Laporan Pengolahan Air 3
Laporan Pengolahan Air 3
Laporan Pengolahan Air 3
PENGOLAHAN AIR
Disusun oleh:
Kelompok 7
Kelas C
AINIS NIDILA (1707110994)
MAWADDAH (1707111258)
SENDRA ERFA SATRIA (1707123109)
Dosen Pengampu :
Dr. Padil, M.T
Pengolahan Air
Catatan Tambahan :
Pekanbaru,
Dosen Pengampu
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
ABSTRAK..............................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Bahan Baku.......................................................................................3
2.1.1 Air Permukaan.........................................................................3
2.1.2 Parameter Air...........................................................................4
2.1.3 Tawas.....................................................................................10
2.2 Proses Pengolahan Air....................................................................10
2.2.1 Sedimentasi............................................................................10
2.2.2 Klarifikasi..............................................................................12
2.2.3 Aerasi.....................................................................................14
2.2.4 Filtrasi....................................................................................15
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sedimentasi...........................16
2.3.1 Konsentrasi............................................................................16
2.3.2 Ukuran Partikel......................................................................16
2.3.3 Jenis Partkel...........................................................................16
2.3.4 Plate Settler...........................................................................17
2.3.5 Waktu Detensi.......................................................................17
2.4 Indikator yang Mempengaruhi Kualitas Air...................................17
2.4.1 TDS (Total Dissolve Solid)...................................................17
2.4.2 TSS (Total Suspended Solid).................................................19
2.4.3 TS (Total Solid).....................................................................20
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat- alat yang digunakan...............................................................21
3.2 Bahan-bahan yang digunakan.........................................................21
3.3 Prosedur Percobaan........................................................................21
3.4 Rangkaian Alat...............................................................................22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan..............................................................................23
4.2 Pembahasan....................................................................................23
4.2.1 Pengaruh Waktu Detensi Terhadap Efisiensi TS..................24
4.2.2 Pengaruh Jumlah Plate Terhadap Efisiensi TS.....................24
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.....................................................................................26
5.2 Saran...............................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A LAPORAN SEMENTARA
LAMPIRAN B PERHITUNGAN
LAMPIRAN C DOKUMENTASI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
ABSTRAK
Air adalah salah satu dari materi yang dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan
hidup makhluk hidup. Air bersih menjadi salah satu kebutuhan yang mendasar
bagi kehidupan manusia dan juga menjadi salah satu sumber penyakit yang
menyerang manusia. Sebagian besar sumber air baku berasal dari air permukaan
yang mengandung material diskrit seperti kerikil, pasir, koloid, dan partikel –
partikel tersuspensi (total suspended solid) yang menyebabkan kekeruhan pada
badan air. Untuk itu dilakukan berbagai cara untuk mengolah air, salah satu
caranya yaitu dengan proses sedimentasi. Proses sedimentasi merupakan proses
pengolahan air dengan cara pengendapan partikel-partikel padatan dalam suatu
cairan dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Pengolahan air bertujuan untuk
menghilangkan atau mengurai partikel-partikel padatan yang terdapat didalam air
dan menghitung efesiensi dari TDS (Total Dissolve Solid), TSS (Total Suspended
Solid), TS (Total Solid) yang terdapat didalam air. Adapun prosedur yang
digunakan adalah dengan memasukkan tawas sebanyak 300 gram ke dalam tangki
penyimpanan dan waktu detensi selama 30 dan 60 menit. Kemudian mengukur
TDS (Total Dissolve Solid) dengan TDS meter. Setelah itu sampel air disaring
dengan kertas saring untuk mengukur partikel –partikel tersuspensi. Variabel
tetap adalah tawas dan variabel yang berubah adalah waktu detensi dan
penggunaan jumlah plat. Hasil percobaan menunjukkan efesiensi terbesar adalah
pada waktu detensi 60 menit dan menggunakan 6 plates dengan efesiensi sebesar
51%.
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
1. Menjelaskan proses pengolahan air bersih (ion exchange dan
sedimentasi)
2. Menghitung efisiensi penyisihan bahan pencemar dari sumber air.
3. Menganalisa hubungan variabel perlakukan terhadap penyisihan bahan
pencemar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
b. Air rawa/danau
Air danau adalah sejumlah air tawar yang terakumulasi di suatu tempat yang
cukup luas, yang dapat terjadi karena mencairnya gletser, aliran sungai, atau
karena adanya mata air. Kebanyakan air rawa/danau ini berwarna yang
disebabkan oleh adanya zat-zat organis yang telah membusuk, misalnya asam
humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat. Danau dapat
memiliki manfaat serta fungsi seperti untuk irigasi pengairan sawah, ternak serta
kebun, sebagai objek pariwisata, sebagai PLTA atau pembangkit listrik tenaga air,
sebagai tempat usaha perikanan darat, sebagai sumber penyediaan air bagi
makhluk hidup sekitar dan juga sebagai pengendali banjir dan erosi (Sutrisno,
2002).
2.1.2 Parameter Air
Persyaratan air minum dapat ditinjau dari beberapa parameter seperti:
1. Parameter fisik
Parameter fisik menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No. 492/Menkes/Per/IV/2010 umumnya dapat diidentifikasi dari kondisi fisik air
tersebut. Parameter fisik meliputi bau, kekeruhan, rasa, suhu, warna dan jumlah
zat padat terlarut (TDS). Alat ukur yang digunakan adalah Spektrofotometer. Air
yang baik idealnya tidak berbau, tidak berwarna, tidak memiliki rasa/tawar dan
suhu untuk air minum idealnya ± 30 C. Padatan terlarut total (TDS) dengan bahan
terlarut diameter < 10 -6 dan koloid (diameter 10 -6 - 10 -3 mm) yang berupa
senyawa kimia dan bahan-bahan lain (Effendi, 2003).
2. Parameter kimia
Parameter kimia dikelompokkan menjadi kimia an organik dan kimia
organik. Dalam standard air minum di Indonesia zat kimia anorganik dapat berupa
logam, zat reaktif, zat-zat berbahaya serta beracun serta derajat keasaman (PH).
Sedangkan zat kimia organik dapat berupa insektisida dan herbisida. Sumber
logam dalam air dapat berasal dari industri, pertambangan ataupun proses
pelapukan secara alamiah. Korosi dari pipa penyalur air minum dapat juga sebagai
penyebab kehadiran logam dalam air (Mulia, 2005).
Berbagai karakteristik yang dapat mempengaruhi air:
5
1. Karakteristik fisik
a. Suhu
Suhu air sangat mempengaruhi aktivitas biologi yang ada dalam air, karena
kenaikan suhu perairan dapat menaikkan aktivitas biologi sehingga dapat
menghasilkan O2 yang lebih banyak lagi. Berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 bahwa temperatur maksimum
yang diperbolehkan adalah 30ºC.
Penyimpanan terhadap ketetapan ini akan mengakibatkan:
1. Meningkatnya daya atau tingkat toksisitas bahan kimia atau bahan
pencemar dalam air.
2. Pertumbuhan mikroba dalam air.
Menurut (Mutiara, 1999), perubahan suhu baik naik maupun turun
yang berlangsung secara mendadak, seringkali berakibat lethal (yang dapat
menyebabkan kematian) bagi organisme-organisme perairan terutama ikan, dan
seringkali disebut “shock-thermal”. Pembuangan air yang bersuhu tinggi dalam
jumlah banyak dapat menaikkan suhu perairan penerima beberapa derajat di
atas suhu normal. Kenaikkan itu akan mempengaruhi organisme-organisme
penghuni perairan terutama ikan, baik secara langsung maupun tidak
langsung (Mahida, 1993). Adanya kenaikan suhu juga dapat berakibat
berkembangnya suburnya jenis-jenis alga beracun, terutama kelompok
Cyanophyta.
b. Warna
Warna air dapat kita ketahui bahwa sumber air ada dari beberapa tempat
sehingga warna yang dimiliki pun berbeda-beda. Sehingga hal tersebut tidak dapat
langsung diterima oleh masyarakat. Warna air yang dapat ditimbulkan
dikarenakan adanya ion besi, mangan, humus, biota laut, plankton, dan limbah
industri (Suwittoku, 2013). Deteksi warna air dapat dilakukan oleh indra
penglihatan, deteksi ini akan lebih akurat jika dilanjutkan dengan deteksi
kekeruhan. Apabila warna air tidak lagi bening, keruh atau tidak lagi jernih
misalnya berwarna kecoklatan, dapat diduga air tersebut tercemar oleh besi. Air
yang berwarna penyimpang dengan warna aslinya, tidak baik digunakan sebagai
air minum. Adapun tujuan dari deteksi warna pada air minum ini adalah untuk
6
mengetahui warna yang tampak pada air. Persyaratan air minum yaitu harus tidak
berwarna atau jernih. Air yang menyimpang dengan warna tersebut, tidak baik
dikonsumsi (Suwittoku, 2013).
c. Bau
Bau pada air dapat disebabkan karena benda asing yang masuk ke dalam air
seperti bangkai binatang, bahan buangan, ataupun disebabkan karena proses
penguraian senyawa organik oleh bakteri. Pada peristiwa penguraian senyawa
organik yang dilakukan oleh bakteri tersebut dihasilkan gas – gas berbau
menyengat dan bahkan ada yang beracun. Pada peristiwa penguraian zat organik
berakibat meningkatkan penggunaan oksigen terlarut di air (BOD = Biological
Oxighen Demand) oleh bakteri dan mengurangi kuantitas oksigen terlarut (DO =
Disvolved Oxigen) di dalam air. Senyawa – senyawa organik umumnya tidak
stabil dan mudah dioksidasi secara biologis dan kimia menjadi senyawa stabil
atau biasa dikenal dengan istilah BOD dan COD. Kebutuhan oksigen biologi
(BOD) adalah parameter kualitas air lain yang penting. BOD menunjukkan
banyaknya oksigen yang digunakan bila bahan organik dalam suatu volume air
tertentu dirombak secara biologis. Sedangkan kebutuhan oksigen kimia (COD)
merupakan suatu cara untuk menentukan kandungan bahan organik dalam air
buangan dan perairan alami. Dari segi estetika, air yang berbau, apabila bau busuk
seperti bau telur yang membusuk (misalnya oleh H2S) ataupun air yang berasal
secara alami, tidak dikehendaki dan tidak dibenarkan oleh peraturan yang berlaku.
Pada air minum tidak boleh ada bau yang merugikan pengguna air.
Bau pada air minum dapat dideteksi dengan menggunakan hidung. Tujuan
deteksi bau pada air minum yaitu untuk mengetahui ada bau atau tidaknya bau
yang berasal dari air minum yang disebabkan oleh pencemar. Apabila air minum
memiliki bau maka dapat dikategorikan sebagai air minum yang tidak memenuhi
syarat dan kurang layak untuk di manfatkan sebagai air minum. Pada persyaratan
air bersih yaitu harus tidak boleh ada bau. Karena bau pada air disebabkan adanya
benda asing yang masuk kedalam air sehingga terlarut dan terurai didalam air lalu
dapat mengganggu kesehatan apabila dikonsumsi (Suwittoku, 2013).
7
d. Rasa
Rasa yang terdapat dalam air dihasilkan dengan adanya kehadiran
organisme seperti mikroorganisme dan bakteri, kemudian adanya limbah padat
dan limbah cair dari hasil pembuangan rumah tangga yang kemungkinan adanya
sisa-sisa yang digunakan untuk infeksi misalkan klor.
Rasa pada air dapat ditimbulkan oleh beberapa hal yaitu adanya gas terlarut
seperti H2S, organisme hidup, adanya limbah padat dan limbah cair dan
kemungkinan adanya sisa-sisa bahan yang digunakan untuk disinfektan seperti
klor. Rasa pada air minum diupayakan netral atau tawar, sehingga dapat diterima
oleh para konsumen air minum (Sutrisno, 2004).
e. Kekeruhan
Kekeruhan merupakan sifat optik dari suatu larutan yang menyebabkan
cahaya yang melaluinya terabsosi dan terbias dihitung dalam satuan mg/l SiO 2
Unit Kekeruhan Nephelometri (UKN). Air akan dikatakan keruh apabila air
tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan yang tersuspensi, sehingga
memberikan warna atau rupa yang berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang
menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat, lumpur dan bahan-bahan organik.
Kekeruhan tidak merupakan sifat air yang membahayakan, tetapi kekeruhan
menjadi tidak disenangi karena rupanya. Kekeruhan walaupun hanya sedikit dapat
menyebabkan warna lebih tua tua dari warna yang sesungguhnya. Setiap
tingkat,kekeruhan dipengaruhi oleh pH air. Kekeruhan pada air minum pada
umumnya telah diupayakan sedemikian rupa sehingga air menjadi jernih
(Sutrisno, 2004).
2. Karakteristik Kimia
a. pH
pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan
asam atau basa sesuatu larutan. Sebagai satu faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan atau kehidupan mikroorganisme dalam air, secara
empirik pH yang optimum untuk tiap spesifik harus ditentukan. Kebanyakan
mikroorganisme tumbuh terbaik pada pH 6,0-8,0 meskipun beberapa bentuk
mempunyai pH optimum rendah 2,0 dan lainnya punya pH optimum 8,5.
Pengetahuan pH ini sangat diperlukan dalam penentuan range pH yang akan
8
e. Mg (Magnesium)
Magnesium hadir dalam air laut dalam jumlah sekitar 1300 ppm. Setelah
natrium, Magnesium adalah kation yang paling umum ditemukan di lautan.
Sungai berisi sekitar 4 ppm magnesium, ganggang laut 6000-20,000 ppm, dan
tiram 1200 ppm sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kesadahan pada air
yang tidak baik untuk konsumsi baik dalam skala kecil maupun dalam skala besar.
Logam Magnesium tidak terpengaruh oleh air pada suhu kamar. Magnesium
umumnya adalah elemen lambat bereaksi, tetapi meningkatkan reaktivitas dengan
kadar oksigen.
f. Ca (Calsium)
Adanya Ca dalam air sangat dibutuhkan dalam jumlah tertentu, yaitu untuk
pertumbuhan tulang dan gigi. Sedangkan bila telah melewati ambang batas,
kalisum dapat menyebabkan kesadahan, kesadahan dapat berpengaruh secara
ekonomis maupun terhadap kesehatan yaitu efek korosif dan menurunkan
efektifitas dari kerja sabun. Standar yang ditetapkan DEPKES sebesar 75-200
mg/l. Sedangkan WHO interegional water study group adalah sebesar 75/150
mg/l.
g. Alumunium
Pada Peraturan Meteri Keeshatan No.82/2001 yaitu 0,2 mg/l merupakan
batas maksimal yang terkandung dalam air. Banyaknya alumunium yang
terkandung dalam air dapat menyebabkan air memiliki rasa yang tidak enak untuk
dikonsumsi.
h. Zat organik
Zat organik yang ada dalam air disebabkan adanya kandungan unsur hara
makanan maupun sumber energi lainnya bagi flora dan fauna yang hidup didalam
perairan yang berasal dari limbah rumah tangga, industri dan kegiatan pertanian
serta penambangan. Zat organik yang terdapat pada air dapat diukur angka
permanganatnya (KMnO4), karena didalam standar kualitas air telah ditentukan
angka maksimal permanganat adalah 10 mg/l. Jika terjadi penyimpangan standar
kualitas akan mengakibatkan timbulnya bau yang tidak sedap dan menyebabkan
sakit perut apabila dikonsumsi.
i. Sulfat
10
viskositas air dan kecepatan aliran dalam bak pengendap (Setiadi, 2007).
Hubungan ukuran partikel dengan waktu pengendapan ditunjukkan pada
Tabel 2.1.
Alat sedimentasi terdiri atas dua jenis, yaitu jenis bak pengendap segi
empat (rectangular) seperti terlihat pada Gambar 2.1, dan jenis lingkaran
(circular) seperti terlihat pada Gambar 2.2. Jenis segi empat biasanya
digunakan untuk laju alir air yang besar, karena pengendaliannya dapat
dilakukan dengan mudah, sedangkan keuntungan alat sedimentasi jenis
lingkaran yaitu memiliki mekanisme pemisahan lumpur yang sederhana.
Proses sedimentasi biasanya dilakukan sebelum proses klarifikasi.
2.2.2 Klarifikasi
Proses klarifikasi bertujuan untuk menghilangkan padatan tersuspensi,
baik yang kasar, halus atau bersifat koloid. Proses ini mencakup koagulasi,
flokulasi dan sedimentasi yang masing-masing merupakan langkah-langkah
tersendiri dengan persyaratan tertentu yang harus dipenuhi untuk memperoleh
hasil yang dikehendaki. Apabila ada kondisi yang merugikan salah satu dari
ketiga langkah tersebut, maka hasil yang diperoleh akan kurang memuaskan.
Langkah-langkah proses klarifikasi tersebut adalah sebagai berikut (Setiadi,
2007) :
(i) Koagulasi
Koagulasi adalah proses penetralan partikel-partikel yang ada dalam air
sehingga sesamanya tidak saling tolak menolak dan dapat diendapkan
bersama- sama. Bahan kimia pengendap dimasukkan ke dalam air dan diaduk
dengan cepat. Hasil reaksi kimia yang terjadi disebut flok (floc) yaitu partikel
bukan koloid yang sangat halus.
(ii) Flokulasi
Flokulasi merupakan kelanjutan proses koagulasi, partikel-partikel halus
hasil koagulasi membentuk suatu gumpalan yang besar sehingga lebih mudah
mengendap. Proses flokulasi dibantu dengan cara pengadukan yang lambat.
13
Gambar 2.3 Klarifikasi air dengan flash mixing, flokulasi, dan pengendapan
(Sumber: Setiadi, 2007)
14
Gambar 2.4 Alat klarifikasi dengan pengadukan dan koagulasi dalam alat
yang sama (Sumber: Setiadi, 2007)
2.2.3 Aerasi
Aerasi adalah proses mekanis pencampuran air dengan udara. Tujuan
aerasi adalah sebagai berikut (Setiadi, 2007) :
1. Membantu dalam pemisahan logam-logam yang tak diinginkan seperti
besi (Fe) dan mangan (Mn). Besi lebih sering ditemukan daripada mangan.
Besi yang terdapat dalam air biasanya berbentuk ferobikarbonat atau
ferosulfat. Oksigen yang dikontakkan dengan air akan merubah senyawa-
senyawa tersebut menjadi ferioksida yang tidak larut dalam air sehingga dapat
dipisahkan dengan menggunakan filter.
2. Menghilangkan gas-gas yang terlarut dalam air terutama yang bersifat
korosif. Contoh gas seperti ini adalah CO 2 yang dapat menurunkan pH air
sehingga membantu proses korosi pada logam. Proses penghilangan gas akan
makin baik dengan :
- kenaikan temperatur
- lamanya waktu kontak
- makin luasnya permukaan kontak antara air dengan udara
- banyaknya volume gas yang kontak dengan air
3. Menghilangkan bau, rasa dan warna yang disebabkan oleh
mikroorganisma. Penurunan kualitas air tersebut disebabkan oleh bahan
organik yang mengalami dekomposisi, sisa-sisa atau bahan-bahan hasil
metabolisme mikroba. Aerasi dilakukan dalam alat yang disebut aerator.
15
2.2.4 Filtrasi
Proses filtrasi bertujuan untuk menahan zat-zat tersuspensi (suspended
matter) dalam suatu fluida dengan cara melewatkan fluida tersebut melalui
suatu lapisan yang berpori-pori, misalnya : pasir, anthracite, karbon dan
sebagainya. Fluida dapat berupa cairan (zat-zat tersuspensi dalam
cairan/slurry) atau gas. Zat-zat tersuspensi dapat berukuran sangat halus atau
kasar, kaku atau kenyal, berbentuk bulat atau sangat tidak beraturan. Produk
yang diinginkan dapat berupa filtrat atau padatan (cake). Pada kondisi
tertentu, filtrasi dapat digunakan untuk proses penjernihan air dengan cara
penyaringan langsung terhadap air baku (Setiadi, 2007)..
Media penyaring (filter) dapat dioperasikan dengan baik untuk jangka
waktu tertentu, jika pressure drop meningkat sampai batas yang diizinkan,
maka harus dilakukan pembersihan filter dengan cara cuci balik
(backwashing). Cuci-balik dilakukan dengan cara mengalirkan air secara
berlawanan arah dengan arah aliran pada saat operasi selama 5 - 10 menit,
setelah itu dilakukan pembilasan.
Filter dapat digolongkan menjadi beberapa jenis berdasarkan siklus
operasinya batch atau kontinu, produk yang diinginkan filtrat atau cake atau
gaya pendorongnya (driving force). Jenis filter yang dikenal berdasarkan gaya
pendorong yang digunakan antara lain jenis gravity filter dan pressure filter
Pressure filter cukup banyak digunakan karena memiliki beberapa
keuntungan, antara lain :
a. Sedikit memerlukan tempat
b. Pemasangannya mudah, murah dan cepat
c. Unit-unit lain mudah ditambah jika diperlukan
d. Mengurangi biaya pemompaan air untuk proses selanjutnya
Pada point ini, tinggi z1 dan z2 adalah intercept tangen pada kurva tersebut.
Kecepatan pengendapan (sedimentation rate)
z 1−z 2
v1 = .........................................................................................................(2.2)
t 1−0
disebabkan oleh larutnya partikel tersuspensi didalam air, sedangkan pada musim
kemarau air kelihatan berwarna hijau karena adanya ganggang di dalam air.
Konsentrasi kelarutan zat padat ini dalam keadaan normal sangat rendah, sehingga
tidak kelihatan oleh mata telanjang (Situmorang, 2007).
Residu dianggap sebagai kandungan total bahan terlarut dan tersuspensi
dalam air. Selama penentuan residu ini, sebagian besar bikarbonat yang
merupakan ion utama di perairan telah mengalami transformasi menjadi
karbondioksida, sehingga karbondioksida dan gas-gas lain yang menghilang pada
saat pemanasan tidak tercakup dalam nilai padatan total (Boyd, 1988). Padatan
yang terdapat di perairan diklasifikasikan berdasarkan ukuran diameter partikel,
seperti yang ditunjukan pada tabel di bawah ini :
Padatan Terlarut Total (Total Dissolved Solid atau TDS) adalah bahan-
bahan terlarut (diameter < 10-6 mm) dan koloid (diameter 10-6 - 10-3 mm) yang
berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain, yang tidak tersaring pada
kertas sarng berdiameter 0,45μm (Rao, 1992). TDS biasanya disebabkan oleh
bahan anorganik yang berupa ion-ion yang biasanya ditemukan di perairan.
Adapun ion-ion yang terdapat di perairan ditunjukan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 2.3 Ion-ion yang biasa ditemukan di perairan
Ion Utama (1 - 1000 mg/liter) Ion Sekunder (0,01 - 10 (mg/liter)
keterangan :
a = berat filter dan residu sesudah pemanasan 105℃ (g)
b = berat filter kering (sudah dipanaskan 105℃) (g)
c = mLsampel
2.4.3 TS (Total Solid )
Total padatan (total solids) adalah semua bahan yang terdapat dalam contoh
air setelah dipanaskan pada suhu 103°-105°C selama tidak kurang dari 1 jam.
Bahan ini tertinggal sebagai residu melalui proses evaporasi. Total solid pada air
terdiri dari total padatan terlarut (total dissolved solids) dan total zat padat
tersuspensi (total suspended solids).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
21
8. Ulangi percobaan dengan waktu detensi 60 menit dan 6 plat.
Keterangan:
1. Tangki
2 Plate
3. Pompa Sentrifugal
4. Valve
5. Clarifier
1
2
4
22
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
Praktikum ini dilakukan untuk menganalisa TSS, TDS, dan TS proses
sedimentasi. TSS diukur menggunakan metode gravimetri. Sedangkan untuk TDS
dapat diukur menggunakan alat TDS meter. Dilakukan pengukuran TSS dan TDS
pada air sampel sebelum ditambahkan tawas dan diperoleh nilai TS sebesar 816
ppm, nilai ini digunakan untuk mendapatkan efisiensi dari TS masing – masing
variabel. Ditambahkan 300 gram tawas sebagai koagulan. Setelah penambahan
tawas, dilakukan pengadukan sehingga tawas dapat tercampur secara merata,
dengan demikian partikel – partikel padat ini dapat tersuspensikan membentuk
flok sehingga padatan tersebut dapat terpisah dari cairan dengan adanya gaya
23
gravitasi. Setelah waktu detensi tercapai, kemudian sampel dianalisa untuk
mengetahui nilai Total Suspended Solid (TSS), Total Dissolve Solid TDS), Total
Solid (TS) efisiensinya.
4.2.1 Analisa TSS, TDS dan TS Terhadap Variasi Waktu Detensi Dengan
Jumlah Plate Tetap
Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa terjadi penurunan padatan tersuspensi
dari jumlah TSS, TDS, dan TS pada setiap bertambahnya waktu detensi, Pada saat
waktu 60 menit nilai TSS, TDS dan TS lebih kecil dibandingkan dengan waktu 30
menit. Hal ini menandakan bahwa semakin lama waktu tinggal suatu larutan akan
semakin banyak zat-zat yang mengendap pada dasar bak sedimentasi. Ini
menunjukkan bahwa pengolahan air ini sangat efektif dilakukan pada bak
sedimentasi dengan waktu yang berbanding lurus. Semakin lama waktu
tinggalnya maka akan semakin baik efesiensi bak sedimentasi, sehingga air outlet
atau air keluaran akan lebih jernih. Dapat dibandingkan dengan jurnal “Pengolah
Air Backwash Tangki Filtrasi Menggunakan Proses Koagulasi Flokulasi Dan
Sedimestasi” oleh Dina Asrifahhasil yaitu Waktu pengendapan 0 menit untuk
masing-masing ketinggian dari dasar tabung percobaan, tidak mengalami
perubahan kadar Fe dan Mn. Hal tersebut disebabkan adanya pengaruh turbulensi
aliran saat limbah dimasukkan ke dalam tabung pengendapan. Selanjutnya pada
waktu pengendapan 30 menit, penurunan kadar Fe dan Mn terlihat sangat
mencolok dengan prosentase penurunan berkisar antara 89,47% – 94,67 % untuk
Fe dan 92,67% – 97,87% untuk Mn. Dalam jangka waktu 30 menit partikel Fe
dan Mn yang telah terikat oleh koagulan dan membentuk flok yang lebih besar
sehingga dapat mengendap dengan baik. Pada parameter kimia, bak
koagulasi/flokulasi juga memegang peranan yang sangat penting dalam
menurunkan nilai-nilai seperti, besi, nitrit, mangan, dan sulfat. Efisien dalam
pengolahan air di bak koagulasi/flokulasi akibat larutan tawas yang membuat
koloid dan partikel anion menggumpal, dan tenggelam, sehingga dalam bak
sedimentasi flok-flok yang terbentuk akibat pengadukan lambat mengendap, dan
hanya air bersih yang disalurkan ke tahap berikutnya (Mulyani,2010).
24
4.2.2 Analisa TSS ,TDS dan TS Terhadap Variasi Jumlah Plate dengan
Waktu Detensi Tetap
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat yaitu, terjadi penurunan nilai dari TSS TDS,
dan TS pada jumlah plate yang berbeda dengan waktu detensi tetap. Kadar TSS,
TDS, dan TS pada jumlah plate 6 lebih kecil daripada jumlah plate 3. Hal ini
dikarenakan penggunaan plate yang disusun sejajar pada bak sedimentasi akan
menghambat dan mengurangi padatan tersuspensi pada sampel yang mengalir
disetiap plate, sehingga pada plate terakhir padatan tersuspensi akan semakin
berkurang. Dibandingkan dengan jurnal “Penurunan Konsentrasi Total Suspended
Solid Pada Proses Air Bersih Menggunakan Plate Settler” oleh Nurul Husaeni
yaitu, dengan adanya penambahan plate settler pada bak sedimentasi memberikan
pengaruh terhadap peningkatan efisiensi pengendapan. Pada plate settler bentuk
lempengan dengan kemiringan 30° memberikan efisiensi pengendapan untuk total
suspended solid sebesar 71,43% dan kekeruhan 68,45%. Sedangkan bak
sedimentasi konvensional (tanpa plate settler) memberikan penurunan terhadap
total suspended solid sebesar 65% dan untuk kekeruhan sebesar 39%. Penurunan
nilai ini, disebabkan karena plate merupakan keping pengendap yang dipasang
pada settling zone (zona pengendapan) di bak sedimentasi dengan kemiringan
tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan memperluas bidang
pengendapan sehingga proses fisika dari sedimentasi dapat berlangsung lebih
efektif bila menggunakan plate (Hendrick, 2005). Maka dapat disimpulkan
semakin banyak jumlah plate maka nilai TSS, TDS dan TS juga semakin kecil.
25
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Sedimentasi merupakan salah satu proses pengolahan air dengan
memisahkan partikel padatan dengan cairan dengan memanfaatkan gaya
gravitasi untuk menghasilkan cairan yang lebih jernih.
2. Diperoleh nilai efisiensi TS berturut – turut pada variasi jumlah plate 4
dan 6 ,waktu detensi 30 dan 60 menit yaitu 15%, 35%, 23%, dan 51%.
3. Efisiensi sedimentasi dipengaruhi oleh jumlah plate dan waktu
detensi.Dari hasil percobaan, semakin banyak jumlah plate, maka
semakin meningkat nilai efisiensinya. Begitu juga dengan waktu detensi.
Semakin lama waktu detensi, semakin meningkat nilai efisiensinya.
5.2 Saran
1. Sebaiknya dalam praktikum, semua bagian alat yang digunakan tidak
memiliki kerusakan pada setiap komponen.
2. Sebaiknya dalam praktikum pengolahan air, setiap beberapa menit
tempat lumpur di aduk agar tidak terjadi pengendapan, agar sampel
yang di uji menjadi sama tiap tahapnya.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
28
28
28
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
a. Menghitung TSS
Keterangan:
A= berat kertas saring + residu kering (gr)
B= berat kertas saring (gr)
V= volume sampel
Tawas 0 gr, 0 jam
TSS = (0,76 gr -0,72 gr) X (1 ml/ 0,001 L) / 100 ml
= 0,4 gr/L = 400 ppm
TS = TDS + TSS
Data perolehan TDS :
TS = 416 + 400
= 816 ppm
TS = 391 + 300
= 691 ppm
TS = 327 + 200
= 527 ppm
TS = 322 + 300
= 622 ppm
TS = 293 + 100
= 393 ppm
c. Menghitung Efisiensi
0.416−0.391
TDS = x 100%
0.416
=6%
400−300
TSS = x 100%
400
= 25 %
816−691
TS = x 100%
816
= 15%
= 21,4 %
400−200
TSS = x 100%
400
= 50 %
816−527
TS = x 100%
816
= 35%
0.416−0.322
TDS = x 100%
0.416
= 21.4 %
400−300
TSS = x 100%
400
= 25 %
816−622
TS = x 100%
816
= 23%
= 29,56 %
400−100
TSS = x 100%
400
= 75 %
816−393
TS = x 100%
816
= 51%