Modul 3 KDPPLKS

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

MODUL PERKULIAHAN

Perbankan
Syariah
KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
SYARIAH

Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh

03
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi S1 84048 Safira, SE.Ak, M.Si

Abstract Kompetensi
Modul ini membahas tentang tujuan, Kemampuan memahami dan
pemakai dan kebutuhan, KDPPLKS. memperaktekkan Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Syariah (KDPPLKS)
KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
SYARIAH
Tujuan dan Peranan Kerangka Dasar

Berdasarkan KDPPLKS Paragraf 1 disebutkan bahwa kerangka dasar ini menyajikan


konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para
penggunanya. Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi:
a) penyusun standar akuntansi keuangan syariah, dalam pelaksanaan tugasnya;
b) penyusun laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi syariah yang
belum diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah;
c) auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku umum; dan
d) para pemakai laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan syariah.

Pemakai dan Kebutuhan Informasi

Pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial; pemilik
dana qardh; pemilik dana investasi syirkah temporer; pemilik dana titipan; pembayar dan
penerimaan zakat, infak, sedekah, dan wakaf; pengawas syariah; karyawan; pemasok dan
mitra usaha lainnya; pelanggan; pemerintah serta lembaga-lembaganya; dan masyarakat.
Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi
yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi : (KDPPLKS Paragraf 9)
a. Investor sekarang dan investor potensial; hal ini karena mereka harus memutuskan
apakah akan membeli, manahan atau menjual investasi atau penerimaan dividen.
b. Pemberi dana qardh; untuk mengetahui apakah dana qardh dapat dibayar pada saat
jatuh tempo.
c. Pemilik dana syirkah temporer, untuk pengambilan keputusan pada investasi yang
memberikan tingkat pengembalian yang bersaing dan aman.
d. Pemilik dana titipan; untuk memastikan bahwa titipan dana dapat diambil setiap saat.
e. Pembayar dan penerimaan zakat, infak, sedekah, dan wakaf, untuk informasi
tentang umber dan penyaluran dana tersebut.

2016 Perbankan Syariah PusatBahan Ajar dan eLearning


2 Safira, SE.Ak. M.Si http://www.mercubuana.ac.id
f. Pengawas syariah; untuk menilai kepatuhan pengelolaan lembaga syariah terhadap
prinsip syariah.
g. Karyawan; utnuk memperoleh informasi tentang stabilitas dan profitabilitas entitas
syariah.
h. Pemasok dan mitra usaha lainnya; untuk memperoleh informasi tentang kemampuan
entitas membayar utang pada saat jatuh tempo.
i. Pelanggan; untuk memperoleh informasi tentang kelangsungan hidup entitas
syariah.
j. Pemerintah serta lembaga-lembaganya; untuk memperoleh informasi tentang
aktivitas entitas syariah, perpajakan serta kepentingan nasional lainnya.
k. Masyarakat; untuk memperoleh informasi tentang kontribusi entitas terhadap
masyarakat dan negara.

Paradigma Transaksi Syariah

Transaksi syariah berlandaskan pada paradigma dasar bahwa alam semesta dicipta
oleh Tuhan sebagai amanah (kepercayaan ilahi) dan sarana kebahagiaan hidup bagi
seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual
(al-falah). (KDPPLKS Paragraf 12)
Paradigma dasar ini menekankan setiap aktivitas umat manusia memiliki
akuntabilitas dan nilai illahiah yang menempatkan perangkat syariah dan akhlak sebagai
parameter baik dan buruk, benar dan salahnya aktivitas usaha. Paradigma ini akan
membentuk integritas yang membantu terbentuknya karakter tata kelola yang baik (good
governance) dan disiplin pasar (market discipline) yang baik. (KDPPLKS Paragraf 13)
Syariah merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur aktivitas umat manusia
yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan interaksi vertikal
dengan Tuhan maupun interaksi horisontal dengan sesama makhluk. Prinsip syariah yang
berlaku umum dalam kegiatan muamalah (transaksi syariah) mengikat secara hukum bagi
semua pelaku dan stakeholder entitas yang melakukan transaksi syariah. Akhlak
merupakan norma dan etika yang berisi nilai-nilai moral dalam interaksi sesama makhluk
agar hubungan tersebut menjadi saling menguntungkan, sinergis dan harmonis. (KDPPLKS
Paragraf 14)

Asas Transaksi Syariah

Transaksi syariah berasaskan pada prinsip : (KDPPLKS Paragraf 15)

2016 Perbankan Syariah PusatBahan Ajar dan eLearning


3 Safira, SE.Ak. M.Si http://www.mercubuana.ac.id
a) Persaudaraan (ukhuwah)
b) Keadilan (adalah);
c) Kemaslahatan (maslahah);
d) Keseimbangan (tawazun); dan
e) Universalisme (syumuliyah).

(a) Persaudaraan (Ukhuwah);


Prinsip persaudaraan (ukhuwah) esensinya merupakan nilai universal yang menata
interaksi sosial dan harmonisasi kepentingan para pihak untuk kemanfaatan secara umum
dengan semangat saling tolong menolong. Transaksi syariah menjunjung tinggi nilai
kebersamaan dalam memperoleh manfaat (sharing economics) sehingga seseorang tidak
boleh mendapat keuntungan di atas kerugian orang lain. Ukhuwah dalam transaksi syariah
berdasarkan prinsip saling mengenal (taaruf), saling memahami (tafahum), saling menolong
(taawun), saling menjamin (takaful), saling bersinergi dan beraliansi (tahaluf). (KDPPLKS
Paragraf 16)

(b) Keadilan (Adalah);


Prinsip keadilan (adalah) esensinya menempatkan sesuatu hanya pada tempatnya
dan memberikan sesuatu hanya pada yang berhak serta memperlakukan sesuatu sesuai
posisinya. Implementasi keadilan dalam kegiatan usaha berupa aturan prinsip muamalah
yang melarang adanya unsur:
a) riba (unsur bunga dalam segala bentuk dan jenisnya, baik riba nasiah maupun
fadhl);
b) kezaliman (unsur yang merugikan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan);
c) maysir (unsur judi dan sikap spekulatif);
d) gharar (unsur ketidakjelasan); dan
e) haram (unsur haram baik dalam barang maupun jasa serta aktivitas operasional
yang terkait). (KDPPLKS Paragraf 17)

(c) Kemaslahatan (Maslahah);


Prinsip kemaslahatan (mashlahah) esensinya merupakan segala bentuk kebaikan
dan manfaat yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material dan spiritual, serta individual
dan kolektif. Kemaslahatan yang diakui harus memenuhi dua unsur yakni kepatuhan syariah
(halal) serta bermanfaat dan membawa kebaikan (thayib) dalam semua aspek secara
keseluruhan yang tidak menimbulkan kemudharatan. Transaksi syariah yang dianggap
bermaslahat harus memenuhi secara keseluruhan unsur-unsur yang menjadi tujuan
ketetapan syariah (maqasid syariah) yaitu berupa pemeliharaan terhadap:
a) akidah, keimanan dan ketakwaan (dien);

2016 Perbankan Syariah PusatBahan Ajar dan eLearning


4 Safira, SE.Ak. M.Si http://www.mercubuana.ac.id
b) akal (aql);
c) keturunan (nasl);
d) jiwa dan keselamatan (nafs); dan
e) harta benda (mal). (KDPPLKS Paragraf 23)

(d) Keseimbangan (Tawazun)


Prinsip keseimbangan (tawazun) esensinya meliputi keseimbangan aspek material
dan spiritual, aspek privat dan publik, sektor keuangan dan sektor riil, bisnis dan sosial, dan
keseimbangan aspek pemanfaatan dan pelestarian. Transaksi syariah tidak hanya
menekankan pada maksimalisasi keuntungan perusahaan semata untuk kepentingan
pemilik (shareholder). Sehingga manfaat yang didapatkan tidak hanya difokuskan pada
pemegang saham, akan tetapi pada semua pihak yang dapat merasakan manfaat adanya
suatu kegiatan ekonomi. (KDPPLKS Paragraf 24)

(e) Universalisme (Syumuliyah).


Prinsip universalisme (syumuliyah) esensinya dapat dilakukan oleh, dengan, dan
untuk semua pihak yang berkepentingan (stakeholder) tanpa membedakan suku, agama,
ras dan golongan, sesuai dengan semangat kerahmatan semesta (rahmatan lil alamin).
(KDPPLKS Paragraf 25)

Karakteristik Transaksi Syariah

Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigm dan asas transaksi syariah
harus memenuhi karakteristik dan persyaratan sebagai berikut:
a) transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha;
b) prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik (thayib);
c) uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai
komoditas;
d) tidak mengandung unsur riba;
e) tidak mengandung unsur kezaliman;
f) tidak mengandung unsur maysir;
g) tidak mengandung unsur gharar;
h) tidak mengandung unsur haram;
i) tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money) karena keuntungan
yang didapat dalam kegiatan usaha terkait dengan risiko yang melekat pada kegiatan
usaha tersebut sesuai dengan prinsip al-ghunmu bil ghurmi (no gain without
accompanying risk);

2016 Perbankan Syariah PusatBahan Ajar dan eLearning


5 Safira, SE.Ak. M.Si http://www.mercubuana.ac.id
j) transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta untuk
keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain sehingga tidak diperkenankan
menggunakan standar ganda harga untuk satu akad serta tidak menggunakan dua
transaksi bersamaan yang berkaitan (taalluq) dalam satu akad;
k) tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy), maupun melalui rekayasa
penawaran (ihtikar); dan
l) tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah). (KDPPLKS Paragraf
27)

Transaksi syariah dapat berupa aktivitas bisnis yang bersifat komersial maupun
aktivitas sosial yang bersifat nonkomersial. Transaksi syariah komersial dilakukan antara
lain berupa : investasi untuk mendapatkan bagi hasil; jual beli barang untuk mendapatkan
laba; dan atau pemberian layanan jasa untuk mendapatkan imbalan. (KDPPLKS Paragraf
28)
Transaksi syariah nonkomersial dilakukan antaran lain berupa; pemberian dana
pinjaman atau talangan (qardh); penghimpunan dan penyaluran dana sosial seperti zakat,
infak, sedekah, wakaf dan hibah. (KDPPLKS Paragraf 29)

Tujuan Laporan Keuangan Syariah

Berdasarkan KDPPLKS Paragraf 30, tujuan laporan keuangan adalah menyediakan


informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu
entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Di samping itu, tujuan lainnya adalah:
a) meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan kegiatan
usaha;
b) informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta informasi aset,
kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah, bila ada,
dan bagaimana perolehan dan penggunaannya;
c) informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas syariah
terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat
keuntungan yang layak; dan
d) informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam modal dan
pemilik dana syirkah temporer; dan informasi mengenai pemenuhan kewajiban
(obligation) fungsi sosial entitas syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat,
infak, sedekah, dan wakaf.
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama
sebagian besar pemakai. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan

2016 Perbankan Syariah PusatBahan Ajar dan eLearning


6 Safira, SE.Ak. M.Si http://www.mercubuana.ac.id
manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya. (KDPPLKS Paragraf 31 - 32)

Asumsi Dasar

a. Dasar Akrual
Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan
dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada
saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi
serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan
keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak
hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga
kewajiban pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas
yang akan diterima di masa depan. Oleh karena itu, laporan keuangan menyediakan jenis
informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya yang paling berguna bagi pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi. (KDPPLKS Paragraf 41)
Penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha menggunakan dasar
kas. Dalam hal prinsip pembagian hasil usaha berdasarkan bagi hasil, pendapatan atau
hasil yang dimaksud adalah keuntungan bruto (gross profit). (KDPPLKS Paragraf 42)

b. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas
syariah dan akan melanjutkan usahanya di masa depan. Karena itu, entitas syariah
diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara
material skala usahanya. Jika maksud atau keinginan tersebut timbul, laporan keuangan
mungkin harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar yang digunakan harus
diungkapkan. (KDPPLKS Paragraf 43)

Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Syariah

Berdasarkan KDPPLKS Paragraf 44, karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang
membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat
karateristik kualitatif pokok yaitu: dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat
diperbandingkan.
a) Dapat dipahami,
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,

2016 Perbankan Syariah PusatBahan Ajar dan eLearning


7 Safira, SE.Ak. M.Si http://www.mercubuana.ac.id
akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar.
Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan
keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi
tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu. (KDPPLKS Paragraf 45)
b) Relevan,
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam
proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat
mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi
peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil
evaluasi mereka di masa lalu. Relevan berarti juga berguna untuk peramalan (predictive)
dan penegasan (confirmatory) berkaitan satu sama lain. (KDPPLKS Paragraf 46 - 47)
c) Keandalan,
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal
jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan
pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. (KDPPLKS
Paragraf 52)
Informasi mungkin relevan tetapi jika hakekat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan
maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Misalnya, jika
keabsahan dan jumlah tuntutan atas kerugian dalam suatu tindakan hukum masih
dipersengketakan, mungkin tidak tepat bagi entitas syariah untuk mengakui jumlah
seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun mungkin tepat untuk mengungkapkan
jumlah serta keadaan dari tuntutan tersebut. (KDPPLKS Paragraf 53)
d) Dapat dibandingkan.
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan entitas syariah antar periode
untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga
harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar entitas syariah untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan
peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk entitas syariah
tersebut, antar periode entitas syariah yang sama, untuk entitas syariah yang berbeda,
maupun dengan entitas lain. (KDPPLKS Paragraf 60)
Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat diperbandingkan adalah bahwa
pemakai harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan
tersebut. Para pemakai harus dimungkinkan untuk dapat mengidentifikasi perbedaan
kebijakan akuntansi yang diberlakukan untuk transaksi serta peristiwa lain yang sama

2016 Perbankan Syariah PusatBahan Ajar dan eLearning


8 Safira, SE.Ak. M.Si http://www.mercubuana.ac.id
dalam sebuah entitas syariah dari satu periode ke periode dan dalam entitas syariah
yang berbeda. Ketaatan pada standar akuntansi keuangan syariah, termasuk
pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh entitas syariah, membantu
pencapaian daya banding. (KDPPLKS Paragraf 61)
Bila pemakai ingin membandingkan posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan antar periode, maka entitas syariah perlu menyajikan informasi periode
sebelumnya dalam laporan keuangan. (KDPPLKS Paragraf 63)

Unsur-unsur Laporan Keuangan Syariah

Sesuai karakteristik maka laporan keuangan entitas syariah antara lain meliputi :
(KDPPLKS Paragraf 68)
a. komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial yang terdiri
dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan arus kas, serta laporan
perubahan ekuitas.
b. komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial, meliputi laporan
sumber dan penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan penggunaan dana
kebajikan.
c. komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan tanggung
jawab khusus entitas syariah tersebut.
Di antara berbagai laporan keuangan tersebut, laporan posisi keuangan dan laporan
laba rugi merupakan dua laporan keuangan utama. Laporan keuangan lain seperti laporan
arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta
laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan dipengaruhi oleh perubahan yang terdapat
pada kedua laporan keuangan utama. (Yaya, Rizal, dkk, hal. 77,2014)

Laporan Posisi Keuangan


Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah
aset, kewajiban, dana syirkah temporer dan ekuitas. Pos-pos ini didefinisikan sebagai
berikut : (KDPPLKS Paragraf 71)
a) Aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas syariah sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan
akan diperoleh entitas syariah.
b) Kewajiban merupakan hutang entitas syariah masa kini yang timbul dari peristiwa
masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber
daya entitas syariah yang mengandung manfaat ekonomi.

2016 Perbankan Syariah PusatBahan Ajar dan eLearning


9 Safira, SE.Ak. M.Si http://www.mercubuana.ac.id
c) Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima sebagai investasi dengan
jangka waktu tertentu dari individu dan pihak lainnya dimana entitas syariah
mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana tersebut dengan
pembagian hasil investasi berdasarkan kesepakatan.
Dana syirkah temporer adalah dana yang diterima oleh entitas syariah dimana
entitas syariah mempunyai hak untuk mengelola dan menginvestasikan dana,
baik sesuai dengan kebijakan entitas syariah atau kebijakan pembatasan dari
pemilik dana, dengan keuntungan dibagikan sesuai dengan kesepakatan;
sedangkan dalam hal dana syirkah temporer berkurang disebabkan kerugian
normal yang bukan akibat dari unsur kesalahan yang disengaja, kelalaian, atau
pelanggaran kesepakatan, entitas syariah tidak berkewajiban mengembalikan
atau menutup kerugian atau kekurangan dana tersebut. Contoh dari dana
syirkah temporer adalah penerimaan dana dari investasi mudharabah muthlaqah,
mudharabah muqayyadah, musyarakah, dan akun lain yang sejenis. (KDPPLKS
Paragraf 87)
Dana syirkah temporer tidak dapat digolongkan sebagai kewajiban. Hal ini
karena entitas syariah tidak berkewajiban, ketika mengalami kerugian, untuk
mengembalikan jumlah dana awal dari pemilik dana kecuali akibat kelalaian atau
wanprestasi entitas syariah. Di sisi lain, dana syirkah temporer tidak dapat
digolongkan sebagai ekuitas karena mempunyai waktu jatuh tempo dan pemilik
dana tidak mempunyai hak kepemilikan yang sama dengan pemegang saham,
seperti hak voting dan hak atas realisasi keuntungan yang berasal dari aset
lancar dan aset noninvestasi (current and other non investment accounts).
(KDPPLKS Paragraf 88)
d) Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas syariah setelah dikurangi semua
kewajiban dan dana syirkah temporer.

Kinerja
Penghasilan bersih (laba) seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai
dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi (return on investment) atau
penghasilan per saham (earnings per share). Unsur yang langsung berkaitan dengan
pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan dan beban. Unsur penghasilan
dan beban didefinisikan sebagai berikut : (KDPPLKS Paragraf 96 - 97)
(a) Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban
yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal.

2016 Perbankan Syariah PusatBahan Ajar dan eLearning


10 Safira, SE.Ak. M.Si http://www.mercubuana.ac.id
(b) Beban (expenses) adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aset atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam
modal.
Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer adalah bagian bagi hasil
pemilik dana atas keuntungan dan kerugian hasil investasi bersama entitas syariah dalam
suatu periode laporan keuangan. Hak pihak ketiga atas bagi hasil tidak bisa dikelompokan
sebagai beban (ketika untung) atau pendapatan (ketika rugi). Namun, hak pihak ketiga atas
bagi hasil merupakan alokasi keuntungan dan kerugian kepada pemilik dana atas investasi
yang dilakukan bersama dengan entitas syariah. (KDPPLKS Paragraf 108)

Laporan Perubahan Ekuitas


Perubahan ekuitas entitas syariah menggambarkan peningkatan atau penurunan
aset bersih atau kekayaan selama periode bersangkutan. (PSAK 101 Paragraf 68)
Entitas syariah harus menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen
utama laporan keuangan, yang menunjukkan : (PSAK 101 Paragraf 67)
a) laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan;
b) setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya
yang berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait diakui secara
langsung dalam ekuitas;
c) pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap
kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan terkait;
d) transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik;
e) saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya; dan
f) rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio dan
cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap
perubahan.

Laporan Arus Kas


Laporan arus kas disusun berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan terkait. (PSAK 101 Paragraf 69)

Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat

2016 Perbankan Syariah PusatBahan Ajar dan eLearning


11 Safira, SE.Ak. M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Entitas syariah menyajikan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat sebagai
komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan: (PSAK 101 Paragraf 70)
(a) dana zakat berasal dari wajib zakat (muzakki):
(i) zakat dari dalam entitas syariah;
(ii) zakat dari pihak luar entitas syariah;
(b) penggunaan dana zakat melalui lembaga amil zakat untuk:
(i) fakir;
(ii) miskin;
(iii) riqab;
(iv) orang yang terlilit hutang (gharim);
(v) muallaf;
(vi) fiisabilillah;
(vii) orang yang dalam perjalanan (ibnu sabil); dan
(viii) amil;
(c) kenaikan atau penurunan dana zakat;
(d) saldo awal dana zakat; dan
(e) saldo akhir dana zakat.

Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan


Entitas menyajikan Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan sebagai
komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan: (PSAK 101 Paragraf 75)
(a) sumber dana kebajikan berasal dari penerimaan:
(i) infak;
(ii) sedekah;
(iii) hasil pengelolaan wakaf sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku;
(iv) pengembalian dana kebajikan produktif;
(v) denda; dan
(vi) pendapatan nonhalal.
(b) penggunaan dana kebajikan untuk:
(i) dana kebajikan produktif;
(ii) sumbangan; dan
(iii) penggunaan lainnya untuk kepentingan umum.
(c) kenaikan atau penurunan sumber dana kebajikan;
(d) saldo awal dana penggunaan dana kebajikan; dan
(e) saldo akhir dana penggunaan dana kebajikan.

Pengakuan dan Pengukuran Unsur-unsur Laporan Keuangan

2016 Perbankan Syariah PusatBahan Ajar dan eLearning


12 Safira, SE.Ak. M.Si http://www.mercubuana.ac.id
Pengakuan (recognition) merupakan proses pembentukan suatu pos yang
memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan yang dikemukakan dalam neraca atau
laporan laba rugi. Pengakuan dilakukan dengan menyatakan pos tersebut baik dalam kata-
kata maupun dalam jumlah uang dan mencantumkannya ke dalam neraca atau laporan laba
rugi. Pos yang memenuhi definisi suatu unsur harus diakui kalau : (KDPPLKS Paragraf 109
- 110)
(a) ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan
mengalir dari atau ke dalam entitas syariah; dan
(b) pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.
Dalam mengkaji apakah suatu pos memenuhi criteria ini dan karenanya memenuhi
syarat untuk diakui dalam laporan laba rugi, perhatian perlu ditujukan pada pertimbangan
materialitas. (KDPPLKS Paragraf 111)
Berikut ini pengakuan masing-masing unsure utama laporan keuangan berupa :
(Yaya, Rizal, dkk,hal. 84,2014)
1. Pengakuan Aset
Aset diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat ekonominya di
masa depan diperoleh entitas syariah dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang
dapat diukur dengan andal. Aset tidak diakui dalam neraca kalau pengeluaran telah terjadi
dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam entitas syariah
setelah periode akuntansi berjalan. (KDPPLKS Paragraf 116 - 117 )
2. Pengakuan Kewajiban
Kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber
daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban
(obligation) sekarang dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.
(KDPPLKS Paragraf 118)
3. Pengakuan Dana Syirkah Temporer
Pengakuan dana syirkah temporer dalam neraca hanya dapat dilakukan jika entitas
syariah memiliki kewajiban untuk mengembalikan dana yang diterima melalui pengeluaran
sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi dan jumlah yang harus diselesaikan
dapat diukur dengan andal. Jumlah dana syirkah temporer dapat berubah sesuai dengan
hasil dari investasinya. (KDPPLKS Paragraf 119)
4. Pengakuan Penghasilan
Penghasilan diakui dalam laporan laba rugi kalau kenaikan manfaat ekonomi di masa
depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan kewajiban telah terjadi dan
dapat diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan penghasilan terjadi bersamaan dengan
pengakuan kenaikan asset atau penurunan kewajiban (misalnya, kenaikan bersih aset yang

2016 Perbankan Syariah PusatBahan Ajar dan eLearning


13 Safira, SE.Ak. M.Si http://www.mercubuana.ac.id
timbul dari penjualan barang atau jasa atau penurunan kewajiban yang timbul dari
pembebasan pinjaman yang masih harus dibayar).
Prosedur yang biasanya dianut dalam praktek untuk mengakui penghasilan, seperti
misalnya ketentuan bahwa penghasilan telah diperoleh, merupakan penerapan criteria
pengakuan dalam kerangka dasar ini. Prosedur semacam ini pada umumnya dimaksudkan
untuk membatasi pengakuan penghasilan pada pos-pos yang dapat diukur dengan andal
dan memiliki derajat kepastian yang cukup. (KDPPLKS Paragraf 120 - 121)
5. Pengakuan Beban
Beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan
yang berkaitan dengan penurunan aset atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat
diukur dengan andal. Ini berarti pengakuan beban terjadi bersamaan dengan pengakuan
kenaikan kewajiban atau penurunan aset (misalnya, akrual hak karyawan atau penyusutan
aset tetap). Beban diakui dalam laporan laba rugi atas dasar hubungan langsung antara
biaya yang timbul dan pos penghasilan tertentu yang diperoleh. Kalau manfaat ekonomi
diharapkan timbul selama beberapa periode akuntansi dan hubungannya dengan
penghasilan hanya dapat ditentukan secara luas atau tak langsung, beban diakui dalam
laporan laba rugi atas dasar prosedur alokasi yang rasional dan sistematis. Beban segera
diakui dalam laporan laba rugi kalau pengeluaran tidak menghasilkan manfaat ekonomi
masa depan atau kalau sepanjang manfaat ekonomi masa depan tidak memenuhi syarat,
atau tidak lagi memenuhi syarat, untuk diakui dalam neraca sebagai asset. Beban juga
diakui dalam laporan laba rugi pada saat timbul kewajiban tanpa adanya pengakuan aset,
seperti apabila timbul kewajiban akibat garansi produk. (KDPPLKS Paragraf 122 - 126)

Pengukuran Unsur Laporan Keuangan

Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan


memasukkan setiap unsur laporan keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi. Proses ini
menyangkut pemilihan dasar pengukuran tertentu. Sejumlah dasar pengukuran yang
berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi yang berbeda dalam laporan keuangan.
Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah sebagai berikut:
(a) Biaya historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran kas (atau setara kas) yang dibayar atau
sebesar nilai wajar dari imbalan (consideration) yang diberikan untuk memperoleh aset
tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai
penukar dari kewajiban (obligation), atau dalam keadaan tertentu (misalnya, pajak
penghasilan), dalam jumlah kas (atau setara kas)yang diharapkan akan dibayarkan
untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal.

2016 Perbankan Syariah PusatBahan Ajar dan eLearning


14 Safira, SE.Ak. M.Si http://www.mercubuana.ac.id
(b) Biaya kini (current cost). Aset dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang
seharusnya dibayar bila aset yang sama atau setara aset diperoleh sekarang. Kewajiban
dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan (undiscounted)
yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang.
(c) Nilai realisasi/penyelesaian (realisable/settlement value). Aset dinyatakan dalam jumlah
kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aset dalam pele-
pasan normal (orderly disposal). Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian; yaitu,
jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan
untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
Dasar pengukuran yang lazimnya digunakan entitas syariah dalam penyusunan laporan
keuangan adalah biaya historis. Ini biasanya digabungkan dengan dasar pengukuran yang
lain. Misalnya, persediaan biasanya dinyatakan sebesar nilai terendah dari biaya historis
atau nilai realisasi bersih (lower of cost or net realizable value), atau akuntansi dana pensiun
menilai aset tertentu berdasarkan nilai wajar (fair value). (KDPPLKS Paragraf 127 - 129)

2016 Perbankan Syariah PusatBahan Ajar dan eLearning


15 Safira, SE.Ak. M.Si http://www.mercubuana.ac.id
DaftarPustaka
DSAK IAI, 2007, Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
Syariah, IAI, Jakarta.

DSAK IAI, 2007, PSAK Nomor 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan, IAI, Jakarta

Yaya, Rizal, Aji Erlangga M dan Ahim Abdurahim, 2014, Akuntansi Perbankan Syariah
: Teori dan Praktik Kontemporer, Salemba Empat, Jakarta.

2016 Perbankan Syariah PusatBahan Ajar dan eLearning


16 Safira, SE.Ak. M.Si http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai