PILULAE

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 31

PILULAE

Disusun oleh :

ST. NURRAHMAWATI (15020160236)

VIRA AVISTA (15020160237)

FIRDA DELIANA (15020160238)

DINDA RAHMANIA UMARELLA (15020160239)

NIKMATUL HIDAYAH (15020160240)

IRMAH PERATU WALI (15020160241)

MUHAMMAD TRY FEBRIYAN (15020160247)

MIFTAH HARNIATY (15020160251)

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2017

0
DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN 2
1. LATAR BELAKANG 2
2. RUMUSAN MASALAH 3
3. TUJUAN 3

II. PEMBAHASAN 5
1. PENGERTIAN 5
2. FORMULASI SEDIAAN PIL 7
3. TUJUAN PEMBERIAN SEDIAAN PIL 7
4. SYARAT PIL YANG BAIK 7
5. SYARAT PIL DALAM F.I. ED. III 8
6. CARA PEMBUATAN SEDIAAN PIL 8
7. PEMBUATAN PIL YANG MENGHENDAKI TINDAKAN
KHUSUS 11
8. TAHAP PERACIKAN PIL 18
9. CONTOH RESEP PIL DAN CARA KERJA 19

III. PENUTUP
1. KESIMPULAN 29
2. SARAN 29

DAFTAR PUSTAKA 30

1
BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Pil merupakan salah satu sediaan farmasi yang sudah lama

digunakan. Sedian pil sudah dikenal sebelum keluarnya produk obat

modern, dahulu pil dibuat dengan cara tradisional akan tetapi untuk saat

ini pil lebih mudah dibuat dengan cara yang lebih modern. Masyarakat

lebih menggemari obat-obat tardisional dalam bentuk sedian pil dari

pada sedian yang lain seperti jamu cair dan jamu serbuk, karena pil

sangat evisien dikonsumsi tidak berasa pahit dan cara minum yang

sangat mudah dari pada sedian yang lain. Oleh sebap itu sedian pil

masih sangat diterima oleh masyarakat luas.

Tidak menutup kemungkinan sedian pil juga dikembangkan

dalam pembuatan obat-obat sintesis dan obat-obat modern, seperti

halanya pil KB, pil obat magg dan lain-lain. Sedian pil bisa di buat

dengan cara tradisional dan cara modern. Oleh sebab itu sedian ini

masih diajarkan dan di kembangkaan dalam lingkungan sekolah

dibidang kefarmasian.

Namun bagi para pembuat yang masih baru pertama membuat

terkadang masih banyak hambatan yang terjadi. Itu disebabkan karena

2
banyak bahan obat yang perlu diperlakukan secara khusus. Selain itu,

banyak juga bahanbahan yang digunakan untuk membuat sediaan pil.

Oleh karena itu, caracara pembuatan pil harus dipahami oleh para

pembuat.

2. RUMUSAN MASALAH

2.1. Seperti apakah sedian pil itu ?

2.2. Bagaiman persyaratan sedian pil yang baik ?

2.3. Apa saja bentuk sedian pil ?

2.4. Apa keuntungn dari sedian pil ?

2.5. Apakah sedian pil juga memeiliki kerugian ?

2.6. Dalam pembuatan sedian pil apa saja yang perlu ditambahkan?

2.7. Bagaiman tahapan peracikan pil yang benar ?

2.8. Hal hal apasaja yang perlu diperhatikan dalam pembuatan

sedian pil ?

1.3. TUJUAN

3.1. Mengetahui bagaimana sedian pil itu

3.2. Mengetahui persyaratan sedian pil yang baik

3.3. Mengetahui macam-macam bentuk sedian pil

3.4. Mengetahui berbagai macam keuntungn dari sedian pil

3.5. Mengetahui kerugian dari sedian pil

3.6. Mengetahui zat-zat yang perlu ditambahkan pada pembuatan

sedian pil

3
3.7. Mengtahui bagaimana tahapan peracikan sedian pil

3.8. Mengetahui apa saja yang harus diperhatikan dalam

pembuatan sedian pil

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN
Pil adalah suatu sediaan yang berbentuk bulat seperti kelereng yang

mengandung satu atau lebih bahan obat. Berat pil berkisar antara 100 mg

sampai 500 mg. Pil berasal dari bahasa latin, pila, artinya bola . Pil kecil yang

beratnya kira-kira 30 mg disebut granula dan pil besar yang beratnya lebih

dari 500 mg disebut boli. Boli biasanya dugunakan untuk pengobatan hewan

seperti sapi, kuda, dan lain-lain. Bila tidak disebut lain, granula mengandung

bahan obat berkhasiat 1 mg.

Macam sediaan pil yaitu :

Bolus, mempunyai berat > 300 mg

Pil, mempunyai berat 30-60 mg

Granul, mempunyai berat 1/3-1 grain (1grain=64,8 mg)

Parvul, mempunyai berat < 1/3 grain

2. FORMULASI SEDIAAN PIL


Formulasi umum :

R/ Bahan Obat

Bahan Tambahan

m.f. pil

5
Bahan obat / medukamen dapat berupa padatan, semisolid, dan

cairan. Bahan tambahan yang dapat ditambahkan yaitu : zat pengisi, zat

pengikat, zat penyalut, zat pembasah, zat pemecah, dan zat penabur.

Sebagai zat pengisi digunakan Liquritiae Radix, Saccharum Lactis, dalam

hal khusus untuk zat oksidator digunakan Bolus alba, campuran Succus

Liuiritiae, dan Liquiritiae Radix sama banyak (pulvis pro pilulae) dan bahan

lain yang cocok. Tujuannya untuk memperbesar masa pil (apabila BO terlalu

keci)

Sebagai zat pengikat digunakan Succus Liquiritiae, P.G.A., Tragachantae,

Pulvis Gummosus (campuran P.G.A., Tragakan, dan Saccharum album),

Oleum Cacao, Adeps Lanae, Vaselinum, dan bahan lain yang cocok. Apabila

bahan obat non kohesif, diperlukan zat pengikat.

Sebagai zat penyalut digunakan perak, Balsamum Tolulatum, Serlak,

kolodium, Salol, Gelatin, gula atau bahan lain yang cocok. Tujuannya untuk

menjaga stabilitas pil, menutupi rasa dan bau bahan obat yang tidak enak,

memperbaiki penampilan pil, mencegah pil pecah di lambung.

Sebagai zat pembasah digunakan air, aqua gliserinata, sirup simplex, madu,

adeps lanae/vaselin album. Jumlah pemakaian secukupnya.

Sebagai zat pemecah digunakan NaHCO3. Dalam hal ini adalh pil yang

menggunakan zat pengikat adeps lanae/vaselin album.

6
Sebagai bahan penabur digunakan likopodium, yalk, amilum oryzae,

MgCO3, liquiritiae radix. Tujuannya agar pil tidak lengket satu sama lain atau

lengket pada alat.

3. TUJUAN PEMBERIAN SEDIAAN PIL


Kelebihan sediaan pil :

Mudah digunakan/ditelan

Rasa obat yang tidak enak dapat tertutupi

Relative lebih stabil dibandingkan dengan serbuk dan solution

Sangat baik entuk sediaan yang penyerapannya dikehendaki secara

lambat, misalnya kathartika

Kerugian sediaan pil :

Obat-obat yang dikehendaki aksinya cepat

Obat-obat yang dalam keadaan larutan pekat dapat mengiritasi

lambung

Bahan obat padat voluminous dan bahan obat cair dalam jumlah

yang sangat besar

4. SYARAT PIL YANG BAIK

Homogen dalam ukuran, bentuk, warna, dan dosis

Mempunyai kekenyalan, daya rekat, dan kekerasan tertentu

Mempunyai waktu hancur tertentu

5. SYARAT PIL DALAM F.I. Ed. III

7
1. Pada penyimpanan bentuknya tidak boleh berubah, tidak begitu keras

sehingga dapat hancur dalam saluran pencernaan, dan pil salut

enteric tidak hancur dalam lambung tetapi dalam usus halus.

2. Memenuhi keseimbangan bobot. Timbang 20 pil satu persatu, hitung

bobot rata-rata, penyimpangan terbesar terhadap bobot rata-rata

adalah :

Bobot rata-rata pil Penyimpangan terbesar

18 pil 2 pil

100 mg sampai 250 10 % 20 %

mg

250 mg sampai 500 7,5 % 15 %

mg

3. Memenuhi waktu hancur seperti tertera pada compressi yaitu dalam air

dengan suhu 36-38 C selama 15 menit untuk pil yang tidak bersalut

dan 60 menit untuk pil yang bersalut.

Sedangkan untuk pil bersalut enteric, direndam dahulu dalam larutan

HCL 0,06 N selama 3 jam, lalu dipindahkan dalam larutan dapar pH

6,8 dengan suhu 36-38 C, maka dalam 60 menit pengujian, pil sudah

hancur.

6. CARA PEMBUATAN SEDIAAN PIL

8
Dibuat masa pil dengan cara mencampur serbuk obat, zat pengisi, dan

zat pengikat dan digerus yang halus. Setelah campuran serbuk ditetesi

dengan zat pembasah, biasanya digunakan Aqua masa yang saling mengikat

dan plastis. Pemberian Aqua Glycerinata dapat mencegah pil mengeras pada

saat pentimpanan karena gliserin tidak mudah menguap. Tetapi

pemberiannya pun tidak boleh terlalu banyak karena akan menyebabkan pil

menjadi lembek.

Untuk memperoleh pil yang baik bukan karena pemberian zat

pemmbasah yang berlebihan tetapi tergantung cara penggerusan dan cara

penekanan pada masa yang baik. Sebagai pembasah dapat pula digunakan

Sirupus Simplex, ekstrak kental seperti Liquiritiae Extractum.

Setelah terbentuk masa pil, bila perlu dibagi dengan cara ditimbang

atau dibuat batang dengan cara digulung-gulungkan dengan papan kayu

yang datar pada alat papan pil lalu dipotong menurut panjang batang masa

pil yang sama. Lalu batang masa ini digulung-gulungkan seperti tersebut di

atas dibuat sampai panjang tertentu dan dipotong dengan pisau pemotong

yang ada pada alat papan pil, lalu pil yang belum bulat itu digelindingkan

pada papan pembuat pil agar besarnya menyesuaikan dengan lubang kanan

pada alat tersebut.

Untuk mencegah masa pil melekat pada alat, maka papan ditaburi

dengan Lycopodium yang merupakan lapisan tipis agar pil pil tidak berbintik.

Setelah pil menjadi bulat lalu digelindingkan pada papan pil yang dilapisi

9
Lycopodiun yang lebih yebal agar diperoleh pil dengan lapisan Lycopodium

yang rata dan lalu pil tersebut dihitung melalui lubang pada alat pembuat pil.

Sebagai zat pengikat digunakan Succus Liquiritiae sebanyak 2 gram untuk 60

pil.

Untuk memperoleh pil dengan besar normal dapat dibuat dengan 125

mg serbuk tumbuh-tumbuhan. Untuk garam-garam norlam beratnya dapat

disamakan dengan berat serbuk tumbuh-tumbuhan. Sedangkan untuk garam

Yang berat seperti KI hanya dihitung 1/3 berat garam setara dengan berat

serbuk tumbuh-untuk Ferrum reductum dan pulveratum maupun garam-

garam Fe adalah 1/5 beratnya.

Selain Succus Liquiritiae, digunakan pula sebagai zat pengikat Pulvis

Gummosus, yaoitu terdiri dari Tragacanth, P.G.A. dan Saccharum album

sama banyak.

Penggunaan Pulvis Gummosus adalah 300 mg untuk 30 pil, bila pl terdiri dari

zat yang volumines digunakan kira-kira 1 gram untuk 30 pil.

Dalam keadaan terpaksa digunakan pula Adeps Lanae atau Vaselin seperti

pada kejadian :

1. Terjadi reaksi antara zat berkhasiat dengan adanya air, misalnya

Meditrenum, Ferrum reductum dengan Acidum Citricum, Acetosal

dengan Bicarbonal Natricus, Phenytoinum dengan Ichtammolum,

Diuretin dengan Ichtammolum, Codeinum dengan Aminii

Chloridum.

10
2. Adannya air merusak obatnya, misalnya Digitalis folia dengan

adanya air, enzim yang ada pada folia akan aktif dan menjadikan

glikosida jantung tidak berkhasiat karena terurai. Dalam hal ini

sebagai zat pengikat digunakan Oleum Cacao. Contoh obat yang

terurai karena adanya air adalah Acetosal, Ascal, Helmitol.

Untuk bahan obat yang hogroskopis seperti Calcii Bromidum dan kalcii

Bromidum dapat dibuat dengan menggunakan Liquiritiae Radix dan Adeps

Lanae tapi kurang baik. Untuk Calcii Bromidum dapat digunakan garamnya

yang eksikatus.

7. PEMBUATAN PIL YANG MENGHENDAKI TINDAKAN KHUSUS


1. Pil yang mengandung senyawa Hydragyrum, dibuat dengan menggerus

Hydragyrum, dengan sama berat Liquiritiae Radix dan air. Setelah tidak

terlihat butir Hydragyrum (mati) maka masa ditambah Liquiritiae Radix

dan Succuc Liquiritiae secukupnya sampai mendapat masa pil yang

cocok. Bila jumlah Hydragyrum kecil maka dapat ditambahkan Succuc

dan Liquiritiae Radix dalam perbandingan 1 : 2. Dalam pembuatan pil

yang mengandung Hydragyrum agar menggunakan alat papan pil dari

ebonite, sebab Hg dan Cu akan membentuk amalgam.

2. Pil yang mengandung Ferrosi Carbonas dan Ferrosi Iodidum.

Formula dapat dilihat di Farmakope Belanda edisi V, untuk pil Ferrosi

Carbonas setiap pil mengandung 50 mg dan formula untuk pembuatan

300 pil jadi seluruh formula mengandung 15 gram Ferrosi Carbonas.

11
Dibuat dengan mereaksikan Ferrosi Sulfan dengan Natrii Bicarbonas di

atas tangas air. Sebagai pereduksi adalah Mel dan sebagai zat

pembasah gliserin dan air sampai berat tertentu. Hal ini dimaksudkan

agar reaksi pembentukan ferrosi carbonas berjalan sempurna. Yaitu gas

CO2 yang terjadi hilang.

Contoh resep :

R/ Ferrosi sulfas 36

Natrii bicarbonas 22

Mallis 7

Glycerini 1

Calefac c.baln.aren. Ad grammatum 47

adde

Pulvis Gummi Arabic 5

Sacchari albi 5

Pulv. Liquiritiae Radicis 9

m.f.pil No. CCC

3. Pil yang mengandung garam-garam yang dapat menyerap air,

seperti natrii bromidum dan natrii iodidum sering tejadi

penggumpalan sehingga sulit dibuat masa pil yang baik. Untuk

mencegahnya maka perlu diberi air secukupnya agar larut dan

setelah itu dibuat masa pilnya.

12
4. Pil yang mengandung zat-zat yang higroskopis seperti kalii

bromidum, kalii iodidum, dan natrii salicylas digerus halus di dalam

mortar yang panas. Penambahan Succus Liquiritiae dan Pulvis

LIquiritiae Radicis diperlukan kira-kira 1,5 gram untuk setiap 7 gram

garam obat tersebut. Perlu diingat bahwa pil yang mengandung zat

yang higroskopis tidak boleh menggunakan aqua gliserinata

sebagai zat pembasah.

5. Pil yang mengandung senyawa yang sangat higroskopis,

digunakan sebagai larutan, seperti calcii bromidum, calcii

chloridum, kalii acetas. Jika dalam resep tertulis garamnya, maka

diambil sebagai larutannya yang sebanding :

Solution Kalii Acetatis mengandung 331/3 % Kalii Acetas

Solution Calcii Bromidi mengandung 25 % Calcii Bromidum

Solution Calcii Chloridi mengandung 25 % Calcii Chloridum

Solution Ferri Chloridi mengandung 75 % Ferri Chloridum

Larutan tersebut setalah ditimbang lalu diuapkan sampai sisa

airnya kia-kira kurang dari 1 gram untuk setiap 30 pil. Harus diingat

bahwa jangan mengauapkan larutan Ferri Chloridum karena garam

Ferrinya akan terurai.

6. Pil yang mengandung senyawa Codeinum base dengan garam

Ammonium atai Ichtammolum. Karena Codeinum base terhitung

13
mudah larut dalam air dan merupakan base yang lebih kuat

disbanding garam Ammonium, maka akan bereaksi dan timbul gas

NH3 yang bebas serta membuat pil menjadi pecah.

7. Pil yang dapat pecah karena zat-zat yang terkandung dapat

bereaksi hingga menimbulkan gas yang memecah pil. Supaya tidak

terjadi maka jangan gunakan zat pembasah air tetapi

menggunakan zat pengikat yang lain seperti :

Pil yang mengandung ferrosi carbona dengan acidum

citricum akan menimbulkan gas CO2

Pil yang mengandung meditrenum akan timbul gas CO2

karena terjadi reaksi antara iodochloroxychinolin sulfonat

dengan natrii bicarbonas.

Pil yang mengandung ferrum reductum atau pulveratum

dengan asam seperti acidum citricum akan bereaksi dan

timbul gas H2 yang akan memecah pil

8. Pil yang mengandung Hydragyri Chloridum akan menghilangkan

selaput lendir dari lambung dan usus, maka perlu Hydragyri

Chloridum dalam keadaan yang halus. Untuk itu perlu penambahan

natrii chloridum untuk memudahkan hydragyri chloridum larut

dalam air. Penambahan natrii chloridum adalah setengah bera

sublimat dan dilarutkan dulu dengan air sama berat (dalam mortar)

14
9. Pil yang mengandung Diphantoinum Natrium jangan menggunakan

liquiritiae radix tetapi menggunakan succus liquiritiae 1 bagian dan

amylum 3 bagian dan zat pembasah menggunakan sirupus

simplex. Hal ini untuk menjaga agar pil lekas hancur dalam

lambung.

10. Pil yang mengandung Quinini Sulfas ada dua macam, yaitu yang

berwarna coklat dan berwarna putih. Untuk quinine sulfas yang

berwarna coklat dapat dilihat dalam Farmakope Belanda V. formula

Pilulae Chinini Sulfat :

R/ Quinini Sulfat 50

Succi Liquiritiae

Sacchari albi aa 37,5

Aquae q.s. ad pil No. M

Sedangkan untuk pil quinine sulfat yang putih digunakan

formula :

R/ Quinini Sulfat 50

Pulv. Gummosus

Sacchari albi aa 25

Aquae dest. Qs.

Ad pil No. M

15
Penggunaan Saccharum album sebagai pengganti Liquiritiae Radix

untuk mencegah masa pil cepat menjadi keras, hingga susah

membentuk pil.

11. Pil yang mengandung zat pengikat yang bereaksi asam seperti

Gentiane Extractum, Succus Liquiritiae, dan Liquiritiae Extractum.

Bahan tersebut akan bereaksi dengan ferrum reductum, ferrum

pulveratum yang menimbulkan gas H2 serta menyebabkan pil

menjadi menggelembung dan pecah. Bahan tersebut akan

bereaksi pula dengan natrii bicarbonas, ferrosi carbonas yang

menimbulkan gas CO2 serta menyebabkan pil menjadi

menggelembung dan pecah. Maka dari itu Succus Liquiritiae,

Liuiritiae Extractum dan Gentianae Extractum harus dinetralkan

dulu dengan MgO 50 mg tiap gram ekstrak dan succus.

12. Pil yang mengandung ekstrak kering dikerjakan sebagai berikut :

Aloe Extractum Aquosum siccum, Rhamni Frangulae

Extractum Aquosum siccum, Rhamni Phursianae Extractum

siccum, Rhei Extractum siccum dapat dibuat pil cukup

dengan Liquiritiae Radix dan zat pembasah Aqua

Glycerinata.

16
Cinchonae Extractum siccum dan Colae Extractum siccum

memerlukan Succuc Liquiritiae sebagai zat pengikat untuk

dapat dibuat masa pil.

Peil dengan ekstrak kering supaya dibuat keras jangan

lembek agar tidak berubah bentuk.

Penyalutan pil, dimaksudkan :

1. Untuk menghindarioksidasi zat aktifnya. Penyalutan dilakukan dengan

larutan Balsamum Tolutanum 1 bagian dalam 9 bagian Chlorofornum.

Dilakukan dalam botol mulut lebar, pilpil disiram dengan sedikit larutan

Tolubalsem tersebut dan digojog keras-keras lalu dipindahkan pada

piring dan digerak-gerakkan agar tidak melengket sampai kering.

2. Untuk menghindari agar pil tidak pecah dalam lambung, karena :

Zat aktifnya tidak dikehendaki bekerja dalam lambung, tetapi

dalam usus.

Zat aktifnya mengiritasi lambung

Zat aktifnya rusak karena adanya asam lambung

Dalam resep tertulis fac pilulas nonsolubiles in succo gastric, artinya pil

tidak boleh pecah dalam lambung.

Sebagai zat penyalut digunakan shellac dalam dua lapis.

Didunakan dahulu sebagai penyalut larutan 10% shellac dalam larutan

ammonia dan spiritus sama banyak. Dan sebagai lapisan kedua digunakan

17
larutan 5 bagian shellac, 5 bagian tolubalsem dan 2,5 bagian asam stearat

dalam 50 bagian aether cum spiritu.

Cara penyalutan seperti penyalutan dengan balsamum tolutanum. Pil yang

disalutkan demikian antara lain ialah gentian violet dan obat cacing.

Penyalutan dapat bagus apabila pil tidak lembek dan tertabur dengan sedikit

talk.

8. TAHAP PERACIKAN PIL

A. PEMBUATAN MASSA PIL

1. Tentukan bobot Bahan Obat untuk 1 pil

2. Tentukan macam dan jumlah bahan tambahan yang dibutuhkan

sesuai dengan jumlah dan sifat Bahan Obat

3. Campur Bahan Obat + pengisi + bahan pengikat + bahan

pemecah sesuai aturan

4. Tambahkan bahan pembasah sedikit-sedikit ke dalam camp

digilas kuat ad massa pil yg baik (elastis, tidak lengket di mortir,

dan tidak pecah digulung)

B. PEMOTONGAN PIL

Massa pil dibentuk silinder yg panjangnya sesuai jumlah yg akan

dibuatsebelumnya pemotong diberi alat penabur dulu

C. PEMBULATAN PIL

1. Potongan massa pil dipindahkan ke alat pembulat pil yg

sudah diberi bahan penabur, selanjutnya dibulatkan

18
2. Masukkan pil ke wadah melalui lubang yang ada dan dihitung

jumlahnya

D. PENYALUTAN PIL

Tujuan:

1. Melindungi Bahan Obat dari pengaruh lingkungan (salut selaput)

2. garam-garam ferro disalut tolubalsem

3. Menutupi rasa bahan yg tak enak (salut gula) kloramfenikol,

strychnin

4. Memperbaiki penampilan pil (salut selaput)

9. CONTOH RESEP PIL DAN CARA KERJA

Contoh Resep (1)

I. Resep asli/standar

a. Resep

R/ Aminophylline 0, 1

b. Kelengkapan Resep

- Paraf dokter tidak tertera

c. Penggolongan Obat

G : Aminophylline (MIMS07 ; 73, phyllocontin continues)

d. Komposisi Bahan

Aminophylline 10 mg

19
II. Uraian Bahan

1. Aminophylline

a. Sinonim : Aminophyllinum, aminofilina, teofilina etilendiamina

b. Khasiat : Bronkodilator, antipasmodikum, diuretikum

c. Pemerian : Butir atau serbuk; putih atau agak kekuningan; bau lemah

mirip amoniak; rasa pahit

d. Kelarutan :Larut dalam lebih kurang 5 bagian air, jika dibiarkan

mungkin menjadi keruh, praktis, tidak larut dalam etanol

(95 %) P dan dalam eter P

e. Dosis : DL = 1x : 100 mg 200 mg

1 hr : 300 mg 600 mg

DM = 1x : 500 mg

1 hr : 1,5 g (Anonim, 1979)

2. Saccharum Lactis

a. Sinonim : Laktosa, lactosum

b. Khasiat : Zat tambahan, zat pengisi

c. Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa agak manis

d. Kelarutan : Berubah warna menjadi coklat jika terdapat bersama-

sama senyawa aminoprimer (misal amfetamin dan

asam amino) (handbook of excipient, 193)

3. Adeps Lanae

a. Sinonim : Lemak bulu domba (Anonim, 1979)

20
b. Khasiat : Zat tambahan, zat pengikat

c. Pemerian : Zat serupa lemak, liat, lengket; kuning muda atau kuning

pucat, agak tembus cahaya; bau lemah dan khas

d. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam

etanol (95 %) P; mudah larut dalam kloroform dan

dalam eter P

4. Talk

a. Sinonim : Talcum (Anonim, 1979)

b. Khasiat : Zat tambahan, penabur

c. Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat

pada kulit, bebas dari butiran, warna putih atau putih

kelabu

d. Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut

III. Perhitungan Dosis

1. Aminophylline

DL = 1x : 100 mg 200 mg

1 hr : 300 mg 600 mg

DM = 1x : 500 mg

1 hr : 1,5 g

Dosis dalam resep :

1x = 2 x 0,1 g = 0,2 g = 200mg/20 = 10 mg

1 hr = 2 x 10 mg = 20 mg

21
Kesimpulan : Dosis aminophylline subterapi

Rekomendasi : Dosis ditingkatkan sesuai DL, menjadi :

1x = 2 x 100 mg = 200 mg

1 hr = 2 x 200 mg = 400 mg

IV. Penimbangan

Massa pil : 200 mg/pil x 20 pil = 4000 mg = 4 g

1. Aminofilin : 100 mg x 20 = 2000 mg = 2 g

2. Laktosa :4g2g = 2 g = 2000 mg

3. Adeps lanae : 1/6 x 2000 mg = 300 mg

4. Talk : qs

V. Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang bahan-bahan yang diperlukan sesuai perhitungan

3. Dicampurkan aminofilin, laktosa, dan adeps lanae digerus hingga

halus dan homogen

4. Setelah terbentuk massa pil, dibuat bentuk silinder dengan cara

digulung-gulung pada papan kayu yang telah ditaburi talk,

digulung hingga panjangnya sesuai dengan jumlah pil yang dibutuhkan

5. Dipotong pil dengan pisau pemotong yang ada pada papan pil. Pil

yang belum bulat digulung-gulungkan pada papan pil yang telah

ditaburi talk, digulung hingga bulat

6. Pil yang sudah jadi dimasukan ke dalam wadah, dikemas dan diberi

22
etiket putih

VI. Penandaan

Etiket Putih

APOTEK FARMASI UMI

JL. Urip Sumoharjo Kampus II UMI

Apoteker :

SIA No. :

No. : Tgl :

Nama :

Aturan Pakai : Tablet

X Sehari Kapsul

Bungkus

Sendok

Kocok Dahulu

XI. Edukasi

1. Pil ini digunakan sebagai obat asma bronkodilator, anti asma

2. Pil ini diminum 2 x sehari 2 pil

3. Simpan ditempat sejuk, kering, dan terlindung dari cahaya matahari

4. Efek samping gangguan lambung, mual, muntah

Contoh Resep (2)

I. Resep asli/standar

R/ Permanganas kalikus 0, 05

23
Adde pro pil singularis

Iod kalikus

b. Kelengkapan resep

- Paraf dokter tidak tertera

c. Penggolongan obat

B : Talk (MIMS07 ; 26, Kaolimec)

d. Komposisi bahan

Permanganas kalikus 0, 05 g

Vaselin album 625 mg

Bolus alba 2500 mg

Talk qs

II. Uraian Bahan

1. Permanganas kalikus

a. Sinonim : Kalii permanganas, kalium permanganat (Anonim,

1979)

b. Khasiat : Antiseptikum ekstern

c. Pemerian : Hablur mengkilat; ungu tua atau hampir hitam; tidak

berbau; rasa manis atau sepat

d. Kelarutan : Larut dalam 16 bagian air; mudah larut dalam air

mendidih

e. Dosis : DM = 1x = 10 g ( MD28th , 1123)

24
f. Inkompatibilitas :Dengan iodida menghasilkan suatu zat yang dapat

mempercepat reaksi kimia dan sebagian besar

subtansi organic (MD28th ,1233)

2. Vaselin putih

a. Sinonim : Vaselinum Album (Anonim, 1979)

b. Khasiat : Zat tambahan, zat pengikat

c. Pemerian : Massa lunak, lengket, bening, putih; sifat ini tetap

setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin

tanpa diaduk. Berflourensi lemah, juga jika dicairkan;

tidak berbau; hampir tidak berasa.

d. Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95 %) P;

larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter

minyak tanah P, larutan kadang-kadang beropalesensi

lemah

3. Bolus alba

a. Sinonim : Kaolinum, kaolin (Anonim, 1979)

b. Khasiat : Zat tambahan, penyerap, zat pengisi

c. Pemerian : Serbuk ringan; putih; bebas dari butiran kasar; tidak

berbau; tidak mempunyai rasa; licin

4. Iod kalikus

a. Sinonim : Kalii iodidum, kalium iodida (Anonim, 1979)

b. Khasiat : Anti jamur

25
c. Pemerian : Hablur heksahedral; transparan atau tidak

berwarna,

opak dan putih; atau serbuk butiran putih; higroskopik

d. Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam

air mendidih; larut dalam etanol (95 %) P, mudah larut

dalam gliserol P

5. Talk

a. Sinonim : Talcum (Anonim, 1979)

b. Khasiat : Zat tambahan, penabur

c. Pemerian : Serbuk hablur, sangat halus licin, mudah melekat

pada kulit, bebas dari butiran, warna putih atau putih

kelabu

d. Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut

III. Perhitungan Dosis

1. Permanganat kalikus

DM : 1x = 10 g ( MD28th, 1123)

Dosis dalam resep :

1x : 2 x 0,05 g = 0,1 g

1 hr : 2 x 0,1 g = 0,2 g

Kesimpulan : Dosis permanganat kalikus terapi

IV. Penimbangan

Massa pil : 150 mg/pil x 25 pil = 3750 mg

26
Massa bolus alba : 100 mg/pil

1. Permanganat kalikus : 0,05 g x 25 = 1250 mg

2. Vaselin album : 1/6 x 3750 mg= 625 mg

3. Bolus alba : 100 mg x 25 = 2500 mg

4. Talk : qs

V. Cara Kerja

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditimbang bahan-bahan yang diperlukan sesuai perhitungan

3. Dicampurkan permanganat kalikus, bolus alba, dan vaselin putih

digerus hingga halus dan homogen

4. Massa pil dibuat bentuk silinder dengan cara digulung-gulung pada

papan kayu yang telah ditaburi talk, digulung hingga panjangnya sesuai

dengan jumlah pil yang dibutuhkan

5. Dipotong pil dengan pisau pemotong yang ada pada papan pil. Pil yang

belum bulat digulung-gulungkan pada papan pil yang telah ditaburi talk,

digulung hingga bulat

6. Pil yang sudah jadi dimasukan ke dalam wadah, dikemas dan diberi

etiket putih

VI. Penandaan

Etiket Putih

27
APOTEK FARMASI UMI

JL. Urip Sumoharjo Kampus II UMI

Apoteker :

SIA No. :

No. : Tgl :

Nama :

Aturan Pakai : Tablet

X Sehari Kapsul

Bungkus

Sendok

Kocok Dahulu

XI. Edukasi

1. Pil ini digunakan sebagai obat anti asma

2. Pil ini diminum tiap pagi dan sore sebanyak 2 pil

3. Simpan ditempat sejuk, kering, dan terlindung dari cahaya matahari

4. Efek samping gangguan lambung, mual, muntah

28
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Pilulae ialah suatu sediaan berupa massa bulat mengandung satu

atau lebih bahan obat. Yang beratnya beratnya berkisar antara < 20 mg

sampai > 300 mg. Oleh karena itu PIL lebih digemari daripada obat dalam

bentuk sediaan lain, karenanya PIL masih diterima dikalangan

masyarakat sampai saat ini. Hal tersebut karena PIL mudah diminum dan

tidak terasa pahit.

PIL juga terdiri dari beberapa bahan, yaitu bahan utama dan bahan

tambahan. Adapun bahan tambahan terdiri dari beberapa bagian,

diantaranya ialah zat pengisi, zat pengikat, zat pembasah, zat penabur,

zat pemecah dan zat penyalut.

2. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya

penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah

di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentu nya dapat

dipertanggungjawabkan. .

29
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. 1989. Pengantar bentuk sediaan farmasi ed.IV. Universitas

Indonesia Press : Jakarta.

Dhanutirto, Haryanto. 2007. ISO Indonesia Volume 42. Ikatan Sarjana

Farmasi Indonesia : Jakarta.

Tjay, H. T. dan Rahardja, Kirana. 2003. Obat-Obat Penting ed. IV. Elex Media

Komputindo : Jakarta.

Anief, Muhamad. 1987. Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press :

Yogyakarta.

30

Anda mungkin juga menyukai