Pemodelan Hidrologi Dengan Menggunakan Wms

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 7

1

PEMODELAN HIDROLOGI DENGAN MENGGUNAKAN WMS


(WATERSHED MODELING SYSTEM), DAERAH KAJIAN DI
DAS CILIWUNG HULU

(Penggunaan WMS untuk Ekstraksi Parameter DAS, Estimasi


Debit Puncak dan Hidrograf Aliran dengan Menggunakan
Metode Rasional)
1 2 3
Destianingrum Ratna P. , M. Bayu Rizky Prayoga , Ardila Yananto

Intisari
Permasalahan sumberdaya air dari hari ke hari semakin memburuk, baik kualitas
maupun kuantitas air. DAS sebagai wadah dari berbagai komponen biosfer yang saling
berinteraksi memegang peranan yang penting dalam siklus hidrologi dan fungsi
penyediaan air. Berbagai macam model hidrologi telah dikembangkan, Model-model
tersebut bisa digunakan untuk memecahkan permasalahan sumberdaya air tersebut.
Salah satu model yang bisa digunakan adalah model rasional yang terdapat dalam
Waterhsed Modeling System (WMS). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan
ekstraksi karakteristik DAS dan mengestimasi nilai debit puncak DAS Ciliwung Hulu
berdasarkan nilai curah hujan beberapa kala ulang dengan menggunakan Watershed
Modelling System.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa karakteristik DAS yang dapat diekstraksi dengan
menggunakan WMS adalah luas DAS, panjang sungai utama, kemiringan DAS, dan
kemiringan aliran sungai. Nilai koefisien aliran permukaan DAS Ciliwung Hulu adalah
sebesar 0,72. Nilai intensitas hujan untuk kala ulang 2 tahun sebesar 117 mm/jam, kala
ulang 5 tahun sebesar 135 mm/jam, kala ulang 10 tahun sebesar 143 mm/jam, kala ulang
25 tahun sebesar 152 mm/jam, kala ulang 50 tahun sebesar 157 mm/jam, dan kala ulang
100 tahun sebesar 162 mm/jam. Untuk nilai estimasi debit puncak di DAS Ciliwung Hulu,
3
untuk kala ulang 2 tahun sebesar 735, 588 m /detik, untuk kala ulang 5 tahun sebesar
3 3
852,713 m /detik, untuk kala ulang 10 tahun sebesar 904,363 m /detik, untuk kala ulang
3 3
25 tahun sebesar 959,448 m /detik, untuk kala ulang 50 tahun sebesar 992,448 m /detik
3
dan untuk kala ulang 100 tahun sebesar 1.023,313 m /detik.

Kata kunci: Watershed Modeling System, Daerah Aliran Sungai, Metode Rasional, Debit

Abstract
Water resources problems are getting worse from by the day, both the quality and
quantity of water. Watershed as a container of various components of the interacting
biosphere is playing an important role in the hydrological cycle and water supply
functions. Various kinds of hydrological models have been developed. The models can be
used to help solving the water resources problems. One of models that can be used are
contained in Watershed Modeling System (WMS) is Rational Method. The purpose of this
study was to perform the extraction of watershed characteristics and estimate the peak
discharge in Ciliwung Hulu Watershed based on the value of rainfall in some return period
by using the Watershed Modeling System.
The results of study show that the characteristics of the watershed that can be extracted
by using WMS are watershed area, main stream length, the slope of the watershed, and
the slope of the river. Runoff coefficient value of Ciliwung Hulu Watershed is 0,72.
Rainfall intensity value for 2-year return period is 117 mm/h, when the 5-year return
period is 135 mm/h, when the 10-year return period is 143 mm/h, when the 25-year return
period is 152 mm/h, when the 50-year return periods 157 mm/h, and when 100-year
return period is 162 mm/hour. For the estimated value of the peak discharge in Ciliwung
3
Hulu watershed for 2-year return period amounted to 735,588 m /sec, for 5-year return
2 Jurnal Sains dan Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 16, No. 1, 2015: 1 - 7

3
period amounted to 852,713 m /sec, for a 10-year return period amounted to 904,363
3 3
m /sec, for a 25 year return period amounted to 959,448 m /sec, for 50-year return period
3
amounted to 992,448 m /sec and for 100 years return period amounted to 1023,313
3
m /sec.

Keywords: Watershed Modeling System, Watershed, Rational Method, Discharge

1. PENDAHULUAN hidrograf aliran DAS Ciliwung Hulu dengan


Indonesia merupakan salah satu negara menggunakan Model Rasional.
yang tak lebas dari berbagi bencana, tak terkecuali
bencana banjir yang terjadi hampir setiap 2. DASAR TEORI
tahunnya terutama di kota-kota besar di Indonesia. 2.1. Watershed Modelling System
Berdasarkan kondisi morfologis, banjir bisa Model DAS adalah representasi matematis
disebabkan karena adanya relief bentang alam dari proses DAS dan terpengaruh sosio ekonomi
Indonesia yang sangat bervariasi. Daerah rawan dan lingkungan sistem. Ada banyak model DAS
banjir tersebut diperburuk dengan adanya yang memiliki berbagai tingkat kecanggihan dan
perubahan tata-guna lahan yang tidak menyediakan beragam jenis informasi, tetapi
memperhatikan daerah resapan air, bahkan saat semua model DAS mempunyai satu kesamaan
ini pemanfaatan hutan yang bukan hutan produksi karakteristik, yaitu mereka semua
merupakan hal sering dijumpai. penyederhanaan proses DAS yang sebenarnya
Selain itu, perubahan tata-guna lahan (Mirchi, 2009).
yang kemudian berakibat menimbulkan bencana Watershed Modeling System
banjir, dapat dibuktikan antara lain di daerah (WMS) merupakan sebuah aplikasi komputer
perkotaan sepanjang pantai terutama yang dialiri berbasis data grid dimana didalamnya terdapat
dan sebagai outlet sungai. Penebangan hutan aplikasi Gridded Surface Subsurface Hydrologic
secara tidak terkontrol juga menyebabkan Analysis (GSSHA). Model DAS dapat
peningkatan koefisien aliran permukaan (run off) diklasifikasikan berdasarkan skala spasial dan
yang besar, sehingga dapat menimbukan banjir temporal, metode yang diadopsi untuk
bandang dan kerusakan lingkungan di daerah memecahkan perhitungan dan pengertian
satuan wilayah tertentu. mengenai proses hidrologi suatu Daerah Aliran
Berdasarkan data kejadian bencana, Sungai (DAS) (Melone et. Al, 2005 dalam Daniel
bencana hidrometeorologi menempati urutan dkk, 2010).
terbesar (53,3%) dari total kejadian bencana yang
pernah terjadi di Indonesia. Dari total bencana
2.2. Koefisien Aliran DAS
hidrometeorologi tersebut, 34,1%-nya merupakan
banjir. Atas dasar kenyataan tersebut maka perlu Pengaruh tata guna lahan pada aliran
dilakukan suatu analisis baik untuk memperoleh permukaan dinyatakan dalam koefisien aliran
aspek-aspek morfologi DAS, koefisien aliran permukaan DAS (C). Koefisien aliran permukaan
sungai, hidrograf aliran sungai, debit puncak. DAS adalah nlai yang menunjukkan perbandingan
Berkaitan dengan hal diatas, antara bersarnya aliran dengan besarnya curah
pengembangan metode analisis data DAS untuk hujan (Suripin, 2004). Nilai koefisien aliran ini
ekstraksi informasi karakteristik DAS, hidrograf merupakan salah satu indikator untuk menentukan
aliran hingga daerah limpasan aliran sungai kondisi fisik suatu DAS.
sangatlah diperlukan terutama terkait dengan Nilai C berkisar antara 0 sampai dengan 1.
penanganan bencana hidrometeorologi, rencana Nilai C = 0 menunjukkan bahwa semua air hujan
pembangunan infrastruktur manajemen air, dan terintersepsi dan terinfiltrasi ke dalam tanah,
tata guna lahan. Untuk menunjang hal tersebut sebaliknya untuk nilai C = 1 menunjukkan bahwa
program WMS (Watershed Modeling System) bisa semua air hujan mengalir sebagai aliran
sangat diandalkan terutama terkait dengan permukaan. Pada DAS yang masih baik, harga C
pemodelan hidrologi. mendekati ), semakin rusak suatu DAS, maka
Tujuan dari penelitian ini antara lain untuk harga C semakin mendekati satu (Suripin, 2004).
mengetahui ; 1) ektraksi morfometri DAS, 2) nilai
Menurut Chow, 1964 ; Gray, 1973 dalam
koefisien aliran DAS Ciliwung Hulu, 3) nilai
Intensitas hujan di DAS Ciliwung Hulu dalam kala Seyhan (1995) Nilai C dapat dilihat dalam Tabel 1.
ulang tertentu berdasarkan data curah hujan
historis, dan 4) estimasi debit puncak dan

Koefisien
Tipe Kawasan DAS
Tabel 1. Nilai Koefisien Aliran Limpasan
Pemodelan Hidrologi Dengan Menggunkan WMS… (Destianingrum Ratna P., dkk) 3

Halaman rumput
tanah berpasir, datar (2%) 0,05-0,10 2.3. Perhitungan Intensitas Hujan
tanah berpasir, rata-rata (2-7%) 0,10-0,15 DAS Ciliwung Hulu dengan
tanah berpasir, curam (7%) 0,15-0,20 Hujan Rancangan
tanah berat, datar (2%) 0,13-0,17 Hujan rancangan dapat ditentukan dengan
tanah berat, rata-rata (2-7%) 0,18-0,22 metode metode statistika yakni analisis frekuensi
data hujan (Widyasari, 2009). Analisis frekuensi
tanah berat, curam (7%) 0,25-0,35 data yang digunakan adalah data hujan dengan
Bisnis panjang data minimal 10 tahun. Maksud dari
Kawasan kota 0,70-0,95 perhitungan hujan rancangan adalah untuk
menghitung intensitas hujan kala ulang dengan
Kawasan pinggiran 0,50-0,70
menggunakan analisis frekuensi. Analisis
Kawasan permukiman frekuensi yang digunakan antara lain :
kawasan keluarga tunggal 0,30-0,50
a. Distribusi Normal
multi satuan, terpisah 0,40-0,60 b. Distribusi Log Normal
multi satuan, berdempetan 0,60-0,75 c. Distribusi Gumbel
pinggiran kota 0,25-0,40 d. Distribusi Log Pearson III
kawasan tempat tinggal berupa
Uji chi kuadrat dan uji smirnov-kolmogorov
rumah susun 0,50-0,70
juga dilakukan untuk memilih distribusi yang akan
Perindustrian digunakan untuk perhitungan hujan rancangan.
kawasan yang ringan 0,50-0,80 Untuk menghitung nilai intensitas hujan hasil dari
kawasan yang berat 0,60-0,90 analisis frekuensi pada masing-masing kala ulang,
maka digunakan persamaan mononobe
Taman-taman dan kuburan 0,10-0,25 (Sosrodarsono, 1977). Rumus persamaan
Lapangan Bermain 0,20-0,35 mononobe :
Kawasan halaman Rel KA 0,20-0,40
Kawasan yang belum diperbaiki 0,10-0,30 ( )
Jalan-jalan
beraspal 0,70-0,95 Keterangan :
beton 0,8-0,95
I = Intensitas hujan (mm/jam)
t = waktu (jam)
Jalan raya dan trotoar 0,70-0,85 R24 = tinggi hujan rancangan dalam 24
Atap 0,75-0,95 jam

Konversi satuan intensitas hujan perlu


Tipe Kawasan Pertanian Nilai f dilakukan dalam model yang dijalankan WMS.
Satuan intensitas hujan satuan dalam perhitungan
Topografi
masih dalam satuan mm/jam, oleh karena itu
Lahan, datar, kemiringan rata-rata 1-
harus dikonservasi kedalam satuan inchi/jam.
3 kaki per mil 0,30
Lahan berombak, kemiringan rata-
2.4. Estimasi Debit Puncak
rata 15- 20 kaki per mil 0,20
Watershed Modeling System mampu
Lahan berbukit, kemiringan rata-rata menghitung debit dengan data yang ada.
150 hingga 250 kaki per mil 0,10 Perhitungan Debit puncak dilakukan dengan
Tanah menggunakan metode atau rumus rasional.
Liat kedap air yang rapat 0,10 Rumus ini banyak digunakan untuk sungai-sungai
Kombinasi medium dari liat dan biasa dengan daerah aliran yang luas dan juga
lempung 0,20 untuk perencanaan drainase DAS yang relatif
sempit (Sosrodarsono, 1977). Rumus rasional
Lempung berpasir yang terbuka 0,40 tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
Penutup Tanaman
Lahan-lahan yang diusahakan 0,10 Q = C. I. A cfs (cubic feet per second atau
secondfeet)
Lahan kayu 0,20
Atau apabila dalam satuan metrik maka rumus
Untuk suatu DAS tertentu maka nilai C dalah : tersebut menjadi (Subarkah, 1980) :
C = ftopografi + ftanah + fpenutup tanaman
4 Jurnal Sains dan Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 16, No. 1, 2015: 1 - 7

3
Q = 0,278 C. I. A m /detik dianggap paling mewakili rangkaian data untuk
diolah lebih lanjut. Setelah diuji menggunakan chi
Keterangan : kuadrat, maka rangkaian data diuji kembali
Q = Debit dengan menggunakan uji Smirnov – Kolmogorov.
I = Intensitas hujan Tujuannya untuk memperkuat analisis dari
A = Luas DAS distribusi statistik yang digunakan.
Setelah dilakukan pengujian Chi Kuadrat
3. METODE PENELITIAN dan Smirnov – Kolmogorov, maka didapatkan hasil
bahwa rangkaian data memenuhi persyaratan
Tulisan ini menyampaikan konsep
untuk dilakukan analisis lebih lanjut dalam
pemodelan hidrologi dengan menggunakan
menyusun perhitungan hujan rancangan. Nilai
Watershed Modeling System (WMS). Dalam WMS
hujan rancangan yang digunakan adalah hasil
terdapat beberapa modul atau metode yang bisa
perhitungan dari Distribusi Log Pearson III.
dipilih untuk analisis hidrologi maupun pemodelan
Perhitungan nilai debit dilakukan dengan
hidrologi. Model yang digunakan dalam analisis
menggunakan model rasional. Parameter-
pemodelan hidrologi DAS Ciliwung Hulu ini
parameter yang dibutuhkan untuk perhitungan
menggunakan model rasional.
model ini di masukkan secara manual kemudian
Data yang digunakan sebagai input model
dijalankan dengan menggunakan WMS model
hidrologi ini antara lain :
rasional. Model rasional ini dapat menghitung nilai
debit pada setiap kala ulang. Kala ulang yang
a. Data DEM.
dihitung adalah kala ulang 2 tahun, 5 tahun, 10
Data DEM dapat diperoleh dari citra satelit
tahun, 25 tahun, 50 tahun dan 100 tahun.
ataupun dari hasil pengolahan Peta
kontur. Semakin besar resolusi data DEM
yang digunakan maka akan semakin baik.
b. Data hujan. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hujan yang digunakan adalah data Hasil dari kegiatan ini terbagi menjadi
hujan harian maksimum. Data hujan beberapa bagian utama, yaitu ekstraksi informasi
tersebut sebaiknya mempunyai series morfometri DAS Ciliwung Hulu, perhitungan nilai
waktu yang panjang (minimal 10 tahun). koefisien aliran permukaan DAS Ciliwung Hulu,
Data hujan yang digunakan dalam perhitungan hujan rancangan, penggunaan Model
penelitian ini adalah data Hujan dari Rasional untuk estimasi nilai debit puncak
Stasiun Bendung Katulampa dari tahun berdasarkan nilai intensitas hujan pada kala ulang
1991-2005 (15 tahun). tertentu untuk memperoleh perkiraan hidrograf
c. Citra Ikonos tahun 2013. aliran di DAS Ciliwung Hulu.
d. Peta hidrologi tanah. Secara keseluruhan luas total DAS
2
e. Peta administrasi wilayah DAS Ciliwung Ciliwung Hulu berkisar 144,93 Km . Dimana Jenis
Hulu. penggunaan lahan hutan lebat masih
2
mendominasi, yaitu seluas 50,1 km atau berkisar
Sebagai input utama dalam pemodelan ini 34,57% dari keseluruhan luas DAS. Jenis
adalah data DEM. Data DEM tersebut diolah Penggunaan lahan berupa perkebunan juga relatif
2
dengan menggunakan WMS untuk menentukan cukup luas, yaitu berkirar 19,19 km . Penggunaan
morfometri DAS dan komponen DAS lain yang lahan berupa permukiman di DAS Ciliwung hulu
2
digunakan dalam komputasi model ini. Dengan kurang lebih seluas 19,03 km atau berkisar
menjalankan perintah (command) tertentu dalam 13,13% dari luas keseluruhan DAS Ciliwung Hulu.
WMS maka didapatkan morfometri DAS.
Perhitungan nilai koefisien aliran dilakukan dengan
menghitung masing-masing nilai koefisien aliran
dari penggunaan lahan yang ada.
Perhitungan hujan rancangan dilakukan
untuk mendapatkan nilai intensitas hujan. Analisis
frekuensi digunakan dalam perhitungan hujan
rancangan. Analisis frekuensi yang digunakan
antara lain:
a. Distribusi normal
b. Distribusi log normal
c. Distribusi log pearson III, dan
d. Distribusi gumbel.
Gambar 1. Topografi Daerah Aliran Sungai
Pada masing – masing analisis distribusi, Ciliwung Hulu dari citra SRTM
hasilnya dilakukan uji chi kuadrat untuk
mengetahui analisis distribusi mana yang
Pemodelan Hidrologi Dengan Menggunkan WMS… (Destianingrum Ratna P., dkk) 5

Tabel 2. Jenis Penggunaan Lahan DAS Gambar 2. Morfometri DAS Ciliwung Hulu.
Ciliwung Hulu
Dari hasil komputasi batas DAS yang
dilakukan, dapat diketahui nilai dari masing-
masing variabel morfometri DAS. Luas DAS
2
Ciliwung Hulu adalah 144,93 km dengan keliling
2
DAS sekitar 75 km . Panjang maksimal aliran
sungai di DAS Ciliwung Hulu kurang lebih 22 km.
Kemiringan DAS rata-rata berkisar 0,25 m/m,
sedangkan kemiringan aliran maksimal di DAS
Ciliwung Hulu adalah 0.05 m/m.

4.2. Nilai Koefisien Aliran Permukaan


Ciliwung Hulu
Penggunaan lahan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kondisi aliran
permukaan suatu DAS. Penggunaan lahan
berperan dalam menentukan besarnya nilai
koefisien aliran dalam suatu DAS. Semakin luas
Sumber : Interpretasi citra Ikonos dan Quickbird Tahun 2013 luasan penggunaan lahan yang terpengaruh oleh
manusia (misalnya pemukiman, bangunan dan
Dengan aturan minimal luasan jenis penggunaan yang lainnya) maka dapat menyumbang besarnya
lahan hutan 30% dari total keseluruhan suatu koefisen aliran yang terjadi.
DAS, maka sebenarnya DAS ciliwung Hulu masih Hasil pengolahan data dan interpretasi
memenuhi persyaratan tersebut, akan tetapi jika citra di dapatkan bahwa nilai koefisien aliran untuk
dibandingkan dengan luas DAS Ciliwung secara DAS Ciliwung Hulu adalah sebesar 0,72. Angka
keseluruhan baik hulu maupun hilir, luas hutan tersebut mengandung makna bahwa sekitar 72%
tersebut hanya berkisar 8,95% atau kurang dari dari hujan total yang terjadi di Wilayah DAS
sepertiga syarat minimum luas hutan dalam Ciliwung Hulu akan menjadi aliran permukaan
sistem DAS. Oleh karena itu sangat wajar jika (limpasan/run off). Besarnya koefisien aliran
terjadi hujan yang lebat, akan sering tersebut akan berpengaruh terhadap besarnya
mengakibatkan banjir di daerah DKI Jakarta dan debit sungai yang nantinya akan berkontribusi
sekitarnya, dikarenakan daerah resapan air di pada kondisi banjir di Jakarta.
sistem DAS yang sudah sangat berkurang.
4.3. Hujan Rancangan DAS Ciliwung
4.1. Ekstraksi Morfometri DAS Hulu
Ciliwung Hulu Sebelum bisa mendapatkan prediksi debit
Ekstraksi informasi morfometri DAS pada beberapa periode ulang di DAS Ciliwung
dilakukan dengan data dasar berupa citra satelit hulu, perlu dilakukan perhitungan hujan rancangan
yang memuat informasi topografi. Citra satelit yang di daerah tersebut. Nilai hujan rancangan yang
digunakan adalah produk dari SRTM. Data dasar diperoleh dari hasil perhitungan yang tertuang
berupa file Digital Elevation Model dengan dalam Tabel 3.
ekstensi .dem.

Tabel 3. Nilai hujan rancangan (Xt) hasil


perhitungan Distribusi Log Pearson
III.

Kala ulang (tahun) Nilai Xt (mm/jam)


2 117
5 135
10 143
25 152
50 157
100 162

Sumber: hasil analisis data


6 Jurnal Sains dan Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 16, No. 1, 2015: 1 - 7

Setelah nilai hujan rancangan (Xt) pada


distribusi yang telah dipilih didapatkan, maka Tabel 5. Estimasi Debit Puncak dengan
dapat dihitung nilai hujan rancangan setiap kala Metode Rasional
ulangnya. Hasil perhitungan hujan rancangan
(inchi/jam) setiap kala ulang tersaji dalam tabel 4. Kala Ulang Q
C I (mm/hr) A (Ha) 3
(tahun) (m /detik)
Tabel 4. Hasil Perhitungan Hujan Rancangan 2 0,72 25,378 14492,72 735,588
Setiap Kala Ulang
5 0,72 29,419 14492,72 852,713
Intensitas hujan rancangan (inchi/jam) 10 0,72 31,201 14492,72 904,363
Waktu
(menit) 2 5 10 25 50 100 25 0,72 33,096 14492,72 959,289
tahun tahun tahun tahun tahun tahun 50 0,72 34,240 14492,72 992,448
5 8,37 9,65 10,23 10,87 11,23 11,58 100 0,72 35,304 14492,72 1023,313

10 5,27 6,08 6,44 6,85 7,075 7,300 Sumber : Analisis Data


15 4,02 4,64 4,91 5,22 5,39 5,57 Nilai estimasi debit puncak seperti pada
30 2,53 2,92 3,09 3,29 3,40 3,50
Tabel 4 menunjukkan bahwa debit puncak
Ciliwung Hulu akan semakin meningkat pada
60 1,59 1,84 1,95 2,07 2,14 2,21 beberapa kala ulang. Hal ini tentunya tak lepas
dari besarnya hujan rancangan dan parameter
Sumber : Pengolahan Data penggunaan lahan yang sangat berpengaruh pada
nilai koefisien aliran nantinya.
Hubungan antara intensitas hujan dengan
waktu dapat digambarkan dalam sebuah
grafik/kurva, yakni kurva IDF (Intencity Duration
Frequency) atau kurva intensitas durasi frekuensi.

Kurva IDF
14
12 Ru 2 tahun
Intensitas Inchi/jam)

10 Ru 5 tahun
8 Ru 10 tahun
6 Ru 25 tahun
4
Ru 50 tahun
2
Ru 100 tahun
0
5 10 15 30 60

Waktu (menit)

Gambar 3. Kurva IDF Stasiun Katulampa. Gambar 4. Hidrograf aliran Ciliwung Hulu pada
beberapa periode kala ulang (2,5, 10,
25, 50, dan 100 tahun).
4.4. Estimasi Debit Puncak dengan
Gambar 4 menunjukkan hidrograf aliran di
Metode Rasional
DAS Ciliwung Hulu. Dapat diamati bahwa waktu
Estimasi debit puncak dengan puncak aliran pada masing – masing kala ulang
menggunakan Model Rasional dilakukan setelah ada pada T = 120 menit. Itu artinya, pada skenario
mendapatkan nilai hujan rancangan tiap jam. hujan rancangan dan penggunaan lahan seperti
Setelah nilai hujan rancangan tiap jam diperoleh yang dilakukan dalam penelitian ini, akan
maka tahapan selanjutnya adalah memasukkan menghasilkan besar aliran puncak yang akan
masing – masing nilai hujan rancangan pada terjadi pada waktu 2 jam setelah mulai turun hujan.
beberapa periode ulang tertentu. Beberapa periode kala ulang menunjukkan pola
Dalam kegiatan ini, digunakan hasil yang sama pada hasil hidrograf aliran dengan
perhitungan hujan rancangan yang telah menggunakan metode rasional.
didapatkan. Hujan rancangan yang digunakan
sebagai masukan data untuk melakukan estimasi
debit puncak dengan metode rasional
mendapatkan hasil estimasi seperti Tabel 5.
Pemodelan Hidrologi Dengan Menggunkan WMS… (Destianingrum Ratna P., dkk) 7

5. KESIMPULAN
Pemodelan hidrologi di DAS Ciliwung Hulu
dengan menggunakan WMS bisa digunakan
sebagai salah satu prediksi nilai debit puncak di
DAS tersebut. Berdasarkan hasil pengolahan dan
analisis data yang telah dilakukan, didapatkan
karakteristik fisik DAS Ciliwung Hulu yaitu, panjang
maksimal aliran sungai di DAS Ciliwung Hulu
adalah 22 km. Kemiringan DAS rata-rata berkisar
0,25 m/m, sedangkan kemiringan aliran maksimal
di DAS Ciliwung Hulu adalah 0,05 m/m. Nilai
koefisien aliran permukaan di DAS Ciliwung Hulu
sebesar 0,72. Nilai koefisien tersebut mempunyai
arti dari banyaknya hujan yang jatuh ke
permukaan DAS Ciliwung Hulu, maka air
sebanyak 72% dari total curah hujan yang turun
akan menjadi limpasan di DAS Ciliwung Hulu.
Didapatkan juga besarnya hujan rancangan dan
estimasi debit puncak yang akan terjadi di DAS
Ciliwung Hulu dengan parameter seperti pada
penelitian ini. Besarnya nilai hujan rancangan dan
estimasi debit puncak pada kala ulang 2, 5, 10, 25,
50, dan 100 tahun nilainya menunjukkan
kecenderungan yang meningkat.

DAFTAR PUSTAKA
Daniel, E. B., Camp, J. V., LeBoeuf, E. J., Penrod,
J. R., Abkowitz, M. D., dan Dobbins, J. P.
2010. Watershed Modelling Using GIS
Technology: A Critical Review. Journal of
Spatial Hydrology Vol 10, No. 2, Fall 2010.
Tennessee : Department of Civil
Environmental Engineering.
Mirchi, A.,Watkins, D., Madani, K. 2009. Modeling
For Watershed Planning, Management
and Decision Making. Watershed :
Management, Restoration and
Environmental. P.1-25, Chapter 6. Nova
Science Publishers, Inc.
Seyhan, E. 1995. Dasar-Dasar Hidrologi.
Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press
Sosrodarsono, S., Takeda, K. 1977. Hidrologi
Untuk Pengairan. Jakarta: Pradnya
Paramita
Subarkah, I. 1980. Hidrologi untuk Perencanaan
Bangunan Air. Bandung: Idea Dharma.
Suripin. 2004. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan
Air. Yogyakarta:Penerbit Andi.
Widyasari, . 2009. Kurva Intensitas Durasi
Frekuensi (IDF) Persamaan Mononobe di
Kabupaten Sleman. Janateknika Vo.11
No.2/Juli 2009. Halaman 85-94.

Anda mungkin juga menyukai