Hidrodinamika Reaktor P2-0
Hidrodinamika Reaktor P2-0
Hidrodinamika Reaktor P2-0
HALAMAN PENGESAHAN
Kelompok : 4 / Senin
Nama :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
RINGKASAN
Reaktor merupakan alat utama pada industri yang digunakan untuk proses
kimia yaitu untuk mengubah bahan baku menjadi produk. Reaktor dapat
diklasifikasikan atas dasar cara operasi, geometrinya, dan fase reaksinya.
Hidrodinamika reaktor sendiri mempelajari perubahan dinamika cairan dalam
reaktor sebagai akibat laju alir yang masuk reaktor dan karakterisik cairannya.
Hidrodinamika reaktor meliputi hold up gas (fraksi gas saat penghamburan) dan laju
sirkulasi cairan. Tujuan percobaan ini akan mempelajari hidrodinamika pada reactor
air-lift terutama pengaruh konsentrasi terhadap terhadap hold up gas, laju sirkulasi,
dan koefisien transfer massa gas-cair.
Hidrodinamika reaktor mempelajari perubahan dinamika cairan dalam reaktor
sebagai akibat laju alir yang masuk reaktor. Hidrodinamika reaktor meliputi hold up
gas (rasio volume gas terhadap gas cairan dalam reaktor) dan laju sirkulasi cairan
disperse dalam fase tersebut. Variabel tetap dalam percobaan ini yaitu tinggi cairan 90
cm, konsentrasi Na2S2O3.5H2O 0,1N dan laju alir gas masuk 6 liter/menit. Sedangkan
variabel berubahnya yaitu konsentrasi Na2SO3masing-masing 0,026 N, 0,032N,
0,038N. Prosedur percobaan adalah menentukan hold up pada riserdan downcomer
dengan melihat perubahan ketinggian inverted manometer sebelum dan sesudah
ditambahkan Na2SO3. Kemudian menentukan konstanta perpindahan massa gas-cair
dengan mencampurkan sampel 10 ml dan KI 5 ml. Dititrasi dengan Na2S2O3.5H2O,
ditetesi amilum dan dititrasi kembali sampai volume titran konstan tiap 5 menit
pengambilan sampel. Setelah itu menentukan laju sirkulasi dengan mengukur waktu
yang dibutuhkan oleh cairan dengan indikator zat warna untuk mencapai lintasan yang
ditentukan.
Dari percobaan yang telah dilakukan, nilai hold up gas pada riser dan
downcomer semakin menurun seiring dengan bertambahnya konsentrasi Na2SO3.
Konsentrasi Na2SO3 semakin besar maka viskositas cairan semakin besar, gelembung
udara yang terdispersi didalam air berkurang sehingga fraksi volume udara dalam
larutan berkurang. Pengaruh konsentrasi Na2SO3 terhadap kLa berbanding terbalik.
KLa naik karena konsentrasi Na2SO3 yang besar berakibat jumlah O2 yang bereaksi
menjadi bertambah dan perpindahan oksigen menjadi cepat.
PRAKATA
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan proses dengan baik.
Penyusun
DAFTAR ISI
Gas-Cair ..................................................................................... 15
BAB V PENUTUP .................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 14
LEMBAR PERHITUNGAN .................................................................... A-1
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hubungan antara Konsentrasi Na2SO4 dan Hold-Up Gas ............. 12
Tabel 4.2 Hubungan antara Konsentrasi Na2SO4 dan Laju Sirkulasi ............ 13
Tabel 4.4 Hubungan antara Waktu Tinggal dan Koefisien Transfer Massa
Gas-Cair ........................................................................................ 15
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Pada Buah Jambu Biji Per 100 gr
Buah
............................................................................................................................
3
DAFTAR GAMBAR
Gas ............................................................................................. 12
Gambar 4.2 Grafik Hubungan antara Konsentrasi Na2SO4 dan Laju Sir-
kulasi .......................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.Rumusan Masalah
Pada perancangan reaktor, fenomena hidrodinamika merupakan faktor
penting yang berkaitan dengan laju perpindahan massa. Fenomena
hidrodinamika sendiri meliputi hold up gas dan cairan serta laju sirkulasi. Pada
percobaan ini akan mempelajari hidrodinamika pada reaktor air-lift, terutama
1.3.Tujuan Percobaan
1. Menentukan pengaruh konsentrasi Na2SO3 terhadap hold-up gas ().
2. Menentukan pengaruh konstentrasi Na2SO3 terhadap laju sirkulasi (VL).
3. Menentukan pengaruh konstentrasi Na2SO3 terhadap koefisien transfer
massa gas-cair (KLa).
4. Menentukan hubungan waktu tinggal Na2SO3 dengan KLa
1.4.Manfaat Percobaan
1. Mahasiswa dapat menentukan pengaruh konstentrasi Na2SO3 terhadap hold
up gas ().
2. Mahasiswa dapat menentukan pengaruh konstentrasi Na2SO3 terhadap laju
sirkulasi
(VL).
3. Mahasiswa dapat menentukan pengaruh konstentrasi Na2SO3 terhadap
koefisien transfer massa gas-cair (KLa).
4. Mahasiswa dapat menentukan hubungan waktu tinggal Na2SO3 dengan
KLa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hold up gas atau fraksi kekosongan gas adalah fraksi volume fase gas
pada disperse gas-cair atau slurry. Hold up gas keseluruhan ().
(1)
dimana: = hold up gas
= volume gas (cc/s)
= volume cairan (cc/s)
(2)
(3)
(4)
Hold up gas total dalam reaktor dapat dihitung dari keadaan tinggi
dispersi pada saat aliran gas masuk reaktor sudah mencapai keadaan tunak
(steady state). Persamaan untuk menghitung hol up gas total adalah sebagai
berikut:
(5)
(6)
dimana: Ar = luas bidang zona riser (cm2)
Ad = luas bidang zona downcomer (cm2)
Sirkulasi cairan dalam reaktor air lift disebabkan oleh perbedaan hold
up gas riser dan downcomer. Sirkulasi fluida ini dapat dilihat dari perubahan
fluida, yaitu naiknya aliran fluida pada riser dan menurunnya aliran pada
downcomer. Besarnya laju sirkulasi cairan pada downcomer (ULd)
ditunjukkan oleh persamaan 7 dan laju sirkulasi cairan pada riser ditunjukan
oleh persamaan 8:
(7)
dimana: Uld = laju sirkulasi cairan pada downcomer (cm/s)
Lc = panjang lintasan dalam reaktor (cm)
tc = waktu (s)
(8)
dimana: Ulr = laju sirkulasi cairan riser (cm/s)
Uld = laju sirkulasi cairan pada downcomer (cm/s)
Ar = luas bidang zona riser (cm2)
Ad = luas bidang zona downcomer (cm2)
Waktu tinggal tld dan tlr dari sirkulasi liquid pada downcomer dan riser
tergantung pada hold up gas seperti ditunjukan pada persamaan berikut:
(9)
dimana: tlr = waktu tinggal sirkulasi liquid pada riser (s)
tld = waktu tinggal sirkulasi liquid pada downcomer (s)
Ar = luas bidang zona riser (cm2)
Ad = luas bidang zona downcomer (cm2)
= hold up gas riser
= hold up gas downcomer
(11)
dimana: C = konsentrasi udara (gr/L)
Koefisien perpindahan gas-cair merupakan fungsi dari laju alir udara
atau kecepatan superfitial gas, viskositas, dan luas area riser dan
downcomer/geometric alat.
Pengukuran konstanta perpindahan massa gas-cair dapat dilakukan
dengan metode sebagai berikut :
1. Metode OTR-Cd
Dasar dari metode ini adalah persamaan perpindahan massa (persamaan
11) semua variabel kecuali K0A dapat terukur. Ini berarti bahwa dapat
digunakan dalam sistem kebutuhan oksigen, konsentrasi oksigen dari fase
gas yang masuk dan meninggalkan bioreaktor dapat dianalisa.
2. Metode Dinamik
Metode ini berdasarkan pengukuran C0i dari cairan, deoksigenasi sebagai
fungsi waktu, setelah aliran udara masuk. Deoksigenasi dapat diperoleh
(12)
Mol I2 excess (b)
(13)
Mol Na2SO3 sisa (c)
(14)
Mol O2 yang bereaksi (d)
(15)
O2 yang masuk reaktor (e)
(16)
(17)
Konstanta 0,008 ini didapatkan berdasarkan persamaan reaksi :
gr Na2SO3 23
7,875 C= 0,0078 0,008
gr O2
n O2 e
KLa = = 0,008
C
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
Aquadest
3.2.2. Alat yang digunakan
Buret, statif, klem
Gelas arloji
Beaker glass
Rotameter
Erlenmeyer
Inverted manometer
Gelas ukur
Sparger
Pipet tetes
Tangki cairan
Kompresor
Reaktor
Sendok reagen
Picnometer
Keterangan :
A. Kompresor F. Reaktor
B. Sparger G. Inverted manometer daerah riser
C. Rotameter H. Inverted manometer daerah downcomer
D. Tangki Cairan
E. Pompa
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
0.007
0.006
0.005
0.004
r
0.003
d
0.002
0.001
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04
Normalitas
Gambar 4.1. Grafik Hubungan antara Konsentrasi Na2SO3 dan Hold-Up Gas
Dari gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Konsentrasi Na2SO3 dengan Hold-
Up Gas diperoleh data hr dan hd untuk variabel I dengan konsentrasi
Na2SO3 0.026 N adalah 0.5 cm dan 0.3 cm, untuk variabel II dengan
konsentrasi Na2SO3 0.032 N adalah 0.4 cm dan 0.2 cm serta untuk variabel III
dengan konsentrasi Na2SO3 0.038 N adalah 0.3 cm dan 0.15 cm. Diperoleh
juga nilai r, d untuk variabel I adalah 0.00626 dan 0.00375, untuk variabel
II adalah 0.00500 dan 0.00250 serta 0.00375 dan 0.00313 untuk variable 3.
sedangkan batas bawah merupakan keadaan dimana gas yang berasal dari
kompresor ada dalam reaktor dengan jumlah sedikit/minimal. Nilai total
berada diantara r dan d, karena total dipengaruhi oleh r dan d.
14
12
Laju Sirkulasi (cm/s)
10
6 Uld
Ulr
4
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04
Normalitas
Gambar 4.2. Grafik Hubungan antara Konsentrasi Na2SO3 dan Laju Sirkulasi
Dari Gambar 4.2. Grafik Hubungan antara Konsentrasi Na2SO3 dan Laju
Sirkulasi diatas diperoleh data Uld dan Ulr untuk variabel I dengan konsentrasi
Na2SO3 0,026 N adalah 8.1 cm/s dan 5.532 cm/s, untuk variabel II dengan
konsentrasi Na2SO3 0,032 N adalah 12 cm/s dan 8.195 cm/s serta untuk
variabel III dengan konsentrasi Na2SO3 0,038 N adalah 13.333 cm/s dan 9.106
cm/s.
Berdasarkan teori laju sirkulasi, waktu yang dibutuhkan bagi zat warna
untuk menempuh lintasan sepanjang 30 cm dalam kolom downcomer
Dari rumus diatas terlihat bahwa laju sirkulasi pada kolom downcomer
(berbanding lurus dengan nilai laju sirkulasi pada kolom riser . Dari rumus
tersebut juga terlihat bahwa (ULd)>(ULr), hal ini dikarenakan luar area
downcomer lebih kecil dibandingkan luas area riser, sedangkan rumus
(ULr) adalah ULd x sehingga hal tersebut menyebabkan nilai ULd>ULr.
Data yang diperoleh dalam percobaan telah sesuai dengan teori yang
ada, yaitu semakin besar konsentrasi maka laju sirkulasi akan semakin rendah
karena meningkatnya konsentrasi akan meningkatkan viskositas yang mana
akan menakikan hambatan (gaya gesek antara lapisan gas dan cairan) terhadap
aliras fluida (Widayat dan Haryani, 2011).
Tabel 4.3. Hubungan antara Konsentrasi Na2SO3 dan Koefisien Transfer Massa
Gas-Cair
Normalitas Kla Rata-Rata (L/s)
0.026 783.748
0.032 845.872
0.038 1004.535
1200
1000
800
Kla (L/s)
600
400
200
0
0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04
Normalitas
Gambar 4.3. Grafik Hubungan antara Konsentrasi Na2SO3 dan Koefisien Transfer
Massa Gas Cair
Dari Gambar 4.3 Grafik Hubungan antara Konsentrasi Na2SO3 dan Koefisien
Transfer Massa Gas Cair diperoleh data Kla untuk variabel I dengan
konsentrasi Na2SO3 0,026 N adalah 783.785 cm/s, untuk variabel II dengan
konsentrasi Na2SO3 0,032 N adalah 12 cm dan 8.195 cm serta untuk variabel
III dengan konsentrasi Na2SO3 0,038 N adalah 13.333 cm dan 9.106 cm.
Berdasarkan teori koefisien transfer massa gas-cair, semakin besar
konsentrasi Na2SO3 maka semakin besar nilai koefisien transfer massa gas-cair
(kLa). Hal ini disebabkan karena dengan bertambahnya konsentrasi Na2SO3,
laju alir udara berkurang, konsentrasi oksigen dalam medium bertambah, yang
menyebabkan perpindahan massa oksigen menjadi cepat dan perbedaan
konsentrasi oksigen besar. Akibatnya, oksigen yang masuk ke reaktor berada
pada jumlah yang relatif besar, maka persediaan O2 untuk bereaksi dengan
Na2SO3 makin besar.
Reaksi yang terjadi :
Na2SO3 + 0.5 O2 Na2SO4 + Na2SO3 (sisa)
Dalam reaksi diatas pertama-tama Na2SO3 berekasi dengan O2 membentuk
Na2SO4, namun tidak semua Na2SO3 bereaksi sehingga Na2SO3 sisa dianalisa
dengan titrasi iodometri untuk mengetahui mol Na2SO3 sisa sebagai berikut:
1 2 3
Mol Na2SO3 sisa = Mol I2 excess - 2 ( ) x VNa2S2O3
Mol O2 yang berekasi dinyatakan dengan selisih Na2SO3 awal dan akhir dibagi
2 (perbandingan mol antara O2 dan Na2SO3). Konsentrasi Na2SO3 awal yang
semakin besar sesuai variabel yaitu (0.026 N, 0.032 N, 0.038 N), maka mol O2
yang bereaksi dan masuk ke reaktor akan semakin besar.menurut persamaan
berikut:
Mol O2 yang bereaksi = 0,5 (mol Na2SO3 awal - mol Na2SO3
sisa)
2 2
Mol O2 yang masuk reaktor = 60
Nilai KLa sangat ditentukan oleh jumlah O2 yang masuk reaktor, seperti yang
ditunjukkan persamaan berikut:
02 2
Kla = 0.008
gr Na2SO3 23
7,875 C= 0,0078 0,008
gr O2
Dari persamaan diatas dapat dilihat bahwa semakin besar O2 yang ada
di dalam reaktor KLa juga semakin besar. Akibatnya laju perpindahan O2
dalam reaktor semakin besar sehingga nilai koefisien perpindahan massa gas-
cair (Kla) juga semakin besar. Dengan demikian semakin besar konsentrasi
Na2SO3 maka nila Kla juga semakin besar.
(Haryani dan Widayat, 2011)
4.4 Hubungan antara Waktu Tinggal terhadap Nilai Koefisien Transfer Massa
Gas-Cair
Dari percobaan yang telah kami lakukan untuk mendapatkan hubungan
waktu tinggal terhadap nilai koefisien transfer massa gas-cair, didapat data
sebagai berikut,
Tabel 4.4. Hubungan antara Waktu Tinggal dan Koefisien Transfer Massa Gas-
Cair
Waktu Kla (L/s)
(menit ke-) 0.026N 0.032N 0.038N
0 0 0 0
5 1504.693 1852.253 2199.547
10 752.4467 926.1267 1099.865
15 501.6311 617.44 733.3044
20 376.2233 463.08 549.9783
25 - 370.464 439.9827
2500
2000
1500
Kla
0.026N
1000
0.032N
500 0.038N
0
0 5 10 15 20 25 30
Waktu Tinggal (Menit ke-)
Gambar 4.4. Grafik Hubungan antara Waktu Tinggal dan Koefisien Transfer
Massa Gas-Cair
Dari Gambar 4.4 dapat diperoleh bahwa semakin lama waktu
tinggal maka koefisien transfer massa semakin kecil. Hal tersebut dapat
dijelaskan melalui reaksi:
Na2SO3 + 0.5 O2 Na2SO4 + Na2SO3 (sisa)
Mol O2 yang berekasi dinyatakan dengan selisih Na2SO3 awal dan akhir dibagi
2 (perbandingan mol antara O2 dan Na2SO3). Konsentrasi Na2SO3 awal yang
semakin besar sesuai variabel yaitu (0.026 N, 0.032 N, 0.038 N), maka mol O2
yang bereaksi dan masuk ke reaktor akan semakin besar.menurut persamaan
berikut:
Mol O2 yang bereaksi = 0,5 (mol Na2SO3 awal - mol Na2SO3
sisa)
2 2
Mol O2 yang masuk reaktor = 60
Nilai KLa sangat ditentukan oleh jumlah O2 yang masuk reaktor, seperti yang
ditunjukkan persamaan berikut:
02 2
Kla = 0.008
harga kLa akan semakin kecil seiring bertambahnya waktu karena Na2SO3
sudah terbentuk menjadi Na2SO4.
Dengan waktu yang sama dari grafik di atas menunjukkan harga kLa
untuk masing masing variabel berbeda, yaitu pada waktu tinggal yang sama
nilai Kla pada larutan konsentrasi 0,038N paling besar, diikuti dengan larutan
0.032N pada urutan kedua dan 0,026N pada urutan terakhir. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa semakin besar konsentrasi akan dihasilkan waktu
tinggal yang semakin lama dan nilai koefisien transfer massa gas-cair (Kla)
yang lebih besar pada larutan dengan konsentrasi yang lebih tinggi.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Semakin besar konsentrasi Na2SO3, maka hold up gas semakin besar pula
karena gelembung udara yang ada di dalam reaktor akan bertambah
banyak pula sehingga fraksi volume udara dalam larutan juga akan
bertambah banyak.
2. Semakin besar konsentrasi Na2SO3, maka laju sirkulasi untuk riser dan
downcomer semakin meningkat karena gaya gesek antara lapisan gas dan
cairan semakin besar.
3. Semakin besar konsentrasi Na2SO3, maka semakin besar nilai koefisien
transfer massa gas-cair (KLa) karena konsentrasi O2 dalam medium
semakin besar.
4. Semakin lama waktu, maka semakin kecil nilai koefisien transfer massa
gas-cair (KLa) karena semakin sedikit Na2SO3 yang bereaksi dengan O2
sehingga reaktan menjadi jenuh.
5.2. Saran
1. Pembuatan amylum harus sesuai dengan prosedur karena amylum
menjadi indikator dalam analisis titrasi.
2. Pengamatan inverted manometer harus benar-benar teliti.
3. Laju alir gas harus selalu diperhatikan agar tidak berubah-ubah selama
proses (dalam 1 variabel).
4. Titrasi harus dilakukan dengan teliti hingga mencapai warna yang
diinginkan.
5. Kompresor harus dalam keadaan menyala selama proses berlangsung
DAFTAR PUSTAKA
LEMBAR PERHITUNGAN
1. Volume Reaktor:
Volume Riser =pxlxt
= 14cm x 8.2cm x 90cm
= 10332cm3
Volume Down Comer = p x l x t
= 14cm x 5.6cm x 90cm
= 7056cm3
Volume Reaktor = Volumer Riser + Volume Down Comer
= 10332cm3 + 7056cm3
= 17388cm3
= 17.388L
2. Massa Na2SO3:
/ .
= x eq. =
.
= 28.48gr
0.032 126/ 17.388
Massa Variabel 2 = 2
= 35.05gr
0.038 126/ 17.388
Massa Variabel 3 = 2
= 41.63gr
3. Densitas Larutan:
Massa picno = 29.828gr
Volume picno = 50mL
Variabel 1
Massa picno + larutan = 78.90gr
78.90
L1 = 50
A-1
Hidrodinamika Reaktor 2
= 1.578gr/mL
Variabel 2
Massa picno + larutan = 78.97gr
78.97
L2 = 50
= 1.579gr/mL
Variabel 1
Massa picno + larutan = 79.15gr
79.15
L3 = 50
= 1.583gr/mL
4. h Riser & Down Comer:
Variabel 1
h Riser = 0.5cm
h Down Comer = 0.3cm
Variabel 2
h Riser = 0.4cm
h Down Comer = 0.2cm
Variabel 3
h Riser = 0.3cm
h Down Comer = 0.15cm
5. Volume Titran
Variabel 1
t5 V1 = 6.2mL
t10 V1 = 6.4mL
t15 V1 = 7.6mL
t20 V1 = 7.6mL
t25 V1 = 7.6mL
Variabel 2
t5 V2 = 5.1mL
t10 V2 = 5.2mL
t15 V2 = 5.2mL
A-2
Hidrodinamika Reaktor 3
t20 V2 = 5.6mL
t25 V2 = 5.6mL
t30 V2 = 5.6mL
Variabel 3
t5 V3 = 1.5mL
t10 V3 = 2.4mL
t15 V3 = 3.5mL
t20 V3 = 4.6mL
t25 V3 = 4.6mL
t30 V3 = 4.6mL
6. Waktu Sirkulasi
Variabel 1
Panjang lintasan = 30cm ; Waktu sirkulasi
= 2.25s
Variabel 2
Panjang lintasan = 30cm ; Waktu sirkulasi
= 2.50s
Variabel 3
Panjang lintasan = 30cm ; Waktu sirkulasi
= 3.70s
Variabel 1
1.578
0.5
= 1.578 0.0012 = 0.00626
80
1.578
0.3
= 1.578 0.0012 = 0.00375
80
Variabel 2
A-3
Hidrodinamika Reaktor 4
1.579
0.4
= 1.579 0.0012 = 0.00500
80
1.578
0.2
= 1.578 0.0012 = 0.00250
80
Variabel 3
1.583
0.3
= 1.583 0.0012 = 0.00375
80
1.578
0.15
= 1.578 0.0012 = 0.00188
80
A-4
Hidrodinamika Reaktor 5
78.42 12/
= = = 8.195/
114.82
Variabel 3
= 0,026
= 30
= 3,7
30
= = = 8.1
3.7
= 14 5.6 = 78.42
= 14 8.2 = 114.82
78.42 8.1/
= = = 5.532/
114.82
9. Perhitungan Kla
23
Mol Na2SO3 awal (a) = .
Mol I2 excess (b) =
.
1 223
Mol Na2SO3 sisa (c) = 2
. 223
1
Mol O2 bereaksi (d) = ( )
2
2
O2 masuk reaktor (e) =
60
Koef. transfer massa gas cair ( ) = 0.008
Variabel 1
V
Waktu a b titran c d e Kla (L/s)
(ml)
0 226.044 0.5 6.2 0.345 112.8495 #DIV/0! #DIV/0!
5 226.044 0.5 6.4 0.34 112.852 12.03754667 1504.693
10 226.044 0.5 7.6 0.31 112.867 6.019573333 752.4467
15 226.044 0.5 7.6 0.31 112.867 4.013048889 501.6311
20 226.044 0.5 7.6 0.31 112.867 3.009786667 376.2233
A-5
Hidrodinamika Reaktor 6
Variabel 2
V
Waktu a b titran c d e Kla (L/s)
(ml)
0 278.208 0.5 5.1 0.3725 138.9178 #DIV/0! #DIV/0!
5 278.208 0.5 5.2 0.37 138.919 14.81802667 1852.253
10 278.208 0.5 5.2 0.37 138.919 7.409013333 926.1267
15 278.208 0.5 5.6 0.36 138.924 4.93952 617.44
20 278.208 0.5 5.6 0.36 138.924 3.70464 463.08
25 278.208 0.5 5.6 0.36 138.924 2.963712 370.464
Variabel 3
V
Waktu a b titran c d e Kla (L/s)
(ml)
0 330.372 0.5 1.5 0.4625 164.9548 #DIV/0! #DIV/0!
5 330.372 0.5 2.4 0.44 164.966 17.59637333 2199.547
10 330.372 0.5 3.5 0.4125 164.9798 8.79892 1099.865
15 330.372 0.5 4.6 0.385 164.9935 5.866435556 733.3044
20 330.372 0.5 4.6 0.385 164.9935 4.399826667 549.9783
25 330.372 0.5 4.6 0.385 164.9935 3.519861333 439.9827
A-6