Analisis Hujan Dan Tata Guna Lahan
Analisis Hujan Dan Tata Guna Lahan
Analisis Hujan Dan Tata Guna Lahan
ABSTRAK : Tata guna lahan daerah aliran sungai yang mengalami perubahan dan mengarah pada
penggundulan hutan dapat meningkatkan debit banjir serta mempengaruhi debit rerata harian sungai di
daerah hilir. Debit sungai yang mengalir merupakan respon daerah aliran sungai, dengan masukan hujan
dan digambarkan melalui karakteristik hidrograf aliran sungai.
Sub DAS Pekalen mempunyai luas 165,49 km2, berada di Kabupaten Probolinggo. Rata rata debit
harian yang mengalir tahun 1997 sebesar 8,843 m3/dt dan tahun 2006 sebesar 10,42 m3/dt. Hasil analisa
peta tata guna lahan tahun 1997 dan tahun 2006 menunjukkan adanya perubahan tata guna lahan.
Berdasarkan analisa limpasan permukaan metode Curve Number dengan software HEC HMS
menunjukkan bahwa perubahan tata guna lahan yang mengakibatkan nilai Curve Number meningkat
0,59% maka, debit banjir yang akan terjadi juga mengalami peningkatan sebesar 1,99%.
Kata Kunci : Tata Guna Lahan, Curve Number, HEC HMS, Sungai Pekalen
ABSTRACT The change of land-use in watersheds and deforestation may increase flood discharge and
affect the average daily flow of the downstream. The river discharge is a response to the watershed, with
the input of rain and illustrated by the characteristics of hydrograph.
Pekalen sub watershed has an area of 165,49 km2, located in Probolinggo. The average daily discharge
in 1997 is 8,843 m3 / sec and 2006 is 10,42 m3 / sec. The results of the analysis of land use maps of 1997
and 2006 showed changes in land use. Based on the analysis of surface runoff Curve Number method
with use HEC HMS software showed that the land use change by increasing the value of Curve Number
0,59%, the flood discharge will be also increased 1,99%.
Perubahan tata guna lahan bagian hulu tehadap diperlukan suatu penyederhanaan dari realitas
kemungkinan peningkatan ter-jadinya debit sebenarnya yang disebut dengan model.
banjir di daerah hilir pada musim penghujan Hydrologic Modelling System / HEC -
serta ketersediaan air permukaan memerlukan HMS (2000), dikembangkan oleh US Army
observasi respon daerah aliran sungai bagian Corps Engineers merupakan software model
hulu terhadap masukan curah hujan. Respon hujan aliran, yang dapat digunakan untuk
DAS tersebut dapat digambarkan melalui kejadian sesaat (event) maupun kejadian
karakteristik hidrograf aliran. menerus (continuous). HEC-HMS ini merupakan
Fenomena proses transformasi hujan pengembangan program HEC-1, dalam HEC-
menjadi limpasan permukaan dan debit HMS terdapat fasilitas kalibrasi, dan simulasi
merupakan fenomena alam yang sangat model.
kompleks. Untuk memahami fenomena tersebut
83
84 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 7, Nomor 1, Mei 2016, hlm 83-94
Dalam penelitian ini Sub DAS Pekalen Curah Hujan Rerata Daerah
dipilih sebagai lokasi penelitian, mengingat Dalam menghitung hujan rata-rata daerah,
faktor hujan dan perubahan tata guna lahan yang metode yang digunakan adalah metode poligon
terjadi di daerah hulu Sub DAS Pekalen thiessen (weighted average).
berpengaruh terhadap besar limpasan dan debit
yang terjadi di daerah hilir. Oleh sebab itu perlu Metode Analisa Frekuensi
dilakukan penelitian untuk me-ngetahui kondisi Analisa frekuensi bertujuan untuk
perubahan tata guna lahan terhadap fluktuasi memperkirakan besarnya hujan rancang-an
besarnya debit di sungai pekalen. dengan periode ulang tertentu. Ada beberapa
jenis distribusi statistik salah satunya yaitu
Identifikasi Masalah distribusi Log Pearson tipe III.
Sub DAS Pekalen mempunyai luas 165,49
km2, seiring dengan perkem-bangan waktu, Uji Smirnov-Kolmogorov
mengalami perubahan tata guna lahan, hal itu di Uji Smirnov-kolmogorov adalah uji distribusi
tunjukkan hasil interpretasi peta dua kondisi tata terhadap penyimpangan data ke arah horisontal
guna lahan tahun 1997 dan 2006, serta diindi- untuk mengetahui data sesuai dengan jenis
kasikan perubahan tersebut mem-pengaruhi sebaran teoritis yang dipilih atau tidak.
besarnya limpasan debit yang mengalir di sungai
Pekalen, yang ditandai dengan rata rata debit Uji Chi-Square
harian yang mengalir tahun 1997 sebesar 8,843 Uji ini dimaksudkan untuk melihat distribusi
m3/dt dan tahun 2006 sebesar 10,42 m3/dt. pengamatan apakah dapat dihampiri dengan baik
oleh distribusi teoritis.
Tujuan
Tujuan yang ingin di dapatkan penelitian adalah Hidrograf Satuan
sebagai berikut : Hidrograf satuan adalah hidrograf aliran yang
1. Mengidentifikasi perubahan tata guna lahan berlaku untuk suatu lokasi pada daerah aliran
di daerah hulu Sub DAS Pekalen dan sungai apabila daerah tersebut terjadi hujan
pengaruhnya terhadap limpasan. efektif sebesar satu satuan kedalaman hujan
2. Mengidentifikasi nilai parameter hasil selama satu satuan waktu.
kalibrasi model HEC HMS pada Sub DAS
Pekalen. Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu
3. Mengindentifikasi akurasi model terhadap Dalam perhitungan hidrograf satuan sintetik
debit terukur untuk Sub DAS Pekalen. nakayasu perlu menghitung distribusi curah
hujan dan curah hujan efektif. Distribusi curah
KAJIAN PUSTAKA hujan menggu-nakan rumus Mononobe dan
curah hujan efektif didapatkan dengan metode
Uji Ketiadaan Trend Curve Number.
Apabila data dalam bentuk deret berkala Adapun rumus untuk menentukan nilai debit
menunjukkan adanya trend maka datanya tidak puncak hidrograf satuan sintetik Nakayasu yaitu:
disarankan untuk diguna-kan beberapa analisa A.R0
hidrologi, misalnya analisis simulasi. Ketiadaan Qp
3,6.(0,3.Tp T0,3 )
trend dapat diuji dengan berbagai cara, ……... (1)
diantaranya adalah metode Spearman (Uji t). dengan :
Qp = Debit puncak banjir (m3/det)
Uji Konsistensi Data Ro = Hujan satuan (mm)
Uji konsistensi data dilakukan untuk menguji Tp = Tenggang waktu permulaan hujan
ke konsistenan data hujan sehingga sampai puncak banjir (jam)
teridentifikasi kemungkinan terjadinya T0,3 = Waktu yang diperlukan oleh penurunan
penyimpangan data, Metode yang bisa debit, dari puncak sampai 30% dari
digunakan untuk uji konsistensi data adalah uji debit puncak
double mass curve. A = Luas daerah pengaliran sampai outlet
Nurdiyanto, dkk, Analisis Hujan Dan Tata Guna Lahan Terhadap Limpasan Permukaan 85
25400
SM 254
……………..(2) CN
Faktor kehilangan awal (Ia) ditambah-kan .................... (7)
dalam model untuk menggambarkan kehilangan
air akibat laju infiltrasi yang dipengaruhi oleh Nilai CN berdasarkan tata guna lahan dan
faktor kondisi tutupan lahan DAS, tekstur tanah kelompok jenis tanah SCS, dapat dilihat pada
dan bentuk topografi. Kehilangan awal ini Tabel 1.
terjadi sebelum terjadinya limpasan permukan.
Selama jumlah hujan pada daerah yang tembus CNComposite
air tidak melebihi volume tampungan kehilangan Dari informasi mengenai jenis tanah, AMC
awal (Ia), maka tidak terjadi limpasan. dan penggunaan lahan, CN komposit dihitung
Hal itu bisa dirumuskan sebagai berikut. sebagai berikut :
86 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 7, Nomor 1, Mei 2016, hlm 83-94
1
Jenis Tataguna Lahan
2 Padang rumput
kondisi buruk ( < 50% tertutup
tanah ) 68 79 86 89
kondisi baik ( < 50 - 70% tertutup
tanah ) 39 61 74 80
Padang rumput ( seluruhnya rumput ) 30 58 71 78
Semak (baik > 75% terttutup tanah) 30 48 65 73
3 Hutan
Buruk / tanaman jarang, penutupan jelek 45 66 77 83
Baik / penutupan baik 25 55 70 77
7 Pemukiman
% kedap
Luas air
1/8 acre atau kurang 65 77 85 90 92
1/4 acre 38 61 75 83 87
1/3 acre 30 57 72 81 86
1/2 acre 25 54 70 80 85
1 acre 20 51 68 79 84
alam dan output terhitung yang mewakili hasil Qsim = debit hasil simulasi (m3/dt)
simulasi oleh model. Qobs = rata-rata debit hasil pengamatan
Tabel 2. Range Nilai Parameter Model dilapangan (m3 /dt)
Model Parameter Range Nilai Hasil simulasi dikatakan baik jika ENS> 75,
Initial and constant- Initial loss 0 - 500 mm
rate loss Constant loss rate 0 - 300 mm/jam memuaskan jika 65<ENS<75 dan kurang baik
SCS loss Initial abstraction 0 - 500 mm jika ENS<65.
Curve Number 1 - 100
Snyder’s UH Lag 0.1 - 500 jam
Cp 0.1 - 1 Pengujian Nilai Rata-Rata
Baseflow Initial baseflow 0 - 100000 m3/dt Pengujian nilai rata-rata dapat meng-gunakan
Recession factor 0.000011
Flow-to-peak ratio 0-1 pengujian distribusi normal atau pengujian
Muskingum routing K 0.1 - 150 jam distribusi –F
X 0 - 0.5
Number of steps 1 - 100
Sumber: Technical Reference Manual HEC-HMS,2000 METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Koherensi misalnya dapat dilihat dari hasil Lokasi studi di berada di daerah hulu sungai
scatter plot antara debit terukur dan terhitung. Pekalen tepatnya diatas bangunan AWLR
Dalam hal ini koefisien korelasi yang tinggi Condong, dimana luas Sub DAS berkisar 165,49
menunjukkan kohe-rensi yang baik. km2 yang meliputi Kecamatan Krucil, Tiris,
Maron dan Gading Kabupaten Probolinggo dan
Uji Root Mean Square Error (RMSE) Kecamatan Ranuyoso, Sumber Baru dan
RMSE bertujuan untuk mempre-sentasikan Tanggul Kabupaten Lumajang.
rata-rata kuadrat simpang-an (selisih) antara nilai Secara geografis Sub DAS Pekalen terletak
keluaran model terhadap nilai pengukuran atau antara 7° 52' 25.6764" - 8° 1' 42.5784" Lintang
target. Nilai Root Mean Square Errors (RMSE) Selatan dan 113° 20' 28.8456" - 113° 34'
mensyaratkan mendekati satu (1). 45.0912" Bujur Timur.
Nilai RMSE berfungsi untuk me-
ngumpulkan besaran kesalahan dalam prediksi
terhadap data pengamatan.
Adapun formulasinya sebagai berikut :
1 N
RMSE
N t h
( yt yˆt )2
………(9)
dengan :
ŷ t
= Nilai Prediksi / Model
yt = Nilai Aktual / Pengamatan
N = Jumlah Sampel
RMSE = Root Mean Squared Error
Gambar 3. Lokasi Penelitian Sub DAS Pekalen
Uji Nash Sutcliffe (ENS)
Metode Nash ini adalah dengan Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
membandingkan kuadrat selisih debit hasil 1. Peta lokasi stasiun hujan dan data curah
simulasi dan debit hasil pengamatan dengan hujan harian tahun 1997 sampai dengan
kuadrat selisih debit pengamatan dan rata-rata 2011.
debit pengamatan. Nash memberikan persamaan 2. Data debit Sungai Pekalen pada AWLR
sebagai berikut : Condong tahun 1997 sampai dengan 2011.
Nash 100
i (Q sim Qobs)2 3. Peta tekstur tanah untuk wilayah Sub DAS
Pekalen.
i (Q sim Qobs)2
........ (10) 4. Peta Kontur RBI tahun 2000, yang
dengan : mencakup seluruh areal Sub DAS Pekalen.
Qobs = debit pengamatan (m/dt)
88 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 7, Nomor 1, Mei 2016, hlm 83-94
5. Data tata guna lahan dari Sub DAS Pekalen III memiliki penyimpangan terkecil dan menjadi
tahun 1997, dan tahun 2006. distribusi terpilih.
Langkah Langkah Pengerjaan Studi Dari hasil perhitungan hujan rancangan kala
1. Pengumpulan data hujan, debit dan Peta tata ulang 2,5,10,25,50,100 tahun, maka didapatkan
guna lahan, dan Peta Tekstur tanah. nilai : 91,579; 123,982; 147,118; 178,232;
2. Analisi hidrologis meliputi, analisis ketiadaan 202,882; 228,766.
trend, uji stationer, uji konsistensi data,
Tabel 3. Curah Hujan Rerata Harian Maksimum
menentukan hujan rerata daerah, analisis
Daerah
banjir dengan hidrograf nakayasu, analisis Tinggi Curah Hujan
No Tahun
koefisien run off ( C ). (mm)
3. Analisis Peta Kontur, Tata guna lahan. Jenis 1 1997 83.679
tanah dan Tekstur tanah. 2 1998 72.403
4. Identifikasi perubahan tata guna lahan dan 3 1999 108.107
4 2000 199.856
pengaruhnya terhadap limpasan.
5 2001 58.250
5. Identifikasi nilai parameter model HEC 6 2002 96.451
HMS dan akurasi model HEC HMS pada 7 2003 84.425
Sub DAS Pekalen. 8 2004 84.812
9 2005 67.663
10 2006 118.708
HASIL DAN PEMBAHASAN 11 2007 85.099
Analisa Data Hujan 12 2008 53.174
13 2009 131.802
Analisa data hujan dilakukan pada data hujan 14 2010 121.541
tahunan. 15 2011 120.089
Sumber : Hasil Perhitungan
Uji Ketiadaan Trend
Berdasarkan analisis ketiadaan trend dengan Uji Kesesuain Distribusi
menggunkan uji t (uji dua sisi untuk derajad 1. Uji Smirnov-Kolmogorov
kepecayaan 5%), Dari perhitungan, didapatkan Dalam uji smirnov kolmogorov dengan panjang
nilai t hit. terletak -1,761 < 1,647 < 1,761. Oleh data 15 tahun didapatkan nilai Δ maks = 0,169,
karena itu tidak dapat menolak hipotesa pertama untuk Δ Crt nilai α =5% Δ = 0,338.
/ Ho, pada derajat kepercayaan 5% atau Dari hasil Δ maks < Δ Crt tersebut dinyatakan
dikatakan data adalah indepen-den dan tidak hipotesa Log Pearson III diterima.
mungkin mununjukkan adanya trend. 2. Uji Chi-Square
Uji Konsistensi Dalam perhitungan uji chi square dengan
Berdasarkan hasil perhitungan dan ploting data panjang data 15 tahun didapatkan batas kelas
dalam kertas grafik, dapat dijelaskan untuk yang digunakan yaitu 5 kelas dengan sebaran
semua kondisi data hujan pada masing masing peluang 20%.
pospada ke empat stasiun tersebut dalam kondisi Dari hasil perhitungan didapatkan nilai X2hitung
konsisten = 2,333 dan dari tabel Chi-Square didapatkan
nilai X2cr= 5,999 untuk dk=2 dan α = 5%
Hujan Rerata DAS maka dapat disimpulkan bahwa X2hitung < X2cr,
Curah hujan harian maksimum adalah curah hal tersebut meyatakan data tersebut sesuai
hujan harian maksimum rerata daerah dengan dengan distribusi LogPearson III.
metode plygon thiesen yang berasal dari
Analisa GIS
pencatatan di 4 stasiun hujan yang ada di Sub
Berdasarkan hasil analisa kontur dan DEM
DAS Pekalen.
(digital elevatioan model ) dengan software Arc
Hasil perhitungan hujan rerata harian maksimum
View dan HEC GEO HMS, didapatkan model
di Sub DAS Pekalen dapat dilihat pada tabel 3
Sub DAS Pekalen untuk analisa seperti pada
berikut.
Gambar 4.
Analisa Frekuensi
Dengan karakteristik masing masing Sub DAS,
Dari perhitungan analisa frekuensi
seperti pada tabel 4. .
menggunakan, didapatkan metode Log Pearson
Nurdiyanto, dkk, Analisis Hujan Dan Tata Guna Lahan Terhadap Limpasan Permukaan 89
Gambar 5. Peta Tekstur Tanah dan Tata Guna Lahan Th. 1997
90 Jurnal Teknik Pengairan, Volume 7, Nomor 1, Mei 2016, hlm 83-94
Luas untuk masing masing jenis tutupan lahan Berdasarkan analisa debit tahun 1997 dan 2006
dan perubahannya, pada Sub DAS Pekalen tahun menunjukkan peningkatan volume debit sebesar
1997 dan 2006 dapat dilihat pada Tabel 6. 50098.2 (1000 m3)
Tabel 6. Penggunaan Lahan Sub DAS Pekalen
Koefisien Run Off Tahun 1997 dan 2006
Tahun 1997 dan 2006
No Penggunaan Lahan
Tahun Identifikasi Perubahan Berdasarkan perhitungan koefisien air larian
1997 2006 Luas
Luas(Ha) % Luas(Ha) % Luas(Ha)
tersebut, didapatkan nilai yang menunjukkan
1
2
Danau Ranu
Hutan
34,297
4,158,870
0,21%
25,13%
34,297
4206,68
0,21%
25,42%
0
47,81
adanya peningkatan nilai koefisen air larian,
3 Padang Rumput 82,413 0,50% 84,215 0,51% 1,802 seperti pada Tabel 8, yang mengindikasikan
4 Pemukiman 288,701 1,74% 289,865 1,75% 1,164
5 Perkebunan 1,582,273 9,56% 1,769,153 10,69% 186,88 terjadi gangguan pada tata guna lahan DAS
6 Sawah Irigasi 544,717 3,29% 517,981 3,13% -26,736
7
8
Sawah Tadah Hujan
Semak Belukar
156,728
1,306,896
0,95%
7,90%
145,694
1,134,498
0,88%
6,86%
-11,034
-172,398
Tabel 8. Koefisien Run Off
9 Sungai 0,049 0,00% 0,049 0,00% 0 Total
10 Tanah Kosong 14,699 0,09% 13,616 0,08% -1,083 Curah Hujan DAS Debit Volume Debit Koefisien
11 Tegalan 8,379,354 50,63% 8,352,952 50,47% -26,402
Jumlah 16549 16549
Tahun mm/th m3/th m3/dt/th m3/th Larian / C
2006 2431,12 2,431 3838,20 331620480,00 0,824
Sumber : Hasil Analisa
1997 2308,14 2,308 3216,97 277946208,00 0,728
Sumber : Hasil Analisa
Hubungan Limpasan dan Perubahan Tata
Guna Lahan
Pemodelan limpasan tahun 1997 dan 2006, Pemodelan Limpasan Permukaan dan Debit
dilakukan dengan software HEC HMS, Banjir Rencana
menggunakan kriteria sebagai be-rikut : Perubahan nilai Curve Number dan skenario
perubahan tata guna lahan yang mungkin terjadi
Parameter Losses (initial and constant losess)
Sub DAS Pekalen dapat dilihat pada Tabel 9
Parameter basin transform (Snyder Unit berikut.
Hydrograph)
Tabel 9. Curve Number (AMC III) dengan
Parameter Routing Metode Muskingum Perubahan Tata Guna Lahan
Baseflow digunakan metode constant monthly No CN Ia Keterangan
1 86,187 8,203 Kondisi tata guna lahan tahun 1997
2 86,301 8,124 Hutan 10% menjadi tegalan
Hasil Pemodelan 3 86,414 8,046 Hutan 20% menjadi tegalan
Dengan melakukan running HEC HMS, 4 86,527 7,969 Hutan 30% menjadi tegalan
5 86,641 7,895 Hutan 40% menjadi tegalan
didapatkan Gambar output model dan nilai Hutan 10% menjadi tegalan dan semak
optimasi parameter model berikut. 6 86,314 8,115 belukar 10% menjadi perkebunan
Hutan 20% menjadi tegalan dan semak
7 86,441 8,028 belukar 20% menjadi perkebunan
Hutan 30% menjadi tegalan dan semak
8 86,568 7,942 belukar 30% menjadi perkebunan
Hutan 40% menjadi tegalan dan semak
9 86,695 7,859 belukar 40% menjadi perkebunan
Tabel 10. Perubahan Tata Guna Lahan, Curve Tabel 12. Perbandingan debit model dan
Number dan Debit Maksimum pengamatan hasil validasi
Debit maksimum (m3/dt)
No CN Ia
2 TH 5 TH 10TH 25TH 50TH Parameter Model Observasi Selisih % Selisih
1 86,187 8,203 333,20 515,56 660,29 860,59 1,022,55 3
2 86,301 8,124 334,84 517,97 662,95 863,51 1,025,65
Total Outflow (1000 m ) 814156,7 812870,64 1286,06 0,16
3
3 86,414 8,046 336,46 520,37 665,59 866,41 1,028,76 Peak Flow (m /dt) 69,19 28,74 40,45 140,8
4 86,527 7,969 338,81 522,77 668,23 869,31 1,031,78
5 86,641 7,895 339,71 525,16 670,87 872,21 1,034,85 Waktu Peak Outflow 29-Jan-29 23-Jul-25
6 86,314 8,115 335,03 518,24 663,25 863,84 1,026,00
7 86,441 8,028 336,85 520,94 666,22 867,10 1,029,44
Sumber : Hasil Analisa
8 86,568 7,942 338,67 523,27 669,18 870,36 1,032,89
9 86,695 7,859 340,27 525,98 671,79 873,25 1,035,95
Identifikasi Akurasi Parameter Model
Sumber : Hasil Analisa
Terhadap Debit Terukur Tahun 2009, 2010
dan 2011
Peningkatan CN pada kondisi tata guna lahan
Secara visual keandalan model dilihat koherensi
tahun 1997 ke kondisi perubahan hutan dan
/ kemiripan hidrograph antara debit terukur
belukar 40%, berkisar 0,59% mengakibatkan
dengan debit hasil model.
peningkatan debit banjir sekitar 1,99%.
Secara kuantitatif, keandalan model di-nilai
secara statistik dengan berbagai tolak ukur dan
Identifikasi Nilai Parameter Hidrologis Sub kriteria, diantaranya Bias, R squared, RMSE,
DAS Pekalen
Nash dan Uji F.
Parameter yang didapatkan dalam proses
simulasi debit tahun 1997 -2005 diguna-kan Grafik Hasil Validasi Model
sebagai masukan awal, untuk kemu-dian
divalidasi dengan debit tahun beri-kutnya yaitu
debit tahun 2006 sampai 2008, lihat Tabel 11.
Hasil analisa secara kuantitatif / statistik hasil uji Berdasarkan hasil analisa Uji F, disimpulkan
model dengan debit pengamatan metode Rsquare bahwa
/ korelasi, dapat ditabel-kan sebagai berikut. 1. Debit hasil pengamatan dan debit hasil
model, sama jenis
Tabel 13. Nilai Statistik Rsquare 2. Debit dari observasi dan model tidak sama
R square sebagai fungsi waktu (bulan).
No Tahun Harian 10 harian Bulanan
1 2009 0,359 0,713 0,88 Tabel 14. Nilai F score dan Uji Hipo-tesis.
Sumber : Hasil Analisa Uji F Uji F
Hipotesis
F1 F2 Antar Antar Hipotesis
l H0 l 2
group Kelas
24,035 0,961 2,82 Ditolak 4,84 Diterima
Sumber : Hasil Analisa
Debit Bulanan Observasi dan Model Tahun Gambar 13. Perbandingan Hidrograf
2009. Berdasarkan analisis perbandingan debit Pengamatan dan Model Tahun
model terhadap nilai debit observasi dengan Uji 2010
RMSE dan Nash.
RMSE = 71.182Nash = 99.323 Hasil analisa statistik dari debit hasil uji model
dengan debit pengamatan metode Rsquare /
korelasi, dapat dilihat Tabel 15.
Tabel 15. Nilai Statitistik Rsquare
R square
No Tahun Harian 10 harian Bulanan
1 2010 0,001 0,002 0,03
Sumber : Hasil Analisa