Laporan Endapan Mineral
Laporan Endapan Mineral
Laporan Endapan Mineral
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK VI
FATIMAH H22115014
MUH. NASRI H22115016
SRI WAHYUNI H22115017
SUFRIDAH HARDIANTI H22115020
Alhamdulillah, tiada kata yang paling indah kami ucapkan selain rasa
syukur kehadirat Tuha Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayah Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada
waktunya.
Dalam penulisan ini, tidak sedikit hambatan yang kami temui. Namun
demikian, dengan berkat adanya petunjuk, koreksi, saran dan dorongan dari
berbagai pihak, disertai ketekunan dan doa, hambatan tersebut dapat diatasi
sehingga terwujudlah laporan ini.
Akhir kata semoga Allah tetap melimpahkan taufiq dan hidayah Nya
kepada kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Ruang lingkup dalam praktikum ini dibatasi pada analisis batuan sampel yang
mengandung mineral dengan menggunakan uji HCL serta uji kekerasan batuan
yang dilaksanakan pada Jumat, 24 November 2017 bertempat di Laboratorium
Geofisika Padat.
I.3 Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Pada zaman tersier, terbentuk Gunung Api Sapaya dan Gunung Api
Bontoloe. Gunung api Sapaya terbentuk pada zaman Miosen. Pegunungan purba
Sapaya terbentuk akibat tumbukan benua Eurasia dan benua mikro di Indonesia,
contohnya Banggai Sula, Buton, dan Tukang Besi. Pegunungan Sapaya terbentuk
melalui tiga fasa utama, yaitu Fasa Proximal dengan contoh batuan yang terbentuk
adalah batu gamping. Fasa Medial dengan contoh batuan yang terbentuk Breksi.
Dan fasa Dispal dengan contoh batuan yang terbentuk Konglomerat.
Secara geologis Kota Makassar terbentuk dari batuan hasil letusan gunung
api dan endapan dari angkutan sedimen Sungai Jeneberang dan Sungai Tallo.
Sedangkan struktur batuan yang terdapat di kota ini dapat dilihat dari batuan hasil
letusan gunung api dan endapan aluvial pantai dan sungai. Struktur batuan ini
penyebarannya dapat dilihat sampai ke wilayah Bulurokeng, Daya, dan
Biringkanaya. Selain itu, terdapat juga tiga jenis batuan lainnya seperti breksi dan
konglomerat yang merupakan batuan berkomponen kasar dari jenis batuan beku,
andesit, basaltik, batu apung, dan gamping (Maulana, et.al, 2014).
Untuk mengetahui apakah suatu batuan mengandung bikarbonat atau tidak, dapat
dilakukan dengan uji HCL (Asam Klorida). Dengan menggunakan pipet tetes,
sampel batuan ditetesi HCL. Jika, batuan mengalami reaksi berupa terbentuknya
busa maka dapat dikatakan bahwa batuan tersebut mengandung Bikarbonat.
Sebaliknya, jika batuan tidak mengalami reaksi apa-apa saat ditetesi HCL, maka
batuan tersebut tidak mengandung bikarbonat.
Pertama, sampel batuan kami gores dengan menggunakan kuku, namun tidak
terdapat goresan yang muncul pada batuan. Selanjutnya sampel batuan kami gores
dengan menggunakan paku, ternyata juga tidak terdapat goresan yang muncul
pada batuan. Kemudian, kami menggores sampel batuan dengan batuan itu
sendiri, hasilnya pada batuan tersebut muncul tanda goresan. Oleh karena itu,
Gambar 3.4 Sampel Batuan yang digores dengan batuan itu sendiri
III.1 Analisa Kandungan Mineral
Analisa kandungan mineral yang dilakukan pada sampel batuan dilakukan hanya
dengan mata telanjang. Dari hasil pengamatan, terlihat bahwa batuan mengandung
mineral yang berwarna putih kehitaman, diduga itu adalah Kuarsa. Dengan
struktur butir antara batuan cukup dekat. Batuan memiliki prositas yang cukup
tinggi, karena jika diamati batuan tersebut memiliki banyak pori-pori. Hal ini
disebabkan batuan tersebut saat proses pendinginannya gas-gasnya keluar dan
meninggalkan lubang-lubang (pori-pori). Mengenai permeabilitas sampel batuan,
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Permeabilitas sendiri adalah kemampuan
suatu batuan untuk melolosan fluida. Ini artinya, meskipun suatu batuan memilki
porositas yang bagus namun belum tentu batuan itu juga memiliki porositas yang
bagus, karena bisa saja pori-porinya tidak saling terhubung sehingga
mengakibatkan fluida sulit untuk lolos.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran