SK PeLayanan Bedah

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RS PUSAT OTAK NASIONAL

NOMOR : HK.02.04/ll/0517/ 2014

TENTANG

LAYANAN PEMBEDAHAN DI RUMAH SAKIT PUSAT OTAK NASIONAL

DIREKSI RUMAH SAKIT PUSAT OTAK NASIONAL

Menimbang : 1. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit perlu
adanya kebijakan mengenai layanan pembedahan

2. bahwa sehubungan dengan pernyataan pada butir a tersebut di atas,


dipandang perlu diatur dan ditetapkan dengan Keputusan Direktur
Utama Rumah Sakit Pusat Otak Nasional.

Mengingat : 1. Undang-undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran


(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 1992,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495)

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063)

3. Undang-Undang RI No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 153, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072)

4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 779/Menkes/SK/VIII/2008 tanggal


19 Agustus 2008 Tentang Standar Pelayanan Anestesiologi Dan Terapi
Intensif Di Rumah Sakit

5. Keputusan Direktur Utama Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Nomor


HK.02.03/II/123/2013 Tentang Struktur dan Tata Kerja Rumah Sakit
Pusat Otak Nasional.

M EMUTUSKAN

menetapkan : PEMBERLAKUAN KEBIJAKAN LAYANAN PEMBEDAHAN DI RS


PUSAT OTAK NASIONAL.

PERTAMA : Layanan Bedah mencakup kebijakan pembedahan di kamar operasi baik


secara elektif maupun darurat

KEDUA : Layanan pembedahan yang diberikan harus dapat memenuhi kebutuhan


layanan pembedahan dari disiplin terkait serta sesuai dengan bentuk
layanan bedah yang dimiliki oleh departemen bedah di RS Pusat Otak
Nasional.
KETIGA : Layanan pembedahan dilakukan oleh staff Instalasi Bedah Sentral dan
Sterilisasi sentral yang memiliki SIP di RS Pusat Otak Nasional sebagai
DPJP bedah dan oleh peserta didik yang berada dibawah supervisi DPJP
bedah sesuai dengan tingkat kompetensinya.

KEEMPAT : Setiap pelayanan pembedahan harus memperhatikan aspek keselamatan


pasien

KELIMA : Penjelasan pelayanan pembedahan di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional di


jelaskan dalam lampiran surat keputusan ini

KEENAM : Setiap pemberi pembedahan bertanggungjawab untuk :


a. Ikut mengembangkan, menanamkan dan menjaga agar kebijakan serta
prosedur layanan pembedahan yang ada terus dikembangkan dan
diperbaiki.
b. Menjaga program pengendalian kualitas yang telah dibentuk serta
melaksanakannya.
c. Mengawasi dan meninjau seluruh layanan bedah yang telah dibentuk
serta melaksanakannya.

KETUJUH : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Dengan ketentuan
apabila di kemudian hari terdapat kesalahan atau kekeliruan akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 20 Maret 2014

Direktur Utama,

MURSYID BUSTAMI
NIP.196209131988031002

Tembusan:
1. Para Direktur RS Pusat Otak Nasional
2. Komite Medik RS Pusat Otak Nasional
3. Kepala Instalasi RS Pusat Otak Nasional
4. Kepala Bidang RS Pusat Otak Nasional
Lampiran Surat Keputusan Direktur
Utama RS Pusat Otak Nasional
Nomor : HK.02.04/II/1680/2014
Tanggal : 20 Maret 2014

PELAYANAN BEDAH DI RUMAH SAKIT


PUSAT OTAK NASIONAL

1. Bahwa proses penilaian dan perencanaan pembedahan harus dilakukan pada setiap
pasien yang akan menjalani pembedahan, baik elektif maupun emergensi.

2. Untuk kasus kedaruratan, proses penilaian dan perencanaan pembedahan dilakukan


sesingkat mungkin sesuai urgensi pembedahan.

3. Proses perencanaan pembedahan selalu didasari oleh riwayat penyakit pasien, status
fisik, dan data diagnostik, serta faktor risiko dan keuntungan yang didapat dari jenis
pembedahan tersebut Dokter yang bertanggung jawab harus mendokumentasikan
setiap informasi yang didapat dari hasil penilaian yang dilakukan untuk
mengarahkan dan mendukung prosedur pembedahan yang direncanakan.

4. Setiap perencanaan pembedahan, termasuk diagnosis pra bedah dan rencana tekhnik
pembedahan, harus didokumentasikan dalam rekam medis pasien dalam format
IAR (Informasi, Analisa dan Rencana) sebelum tindakan dilakukan.

5. Setiap tindakan pembedahan yang dilakukan oleh DPJP harus melalui proses
komunikasi dan pemberian informasi serta mendapat persetujuan dari pasien atau
keluarga pasien yang tertulis dalam formulir informed consent

6. Pembatalan pembedahan berencana merupakan kewenangan DPJP Bedah melalui


koordinasi dengan DPJP anestesi setelah dilakukan upaya-upaya untuk memenuhi
kondisi prasyarat pembedahan melalui prosedur yang berlaku

7. Layanan Bedah Darurat dilakukan di IGD dengan tetap melalui proses penilaian
dan perencanaan sesuai urgensi pembedahan

8. Pembedahan darurat dilakukan oleh spesialis bersangkutan yang kompeten. Bila


tidak tersedia maka pasien dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat yang mampu

9. Pembedahan darurat yang membutuhkan ICU pasca operasi pada saat ruang ICU
penuh akan dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat

10. Setiap layanan pembedahan harus didokumentasikan dalam laporan pembedahan


yang tersedia dalam rekam medik

11. Konsultasi Intraoperatif dapat dilakukan oleh DPJP bedah dengan mengikuti
prosedur yang berlaku

12. Kondisi pasien pasca bedah di ruang pulih harus terdokumentasikan dengan baik di
rekam medik
13. Transportasi pasien pasca bedah didampingi oleh petugas kesehatan sesuai kondisi
pasien.

14. Rencana pasca bedah didokumentasikan dalam rekam medis dalam 24 jam oleh
DPJP, perawat dan pihak lain yang diperlukan dalam format IAR (Informasi,
Analisa dan Rencana)

15. Penggunaan alat implan dalam pelayanan bedah harus mematuhi kaidah berikut:
a. Pemilihan alat berdasarkan ilmu pengetahuan dan penelitian yang ada
b. Modifikasi checklist bedah untuk memastikan alat implan tersedia di ruang
operasi dan pertimbangan khusus dalam penandaan lokasi operasi
c. Kompetensi dan pelatihan staf teknis yang berasal dari sumber luar diperlukan
selama prosedur implantasi
d. Pengetahuan dan pelaporan kejadian sampingan terkait penggunaan alat implan
e. Pertimbangan kontrol infeksi yang unik
f. Instruksi discharge khusus untuk pasien
g. Kemampuan alat implan untuk dilacak jika ada penarikan alat

Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 20 Maret 2014

Direktur Utama,

MURSYID BUSTAMI
NIP.196209131988031002

Tembusan:
1. Para Direktur RS Pusat Otak Nasional
2. Komite Medik RS Pusat Otak Nasional
3. Kepala Instalasi RS Pusat Otak Nasional
4. Kepala Bidang RS Pusat Otak Nasional

Anda mungkin juga menyukai