Modul 3 KDPPLKS
Modul 3 KDPPLKS
Modul 3 KDPPLKS
Perbankan
Syariah
KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
SYARIAH
03
Ekonomi dan Bisnis Akuntansi S1 84048 Safira, SE.Ak, M.Si
Abstract Kompetensi
Modul ini membahas tentang tujuan, Kemampuan memahami dan
pemakai dan kebutuhan, KDPPLKS. memperaktekkan Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan Syariah (KDPPLKS)
KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
SYARIAH
Tujuan dan Peranan Kerangka Dasar
Pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial; pemilik
dana qardh; pemilik dana investasi syirkah temporer; pemilik dana titipan; pembayar dan
penerimaan zakat, infak, sedekah, dan wakaf; pengawas syariah; karyawan; pemasok dan
mitra usaha lainnya; pelanggan; pemerintah serta lembaga-lembaganya; dan masyarakat.
Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi
yang berbeda. Beberapa kebutuhan ini meliputi : (KDPPLKS Paragraf 9)
a. Investor sekarang dan investor potensial; hal ini karena mereka harus memutuskan
apakah akan membeli, manahan atau menjual investasi atau penerimaan dividen.
b. Pemberi dana qardh; untuk mengetahui apakah dana qardh dapat dibayar pada saat
jatuh tempo.
c. Pemilik dana syirkah temporer, untuk pengambilan keputusan pada investasi yang
memberikan tingkat pengembalian yang bersaing dan aman.
d. Pemilik dana titipan; untuk memastikan bahwa titipan dana dapat diambil setiap saat.
e. Pembayar dan penerimaan zakat, infak, sedekah, dan wakaf, untuk informasi
tentang umber dan penyaluran dana tersebut.
Transaksi syariah berlandaskan pada paradigma dasar bahwa alam semesta dicipta
oleh Tuhan sebagai amanah (kepercayaan ilahi) dan sarana kebahagiaan hidup bagi
seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan spiritual
(al-falah). (KDPPLKS Paragraf 12)
Paradigma dasar ini menekankan setiap aktivitas umat manusia memiliki
akuntabilitas dan nilai illahiah yang menempatkan perangkat syariah dan akhlak sebagai
parameter baik dan buruk, benar dan salahnya aktivitas usaha. Paradigma ini akan
membentuk integritas yang membantu terbentuknya karakter tata kelola yang baik (good
governance) dan disiplin pasar (market discipline) yang baik. (KDPPLKS Paragraf 13)
Syariah merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur aktivitas umat manusia
yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan interaksi vertikal
dengan Tuhan maupun interaksi horisontal dengan sesama makhluk. Prinsip syariah yang
berlaku umum dalam kegiatan muamalah (transaksi syariah) mengikat secara hukum bagi
semua pelaku dan stakeholder entitas yang melakukan transaksi syariah. Akhlak
merupakan norma dan etika yang berisi nilai-nilai moral dalam interaksi sesama makhluk
agar hubungan tersebut menjadi saling menguntungkan, sinergis dan harmonis. (KDPPLKS
Paragraf 14)
Implementasi transaksi yang sesuai dengan paradigm dan asas transaksi syariah
harus memenuhi karakteristik dan persyaratan sebagai berikut:
a) transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha;
b) prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik (thayib);
c) uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai
komoditas;
d) tidak mengandung unsur riba;
e) tidak mengandung unsur kezaliman;
f) tidak mengandung unsur maysir;
g) tidak mengandung unsur gharar;
h) tidak mengandung unsur haram;
i) tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money) karena keuntungan
yang didapat dalam kegiatan usaha terkait dengan risiko yang melekat pada kegiatan
usaha tersebut sesuai dengan prinsip al-ghunmu bil ghurmi (no gain without
accompanying risk);
Transaksi syariah dapat berupa aktivitas bisnis yang bersifat komersial maupun
aktivitas sosial yang bersifat nonkomersial. Transaksi syariah komersial dilakukan antara
lain berupa : investasi untuk mendapatkan bagi hasil; jual beli barang untuk mendapatkan
laba; dan atau pemberian layanan jasa untuk mendapatkan imbalan. (KDPPLKS Paragraf
28)
Transaksi syariah nonkomersial dilakukan antaran lain berupa; pemberian dana
pinjaman atau talangan (qardh); penghimpunan dan penyaluran dana sosial seperti zakat,
infak, sedekah, wakaf dan hibah. (KDPPLKS Paragraf 29)
Asumsi Dasar
a. Dasar Akrual
Untuk mencapai tujuannya, laporan keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan
dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (dan bukan pada
saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan diungkapkan dalam catatan akuntansi
serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan
keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak
hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga
kewajiban pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas
yang akan diterima di masa depan. Oleh karena itu, laporan keuangan menyediakan jenis
informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lainnya yang paling berguna bagi pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi. (KDPPLKS Paragraf 41)
Penghitungan pendapatan untuk tujuan pembagian hasil usaha menggunakan dasar
kas. Dalam hal prinsip pembagian hasil usaha berdasarkan bagi hasil, pendapatan atau
hasil yang dimaksud adalah keuntungan bruto (gross profit). (KDPPLKS Paragraf 42)
b. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas
syariah dan akan melanjutkan usahanya di masa depan. Karena itu, entitas syariah
diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara
material skala usahanya. Jika maksud atau keinginan tersebut timbul, laporan keuangan
mungkin harus disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar yang digunakan harus
diungkapkan. (KDPPLKS Paragraf 43)
Berdasarkan KDPPLKS Paragraf 44, karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang
membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat
karateristik kualitatif pokok yaitu: dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat
diperbandingkan.
a) Dapat dipahami,
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,
Sesuai karakteristik maka laporan keuangan entitas syariah antara lain meliputi :
(KDPPLKS Paragraf 68)
a. komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial yang terdiri
dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan arus kas, serta laporan
perubahan ekuitas.
b. komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial, meliputi laporan
sumber dan penggunaan dana zakat serta laporan sumber dan penggunaan dana
kebajikan.
c. komponen laporan keuangan lainnya yang mencerminkan kegiatan dan tanggung
jawab khusus entitas syariah tersebut.
Di antara berbagai laporan keuangan tersebut, laporan posisi keuangan dan laporan
laba rugi merupakan dua laporan keuangan utama. Laporan keuangan lain seperti laporan
arus kas, laporan perubahan ekuitas, laporan sumber dan penggunaan dana zakat serta
laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan dipengaruhi oleh perubahan yang terdapat
pada kedua laporan keuangan utama. (Yaya, Rizal, dkk, hal. 77,2014)
Kinerja
Penghasilan bersih (laba) seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja atau sebagai
dasar bagi ukuran yang lain seperti imbalan investasi (return on investment) atau
penghasilan per saham (earnings per share). Unsur yang langsung berkaitan dengan
pengukuran penghasilan bersih (laba) adalah penghasilan dan beban. Unsur penghasilan
dan beban didefinisikan sebagai berikut : (KDPPLKS Paragraf 96 - 97)
(a) Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan kewajiban
yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal.
DSAK IAI, 2007, PSAK Nomor 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan, IAI, Jakarta
Yaya, Rizal, Aji Erlangga M dan Ahim Abdurahim, 2014, Akuntansi Perbankan Syariah
: Teori dan Praktik Kontemporer, Salemba Empat, Jakarta.