangglanjiwa
darr adanya beberapa fenomena yang sudah muncul pada waktu masa kecil. Sehingga
informasi kehidupan pasien secara individu sejak sangat awal kehidupan sangat bermanfaat
untuk menegakkan diagnosis.
hal-hal
Gejala yang ditunjukkan pada waktu dewasa bisa memberikan petunjuk mengenai
gejala
yang harus kita tanyakan pada masa kecil. Misalnya seseorang yang menunjukkan
perlakuan
sangat cemas atau curiga perlu ditanyakan apakah pada waktu masa anak mendapat
overprotektif dan sebagainya.

a. Prenatal dan perinatal


bisa
Beberapa hal yang terjadi seputar pasien dalam kandungan datr dilahirkan
alltara
memengafl.thi kesehatan jiwa di masa yang akan datang. Hal yang perlu clitanyakan
lain apakah pasien merupakan anak yang direncanakan datt diharapkall/cliterinta ataLr
sebaliknya keberadaan anak tidak direncanakan atau diharapkan sebagai akibat lttlbungatt
darr
seksual di luar nikah; serta bagaimana kesehatan ibu pada waktu hamil, rnelahirkarl
sesudah itu,

b. Masa anak awal (dari lahir sampai usiir 3 tahun)

pada
Kualitas interaksi ibu-anak selama menyusui dan loilel lruinittll bisa berpengaruh
kesehatan jiwa anak. Untuk itu perlu ditanyakan apakah bayi disusui dan bagaimana
pengasuhannya.
pengasuhannya, apakah bayi diasuh oleh orang lain serta bagaimana
Seringkali anak menunjukkan berbagai gejala yang berkaitan dengan etnosinya. Jika terjadi
hal seperti ini perlu dicari apakah ada mslerrrul deprivation atau ganggLlan perkembangan.
Maternol deprivation bisa disebabkan oleh antara lain ibu harus bekerja, ibu sakit atau
memang ada permasalahan emosional pada ibu.

Perqrasalahan emosional yang sering ditunjukkan pada anak pada tnasa ini misalnya

kecempsan perpisahan atau kecemasan terhadap orang lain.

Pada bagian ini perlu dicari informasi tentang saudara kandung pasien, bagaimarra
pasien pemalu,
hubungan pasien dengan saudara kandungnya, bagaimana sifat apakah
tidak bisa diam, menarik diri dari hubungan sosial, ramah, suka bergaul.

31
- Apakah ada kesulitan berkonsentrasi. bagaimana toleransi terhadap frustrasi, kemampuan
untuk menunda kepuasan.
- Apakah anak lebih suka aktif atau pasif dalam aktivitas fisik?
- Apakah mainan kesukaan anak ?
- Apakah anak suka bermain sendiri atau dengan teman?

Secara ringkas hal yarrg ltarr"rs dicakup pada masa anak awal adalah.

. Kebiasaan makan: menetek atau minum susu botol, apakah ada permasalahan makan
o Perkenrbangan awal: berbicara, berjalan, pertumbuhan gigi, kemampuan berbicara,
perkenrbangan nrotorik, gejala yang ditunjukkannya ketika keinginannya tidak dipenuhi,
pola tidur, keccrnasan perpisahan dan terhadap orang asing. Maternal deprivalion, orang
yang nrengasuh.
c 'l'oilct sikap orang tua, perasaan terhadap loilet trcrining.
truittittg. nrulai unrur berapa,
o Problem tingkah laku: rnengisap jari, lampe r lctnlnrtn, membenturkan kepala,
menglloyang tubuh, rnenggigit kuku, mengorxpol, mimpi buruk.
. Kcpritradian anak: malu, tidak bisa diam, menyendiri, ramah, mainan yang disukai.

c. Masa rnnh perlengahan (3 - I I tahutt)

Pada bagian ini hal yang penting dicatat adalah identitas gender, pendisiplinan anak, siapa

yang berperan dalam menanamkan disiplin pada anak, pengalaman awal sekolah khususnya
bagaimana .pasicn bisa mentoleransi perpisahan dengan ibunya. Hal lain yang perlu dicatat
pada bagian ini adalah bagaimana hubungan pasien dengan teman-temannya, apakah anak
cenderung menjadi pemimpin atau pengikut, hubungan sosial, peranannya dalam kelompok

sebaya atau gang.

- Apakah anak bisa mentaati peraturan, apakah ada agresifitas, bagaimana kelakuan anak di
sekolah?
- Apakah sudah mulai muncul kebiasaan yang menjurus ke permasalahan emssi di kemudian
hari seperti gangguan tingkah laku?
- Bagaimana kemampuan pasien membaca, perkembangan pasien selain intelektual dan
ketrampilan motorik?
- Apakah ada gangguan belajar dan bagaimana penatalaksanaannya serta bagaimana
akibatnya pada emosi anak?
- Adakah nightmare dan bagaimana frekuensinya, fobia, menyiksa binatang?

d. Masa anak akhir (pubertas sampai remaja)


Pada masa ini perlu diperhatikan bagaimana anak mulai ingin lepas dari orang tua menjadi

mandiri dan semakin dekat dengan kelompoknya dan melakukan aktivitas bersama.

32
yang
Kita perlu mengetahui juga kepada siapa pasien mengidolakan dirinya, lnformasi
jati diri
didapatkan selama fase ini memberikan manfaat untuk mendapatkan gambaran tental'lg
pasien.

e. Masa usia dewasa

l. Riwayat pekerjaan
tiap-
perlu dicatat riwayat pekerjaan, pemilihan pekerjaan, pindah pekerjaan, lama bekerja di
kerja,
tiap tempat kerja, alasan pindah kerja, pelatihan yang dijalani, konf'likdengan tenlan cita-
yang
cita, ambisi dan tujuan jangka panjang, perasaan terhadap pekerjaan sekarang
meliputi atasan,peraturan, dan teman kerja.

ll. Riwayat perkawinan dan relationship


pemerintah atau
Informasi yang diperlukan ari.ara lain berapa kali menikah, menikah resmi
dengan
adat, dan riwayat tiap pernikahan, durasi tiap pernikahan, bagaimana hubungan
yang dengan
pasangan, usia menikah pertama kali, motivasi pernikahan, perjanjian dibuat
ipar,
pasangan misalnya pengaturan uang, pengasuhan anak, hubungan dengan mertua dan
berpasangan
kesulitan perumahan, kalau ada alasan berpisah dengan pasangan, sifat
pasangan
misalnya hubungan sesama jenis, kehidupan seksual, bagaimana mendapatkan
tersebut, dan bagaimana mengatasi permasalahan yang muncul.

iii. Riwayat militer


Informasi pada bagian ini termasuk antara lain:
- Adakah riwayat militer yang dialami?
- Bagaimana penyesuaian diri terhadap pengalaman militer'?
- Bagaimana pengalaman yang didapatkan tentang pertempuran'?
- Bagaiman pengalaman luka akibat pertenrpuran?
- Apakah saat ini masih berhubunan dengan keniiliteran?
- Bagaimana ke luar dari militer?
- Bagaimana kedispilinan selarna menjalani kehidupan nriliter'7
- Dan apakah pernah dirujuk untuk konsultasi selama rnenjalani dinas kenriliteran'/

iv. Riwayat Pendidiknn


Riwayat sekolah yang perlu ditanyakan rneliputi antat'alain: bagairnana ltubuttgan
pasien dengan guru? Mata pela.iaran yang disenangi, baik di sekolah lnatlpl.lll ekstra
kulikuler sangat bermanfaat untuk mengetahui kepribaclian pasicrr. Dernikian .iuga
keikutsertaannya dalarn olahraga, dan hobi akan bisa mcmberikan gambaran tentang
permasalahan emosi dan fisik yang muncul masa itu.
pemilihan
Pada bagian ini perlu didapatkan informasi tentang riwayat pendidikan,
cliri
bidang pendidikan, adakah paksaan dari orang tua misalnya, bagaimana penyesuaian
pendidikan. Informasi riwayat
terhaclap penclidikan, bagaimana kemaiuarr rnenjalani
tentallg latar belakang sosial dan
pencliclikarr yang didapatkan akan memberikan gambaran buclaya
prestasi, bagaimana pasien
pasien, intelegensi, motivasi, clan kenclala untuk meraih
sikap pasien terhadap
nrancapai sekolah, putus sekolah dan alasannya, bagaimana
pasien jika dibandingkan dengan
penoapaian prestasinya, bagaimana tingkat pendidikan
pendidikan tersebut'
saudara karrclurng clan orangtuanya dan apakah pasien menikmati
v. Agamn
latar belakang agama pasien
pada bagian ini perlu didapat informasi antara lain tentang
terhadap perintah agarna apakah
clan keclga orangtuanya, bagaimana sikap keluarga
agama pasien, pelaksanaan
permisif, apakah ada konflik antar orang tua dengan pendidikan
keagamaan yang kuat dan
agama dalam kehidupan sehari-hari, apakah ada afiliasi
bagaimana konsep agama yang dianut
bagaimana pengaruhnya terhadap kehidupan pasien,
praktek-prakek
pasien tentang gangguan jiwa, bagaimana sikap pasien terhadap
seperti minum atkohol dsb?
bunuh diri, berhomoseksual,
vi. Aktivitas Sosial
kehidupan sosial
pada bagian ini pemeriksa harus mendapatkan informasi bagaimana pasien
lama relasi, dan kualitas
dan hubungan dengan orang lain dalam arti intensitas, hubungannya
pasien mampu untuk sharing'
dengan orang lain. Perlu juga dicatat apakah
orang lain, kepada siapa
Dengan orang lain, masalah apa saja yang dishariigkan dengan
pasien dengan orang lain
pasien sharing.Bagaimana sifat hubungan hubungan interpersonal
suka menyendiri atau
yang berbeda gender dan yang sama gender. Apakah pasien lebih
Perlu juga dicatat
mengisolasikan diri dari orang lain atau mempunyai sifat antisosial.
yang suka mengunjungi pasien
mengapa pasien lebih suka menyendiri. Adakah dan siapa
vii. Situasi hidrrP sekarang
dengan siapa'di
Pada bagian ini perlu dicatat antara lain dimana pasien tinggal, lingkungan
lingkungan tinggal apakahprittacy
seperti apa, bagaimana kepadatan rumah dan ' terjamin, sumber
hidup, apakah ada sumber
penghasilan keluarga, apakah ada kesulitan
kesehatan,
pertolongan, apakah ada sumber penghasilan lain, apakah ada asuransi
serta jika yang
pasien dirawat inap siapakah mengunjungi'
hukttm
viii. ltiwayat yang berkaitan dengan
,pernah mempunyai urusan
pacla bagian ini perlu dicatat antal'alain apakah pasiean
apakah pernah
hukum, kalauada karena masalah apa, berapa kali,
/dihukum/dipenjara' apakah dalam masa
clitaha6/clihuklrl/4iperrjara, berapa lama clitahan

34
percobaan atau hukumannya ditunda, apakah pasien memiliki senjata unttlk menycrallg.
itu.
serta kalau pasien pernah clipenjara bagaimana sikapnya terhadap hal

Riwayat Kehidupan Seksual


pengetahLrarl
Pada bagiap ini perlu dicatat antara lain bagainrana pasictt tnettclapat
yang clialarnirlya, apakalr
tentang seks, bagaimana sikapnya terhadap perkembangan seksual
mertgalanri
pernah mendapatkan pelecehan seksual seksual selama masa anak, umttr berapa
riwayat
pubertas (menarche atau polutio) dan bagaimana sikapnya terhadap hal tcrsebut,
terhadap nrasalah
masturbasi, fantasi seksual dan perasaan terhadap hal itu serta sikap
niencakup keluhan yang
seksual. Disamping itu pada riwayat kehidupan seksual harus .iuga
problem ejakulasi,
berkaitan dengan masalah seksual, seperti anorgasme, ganggualr ereksi,
hubungan seksrral
gangguan dorongan seksual, dan parafilia. Sikap terhadap berbagai teknik
perhatian adalah
juga perlu diminta pendapatnya. Permasalahan lain yang perlu rnendapat
adanya ikatan
preferensi seksual, ikatan ekstra marital, apakah pasangan resmi mengetahui
adakah akibat
ekstra marital tersebut, sampai seberapa jauh hubungan ekstra marital tersebut,
yang aman,
dari hubungan tersebut, sikap terhadap kontrasepsi, pemahaman tentang seks
mendapatkan penyakit
penyakit menular seksual dan penyakit HIV/AIDS serta kekhawatiran
tersebut.

g. Fantasi dan mimPi ,

mimpi
pada bagian ini perlu ditanyakn apakah pasien sering mendapatkan nighmares,
fantasi masa
yang berul ang dengan tema yang mirip, apakah fantasi yang sering muncul,
mimpi
depan, apakah pasien tidak bisa membedakan arftara fantasi dan realita. Fantasi dan
yang setiap kali
menunjukkan hal yang ada di alam bawah sadar. Sebagai contoh seseorang mau
menunjukkan
menghadapai ujian bermimpi tentang pelajaran yang mau diujikan sering
adany a kecemasan menghadapai uj ian.

h. Nilai kehidupan
pada bagian ini dokter harus menanyakan kepada pasien antara lain tentang nilai kehidupan
uang, perntainan,
pasien baik nilai moral maupun nilai sosial termasuk nilai tentang pekerjaan,
pacla kelornpok
anak, orangtua, teman, karier, konsep kehidupan dan seksual. Sebagai contoh
jadi karier
tertentu yang menganggap bahwa karier adalah segala-galanya bisa kegagalarl
bunr.rh diri.
merupakan masalah besar dan menyebabkan depresi bahkan sampai

35
6'.Teknis Pemeriksaan Pasien Gangguan Jiwa

Hasil pemeriksaan gangguan jiwa adalah hasil yang didapatkan dari hasil observasi dan
wawancara dokter pada pasien gangguan jiwa. Hasil yang didapatkan ini sangat dinamis bisa
berubah dari waktu ke waktu. Demikian juga pemeriksa yang berbeda akan mungkin
mendapatkan hasil yang berbeda pula. Untuk memperkecil risiko adanya perbedaan hasil
pemeriksaan status kejiwaan seseorang dan untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat
dokter perlu memerhatikan pasien dengan seksama.
Hasil pemeriksaan pasien gangguan jiwa menunjukkan deskripsi penampilan, bicara,
jiwa .
tingkah laku, dan pikiran pasien selama wawancara. Pemeriksaan pasien gangguan
merupakan gabungan dari hal yang bersifat ilmiah dan seni. Hal ini sangat diperlukan sehingga
'
pada keadaan yang sulit sekalipun (misalnya pada pasien yangtidakmau berbicara) dokter bisa
mendapatkan gejala psikiatris melalui observasi dan teknik pemeriksaan lain yang seksama.
Untuk mendapatkan fenomena tertentu dokter bisa juga melakukan berbagai tes psikologis
tertentLl.

Garis besar pemeriksaan untuk mendapatkan status psikiatri:

I Kesan umum atau penampilan


2. Tingkah laku
3 Sikap
4. Pembicaraan
5. Mood dan afek
6. Pikiran
a. Bentuk
b lsi
7. Persepsi
8 Sensorium
a. Kewaspadaarr(alertness)
b Orientation (orang, tempat, waktu)
c. Konscntrasi
d. Me nrori (inrnrediate, recent, long term)
e. I(alkulasi
li Intclcgcnsi
g Daya abstraksi
9. lnsight
I 0 Kemanrpuan rnempertimbangkan (udgement)

36
1. Kesan umum atau PenamPilan
yang
Pada bagian ini dokter perlu sekali menguraikan keadaan pasien secara umum dapat
atau
dilihat arfiara lain dari bagaimana pasien bersikap, berpakaian, berpenampilan
panjang sampai
berbicara. Misalnya: pasien tampak sangat kotor rambut sangat kusut dan kotor
keadaan
pinggang, hanya mengenakan celana pendek sangat kumal; atau pasien datang dalarn
ntenrar pakaian
eksaltasi tangan diborgol dikawal oleh polisi di seluruh badan tarnpak luka
nrenutrjukkan kesatt
koyak di beberapa tempat. Atau pasien berpenampilan sangat rapi dan
ketat seliingga
sangat memperhatikan penampilan; atau pasien yang berpakaian tipis sangat bisa
terlihat jelas liku-liku tubuh.

2. Tingkah Laku
pada bagian ini bisa diuraikan tingkah laku dan aktifitas psikomotor baik kualitatif
tingkah laktr
maupun kuantitatif. Termasuk dalanr tingkah laku dan aktifitas psikornotor adalah
tingkah lakrr
stereotip, manerisme, ekopraksi, hiperaktifitas, agitasi, fleksibilitas, tics, inrptrlsil,
Iaku yarrg metnberi
mengembara, negativistik, dan rigiclitas. Atau pasien menunjukkan tingkah
kesan menyengatkan keluhannya, tingkah laku hizzqra dan sebagairrya.

3. Sikap Pasien terhadap Penreriksit


ratttalt, pertuh
Sikap pasierr terhaclap pemeriksa clapat digambarkan sebagai kooperalil,
bermusuhatt,
perhatian, tertarik, jujur, menggoda, delensif, menghina, birtgung, apatis,
menyenangkan, manis, mengelak, atau uraikan dengatr kata sifat lainnya.

4. Pembicaraan
jurnlah kata-
Pembicaraan bisa diuraikan menjadi kualitas pembicaraan, kuantitas dan kata
hanya bicara
yang diucapkan. Pembicaraan pasien bisa diterangkan sebagai banyak bicara,
pesien cepat
kalau ditanya itupun hanya satu dua kata, atau membisu sama sekali atau bicara
kesan
sekali,pelan atau hanya bergumam. Atau dari pembicaraannya pasien bisa menrberi
misalnya kalau pasien sombong atau rendah hati.

5. Mood dan Afek


persepsi seseorang
Mood adalah emosi yangperva.sive dandipertahankan yang mewarnai
durasi
akan dunia sekitarnya. Penilaian tentang mood harus meliputi kedalamannya, intensitas,
marah.
dan fluktuasinya. Mood bisa dideskripsikan antara lain sebagai depresi, iritabel, cemas,
eufori, putus asa, ekspansif, bersalah, dan tidak ada harapan.

Afek merupakan respon emosional pasien yang bisa disimpulkan dari ekspansi wajahnya
mood. Afek bisa
termasuk tingkah laku ekspresifnya. Afek bisa serasi atau tidak serasi dengan
keadaan
dideskripsikan sebagai appropriate, inappropriate, restricted, blunted atau.fl,at. Pada
normal terdapat variasi dalam ekspresi wajah, tone suara serta gerakan lengan dan tungkai. Untuk
Sebagai
memeriksa afek seseorang perlu dibawa pada suasana menyentuh perasaannya.
bisa
contoh jika perasaan dibawa kepada sesuatu yang membuat senang dan orang tersebut
senang serta bila dibawa kepada situasi yang membuat dia terharu maka dia bisa terharu bisa
menjadi
dikatakan bahwa afek orang tersebut appropriate; kalau orang tersebut kurang bisa
jika seseorang
senang atau sedih bisa dikatakan afek orang tersebut restricted. Namun

37
menghadapi situasi yang menyedihkan misalnya bahkan orang tersebut justru gembira bisa
dikatakan afek orang tersebut inappropriate.

6. Pikiran
Pikiran dapat dibagi kedalam proses (atau bentuk) dan konten. Proses pikir mengacu
pada cara dimana seseorang menempatkan gagasan dan asosiasi bersama-sama, bentuk dimana
seseorang berpikir. Proses atau bentuk pemikiran dapat logis dan koheren atau benar-benar
ticlak logis dan bahkan tidak bisa dipahami. Konten mengacu pada apakah seseora.ng benar-
benar berpikir tentang: ide-ide, keyakinan, minat, obsesi.

a). Bentuk atnu proses pikir.


Pasien mungkin memiliki sangat banyak atau miskin ide. Mungkin ada yang berpikir
pasien
cepat, yang jika sangzlt ekstrim, disebut flight of idea.s atau ide meloncat. Seorang
kosong.
rnungkin lnenunjukkan berpikir larnbat atau ragu-ragu. Pikiran dapat kabur atau
dapat
Apakah pasien benar-benar menjawab pertanyaan yang diajukan, dan apakah pasien
memiliki kapasitas untuk berpikir dengan tu.iuan tertentu?
Apakah tanggapan yang diberikan relevan atau tidak relevan?
jelas?
Apakah pcrrjelasan yang diberikan pasien ada hubungan sebab akibat yang
Apakalr pada pernbicaraan pasien ada asosiasi longgar (misalnya apakah ide yang
diekspresikan tarnpaknya ticlak berlrubungan dan secara iclios)tncratlc terhubung)? Gangguan
konlinuitas pikiran tennasuk pernyataan yang tangensial, mendalam, bertele-
selesai;
tele, nrerrgelak, atau l)ar,\cverative. Bloking adalah putusnya pemikiran sebelum ide
pasien rnungkin menuniukan ketidakmampuan untuk mengingat kembali apa yang dikatakan
atau apa yang akan dikatakan. Circumstuntiality menu.njukkan hilangnya kemampuan untuk
berpikir sesuai arah tujuan, dalam proses menjelaskan ide pasien menambah banyak keterangan
secara rinci yang tidal< relevan tapi al<hirnya kembali ke titik awal Tangentiality adalah
gangguan cli mana pasien kehilangan benang merah percakapan, banyak pikiran divergen yang
disebabkan oleh berbagai rangsangan eksternal atau internal yang tidak relevan, dan tidak
pernah kernbali ke titik awal.

Gangguan proses pikir dapat tercermin dari adany a kata-kata yang terhubung secara
tidak koheren atau tidak bisa dimengerti (salad katalword salaQ, clang association (asosiasi
bunyi), punning (assosiasi dengan makna ganda), dan neologisme (kata baru yang diciptakan
oleh pasien dengan menggabungkan atau mencampurkannya kata lain).

b). Isi pikir


Gangguan pada isi pikiran meliputi delusi, kesibukannya (yang mungkin melibatkan
penyakit pasien), obsesi (apakah Anda memiliki ide yang mengganggu {an berulang?),
dorongan (apakah ada hal yang dilakukan berulang-ulang, secara berulang-ulang?

- Apakah ada hal yang harus Anda lakukan dalam cara tertentu atau pesanan?
- Jika Anda tidak melakukannya dengan caraitn, apakah harus anda mengulanginya? Apakah
- anda tahu mengapa Anda melakukan hal-hal seperti itu?, Fobia, Rencana, Niat, Ide yang
berulang tentang bunuh diri atau pembunuhan, gejala hypochondri, dan segala
antisosial tertentu.
- Apakah pasien memiliki pikiran untuk menyakiti diri?
- Apakah ada rencana menyakiti diri?
- Sebagian besar gangguan isi pikiran adalah delusi (waham).
pasien,
Waham adalalt keyakinan yang tidak sesuai dengan latar belakang budaya
sLlasana
mungkin serasi dengan suasana perasaan hati atau mood (pikiran yang sesuai dengan
ia sedang sekarat
hati yang sedih atau gembira, misalnya, seorang pasien depresi berpikir bahwa
(misalnya,
atau pasien gembira berpikir dia ibu Maria) atau bisa tidak serasi dengan mood
setiap
seorang pasien gembira berpikir ia memiliki tumor ota$. Dokter harus menjelaskan isi
juga disebutkan
waham dan mengevaluasi strukturnya dan bisa dikoreksi atau tidak. Perlu
pasien'
apakah waham ini memengaruhi kehidupan
pikirannya bisa
Delusi dapat bizarue atau aneh seperti misalnya pasien yakin kalau
paranoid, kebesaran,
dikendalikan dari luar. Delusi dapat memiliki tema per,secutory atau
orang lain
cemburu, somatik, bersalah, nihilistik, erotis atau keykinan bahwa apayarrg dilakukan
berhubung an (ideas of reference) atauberpengaruh (influence). Contoh ideas of reference adalah
Contoh ide-ide
keyakinan seseorang bahwa televisi atau radio berbicara kepada atau tentang dia. dari
aspek
pengaruh adalah keyakinan tentang orang lain atau kekuatan mengendalikan beberapa
dari perilaku seseorang.

7. Persepsi.
pada
Gangguan persepsi, seperti halusinasi dan ilusi, bisa dialanri baik itu ntenyaugkrrt
rasa,
diri sendiri atau lingkungan. Sistem sensorik yang terlibat (ntisalnya auditori, visual,
(rnisalnya
penciuman, atau taktil) dan isi dari ilusi atau halusinasi harus dijelaskan. halusitlasi
selringga
dengar dengan tema suara yang menyuruh melakukan sesuatu) keadaan atau situasi
seseorarlg
terjadi halusinasi penting diperhatikan; hulusinasi lrypnugogic (tetjadi pada waktu
jatuh tertidur) dan hulusinssi hypnopompic (terjadi sewaktu seseorang battgutt ticlur).

Halusinasi juga dapat terjadi pada waktu seseorang mengalami stres. Perasaan depersonalisasi
clari
dan derealisasi (perasaan ekstrim lepas dari diri atau lingkungan) adalah contolt lain
gangguan persepsi. Fornilcotio,n, perasaan adanya kutu yang merayap pada atau dibawah kulit,
yartg
sering ditemukan pada orang yang sering memakai cocain Contoh pcrtattyaatt
digunakan untuk memperoleh pengalaman halusinasi adalah sebagai berikurt:

Apakah anda pernah mendengar suara-sLnra atau bunyi lain sepcrti orang bcrbisik di telinga
lairt
dimana waktu itu tidak ada orang lain bisa mendettgar ataLr ketika tidak ada orattg
didekatnya?

ada
Pernahkah anda mengalami sensasi aneh dalarn tubuh anda dinrana anda tidak melihat
sesuatu yang menyebabkannya?

39
8. Sensoritrnr
Perrreriksaan sensorium dan kognisi dimaksudkan untuk mengukur fungsi otak, termasuk
untuk
intelegensi, kapasitas untuk berpikir abstrak, dan tingkat in.sight serta kemampuan
mengantbil keputusan

a. Kewasltrttlnan (Alertncss).
Kesadaran
Garrggrran kesadaran biasanya menunjukan adanya ganguan otak organik.
Pasien
berl<abuI al<an tr]engLlrangi kewaspadaan al<an lingkungan secara menyeluruh.
atau
mungkin tic{ak ntalnpu mentpertahankan perhatianpada stimuli dari sekitarnya
rrempertahankan bcrpikir atau tingkah laku yang befiujuan
l(esadaran yang berkabut atau kondisi yang tidak sadar seringkali bersifat sementara.
yang
Pasien bisa menunjukan f'luktuasitingkat kesadaran terhadap sekitarnya. Pasien
rrenuniukan perubahan kesadaran seringkali juga terdapat gangguan orientasi meskipun
gangguan
ticlak selalu benar bahwa orang yang mengalami gangguan orientasi mengalami
kesadaran.
lleberapa istilah yang dipakai untuk menjelaskan tingkat kesadaran pasien yaitu berkabut,
sontnoletk:e, slupor, con?o, lelhurgy, waspada, atau sadar.

b. Orientasi (orango tempat, waktu).


Gangguan orientasi meliputi waktu, tempat dan orang. Masing-masing gaogguan orientasi
ini biasanya muncul berturutan ( misalnya, ada gangguan orientasi waktu sebelum muncul
gangguan orientasi tempat): jika pasien mengalami perbaikan ganggoarr orientasi ini, maka
perbaikan akan terjadi dengan urutan sebaliknya.
jam
Dokter harus menentukan apakah pasien bisa menentukan tanggal dan pada hari ini.
jika pasien menjalani rawat inap, apakah pasien bisa mengetahui sudah berapa lama dirawat
inap. Untuk orientasi tempat pasien harus bisa menyebutkan nama dan lokasi rumah sakit
secara tepat dan harus berkelakuan sebgaimana mestinyakalau mereka tahu dimana mereka
berada. (deengan catatan pasien sudah mengetahui sebelumnya nama dan lokasi rumah sakit
tersebut).
Pada pemeriksaan orientasi seorang dokter menanyakan apakah pasien mengetahul, fiarna
orang disekitarnya dan mengetahui perannya.
- Apakah pasien mengetahui nama pemeriksa?
- Pasien dengan gangguan sangat berat tidak mengetahui orang di sekitarnya. (dengan
catatan pasien harus mengetahui sebelumnya siapa orang disekitarnya tersebut).

c. Konsentrasi clan perhntian.

Konsentrasi seorang pasien bisa terganggu karena berbagai alasan.

Adanya gangguan kognitif, kecemasan, depresi dan rangsangan internal, seperti


halusinasi pendengaran, semua akan berkontribusi untuk terjadinya gangguan konsentrasi.

Kemauan konsentrasi seseorang bisa diketahui dengan meminta pasien untuk


mengurangkan 7 secara serial dari 100. Tugas seperti ini merupakan contoh tugas sederhana
yang membutulrkan konsentrasi utuh dan kapasitas kognitif. Apakah pasien bisa melakukan

tugas mengurangkan 7 secara serial dari 100? jika pasien tidak bisa mengurangkan 7, bisa

40
dengan mengurangkan 3. Dalam hal ini pemeriksa harus sclalu rncnilai apakah ada
kecemasan, karena beberapa gangguan perasaan atau kesadaran atau defisit pembelajaran
(dyscalculia) sering rnenjadi penyebab berkurangnya konsentrasi. Perhatian dinilai dengan
meminta pasien untuk melakukan penghitungan atau dengan r:ntuk rnengeja kata undur.

Pasien juga dapat diminta untuk menyebut nama lima hal yang dinrulai dengan hurul'
tertentu.

d. Fungsi rnemori.
Fungsi Memori dibagi menjadi empat area'.ren?ole memor.y, reccill mcmor)), racutl 1tu,sl
memory, recent memory, and. inrmediatc re lantion dan rccctll.

o Recent memory dapat diketahui dengan menanyakan pasien tentang nafsu nrakan dan
apa menu sarapannya tadi pagi atau makan malam.
o Untuk mengetahui intermediqte rel.enlior pasien bisa diminta untuk mengulang
enam digit maju dan kemudian mundur.
o Remote memory dapat diketahui dengan menanyakan pada pasien riwayat pada masa
anak y ang dapat diverifi kasi kemudian.
o Recent past memory dapat diketahui dengan meminta pasien untuk mengingat
kembali hal-hal penting yang baru terjadi beberapa bulan lalu, Seringkali pada
gangguan kognitif recent memory atau short-term memory yang pertama kali
terganggu, danremote memory atav long-term memoty baru terganggu kemudian.
- Jika ada gangguan perlu ditanyakan juga : Usaha apa yang dilakukan untuk mengatasi
atau menyembunyikannya?
- Apakah dengan jalan menyangkal, konfabulasi, atau berbicara berputar-putar?
- Reaksi terhadap adanya penurunan memori akan memberikan bukti penting adanya
penyakit yang mendasarinya dan mekanisme kopingyang dilakukan.

Misalnya, seorang pasien yang menunjukkan adanya gangguan memori tetapi depresi
seringkali dianggap sebagai gangguan daya ingat daripadajika seseorang dengan gangguan
daya ingat akibat demensia. Dokter juga harus menentukan apakah terdapat reaksi
katastrofik (pasien akan menangis dan sangat cemas jika tidak bisa mengingatnya).

e. Kalkulasio Inteligensi dan Informasi.


Jika kita sebagai dokter mencurigai adanya gangguan kognitif pada pasien, kita pe rlu
bertanya apakah pasien ada masalah dengan kemampuan untuk rnelakukan tugas kognitil,
seperti misalnya :
jika pasien mempunyai uang Rp. 1000,- dibelanjakan Rp. 625,- berapa uang kenrbalinya'/
jika tugas ini di anggap terlalu sulit, ditanyakan hal yang lebih rrrudah (rrrisalnya berapa
banyak uang receh pada Rp. 1.350,-?)
lntelegensi pasien berhubungan dengan perbendaharaan kata dan pengetahuan ur)rlun
(misalnya, jarak dari Manado ke Tomohon, nama Gubernur Sulawesi Utara). Tingkat
pendidikan pasien (baik formal dan pendidikan non lbrnurl) dan status sosial ekonorni ltarus
diperhitungkan dalanr hal ini.

41"
Kenrampuan pasien untuk memecahkan masalah yang sulit atau canggih dapat
nrencerrninkan kecerdasan, bahkan jika pasien tidak mengenyam pendidikan formal
sekalipurr atau pengetalruan urnum pasien terbatas.
Akhirnya, dokter harus bisa menentukan kemampuan inelektual pasien dan
kernampuan berfungsinya.

9. Daya abstraksi
Berpikir abstrak adalah kemampuan untuk memahami konsep. Pasien bisa mengalami
gangguan cara memahami konsep atau menghandel ide-idenya.

. jeruk
Apakah pasien dapat menjelaskan kemiripan, misalnya antara dan apel atau
kebenaran dan kecantikan?
o Apakah pasien bisa memahami arti peribahasa yang sederhana misalnya lebih besar
pasak dari pada tiang?

Jika ditanyakan hal ini jawaban yang diberikan pasien bisa konkrit (misalnya dengan
memberikan contoh untuk mengilustrasikan artinya) atau sangat abstrak (misalnya
memberikan penjelasan yang sangat umum).

Kesesuaian jawaban dan cara dimana jawaban diberikan harus dicatat. Pada reaksi
katastrofik, pasien brain-danraged menjadi sangat emosional dan tidak mampu berpikir
secara abstrak.

10. Insight

lnsight merupakan tingkat kesadaran dan pemahaman pasien tentang penyakitnya.


Pasien mungkin menyangkal sama sekali penyakitnya atau menyadari penyakitnya namum
rrrenyalahkan orang lain, pada fhktor eksternal, atau bahkan pada faktor organic.

Pasien mungkin mengenal kalau dirinya sakit namun menganggap bahwa penyakitnya
berasal sesuatu yang tidak diketahuinya atau misterius.

Insight intelektual muncul jika pasien dapat mengenal bahwa mereka sakit dan memahami
bahwa ntereka tidak bisa beradaptasi karena perasaan irasional mereka.

Enrm level insight sebagni berikrrt:

1. Menyangkal sarna sekali kalau sakit


2, Sedikit menyaclari kalau sakit dan nremerlukan pertolongan, tetapi kadang-kadang
nrenyangkalnya
3. Ada kesai'laranbahwa dirinya sakit namun menyalahkan orang lain, faktor eksternal,
atau karerta laktor organik
4. Ada l<esadaran bahwa dirinya sakit yang disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui
pada
trlasien
5. lrttellcctrrtrl insight: pengakuan kalau pasien sakit dan bahwa gejala atau kegagalan
nrenyesuaikan diri yang ada disebabkan oleh perasaan pasien yang irasional atau karena
gangguan tanpa rnengaplikasikannya pada pengalaman di masa depan

42
6. True entotional insight: ada kesadaran emosional akan motif dan perasaan dalarn diri
pasien yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang mendasar

1 1. Kemampuan mempertimban gkan (iudgrucnt)

Selama melakukan wawancara dokter harus nratnpu nrengukui Lrerbagai aspelt


kemampuan pasien dalam mempertimbangkan masalah social.

Apakah pasien memahamai kemungkinan akibat tingkah lakunya, datr apakalt pentaltatttittt
ini mempengaruhi pasien ?

Apakah pasien dapat memperkirakan apa yang akan dilakukannya pacla situasi inraiirter
(misalnya membau asap pada suatr,r ruang)?

Aktivitas pemeriksaan pasien gangguan jiwa non psikotik atau gangguan jiwa minor.

Sesi 1: Uraian:
1. Overuiew tugas dan melihat video cara memeriksa pasien gangguan jiwa non psikotik
atau gangguan jiwa minor dibimbing instruktur (dalam kelas).
2. Sebelum melakukan latihan ketrampilan memeriksa pasien gangguan jiwa minor
mahasiswa harus mengerjakan tugas dan mendiskusikan dengan instruktur.
3. Tugas tersebut adalah.
a. Melakukan refleksi diri sendiri atas pengalaman emosi dan pengalaman keluhan fisik
yang diperkirakan berkaitan dengan emosinya yang pernah dialaminya. Misalnya: tidak
bisa tidur, perasaan khawatir, perasaan sedih, ingin mengulang-ulang. Melakukan
sesuatu, berdebar-debar, berkeringat dingin dsb. Mahasiswa mencatat pengalaman
tersebut dan mendiskripsikan perasaan yang dialaminya.

b. Mendiskusikan tugas dalam kelompok difasilitasi oleh instruklur

Sesi 2: Uraian .

1. Latihan memeriksa pasien simulasi gangguan jiwa minor


2. Mendiskusikan tugas dalam kelompok difasilitasi oleh instruktur
43
Alokasi waktu dan hegiatan mahasiswa

Alokasi Aktivitas Mahasiswa lnstruktur Materi


waktu Review
15 menit Review tugas diskusi
60 menit Secara Mengamati dan o Simulated pasien
Role play dg
simrrlaled pasien bergantian memberikan olembar catatan
memeriksa feedback medis
simulaterJ
pasien
25 menit Diskusi Bertanya, Menjelaskan

mendiskusikan

jiwa
Aktivitas pemeriksaan pasien gangguan psikotik atau gangguan berat atau gangguan
jiwa mayor.
Sesi l:Uraian:
jiwa
l. Ovcrview tugns dan melihat video cara memeriksa pasien gangguan psikotik atau
gangguan jiwa mayor dibimbing intruktur (dalam kelas).
jiwa
2. Sebelurn rnelakr,rkan kegiatan latihan ketrampilan memeriksa pasien gangguan
mayor mahasiswa harus mengerjakan tugas dan mendiskusikan dengan instruktur waktu
3. rnelakukan latihan ketrampilan.
tersetlul adalah: :

'l'rrgns
jiwa yang
a. ll:rnyn nrclnhul<nn pengamatarr pacla orang dengan -qangguan mayor
di.ir-rrnpai dinranapun, misalnya dijalan atau tempat umum lainnya, TANPA melakukan
wawancara atau intervensi apapun derrgan orang tersebut. Pengamatan hendaknya
dilakLrkan pada jaral< yang aman.
b. 'l'ulis hasil pengamatan
tersebut dan analisis
i
c. Ilal yang perlu diobservasi adalah:
i. Kesan umLlm, misalnya ngamuk, bermalas-malasan, berdiri terus
ii. Cara berpakaian, misalnya pakaian dekil, tidak berpakaian, berpakaian berlapis-lapis
iii. Kebersihan diri , misalnya rambut panjang gimbal, kotor.
iv. Sikap badan, misalnya mempertahankan sikap tertentu
jabat
v Sosialisasi, misalnya menyendiri, menemui banyak orang mengajak tangan
vi. Berbioara, misalnya berbicara tanpa lawan bicara, berteriak-terrak,bicara melantur
vii. Tingkah laku yang menyerang orang lain atau merusak sekitar
viii. Gerakan, misalnya berjalan terus, berbaris terus
ix. Ekspresi muka, misalnya menyeringai, sedih, gembira, menangis
x. Tingkah laku lain misalnya makan sisa makanan di bak sampah
d. Mendiskusikan tugas dalam kelompok difasilitasi oleh instruktur
Sesi 2:Uraian:
jiwa
L Latihan memeriksa pasien simulasi gangguan mayor
2. Mendiskusikan dengan instruktur
Alokasi waktu dan kegiatan mahasiswa

Alokasi Aktivitas Mahasiswa Instruktur Materi


waktu Review
15 menit Review tuqas diskusi
60 menit Role play dg Secara bergantian Mengamati dan
o Simulated
simulated pasien memeriksa memberikan o pasien
simulated pasien feedback Lembar catatan
medis

5 menit Diskusi Bertanya, menjelaskan mendiskusikan

45
BAB VI. MATRIKS KEGIATAN

JADWAL KIGIATAN KELAS A DAN B

No. I{ari / Tanggal Topih Jam

Junrat, 27 I l0 -201'7 Penjelasan Awal lnstruktur

l.
Senin,30/10
*2017 Penjelasan Umum 13 00 - 16.00
1. Distimia, siklotimia
2. Gangguan mood lainnYa:
depresi pasca persalinan dan baby blues
syndrome
3. Trikotilomania dan gangguan pengendalian
impuls lainnya
4. Defense mechanism
5. Autoanamnesis dengan Pasien
6. Alloanamnesis dengan anggota
keluarga/orang lain yang bermakna
7. Memperoleh data mengenai
keluhan/masalah utama
8. Menelusuri riwayat perjalanan penyakit
sekarang/dahulu
9. Memperoleh data bermakna mengenai
riwayat perkembangan, Pendidikan,
pekerjaan, perkawinan, kehiduPan
keluarga
10. Melakukan kuniungan rumah apabila
diperlukan
'11. Melakukan kerja sama konsultatif dengan

teman sejawat lainnYa


'12. Memberikan terapi psikofarmaka (obat-obat

antipsikotik, anticemas, antidepresan,


antikolineroik, sedatif )
2. Selasa,3ll10 -2017 1. Gangguan Disosiatif 13.00 - 16.00
2. Gangguan Factitious
3. Psikotik lainnya
4. Gangguan ldentitas Gender
5. Penilaian status mental
6. Penilaian kesadaran
7. Penilaian persepsi orientasi intelegensi
secara klinis
8. Penilaian orientasi
9. Penilaian intelegensi secara klinis
10. Penilaian bentuk dan isi Pikir
11. Penilaian mood dan alek
12. Penilalan motorik
13. Penilaian pengendalian impuls
14. Penilaian kemampuan menilai
realitas Qudgement)
15. Penilaian kemampuan tilikan (rnsrghf)
16. Penilaian kemampuan fungsional (general
assessmenf of fu nctioning)
*2017 - 16.00
_).
Rabu, llll 13.00
1". Gangguan makan
2.Tic
3. Gangguan tidur
4. Melakukan Mini Mental State Examination
5. Electroconvulsion therapy (ECT)
6. Menegakkan diagnosis kerja berdasarkan
kriteria
7. Diaonosis multiaksial

46
8. Membuat diagnosis banding (diagnosis
differensial)
9. ldentifi kasi kedaruratan psikiatrik
'10.
ldentifikasi masalah di bidang fisik,
psikologis, sosial
1'1. Mempertimbangan prognosis
12. Menentukan indikasi ruiuk
4 Kamis, 2l1l - 2017 17. Tes kepribadian (proyektif, inventori,
dil)
13.00 - 16 00
18 Psikoterapi suportif: konselling
19 Psikoterapi modifikasi perilaku
20 Cognitive Behavior Therapy (CBT)
21 Psikoterapi psikoanalitik
22 Hipnoterapi dan terapi relaksasi
23 GroupTherapy
24 Family Therapy

5. Jumat, 3ll1-2017 Ujian tertulis 13 00 - 16.00


6. Senin, 6lll - 2017 Praktek Pemeriksaan Psikiatri Kasus 1 13.00 - 16.00

7. Selasa, Tlll -2017 Praktek Pemeriksaan Psikiatri Kasus 2 13.00 - 16.00

8 Rabu, 8111-2017 Praktek Pemeriksaan Psikiatri Kasus 3 13.00 - 16.00

9. Kamis, 9lll. - 2017 Praktek Pemeriksaan Psikiatri Kasus 4 13.00 - 16.00

10. Jumat, l0lll -2017 Praktek Pemeriksaan Psikiatri Kasus 5 13.00 - 16.00

47
Cck list unlp:ttt bnlil< pemeriksaan p,lsien ganggunn jiwa non psikotik atnu
ganggu,rn jiwa minor
Narrra :

No. Mahasiswa
Aslrch pcnilaiitn Cara mclal<ukan Dcmeriksaan

Mclirkukan pcrcitkitprtn pcndahuluan (lcrmasuk


rncurbcri sllrun. tuctnpcrkcnalkan diri dan metnbina
rirllort )
Mcnrrrn'rrklrnidcntilirs pitsicu
Mcrurnyirkatt kclrrltan utarnil (psikis dan atau fisik)
schingga datuttg kc doktcr
Mcnanyakan kchiltan utatna secaftr rinci (onset.
durasi. intensitas. frekucnsi, progtes , dsb)
Mcnanyakan kelrrhan laur
Menanyakan keluhan lain secara rinci (onset durasi,
intensitas, frekuensi, progres, dsb) Menanyakan
pemicu keluhan dan hal yang mempengaruhi keluhan
baik yang memperburuk atau
memperingan keluhan
Menanyakan riwayat penyakit sebelumnya (psikiatris
dan non psikiatris)
Menanyakan mekanisme koping yang dilakukan
pasien dan hasilnya
Menanyakan hal lainnya yang berhubungan termasuk
anamnesis sistem
Menanyakan rir.vayat mencari pertolongan yang
dilakukan dan hasilnya
Menanyakan riwayal keluarga

Menanyakan rirvayat personal

Menanyakan riwayal kehidupan seksual


Menanyakan fantasi dan mimpi

Menanyakan ni lai-nilai kehidupan


Lain-lairt
Memlbrnrulasikart diagnosis
Mernbcrikan pcnatalaksanazur (fttnnakologis dan
kalau perlu non famrakologis)
Mcngakhiri perternurm

Skoring:O :tidak melalukan atau melakukan tapi salah


Total skor
I (gradasi)
2 (gradasi)
3 (gradasi)
Skor (%) = ------------- x 100% = li
4 (melakukan dengan lengkap dan benar sempurna) 80

Marrado .,20. . . .

Pengamat

48
Cek list umpan balik penreriksaan pasien gangguan jiwa psikotik
(gangguan jiwa berat / gangguan jiwa mayor)

Nama :

Cara melakuhan perttcrihsattlt


Aspek penilaian 21314 l(ctcrangart
Aloanamnesis
M elakukan percakapan pendahuluan
(termasuk memberi salam,
memperkenalkan diri dan membina
raport)
Menanyakan identitas pasien
Menanyakan sebab dibawa kepada dokter

Menanyakan sebab dibawa kepada dokter


secara rinci (onset, durasi, intensitas,
frekuensi, progress, dsb)
Menanyakan gejala lain
Menanyakan gejala lain secara rinci
(onset, durasi, intensitas, frekuensi,
progress, dsb)
Menanyakan pemicu penyebab dibawa
kepada dokter
Menanyak an r rw ay at p enyakit
sebelumnya (psikiatris dan non psikiatris)
Menanyakan riwayat mencari
pertolongan yang dilakukan dan hasilnya
Menanyakan riwayat keluarga

Menanyak an riw ay at kehidupan seksual

Menanyakan fantasi dan mimpi

Menanyakan nilai-nilai kehidupan


Menanyakan perlakuan keluarga dan
masyarakat sekitar terhadap pasien
Menanyakan permasalahan yang
dihadapi keluarga dalam merawat pasien
atau mengakses pelayanan kesehatan
lain-lain

49
Anamnesis
(pemeriksaan status psikiatrikus)
Mel akukan percakapan. pendahuluan
(termasuk member salain,
memperkenalkan diri dan membina
raport)
Memeriksa kesan umum

Memeriksa orientasi
Memeriksa tingkah laku
Memeriksa sikap
Memeriksa pembicaraan
Memeriksa mood dan affect
Memeriksa Pikiran (bentuk & isi pikir)

Memeriksa Persepsi
Memeriksa Sensorium (kewaspadaan,
konsentrasi. memori, kalkulasi,
intelegensi, daya abstraksi)
Memeriksa lnsight

Memeriksa Judgrnent
Memeriksa hal lain yang diperlukan (mis
mengusulkan pemeriksaan laborat, dsb)

Memlormulasi kan diagnosi s

Memberikan penatalak sanaan


(fhrrnakologis dan kalau perh"r non
lirrnrakologis)
---
vt.'lg-,I t',i ri 1i.rt*,,"ru,in
Skoring:
0: tidak melakukan atau tnelakukan tapi salah Total Skor
l: (gradasi) Skor (%) ------ X l00o/o:
2: (gradasi) 132
3: (gradasi)
4: (rnelakukan dengan lengkap dan benar
sempurna)
Pengamat

50
BAB Vtr. SUMBER DAYA

Nama-nama instruktur skill lab pemeriksaan psikiatri

No. NAMA BAGIAN


I Prof. dr. B. H. R. Kairupan, SpKJ (K) Psikiatri
2. Dr. dr. Theresia M. D. Kaunang, SpKJ (K) Psikiatri
a
dr. Anita E. Dundu, SpKJ Psik iatri
J
4. Dr. dr. Gustaf A. E. Ratag, MPH IK Konr
5. dr. Herdy Munayang, MA I'sikiatri
6. Dr. dr. Junita Maja Pertiwi S, SpS (K) NeLrrologi
7. dr. Shirley E. S. Kawengian, DAN, MSi Gizt
8. Drs. Henry Opod, MSi Psikokrgi
9.
Lidya E. V David, SPsi, MPs Psikologr
10 Cicilia Pali, SPsi, MPsi

t'si[,ii;s,---

Kepustakaan
Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P, 2009. Kaplan & Sadock'sCompreherrsive Textbook of Psychiatry,

9th-ed. Lippincott Williams & Wilkins, Baltimore.


Sadock BJ, Sadock VA, & Ruiz P, 2015. Kaplan & Sadock'sSynopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry, 1 lth-ed. Wolters Kluwer, Philadelphia.

SadockBJ, Sadock VA.,2010. Kaplan & Sadock'sPocket Handbook of Clinical Psychiatry, 5th-
ed. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.

American Psychiatric Association,2Ol5. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, 5'r'
Ed (DSM-5). Washington DC
American Psychiatric Association,2OOT. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, 4tr'
Ed Text Revised (DSM-IV TR). Washington DC
DepKes R[, 1994. Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa ke 3 (PPDGJ 3). Dep Kes RI.
lakarta
DepKes R[, 2006. Buku Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Dasar. Jakarta
Elvira, SD. dan Hadisukanto, G. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesi a. I akarta
Konsil Kedokteran Indonesia, 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta

51
Maramis, WF. dan Maramis AA. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi ke 2. Pusat Penerbitan
dan Percetakan UNAIR. Airlangga University Press. Surabaya
patel V. 2006. Where There Is No Psychiatrist. The Royal Colledge of Psychiatrists. London

II
''a
j ,i

52

Anda mungkin juga menyukai