Masterplan Peternakan2016
Masterplan Peternakan2016
Masterplan Peternakan2016
Diterbitkan oleh:
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah
Jl. Jenderal Gatot Soebroto TARUBUDAYA
Telp. 024 - 6921023, Fax. 024 6921397, Ungaran 50501
Penanggung Jawab
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah
Pelaksana Editor
Sub Bagian Program
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah
Penulis
Tim Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah
bekerjasama dengan
Tim Undip
Prof.Dr.Ir. Mukh Arifin, M.Sc
Prof.Dr. Edy Rianto, M.Sc.
Prof.Dr. Edjeng Suprijatna, M.P.
Dr.Ir. Siswanto Imam Santoso, M.P.
Agung Subrata, S.Pt., MP.
Editor
Ir. Suyatno
Hartadi Prasetyo, S.Pt, M.Si.
Pengolah Data
Prasetyo Nugroho, S.Pt, M.Si.
Athoillah, S.Pt.
Drh. Edy Dharma.
Desain Cover
Dwi Retno Utami, S.Pt.
Prasetyo Nugroho, S.Pt, M.Si.
Kontak
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah
Sub Bagian Program
Email : [email protected]
WEB : http//dinakkeswan.jatengprov.go.id
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
iv
V. PENGEMBANGAN KOMODITAS TERNAK .................................. 80
v
5.31. Kota Surakarta ................................................................... 109
5.32. Kota Salatiga ..................................................................... 110
5.33. Kota Semarang .................................................................. 111
5.34. Kota Pekalongan ................................................................ 112
5.35. Kota Tegal ......................................................................... 113
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
vii
Tabel 3.15. Rekapitulasi Hasil Pemeriksaan Kebuntingan
(PKB) di Jawa Tengah ....................................... 31
viii
Tabel 6.2. Program dan Kegiatan Pengembangan Sentra
Peternakan Sapi Potong .................................... 123
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN 1. DATA PENDUKUNG BIOMASSA PAKAN PENGEMBANGAN
KAWASAN PETERNAKAN PROVINSI JAWA TENGAH ................ 133
x
LAMPIRAN 15. PETA DAERAH ENDEMIK ANTHRAX DI PROVINSI JAWA
TENGAH .......................................................................... ... 148
xi
I. PENDAHULUAN
Sektor peternakan merupakan salah satu bidang usaha yang hampir merata
tersebar dan dilakukan oleh sebagian besar masyarakat di Jawa Tengah. Provinsi
Jawa Tengah merupakan salah satu penyangga kebutuhan nasional, dengan
komoditas utama yaitu daging, telur dan susu. Ketiga komoditas tersebut harus
ditunjang dengan ketersediaan populasi ternak yang memadai dengan
produktivitas tinggi. Masyarakat peternakan di Jawa Tengah sebagai salah satu
pemangku kepentingan (stakeholders) berperan sangat penting dalam upaya
pembangunan peternakan dan kesehatan hewan, karena masyarakat adalah
pelaku utama bidang peternakan dan kesehatan hewan.
Maksud disusunnya master plan ini adalah untuk menjadi dokumen arahan
bagi semua stakeholder dalam pengembangan kawasan peternakan Jawa Tengah.
Tujuan penyusunan master plan pengembangan kawasan peternakan meliputi:
1.4. Pengertian
h. Action Plan adalah rencana aksi atau rancang bangun dan instrumen
perencanaan untuk menjabarkan secara lebih operasional master plan
yang disusun Provinsi untuk diterapkan di kabupaten/kota.
i. Data tabular adalah data series yang secara berkala diterbitkan oleh
suatu instansi: Badan Pusat Statistik (BPS), Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinak Keswan Provinsi Jawa Tengah.
j. Data spasial adalah data tingkat penyebaran ternak dan produknya yang
dapat terletak di daerah tertentu di seluruh wilayah Indonesia.
2.2. Kegiatan
Tahapan kegiatan Master Plan Pengembangan Kawasan Peternakan di
Provinsi Jawa Tengah meliputi: persiapan, kajian teknis, pengumpulan data,
pengolahan data, pemetaan potensi wilayah dan penyusunan laporan.
2.2.1. Persiapan
Persiapan ini berupa serangkaian kegiatan seperti konsolidasi tim,
penyamaan persepsi antar anggota tim mengenai tujuan dan sasaran kegiatan,
inventarisasi data-data yang diperlukan serta sumber-sumbernya.
Tahun Kenaikan/Penurunan
No. Jenis Ternak
2013 (ek) 2014 (ek) (ekor) (%)
8 Ayam Ras
Petelur 21.630.154 20.293.547 (1.336.607) (6,18)
9 Ayam Ras
Pedaging 103.964.760 108.195.894 4.231.134 4,07
Keterangan: *) Populasi sapi potong, sapi perah dan kerbau tahun 2013 hasil Sensus Pertanian
(ST2013).
Tabel 3.2. Perkembangan Produksi Daging (karkas+ edible oval) di Jawa Tengah
Tahun 2013-2014.
2 Sapi Perah *) 0 0 0 0
16 Merpati 0 12.568 0 0
Keterangan: *) Produksi daging sapi perah dihitung ke dalam produksi daging sapi potong.
Menurut Tabel 3.3. pada tahun 2014 tercatat produksi susu sapi naik
822.890 liter atau 0,84% dan susu kambing meningkat 92.260 liter atau 29,73%
jika dibandingkan produksi tahun 2013.
Produksi telur di Jawa Tengah tahun 2014 berasal dari produksi telur ayam
ras, ayam buras, itik, entog dan burung puyuh selama tahun 2014. Dibandingkan
dengan produksi telur tahun 2013 terjadi perkembangan seperti pada Tabel 3.4.
Masterplan Pengembangan Kawasan Peternakan di Provinsi Jawa Tengah | 12
Tabel 3.4. Perkembangan Produksi Telur di Jawa Tengah Tahun 2013-2014.
Tahun Kenaikan/Penurunan
No. Jenis Ternak
2013 2014 (kg) (%)
4 Entog - 3.847.222 - -
Sesuai Tabel 3.4. bahwa produksi telur tahun 2014 meningkat yaitu untuk
telur itik 280.023 kg (0,77%) dan burung puyuh 247.548 kg (3,51%). Pada
komodas telur ayam ras mengalami penurunan produksi 12.811.656 kg(6,27%),
dan telur ayam buras produksinya turun 1.437.120 kg (3,94%) dibanding produksi
telur tahun 2013. Secara keseluruhan produksi telur di Jawa Tengah mengalami
penurunan 9.873.982 kg (3,47%). Turunnya produksi telur ini disebabkan cuaca
ekstrim yang terjadi tahun 2014 dan replacement unggas afkir belum masuk masa
produksi.
Produksi hasil ternak lainnya adalah produksi kulit, bulu, tulang, pupuk dan
darah. Fluktuasi produksi sangat terkait erat dengan pemotongan jenis ternak dan
permintaan pasar. Dengan demikian, produksi hasil ternak di Jawa Tengah tahun
2014 merupakan hasil kompilasi produksi dari berbagai kabupaten/kota se-Jawa
Tengah seperti pada Tabel 3.5.
Tahun 2013-2014.
Kenaikan/
Produksi Hasil Ternak Tahun
No. Penurunan
Lainnya
2013 2014 (satuan) (%)
Tahun 2013-2014.
Kenaikan/
Jenis Tahun Penurunan
No.
Ternak
2013 2014 (ekor) (%)
2 Sapi Perah*) 0 0 - -
4 Kuda 27 41 14 51,85
8 Ayam ras
Petelur 8.473.531 8.377.757 (95.774) (1,13)
9 Ayam ras
Pedaging 113.477.015 119.822.622 6.345.607 5,59
13 Burung
Puyuh 384.870 737.074 352.204 91,51
Dari Tabel 3.6. terlihat bahwa pemotongan ternak kerbau, kuda, domba,
ayam pedaging, ayam buras, itik, burung puyuh, dan angsa tahun 2014 mengalami
kenaikan, sedang untuk ternak lainnya seperti kambing, dan ayam petelur
mengalami penurunan dibanding tahun 2013. Turunnya angka pemotongan ternak
tersebut disebabkan adanya pola konsumsi dan preferensi masyarakat terhadap
produksi daging komoditas tertentu.
Tahun Kenaikan/Penurunan
No. Jenis Ternak
2013 2014 (ekor) (%)
2 Sapi Perah 0 0 0 0
Tahun 2013-2014.
2 Sapi Perah - - - -
4 Kuda 15 35 20 133,33
Tahun 2013-2014.
Ternak:
4 Kuda 1 9 8 800,00
Hasil Ternak:
Dari Tabel 3.9. terlihat bahwa pengeluaran ternak sapi perah, kuda,
kambing, ayam dan itik mengalami kenaikan, sedangkan sapi potong, kerbau,
domba, dan babi mengalami penurunan. Pengeluaran hasil ternak terutama kulit
sapi/kerbau, kulit kambing/domba, daging dan susu mengalami kenaikan.
Peningkatan pengeluaran susu yang cukup besar menunjukkan adanya
peningkatan kepercayaan pabrikan terhadap mutu produksi susu Jawa Tengah.
Penurunan pengeluaran hasil ternak terjadi pada produk telur ayam.
Tahun2013 2014.
Tahun Kenaikan/Penurunan
No. Jenis Ternak
2013 2014 (ekor) (%)
Ternak
4 Kuda 0 26 26 0
Hasil Ternak
Tabel 3.11. Konsumsi hasil ternak dan protein hewani di Jawa Tengah
Kenaikan/Penurun
Tahun
No Komoditi Satuan an
Hasil Ternak
Keterangan: Hasil Susenas BPS Jateng diolah oleh BKP Provinsi Jawa Tengah.
3.1.10. PDRB
Tabel 3.12. Perkembangan PDRB Subsektor Peternakan di Jawa Tengah Tahun 2012-2013.
Kenaikan/
Tahun
No. Uraian Penurunan
3. Jumlah Penduduk
Jateng (Org) 33.270.207 33.264.339 (5.868) (0,017)
4. Penyerapan Tenaga
kerja (org) (2013-
2014) 1.210.846 1.239.227 28.381 2,34
Dari Tabel 3.12.terlihat bahwa tahun 2013 terjadi peningkatan PDRB dari
subsektor peternakan dibandingkan dengan tahun 2012. Peningkatan PDRB
tersebut menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi yang mampu diserap dari
subsektor peternakan.
Tahun 2014.
Populasi
Pelaksanaan IB Kelahiran
No. Kabupaten/Kota
Akseptor Inseminasi Jantan Betina Jumlah
34 Kota Pekalongan 91 99 25 29 54
35 Kota Tegal 39 40 4 10 14
Tabel 3.16. Target dan realisasi produksi semen beku tahun 2013 dan tahun 2014.
Tahun 2014.
ASAL
TUJUAN EKOR
1 2 3 4
TUJUAN EKOR
TUJUAN EKOR
Tahun 2014.
TUJUAN
TUJUAN
TUJUAN
TUJUAN
ASAL/TUJUAN
TC 936,CAL9-FT, EC-9
SPR, EC 936, EPY-SPR,
MS-42 SPR, CAL 9-45
Pola kerjasama kemitraan yang dilakukan di Jawa Tengah pada saat ini
didominasi oleh kemitraan dengan komoditas ayam ras pedaging dan sebagian
kecil untuk ayam ras petelur dengan memakai pola inti plasma, sedangkan untuk
komoditas sapi perah pada umumnya adalah kemitraan antara Koperasi Unit Desa
(KUD) dengan peternak sebagai anggotanya. Pembagian hasil dan insentif yang
diberikan oleh perusahaan inti kepada plasma tidak selalu sama, hal ini tergantung
kebijakan disetiap perusahaan inti.
Penyaluran KKP-E pada tahun 2014 berdasarkan laporan yang masuk BRI,
Bank Jateng dan BNI adalah sebesar Rp 385.631.896.797,- yang dialokasikan di 22
Kabupaten/Kota, sedangkan pada tahun 2013 penyaluran KKP-E sebesar Rp
145.257.801.909,-.Sebagian besar realisasi penyaluran KKP-E dilaksanakan oleh
Bank Rakyat Indonesia, dan Bank Jateng. Penyerapan KKP-E tahun 2014 lebih
tinggi dibandingkan penyerapan KKPE tahun 2013, peningkatan penyerapan KKP-
E di Jawa Tengah disebabkan antara lain persyaratan yang lebih mudah, suku
bunga rendah dan lebih fleksibel untuk usaha peternakan tidak diharuskan untuk
pembibitan. Kredit Usaha Rakyat (KUR) kurang diminati oleh peternak hal ini
disebabkan suku bunga yang ditetapkan dirasa cukup tinggi (14%), pada tahun
2014 penyaluran KUR melalui Bank Jateng sebesar Rp 47.885.619,- dan melalui
Bank Negara Indonesia dengan jumlah dana yang disalurkan sebesar Rp
2.660.000.000,-.
Bantuan modal usaha bagi peternak dari Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan yang ada di Badan Usaha Milik Negara merupakan bentuk kepedulian
BUMN dalam membantu usaha kecil/koperasi dan masyarakat disekitar BUMN.
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No. Per-
05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan
Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan disebutkan bawa setiap BUMN wajib
menyisihkan maksimal 2% laba bersih setelah dipotong pajak untuk
Kelas yang dicapai sampai di Jawa Tengah adalah : Kelas Pemula 5.271
kelompok, Kelas Lanjut 1.538 kelompok, Kelas Madya 202 kelompok dan Kelas
Utama 37 kelompok.
Jumlah Lama
No. Nama Kegiatan Pelatihan
Peserta (hari)
9. SL Agribisnis Kambing/Domba 90 6
Aparatur
Jumlah (III) 14
2) Anthrax
3) Brucellosis
Hog Cholera atau yang dikenal pula dengan classical swine fever atau
sampar babi. Disebabkan oleh virus dari genus Pestivirus termasuk family
Flaviviridae. Virus ini sangat mirip dengan virus penyebab penyakit Bovine
Viral Diarrhea (BVD) dan Border Diseases pada kambing dan domba.
Tingkat keparahan Hog Cholera bervariasi tergantung keganasan strain
virus penyebabnya. Wabah Hog Cholera menimbulkan akibat yang serius
pada perdagangan dan produksi peternakan babi. Penyakit ini sangat
penting untuk direspon karena secara ekonomi sangat merugikan, karena
tidak ada pengobatan yang spesifik yang dapat dilakukan terhadap
kejadian penyakit ini. Tingkat kesakitan dan kematian penyakit ini sangat
tinggi, dapat mencapai 90% yang menyerang peternakan babi yang tidak
divaksinasi.
6) SE
7) Mastitis
Pos Lalu Lintas Ternak (PLLT) merupakan salah satu unit dimana
keberadaannya sangat potensial dalam mencegah timbulnya/masuknya berbagai
penyakit hewan menular. Pengawasan dan pemeriksaan ternak di PLLT perlu
ditingkatkan. Selain itu, juga perlu peningkatan kedisiplinan petugas dalam
melaksanakan pemeriksaan dan pengawasan ternak yang lewat dan memberikan
tindakan/sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku secara tegas.
Jawa Tengah merupakan Provinsi yang memiliki letak strategis yaitu berada
diantara dua Provinsi dan dilewati lalu lintas ternak yang datang dari daerah
pemasok ternak yaitu Provinsi Jawa Timur dan Bali untuk dikirim ke daerah
konsumen yaitu daerah DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat. Disamping itu Jawa
Tengah sendiri merupakan pemasok ternak untuk DKI Jakarta dan Provinsi Jawa
Barat.
Secara teknis Pos lalu lintas ternak berfungsi sebagai barier dalam
penyebaran penyakit hewan, dengan fungsi utama mencegah masuknya penyakit
hewan menular strategis ke provinsi Jawa Tengah dan mencegah keluarnya
penyakit hewan menular dari wilayah Jawa Tengah. Selain itu PLLT juga berfungsi
untuk mengetahui jumlah dan jenis komoditas ternak yang disuplai dari wilayah
Jawa Tengah ke wilayah konsumen (Jawa Barat dan DKI Jakarta), serta jumlah
dan komoditas ternak yang masuk ke wilayah Jawa Tengah.
TAHUN 2014
1 Pengawasan Lalu
Lintas Ternak di
PLLT
Ternak masuk wilayah Jawa Tengah 9 lokasi PLLT sejumlah 7.741 ekor
ternak besar yang terdiri atas 7.493 ekor sapi dan 248 ekor kerbau. Ternak kecil
sebanyak 839 ekor terdiri atas 526 ekor kambing, 26 ekor domba, 287 ekor babi,
4.307.519 ekor unggas dan 8.890.001 ekor DOC.
Pelayanan kesehatan hewan pada ternak besar dan ternak kecil secara aktif
di Kab/Kota di wilayah Jawa Tengah selama tahun 2014 sebanyak 59.319 ekor
terdiri atas ternak besar (sapi dan kerbau) sebanyak 40.993 ekor dan ternak kecil
(kambing dan domba) sebanyak 18.326 ekor. Dari jumlah tersebut, untuk ternak
besar dan ternak kecil sebagian besar merupakan terapi sehat menggunakan
vitamin/multivitamin, dan sisanya merupakan pengobatan suportif/simptomatis,
terapi antiparasitika serta pengobatan kulit dan ektoparasit. Selain pelayanan aktif,
Tahun 2014 ini ditemukan 40 ekor sapi yang positif RBT sehingga harus
dilakukan pengujian lanjutan yaitu CFT. Uji CFT diperlukan untuk meneguhkan
diagnosa Brucellosis. Apabila hasil CFT menunjukkan hasil positif maka ternak
tersebut harus dipotong paksa agar tidak menjadi sumber penularan pada ternak
Dengan melihat dampak negatif dari pemakaian obat hewan yang tidak
sebagaimana mestinya, maka kebijakan pengaturan, pengawasan peredaran dan
pemakaian obat hewan perlu dilakukan secara ketat dan berkesinambungan.
Pengawasan obat hewan diperlukan antara lain untuk menjaga mutu atau kualitas,
keamanan, potensi obat hewan, menertibkan usaha obat hewan, dan mencegah
terjadinya penyalahgunaan obat hewan serta membimbing usaha obat hewan.
2) Pengawasan Qurban
Setiap hari raya Idul Qurban masyarakat muslim di Jawa
Tengah melaksanakan penyembelihan hewan Qurban, baik sapi,
kambing, domba maupun kerbau. Pelaksanaan penyembelihan hewan
Qurban dilaksanakan di tempat-tempat terbuka seperti di Masjid-
masjid, musholla atau tempat lain dan sebagian di RPH. Pengawasan
Hewan Qurban dilaksanakan agar pelaksanaan penyembelihan hewan
sesuai dengan syariat agama Islam serta daging ditangani secara
higienis sesuai dengan persyaratan Kesmavet. Disamping itu apabila
terjadi atau ditemukan penyakit hewan menular yang dapat
(Kel Kramat
Utara)
Pangan yang aman, bermutu, bergizi, beragam dan tersedia secara cukup
merupakan prasyarat utama yang harus dipenuhi dalam upaya terselenggaranya
suatu sistem pangan yang memberikan perlindungan bagi kepentingan kesehatan
(UU No. 7 Tahun 1996). Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang
diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan
benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan
Analisis SWOT dilakukan melalui tiga tahapan yaitu: (1) inventarisasi secara
mendalam faktor-faktor internal dan eksternal; (2) penentuan bobot dan
ranking masing-masing faktor penentu dan penetapan skor masing-masing faktor
penentu. Faktor internal mencakup srenghts (kekuatan) dan weakness
(kelemahan), sedangkan faktor eksternal mencakup opportunities (peluang)
dan threats (ancaman). Faktor lingkungan internal dan eksternal dijabarkan
dalam strengts, weaknes, opportunities dan threats sebagai berikut :
a. Kekuatan (Strength=S):
b. Kelemahan (Weakness=W)
Faktor-faktor yang tergolong kelemahan (keterbatasan) dalam
rangka pengembangan peternakan Provinsi Jawa Tengah adalah :
1. Kualitas HPT terutama kandungan protein dan energi masih
rendah (W1);
2. Keterbatasan akses mendapatkan sumberdaya pakan
asal agroindustri perkebunan (W2);
3. Sumber pakan hasil ikutan agroindustri pertanian (dedak)
terpencar dengan volume terbatas (W3);
4. Fasilitas pengolahan pakan di tingkat peternak masih terbatas
dan tidak berfungsi optimal (W4);
5. Daya saing produk peternakan lokal masih rendah (W5);
6. Industri hilir belum berkembang (W6);
7. SDM dan Fasilitas penunjang pengembangan peternakan
belum optimal penggunaannya bahkan beberapa fasilitas masih
terbatas (W7);
c. Peluang (Opportunity=O)
Faktor-faktor yang merupakan peluang pengembangan peternakan
di Provinsi Jawa Tengah adalah :
1. Teknologi pengolahan pakan telah tersedia (O1);
2. Kebutuhan pakan konsentrat tinggi (O2);
3. Peluang pasar ternak dan produk peternakan khususnya
pasar antara pulau sangat terbuka. Tingkat konsumsi produk
ternak terutama daging dan telur cukup tinggi dan cenderung
sangat elastis terhadap peningkatan pendapatan penduduk (O3);
4. Kebijakan swasembada daging baik tingkat provinsi maupun
nasional (O4);
5. Melemahnya potensi pasokan dari beberapa wilayah sentra
produksi ternak nasional sementara konsumsi pada tingkat
nasional terus mengalami peningkatan, khususnya di wilayah DKI
Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Timur, termasuk Jawa Tengah
(O5).
2. Strategi S-T:
Strategi S-T yang perlu ditempuh terdiri dari beberapa strategi
spesifik berikut :
a. Peningkatan akses terhadap sumberdaya pakan terutama
sumber pakan yang berasal dari agroindustri pertanian
(limbah pertanian);
3. Strategi W-O:
Strategi W-O yang perlu ditempuh terdiri dari beberapa strategi
spesifik berikut :
a. Fasilitasi pemerintah daerah dalam menjamin pasokan
bahan pakan terutama dari wilayah pertanian/perkebunan;
b. Pengembangan wilayah atau sentra pembibitan melalui
regulasi pemerintah daerah yang didukung oleh pemerintah
pusat dalam penetapan kawasan pengembangan peternakan
sebagai sumber bibit dan bakalan.
4. Strategi W-T:
Strategi W-T yang perlu ditempuh terdiri dari beberapa strategi
spesifik berikut :
a. Peningkatan kerjasama dengan pihak pertanian /
perkebunan sebagai sumber bahan pakan dan kawasan
pengembangan peternakan yang difasilitasi pemerintah
daerah dan didukung oleh pemerintah pusat;
1. Integrated Farming
Pengembangan peternakan terutama di sentra pengembangan
dilakukan secara terintegrasi dengan kegiatan usahatani untuk optimasi
pemanfaatan sumberdaya pakan yang tersedia.
2. Community Based Farming
Pengembangan peternakan di Provinsi Jawa Tengah dalam kerangka
pemberdayaan masyarakat dan pengembangan ekonomi rakyat dengan
pemanfaatan potensi wilayah.
3. Market Oriented
Pengembangan usaha ternak yang dikembangkan masyarakat diarahkan
untuk memenuhi kebutuhan permintaan pasar, baik permintaan pasar
lokal dalam jangka pendek maupun permintaan dari luar
wilayah/ekspor dalam jangka panjang.
No Sasaran Program
1 Optimalisasi pemanfaatan Program pengembangan jenis
dan akses pakan hijauan pakan, peningkatan mutu
pakan, ketersediaan dan akses pakan
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. 2015. Jawa Tengah Dalam
Angka 2015.
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah. 2015. Data
Fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2015.
PADI JAGUNG
LAHAN PAKAN TOTAL (TON
Kabupaten/Kota (DEDAK&JERAMI) (PIPIL&JERAMI)
(TON BK) BK)
(TON BK) (TON BK)
1 Cilacap 30 5 15 2 6 6 10 6 5 2 65 rekomended
2 Banyumas 30 5 15 2 6,5 3 10 6,5 5 2 66 rekomended
3 Purbalingga 30 10 15 2 6 6 10 6 5 2 70 rekomended
4 Banjarnegara 30 10 15 2 6 6 10 6 5 2 70 rekomended
5 Kebumen 30 20 5 2 8 3 10 8 5 2 72 rekomended
6 Purworejo 30 5 15 2 6 6 10 6 5 2 65 rekomended
7 Wonosobo 30 5 15 2 6 6 10 6 5 2 65 rekomended
8 Magelang 30 20 15 2 4,5 3 10 4,5 5 2 79 rekomended
9 Boyolali 30 20 15 2 3 3 10 3 5 2 77 rekomended
10 Klaten 30 20 20 2 4,5 6 10 4,5 5 2 84 rekomended
11 Sukoharjo 30 5 15 2 8 3 10 8 5 2 67 rekomended
12 Wonogiri 30 20 15 2 6 3 10 6 5 2 80 rekomended
13 Karanganyar 30 20 15 2 4,5 6 10 4,5 5 2 79 rekomended
14 Sragen 30 20 15 2 3 6 10 3 5 2 77 rekomended
15 Grobogan 30 20 15 2 6 6 10 6 5 2 80 rekomended
16 Blora 30 20 15 2 6 6 10 6 5 2 80 rekomended
17 Rembang 30 20 15 2 6 6 10 6 5 2 80 rekomended
18 Pati 30 20 15 2 4,5 3 10 4,5 5 2 79 rekomended
19 Kudus 30 5 15 2 6 6 10 6 5 2 65 rekomended
20 Jepara 30 5 15 2 4,5 6 10 4,5 5 2 64 rekomended
21 Demak 30 5 15 2 6 6 10 6 5 2 65 rekomended
22 Semarang 30 20 15 2 3 3 10 3 5 2 77 rekomended
23 Temanggung 30 20 15 2 8 6 10 8 5 2 82 rekomended
24 Kendal 30 10 15 2 6 6 10 6 5 2 70 rekomended
25 Batang 30 5 15 2 6 6 10 6 5 2 65 rekomended
26 Pekalongan 30 5 15 2 6 6 10 6 5 2 65 rekomended
27 Pemalang 30 10 15 2 6 6 10 6 5 2 70 rekomended
28 Tegal 30 5 15 2 6 6 10 6 5 2 65 rekomended
29 Brebes 30 20 15 2 4,5 6 10 4,5 5 5 82 rekomended
30 Kota Magelang 30 5 15 2 6 6 10 6 5 2 65 rekomended
31 Kota Surakarta 30 5 15 2 6 6 10 6 5 2 65 rekomended
32 Kota Salatiga 30 5 5 2 4,5 6 10 4,5 5 2 54 not
33 Kota Semarang 30 5 15 2 6 3 10 6 5 2 65 rekomended
34 Kota Pekalongan 30 5 15 5 4,5 3 10 4,5 5 2 67 rekomended
35 Kota Tegal 10 5 5 2 6 6 10 6 5 2 35 not
No. Kabupaten / Kota Sapi Potong Kerbau Sapi Perah Kambing Domba Ayam Lokal Itik
1 Kab. Cilacap v
2 Kab. Banyumas v
3 Kab. Purbalingga v
4 Kab. Banjarnegara v
5 Kab. Kebumen v
6 Kab. Purworejo v
7 Kab. Wonosobo v
8 Kab. Magelang v
9 Kab. Boyolali v
10 Kab. Klaten v
11 Kab. Sukoharjo v
12 Kab. Wonogiri v
13 Kab. Karanganyar v
14 Kab. Sragen v
15 Kab. Grobogan v
16 Kab. Blora v
17 Kab. Rembang v
18 Kab. Pati v
19 Kab. Kudus v
20 Kab. Jepara v
21 Kab. Demak v
22 Kab. Semarang v
23 Kab. Temanggung v
24 Kab. Kendal v
25 Kab. Batang v
26 Kab. Pekalongan v
27 Kab. Pemalang v
28 Kab. Tegal v
29 Kab. Brebes v
30 Kota Semarang v
31 Kota Pekalongan v
JUMLAH 9 6 3 5 3 1 4