Proposal Ta (Bagus)
Proposal Ta (Bagus)
Proposal Ta (Bagus)
Disusun Oleh :
Bagus Rachman Fadhlillah
NRP. 2414 106 021
Dosen Pembimbing I :
Ir. Harsono Hadi, M.T, Ph.D.
NIP. 1960011 919860 1 001
Dosen Pembimbing II :
Nur Laila Hamidah, S.T, M.Sc.
NIP. 19540406 198103 1 003
Ir. Harsono Hadi, M.T, Ph.D. Nur Laila Hamidah S.T, M.Sc.
NIP. 1960011919860 1 001 NIP. 19540406 198103 1 003
Mengetahui,
Kepala Laboratorium Rekayasa Energi dan
Pengkondisian Lingkungan
2
I. Judul
”Identifikasi Karakteristik Biomassa Serpihan Kayu Pada Proses Gasifikasi Menggunakan
Reaktor Downdraft Dengan Sistem Kontinyu Dan Variasi Air Fuel Ratio (AFR)”
V. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, permasalahan yang dapat
diangkat dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh variasi Air Fuel Ratio (AFR) terhadap nilai kalor bawah (Lower
Heating Value/LHV) synthetic-gas yang dihasilkan melalui proses gasifikasi ?
2. Bagaimana pengaruh variasi Air Fuel Ratio (AFR) terhadap komposisi atau kandungan
synthetic-gas yang dihasilkan melalui proses gasifikasi ?
3. Bagaimana pengaruh variasi Air Fuel Ratio (AFR) terhadap efisiensi gasifikasi yang dapat
diketahui dari energi hasil proses gasifikasi dibandingkan dengan energi yang masuk
kedalam proses gasifikasi ?
VI. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai berdasarkan rumusan masalah yang telah diangkat pada
penelitian Tugas Akhir ini, antara lain :
1. Mengetahui pengaruh variasi Air Fuel Ratio (AFR) terhadap nilai kalor bawah (Lower
Heating Value/LHV) synthetic-gas yang dihasilkan melalui proses gasifikasi.
2. Mengetahui pengaruh variasi Air Fuel Ratio (AFR) terhadap komposisi synthetic-gas yang
dihasilkan melalui proses gasifikasi.
3. Mendapatkan nilai Air Fuel Ratio (AFR) terbaik untuk efisiensi proses gasifikasi.
VII. Batasan Masalah
4
Agar penelitian ini tidak menimbulkan permasalahan yang melebar dan diluar topik yang
diangkat, maka dibuat beberapa batasan masalah, antara lain :
1. Air Fuel Ratio (AFR) yang digunakan dalam pengujian proses gasifikasi memiliki 4 variasi
yaitu 0.96, 1.22, 1.31, 1.4.
2. Karakteristik proses gasifikasi biomassa yang diteliti yaitu nilai kalor bawah (Lower
Heating Value/LHV), komposisi synthetic-gas dan efisiensi gasifikasi.
3. Komposisi synthetic-gas yang dihasilkan ditinjau dari nilai prosentase masing-masing gas
termasuk flammable gas.
4. Efisiensi gasifikasi diperoleh dari energi hasil proses gasifikasi dibandingkan dengan
energi yang masuk kedalam proses gasifikasi pada masing-masing variasi nilai Air Fuel
Ratio (AFR).
5. Biomassa yang digunakan pada penelitian ini yaitu limbah serpihan kayu yang tidak
terpakai dari industri kayu atau pengrajin kayu.
6. Gasifier yang digunakan pada penelitian ini yaitu reaktor tipe downdraft yang terdapat pada
Laboratorium Teknik Pembakaran dan Bahan Bakar Jurusan Teknik Mesin ITS.
7. Sistem gasifikasi yang digunakan pada penelitian ini memakai sistem pemasukan biomassa
secara kontinyu atau terus menerus tiap 10 menit sekali.
8
Gasifikasi adalah proses konversi energi dari bahan bakar yang mengandung karbon
(padat ataupun cair) menjadi gas yang disebut syngas (synthesis gas) atau gas sintetis dengan
cara oksidasi parsial pada temperatur tinggi. Proses gasifikasi dilakukan dalam suatu reaktor
yang dikenal dengan gasifier. Jenis gasifier yang ada saat ini dapat dikelompokkan berdasarkan
mode fluidisasi, arah aliran dan jenis gas yang diperlukan untuk proses gasifikasi (gasifying
agent).
9
Pada Downdraft Gasifier, udara disuplai dari atas secara terus menerus dan bergerak
mengalir ke bawah sehingga membawa gas yang keluar untuk ikut mengalir ke bawah menuju
zona gasifikasi hot-char, menyalakan api, dan membakar tar. Dengan demikian, emisi yang
dihasilkan sangat bersih. Sementara itu, bahan bakar juga bergerak ke bawah, seperti gas
pirolisis, sehingga dikenal dengan Co-current gasifier. Meskipun begitu, jenis gasifier ini
memeliki efisieni keseluruhan rendah serta penanganan yang sulit untuk biomassa dengan
moisture content dan kandungan abu yang tinggi dari pada updraft gasifier. Pada jenis gasifier
ini juga amatlah penting untuk memperhatikan distribusi suhu tinggi yang merata diseluruh area
dalam reaktor gasifikasi. Oleh karena itu, downdraft gasifier terbatas hanya untuk range daya
kurang dari 1 MW (Akudo, 2008; Belonio, 2005). Gas produser gasifikasi downdraft biasanya
memiliki suhu antara 500 dan 900°C (Vogel dkk, 2006 dalam Zurich, 2008), dan menurut nilai-
nilai efisiensi gas dingin 70 sampai 80% (Nussbaumer, 2004 dalam Zurich, 2008). Serupa
dengan gasifikasi updraft, nilai pemanasan gas produser downdraft rendah di kisaran 5 MJ/mn3
(Morf, 2001 dalam Zurich, 2008). Karena ke reaktor tar internal yang retak, beban tar rendah
dengan nilai maksimum dari 6 g/Mn3 (dtf) (Nussbaumer, 2004 dalam Zurich, 2008).
b. Desain Gasifier
Bentuk gasifier yang dibuat untuk proses gasifikasi sangat mempengaruhi proses secara
keseluruhan. Misalnya, pada reaktor gasifikasi downdraft terdapat desain dengan neck atau
penyempitan di bagian tengah reaktor yang juga dikenal dengan nama reaktor imbert (Reed and
Das, 1988).
c. Gasifying Agent
Penggunaan jenis gasifying agent mempengaruhi kandungan gas yang dimiliki oleh
syngas. Misalnya, penggunaan udara bebas menghasilkan senyawa nitrogen yang pekat di
dalam syngas, berlawanan dengan penggunaan oksigen/uap yang memiliki kandungan nitrogen
yang relatif sedikit. Sehingga penggunaan gasifying agent oksigen/uap memiliki nilai kalor
syngas yang lebih baik dibandingkan gasifying agent udara.
10
d. Perbandingan Udara – Bahan Bakar (AFR)
Kebutuhan udara pada proses gasifikasi berada di antara batas konversi energi pirolisis
dan pembakaran. Karena itu dibutuhkan rasio yang tepat jika menginginkan hasil syngas yang
maksimal.
Gambar 9.3 Skema Tahapan Proses dan Reaksi Gasifikasi Pada Downdraft Gasifier[9]
11
biomassa. Semakin tinggi temperatur pemanasan akan mampu mempercepat proses
difusi dari kadar air yang terkandung di dalam biomass sehingga proses drying akan
berlangsung lebih cepat. Reaksi oksidasi, yang terdapat beberapa tingkat di bawah zona
drying, yang bersifat eksoterm menghasilkan energi panas yang cukup besar dan
menyebar ke seluruh bagian reaktor. Disamping itu kecepatan gerak media pengering
turut mempengaruhi proses drying yang terjadi.
2. Proses Pirolisis
Proses pirolisis merupakan proses yang rumit sehingga pengertian sesungguhnya
masih belum dapat dimengerti. Namun secara harfiah pirolisis merupakan proses
pembakaran tanpa melibatkan oksigen. Produk yang dihasilkan oleh proses ini
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti temperatur, tekanan, waktu, dan heat losses.
Pada zona ini biomass mulai bereaksi dan membentuk tar dan senyawa gas yang
flammable. Komposisi produk yang tersusun merupakan fungsi laju pemanasan selama
pirolisis berlangsung. Proses pirolisis dimulai pada temperatur sekitar 300°C, ketika
komponen yang tidak stabil secara termal, seperti lignin pada biomassa dan volatile
matters pada batubara, pecah dan menguap bersamaan dengan komponen lainnya.
Produk cair yang menguap mengandung tar dan PAH (polyaromatic hydrocarbon).
Produk pirolisis biasanya terdiri dari tiga jenis, yaitu gas ringan (H2, CO, CO2, H2O, dan
CH4), tar, dan arang. Secara umum reaksi yang terjadi pada pirolisis beserta produknya
adalah :
biomass _ char + tar + gases (CO2; CO; H2O; H2; CH4; CxHy)
3. Proses Oksidasi
Proses oksidasi adalah proses yang menghasilkan panas (eksoterm) yang
memanaskan lapisan karbon di bawah. Proses ini terjadi pada temperatur yang relatif
tinggi, umumnya lebih dari 900ºC. Pada temperatur setinggi ini pada gasifier downdraft,
akan memecah substansi tar sehingga kandungan tar yang dihasilkan lebih rendah.
Adapun reaksi kimia yang terjadi pada proses oksidasi ini adalah sebagai berikut
(Ciferno dkk, 2002; Chopra dkk, 2007; Stassen dkk, 1995) :
C + O2 = CO2 + 406 (MJ/kmol)
H2 + ½ O2 = H2O +242 (MJ/kmol)
Proses ini dipengaruhi oleh distribusi oksigen pada area terjadinya oksidasi karena
adanya oksigen inilah dapat terjadi reaksi eksoterm yang akan menghasilkan panas yang
dibutuhkan dalam keseluruhan proses gasifikasi ini. Distribusi oksigen yang merata
akan menyempurnakan proses oksidasi sehingga dihasilkan temperatur maksimal. Pada
daerah pembakaran ini, sekitar 20% arang bersama volatil akan mengalami oksidasi
menjadi CO2 dan H2O dengan memanfaatkan oksigen terbatas yang disuplaikan ke
dalam reaktor (hanya 20% dari keseluruhan udara yang digunakan dalam pembakaran
dalam reaktor). Sisa 80% dari arang turun ke bawah membentuk lapisan reduction
dimana di bagian ini hamper seluruh karbon akan digunakan dan abu yang terbentuk
akan menuju tempat penampungan abu.
Proses ini dipengaruhi oleh distribusi oksigen pada area terjadinya oksidasi karena
adanya oksigen inilah dapat terjadi reaksi eksoterm yang akan menghasilkan panas yang
12
dibutuhkan dalam keseluruhan proses gasifikasi ini. Distribusi oksigen yang merata
akan menyempurnakan proses oksidasi sehingga dihasilkan temperatur maksimal. Pada
daerah pembakaran ini, sekitar 20% arang bersama volatil akan mengalami oksidasi
menjadi CO2 dan H2O dengan memanfaatkan oksigen terbatas yang disuplaikan ke
dalam reaktor (hanya 20% dari keseluruhan udara yang digunakan dalam pembakaran
dalam reaktor). Sisa 80% dari arang turun ke bawah membentuk lapisan reduction
dimana di bagian ini hamper seluruh karbon akan digunakan dan abu yang terbentuk
akan menuju tempat penampungan abu.
4. Proses Reduksi
Proses reduksi adalah reaksi penyerapan panas (endoterm), yang mana temperatur
keluar dari gas yang dihasilkan harus diperhatikan. Pada proses ini terjadi beberapa
reaksi kimia. Di antaranya adalah Bourdouar reaction, steam-carbon reaction, water-
gas shift reaction, dan CO methanation yang merupakan proses penting terbentuknya
senyawa – senyawa yang berguna untuk menghasilkan flammable gas, seperti hidrogen
dan karbon monoksida. Proses ini terjadi pada kisaran temperatur 400°C – 900ºC.
Berikut adalah reaksi kimia yang terjadi pada zona tersebut (Ciferno dkk, 2002; Chopra
dkk, 2007; Stassen dkk, 1995) :
Bourdouar reaction :
C + CO2 = 2 CO – 172 (MJ/kmol)
Steam-carbon reaction :
C + H2O = CO + H2 – 131 (MJ/kmol)
Water-gas shift reaction :
CO + H2O = CO2 + H2 + 41 (MJ/kmol)
CO methanation :
CO + 3 H2 – 206 (MJ/kmol) = CH4 + H2O
Dapat dikatakan bahwa pada proses reduksi ini gas yang dapat terbakar seperti
senyawa CO, H2 dan CH4 mulai terbentuk. Sehingga pada bagian ini disebut sebagai
producer gas.
ṁ𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 − 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟 (𝐴𝐹𝑅) = ṁ (9.1)
𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑘𝑎𝑟
13
Berdasarkan hukum konservasi massa dan energi, seluruh massa yang memasuki suatu
control volume memiliki besaran yang sama dengan massa yang keluar. Hal tersebut juga
berlaku pada reaktor gasifikasi yang menjadi instalasi penelitian ini. Secara teori seluruh energi
yang dimiliki biomassa dapat dikonversikan menjadi synthetic-gas. Namun karena beberapa
hal yang tidak dapat diabaikan, konversi energi yang terjadi tidak hanya menghasilkan
synthetic-gas tapi juga arang (char) dan abu (ash).
dimana :
E = Energi (biomassa, udara, synthetic-gas, char, dan ash), kJ/Nm3
LHV = Lower Heating Value, kJ/Nm3
𝑞𝑙𝑜𝑠𝑠 = Heat Loss reaktor, kJ/Nm3
14
(AFR). Sedangkan pengaruh besarnya heat loss adalah semakin kecil heat loss maka semakin
besar pengaruhnya terhadap efisiensi gasifikasi.
Nilai kalor biomassa ditinjau dari LHV Synthetic-gas dapat diketahui melalui persamaan
berikut ini :
𝑛
𝐿𝐻𝑉𝑔𝑎𝑠 = ∑(𝑌𝑖 × 𝐿𝐻𝑉𝑖 ) (9.10)
𝑖=1
dimana :
Yi = Konsentrasi gas yang terbakar
LHVgas = Nilai kalor bawah synthetic-gas, kJ/m3
LHVi = Nilai kalor bawah dari gas terbakar, kJ/m3
𝐸𝑠𝑦𝑛𝑡ℎ𝑒𝑡𝑖𝑐−𝑔𝑎𝑠
𝜂𝑔𝑎𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 = 𝐸 (9.11)
𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 +𝐸𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎
dimana :
E = Energi (biomassa, udara, synthetic-gas, char, dan ash), kJ/Nm3
𝜂𝑔𝑎𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 = Efisiensi Gasifikasi
LHV = HHV – 3240, kJ/kg
HHV = (T2 – T1 – Tkp) x C, kJ/kg
Jika yang akan dihitung adalah efisiensi bahan bakar yang habis tergasifikasi, maka yang
jadi dasar perhitungan adalah massa bahan bakar gasifikasi. Sehingga persamaan yang
digunakan adalah :
ṁ𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑔𝑎𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖
𝜂= × 100%
ṁ𝑏𝑖𝑜𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙
15
X. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian tugas akhir ini, terdapat hal-hal yang akan dikerjakan oleh penulis
seperti yang ditunjukkan pada diagram alir berikut :
16
Gambar 10.2 Diagram Alir Penelitian Tugas Akhir (Lanjutan)
Metodologi yang dilakukan dalam penelitian tugas akhir ini menggunakan metode
eksperimental secara langsung dan dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Studi literatur pada jurnal maupun text book tentang karakteristik dan kandungan macam-
macam biomassa, proses konversi energi gasifikasi menggunakan gasifier, dan proses
thermokimia gasifikasi.
2. Pengambilan biomassa serpihan kayu pada industri atau pengrajin kayu sekaligus
melakukan analisis proksimasi dan ultimasi dan perhitungannya untuk mengetahui
kandungan unsur kimia yang terdapat pada biomassa.
3. Pengumpulan Data Awal
Pada tahap ini, data yang diambil berupa analisis proksimasi, ultimasi, LHV biomassa, data
temperatur udara sekitar tempat reaktor gasifier, temperatur dinding reaktor sebelum
digunakan, dan massa biomassa awal untuk pengumpanan yaitu sebesar 2 kg.
4. Pengaturan Variasi Air Fuel Ratio (AFR) Pada Proses Gasiifikasi
Pada tahap ini, akan diberikan variasi perbandingan udara-bahan bakar sebanyak 4 kali
dengan nilai 0.96, 1.22, 1.31, 1.4. Variasi dilakukan dengan cara mengatur udara yang
masuk kedalam reaktor melalui pipa throat reaktor gasifier.
17
5. Pencatatan Data Proses
Pada tahap ini, data-data yang akan diperoleh pada saat proses pengujian gasifikasi antara
lain :
a. Distribusi temperatur pada 5 titik (T1, T2, T3, T4, T5) yang terdapat pada drum reaktor
yang diukur menggunakan thermocouple.
b. Massa biomassa sebesar 0.5 kg dimasukkan tiap 10 menit dan dilakukan hingga waktu
operasi gasifikasi sekitar 120 menit.
c. Temperatur dinding reaktor gasifier saat pengujian gasifikasi berlangsung dan
visualisasi nyala api yang dihasilkan tiap variasi perbandingan udara-bahan bakar.
7. Perhitungan Awal
Pada tahap ini, dilakukan perhitungan sebagai berikut :
a. Laju alir massa udara masuk ke throat reaktor gasifikasi.
b. Laju alir massa biomassa serpihan kayu.
c. Rasio udara-bahan bakar (Air Fuel Ratio).
8. Pengambilan Sample Synthetic-Gas
Pada tahap ini, dilakukan pengambilan sample synthetic-gas hasil proses gasifikasi dan
diuji kandungannya di laboratorium studi energi dan rekayasa LPPM ITS.
9. Perhitungan Nilai Kalor Gas Terbakar (Combustible Gas)
Pada tahap ini, dilakukan perhitungan analisa nilai kalor gas terbakar (combustible gas)
dari synthetic-gas sebagai berikut :
a. Lower Heating Value (LHV) CO
b. Lower Heating Value (LHV) CH4
c. Lower Heating Value (LHV) H2
10. Pencatatan Data Akhir
Pada tahap ini, diperoleh data-data akhir yaitu massa abu (ash) dan massa arang (char).
11. Pengujian Nilai Kandungan Energi
Pada tahap ini, dilakukan pengujian analisa nilai kandungan energi yang ditinjau dari
Lower Heating Valur (LHV) Ash dan Char di laboratorium pusat studi energi dan rekayasa
LPPM ITS dan sekaligus dilakukan perhitungannya.
12. Perhitungan Data
Pada tahap ini, akan dilakukan perhitungan sebagai berikut :
a. Kesetimbangan massa
b. Kesetimbangan energi
c. Efisiensi gasifikasi
d. Heat loss perpindahan panas dinding reaktor gasifier dan losses yang dibawa synthetic-
gas
13. Pengolahan Data
Pada tahap ini, data-data yang diperoleh akan diolah dalam bentuk grafik dan gambar yang
meliputi :
a. Distribusi temperatur = f (Air Fuel Ratio)
b. Konsentrasi kandungan synthetic-gas = f (Air Fuel Ratio)
c. Nilai kandungan energi (LHV) pada synthetic-gas = f (Air Fuel Ratio)
d. Effisiensi Gasifikasi = f (Air Fuel Ratio)
e. Visualisasi nyala api = f (Air Fuel Ratio)
14. Analisa Data
15. Kesimpulan
16. Penyusunan Laporan Tugas Akhir
18
XI. Jadwal Pelaksanaan
Penelitian tugas akhir ini rencananya akan dilaksanakan dengan rincian kegiatan dari
bulan Agustus – Desember 2016 sebagai berikut :
20