III
III
III
STERILISASI
Sterilisasi adalah suatu proses mematikan mikroorganiseme yang mungkin ada
pada suatu benda. Secara umum terdapat tiga tehnik yang biasa digunakan untuk
sterilisasi. Menurut (Suriawati 2005), Sterilisasi yang umum dilakukan dapat
berupa:
A. Sterilisasi kimiawi
Yakni sterilisai dengan menggunakan desinfektan, larutan alkohol,
larutan formalin, larutan AMC (campuran asam klorida dengan garam
Hg). Dengan larutan-larutan dan desinfektan tersebut mikroba dapat
dimatikan karena tekanan osmotik dan dehidrasi protein pada
substrat.
B. Sterilisasi Mekanik
Yakni sterilisasi dengan melakukan penyaringan mikroba dengan cara
filter khusus, misalnya filter Berkefeld, filter Chamberland, dan filter
Seitz. Jenis filter yang diguankan bergantung pada tujuan
penyaringandan benda yang akan disaring. Sterilisasi ini ditujukan
untuk bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik
(Surawiria,1986).
Di pihak lain, sterilisasi kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan gas atau
radiasi. Pemilihan metode didasarkan pada sifat bahan yang akan disterilkan.
Metode sterilisasi yang umum digunakan secara rutin di laboratorium
mikrobiologi adalah yang menggunakan panas (Hadioetomo. dkk, 1993).
Hadioetomo, R. , 1993, Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium
Mikrobiologi, Jakarta : Gramedia.
Suriawiria, U, 2005, Mikrobiologi Dasar, Papas Sinar Sinanti, Jakarta.
Bekerja Aseptik Teknik aseptis atau steril adalah suatu sistem cara bekerja/praktek yang menjaga
sterilitas ketika menangani pengkulturan mikroorganisme untuk mencegah kontaminasi terhadap kultur
mikroorganisme yang diinginkan. Mikroorganisme dapat juga berasal dari tangan praktikan, sarung
tangan atau jas laboratorium karena pergerakan lengan yang relatif cepat. Penggunaan teknik aseptik
meminimalisir material yang digunakan terhadap agen pengontaminasi. Pada kenyataanya teknik
aspetis tidak dapat melindungi secara sempurna dari bahaya kontaminan. Namun semakin banyak
belajar dari pengalaman maka semakin mengurangi resiko yang ditimbulkan (Suhardi 2008). Teknik
aseptik sangat diperlukan untuk menghindarkan mikroorganisme dari kontaminan yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroba. Teknik aseptis digunakan sepanjang kegiatan berlangsung, baik
alat, bahan, lingkungan sekitar maupun praktikannya. Untuk alat dan bahan praktikum dapat diterapkan
metode sterilitas. Penguasaan teknik aseptik ini sangat diperlukan dalam keberhasilan laboratorium
mikrobiologi dan hal tersebut merupakan salah satu metode permulaan yang dipelajari oleh ahli
mikrobiologi (Oram 2001). Teknik aseptis sangat penting dalam pengerjaan mikrobiologi yang
memerlukan ketelitian dan keakuratan disamping kesterilan yang harus selalu dijaga agar terbebas dari
kontaminan yang dapat mencemari. Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan komplek.
Beratus-ratus spesies berbagai mikroba biasanya menghuni bermacam-macam bagian tubuh kita,
termasuk mulut, saluran pencernaan, dan kulit. Sekali bersin terdapat beribu-ribu mikroorganisme
sehingga diperlukan teknik yang dapat meminimalisirnya seperti pengisolasian (Pelczar and Chan 1986).
3. Sterilisasi Sterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan semua organisme yang teradapat
pada suatu benda. Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu penggunaan panas
(pemijaran dan udara panas);
5 penyaringan; penggunaan bahan kimia (etilena oksida, asam perasetat, formaldehida dan
glutaraldehida alkalin) (Hadioetomo 1993). Bahan ataupun peralatan yang digunakan dalam praktikum
mikrobiologi harus dalam keadaan steril (Unus Suriawiria 1995). Yang dimaksud steril berarti pada bahan
atau peralata tersebut tidak didapatkan mng tidak diharapkan kehdirannya, baik mikroba yang akan
mengganggu atau merusak media ataupun mengganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan
(Unus Suriawiria 1995). Steril berarti akan didapatkan melalui sterilisasi, yang berarti proses atau
kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan. Pada prinsipnya
sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisika dan kimiawi. Beberapa macam
radiasi dapat bersifat letal (mematikan) terhadap selsel mikroba dan juga sel-sel organisme lain. Radiasi
macam ini meliputi bagian dari spektrum elektromagnetik (radiasi ultraviolet, gama, dan sinar X) dan
sinar-sinar katode (elektron berkecepatan tinggi). (Michael J. et. al 2005). Sterilisasi ini menggunakan
sinar gelombang pendek (220-290) nm, berguna untuk mensterilkan udara, air, plasma darah. Sinar ultra
ungu daya penetrasinya lemah dilewatkan (dialirkan) atau ditempatkan langsung dibawah sinar ultra
ungu dalam lapisan-lapisan tipis. Sterilisasi dengan uap air panas, bahan yang mengandung cairan tidak
dapat didterilkan dengan oven sehingga digunakan alat ini. alat ini disebut Arnold steam sterilizer
dengan suhu 1000Cdalam keadaan lembab. Secara sederhana dapat pula digunakan dandang. Mula-
mula bahan disterilkan pada suhu 1000C selama 30 menit untuk membunuh sel-sel vegetatif mikrobia.
kemudian disimpan pada suhu kamr 24 jam untuk memberi kesempatan spora tumbuh menjadi sel
vegetatif, lalu dipanaskan lagi 1000C 30 menit. dan diinkubasi lagi 24 jam dan disterilkan lagi, jadi ada 3
kali sterilisasi. Banyak bakteri berspora belum mati dengan cara ini sehingga dikembangkan cara
berikutnya yaitu uap air bertekanan (Machmud 2008). Sterilisasi bahan yang tidak tahan panas, seperti
misalnya ekstrak tanaman, media sintetik tertentu, dan antibiotik dilakukan dengan
6 penyaringan. Dasar metode ini semata-mata ialah proses mekanis yang membersihkan larutan atau
suspensi dari segala organisme hidup dengan melewatkannya pada suatu saringan, misalnya
menggunakan saringan Seitz. Cara lain untuk sterilisasi ialah menggunakan radiasi. Bahan radiasi yang
umum digunakan yaitu sinar gamma (Khopkar 2003).
STERILISASI Kompetensi : mahasiswa mengetahui sterilisasi dengan autoklaf, filtrasi,
tyndalisasi mahasiswa dapat melakukan kerja aseptis Sterilisasi :
1. Pengertian sterilisasi
2. Macam-macam sterilisasi
a. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi)
b. Sterilisasi secara fisik
Pemanasan
- Dengan api langsung
- Panas kering
- Uap air panas
- Uap air panas bertekanan
Penyinaran UV
c. Sterilisasi secara kimia dengan larutan disinfektan
3. Prosedur/Teknik aseptis
a. Mensterilkan meja kerja
b. Memindahkan biakan (streak)
c. Menuang media
d. Pipetting
4. Prinsip cara kerja autoklaf
5. Sterilisasi dengan cara penyaringan
6. Tyndalisasi
7. Sterilisasi dengan udara panas
8. Prinsip kerja Biological Safety Cabinet Dasar Teori
Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau
benda dari semua bentuk kehidupan. Macam-macam sterilisasi
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara
mekanik, fisik dan kimiawi.
1. Sterilisai secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang
berpori sangat kecil (0.22mikron atau 0.45 mikrob) sehingga mikroba
tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan
yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik.
2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
Pemanasan
20
a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api
secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang
L, dll.
b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C.
Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari
kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.
c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan
yang mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini
supaya tidak terjadi dehidrasi.
d. Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf
Penyinaran dengan UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi,
misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada
permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV
3. Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa
desinfektan antara lain alkohol.
21 Berbagai prosedur umum kerja dalam mikrobiologi yang membutuhkan teknik aseptis
Desinfeksi meja kerja
22
23
24
25 Saran-saran kerja aseptis :
1. Sebelum membuka ruangan atau bagian steril di dalam
tabung/cawan/erlenmeyer sebaiknya bagian mulut (bagian yang
memungkinkan kontaminan masuk) dibakar/dilewatkan api terlebih
dahulu.
2. Pinset, batang L, dll dapat disemprot dengan alkohol terlebih dahulu lalu
dibakar.
3. Ujung jarum inokulum yang sudah dipijarkan harus ditunggu dingin
dahulu atau dapat ditempelkan tutup cawan bagian dalam untuk
mempercepat transfer panas yang terjadi.
4. Usahakan bagian alat yang diharapkan dalam kondisi steril didekatkan ke
bagian api.
5. Jika kerja di SafetyCabinet tidak perlu memakai pembakar bunsen tetapi
jika di luar Safety Cabinet maka semakin banyak sumber api maka
semakin terjamin kondisi aseptisnya Prinsip cara kerja autoklaf
Seperti yang telah dijelaskan sebagian pada bab pengenalan alat, autoklaf
adalah alat untuk memsterilkan berbagai macam alat & bahan yang
menggunakan tekanan 15 psi (2 atm) dan suhu 1210C. Untuk cara kerja
penggunaan autoklaf telah disampaikan di depan. Suhu dan tekanan tinggi yang
diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang
lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk
mesterilkan media digunakan suhu 1210C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa)
selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 1210C atau 249,8 0F adalah karena air
mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi
pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 1000C,
sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan
tekanan 15 psi maka air akan memdididh pada suhu 1210C. Ingat kejadian ini
hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian
tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf
diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20
psi supaya tercapai suhu 1210C untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan
akan mati jika dididihkan pada suhu 1210C dan tekanan 15 psi selama 15 menit.
Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoklaf lama kelamaan
akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi
autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup
uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai
tekanan dan suhu yang sesuai., maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai
menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas
dimatikan dan tekanan dibiarkan turun
perlahan hingga mencapai 0 psi.
Autoklaf tidak boleh dibuka sebelum
tekanan mencapai 0 psi.
Untuk mendeteksi bahwa
autoklaf bekerja dengan sempurna
dapat digunakan mikroba pengguji
yang bersifat termofilik dan memiliki
26
endospora yaitu Bacillus stearothermophillus, lazimnya mikroba ini tersedia
secara komersial dalam bentuk spore strip. Kertas spore strip ini dimasukkan
dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses sterilisai lalu ditumbuhkan pada
media. Jika media tetap bening maka menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan
baik.
Beberapa media atau bahan yang tidak disterilkan dengan autoklaf adalah :
Bahan tidak tahan panas seperti serum, vitamin, antibiotik, dan enzim
Paelarut organik, seperti fenol
Buffer engan kandungan detergen, seperti SDS
Untuk mencegah terjadinya presipitasi, pencoklatan (media menjadi
coklat) dan hancurnya substrat dapat dilakukan pencegahan sbb :
Glukosa disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau senyawa
fosfat
Senyawa fosfat disterilkan terpisah dengan asam amino (peptone) atau
senyawa garam mineral lain.
Senyawa garam mineral disterilkan terpisah dengan agar
Media yang memiliki pH > 7,5 jangan disterilkan dengan autoklaf Jangan
mensterilisasi larutan agar dengan pH < 6,0
Erlenmeyer hanya boleh diisi media maksimum dari total volumenya,
sisa ruang dibirkan kosong. Jika mensterilkan media 1L yang ditampung pada
erlenmeyer 2L maka sterilisasi diatur dengan waktu 30 menit. Sterilisasi dengan penyaringan (filtrasi)
Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk
mensterilisasi cairan yagn mudah rusak jika terkena panas atu
mudah menguap (volatile). Cairan yang disterilisasi dilewatkan ke
suatu saringan (ditekan dengan gaya sentrifugasi atau pompa
vakum) yang berpori dengan diameter yang cukup kecil untuk
menyaring bakteri. Virus tidak akan tersaring dengan metode ini.
Sterilisasi dengan penyaringan dapat dilakukan dengan
berbagai cara :
Non-disposable filtration apparatus
- Disedot dengan pompa vakum
- Volume 20-1000 ml
Disposable filter cup unit
- Disedot dengan pompa vakum
- Volume 15-1000 ml
Disposable filtration unit dengan botol penyimpan
- Disedot dengan pompa vakum
- Volume 15-1000 ml
Syringe filters
- Ditekan seperti jarum suntik
- Volume 1-20 ml
27
Spin filters
- Ditekan dengan gaya setrifugasi
- Volume kurang dari 1 ml Cara kerja menggunakan nondisposable filtration apparatus
Sterilkan saringan (dapat menggunakan saringan Bekerfeld, Chamberland
Zeitz), membran penyaring (kertas saring) dan erlenmeyer penampung.
Pasang atau rakit alat-alat tersebut secara aseptis (sesuai gambar), lalu isi
corong dengan larutan yang akan disterilkan.
Hubungkan katup erlenmeyer dengan pompa vakum kemudian hidupkan
pompa.
setelah semua larutan melewati membran filter
dantertampung dierlenmeyer, maka larutan dapat dipindahkan
kedalam gelas penampung lain yang sudah steril dan tutup dengan kapas
atau aluminium foil yang steril.
Tyndalisasi
Konsep kerja metode ini merip dengan mengukus. Bahan yang
mengandung air dan tidak tahan tekanan atau suhu tinggi lebih tepat disterilkan
dengan metode ini. Misalnya susu yang disterilkan dengan suhu tinggi akan
mengalami koagulasi dan bahan yang berpati disterilkan pada suhu bertekanan
pada kondisi pH asam akan terhidrolisis.
-
28 Cara kerja :
Bahan dimasukkan kedalam erlenmeyer atau botol dan ditutup rapat
dengan sumbat atau aluminium foil.
Erlenmeyer/botol lalu dimasukkan kedalam alat sterilisasi (alat standar
menggunakan Arnold Steam Sterilizen atau dandang).
Nyalakan sumber panas dan tunggu hingga termometer menunjukkan suhu
1000C kemudian hitung waktu mundur hingga 30 menit (uap panas yang
terbentuk akan mematikan mikroba).
Setelah selesai alat sterilisasi dimatikan dan bahan yang steril dikeluarkan.
Setelah 24 jam, bahan tersebut di sterilkan lagi dengan cara yang sama,
sedang waktu ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan spora atau sel
vegetatif yang belum mati untuk tumbuh sehingga mudah dibunuh. Sterilisasi dengan udara panas (Dry
heat sterilization)
Sterilisasi dengan metode ini biasanya digunakan untuk peralatan gelas
seperti cawan petri, pipet ukur dan labu erlenmyer. Alat gelas yang disterilisasi
dengan udara panas tidak akan timbul kondensasi sehingga tidak ada tetes air
(embun) didalam alat gelas.
Bungkus alat-alat gelas dengan kertas payung atau aluminium foil
Atur pengatur suhu oven menjadi 1800C dan alat disterilkan selama 2-3
jam. Prinsip kerja Biological Saferty Cabinet
Biological Safety Cabinet merupakan kabinet kerja yang sterilkan untuk
kerja mikrobiologi. BSC memiliki suatu pengatur aliran udara yang menciptakan
aliran udara kotor (dimungkinkan ada kontaminan) untuk disaring dan
diresirkulasi melalui filter.
BSC juga disebut biosafety hood, dan juga dikenal dengan Laminar
flowhood atau Class II vertical flow cabinet yang menyediakan alat filtrasi dan
aliran udara yang bersirkulasi didalam ruang kerja. Aliran udara diatur untuk
menghambat udara luar masuk dan udara di dalam keluar, untuk mencegah
kontaminasi dari luar dan pencemaran bakteri dari ruang BSC. Udara yang keluar
disaring melewati penyaring sehingga sel-sel yang berbahaya tidak lepas keluar
ke ruangan lain. Berbagai kelas Biological Safety Cabinet.
29
BSC yang dimiliki Lab mikrobiologi merupakan BSC
kelas II yang memiliki konfigurasi udara seperti gambar
disamping ini. Udara yang berasal dari luar kabinet akan
langsung terserap masuk kesaluran bawah yang bergabung
dengan udara dari meja kerja yang dimungkinkan mengandung
bakteri yang digunakan untuk kerja. Udara dari meja kerja
disedot dari depan meja kerja. Kemudian udara kotor ini
disaring oleh penyaring HEPA dan disirkulasikan keluar
kabinet atau kembali lagi ke meja kerja sebagai udara bersih.
PENDAHULUAN
Sterilisasi adalah suatu proses dimana kegiatan ini bertujuan untuk membebaskan alat ataupun bahan
dari berbagai macam mikroorganisme. Suatu bahan bisa dikatakan steril apabila bebas dari mikroorganisme
hidup yang patogen maupun tidak baik dalam bentuk vegetatip walaupun bentuk nonvegetatip
(spora) (Anonim , 2011).
1
Sterilkan merupakan kegiatan membebaskan bahan dan alat dari semua organisme hidup. Cara
mensterilkan media yang paling umum dilakukan yairu dengan perlakuan panas lembab dan kering
bergantung pada macam-macam bahan yang akan disterilkan. Sterilisasi dapat pula dilakukan dengan
perlakuan panas kering, kimia, penyaringan, atau radiasi (Anonim2, 2011).
Ada beberapa cara yang sering dilakukan dalam sterilisasi, antara lain sterilisasi secara fisik, kimia, dan
mekanik. Sterilisasi secara fisik dipakai bila selama sterilisasi dengan bahan kimia tidak akan berubah akibat
temperatur tinggi atau tekanan tinggi. Cara membunuh mikroorganisme tersebut adalah dengan panas. Panas
kering membunuh bakteri karena oksidasi komponen-komponen sel. Daya bunuh panas kering tidak sebaik
panas basah. Pemanasan basah dapat memakai otoklaf, tyndalisasi dan pasteurisasi. Otoklaf adalah alat
serupa tangki minyak yang dapat diisi dengan uap air. Tyndalisasi merupakan metode dengan mendidihkan
medium dengan uap beberapa menit saja. Pasteurisasi adalah suatu cara disinfeksi dengan pemanasan untuk
mengurangi jumlah mikrooranisme tanpa merusak fisik suatu bahan. Pemanasan kering dapat memakai oven
dan pembakaran. Selain itu dapat dilakukan penyinaran dengan sinar gelombang pendek (Volk, 1993).
Sterilisasi secara kimia dapat memakai antiseptik kimia. Pemilihan antiseptik terutama tergantung
pada kebutuhan daripada tujuan tertentu serta efek yang dikehendaki. Perlu juga diperhatikan bahwa
beberapa senyawa bersifat iritatif, dan kepekaan kulit sangat bervariasi. Zat-zat kimia yang dapat dipakai
untuk sterilisasi antara lain halogen (senyawa klorin, yodium), alkohol, fenol, hidrogen peroksida, zat warna
ungu kristal, derivat akridin, rosalin, deterjen, logam-logam berat, aldehida, uap formaldehid ataupun beta-
propilakton (Waluyo, 1994).
Sterilisasi secara mekanik dapat dilakukan dengan penyaringan. Penyaringan dengan mengalirkan
gas atau cairan melalui suatu bahan penyaring yang memiliki pori-pori cukup kecil untuk menahan
mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Saringan akan tercemar sedangkan cairan atau gas yang melaluinya
akan steril (Lim, 1998).
Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui cara sterilisasi dengan autoclaf,
tyndalisasi, dan dapat melakukan kerja aseptik.
TINJAUAN PUSTAKA
Adanya pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung
dan tidak sempurnanya proses sterilisasi. Jika sterilisasi berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang
merupakan bentuk paling resisten dari kehidupan mikroba, akan diluluhkan (Lay, 1992).
Biakan murni diperlukan karena semua metode mikrobiologis yang digunakan untuk menelaah dan
mengidentifikasi mikroba, termasuk penelaahan ciri-ciri kultur, morfologis, fisiologis, maupun serologis
memerlukan suatu populasi yang terdiri dari satu macam mikroba saja (Lim, 1998).
Adanya hal tersebut maka perlu dilakukan tahapan penting yaitu sterilisasi, karena sterilisasi ini akan
membantu untuk membebaskan medium pertumbuhan mikroba atau peralatan yang digunakan dari segala
bentuk kehidupan, sehingga lebih mudah dalam melakukan isolasi terhadap mikroba dan
tidak terkontaminasi.
Sterilisasi yang umum dilakukan dapat berupa:
a. Sterilisasi secara fisik (pemanasan, penggunaan sinar gelombang pendek yang dapat dilakukan selama
senyawa kimia yang akan disterilkan tidak akan berubah atau terurai akibat temperatur atau tekanan
tinggi). Dengan udara panas, dipergunakan alat bejana/ruang panas (oven dengan temperatur 170o
180oC dan waktu yang digunakan adalah 2 jam yang umumnya untuk peralatan gelas).
b. Sterilisasi secara kimia (misalnya dengan penggunaan disinfektan, larutan alkohol, larutan formalin).
c. Sterilisasi secara mekanik, digunakan untuk beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan
tinggi akan mengalami perubahan misalnya adalah dengan saringan/filter. Sistem kerja filter, seperti pada
saringan lain adalah melakukan seleksi terhadap partikel-partikel yang lewat (dalam hal ini adalah mikroba)
(Suriawiria, 2005).
d. Sterilisasi dengan panas lembab
Sterilisasi dengan panas lembab biasanya dilakukan di dalam suatu bejana logam yang disebut
autoklaf. Sterilisasi ini dilakukan dengan uap air jenuh bertekanan 15 Ib/in2 selama 15 menit pada suhu
121C. Suhu tersebut merupakan suhu sterilisasi terbaik untuk bahan-bahan yang akan disimpan dalam waktu
yang cukup lama. Hubungan antara tekanan dan suhu tersebut hanya berlaku bagi tempat-tempat pada
permukaan laut. Untuk tempat-tempat di atas permukaan laut diperlukan tekanan yang lebih tinggi untuk
mencapai suhu yang sama.
Autoklaf pada umumnya digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang dapat ditembus oleh
kelembapan (tidak menolak air) tanpa merusaknya. Contoh bahan yang dapat disterilkan dengan autokaf
ialah media biakan, larutan, kapas, sumbar karet, dan peralatan laboratorium. Kontak langsung antara uap
air dan benda yang akan disterilkan amat penting bagi keberhasilan sterilisasi. Penataan muatan di dalam
autoklaf harus agak longgar sehingga memungkinkan tekanan uap air menembus ke seluruh bahan-bahan
yang disterilkan tersebut.
Pengaruh panas lembab di dalam proses sterilisasi ialah mengkoagulasikan protein-protein mikroba
dan menginaktifkannya secara searah tak terbalikkan. Proses sterilisasi dapat berjalan dengan baik jika di
dalam autoklaf hanya terdiri aras uap air saja tanpa ada udara. Oleh karena itu, udara yang ada di dalam
autoklaf harus dikeluarkan dahulu. Setelah di dalam autoklaf tidak ada udara lagi, uap air dibiarkan mengisi
ruangan sampai suhu mencapai 12l C. Setelah suhu tersebut tercapai masih diperlukan waktu antara 11-12
menit untuk mematikan endospora bakteri yang tahan panas.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi antara lain kepadatan muatan, volume
cairan, dan ukuran wadah yang dipakai. Umumnya bahan yang memakan tempat dan mendekati kedap air
memerlukan pemanasan lebih lama. Volume media di dalam botol atau labu jangan sampai melebihi dua
pertiga tinggi tinggi wadah. Wadah sterilisasi yang berukuran kecil semakin baik digunakan. Sebagai contoh
jika ingin mensterilkan lima liter media lebih baik menggunakan lima labu yang masing-masing berisi satu
liter media daripada menggunakan satu labu yang berisi lima liter media. Volume yang lebih kecil memerlukan
waktu sterilisasi yang lebih pendek. Jadi, lamanya siklus sterilisasi harus disesuaikan dengan ukuran dan
jumlah wadah.
Hal yang harus diperhatikan pula yaitu botol tidak boleh disumbat terlalu ketat sehingga kedap udara.
Untuk menyumbat dapat digunakan kapas yang kemudian dilindungi dengan kertas atau aluminium foil
supaya kapas tidak terkena tetesan air sewaktu steriksasi. Apabila perlu, dapat juga digunakan sumbat karet,
tutup sekrup, atau tutup plastik. Laju pendinginan dan pembebasan rekanan harus dilakukan dengan
perlahan-lahan untuk mencegah pecahnya perangkat kaca pada waktu siklus sterilisasi telah selesai. Untuk
itu, suhu di dalam autoklaf harus dibiarkan turun kembali seperti suhu kamar sebelum tutup autoklaf dibuka
(Suriawiria, 2005).
1. Pengertian Sterilisasi dan Desinfeksi
A. Pengertian Sterilisasi
Steralisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu
(alat,bahan,media, dan lain-lain) dari mikroorganisme yang tidak
diharapkan kehadirannya baik yang patogen maupun yang a patogen.
Atau bisa juga dikatakan sebagai proses untuk membebaskan suatu
benda dari semua mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun
bentuk spora.
Proses sterilisasi dipergunakan pada bidang mikrobiologi untuk
mencegah pencernaan organisme luar, pada bidang bedah untuk
mempertahankan keadaan aseptis, pada pembuatan makanan dan obat-
obatan untuk menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh
miroorganisme dan di dalam bidang-bidang lain pun sterilisasi ini juga
penting.
Sterilisasi banyak dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik
maupun kimiawi. Steralisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk
membunuh kuman patogen atau kuman apatogen beserta spora yang
terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara merebus,
stoom, menggunakan panas tinggi, atau bahkan kimia. Jenis sterilisasi
antara lain sterilisasi cepat, sterilisasi panas kering, steralisasi gas
(Formalin H2 O2), dan radiasi ionnisasi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam steralisasi di antaranya:
a. Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan masih
berfungsi.
b. Peralatan yang akan di steralisasi harus dibungkus dan diberi label yang
jelas dengan menyebutkan jenis pera;latan, jumlah, dan tanggal
pelaksanaan sterilisasi.
c. Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril.
d. Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu
mensteril selesai.
e. Memindahklan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril
Desinfeksi permukaan
Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda
mati. Disinfektan dibedakan menurut kemampuannya membunuh
beberapa kelompok mikroorganisme, disinfektan tingkat tinggi dapat
membunuh virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi tidak dapat
membunuh virus polio, hepatitis B atau M. tuberculosis.
Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga
desinfektan seperti iodophor, derivate fenol atau sodium hipokrit :
a. Iodophor dilarutkan menurut petunjuk pabrik.Zat ini harus dilarutkan
baru setiap hari dengan akuades.Dalam bentuk larutan, desinfektan ini
tetap efektif namun kurang efektif bagi kain atau bahan plastik.
b. Derivat fenol (O-fenil fenol 9% dan O-bensil-P klorofenol 1%) dilarutkan
dengan perbandingan 1 : 32 dan larutan tersebut tetap stabil untuk
waktu 60 hari. Keuntungannya adalah efek tinggal dan kurang
menyebabkan perubahan warna pada instrumen atau permukaan keras.
c. Sodium hipoklorit (bahan pemutih pakaian) yang dilarutkan dengan
perbandingan 1 : 10 hingga 1 : 100, harganya murah dan sangat efektif.
Harus hati-hati untuk beberapa jenis logam karena bersifat korosif,
terutama untuk aluminium.Kekurangannya yaitu menyebabkan
pemutihan pada pakaian dan menyebabkan baru ruangan seperti kolam
renang.
Untuk mendesinfeksi permukaan, umumnya dapat dipakai satu dari
tiga desinfektan diatas.Tiap desinfektan tersebut memiliki efektifitas
tingkat menengah bila permukaan tersebut dibiarkan basah untuk
waktu 10 menit.
Macam-Macam Desinfektan Dan Antiseptik dari sumber lain
1.Garam Logam Berat
Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak
dalam jumlah yangkecil saja dapat membunuh bakteri, yang disebut
oligodinamik.Hal ini mudahsekali ditunjukkan dengan suatu
eksperimen.Namun garam dari logam berat itumudah merusak kulit,
makan alat-alat yang terbuat dari logam dan lagipula mahalharganya.
Meskipun demikian, orang masih biasa menggunakan
merkuroklorida(sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk tubuh
manusia lazimnya kita pakaimerkurokrom, metafen atau mertiolat.
2..Zat Perwarna
Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri mempunyai daya
bakteriostatis.Daya kerja ini biasanya selektif terhadap bakteri gram
positif, walaupun beberapakhamir dan jamur telah dihambat atau
dimatikan, bergantung pada konsentrasi zatpewarna tersebut.
Diperkirakan zat pewarna itu berkombinasi dengan protein
ataumengganggu mekanisme reproduksi sel. Selain violet Kristal (bentuk
kasar, violet gentian), zat pewarna lain yang digunakan sebagai
bakteriostatis adalah hijau malakhit dan hijau cemerlang.
3.Klor dan senyawa klor
Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum.persenyawaan
klor dengankapur atau dengan natrium merupakan desinfektan yang
banyak dipakai untukmencuci alat-alat makan dan minum.
4.Fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis
Larutan fenol 2 4% berguna sebagai desinfektan. Kresol atau
kreolin lebih baikkhasiatnya daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang
berupa campuran sabundengan kresol; lisol lebih banyak digunakan
daripada desinfektan-desinfektanyang lain. Karbol ialah nama lain untuk
fenol. Seringkali orang mencampurkanbau-bauan yang sedap, sehingga
desinfektan menjadi menarik.
5.Kresol
Destilasi destruktif batu bara berakibat produksi bukan saja fenol
tetapi jugabeberapa senyawa yang dikenal sebagai kresol. Kresol efektif
sebagai bakterisida,dan kerjanya tidak banyak dirusak oleh adanya
bahan organic. Namun, agen inimenimbulkan iritasi (gangguan) pada
jaringan hidup dan oleh karena itudigunakan terutama sebagai
disinfektan untuk benda mati. Satu persen lisol(kresol dicampur dengan
sabun) telah digunakan pada kulit, tetapi konsentrasiyang lebih tinggi
tidak dapat ditolerir.
6.Alkohol
Sementara etil alcohol mungkin yang paling biasa digunakan,
isoprofil dan benzylalcohol juga antiseptic.Benzyl alcohol biasa
digunakan terutama karena efekpreservatifnya (sebagai pengawet).
7.Formaldehida
Formaldehida adalah disinfektan yang baik apabila digunakan
sebagai gas.Agenini sangat efektif di daerah tertutup sebagai bakterisida
dan fungisida.Dalamlarutan cair sekitar 37%, formaldehida dikenal
sebgai formalin.
8.Etilen Oksida
Jika digunakan sebagi gas atau cairan, etilen oksida merupakan
agen pembunuhbakteri, spora, jamur dan virus yang sangat efektif. Sifat
penting yang membuatsenyawa ini menjadi germisida yang berharga
adalah kemampuannya untukmenembus ke dalam dan melalui pada
dasarnya substansi yang manapun yangtidak tertutup rapat-rapat.
Misalnya agen ini telah digunakan secara komersialuntuk mensterilkan
tong-tong rempah- rempah tanpa membuka tong tersebut.Agen ini
hanya ditempatkan dalam aparatup seperti drum dan, setelah
sebagianbesar udaranya dikeluarkan dengan pompa vakum,
dimasukkanlah etilen oksida.
9.Hidogen Peroksida
Agen ini mempunyai sifat antseptiknya yang sedang, karena
kemampuannyamengoksidasi.Agen ini sangat tidak stabil tetapi sering
digunakan dalampembersihan luka, terutama luka yang dalam yang di
dalamnya kemungkinandimasuki organisme aerob.
Perbedaan Sterilisasi dan Desinfeksi
Steralisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat,
bahan, media, dan lain-lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan
kehadirannya baik yang patogen maupun yang a patogen. Atau bisa juga
dikatakan sebagai proses untuk membebaskan suatu benda dari semua
mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun bentuk spora.
Sedangkan desinfeksi adalah, membunuh mikroorganisme penyebab
penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi
kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme
patogen.
Dari kedua pengertian di atas bisa kita simpulkan, jika sterilisasi dan
desinfeksi memiliki perbedaan yang khas, walaupun tetap memiliki
tujuan yang sama. Namun sterilisasi memiliki guna yang lebih besar, dan
desinfeksi secara khusus membunuh kuman penyebab penyakit.
Aplikasi Sterilisasi Dan Desinfeksi Dalam Keseharian Dunia
Kesehatan Dan Keperawatan
Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua
bentuk kehidupan mikrobayang dilakukan dirumah sakit melalui proses
fisik maupun kimiawi. Sterilisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk
membunuh kuman pathogen atau apatogen beserta spora yang terdapat
pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara merebus, stoom,
menggunakan panas tinggi, atau bahan kimia. Jenis sterilisasi antara lain
sterilisasi cepat, sterilisasi panas kering, sterilisasi gas (formalin, H2O2).
Teknik steril biasanya di gunakan dalam ruangan operasi dan ruang
bersalin, selain menggunakan teknik steril pada tempaat tidur pasien
untuk prosedur invasive sepeti:
a. Mengisap jalan napas pasien
b. Memasukkan kateter urinarius
c. Mengganti balutan luka
Daerah steril biasanya dibatasi engan duk steril atau lapisan tebal
kertas berlilin atau kemasan terbuka tempat bahan-bahan steri dikemas.
Banyak rumah sakit mempunyai pusat penyedian, yaitu tempat
kebanyakan peralatan dan suplai dibersihkan serta desterilkan.Hasil
prose ini dimonitor oleh laboratorium mirobiologi secara teratur.
Kecenderungan di rumah sakit untuk menggunakan alat-alat serta
bahan yang dijual dalam keadaan steril dan sekali pakai, seperti alat
suntik, jarum, srung tangan dan masker, tidak saja mengurangi waktu
yang diperlukan untuk membersihkan, menyiapkan, serta mensterilkan
peralatan, tetapi juga mengurangi pemindah sebaran patogen melalui
infeksi silang.
d. Sanitasi lingkungan rumah sakit
Tujuan sanitasi lingkungan ialah membunuh atau menyingkirkan
pencemaran oleh mikrobe dari permukaan.Untuk mengevaluasi
prosedur dan cara-cara untuk mengurangi pencemaran, dilakukan
pengambilan contoh mikroorganisme sewaktu-waktu dari
permukaan.Pinggan-pinggan petri yang menunjukan adanya
pertumbuhan mikrobe sebelum dan sesudah pembersihan merupakan
alat pengajar yang meyakinkan untuk melatih para petugas yang baru.
Pengurangan kontaminasi oleh mikroba paling baik dicapai dengan
kombinasu pergeseran dan penggsokan, serta air dan deterjen. Ini sudah
cukup, kecuali bila spencemrannya hebat, maka perlu digunakan
desinfektan.Agar efektif, desinfektan digunakan dalam konsentrasi yang
cukup selama waktu tertentu.Penggunaan desinfektan, misalnya,
membantu menjaga air untuk mengepel agar tidak tercemar.Kain pel
harus di cuci dan di keringkan baik-baik setiap hari untuk mengurangi
pencemaran. Seember larutan dan kain pel basah sering kali di gunakan
untuk membersihkan permukaan benda lain selain lantai. Bila larutan
yang sam dipakai seharian, maka dapat mengakibatkan pencemaran oleh
mikrobe yang lebih parah dibandingkan sebelum di bersihkan.
Dengan keadaan yang bersih di rumah sakit maka keadaan asepsis
lebih mudah dicapai.
e. Universal Precaution
Pengendalian infeksi untuk penyakit-penyakit yang menular malalui
darah .Berlaku universal ,tidak memandang apa atau siapa yang dirawat,
tahu ataupun tidak tahu status infeksinya. Setiap tenaga medis harus
menyadari bahwa semua pasien berpotensi menularkan berbagai
penyakit.
f. Cuci Tangan
Pencegahan infeksi yang paling penting Harus merupakan kebiasaan
yang mendarah daging bagi tenaga kesehatan Harus selalu dilakukan
sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan walaupun
memakai sarung tangan atau yang lainya (cuci tangan tidak bisa
digantikan dengan sarung tangan).
Selain itu selalu gunakan alat pelindungan diri secara lengkap ketika
melakukan prosedur invasive, ataupun bedah. Seperti:
1. Gown/barakschort :
2. Masker :
3. Sarung Tangan
4. Kaca mata pelindung/goggles
g. Pengolaan Sampah Medis Dan Air Limbah
Perlu diatur sedemikian rupa agar alat atau ruang tetap bersih atau
steril,tidak berdekatan dengan limbah atau sampah medis. Membakar
sampah medis sampai menjadi arang.
h. Sterilisasi Dan Desinfeksi Alat-Alat Medis
1) Desinfekatan :
a) Aseptik/Asepsis
Suatu istilah umum yg digunakan untuk menggambarkan upaya
kombinasi untuk mencegah masuknya mikroorganisem ke dalam area
tubuh manapun yg sering menyebabkan infeksi.
Tujuannya untuk mengurangi jumlah mikroorganisme baik pada
permukaan hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat
dengan aman digunakan.
b) Antisepsis
Proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput lendir
atau bagian tubuh lainnya dengan menggunakan bahan antimikrobial
(antiseptik)
c) Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT).
Proses yg menghilangkan semua mikroorganisme kecuali beberapa
endospora bakteri pada benda mati dengan merebus, mengukus atau
penggunaan desinfektan kimia
2) Sterilisasi :
Upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan
mikroba yg dilakukan di RS melalui proses fisik maupun kimiawi.
Proses yang menghilangkan semua mikroorganisem (bakteri, virus,
fungi dan parasit) termasuk endospora bakteri pada benda mati dengan
uap air panas tekanan tinggi (otoclaf), panas kering (oven), sterilan
kimia atau radiasi.
a) Pemprosesan Alat
b) Dekontaminasi
Proses yg membuat benda mati lebih aman ditangani staff sebelum
dibersihkan. Tujuan dari tindakan ini dilakukan agar benda mati dapat
ditangani oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas
pembersih medis sebelum pencucian berlangsung.
c) Pencucian/ bilas
Proses yg secara fisik membuang semua debu yg tampak, kotoran,
darah, atau cairan tubuh lainnya dari benda mati ataupun membuang
sejumlah mikroorganisme untuk mengurangi resiko bagi mereka yg
menangani objek tersebut. Prosesnya terdiri dari mencuci sepenuhnya
dengan sabun atau detergen dan air, membilas dengan air bersih dan
mengeringkannya.
d) Sterilisasi/DTT.
2.1 Sterilisasi
Dalam dunia kesehatan, sterilisasi sangatlah penting dilakukan untuk memberikan efek terapeutik
yang maksimal. Steril artinya bebas dari segala mikroba baik patogen maupun tidak. Sterilisasi
merupakan suatu proses membebaskan suatu peralatan atau bahan dari mikroorganisme yang tidak
dikehendaki. Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan proses penghilangan semua jenis
organisme hidup, dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri,mycoplasma,
virus) yang tedapat pada atau di dalam suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi biocidal
agent atau proses fisik dengan tujuan untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme
(Pratiwi, 2008).
Sterilisasi didesain untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Target suatu metode
inaktvasi tergantung dari metode dan tipe mikroorganismennya, yaitu tergantung dari asam
nukleat, protein, atau membrane mikroorganisme tersebut. Agen kimia untuk sterilisasi disebut
sterilant (Pratiwi, 2008).
Isilah lain yang umum dikenal adalah disinfeksi, yang merupakan proses pembunuhan atau
penghilangan mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit. Agen disinfeksi adalah
disinfektan, yang biasanya merupakan zat kimiawi dan digunakan untuk objek-objek tak hidup.
Disinfeksi tidak menjamin objek menjadi steril karena spora viabel dan beberapa mikroorganisme
tetap dapat tersisa (Pratiwi, 2008).
Efisiensi metode sterilisasi dan efektivitas agen antimikroba dipengaruhi oleh hal-hal berikut ini:
a. Ukuran populasi
Populasi mikroorganisme yang besar memerlukan waktu lebih lama sampai tercapainya kematian
dibandingkan populasi yang terkecil.
b. Komposisi populasi
Bentuk endospora bakteri lebih resisten dibandingkan bentuk vegetatifnya.
c. Konsentrasi/intensitas agen antimikroba
Makin tinggi konsentrasi agen, makin banyak mikroorganisme yang dapat dimatikan. Pada titik
tertentu, peningkatan konsentrasi tidak meningkatkan kecepatan pembunuhan. Beberapa agen
antimikroba justru lebih efektif pada konsentrasi lebih rendah. Contohnya: etanol 70% lebih efektif
dibandingkan etanol 95%.
d. Lama paparan
Semakin lama populasi mikroorganisme terpapar agen antimikroba, semkain banyak
mikroorganisme yang mati.
e. Temperatur
Peningkatan temperatur dapat meningkatkan aktivitas agen anitimikroba.
f. Lingkungan sekitar
Kondisi lingkungan sekitar dapat menghalangi atau mempercepat destruksi. Untuk dapat
mematikan mikroorganisme, sterilant harus dapat mencapai mikroorganisme dan apabila
mikroorganisme terdapat dalam bahan protein seperti nanah, jaringan, atau eksudat jaringan, maka
diperlukan sterilant degan kadar dan jumlah yang lebh dari normal untuk dapat mematikan
mikroorganisme tersebut (Pratiwi, 2008).
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi.
Pemilihan mekanisme sterilisasi yang dilakukan hendaknya disesuaikan dengan sifat bahan yang
akan disterilkan. Sterilisasi secara fisik dilakukan dengan menggunakan pemanasan, penggunaan
sinar UV, sinar X, dan sinar-sinar yang memiliki panjang gelombang pendek.
Ada banyak pilihan cara sterilisasi yang berbeda, namun yang penting adalah bagaimana
menetapkan bahwa produk akhirnya dinyatakan sudah steril dan aman digunakan. Cara sterilisasi
yang dapat dilakukan untuk mendapatkan produk steril, yaitu:
1. Terminal Sterilization (Sterilisasi Akhir)
Metode sterilisasi akhir menurut PDA Technical Monograph (2005) dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Overkill Method adalah metode sterilisasi menggunakan pemanasan dengan uap
panas pada 121oC selama 15 menit yang mampu memberikan minimal reduksi setingkat log
12 dari mikroorganisme-mikroorganisme yang memiliki nilai D minimal 1 menit. Kita bisa
menggunakan metode overkilluntuk bahan yang tahan panas seperti zat anorganik. Metode
merupakan pilihan utama karena kelebihannya lebih efisien, cepat dan aman.
b. Biobunder Sterilization adalah metode sterilisasi yang memerlukan monitoring
ketat dan terkontrol terhadap beban mikroba sekecil mungkin di beberapa lokasi jalur
produksi sebelum menjalani proses sterilsasi lanjutan dengan tingkat sterilisasi yang
dipersyatkan SAL 10-6 (Lukas, 2006).
2. Asepting processing adalah metode pembuatan produk steril menggunakan saringan dengan filter
khusus untuk bahan obat steril atau bahan baku steril yang diformulasikan dan diisikan ke dalam
container steril dalam lingkungan terkontrol (Lukas, 2006).
2.2 Macam Macam Sterilisasi
Sterilisasi demikian merupakan metode yang paling efektif dan ideal karena:
a. Uap merupakan pembawa (carrier) energi termal paling efektif dan semua lapisan pelindung luar
mikroorganisme dapat dilunakkan, sehingga memunginkan terjadinya koagulasi.
b. Bersifat nontoksik, mudah diperoleh, dan relative mudah dikontrol.
Suhu jenuh uap air (100oC) pada tekanan 1 atmosfir ternyata masih kurang dalam membunuh
kuman yang resisten. Oleh karena itu, kita harus mengupayakan agar suhu jenuh uap ditingkatkan
dengan cara meningkatkan tekanananya. Kemudian, kita dapat melakukannya dalam wadah
tertutup rapat agar dapat tercapai suhu sterilisasi, yaitu 121oC atau lebih (Lukas, 2006).
Jika terdapat beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami
perubahan atau penguraian, maka sterlisasi yang digunakan adalah dengan cara mekanik, misalnya
dengan saringan. Didalam mikrobiologi penyaringan secara fisik paling banyak digunakan adalah
dalam penggunaan filter khusus misalnnya filter berkefeld, filter chamberland, dan filter
seitz. Jenis filter yang dipakai tergantung pada tujuan penyaringan dan benda yang akan disaring.
Penyaringan dapat dilakukan dengan mengalirkan gas atau cairan melalui suatu bahan penyaring
yang memilki pori-pori cukup kecil untuk menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu.
Saringan akan tercemar sedangkan cairan atau gas yang melaluinya akan steril.
Alat saring tertentu juga mempergunakan bahan yang dapat mengabsorbsi mikroorganisme.
Saringan yang umum dipakai tidak dapat menahan virus. Oleh karena itu, sehabis penyaringan
medium masih harus dipanasi dalamautoclave. Penyaringan dilakukan untuk mensterilkan
substansi yang peka tehadap panas seperti serum, enzim, toksin kuman, dan ekstrak sel.
Saringan asbes lebih mudah dan lebih murah daripada saringan porselen. Saringan asbes dapat
dibuang setelah dipakai, sedangkan saringan porselen terlalu mahal bila dibuang, tetapi terlalu sulit
untuk dibersihkan.
b. Menyaring udara
Untuk menjaga suatu alat yang sudah steril agar tidak tercemar oleh mikroba, maka alat-alat
tersebut harus ditutup denagn kapas, karena kapas mudah ditembus udara tetapi dapat menahan
mikroorganisme. Harus dijaga agar kapas tidak menjadi basah, oleh karena kapas yang basah
memungkinkan kuman menembus kedalam.
Untuk mencegah pencemaran oleh kuman-kuman udara pada waktu menuang perbenihan, dapat
dipergunakan suatu alat yang disebut laminar flow bench dimana udara yang masuk kedalamnya
disaring terlebih dahulu dengan suatu saringan khusus. Saringan ini ada batas waktu pemakaiannya
dan harus diganti dengan yang baru apabila sudah tidak berfungsi lagi (Fika, 2011).
7. Sterilisasi dingin
Sterilisasi dingin atau disebut juga desinfektan dapat merusak banyak mikroorganisme (bakteri,
virus, dan kapang) tetapi tidak dapat mematikan spora bakteri, disinfeksi tidak dapat mengantikan
sterilisasi autoklaf.
Disinfektan dapat digunakan pada permukaan yang keras (baki, kursi, danmeja) alat-alat yang
peka terhadap pemanaan seperti plastik pipa, kapiler sebelum dan sesudah penggunaan.
Disinfektan dalam penggunaanya harus memperhatikan prosedur yang dianjurkan. Beberapa
disinfektan bersifat toksik dan membutuhkan penanganan yang khusus dalam pembuangannya.
Salah satu disinfektan yang biasa dipakai diindonesia adalah larutan klorin 0,5% atau 0,05% sesuai
dengan intensitas cemaran dan jenis alat atau permukaan yang di kontaminasi (Ima, 2012).
2.1. Pengertian dan Tujuan Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses dimana suatu objek, material atau lingkungan di jadikan steril. Steril
adalah kondisi benda atau objek yang bebas dari segala jenis sel hidup, spora dan virus. Metode
sterilisasi dapat di kategorikan menjadi tiga, yaitu metode fisik, metode kimia, dan kombinasi fisi
k dan kimia. Metode fisik adalah metode yang mencakup pemanasan, pembakaran, penyaringan,
penggunaan radiasi, dan pengguna gelombang ultrasonik. Pemanasan adalah metode yang paling
lazim digunakan. Metode sterilisasi kimia menggunakan disinfektan atau mikrosida untuk memb
unuh mikrobia(Soerawidjaja, 2005). Sterilisasi adalah proses atau kerja untuk membebaskan suat
u bahan seperti medium pertumbuhan mikroba atau peralatan laboratorium dari semua bentuk ke
hidupan (Iman, 2010).
Salah satu teknik sterilisasi yang umum digunakan adalah metode sterilisasi menggunaka
n autoclave atau disebut dengan pemanasan basah. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepa
da alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel
dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mesterilkan media digunakan suhu 121C dan tek
anan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 121C atau 249,8F ad
alah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi
pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 100C, sedangkan untuk a
utoclave yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air akan memdi
didh pada suhu 121C. Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium terlet
ak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf di
letakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai
suhu 121C untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suh
u 121C dan tekanan 15 psi selama 15 menit.
Autoklaf digunakan sebagai alat sterilisasi uap dengan tekanan tinggi. Penggunaan autokl
af untuk sterilisasi, tutupnya jangan diletakkan sembarangan dan dibuka-
buka karena isi botol atau tempat medium akan meluap dan hanya boleh dibuka ketika manomete
r menunjukkan angka 0 serta dilakukan pendinginan sedikit demi sedikit. Medium yang mengan
dung vitamin, gelatin atau gula, maka setelah sterilisasi medium harus segera didinginkan. Cara i
ni untuk menghindari zat tersebut terurai. Medium dapat langsung disimpan di lemasi es jika me
dium sudah dapat dipastikan steril (Dwidjoseputro, 2005).
Adapun tujuan dari sterilisasi agar bakteri, kuman - kuman yang menempel di alat - alat labo
ratorium menjadi steril dan bersih. Selain, itu juga