Hidrodinamika Reaktor P2-0

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 38

Hidrodinamika Reaktor

HALAMAN PENGESAHAN

Kelompok : 4 / Senin

Nama :

Tri Hanly Maurice 21030115140183

Chintya Chandra Anggrahen 21030115120077

Isdayana Yogi Pratiwi 21030115120088

Materi : Hidrodinamika Reaktor

Telah disahkan pada,

Hari :

Tanggal :

Semarang, November 2017

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Laboran Dosen


Pembinbing

Ir. Kristinah Haryani, MT JufriLuqman Buchori, S.T., M.T.


NIP. 196402141991022002 NIP. 19700109199 NIP. 19710501 199702 1 001

Laboratorium Proses Kimia 2017 ii


Hidrodinamika Reaktor

RINGKASAN

Reaktor merupakan alat utama pada industri yang digunakan untuk proses
kimia yaitu untuk mengubah bahan baku menjadi produk. Reaktor dapat
diklasifikasikan atas dasar cara operasi, geometrinya, dan fase reaksinya.
Hidrodinamika reaktor sendiri mempelajari perubahan dinamika cairan dalam
reaktor sebagai akibat laju alir yang masuk reaktor dan karakterisik cairannya.
Hidrodinamika reaktor meliputi hold up gas (fraksi gas saat penghamburan) dan laju
sirkulasi cairan. Tujuan percobaan ini akan mempelajari hidrodinamika pada reactor
air-lift terutama pengaruh konsentrasi terhadap terhadap hold up gas, laju sirkulasi,
dan koefisien transfer massa gas-cair.
Hidrodinamika reaktor mempelajari perubahan dinamika cairan dalam reaktor
sebagai akibat laju alir yang masuk reaktor. Hidrodinamika reaktor meliputi hold up
gas (rasio volume gas terhadap gas cairan dalam reaktor) dan laju sirkulasi cairan
disperse dalam fase tersebut. Variabel tetap dalam percobaan ini yaitu tinggi cairan 90
cm, konsentrasi Na2S2O3.5H2O 0,1N dan laju alir gas masuk 6 liter/menit. Sedangkan
variabel berubahnya yaitu konsentrasi Na2SO3masing-masing 0,026 N, 0,032N,
0,038N. Prosedur percobaan adalah menentukan hold up pada riserdan downcomer
dengan melihat perubahan ketinggian inverted manometer sebelum dan sesudah
ditambahkan Na2SO3. Kemudian menentukan konstanta perpindahan massa gas-cair
dengan mencampurkan sampel 10 ml dan KI 5 ml. Dititrasi dengan Na2S2O3.5H2O,
ditetesi amilum dan dititrasi kembali sampai volume titran konstan tiap 5 menit
pengambilan sampel. Setelah itu menentukan laju sirkulasi dengan mengukur waktu
yang dibutuhkan oleh cairan dengan indikator zat warna untuk mencapai lintasan yang
ditentukan.
Dari percobaan yang telah dilakukan, nilai hold up gas pada riser dan
downcomer semakin menurun seiring dengan bertambahnya konsentrasi Na2SO3.
Konsentrasi Na2SO3 semakin besar maka viskositas cairan semakin besar, gelembung
udara yang terdispersi didalam air berkurang sehingga fraksi volume udara dalam
larutan berkurang. Pengaruh konsentrasi Na2SO3 terhadap kLa berbanding terbalik.
KLa naik karena konsentrasi Na2SO3 yang besar berakibat jumlah O2 yang bereaksi
menjadi bertambah dan perpindahan oksigen menjadi cepat.

Laboratorium Proses Kimia 2017 iii


Hidrodinamika Reaktor

PRAKATA

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan proses dengan baik.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada :

1. Luqman Buchori, S.T., M.T. sebagai dosen pengampu materi


Hidrdinamika Reaktor, dan semua asisten yang telah membimbing
sehingga laporan ini dapat terselesaikan.
2. Fachmy Adji Pangestu selaku koordinator asisten yang juga telah
membantu kami sehingga dalam rangkaian kegiatan praktikum proses.
Laporan resmi ini merupakan laporan resmi terbaik yang saat ini bisa kami,
namun kami menyadari pasti ada kekurangan yang perlu kami perbaiki. Maka dari
itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.

Semarang, 8 November 2017

Penyusun

Laboratorium Proses Kimia 2017 iv


Hidrodinamika Reaktor

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. ii
RINGKASAN ............................................................................................ iii
PRAKATA ................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 1
1.3 Tujuan Percobaan ....................................................................... 1
1.4 Manfaat Percobaan ..................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 3
2.1 Reaktor Kolom Gelembung dan Air-Lift ................................... 3
2.2 Hidrodinamika Reaktor .............................................................. 4
2.3 Perpindahan Massa..................................................................... 6
2.4 Kegunaan Hidrodinamika Reaktor dalam Industri .................... 8
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN .............................................. 9
3.1 Rancangan Praktikum ................................................................ 9
3.1.1 Skema Rnacangan Percobaan ........................................... 9
3.1.2 Variabel Operasi................................................................ 9
3.2 Bahan dan Alat yang Digunakan................................................ 9
3.3 Gambar Rangkaian Alat ............................................................. 10
3.4 Prosedur Praktikum .................................................................... 10
BAB III HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN ....................... 10
4.1 Hubungan antara Konsentrasi Na2SO4 dan Hold-Up Gas.......... 12
4.2 Hubungan antara Konsentrasi Na2SO4 dan Laju Sirkulasi ........ 13
4.3 Hubungan antara Konsentrasi Na2SO4 dan Koefisien Transfer
Massa Gas-Cair .......................................................................... 14
4.4 Hubungan antara Waktu Tinggal dan Koefisien Transfer Massa

Laboratorium Proses Kimia 2017 v


Hidrodinamika Reaktor

Gas-Cair ..................................................................................... 15
BAB V PENUTUP .................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 14
LEMBAR PERHITUNGAN .................................................................... A-1

Laboratorium Proses Kimia 2017 vi


Hidrodinamika Reaktor

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hubungan antara Konsentrasi Na2SO4 dan Hold-Up Gas ............. 12

Tabel 4.2 Hubungan antara Konsentrasi Na2SO4 dan Laju Sirkulasi ............ 13

Tabel 4.3 Hubungan antara Konsentrasi Na2SO4 dan Koefisien Transfer

Massa Gas-Cair ............................................................................. 14

Tabel 4.4 Hubungan antara Waktu Tinggal dan Koefisien Transfer Massa

Gas-Cair ........................................................................................ 15

Tabel 2.1 Kandungan Gizi Pada Buah Jambu Biji Per 100 gr
Buah
............................................................................................................................
3

Tabel 3.1 Variabel


Operasi
............................................................................................................................
16

Tabel 3.2 Gambar


Alat
............................................................................................................................
17

Laboratorium Proses Kimia 2017 vii


Hidrodinamika Reaktor

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tipe Reaktor Air-Lift ................................................................. 3

Gambar 3.1 Skema Rancangan Percobaan .................................................... 9

Gambar 3.2 Rangkaian Alat Hidrodinamika Reaktor ................................... 10

Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Konsentrasi Na2SO4 dan Hold-Up

Gas ............................................................................................. 12

Gambar 4.2 Grafik Hubungan antara Konsentrasi Na2SO4 dan Laju Sir-

kulasi .......................................................................................... 13

Gambar 4.3 Grafik Hubungan antara Konsentrasi Na2SO4 dan Koe-

fisien Transfer Massa Gas-Cair .................................................. 14

Gambar 4.4 Grafik Hubungan antara Waktu Tinggal dan Koefisien

Transfer Massa Gas-Cair............................................................ 15

Laboratorium Proses Kimia 2017 viii


Hidrodinamika Reaktor 1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Reaktor merupakan alat utama pada industri yang digunakan untuk
proses kimia yaitu untuk mengubah bahan baku menjadi produk. Reaktor dapat
diklasifikasikan atas dasar cara operasi, geometrinya, dan fase reaksinya.
Berdasarkan cara operasinya dikenal reaktor batch, semi batch, dan kontinyu.
Jika ditinjau dari geometrinya dibedakan menjadi reaktor tangki berpengaduk,
reaktor kolom, reaktor fluidisasi. Sedangkan bila ditinjau berdasarkan fase
reaksi yang terjadi didalamnya, reaktor diklasifikasikan menjadi reaktor
homogen dan reaktor heterogen.
Reaktor heterogen adalah reaktor yang digunakan untuk mereaksikan
komponen yang terdiri dari minimal 2 fase, seperti fase gas-cair. Reaktor yang
digunakan untuk kontak fase gas-cair, diantaranya dikenal reaktor kolom
gelembung (bubble column reaktor) dan reaktor air-lift. Reaktor jenis ini banyak
digunakan pada proses industri kimia dengan reaksi yang sangat lambat, proses
produksi yang menggunakan mikroba (bioreaktor) dan juga pada unit pengolahan
limbah secara biologis menggunakan lumpur aktif.
Pada perancangan reaktor pengetahuan kinetika reaksi harus dipelajari
secara komprehensif dengan peristiwa-peristiwa perpindahan massa, panas dan
momentum untuk mengoptimalkan kinerja reaktor. Fenomena hidrodinamika yang
meliputi hold up gas dan cairan, laju sirkulasi merupakan faktor yang penting yang
berkaitan dengan laju perpindahan massa. Pada percobaan ini akan mempelajari
hidrodinamika pada reaktor air-lift, terutama berkaitan dengan pengaruh laju alir
udara, viskositas, dan densitas terhadap hold up, laju sirkulasi dan koefisien
perpindahan massa gas-cair pada sistem sequantial batch.

1.2.Rumusan Masalah
Pada perancangan reaktor, fenomena hidrodinamika merupakan faktor
penting yang berkaitan dengan laju perpindahan massa. Fenomena
hidrodinamika sendiri meliputi hold up gas dan cairan serta laju sirkulasi. Pada
percobaan ini akan mempelajari hidrodinamika pada reaktor air-lift, terutama

Laboratorium Proses Kimia 2017 1


Hidrodinamika Reaktor 2

berkaitan dengan pengaruh konsentrasi Na2SO3 terhadap hold up () baik pada


area riser maupun area downcomer, laju sirkulasi (Ul) dan koefisien
perpindahan massa gas-cair (Kla).

1.3.Tujuan Percobaan
1. Menentukan pengaruh konsentrasi Na2SO3 terhadap hold-up gas ().
2. Menentukan pengaruh konstentrasi Na2SO3 terhadap laju sirkulasi (VL).
3. Menentukan pengaruh konstentrasi Na2SO3 terhadap koefisien transfer
massa gas-cair (KLa).
4. Menentukan hubungan waktu tinggal Na2SO3 dengan KLa

1.4.Manfaat Percobaan
1. Mahasiswa dapat menentukan pengaruh konstentrasi Na2SO3 terhadap hold
up gas ().
2. Mahasiswa dapat menentukan pengaruh konstentrasi Na2SO3 terhadap laju
sirkulasi
(VL).
3. Mahasiswa dapat menentukan pengaruh konstentrasi Na2SO3 terhadap
koefisien transfer massa gas-cair (KLa).
4. Mahasiswa dapat menentukan hubungan waktu tinggal Na2SO3 dengan
KLa.

Laboratorium Proses Kimia 2017 2


Hidrodinamika Reaktor 3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Reaktor Kolom Gelembung dan Air-Lift


Reaktor adalah suatu alat tempat terjadinya suatu reaksi kimia untuk
mengubah suatu bahan menjadi bahan lain yang mempunyai nilai ekonomis
lebih tinggi. Reaktor Air-lift adalah reaktor yang berbentuk kolom dengan
sirkulasi aliran. Kolom berisi cairan atau slurry yang terbagi menjadi 2 bagian
yaitu raiser dan downcomer. Raiser adalah bagian kolom yang selalu
disemprotkan gas dan mempunyai aliran ke atas. Sedangkan downcomer
adalah daerah yang tidak disemprotkan gas dan mempunyai aliran ke bawah.
Pada zona downcomer atau riser memungkinkan terdapat plate penyaringan
pada dinding, terdapat satu atau dua buah baffle. Jadi banyak sekali
kemungkinan bentuk reaktor dengan keuntungan penggunaan dan tujuan yang
berbeda-beda (Widayat, 2004).
Reaktor bergelembung dibedakan menjadi dua, yaitu kolom gelembung
(bubble column) dan reaktor airlift. Reaktor airlift sendiri dikelompokkan
menjadi dua, yaitu: reaktor airlift dengan internal loop dan external loop
(Christi, 1989; William, 2002). Reaktor air-lift dengan internal loop merupakan
kolom bergelembung yang dibagi menjadi 2 bagian, riser dan downcomer
dengan internal baffle dimana bagian atas dan bawah raiser dan downcomer
terhubung. Reaktor air-lift dengan eksternal loop merupakan kolom
bergelembung dimana riser dan downcomer merupakan 2 tabung yang terpisah
dan dihubungkan secara horizontal antara bagian atas dan bawah reaktor.
Selain itu reaktor air-lift juga dikelompokkan berdasarkan sparger yang
dipakai, yaitu statis dan dinamis. Pada reaktor air lift dengan sparger dinamis,
sparger ditempatkan pada riser dan atau downcomer yang dapat diubah-ubah
letaknya (Christi, 1989 dan William, 2002).
Secara teoritis reaktor air-lift digunakan untuk beberapa proses kontak
gas-cairan atau slurry. Reaktor ini sering digunakan untuk beberapa fermentasi
aerob, pengolahan limbah, dan operasi-operasi sejenis.

Laboratorium Proses Kimia 2017 3


Hidrodinamika Reaktor 4

Gambar 2. 1. Tipe Reaktor Air-lift


Keuntungan penggunaan reaktor air-lift dibanding reaktor konvensional
lainnya, diantaranya:
1. Perancangannya sederhana, tanpa ada bagian yang bergerak
2. Aliran dan pengadukan mudah dikendalikan
3. Waktu tinggal dalam reaktor seragam
4. Kontak area lebih luas dengan input yang rendah
5. Meningkatkan perpindahan massa
6. Memungkinkan tangki yang besar sehingga meningkatkan produk

Kelemahan rekator air lift antara lain :


1. Biaya investasi awal mahal terutama skala besar
2. Membutuhkan tekanan tinggi untuk skala proses yang besar
3. Efisiensi kompresi gas rendah.
4. Pemisahan gas dan cairan tidak efisien karena timbul busa (foaming)
Dalam aplikasi reaktor air-lift terdapat 2 hal yang mendasari mekanisme
kerja dari reaktor tersebut, yaitu hidrodinamika dan transfer gas-cair.

2.2. Hidrodinamika Reaktor


Di dalam perancangan bioreaktor, faktor yang sangat berpengaruh
adalah hidrodinamika reaktor, transfer massa gas-cair, rheologi proses dan
morfologi produktifitas organisme. Hidrodinamika reaktor mempelajari
perubahan dinamika cairan dalam reaktor sebagai akibat laju alir yang masuk
reaktor dan karakterisik cairannya. Hidrodinamika reaktor meliputi hold up gas
(fraksi gas saat penghamburan) dan laju sirkulasi cairan. Kecepatan sirkulasi
cairan dikontrol oleh hold up gas, sedangkan hold up gas dipengaruhi oleh

Laboratorium Proses Kimia 2017 4


Hidrodinamika Reaktor 5

kecepatan kenaikan gelembung. Sirkulasi juga mempengaruhi turbulensi,


koefisien perpindahan massa dan panas serta tenaga yang dihasilkan.

Hold up gas atau fraksi kekosongan gas adalah fraksi volume fase gas
pada disperse gas-cair atau slurry. Hold up gas keseluruhan ().

(1)
dimana: = hold up gas
= volume gas (cc/s)
= volume cairan (cc/s)

Hold up gas digunakan untuk menentukan waktu tinggal gas dalam


cairan. Hold up gas dan ukuran gelembung mempengaruhi luas permukaan gas
cair yang diperlukan untuk perpindahan massa. Hold up gas tergantung pada
kecepatan kenaikan gelembung, luas gelembung dan pola aliran. Inverted
manometer adalah manometer yang digunakan untuk mengetahui beda tinggi
cairan akibat aliran gas, yang selanjutnya dipakai pada perhitungan hold up gas
( ) pada riser dan downcomer. Besarnya hold up gas pada riser dan downcomer
dapat dihitung dengan persamaan:

(2)

(3)

(4)

dimana: = hold up gas


= hold up gas riser
= hold up gas downcomer
= densitas
cairan (gr/cc)
= densitas gas (gr/cc)

Laboratorium Proses Kimia 2017 5


Hidrodinamika Reaktor 6

= perbedaan tinggi manometer riser (cm)


= perbedaan tinggi manometer downcomer (cm)
= perbedaan antara taps tekanan (cm)

Hold up gas total dalam reaktor dapat dihitung dari keadaan tinggi
dispersi pada saat aliran gas masuk reaktor sudah mencapai keadaan tunak
(steady state). Persamaan untuk menghitung hol up gas total adalah sebagai
berikut:

(5)

Hubungan antara hold up gas riser ) dan donwcomer dapat


dinyatakan dengan persamaan 6 :

(6)
dimana: Ar = luas bidang zona riser (cm2)
Ad = luas bidang zona downcomer (cm2)
Sirkulasi cairan dalam reaktor air lift disebabkan oleh perbedaan hold
up gas riser dan downcomer. Sirkulasi fluida ini dapat dilihat dari perubahan
fluida, yaitu naiknya aliran fluida pada riser dan menurunnya aliran pada
downcomer. Besarnya laju sirkulasi cairan pada downcomer (ULd)
ditunjukkan oleh persamaan 7 dan laju sirkulasi cairan pada riser ditunjukan
oleh persamaan 8:

(7)
dimana: Uld = laju sirkulasi cairan pada downcomer (cm/s)
Lc = panjang lintasan dalam reaktor (cm)
tc = waktu (s)

Dikarenakan tinggi dan volumetric aliran liquid pada raiser dan


downcomer sama, maka hubungan antara laju aliran cairan pada riser dan
downcomer yaitu:

Laboratorium Proses Kimia 2017 6


Hidrodinamika Reaktor 7

(8)
dimana: Ulr = laju sirkulasi cairan riser (cm/s)
Uld = laju sirkulasi cairan pada downcomer (cm/s)
Ar = luas bidang zona riser (cm2)
Ad = luas bidang zona downcomer (cm2)

Waktu tinggal tld dan tlr dari sirkulasi liquid pada downcomer dan riser
tergantung pada hold up gas seperti ditunjukan pada persamaan berikut:

(9)
dimana: tlr = waktu tinggal sirkulasi liquid pada riser (s)
tld = waktu tinggal sirkulasi liquid pada downcomer (s)
Ar = luas bidang zona riser (cm2)
Ad = luas bidang zona downcomer (cm2)
= hold up gas riser
= hold up gas downcomer

2.3. Perpindahan Massa


Perpindahan massa antar fase gas-cair terjadi karena adanya beda
konsentrasi antara kedua fase, di mana massa akan berpindah dari sistem yang
lebih tinggi konsentrasinya ke sistem dengan konsentrasi lebih rendah. Kecepatan
perpindahan massa sangat dipengaruhi oleh koefisien perpindahan massa antara
fase gas-cair. Koefisien perpindahan massa ini dipengaruhi secara langsung oleh
laju alir gas dalam reaktor, laju alir cairan, viskositas, densitas, suhu, diameter
gelembung gas di dalam cairan dan difusivitas gas di dalam cairan. Kecepatan
perpindahan massa ini dapat ditentukan dengan koefisien perpindahan massa.
(Widayat, 2004)
Koefisien perpindahan masssa volumetric (KLa) adalah kecepatan spesifik dari
perpindahan massa (gas teradsobsi per unit waktu, per unit luas kontak, per beda
konsentrasi). KLa tergantung pada sifat fisik dari sistem dan dinamika fluida.
Terdapat 2 istilah tentang koefisien transfer massa volumetric, yaitu:
1. Koefisien transfer massa KLa, dimana tergantung pada sifat fisik dari
cairan dan dinamika fluida yang dekat dengan permukaan cairan.

Laboratorium Proses Kimia 2017 7


Hidrodinamika Reaktor 8

2. Luas dari gelembung per unit volum dari reaktor


3. Ketergantungan KLa pada energi masuk adalah kecil, dimana luas kontak
adalah fungsi dari sifat fisik design geometri dan hidrodinamika.
Luas kontak adalah parameter gelembung yang tidak bisa ditetapkan. Di sisi lain
koefisien transfer massa pada kenyataannya merupakan faktor yang proposional
antara fluks massa dan substrat (atau bahan kimia yang ditransfer), Ns, dan
gradient yang mempengaruhi fenomena beda konsentrasi. Hal ini dapat
dirumuskan dengan persamaan 10:
(10)
dimana: N = fluks massa
KLa = koefisien transfer massa gas-cair (1/detik)
C1 = konsentrasi O2 masuk (gr/l)
C2 = konsentrasi O2 (gr/l)

Untuk perpindahan massa oksigen ke dalam cairan dapat dirumuskan


sebagai kinetika proses, seperti di dalam persamaan 11:

(11)
dimana: C = konsentrasi udara (gr/L)
Koefisien perpindahan gas-cair merupakan fungsi dari laju alir udara
atau kecepatan superfitial gas, viskositas, dan luas area riser dan
downcomer/geometric alat.
Pengukuran konstanta perpindahan massa gas-cair dapat dilakukan
dengan metode sebagai berikut :
1. Metode OTR-Cd
Dasar dari metode ini adalah persamaan perpindahan massa (persamaan
11) semua variabel kecuali K0A dapat terukur. Ini berarti bahwa dapat
digunakan dalam sistem kebutuhan oksigen, konsentrasi oksigen dari fase
gas yang masuk dan meninggalkan bioreaktor dapat dianalisa.
2. Metode Dinamik
Metode ini berdasarkan pengukuran C0i dari cairan, deoksigenasi sebagai
fungsi waktu, setelah aliran udara masuk. Deoksigenasi dapat diperoleh

Laboratorium Proses Kimia 2017 8


Hidrodinamika Reaktor 9

dengan mengalirkan oksigen melalui cairan atau menghentikan aliran


udara, dalam hal ini kebutuhan oksigen dalam fermentasi.
3. Metode Serapan Kimia
Metode ini berdasarkan reaksi kimia dari absorbsi gas (O2, CO2) dengan
penambahan bahan kimia pada fase cair (Na2SO3, KOH). Reaksi ini sering
digunakan pada reaksi bagian dimana konsentrasi bulk cairan dalam
komponen gas = 0 dan absorpsi dapat mempertinggi perpindahan kimia.
4. Metode Kimia OTR-C0i
Metode ini pada dasarnya sama dengan metode OTR-Cd. Namun, seperti
diketahui beberapa sulfit secara terus-menerus ditambahkan pada cairan
selama kondisi reaksi tetap dijaga pada daerah dimana nilai C0i dapat
diketahui. C0i dapat diukur dari penambahan sulfit. Juga reaksi konsumsi
oksigen yang lain dapat digunakan.
5. Metode Sulfit
Metode ini berdasarkan pada reaksi reduksi natrium sulfit. Mekanisme
reaksi yang terjadi : Reaksi dalam reaktor :
Na2SO3 + 0.5 O2 Na2SO4 + Na2SO3
(sisa) Reaksi saat analisa:
Na2SO3 (sisa) + KI + KIO3 Na2SO4 + 2KIO2 + I2 (sisa)
I2 (sisa) + 2Na2SO3 Na2S4O6 + 2 NaI
Mol Na2SO3 mula-mula (a)

(12)
Mol I2 excess (b)

(13)
Mol Na2SO3 sisa (c)

(14)
Mol O2 yang bereaksi (d)

(15)
O2 yang masuk reaktor (e)

(16)

Laboratorium Proses Kimia 2017 9


Hidrodinamika Reaktor 10

Koefisien transfer massa gas-cair (KLa)

(17)
Konstanta 0,008 ini didapatkan berdasarkan persamaan reaksi :

0,5 O2 + SO32- SO42-

Massa Na2SO3 yang dibutuhkan untuk 1 gram O2 :


0,5 mol O2 2 mol Na2SO3 126 gr Na2SO3 gr Na2SO3
x x = 7,875
32 gr O2 0,5 mol O2 1 mol Na2SO3 gr O2

gr Na2SO3 23
7,875 C= 0,0078 0,008
gr O2

n O2 e
KLa = = 0,008
C

2.4. Kegunaan Hidrodinamika Reaktor dalam Industri


Berikut ini beberapa proses yang dasar dalam perancangan dan
operasinya menggunakan prinsip hidrodinamika reaktor:
1. Bubble Column Reactor
Contoh aplikasi bubble column reactor antara lain:
a. Absorbsi polutan dengan zat tertentu (misal CO2 dengan KOH)
b. Untuk bioreactor
2. Air-lift Reactor
Contoh aplikasi air-lift reactor antara lain:
a. Proses produksi laktase (enzim lignin analitik yang dapat mendegradasi
lignin) dengan mikroba
b. Proses produksi glukan (polisakarida yang tersusun dari monomer
glukosa dengan ikatan 1,3 yang digunakan sebagai bahan baku obat
kanker dan tumor) menggunakan mikroba

c. Water treatment pada pengolahan air minum


d. Pengolahan limbah biologis.

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

Laboratorium Proses Kimia 2017 10


Hidrodinamika Reaktor 11

3.1. Rancangan Praktikum


3.1.1. Skema Rancangan Percobaan

Menghitung reagen dan Mengukur Menghitung konsentrasi


ukuran reaktor densitas Na2SO3 dengan titrasi

Analisis data Mengukur


praktikum kecepatan
sirkulasi
Gambar 3.1. Skema Rancangan Percobaan
3.1.2. Variabel Operasi
a. Variabel tetap
hreaktor= 90
Laju alir gas = 5 /
Konsentrasi Na2S2O3.5H2O 0.1 N
b. Variabel berubah
Konsentrasi Na2SO3 = 0.026 N; 0,032 N; 0,038 N
Respon Uji Hasil
a. Tinggi riser dan downcomer
b. Volume titran Na2S2O3.5H2O
c. Densitas cairan
d. Kecepatan sirkulasi

3.2. Bahan dan Alat yang Digunakanan


3.2.1. Bahan yang digunakan
Na2S2O3.5H2O 0.1 N; 300 ml
KI 0,1 N 5ml
Na2SO3 0.0026 N; 0.0032 N; 0.0038 N
Larutan amylum
Zat Warna

Laboratorium Proses Kimia 2017 11


Hidrodinamika Reaktor 12

Aquadest
3.2.2. Alat yang digunakan
Buret, statif, klem
Gelas arloji
Beaker glass
Rotameter
Erlenmeyer
Inverted manometer
Gelas ukur
Sparger
Pipet tetes
Tangki cairan
Kompresor
Reaktor
Sendok reagen
Picnometer

3.3. Gambar Rangkaian Alat

Gambar 3.2. Rangkaian Alat Hidrodinamika Reaktor

Keterangan :
A. Kompresor F. Reaktor
B. Sparger G. Inverted manometer daerah riser
C. Rotameter H. Inverted manometer daerah downcomer
D. Tangki Cairan
E. Pompa

Laboratorium Proses Kimia 2017 12


Hidrodinamika Reaktor 13

3.4. Variabel Operasi


1. Variabel tetap : Hold up gas (), laju sirkulasi (VL), koefisien
transfer massa
gas cair (KLa)
2. Variabel Berubah : Konsentrasi Na2SO3 (0.026N, 0.032N, 0.038N)

3.5. Prosedur percobaan


1. Menentukan hold-up pada riser dan downcomer
a. Mengisi reaktor dengan air dan menghidupkan pompa, setelah reaktor
terisi air 90 cm maka pompa dimatikan.
b. Menambahkan Na2SO3 sesuai variable (0.026N, 0.032N, 0.038N) ke
dalam reaktor, ditunggu 5 menit agar larutan Na2SO3 larut dalam air.
c. Melihat ketinggian inverted manometer.
d. Hidupkan kompressor kemudian melihat ketinggian inverted
manometer setelah kompresor dihidupkan. Ambil sampel untuk titrasi
dan menghitung densitasnya.
e. Menghitung besarnya hold up gas.
2. Menentukan konstanta perpindahan massa gas-cair
a. Mengambil sampel sebanyak 10 ml.
b. Menambahkan KI sebanyak 5 ml ke dalam sampel.
c. Menitrasi dengan Na2S2O3.5H2O 0.1 N sampai terjadi perubahan warna
dari coklat tua menjadi kuning jernih.
d. Menambahkan 3 tetes amilum.
e. Menitrasi sampel kembali dengan larutan Na2S2O3.5H2O 0.1 N.
f. TAT didapat setelah warna putih keruh.
g. Mencatat kebutuhan titran.
h. Ulangi sampai volume titran tiap 5 menit konstan.
3. Menentukan kecepatan sirkulasi
a. Merangkai alat yang digunakan.
b. Mengisi reaktor dengan air dan Na2SO3 sesuai variable (0.026N,
0.032N, 0.038N)
c. Menghidupkan kompresor.
d. Memasukkan zat warna pada reaktor downcomer.

Laboratorium Proses Kimia 2017 13


Hidrodinamika Reaktor 14

e. Mengukur waktu yang dibutuhkan oleh cairan dengan indikator zat


warna tertentu untuk mencapai lintasan yang telah digunakan.
f. Menghitung besarnya kecepatan sirkulasi.

Laboratorium Proses Kimia 2017 14


Hidrodinamika Reaktor 15

BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hubungan antara Konsentrasi Na2SO3 terhadap Hold-Up


Dari percobaan yang telah kami lakukan untuk mendapatkan nilai hold
up gas, didapat data sebagai berikut,
Tabel 4.1. Hubungan antara Konsentrasi Na2SO3 dan Hold-Up Gas
Normalitas r d
(N)
0,026 0.00626 0,00375 0.00524
0,032 0,00500 0,00250 0.00399
0,038 0.00375 0,00313 0.00350

0.007

0.006

0.005

0.004
r

0.003
d
0.002

0.001

0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04
Normalitas

Gambar 4.1. Grafik Hubungan antara Konsentrasi Na2SO3 dan Hold-Up Gas

Dari gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Konsentrasi Na2SO3 dengan Hold-
Up Gas diperoleh data hr dan hd untuk variabel I dengan konsentrasi
Na2SO3 0.026 N adalah 0.5 cm dan 0.3 cm, untuk variabel II dengan
konsentrasi Na2SO3 0.032 N adalah 0.4 cm dan 0.2 cm serta untuk variabel III
dengan konsentrasi Na2SO3 0.038 N adalah 0.3 cm dan 0.15 cm. Diperoleh
juga nilai r, d untuk variabel I adalah 0.00626 dan 0.00375, untuk variabel
II adalah 0.00500 dan 0.00250 serta 0.00375 dan 0.00313 untuk variable 3.

Laboratorium Proses Kimia 2017 15


Hidrodinamika Reaktor 16

Berdasarkan teori hold-up gas, semakin besar konsentrasi Na2SO3


maka kekentalan (viskositas) larutan semakin meningkat. Semakin viscous
suatu zat cair maka semakin sulit zat tersebut untuk ditembus oleh udara karena
gaya yang diperlukan untuk menembus cairan semakin besar sebagai akibat
dari semakin besarnya gaya gesek antara lapisan gas dan cairannya. Jadi, gaya
yang ada pada gas juga harus digunakan untuk melawan gaya gesek antara
lapisan gas dan cairannya. Hal ini menyebabkan fraksi udara dalam cairan
berkurang dengan demikian hold-up gas menurun (Haryani dan Widayat,
2011). Hal ini juga dapat dilihat dari rumus yang digunakan untuk menghitung
nilai hold-up gas sebagai berikut :

=


=

Dari rumus di atas dapat dilihat bahwa nilai hold-up gas dipengaruhi oleh
perubahan ketinggian inverted manometer (hr dan hd) yang bekerja
bedasarkan perbedaan tinggi cairan pada reaktor. Perbedaan tinggi tersebut
dihasilkan karena masuknya gas ke dalam cairan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam percobaan telah sesuai
dengan teori diatas, yaitu semakin besar konsentrasi Na2SO3 maka nilai hr
dan hd semakin kecil sehingga nilai r, d juga akan semakin kecil karena
meningkatnya konsentrasi menyebabkan larutan semakin viscous sehingga
semakin besarnya gaya gesek antara lapisan gas dan cairannya. Semakin
besarnya gaya gesek menyebabkan perubahan ketinggian inverted manometer
semakin kecil sehingga didapat nilai hold-up gas yang semakin kecil.
r merupakan nilai hold up gas pada kolom riser, sedangkan d
merupakan nilai hold up gas pada kolom down-comer. Hold-up gas merupakan
fraksi volume fase gas pada disperse gas-cair atau slury yang berfungsi untuk
menentukan waktu tinggal gas dalam cairan. Nilai hold-up gas total dinyatakan
dengan . Hubungan antara total dengan r dan d pada percobaan ini yaitu
nilai total berada diantara r dan d. Hal ini disebabkan nilai r diasumsikan
sebagai batas atas dan d sebagai bawah. Batas atas merupakan keadaan
dimana laju alir gas masuk ke dalam reaktor dalam jumlah maksimal,

Laboratorium Proses Kimia 2017 16


Hidrodinamika Reaktor 17

sedangkan batas bawah merupakan keadaan dimana gas yang berasal dari
kompresor ada dalam reaktor dengan jumlah sedikit/minimal. Nilai total
berada diantara r dan d, karena total dipengaruhi oleh r dan d.

4.2 Hubungan antara Konsentrasi Na2SO3 terhadap Laju Sirkulasi


Dari percobaan yang telah kami lakukan untuk mendapatkan nilai laju
sirkulasi, didapat data sebagai berikut,
Tabel 4.2. Hubungan antara Konsentrasi Na2SO3 dan Laju Sirkulasi
Normalitas (N) Uld (cm/s) Ulr (cm/s)
0.026 13.333 9.106
0.032 12 8.195
0.038 8.1 5.532

14

12
Laju Sirkulasi (cm/s)

10

6 Uld
Ulr
4

0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04
Normalitas

Gambar 4.2. Grafik Hubungan antara Konsentrasi Na2SO3 dan Laju Sirkulasi

Dari Gambar 4.2. Grafik Hubungan antara Konsentrasi Na2SO3 dan Laju
Sirkulasi diatas diperoleh data Uld dan Ulr untuk variabel I dengan konsentrasi
Na2SO3 0,026 N adalah 8.1 cm/s dan 5.532 cm/s, untuk variabel II dengan
konsentrasi Na2SO3 0,032 N adalah 12 cm/s dan 8.195 cm/s serta untuk
variabel III dengan konsentrasi Na2SO3 0,038 N adalah 13.333 cm/s dan 9.106
cm/s.
Berdasarkan teori laju sirkulasi, waktu yang dibutuhkan bagi zat warna
untuk menempuh lintasan sepanjang 30 cm dalam kolom downcomer

Laboratorium Proses Kimia 2017 17


Hidrodinamika Reaktor 18

semakin lama seiring dengan meningkatnya konsentrasi Na2SO3 karena


meningkatnya konsentrasi larutan menyebabkan suatu zat lebih sulit
menembus cairan tersebut. Sehingga harga laju sirkulasi cairan down comer
(ULd) semakin besar sesuai dengan rumus:

ULd =

Bertambahnya nilai laju sirkulasi cairan downcomer (ULd) menyebabkan laju


sirkulasi pada kolom riser (ULr) ikut bertambah, Hal ini sesuai dengan rumus:

ULr =ULd x

Dari rumus diatas terlihat bahwa laju sirkulasi pada kolom downcomer
(berbanding lurus dengan nilai laju sirkulasi pada kolom riser . Dari rumus
tersebut juga terlihat bahwa (ULd)>(ULr), hal ini dikarenakan luar area
downcomer lebih kecil dibandingkan luas area riser, sedangkan rumus

(ULr) adalah ULd x sehingga hal tersebut menyebabkan nilai ULd>ULr.

Data yang diperoleh dalam percobaan telah sesuai dengan teori yang
ada, yaitu semakin besar konsentrasi maka laju sirkulasi akan semakin rendah
karena meningkatnya konsentrasi akan meningkatkan viskositas yang mana
akan menakikan hambatan (gaya gesek antara lapisan gas dan cairan) terhadap
aliras fluida (Widayat dan Haryani, 2011).

4.3 Hubungan antara Konsentrasi Na2SO3 terhadap Koefisien Transfer Massa


Gas-Cair
Dari percobaan yang telah kami lakukan untuk mendapatkan nilai
koesfisien transfer massa gas-cair, didapat data sebagai berikut,

Tabel 4.3. Hubungan antara Konsentrasi Na2SO3 dan Koefisien Transfer Massa
Gas-Cair
Normalitas Kla Rata-Rata (L/s)
0.026 783.748
0.032 845.872
0.038 1004.535

Laboratorium Proses Kimia 2017 18


Hidrodinamika Reaktor 19

1200

1000

800
Kla (L/s)

600

400

200

0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04
Normalitas

Gambar 4.3. Grafik Hubungan antara Konsentrasi Na2SO3 dan Koefisien Transfer
Massa Gas Cair

Dari Gambar 4.3 Grafik Hubungan antara Konsentrasi Na2SO3 dan Koefisien
Transfer Massa Gas Cair diperoleh data Kla untuk variabel I dengan
konsentrasi Na2SO3 0,026 N adalah 783.785 cm/s, untuk variabel II dengan
konsentrasi Na2SO3 0,032 N adalah 12 cm dan 8.195 cm serta untuk variabel
III dengan konsentrasi Na2SO3 0,038 N adalah 13.333 cm dan 9.106 cm.
Berdasarkan teori koefisien transfer massa gas-cair, semakin besar
konsentrasi Na2SO3 maka semakin besar nilai koefisien transfer massa gas-cair
(kLa). Hal ini disebabkan karena dengan bertambahnya konsentrasi Na2SO3,
laju alir udara berkurang, konsentrasi oksigen dalam medium bertambah, yang
menyebabkan perpindahan massa oksigen menjadi cepat dan perbedaan
konsentrasi oksigen besar. Akibatnya, oksigen yang masuk ke reaktor berada
pada jumlah yang relatif besar, maka persediaan O2 untuk bereaksi dengan
Na2SO3 makin besar.
Reaksi yang terjadi :
Na2SO3 + 0.5 O2 Na2SO4 + Na2SO3 (sisa)
Dalam reaksi diatas pertama-tama Na2SO3 berekasi dengan O2 membentuk
Na2SO4, namun tidak semua Na2SO3 bereaksi sehingga Na2SO3 sisa dianalisa
dengan titrasi iodometri untuk mengetahui mol Na2SO3 sisa sebagai berikut:
1 2 3
Mol Na2SO3 sisa = Mol I2 excess - 2 ( ) x VNa2S2O3

Laboratorium Proses Kimia 2017 19


Hidrodinamika Reaktor 20

Na2SO3 sisa dibentuk menjadi N Na2SO4,dan I2 dengan cara direaksikan


dengan KIO3. Untuk mengetahui kadar Na2SO3 sisa, dilakukan melalui analisa
kadar I2 terlebih dahulu dengan cara dititrasi dengan 2 Na2SO3, titik akhir
titrasi ditandai dengan berubahnya warna kuning kecoklatan menjadi
kuning terang.

Na2SO3 (sisa) + KI + KIO3 Na2SO4+ 2KIO2 + I2 (sisa)

I2 (sisa) + 2 Na2SO3 Na2S4O6 + 2NaI


Dari reaksi diatas, digunakan persamaan untuk menghitung jumlah mol I2
excess :

Mol I2 excess = x V KI

Mol O2 yang berekasi dinyatakan dengan selisih Na2SO3 awal dan akhir dibagi
2 (perbandingan mol antara O2 dan Na2SO3). Konsentrasi Na2SO3 awal yang
semakin besar sesuai variabel yaitu (0.026 N, 0.032 N, 0.038 N), maka mol O2
yang bereaksi dan masuk ke reaktor akan semakin besar.menurut persamaan
berikut:
Mol O2 yang bereaksi = 0,5 (mol Na2SO3 awal - mol Na2SO3
sisa)
2 2
Mol O2 yang masuk reaktor = 60

Nilai KLa sangat ditentukan oleh jumlah O2 yang masuk reaktor, seperti yang
ditunjukkan persamaan berikut:
02 2
Kla = 0.008

dengan nilai 0.008 yang didapat berdasarkan persamaan reaksi:


0,5 O2 + SO32- SO42-

Massa Na2SO3 yang dibutuhkan untuk 1 gram O2 :


0,5 mol O2 2 mol Na2SO3 126 gr Na2SO3 gr Na2SO3
x x = 7,875
32 gr O2 0,5 mol O2 1 mol Na2SO3 gr O2

gr Na2SO3 23
7,875 C= 0,0078 0,008
gr O2

Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa semakin besar O2 yang ada
di dalam reaktor KLa juga semakin besar. Akibatnya laju perpindahan O2

Laboratorium Proses Kimia 2017 20


Hidrodinamika Reaktor 21

dalam reaktor semakin besar sehingga nilai koefisien perpindahan massa gas-
cair (Kla) juga semakin besar. Dengan demikian semakin besar konsentrasi
Na2SO3 maka nila Kla juga semakin besar.
(Haryani dan Widayat, 2011)

4.4 Hubungan antara Waktu Tinggal terhadap Nilai Koefisien Transfer Massa
Gas-Cair
Dari percobaan yang telah kami lakukan untuk mendapatkan hubungan
waktu tinggal terhadap nilai koefisien transfer massa gas-cair, didapat data
sebagai berikut,
Tabel 4.4. Hubungan antara Waktu Tinggal dan Koefisien Transfer Massa Gas-
Cair
Waktu Kla (L/s)
(menit ke-) 0.026N 0.032N 0.038N
0 0 0 0
5 1504.693 1852.253 2199.547
10 752.4467 926.1267 1099.865
15 501.6311 617.44 733.3044
20 376.2233 463.08 549.9783
25 - 370.464 439.9827

2500

2000

1500
Kla

0.026N
1000
0.032N
500 0.038N
0
0 5 10 15 20 25 30
Waktu Tinggal (Menit ke-)

Gambar 4.4. Grafik Hubungan antara Waktu Tinggal dan Koefisien Transfer
Massa Gas-Cair
Dari Gambar 4.4 dapat diperoleh bahwa semakin lama waktu
tinggal maka koefisien transfer massa semakin kecil. Hal tersebut dapat
dijelaskan melalui reaksi:
Na2SO3 + 0.5 O2 Na2SO4 + Na2SO3 (sisa)

Laboratorium Proses Kimia 2017 21


Hidrodinamika Reaktor 22

Dalam reaksi diatas pertama-tama Na2SO3 berekasi dengan O2 membentuk


Na2SO4, namun tidak semua Na2SO3 bereaksi sehingga Na2SO3 sisa dianalisa
dengan titrasi iodometri untuk mengetahui mol Na2SO3 sisa sebagai berikut:
1 2 3
Mol Na2SO3 sisa = Mol I2 excess - 2 ( ) x VNa2S2O3

Na2SO3 sisa dibentuk menjadi N Na2SO4,dan I2 dengan cara direaksikan


dengan KIO3. Untuk mengetahui kadar Na2SO3 sisa, dilakukan melalui analisa
kadar I2 terlebih dahulu dengan cara dititrasi dengan 2 Na2SO3, titik akhir
titrasi ditandai dengan berubahnya warna kuning kecoklatan menjadi
kuning terang.

Na2SO3 (sisa) + KI + KIO3 Na2SO4+ 2KIO2 + I2 (sisa)

I2 (sisa) + 2 Na2SO3 Na2S4O6 + 2NaI


Dari reaksi diatas, digunakan persamaan untuk menghitung jumlah mol I2
excess :

Mol I2 excess = x V KI

Mol O2 yang berekasi dinyatakan dengan selisih Na2SO3 awal dan akhir dibagi
2 (perbandingan mol antara O2 dan Na2SO3). Konsentrasi Na2SO3 awal yang
semakin besar sesuai variabel yaitu (0.026 N, 0.032 N, 0.038 N), maka mol O2
yang bereaksi dan masuk ke reaktor akan semakin besar.menurut persamaan
berikut:
Mol O2 yang bereaksi = 0,5 (mol Na2SO3 awal - mol Na2SO3
sisa)
2 2
Mol O2 yang masuk reaktor = 60

Nilai KLa sangat ditentukan oleh jumlah O2 yang masuk reaktor, seperti yang
ditunjukkan persamaan berikut:
02 2
Kla = 0.008

Nilai Kla akan meningkat sampai pada konsentrasi jenuh. Larutan


jenuh ditandai dengan perpindahan massa gas-cair yang menurun
sehingga Na2SO3 yang bereaksi dengan O2 makin berkurang dimana
konsentrasi udara semakin lama semakin menurun karena umpan yang semakin
sedikit (Abuzar dkk., 2012). Dengan demikian, ketika melewati titik jenuhnya

Laboratorium Proses Kimia 2017 22


Hidrodinamika Reaktor 23

harga kLa akan semakin kecil seiring bertambahnya waktu karena Na2SO3
sudah terbentuk menjadi Na2SO4.
Dengan waktu yang sama dari grafik di atas menunjukkan harga kLa
untuk masing masing variabel berbeda, yaitu pada waktu tinggal yang sama
nilai Kla pada larutan konsentrasi 0,038N paling besar, diikuti dengan larutan
0.032N pada urutan kedua dan 0,026N pada urutan terakhir. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi akan dihasilkan waktu
tinggal yang semakin lama dan nilai koefisien transfer massa gas-cair (Kla)
yang lebih besar pada larutan dengan konsentrasi yang lebih tinggi.

Laboratorium Proses Kimia 2017 23


Hidrodinamika Reaktor 24

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Semakin besar konsentrasi Na2SO3, maka hold up gas semakin besar pula
karena gelembung udara yang ada di dalam reaktor akan bertambah
banyak pula sehingga fraksi volume udara dalam larutan juga akan
bertambah banyak.
2. Semakin besar konsentrasi Na2SO3, maka laju sirkulasi untuk riser dan
downcomer semakin meningkat karena gaya gesek antara lapisan gas dan
cairan semakin besar.
3. Semakin besar konsentrasi Na2SO3, maka semakin besar nilai koefisien
transfer massa gas-cair (KLa) karena konsentrasi O2 dalam medium
semakin besar.
4. Semakin lama waktu, maka semakin kecil nilai koefisien transfer massa
gas-cair (KLa) karena semakin sedikit Na2SO3 yang bereaksi dengan O2
sehingga reaktan menjadi jenuh.

5.2. Saran
1. Pembuatan amylum harus sesuai dengan prosedur karena amylum
menjadi indikator dalam analisis titrasi.
2. Pengamatan inverted manometer harus benar-benar teliti.
3. Laju alir gas harus selalu diperhatikan agar tidak berubah-ubah selama
proses (dalam 1 variabel).
4. Titrasi harus dilakukan dengan teliti hingga mencapai warna yang
diinginkan.
5. Kompresor harus dalam keadaan menyala selama proses berlangsung

Laboratorium Proses Kimia 2017 24


Hidrodinamika Reaktor 25

DAFTAR PUSTAKA

Christi, M. Y., 1989, Air-lift Bioreactor, El Sevier Applied Science, London.


Christi Yusuf, Fu Wengen dan Murray Moo Young. 1994. Relationship Between
Riser and
Downcomer Gas Hold-Up In Internal-Loop Airlift Reactors Without Gas-
Liquid Separator. The Chemical Engineering Journal,57 (1995) B7-B13.
Canada
Haryani dan Widayat. 2011. Pengaruh Viskositas dan Laju Alir terhadap
Hidrodinamika dan Perpindahan Massa dalam Proses Produksi Asam
Sitrat dengan Bioreaktor Air-Lift dan Kapang Aspergillus Niger. Jurnal
Reaktor Vol. 13. Jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro
Popovic, M.K. and Robinson, C.W., (1989). Mass Transfer Stuy of External Loop
Airlift and a Buble Column. AICheJ., 35(3), pp. 393-405
Suarni Saidi Abuzar, Yogi Dwi Putra, dan Reza Eldo Emargi. 2012. Koefisien
Transfer Gas (KLa) Pada Proses Aerasi Menggunakan Tray Aerator
Bertingkat 5 (Lima). Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 9 (2): 155-163
Widayat. 2004. Pengaruh Laju Alir dan Viskositas Terhadap Perpindahan Massa
Gas-Cair Fluida Non Newtonian Dalam Reaktor Air Lift Rectangular.
Posiding Seminar
Nasional Rekayasa Kimia dan Proses 2004 ISSN : 1411-4216
William, J. A., 2002, Keys To Bioreactor Selections, Chem. Eng. Prog, hal 3441

Laboratorium Proses Kimia 2017 25


Hidrodinamika Reaktor 1

LEMBAR PERHITUNGAN

1. Volume Reaktor:
Volume Riser =pxlxt
= 14cm x 8.2cm x 90cm
= 10332cm3
Volume Down Comer = p x l x t
= 14cm x 5.6cm x 90cm
= 7056cm3
Volume Reaktor = Volumer Riser + Volume Down Comer
= 10332cm3 + 7056cm3
= 17388cm3
= 17.388L

2. Massa Na2SO3:
/ .
= x eq. =
.

0.026 126/ 17.388


Massa Variabel 1 = 2

= 28.48gr
0.032 126/ 17.388
Massa Variabel 2 = 2

= 35.05gr
0.038 126/ 17.388
Massa Variabel 3 = 2

= 41.63gr

3. Densitas Larutan:
Massa picno = 29.828gr
Volume picno = 50mL
Variabel 1
Massa picno + larutan = 78.90gr
78.90
L1 = 50

A-1
Hidrodinamika Reaktor 2

= 1.578gr/mL
Variabel 2
Massa picno + larutan = 78.97gr
78.97
L2 = 50

= 1.579gr/mL
Variabel 1
Massa picno + larutan = 79.15gr
79.15
L3 = 50

= 1.583gr/mL
4. h Riser & Down Comer:
Variabel 1
h Riser = 0.5cm
h Down Comer = 0.3cm
Variabel 2
h Riser = 0.4cm
h Down Comer = 0.2cm
Variabel 3
h Riser = 0.3cm
h Down Comer = 0.15cm

5. Volume Titran
Variabel 1
t5 V1 = 6.2mL
t10 V1 = 6.4mL
t15 V1 = 7.6mL
t20 V1 = 7.6mL
t25 V1 = 7.6mL
Variabel 2
t5 V2 = 5.1mL
t10 V2 = 5.2mL
t15 V2 = 5.2mL

A-2
Hidrodinamika Reaktor 3

t20 V2 = 5.6mL
t25 V2 = 5.6mL
t30 V2 = 5.6mL
Variabel 3
t5 V3 = 1.5mL
t10 V3 = 2.4mL
t15 V3 = 3.5mL
t20 V3 = 4.6mL
t25 V3 = 4.6mL
t30 V3 = 4.6mL

6. Waktu Sirkulasi
Variabel 1
Panjang lintasan = 30cm ; Waktu sirkulasi
= 2.25s
Variabel 2
Panjang lintasan = 30cm ; Waktu sirkulasi
= 2.50s
Variabel 3
Panjang lintasan = 30cm ; Waktu sirkulasi
= 3.70s

7. Perhitungan Hold Up Gas


. + .
= +
= =

Variabel 1
1.578
0.5
= 1.578 0.0012 = 0.00626
80

1.578
0.3
= 1.578 0.0012 = 0.00375
80

114.82 .0.00626+78.42 .0.00375


= = 0.00524
114.82 +78.42

Variabel 2

A-3
Hidrodinamika Reaktor 4

1.579
0.4
= 1.579 0.0012 = 0.00500
80

1.578
0.2
= 1.578 0.0012 = 0.00250
80

114.82 .0.00500+78.42 .0.00250


= = 0.00399
114.82 +78.42

Variabel 3
1.583
0.3
= 1.583 0.0012 = 0.00375
80

1.578
0.15
= 1.578 0.0012 = 0.00188
80

114.82 .0.00375+78.42 .0.00313


= = 0.00299
114.82 +78.42

8. Perhitungan Laju Sirkulasi


Variabel 1
= 0,038
= 30
= 2.25
30
= = = 13.333
2.25
= 14 5.6 = 78.42
= 14 8.2 = 114.82
78.42 13.333/
= = = 9.106/
114.82
Variabel 2
= 0,032
= 30
= 2.5
30
= = = 12
2.5
= 14 5.6 = 78.42
= 14 8.2 = 114.82

A-4
Hidrodinamika Reaktor 5

78.42 12/
= = = 8.195/
114.82
Variabel 3
= 0,026
= 30
= 3,7
30
= = = 8.1
3.7
= 14 5.6 = 78.42
= 14 8.2 = 114.82
78.42 8.1/
= = = 5.532/
114.82

9. Perhitungan Kla
23
Mol Na2SO3 awal (a) = .


Mol I2 excess (b) =
.

1 223
Mol Na2SO3 sisa (c) = 2
. 223

1
Mol O2 bereaksi (d) = ( )
2

2
O2 masuk reaktor (e) =
60


Koef. transfer massa gas cair ( ) = 0.008

Variabel 1
V
Waktu a b titran c d e Kla (L/s)
(ml)
0 226.044 0.5 6.2 0.345 112.8495 #DIV/0! #DIV/0!
5 226.044 0.5 6.4 0.34 112.852 12.03754667 1504.693
10 226.044 0.5 7.6 0.31 112.867 6.019573333 752.4467
15 226.044 0.5 7.6 0.31 112.867 4.013048889 501.6311
20 226.044 0.5 7.6 0.31 112.867 3.009786667 376.2233

A-5
Hidrodinamika Reaktor 6

Variabel 2
V
Waktu a b titran c d e Kla (L/s)
(ml)
0 278.208 0.5 5.1 0.3725 138.9178 #DIV/0! #DIV/0!
5 278.208 0.5 5.2 0.37 138.919 14.81802667 1852.253
10 278.208 0.5 5.2 0.37 138.919 7.409013333 926.1267
15 278.208 0.5 5.6 0.36 138.924 4.93952 617.44
20 278.208 0.5 5.6 0.36 138.924 3.70464 463.08
25 278.208 0.5 5.6 0.36 138.924 2.963712 370.464

Variabel 3
V
Waktu a b titran c d e Kla (L/s)
(ml)
0 330.372 0.5 1.5 0.4625 164.9548 #DIV/0! #DIV/0!
5 330.372 0.5 2.4 0.44 164.966 17.59637333 2199.547
10 330.372 0.5 3.5 0.4125 164.9798 8.79892 1099.865
15 330.372 0.5 4.6 0.385 164.9935 5.866435556 733.3044
20 330.372 0.5 4.6 0.385 164.9935 4.399826667 549.9783
25 330.372 0.5 4.6 0.385 164.9935 3.519861333 439.9827

A-6

Anda mungkin juga menyukai