2019 03 23 Digital Version - Pedoman k3 Dan Lingkungan Instalasi Biogas

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 58

Diterbitkan oleh: Atas nama: Bekerja sama dengan:

Pedoman Keselamatan Kesehatan Kerja


dan Lingkungan dalam Pengoperasian Instalasi Biogas
Berbasis Limbah Cair Kelapa Sawit
Singkatan Kata Pengantar

P
APAR Alat Pemadam Api Ringan ada saat ini, terdapat lebih dari 50 (lima puluh) instalasi biogas berbasis limbah cair kelapa sawit
yang beroperasi di Indonesia. Instalasi biogas berbasis limbah cair kelapa sawit merupakan
APD Alat Pelindung Diri
salah satu jenis instalasi berbasis bioenergi yang memanfaatkan limbah cair kelapa sawit,
AS Amerika Serikat dimana menghasilkan biogas sebagai produk akhir dari proses biologis secara anaerobik oleh
ATEX Atmosphere Explosive mikroorganisme. Sebagian besar instalasi biogas dimanfaatkan menjadi energi, terutama energi
B3 Bahan Beracun dan Berbahaya listrik untuk keperluan sendiri atau bahkan untuk dijual kepada PLN. Walaupun banyak instalasi
BOD Biological Oxygen Demand biogas yang telah beroperasi di Indonesia, namun sampai saat ini belum ada panduan keselamatan
CAL Covered Anaerobic Lagoon untuk operasional instalasi biogas. Panduan keselamatan pada tiap instalasi biogas umumnya
dapat berbeda-beda tergantung dari pengalaman masing-masing perusahaan mengenai instalasi
CSTR Continuously Stirred Tank Reactor
biogas dan teknologi yang digunakan. Aspek keselamatan pada instalasi biogas menjadi hal yang
COD Chemical Oxygen Demand sangat penting, tidak hanya untuk melindungi pekerja dan pengunjung di instalasi biogas, namun
Ditjen EBTKE Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi juga melindungi investasi instalasi biogas yang relatif tinggi.
ESDM Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
GIZ Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH Agar tercapai operasi instalasi biogas yang berkelanjutan, efisien, dan dapat diandalkan,
GRK Gas Rumah Kaca Direktorat Bioenergi, Ditjen EBTKE bekerjasama dengan Deutsche Gesellschaft fuer Internationale
Zusammenarbeit (GIZ) GmbH melalui proyek kerjasama The Promotion of Least Cost Renewables in
HDPE High Density Polyethylene
Indonesia (LCORE-INDO) menyusun Pedoman Kesehatan Keselamatan Kerja (K3) dan Lingkungan
K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pengoperasian Instalasi Biogas dari Limbah Cair Kelapa Sawit di Indonesia. Penyusunan
LCORE-INDO Proyek Promotion of Least Cost Renewables in Indonesia pedoman ini melibatkan pemangku kepentingan terkait, seperti Kementerian Ketenagakerjaan,
LH Lingkungan Hidup manajemen Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dan pengembang proyek biogas yang mengoperasikan
MSDS Material Safety Data Sheet instalasi biogas berbasis limbah cair kelapa sawit. Pedoman ini dapat digunakan sebagai acuan
UU Undang – Undang umum bagi para pemangku kepentingan untuk membuat pedoman yang bersifat khusus,
misalnya petunjuk teknis maupun SOP yang lebih rinci sesuai dengan kebutuhan masing-masing
P2K3 Panitia Pembentuk Kesehatan Keselamatan Kerja
perusahaan. Walaupun pedoman ini ditujukan untuk instalasi biogas berbasis limbah cair kelapa
Permen Peraturan Menteri sawit, namun panduan ini dapat menjadi acuan bagi instalasi biogas yang bukan berbasis limbah
Permenaker Peraturan Menteri Ketenagakerjaan cair kelapa sawit.
PKS Pabrik Kelapa Sawit
PP Peraturan Pemerintah Kami menyadari pedoman yang telah tersusun ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kami masih terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki
SMK3 Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja
pedoman ini di masa yang akan datang. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak atas
SNI Standar Nasional Indonesia
perhatian, dukungan, dan kerja sama dalam penyusunan pedoman ini. Semoga pedoman ini dapat
SOP Standard Operating Procedure bermanfaat bagi sektor biogas di Indonesia.
TBS Tandan Buah Segar

Jakarta, 31 Desember 2018

ttd

Ir. Rida Mulyana, M.Sc


Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi

i KATA PENGANTAR ii
Daftar isi

Kata Pengantar

Daftar Isi
ii
iii 3 Bahaya Spesifik dan Pengendalian

3.1. Pengolahan Awal Limbah Cair Kelapa Sawit


48

50
Kolam dan Menara Pendingin 52
Bak Pengaduk 54

1 Pendahuluan

1.1 Tujuan Pedoman dan Lingkup Pedoman
6

7

3.2.
Distribusi Limbah Cair Kelapa Sawit
Digester Anaerobik
55
56
Covered Anaerobic Lagoon (CAL) 58
1.2 Gambaran Umum Regulasi K3 Continuously Stirred Tank Reactor (CSTR ) 60
dan Lingkungan di Indonesia 8 Pengkondisian Biogas
1.3 Daftar Istilah 10 Scrubber 62
1.4 Gambaran Umum Instalasi Biogas 12 Dehumidifier 64
Distribusi Biogas 65
3.3. Pemanfaatan Biogas 66
Flare 68

2 Manajemen Risiko Instalasi Biogas

2.1. Identifikasi Potensi Bahaya


16

18


Gas engine
Boiler burner
70
72
3.4 Klasifikasi Area pada Instalasi Biogas 74
2.1.1. Bahaya Api dan Ledakan 20
2.1.2. Zat-Zat Berbahaya 24
2.1.3. Bahaya Listrik 26

4
2.1.4. Bahaya Mekanik 27 Pemantauan dan Pengujian Keselamatan dan
2.1.5. Bahaya Kebisingan 27 Lingkungan 76
2.1.6. Bahaya Tekanan 28
2.1.7. Bahaya Termal 29 4.1. Pemantauan dan Pengujian Keselamatan 77
2.1.8. Bahaya Lingkungan dan Lingkungan Sekitar 30 4.2. Pemantauan dan Pengelolaan Lingkungan 82
2.1.9. Bahaya pada Ruang Terbatas 31
2.2. Penilaian Resiko 32 Lampiran 84
2.3. Pengendalian Bahaya 33 1 Daftar Peraturan K3 dan Lingkungan 85 2
2.3.1 Pengendalian Bahaya secara Teknis 34 2 Contoh Pengisian Manajemen Risiko pada Instalasi Biogas 86
2.3.2 Pengendalian Bahaya secara Administrasi 42 3.1 Contoh Ijin Memasuki Ruang Terbatas 88
2.3.3 Pengendalian Bahaya secara Personal 44 3.2 Contoh Daftar Periksa Memasuki Ruang Terbatas 90
2.4. Fasilitas Keselamatan Minimum 46 4 Contoh Ilustrasi Pengarahan Keselamatan 91 5
5 Contoh Instruksi Kerja 92
6 Contoh Formulir Temuan Pemeriksaan Keselamatan 93
7 Alur Pelaporan Kecelakaan atau Kejadian 94
8 Contoh Format Laporan Triwulan P2K3 96
9 Prinsip dan Format LOTO 98
10 Contoh Pelaporan Analisa Risiko Keselamatan Kerja dan Area Kerja 100
11 Prosedur Pekerjaan Panas 102
12 Lembar Data Keselamatan Material 106
13 Contoh Formulir Data Inventarisasi GRK Instalasi Biogas PT. XYZ 112
Daftar Pustaka 113
Terbitan

iii DAFTAR ISI DAFTAR ISI iv


1.1 Tujuan Pedoman dan Lingkup Pedoman

TUJUAN PEDOMAN SASARAN PEDOMAN


Pedoman ini bertujuan untuk Pedoman ini ditujukan untuk:

BAB 1
memberikan petunjuk terhadap standar
keselamatan operasional instalasi
biogas berbasis limbah cair kelapa sawit Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang
guna melindungi kesehatan, memiliki instalasi biogas
keselamatan, dan lingkungan pekerja
pada instalasi tersebut. Pihak pengembang biogas yang

1
mengoperasikan instalasi biogas
Pedoman ini tidak membahas
tahap perencanaan, komisioning dan Manajemen dan operator instalasi
konstruksi untuk instalasi biogas. biogas berbasis limbah cair kelapa sawit

Ilustrasi lingkup pedoman

TR
CS
lam i er
Ko kulas ubb
sir L Scr
lam l CA
Ko umpu lam
ng Ko aduk er
pe a ng idifi
nar n pe m
Me ingi Dehu

Pendahuluan
nd
lam pe
Ko ingin rne
r ine
n d r Bu s eng
pe oile Ga
B
rik
list
• Tujuan dan lingkup pedoman. ing
an
Jar
e
Flar
• Gambaran umum regulasi K3 dan lingkungan di Indonesia.

• Daftar istilah yang bertujuan untuk memudahkan pembaca dalam memahami


istilah-istilah teknis yang digunakan pada pedoman ini.

• Gambaran umum tentang instalasi biogas, yang terdiri dari proses pembentukan
biogas, karakteristik penyusun biogas, dan proses instalasi biogas. Pengolahan Awal Digester Anaerobik Pengkondisian Biogas Pemanfaatan Biogas
Pengkondisian limbah cair Terjadi proses dekomposisi Sistem pemurnian Proses konversi biogas
kelapa sawit agar tercapai zat-zat organik oleh bakteri biogas agar memenuhi menjadi energi
nilai parameter yang sesuai sehingga menghasilkan persyaratan masuk ke
sebelum memasuki digester biogas unit gas engine
anaerobik

6 BAB 1 - Pendahuluan PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 7
1.2 Gambaran UMUM Regulasi K3 DAN LINGKUNGAN DI INDONESIA
Pada saat pedoman ini disusun, belum terdapat Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3) yang spesifik untuk sektor biogas di Indonesia. Namun, Indonesia telah
ISO Organisasi internasional yang independen
(non-pemerintah) yang bertugas
mengembangkan standar internasional
secara sukarela, berbasis konsensus,
memiliki undang-undang dan peraturan menteri terkait keselamatan kerja, yaitu tertuang dalam: mendukung inovasi dan memberikan
solusi untuk tantangan global

AMERIKA SERIKAT
OSHA Badan dari Departemen Tenaga Kerja

UU No. 1 Tahun 1970 Permenaker No. 5 INTERNASIONAL EROPA yang bertugas untuk me­nyusun dan
menetapkan standar dan dengan
Kewajiban Perusahaan REGULASI K3 Tahun 2018 Uni Eropa memberikan pelatihan, penyuluhan,
dan Pekerja dalam Keselamatan dan OHSAS 18001:2007
pendidik­an dan bantuan
Melaksanakan Kesehatan Kerja Standar yang telah diterapkan untuk
ATEX* 137 (Instruksi
Keselamatan Kerja Lingkungan Kerja sistem manajemen keselamatan dan
99/92/EC) tentang persyaratan
kesehatan. Standar OHSAS 18001 NFPA Organisasi global nonprofit yang
minimum untuk meningkatkan memberikan sumber informasi melalui
menetapkan persyaratan minimum
perlindungan kesehatan dan lebih dari 300 kode kon­s ensus dan
untuk praktik terbaik manajemen
keselamatan pekerja berpotensi standar, penelitian, pelatihan, pendidikan,
kesehatan dan keselamatan kerja
berisiko dari atmosfer eksplosif
sosialisasi dan advokasi tentang
kebakaran, listrik, dan bahaya terkait
ATEX* 2014/34/EU tentang
klasifikasi peralatan kerja (listrik)
yang aman untuk digunakan NIOSH Bagian dari Pusat Pengendalian dan
International Standard Pencegahan Penyakit dalam Departemen
pada lingkungan kerja yang
Organisation (ISO) Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan
memiliki potensi atmosfer
UU No. 23 Tahun 1992 UU No. 13 Tahun 2003 PP No. 50 Tahun 2012 eksplosif yang bertugas dalam pengembangan
Ketenagakerjaan Penerapan Sistem TC 255* terkait topik biogas rekomendasi untuk standar ke­sehat­
Kesehatan yang dihasilkan oleh proses
Manajemen K3 *Instruksi atmosfer eksplosif an dan keselamatan, informasi terkait
anaerobik, gasifikasi dari biomassa,
tingkat aman dari paparan terhadap
dan listrik ke gas dari sumber
biomassa Standar ISO/TC 255 bahan-bahan beracun, agen dan zat fisik
tersebut juga akan membahas aspek yang berbahaya, serta bertugas untuk
lingkungan dan keselamatan pada melakukan penelitian tentang masalah
instalasi biogas keselamatan dan kesehatan yang baru

*(dalam proses pengembangan) JERMAN jerman
SVLFG Sebuah perusahaan federal di bawah
Sozialverzicherung für hukum publik dengan pemerintahan
PP No. 20 UU No. 23 Permen LH
REGULASI Tahun 1990 Tahun 1997 No. 5 Tahun 2014 Landwirtschaft, Forstern und sendiri sebagai pemegang asuransi sosial
LINGKUNGAN Gartenbau (SVLFG) - pertanian. SVLFG bertanggung jawab atas
Pengendalian Pengelolaan Baku Mutu Air Limbah
Landwirtschaftliche Berufsgenos- pelaksanaan asuransi terhadap sektor
Pencemaran Air Lingkungan Hidup
senschaft pertanian, meliputi asuransi kecelakaan,
asuransi hari tua untuk petani, kesehatan
Aturan biogas untuk sistem dan perawatan jangka panjang
biogas - "Technische Information 4
Selain itu, peraturan-peraturan yang dapat dijadikan referensi K3 untuk AMERIKA SERIKAT Sicherheitsregeln fur Biogas-
anlage"
BauA Lembaga federal untuk keselamat­an dan
kesehatan kerja
instalasi biogas di Indonesia, antara lain:
Occupational Safety and Health Bundesanstalt für Arbetsschutz
Administration (OSHA) BMAS Kementerian Tenaga Kerja dan Sosial
und Arbeitsmedizin (BauA)
Bundesminsterium für Arbeit und
Regulasi terkait topik keselamatan KAS Badan independen untuk me­nasihati
Soziales (BMAS)
dan kesehatan Pemerintah Federal atau Kementerian
Aturan teknis untuk zat Federal yang ber­tanggung jawab atas hal-
berbahaya (TRGS) – perlindungan hal yang berkaitan dengan keselamatan
Permenakertrans Permen ESDM No. 38 Permen ESDM No. 38 National Fire Protection Association fasilitas yang berhubungan dengan
pekerja
No. 1 Tahun 1980 Tahun 2017 Tahun 2018 (NFPA) Federal Immission Control Act
Pemeriksaan Pemeriksaan Tata Cara Akreditasi dan Komission für Anlagensicherheit
Keselamatan Instalasi Keselamatan Instalasi dan Sertifikasi Kode Listrik Nasional, Kode (KAS) BG RCI Asosiasi profesional yang memiliki mandat
dan Peralatan pada Ketenagalistrikan Keselamatan Kehidupan, Kode Api, dan
Peralatan pada Kegiatan hukum untuk mencegah kecelakaan
Kegiatan Usaha Minyak Kode Gas Bahan Bakar Nasional Selebaran komponen
Usaha Minyak dan Gas Bumi kerja serta penyakit akibat kerja dan
dan Gas Bumi konsumsi gas tambahan – bahaya kesehatan terkait pekerjaan.
keamanan flare Asosiasi mendukung perusahaan
National Institute for
Occupational Safety and Health secara komprehensif dalam semua
Berufsgenossenschaft Rohstoffe aspek keselamatan dan kesehatan kerja,
(NIOSH) und chemische Industrie (BG RCI)
mengadakan pelatihan, menyelidiki
Daftar peraturan dan standar K3 lainnya baik di Indonesia dan internasional Informasi data keamanan bahan penyebab kecelakaan dan memeriksa
dapat dilihat pada Lampiran 1 Contoh pendefinisian zona
(MSDS) peralatan kerja teknis
untuk instalasi biogas

8 BAB 1 - Pendahuluan PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 9
1.3 Daftar Istilah

BOILER BURNER Blower Flame arrester


Alat pembakar pada boiler yang Un it ya ng ber f u ngsi u nt u k Perangkat untuk memadamkan
menggunakan campuran biogas menyalurkan biogas dari digester dan menghentikan penyebaran
Penguraian Anaerobik Instalasi biogas Biogas
dan oksigen sebagai bahan bakar ke u n it peng kond i sia n d a n api ke dalam sistem gas
Proses biologis yang berlangsung Peralatan dan bangunan yang Gas yang merupakan produk akhir
pemanfaatan biogas
oleh bakteri anaerobik tanpa terdiri dari unit pengolahan awal, dari proses biologis dalam kondisi
oksigen (oksigen atmosfer) untuk digester anaerobik, pengkondisian, anaerobik oleh mikroorganisme.
menguraikan zat organik dan dan pemanfaatan biogas Gas tersebut pada umumnya terdiri
menghasilkan biogas dari metana, karbon dioksida, dan
hidrogen sulfida yang bersifat
mudah terbakar dan korosif

Katup pENGATUR tekanan RUANG TERBATAS AMBANG Ledakan


Katup yang berfungsi untuk Tempat yang tertutup secara Konsentrasi di mana gas yang
melepaskan tekanan biogas yang substansial (memiliki sarana mudah terbakar, bila tercampur
berlebihan terbatas atau terbatas untuk akses denga n uda ra at au ga s la i n
masuk dan keluar) sehingga dapat (mendukung pembakaran). Kisaran
Substrat Kolam pengumpul Covered Anaerobic Lagoon mengarah pada kondisi bahaya ini berada diantara batas ledakan
Bahan baku untuk Bak penampung sisa produksi Kolam anaerobik yang dilengkapi akibat kekurangan oksigen
pengolahan kelapa sawit yang dengan penutup membran HDPE
penguraian anaerobik,
untuk menangkap biogas yang
misalnya kotoran ternak, berupa lumpur dan tumpahan
dihasilkan
limbah cair kelapa sawit, atau minyak
limbah pertanian lainnya

Sistem Zona ATEX PEKERJAAN PANAS


Area berpotensi terjadinya ledakan Standar Eropa yang menjelaskan Pekerjaan yang menggunakan
Continous Stirred Tank Biogas SCrubbing DEHUMIDIFIER berdasarkan frekuensi kehadiran peralatan dan ruang kerja yang atau menghasilkan nyala api atau
Reactor (CSTR) Proses desulfurisasi biogas, Unit yang digunakan untuk gas eksplosif di atmosfer. Semakin diizinkan di lingkungan dengan panas, misalnya pemotongan
Tangki anaerobik tertutup yang yaitu penghilangan sebagian memisahkan biogas dan uap air lama gas tersebut hadir, semakin atmosfer eksplosif pipa, pengelasan, menggerinda
terbuat dari baja dan dilengkapi sebelum biogas masuk ke unit besar resiko terjadinya api dan dan lain-lain
atau seluruh gas hidrogen
oleh alat pengaduk (agitator). gas engine ledakan
sulfda yang bersifat korosif yang
Penutup tangki tersebut juga dapat terkandung di dalam biogas
berupa baja atau membran HDPE

MSDS

LEMBAR Data Alat pemadam Hidran halaman


KeSELAMATAN Bahan api ringan (APAR) Sistem proteksi kebakaran yang
Dokumen yang berisi uraian umum Alat pemadam kebakaran portabel dilengkapi dengan slang dan mulut
Kondensat Ruang Mesin Flare bahan, sifat fisik dan kimiawi, cara yang digunakan atau dioperasikan pancar (nozzle) untuk mengalirkan
Cairan yang berasal dari uap Ruangan dimana unit gas engine Alat yang digunakan untuk penggunaan, penyimpanan hingga secara manual dan langsung air bertekanan yang digunakan
air yang terkondensasi pada proses ditempatkan membakar kelebihan biogas pengelolaan bahan kimia diarahkan pada sumber api untuk pemadaman kebakaran dan
pengkondisian biogas dengan yang tidak termanfaatkan diletakkan di halaman bangunan
menggunakan dehumidifer gedung

10 BAB 1 - Pendahuluan PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 11
1.4 Gambaran umum
tentang instalasi
biogas
PROSES PEMBENTUKAN BIOGAS

Hidrolisis Asidogenesis & Asetogenesis Metanogenesis


Karakteristik Biogas

Biogas terbentuk dari proses anaerobik ketika mikroorganisme, terutama bakteri, mendegradasi
bahan organik tanpa melibatkan oksigen. Beberapa referensi komposisi penyusun biogas dapat
Biogas adalah gas yang dihasilkan Bakteri asetogenik dilihat pada tabel di bawah ini.
Bakteri
oleh proses penguraian zat-zat Lemak hidrogenotrofik
organik tanpa melibatkan oksigen Asam lemak rantai panjang Hidrogen
Karbon dioksida
(anaerobik), gasifikasi biogas atau
listrik ke gas yang berasal dari sumber
biomassa dan gas tersebut diproses Bakteri
asetilastik biogas Metana (CH4)
tanpa melalui proses peningkatan Karbohidrat
Volume biogas biasanya dinyatakan • Tidak berbau
atau pemurnian lebih lanjut (ISO
dalam satuan meter kubik normal • Mudah terbakar, dapat
20675, 2018). Metana
(Nm3), yang berarti volume gas membentuk campuran
Asam asetat eksplosif dengan udara
diukur pada suhu 0° C, kelembapan
0% dan tekanan atmosfer (1,01325 • Lebih ringan dari udara
bar). • Dapat menyebabkan
Bakteri fermentasi
resiko sesak napas karena
Protein 75% mengurangi konsentrasi
Nilai kalori (60% CH4):21,5 MJ/m3
0%
Asam amino, gula Alkohol Karbon dioksida (Hosseini, Bagheri, Khaleghi, 54-7 oksigen di udara
& Wahid, 2015) 1%
Asam organik
Berat jenis : 1,2 kg/m3 4%
Berat jenis : 0,72 kg/m3
7- (lebih ringan dari
0,06
Fase Hidrolisis 0, 2 5 % udara)
Molekul rantai panjang, seperti seperti karbohidrat, 20%
protein, dan lemak dipecah menjadi monomer (fragmen
yang larut dalam air) seperti gula sederhana, asam
amino, dan asam lemak rantai panjang oleh enzim
ekstraseluler yang dihasilkan oleh bakteri fermentasi.
Karbohidrat, protein, dan selulosa dapat terhidrolisis IS
Hidrogen sulfida (H2S)
Fase Asidogenesis 6%
secara mudah, sedangkan lignin akan terdegradasi 31-4
S

Pada fase asidogenesis, komponen monomer Karbon dioksida (CO2)


LI

perlahan karena kompleksitas dari komposisi kimia dan • Tidak berwarna


B
O

yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan S


• Memiliki bau seperti telur busuk B I O G A S
R

fisik dari lignin itu sendiri


ID

menjadi bahan makanan bagi bakteri • Sangat beracun I O G A • Tidak berwarna


H

pembentuk asam (fermentasi). Pada tahap ini, • Mudah terbakar • Tidak berbau
bakteri tersebut mengubah gula dan protein • Tergolong tidak beracun tetapi
sederhana menjadi asam organik, alkohol, Berat jenis : 1,36 kg/m³ dapat menimbulkan sesak
hidrogen, dan karbon dioksida napas karena mengurangi
• Konsentrasi oksigen di udara
(Quah & Gilles, 1981) Berat jenis : 1,98 kg/m3
ASI
DO
GE
NE
SIS
& AS
ETOGENESIS
Fase Asetogenesis
Produk dari fase asidogenesis
berfungsi sebagai substrat untuk
bakteri asetogenik. Bakteri asetogenik Karakteristik biogas dibandingkan dengan gas lainnya
tersebut mengubah asam organik Biogas
menjadi hidrogen dan asam asetat Parameter Unit Gas Alam Propana Metana Hidrogen
(60% CH4)
Nilai Kalori kWh/m3 6 10 26 10 3
S
ESI
GEN Berat Jenis kg/m 1,2 0,7 2,01 0,72 0,09
3
NO
M E TA Fase Metanogenesis Berat jenis relatif terhadap udara 0,9 0,54 1,51 0,55 0,07
Pada fase metanogenesis, metana dihasilkan oleh dua jenis bakteri
yang berbeda, yaitu oleh bakteri (metanogen) hidrogenotrofik yang Suhu pembakaran °C 700 650 470 595 585
berperan untuk mengubah hidrogen dengan menggunakan Kecepatan perambatan api
karbon dioksida dan bakteri asetilastik yang berperan mengubah m/s 0,25 0,39 0,42 0,47 0,43
maksimum di udara
asam asetat. Selain metana, fase metanogenesis oleh bakteri
Nilai ambang batas ledakan %v/v 6 – 22 4,4 – 15 1,7– 10.9 4,4 – 16,5 4 – 77
asetilastik juga menghasilkan karbon dioksida
Konsumsi udara secara teoritis m3/ m3 5,7 9,5 23,9 9,5 2,4

(German Social Insurance for Agriculture, Forestry, and Holticulture, 2016)

12 BAB 1 - Pendahuluan PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 13
k
g adu
pen
Instalasi Biogas ju bak 6a Kolam Sirkulasi
nu
i me
Sistem instalasi biogas umumnya terdiri dari pengolahan awal limbah cair kelapa sawit, digester bal
em
ank Kolam Pengendapan
anaerobik, pengkondisian biogas dan pemanfaatan biogas. Berikut ini merupakan tahap lengkap sik
ula
instalasi biogas dari limbah cair kelapa sawit hingga menjadi energi listrik. irk 6b
dis

1 2 3 4 Lu
m
an pur
Pengolahan Awal aer da
ke ob ri d
Pengkondisian limbah cair kelapa sawit agar tercapai nilai parameter yang optimum sebelum ata kola ik dia igest
u p m s lirk er
en irk
memasuki digester anaerobik, misalnya pH dan suhu. Substrat dialirkan dari kolam ge ula an
pengumpul menuju ke kolam atau menara pendingin, lalu ke bak pengaduk. 5b CSTR nd
ap si
an

4 Bak Pengaduk
Kipas untuk
air
mendinginkan
d an
material limbah Ba
Bio
gas
me
nuj
uu
nit
scr
Kolam Pengumpul ubb
1 er
7 8
Lim
3 Menara Pendingin Pengkondisian Biogas
bah gas
dia ke
lirk perm
an
uka Biogas yang dihasilkan tersebut
an dialirkan menuju sistem
pengkondisian biogas, yaitu
melalui ke unit scrubber, lalu ke
2 Kolam Pendingin unit dehumidifier.
Bio
gas
me
nuj
dia us
lirk cru
an bbe
5a CAL me r
nuj
ud Bio
asa ga
r ko sm
Legenda: lam 7 Scrubber
bo enuj
iler u fl
bu are
Pompa rne
5a 5b r dan
8 Dehumidifier
Digester Anaerobik
9 10 11
Blower Setelah melalui tahap pengolahan awal,
substrat dialirkan menuju digester Pemanfaatan Biogas
(CAL/CSTR) dimana terjadi proses
Selain pemanfaatan biogas menjadi listrik,
dekomposisi zat-zat organik oleh
Flame arrester beberapa PKS memanfaatkan biogas sebagai ine
bakteri sehingga menghasilkan biogas.
bahan bakar boiler, dimana energi yang eng
u gas
dihasilkan digunakan untuk proses nuj
pengolahan kelapa sawit. me
Aliran substrat as
Biog

Aliran biogas
9 Flare 10 Gas Engine
Biogas yang dihasilkan 11 Boiler Burner Setelah biogas melalui unit
Biogas dialirkan ke flare pada saat dehumidifier, biogas dialirkan ke
kelebihan produksi biogas atau unit gas engine untuk dikonversi
pemeliharan gas engine. menjadi listrik.
Sistem instalasi biogas pada ilustrasi ini merupakan
perpaduan dari konfigurasi sistem instalasi biogas yang Listrik yang dihasilkan oleh gas engine
ada di Indonesia. Konfigurasi setiap instalasi biogas pada disalurkan melalui jaringan listrik dan
umumnya dapat berbeda-beda, bergantung pada desain digunakan untuk keperluan internal
dari penyedia teknologi yang digunakan. PKS atau dijual ke PLN

14 BAB 1 - Pendahuluan PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 15
Model Hazard Identification, Risk Assessment, and Risk

BAB
Control (HIRARC) merupakan dasar-dasar manajemen
risiko yang perlu diterapkan pada suatu perusahaan Model HIRARC
yang memiliki tingkat potensi bahaya yang tinggi, tidak
terkecuali pada instalasi biogas. Model tersebut meliputi
identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian Klasifikasi aktifitas kerja

2
risiko dan dapat digunakan sebagai referensi terhadap
bentuk manajemen risiko bagi praktik perencanaan,
manajemen dan operasi instalasi biogas yang aman Konsultasi
dan dapat diandalkan. Perwakilan Perwakilan
pekerja perusahaan
Identifikasi bahaya
Model HIRARC tersebut sejalan dengan bagian penetapan
kebijakan K3 yang tertuang dalam penerapan sistem
manajemen K3 berdasarkan ☑Peraturan Pemerintah Penilaian Bahaya
Republik Indonesia No. 50 Tahun 2012.

Tinjauan
Menyiapkan rencana
Peraturan tersebut mewajibkan penerapan SMK3 di
pengendalian bahaya
perusahaan yang memperkerjakan pekerja atau buruh
paling sedikit 100 (seratus) orang atau perusahaan yang
memiliki tingkat potensi bahaya yang tinggi. Pelaksanaan

PP No. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3

Penetapan kebijakan K3 Perencanaan K3


Penyusunan kebijakan dilakukan dengan melakukan tinjauan
Penyusunan rencana K3 harus melibatkan
awal kondisi K3. Salah satu tinjauan awal tersebut adalah

MANAJEMEN RISIKO
ahli K3, Panitia Pembina K3 (P2K3), wakil
melakukan identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan
pekerja dan mempertimbangkan:
pengendalian risiko. Kebijakan K3 paling sedikit memuat visi,
a. Hasil penelaahan awal
tujuan perusahaan, komitmen perusahaan dalam melaksanakan
b. Identifikasi potensi bahaya, penilaian,

INSTALASI BIOGAS
kebijakan dan kerangka dan program kerja yang mencakup
dan pengendalian risiko
kegiatan perusahaan secara menyeluruh, baik yang bersifat
c. Peraturan perundang-undangan dan
umum maupun operasional.
persyaratan lainnya,
d. Sumber daya yang dimiliki

• Identifikasi bahaya menguraikan jenis-jenis bahaya yang dapat ditemukan Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 Pelaksanaan rencana K3
pada instalasi biogas termasuk simbol-simbol keselamatan yang berkaitan Didukung oleh sumber daya manusia di
Dilakukan melalui pengujian, pengukuran, dan audit internal
dengan bahaya tersebut. SMK3 oleh sumber daya manusia yang kompeten. Hasil bidang K3, prasarana dan sarana.
pemantauan dan evaluasi K3 tersebut dilaporkan kepada Prasarana dan sarana meliputi organisasi
pengusaha dan digunakan untuk tindakan perbaikan. atau unit yang bertanggung jawab di
• Penilaian risiko menjelaskan tentang pengkajian risiko dalam bentuk bidang K3, anggaran yang memadai,
matriks risiko. prosedur operasi atau kerja, informasi,
dan pelaporan serta pendokumentasian
dan instruksi kerja.
• Pengendalian risiko menjelaskan beserta bentuk-bentuk pengendalian
bahaya, yaitu tentang pengendalian secara teknis, administrasi, dan Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3
personal sesuai dengan identifkasi potensi bahaya. Pengusaha melakukan peninjauan terhadap kebijakan,
Agar tercapai partisipasi efektif antara perusahaan
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi. dan pekerja dalam penerapan K3, pembentukan
P2K3 diperlukan ☑ Permenaker No. Per01/
MEN/1987

16 BAB 2 - Manajemen Risiko Instalasi Biogas PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 17
2.1 Identifikasi potensi bahaya

Instalasi biogas merupakan instalasi yang menghasilkan gas-gas yang dihasilkan oleh proses
biologis dalam kondisi anaerobik. Produksi dan komposisi gas tersebut dapat berpotensi Bahaya biologis Bahaya zat beracun Bahaya api Bahaya tekanan Bahaya ketinggian
menimbulkan bahaya karena karakteristik gas tersebut mudah terbakar dan korosif. Potensi
bahaya yang dapat terjadi pada instalasi biogas mencakup bahaya api dan ledakan, gas, listrik, zat-
zat berbahaya (misalnya berasal dari cairan kimia), listrik, mekanik, lingkungan dan lingkungan
sekitar. Kategori bahaya beserta deskripsi dan simbol keselamatan yang digunakan pada instalasi
biogas seperti ilustrasi di bawah ini. Bahaya ledakan Bahaya permukaan Bahaya listrik Bahaya kebisingan Bahaya mekanik
panas

Tipe CAL

Biogas Bahaya korosif

Flare

CAL

Boiler
Udara burner

Kolam
pendingin Bak pengaduk

Substrat
☑ Permen LH No 4 Tahun 2013
Simbol dan Label Limbah Bahan Berbahaya

☑ ISO 3864-2
Scrubber
Kolam sedimentasi Simbol Grafis - Warna Keselamatan dan
Tanda Keselamatan

Kelebihan substrat

Gas engine

Tipe CSTR
Biogas

Boiler
Udara burner

CSTR substrat Tangki Scrubber


sedimentasi

Kolam Tangki
pendingin pengaduk

Kelebihan substrat Flare

Menara pendingin Dehumidifier Flame arrester Blower


Aliran substrat

Katup pengatur Pompa Aliran biogas


18 BAB 2 - Manajemen Risiko Instalasi Biogas tekanan
Katup 19
2.1.1 Bahaya api dan ledakan Konsentrasi campuran uap bahan bakar dan udara normal
memiliki batas minimum (LEL) dan maksimum (UEL), yang
Bahaya api dan ledakan merupakan akibat dari suatu
jika dicampurkan dengan sumber panas akan menyala kapan
reaksi oksidasi cepat yang terbentuk dari percampuran 50

EN
saja yang disebut ambang batas ledakan. Terdapat 2 (dua) tipe

PA
SIG
3 (tiga) unsur yaitu panas atau percikan (bunga api),

NA
ambang batas ledakan, yaitu:

OK

S
oksigen dan bahan mudah terbakar yang menghasilkan
panas dan cahaya. Ilustrasi 3 (tiga) unsur api dapat dilihat LEL (Low Explosion Limit): UEL (Upper Explosion Limit):
BAHAN BAKAR
sebagaimana pada gambar segitiga api berikut. Batas minimum dari konsentrasi batas maksimum dari konsentrasi
44 campuran bahan bakar dan udara campuran bahan bakar dan udara
yang dapat meledak jika terdapat yang akan menyala, jika terdapat
AMBANG LEDAKAN BIOGAS DAN GAS-GAS PENYUSUNNYA sumber nyala yang cukup. Jika pula sumber nyala yang cukup.
40
konsentrasi campuran bahan bakar Jika konsentrasi campuran bahan
dan udara di bawah nilai LEL, maka bakar dan udara di atas UEL maka
Sebuah ledakan terjadi akibat peningkatan volume secara tajam dan pengeluaran energi pada waktu
campuran bahan bakar dan udara campuran bahan tersebut tidak
singkat, biasanya diikuti dengan pengeluaran suhu yang tinggi dan menghasilkan gas. Karena terjadi tersebut tidak memiliki cukup memiliki udara yang cukup untuk
peningkatan volume yang tajam tersebut, hal ini akan menghasilkan atau menimbulkan tekanan. bahan bakar untuk menimbulkan memulai reaksi.
Makin besar tekanan yang ditimbulkan akan semakin besar kerusakan yang diakibatkan. ledakan.

Ilustrasi segitiga ledakan untuk biogas di bawah ini menggambarkan ambang ledakan biogas pada
30 22
saat terdapat oksigen bervariasi berdasarkan proporsi metana dan karbon dioksida. Ambang ledakan
biogas terjadi diantara batas minimum (LEL = 5%) dan (UEL = 10%), dimana konsentrasi metana di Selain itu, gas penyusun tersebut memiliki batas suhu
atas 15% berarti campuran metana dan udara tidak meledak, namun akan meledak ketika bercampur terendah dimana gas tersebut dapat terbakar di atmosfer
dengan lebih banyak udara. Jika di bawah batas minimum 5%, berarti campuran metana dan udara normal tanpa adanya sumber pembakaran dari luar, seperti
tidak dapat terbakar (Zabetakis, et.al., 1959). api, oksigen, dan material mudah terbakar. Batas suhu tersebut
disebut suhu penyalaan sendiri.

20
Metana memiliki tingkat kecepatan penyebaran api yang
0 rendah, yaitu 0.25 m per detik (German Social Insurance for
Agriculture, Forestry, and Holticulture, 2016) menunjukkan
100 15
bahwa metana berpotensi relatif lebih rendah terhadap
6
ter jadinya leda ka n jika diba ndingka n denga n unsur

AMBANG BATAS LEDAKAN (%)


hidrokarbon yang lain.
20 Campuran Metana/ CO2 , 70/30
10
80 0oC

4 SU 100o
5 HU
PE
40 NY
AL 200o
%

AA
NS
me

60
CO 2

EN 300o
DI
lu

RI
,d
vo

400o
ala
m

0
m
ala

Biogas
vo

60
,d

500o
lu

26
4
CH

me

0 0C
40 600o
%

Metana
700o C

80 Hidrogen Sulfida

20 Rentang ledakan
Karbon dioksida Berpotensi meledak
59
5 0C
UEL LEL

100 UEL biogas LEL biogas Batas suhu penyalaan sendiri

0
Udara / CO2 / CH4 , dalam volume %
(German Biogas Association, 2016)

20 BAB 2 - Manajemen Risiko Instalasi Biogas (German Biogas Association, 2016) PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 21
Klasifikasi Area Peralatan kerja

Area berbahaya didefinisikan sebagai tempat yang memiliki konsentrasi gas, uap, atau debu yang Area berbahaya sangat erat kaitannya dengan potensi bahaya kebakaran atau ledakan yang terjadi
mudah terbakar. Untuk menghindari dan melindungi terjadinya penyalaan api akibat terjadi akibat adanya suatu sumber percikan dari suatu campuran zat mudah terbakar. Dengan demikian,
kebocoran zat yang mudah terbakar, setiap area kerja memerlukan klasifikasi area berdasarkan peralatan kerja (listrik) yang digunakan perlu disesuaikan berdasarkan klasifikasi area berbahaya untuk
konsentrasi, suhu dan intensitas zat mudah terbakar yang terpapar pada atmosfer. Klasifikasi area meminimalisasi terjadinya sumber percikan. Sumber percikan antara lain dapat berupa peralatan
yang memiliki potensi bahaya ledakan dapat mengacu pada sistem kelas dan divisi (standar Amerika menggunakan baterai (telepon selular, radio, dst), listrik statis, percikan peralatan listrik (motor dan
Utara) atau sistem zona (standar Eropa, yaitu berasal dari IEC dan CENELEC*). generator), radiasi elektromagnet yang kuat, dan permukaan panas dari peralatan listrik. Pemilihan
*Komisi Elektroteknik Internasional (IEC) dan standar Komite Eropa untuk Standardisasi Elektroteknik (CENELEC) peralatan kerja (listrik) pada instalasi biogas merupakan salah satu dari tindakan mitigasi akan bahaya api
☑ Instruksi 99/92/EC atau ATEX 137: Instruksi Tempat Kerja dan ledakan untuk melindungi aset dan investasi instalasi biogas. Prinsip dasar dari pemilihan peralatan
Pedoman Uni Eropa tersebut menguraikan persyaratan minimum untuk meningkatkan kerja tersebut adalah untuk memastikan bahwa peralatan kerja tidak menjadi sumber percikan atau
perlindungan kesehatan dan keselamatan pekerja yang berisiko dari atmosfer eksplosif1 oleh zat dengan suhu permukaan yang tinggi untuk memicu terjadinya nyala api.
mudah terbakar seperti gas, uap atau debu. Setiap perusahaan diarahkan untuk menentukan Standar Penandaan Peralatan Kerja
klasifikasi area kerja yang berpotensi akan bahaya ledakan. Penandaan Amerika Utara
NEC 500
1) Kondisi atmosfer di area kerja yang berpotensi akan bahaya ledakan. Area kerja dalam kondisi atmosfer yang dimaksud yaitu keadaan lingkungan kerja di
udara terbuka dengan suhu ambien antara -20 C hingga 40 C dan tekanan 0,8 – 1,1 bar
Kelas 1, Divisi 1, Group A,B T4

Suatu area di mana atmosfer eksplosif Kelas bahaya


berbahaya terdiri dari campuran udara dan
Zona 0 atau 20 gas, uap atau kabut yang mudah terbakar Tipe area
dimana hadir secara terus menerus atau Grup material
untuk periode yang lama atau sering
Divisi 1 Kode suhu
NEC 505
Suatu area di mana atmosfer eksplosif
berbahaya terdiri dari campuran udara dan gas
Suatu area di mana atmosfer eksplosif Kelas 1, Zona 0, AEx d IIC T4
Zona 1 atau 21 yang mudah terbakar, uap atau kabut dimana
berbahaya terdiri dari campuran udara dan
mungkin kadang-kadang terbentuk dalam
Zona 0 atau 20 gas, uap atau kabut yang mudah terbakar Kelas bahaya
operasi normal
dimana hadir secara terus menerus atau
untuk periode yang lama atau sering Tipe area
Divisi Zona 2 Suatu area di mana atmosfer eksplosif
Divisi 2 1 atau 22 berbahaya terdiri dari campuran udara dan gas Peralatan yang dibangun
yangSuatu
mudah area di manauap
terbakar, atmosfer eksplosif
atau kabut dimana untuk standar Amerika
berbahaya
biasanya terdiri dari tetapi
tidak terbentuk, campuran udara dan gas
jika terjadi,
Zona 1 atau 21 hanyayang mudah
jarang danterbakar, uap atau
untuk periode yangkabut dimana
singkat Kode eksplosif untuk perlindungan
mungkin kadang-kadang terbentuk dalam (d,e,i,m,n,o,p,q)
operasi normal
ATEX 137 tidak secara spesifik menyebutkan durasi paparan gas, sehingga pembagian klasifikasi area untuk instalasi Kelompok gas
biogas Zona 2
dibuat berdasarkan evaluasi masing-masing Suatu
manajemen instalasi biogas area di
beserta mana
divisi atmosfer
atau eksplosif
konsultan K3 yang
Standar Uni Eropa
Divisi 2 Standar AS dan Kanadaterdiri dari campuran udara dan gas Kelas suhu
ditunjuk oleh manajemen instalasi biogas tersebut. Namun, praktik yang berbahaya
atau 22 disarankan untuk klasifikasi area dapat
Zona 0
merujuk pada American Petroleum Institute RP 505 tentang klasifikasi lokasi yang
untukmudah terbakar,
peralatan listrikuap atau
di area kabut
Divisi 1 dimana
berbahaya,
khususnya pada fasilitas minyak bumi. biasanya tidak terbentuk, tetapi jika terjadi,
hanya jarang dan untuk periode yang singkat Penandaan Uni Eropa (ATEX/IECex)
Bab 3: Bahaya Spesifik dan Pengendalian; Klasifikasi Area pada Instalasi Biogas
API RP 505 Zona 1
Tanda yang disetujui untuk perangkat yang
Standar Uni Eropa Standar AS dan Kanada disertifikasi oleh otoritas tes Uni Eropa
Zona 0 Divisi 1
Tanda perlindungan ledakan
Zona 2 Divisi 2
Kelompok peralatan
Zona tidak Zona tidak
terklasifikasi terklasifikasi Kategori peralatan
Risiko

Risiko

Zona 1
☑ ATEX 2014/34/EU G untuk gas, D untuk debu
1 10 1000 1 10 1000
Penentuan klasifikasi
Durasi paparan gas (jam per tahun) Durasi paparan gas (jam per tahun) Perlindungan ledakan
peralatan kerja listrik yang
Zona 2 Divisi 2 aman untuk digunakan pada Kode jenis perlindungan
Zona tidak Zona tidak area kerja yang berpotensi
terklasifikasi terklasifikasi Kelompok gas
Risiko

Risiko

terhadap ledakan (zona Ex)


Kelompok suhu
1 10 1000 1 10 1000
22 Durasi paparan gas (jam per tahun) Durasi paparan gas (jam per tahun) Tingkat perlindungan peralatan 23
2.1.2 Zat-zat berbahaya Zat Sifat Batas paparan* (ppm) Indikasi paparan
Zat-zat berbahaya adalah zat, bahan atau campuran
H H O S S O
yang memiliki sifat-sifat berbahaya bagi kesehatan,
misalnya limbah cair kelapa sawit, H2S, CO2. Sifat- C CH4
• Tidak berwarna
C
• Tidak berbau H 1,000 C
50,000 – 150,000 Berpotensi meledak
500,000 Asfiksia
(NIOSH)
sifat zat-zat berbahaya tersebut antara lain: • Lebih ringan dari udara (NIOSH)
H H O

250 - 350 Konsentrasi normal pada udara di luar ruangan


350 - 1000 Tipikal konsentrasi dalam ruangan dimana terjadi
pertukaran udara yang baik
Beracun 1000 - 2000 Keluhan kantuk dan udara yang buruk
misalnya H2S, CO.
H H O S• S
Tidak berwarna O 5000 2000 - 5000 Sakit kepala, mengantuk, dan udara stagnan, pengap,
dan pengap. Konsentrasi yang buruk, kehilangan
C C CO2 • Tidak berbau,
H C (Permenaker No. 5 T ahun 2018) perhatian, peningkatan denyut jantung dan mual
• Lebih berat dari udara ringan juga bisa terjadi
korosif H H O 5.000 Batas paparan tempat kerja (sebagai TWA 8 jam)
misalnya H2SO4, kondensat pada > 40.000 Paparan dapat menyebabkan kekurangan oksigen yang
unit dehumidifier. Zat-zat serius, yang mengakibatkan kerusakan otak permanen,
berbahaya ini dapat berbentuk koma dan bahkan kematian
padat, cair, aeorosol atau gas. (Henderson, 2006)

0.01 – 1.5 Tercium bau seperti telur busuk


2-5 Mual, mata berair, sakit kepala
eksplosif
20 Kelelahan, kehilangan nafsu makan, sakit kepala
Terkait penggunaan bahan
50 - 100 Konjungtivitis ringan dan iritasi saluran pernapasan
tambahan reaktif, mudah
setelah 1 jam, dapat menyebabkan gangguan pencernaan
terbakar, seperti metana,
dan kehilangan nafsu makan
refrigeran pada dehumidifier
100 Batuk, iritasi mata, hilangnya kemampuan indra
H Hdan bahan habis O pakai pada S S O penciuman setelah 2 – 15 menit. Sesak napas, mengantuk
laboratorium.
H2S • Tidak berwarna

H
C C H •

C beracun
Sangat
Lebih berat dari udara
1 setelah 15 – 30 menit. Iritasi tenggorokan setelah 1 jam.
Kematian dapat terjadi setelah 48 jam.
H O • Berbau busuk
(Permenaker No. 5 Tahun 2018) 100 - 150 Kehilangan kemampuan indra penciuman
Bahaya biologis 200 - 300 Konjungtivitis dan iritasi saluran pernapasan setelah 1 jam.
Risiko paparan bakteri patogen 500 - 700 Kejang-kejang, hilang kesadaran dalam 5 menit.
akibat terkontaminasi dengan Kerusakan serius pada mata dalam 30 menit. Kematian
limbah cair kelapa sawit. setelah 30 – 60 menit.
700 - 1000 Hilang kesadaran dalam waktu cepat, langsung lemas
dalam 1 sampai 2 tarikan napas
1000 - 2000 Kematian hampir seketika
(OSHA, 2018)

Karbon monoksida dapat mengganggu oksigenasi darah dengan mengikat


hemoglobin dalam darah (Karboksihemoglobin), sehingga menghambat proses
H O S S O respirasi manusia.
☑ Kepmenaker No.187 Tahun 1999 CO
C Bahan Kimia Berbahaya di Tempat
Pengendalian H Kerja C
• Tidak berwarna
• Tidak berbau 25 < 100 Tidak menimbulkan gejala apapun jika terpapar dalam
waktu 1 jam
H ☑ Permenaker No.O5 Tahun 2018 • Tidak berasa (Permenaker No. 5 Tahun 2018) 300 Gejala sinus ringan pada paparan selama 4 jam
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja 400 Sakit kepala, pusing, mual, nyeri dada, kesulitan bernapas
>1000 Menyebabkan koma
(National Research Council, 2007)

Tingkat paparan yang diperkenankan untuk 8 jam kerja.


24 BAB 2 - Manajemen Risiko Instalasi Biogas PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 25
2.1.3 Bahaya listrik 2.1.4 BAHAYA MEKANIK
Energi listrik merupakan sumber pengapian yang dapat menimbulkan bunga api Bahaya mekanik adalah bahaya yang disebabkan oleh mesin yang digerakkan oleh
yang mampu menimbukan bahaya listrik, bahkan juga ledakan dan kebakaran. Pada tenaga penggerak, baik yang dioperasikan otomatis atau secara manual. Resiko
instalasi biogas, energi listrik dapat menjadi pemicu terjadinya ledakan dan kebakaran kecelakaan akan bahaya mekanik seringkali terjadi pada saat pemeliharaan dan
karena tersedianya zat-zat mudah terbakar yang terkandung dalam unsur gas penyusun biogas, perbaikan jika langkah-langkah pengamanan yang memadai tidak dilakukan. Bahaya mekanik
yaitu metana dan oksigen. Instalasi biogas menggunakan peralatan listrik, seperti peralatan yang terjadi pada instalasi biogas dapat disebabkan pekerjaan yang melibatkan, antara lain:
pengendali, pompa, agitator, alat pengukur. Untuk mencegah potensi bahaya listrik, peralatan
listrik tersebut harus memenuhi standar yang berlaku.
Tenaga mesin Tenaga manusia

Bahaya primer adalah bahaya-bahaya Bahaya sekunder adalah bahaya-


yang disebabkan oleh listrik secara bahaya yang disebabkan oleh listrik
langsung, misalnya sengatan listrik, secara tidak langsung, misalnya jatuh Bahaya jari atau Bahaya jari atau Bahaya tersandung Bahaya terjatuh
kebakaran atau ledakan. Sengatan listrik dari ketinggian. tangan terpotong tangan terpotong
dapat berdampak langsung pada kesehatan mata pisau oleh kipas mesin
manusia, hingga mengakibatkan kematian.

Bahaya tangan Bahaya tergelincir


Bahaya jari atau tangan terhimpit atau terkena
terhimpit benda berputar tekanan dari atas
Penggantian
Kebocoran arus listrik peralatan listrik
pada peralatan listrik yang ceroboh ☑ Permenaker No. 5 Tahun 1985 ☑ Permenaker No. 38 Tahun 2016
dengan rangka dari logam
K3 Angkat dan Angkut K3 Pesawat Tenaga dan Produksi
sehingga menimbulkan
tegangan pada rangka ☑ Permenaker No. 9 Tahun 2010 ☑ Permenaker No. 9 Tahun 2016
logam tersebut Petugas dan Operator Pesawat Angkat dan Angkut K3 dalam Pekerjaan pada Ketinggian

Peralatan atau
Isolasi kabel yang hubungan listrik 2.1.5 Bahaya kebisingan
rusak sehingga ada yang rusak atau Bahaya kebisingan meliputi aktivitas yang berpotensi menyebabkan gangguan
bagian yang terbuka dibiarkan terbuka pendengaran, bahkan sampai dapat menyebabkan ketulian. Bahaya kebisingan
pada instalasi listrik, pada instalasi biogas dapat disebabkan oleh pekerjaan yang berada di area yang memiliki tingkat
apabila tersentuh kebisingan yang tinggi, misalnya pada kamar mesin dan pekerjaan yang menggunakan peralatan
dapat menimbulkan yang dapat menimbulkan kebisingan. Kerusakan akibat kebisingan pada organ pendengaran dapat
bahaya kejut bersifat permanen atau tidak dapat disembuhkan.

YA ☑ Permenaker No. 5 Tahun 2018


HA
BA RIK
T Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja
LIS Nilai ambang batas
selama periode kerja
8 jam (OSHA, 2011)
Efek
kardiovaskular
Stress 90 dB – 140 dB
Kerusakan
☑ Permen ESDM No. 2 Tahun 2018 ☑ Permenaker No. 33 Tahun 2015 mendadak pada
Pemberlakuan Wajib SNI di Bidang Ketenagalistrikan Ahli K3 Listrik K3 Listrik Di Tempat Kerja (Perubahan pendengaran
atas Permen No.12 Tahun 2015) TINGKAT
60 65 70 75 80 85 90
☑ Keputusan Dirjen PPK No 48 Tahun 2015 KEBISINGAN (dB)
Sertifikasi Kompetensi K3 Teknisi Listrik ☑ Kepdirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Gangguan
dan K3 No. KEP. 47/PPK&K3/VIII/2015 Gangguan tidur Kehilangan
☑ Permenaker No. 12 Tahun 2015 Pembinaan Calon Ahli K3 Bidang Listrik pendengaran, telinga
K3 Listrik di Tempat Kerja berdengung (tinnitus),
tekanan darah tinggi,
(Prasher, 2000)
kelelahan, stress

26 BAB 2 - Manajemen Risiko Instalasi Biogas PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 27
2.1.6 Bahaya tekanan 2.1.7 Bahaya termal

Bahaya tekanan merupakan bahaya yang melibatkan sumber energi tekanan yang Bahaya termal diasosiasikan dengan benda atau zat yang mentransfer energi sebagai
signifikan, seperti udara, air, pneumatik, dan gas. Potensi bahaya tekanan tersebut panas. Bahaya termal dapat menyebabkan iritasi, luka bakar ringan sampai dengan yang
dapat membahayakan keselamatan karyawan, menyebabkan kerusakan komponen instalasi berat tergantung pada besar intensitas paparan radiasi panas dan waktu. Selain itu, bahaya termal dapat
penting lainnya, bahkan dapat menyebabkan pencemaran bahan-bahan berbahaya ke lingkungan. menyebabkan dehidrasi pada individu, misalnya terjadi akibat aktifitas inspeksi area CAL yang luas.

Faktor yang mempengaruhi kegagalan sistem dan peralatan bertekanan tinggi

1. Berapa besar atau tinggi 5. Kerumitan atau kompleksitas


tekanan dalam sistem dan pengendalian operasinya

2. Jenis cairan atau gas dan 6.Kondisi yang berlaku,


sifatnya apakah mudah misalnya proses yang 12000C
terbakar dan meledak dilakukan pada suhu tinggi

3. Kesesuaian material 11000C


peralatan sistem bertekanan 7. Sumber daya manusia yang Flare 8000C - 1.2000C

dengan jenis bahannya memelihara, menguji dan 10000C


mengoperasikan peralatan
4.Umur dan kondisi peralatan sistem bertekanan
9000C

8000C

Potensi bahaya tekanan pada instalasi biogas 7000C

6000C

Tekanan membran untuk tipe Kebocoran tekanan pada


5000C
CAL yang melebihi batas saluran dan area yang terkorosif

Dapat mengakibatkan membran HDPE sobek Misalnya saluran biogas ke unit 4000C
atau terangkat. Rekomendasi batas tekanan untuk dehumidifier yang terkorosif dapat disebabkan sifat
membran CAL, sebesar 80% dari tekanan operasi kimia (bersifat asam) dari biogas tersebut dan ditambah
dengan tekanan dari blower udara. Selain itu, bahaya 3000C
membran. Pada umumnya, CAL dioperasikan pada
tekanan 2 - 3 cm water. tekanan dapat terjadi apabila terjadi sumbatan pada
Buangan dari gas engine
sistem, misalnya pipa saluran biogas terisi dengan air 2000C 3000C – 3500C
kondesat yang tidak dikeluarkan, pipa biogas yang
menuju scrubber dimasuki oleh substrat atau serat-
serat kelapa sawit, akibat dari substrat yang masuk ke 1000C
unit digester anaerobik tidak terkontrol, dan sebagainya.
Hal tersebut dapat disebabkan oleh kesalahan operator,
0 0C
buruknya konstruksi atau perawatan yang dapat
mengakibatkan kebocoran atau bahkan ledakan.
Panas dari limbah cair Panas di membran
kelapa sawit 600C - 850C pada siang hari 600C - 700C

☑ Permenaker No. 37 Tahun 2016


K3 dalam Pekerjaan Bejana Tekan dan Tangki Timbun

28 BAB 2 - Manajemen Risiko Instalasi Biogas PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 29
2.1.8 Bahaya lingkungan Bahaya dari lingkungan sekitar 2.1.9 bahaya pada RUANG TERBATAS

Pada dasarnya, bahaya lingkungan dapat terpapar jika biogas dilepaskan ke udara Potensi bahaya yang dapat terjadi pada instalasi Ruang terbatas adalah suatu tempat tertutup
atau hasil pengolahan di instalasi (misalnya substrat oli) memasuki badan air sekitar. biogas dapat berasal dari faktor alam dan dimana terdapat risiko cedera serius atau
Bahaya lingkungan dari instalasi biogas dapat dibagi menjadi emisi ke udara, tanah dan air. manusia, antara lain: kematian akibat faktor:
Pengaruh negatif dari aktivitas instalasi biogas adalah sebagai berikut. Kimia:
• Gas beracun
BAHAYA LINGKUNGAN BAHAYA LINGKUNGAN SEKITAR
• Kekurangan oksigen
• Bau menyengat karena bahan-bahan kimia
• Gas yang terbakar
TANAH UDARA AIR FAKTOR ALAM FAKTOR MANUSIA • Paparan zat kimia berbahaya
Misalnya banjir, gempa Misalnya ancaman
bumi, pemadaman listrik, keamanan dari penyusupan Fisik:
limbah cair CO2 CH4 H2S limbah cair • Konstruksi ruangan, misalnya ruangan bersekat,
hujan badai, petir, untuk usaha perusakan
kelapa sawit kelapa sawit licin, konstruksi rapuh
binatang buas (seperti ular, atau pencurian asset
laba-laba, kalajengking berharga • Kondisi ruangan misalnya suhu yang ekstrim,
dan lain-lain) kebisingan
dan serangga
Merusak kualitas air tanah Kenaikan gas rumah kaca Mengurangi jumlah oksigen terlarut
dan merusak tanah karena sehingga menyebabkan ekosistem Contoh ruang terbatas pada instalasi biogas
tingkat keasaman limbah air menjadi anaerobik
cair kelapa sawit yang tinggi

CSTR Boiler Scrubber Flare

Hujan asam Kriteria Ruang Terbatas (OSHA, 2018) :


Cukup besar untuk dimasuki orang atau
sebagian tubuh manusia agar dapat masuk
dan keluar yang terbatas

Memiliki bahaya fisik dan mekanik yang


memiliki potensi sebagai perangkap atau
halangan, juga konfigurasi internal yang
bisa menyebabkan seseorang terjebak atau
kekurangan udara

Memiliki potensi berisi atmosfer berbahaya

Tidak memiliki akses tetap

Tidak memiliki ventilasi alami yang


mencukupi bagi seseorang untuk bernapas
secara normal

Sebelum seseorang dapat bekerja secara


aman di dalamnya, kegiatan ini
membutuhkan ventilasi mekanis, selain
sistem ventilasi alami

☑ Keputusan Dirjen Pembinaan Pengawasan ☑ Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan
Ketenagakerjaan No. 113/DJPPK/IX/2006 Transmigrasi RI No. 01/MEN/PPK/IV/2012
Pedoman K3 di Ruang Terbatas Pemenuhan Kewajiban Syarat-Syarat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang
☑ Surat Edaran Dirjen Pembinaan Pengawasan Terbatas
☑ Permen LH No. 21 Tahun 2008 Ketenagakerjaan No. 1 Tahun 2011
Pengujian Emisi Pengelolaan Limbah B3 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pembinaan Lampiran 3.1 dan 3.2
Terhadap Ahli, Teknisi, dan Petugas
Lingkungan Kerja dan Bahan Berbahaya

30 BAB 2 - Manajemen Risiko Instalasi Biogas PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 31
2.2 Penilaian risiko

Penilaian risiko mengukur tingkat kemungkinan dan keparahan dari suatu kejadian kecelakaan
2.3 Pengendalian Bahaya

Bahaya yang telah diidentifkasi pada sub bab 2.1 memerlukan langkah-langkah pengendalian
dapat dilakukan dengan cara pengukuran besaran bahaya secara kualitatif, yaitu dalam bentuk untuk mengontrol tingkat bahaya yang dapat terjadi pada instalasi biogas. Tujuan pengendalian
matriks risiko. Dengan cara tersebut, potensi bahaya yang telah diidentifkasi dapat dihindari atau bahaya adalah untuk melindungi pekerja dari bahaya kesehatan dan kecelakaan di tempat kerja,
diperkecil. Pada matriks risiko dibawah ini, nilai risiko dihitung dengan cara perkalian antara meminimalkan atau menghilangkan risiko keselamatan dan kesehatan kerja dan membantu suatu
kemungkinan (likelihood) dan tingkat keparahan (severity). Nilai risiko tersebut digunakan untuk organisasi dalam menyediakan tempat kerja dengan kondisi kerja yang aman dan sehat.
memprioritaskan tindakan yang diperlukan secara efektif dalam mengelola potensi bahaya pada
area kerja dan setiap tindakan yang diambil perlu didokumentasikan.
HAL - HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN UNTUK MENGENDALIKAN
DAN MENCEGAH BAHAYA SECARA EFEKTIF (OSHA, 2018):
KEPARAHAN
Luka atau Luka atau Luka atau Luka atau Kematian
ketidak penyakit yang penyakit yang penyakit yang MELIBATKAN PEKERJA, karena mereka memiliki pemahaman terbaik
nyamanan memerlukan memerlukan menyebabkan tentang kondisi lingkungan kerja sehingga terciptanya bahaya dan
kecil. Tidak perawatan perawatan di cacat wawasan tentang bagaimana bahaya dapat dikendalikan.
ada perawatan medis. rumah sakit permanen
medis atau Gangguan
IDENTIFIKASI DAN EVALUASI opsi atau alternatif untuk mengendalikan
dampak fisik sementara
bahaya, menggunakan hirarki pengendalian bahaya K3 berdasarkan
yang terlihat
NIOSH.
1 2 3 4 5
Tidak
signifikan Kecil Sedang Besar Parah HIRARKI PENGENDALIAN BAHAYA K3 PADA INSTALASI BIOGAS

Diperkirakan 5 ELIMINASI: eliminasi alat, mesin, atau proses yang berpotensi


TIDAK TERMASUK DALAM
terjadi dalam BENTUK PENGENDALIAN BAHAYA menimbulkan bahaya
Hampir Pasti Menengah Tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi
keadaan Karena instalasi tersebut mengeluarkan
normal biogas yang memiliki karakteristik
mudah terbakar dan meledak SUBSTITUSI: substitusi alat, mesin, atau proses yang berpotensi
menimbulkan bahaya
Diperkirakan 4
akan terjadi Kemungkinan
Menengah Tinggi Tinggi Sangat tinggi Sangat tinggi PENGENDALIAN SECARA ENJINIRING: modifikasi alat atau mesin
suatu saat besar terjadi
yang lebih aman, misalnya memasang perangkat sensor gas,
KEMUNGKINAN

penggunaan detektor gas portabel dan sebagainya

3 PENGENDALIAN SECARA ADMINISTRASI misalnya berupa prosedur,


Dapat terjadi aturan, tanda bahaya, label agar memastikan sistem dan
Mungkin Rendah Menengah Tinggi Tinggi Sangat tinggi
suatu saat peralatan beroperasi dengan aman

Kecil ALAT PELINDUNG DIRI


kemungkinan
2 Penggunaan alat pelindung diri, seperti pelindung kepala, sepatu
Kemungkinan keselamatan, sarung tangan dan pemakaian masker
terjadi dalam Rendah Rendah Menengah Menengah Tinggi
kecil
keadaan pernafasan
normal

Dapat
terjadi, tetapi 1 MENGGUNAKAN RENCANA PENGENDALIAN BAHAYA untuk mengawal bentuk
kemungkinan Sangat jarang Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah pengendalian dan pelaksanaan terhadap hirarki pengendalian bahaya K3,
tidak akan kemudian diikuti dengan pengawasan terhadap pengendalian bahaya sesuai
pernah terjadi dengan rencana.
Kategori risiko ini Kategori risiko ini Kategori risiko ini dapat dianggap MENGEMBANGKAN RENCANA PERLINDUNGAN PEKERJA
membutuhkan membutuhkan perencanaan dapat diterima dan mungkin tidak
selama keadaan darurat dan aktivitas non-rutin.
tindakan segera untuk dalam mengendalikan bahaya diperlukan tindakan pengendalian
mengendalikan bahaya. dan menerapkan tindakan bahaya. Namun, jika risiko bahaya
MENGEVALUASI KEEFEKTIFAN TERHADAP BENTUK PENGENDALIAN BAHAYA
sementara jika diperlukan. terjadi, tindakan pengendalian agar
yang ada untuk menentukan apakah masih diperlukan bentuk perlindungan
dilaksanakan secara efisien.
bahaya atau bentuk pengendalian bahaya lain yang lebih efektif.

32 BAB 2 - Manajemen Risiko Instalasi Biogas (German Biogas Association, 2016) PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 33
2.3.1 Pengendalian bahaya secara teknis 2. Penangkal petir

Area instalasi biogas relatif luas dan terbuka berpotensi


Pada dasarnya pengendalian secara teknis adalah meminimalisasi terjadinya potensi bahaya dengan terjadinya petir saat musim hujan. Petir adalah gejala alam
melakukan perekayasaan teknis yaitu dengan cara menggunakan peralatan deteksi bahaya. Selain yang biasanya muncul pada musim hujan yang berpotensi
itu, pengendalian bahaya secara teknis dapat dilakukan pada saat proses desain enjiniring dan merusak jika tidak dikendalikan. Prinsip pengendalian petir
pemilihan spesifikasi peralatan kerja. Jika ditemukan masalah keselamatan setelah beroperasinya adalah menyalurkan muatan listrik yang di awan ke dalam bumi.
instalasi biogas, maka penyesuaian spesifikasi peralatan deteksi bahaya agar dapat segera dilakukan. Penangkal petir adalah rangkaian jalur yang difungsikan sebagai
jalan bagi petir menuju ke permukaan bumi, tanpa merusak
Selain tata letak, jarak minimum antar unit atau peralatan yang memadai juga penting sebagai bentuk benda-benda yang dilewatinya. Untuk melindungi instalasi
penanggulangan kerugian dari bahaya ledakan atau kebakaran. 4b biogas dari sambaran petir yang merusak, maka perlu dipasang
penangkal petir sesuai dengan kebutuhan.

n ☑ Permenaker No. 31 Tahun 2015


desain enjiniring m ina Pengawasan Instalasi Penyalur Petir
do
in
ng
ha ☑ SNI 03 - 7015 - 2004
1. Rancang bangun (desain) tata letak dan jarak pada instalasi biogas ara
Sistem Proteksi Petir pada Bangunan Gedung

Hal tersebut merupakan salah satu cara pengendalian bahaya secara teknis yang
dilakukan pada tahap perencanaan pembangunan instalasi biogas. Prinsip dasar tata
letak pada instalasi biogas adalah arah angin dominan, yaitu jika terjadi kebocoran gas, 3. Pemilihan peralatan

Menuju digester sistem CAL


maka gas akan selalu bergerak atau berpindah selalu sesuai dengan arah angin dominan. kerja listrik
gas
Maka dari itu, letak atau posisi peralatan sebagai sumber pengapian tidak boleh berada ke
perm
di bawah angin sumber gas, misalnya letak flare di bawah angin CAL atau tangki CSTR. uka
an Area atau wilayah di sekitar CAL atau

!
CSTR, pipa penyalur biogas hingga ruang
Penentuan tata letak yang diperlukan untuk instalasi biogas dapat mengacu pada
gas engine adalah area atau wilayah yang
referensi instalasi produksi gas, yaitu (Global Assest Protection Services LLC, 2015):
kemungkinan besar akan selalu terdapat
• Aktivitas dengan bahaya tinggi
biogas yang dikatakan sebagai atmosfer
• Sumber api
bahaya mudah meledak.
• Kondisi angin yang berlaku
• Pentingnya fasilitas untuk operasi yang berkelanjutan
☑ Standar Direktif (Uni Eropa) 2014/34/
• Penggantian peralatan dan waktu pemasangan
EU untuk peralatan kerja listrik dan
• Eksposur api dan ledakan
instrumentasi yang digunakan
• Perawatan dan akses darurat
• Ekspansi masa depan

2. Pemasangan alarm kebakaran dan detektor

Pemasangan peralatan pelindung dan sarana proteksi Alarm kebakaran memberikan tanda atau isyarat setelah kebakaran
terdeteksi berupa bunyi khusus dengan tingkat kekerasan suara
bahaya kebakaran secara aktif, misalnya: minimal 65 dB.
1. Penggunaan flame arrester Jenis-jenis detektor adalah detektor panas, asap, nyala api, dan gas
kebakaran. Instalasi biogas umumnya perlu dilengkapi oleh detektor
Berfungsi mencegah timbulnya percikan api terbuka serta memadamkan api dengan cepat pada lokasi yang
gas dan asap yang diletakkan pada kamar mesin. Jika terjadi kebocoran
terbatas sehingga kebakaran atau ledakan dapat dicegah. Flame arrester biasanya digunakan pada instalasi
gas dan asap, detektor tersebut secara otomatis menghentikan
biogas yang terhubung dengan sistem distribusi biogas, misalnya timbul percikan api pada flare dapat terjadi
gas engine, sehingga sumber pengapian hilang dan potensi bahaya
jika ada kebocoran biogas pada pipa penyalur ke flare atau pada flare itu sendiri. Untuk mencegah percikan
ledakan atau kebakaran dapat dihindari.
api menjalar pada reaktor biogas, flame arrester sebaiknya dipasang pada ujung pipa penyalur biogas
sebelum terhubung dengan flare, gas engine, atau boiler burner
☑ Permenaker No.2 Tahun 1983
Instalasi Alarm Kebakaran Automatik

☑ Permen PU No.26/PRT /M/2008


Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan
== Gedung dan Lingkungan
nit
ru
nta
al a )* ☑ SNI 03 - 3985 - 2000
i nim e (m
m r
ak gi fla Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Deteksi dan
jar
n asi x ting m**
na d
mi Alarm Kebakaran untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada
n
e 1,5 6
m
o ko
i nd Re Bangunan Rumah dan Gedung
ng
ha
ara
*Antisipasi potensi bahaya jika flare roboh
34 BAB 2 - Manajemen Risiko Instalasi Biogas ** Antisipasi potensi bahaya termal (German Social
Insurance for Agriculture, Forestry, and Holticulture, 2016)
PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 35
PENGENDALIAN BAHAYA SECARA TEKNIS TERHADAP KEBAKARAN
3 jenis alat pemadam kebakaran
Pembentukan unit penanggulangan kebakaran pada instalasi biogas ditentukan berdasarkan
klasifikasi tingkat potensi bahaya kebakaran. Instalasi biogas termasuk dalam Klasifikasi Tingkat
Risiko Bahaya Kebakaran Sedang III berdasarkan ☑ Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia
No. KEP 186/MEN/1999 yaitu kategori tempat kerja yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar
tinggi. Apabila terjadi kebakaran, dapat melepaskan panas tinggi, sehingga api dapat menjalar Alat pemadam api yang Alat pemadam api Alat pemadam api
dengan cepat. dipasang secara tetap yang dipasang secara yang mudah dibawa
pada bangunan atau tetap pada kendaraan atau ringan (APAR)
gedung, misalnya hidran
gedung, hidran halaman

HIDRAN HALAMAN
☑ Permen PU No.26/PRT /M/2008
Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
☑ SNI 03 - 1735 - 2000 SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN
Tata Cara Perencanaan Akses Bangunan dan Akses Lingkungan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada
Bangunan Gedung Untuk penjelasan selengkapnya mengenai sistem proteksi kebakaran, dapat dilihat pada ☑Permen
PU No. 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Bangunan Gedung
1. Menyampaikan rencana dan spesifikasi sistem
kepada instansi pemadam kebakaran agar dikaji dan diberikan persetujuan sebelum dilakukan konstruksi dan Lingkungan, yaitu meliputi:

2. Tersedia jalan lingkungan Sistem proteksi Pencegahan kebakaran


dengan perkerasan agar dapat dilalui oleh kendaraan pemadam kebakaran Ketentuan umum
kebakaran pasif pada bangunan gedung
3. Menandai akses pemadam kebakaran Pengelolaan sistem proteksi
dengan tanda segitiga merah atau kuning dengan ukuran tiap sisi minimum 150 mm dan diletakkan pada Akses dan pasokan air untuk Sistem proteksi
pemadaman kebakaran kebakaran pada bangunan
sisi luar diding dan diberi tulisan: “AKSES PEMADAM KEBAKARAN – JANGAN DIHALANGI”, dengan ukuran kebakaran aktif*
gedung
tinggi minimal 50 mm
Sarana
Utilitas bangunan Pengawasan dan
4. Peletakan hidran penyelamatan
gedung pengendalian
• Peletakan hidran disesuaikan dengan potensi bahaya yang ada. Jarak penempatan hidran tersebut ± 100
m, sedangkan ☑ NFPA 24* sebesar 500 feet (170 m). Untuk area tertentu dengan potensi bahaya kebakaran
tinggi, jarak penempatannya dapat lebih dekat. * Sistem Pipa Tegak, Sistem Springkler Otomatik, Alat Pemadam Api Ringan (APAR), Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran

Luas Bangunan Jumlah Hidran Pasokan Air Waktu Pasokan Air

a b
a
Tidak kurang dari 38 liter/
detik pada 3,5 bar
< 1.000 m 2
2 45 menit
b 19 liter/detik pada 3,5 bar

a b + c
c Penambahan 1,200 liter per
Setiap pertambahan Penambahan
menit (untuk setiap hidran 45 menit
berikutnya dari 1 hidran berikutnya)
1.000 m2
5. Pemasangan unit pompa
• Jika diperlukan lebih dari satu hidran halaman, hidran-hidran tersebut harus diletakkan sepanjang akses
pemadam kebakaran
(jalur akses mobil pemadam kebakaran dengan lebar minimal 4 meter) dan berada dalam jarak radius 50
Ditempatkan sekurang-kurangnya 15 m jauhnya
meter dari hidran. ☑ Instruksi Menaker No. 11/M/BW/1997
dari gedung terdekat.
Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran
• Pilar hidran halaman harus dipasang pada jarak tidak kurang dari 6 meter dari tepi bangunan, sedangkan
Pompa yang dipasang harus memenuhi ☑ SNI
berdasarkan ☑ NFPA 24* , paragraf 7.2 tentang “Jumlah dan Lokasi” (Number and Location) menyebutkan ☑ Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia
03-6570-2001 tentang Instalasi Pompa yang
bahwa hidran ditempatkan tidak kurang dari 12 meter dari bangunan yang akan dilindungi. No. KEP 186/MEN/1999
Dipasang Tetap untuk Proteksi Kebakaran
Ketentuan Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja

*Standard for the Installation of Private Fire Service Mains and Their Appurtenances

36 BAB 2 - Manajemen Risiko Instalasi Biogas PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 37
APAR xxx : Merusak vvv : Baik sekali Produksi dan penggunaan bahan perusak lapisan ozon,
☑ Permenakertrans No: PER.04/MEN/1980 tentang Syarat - Syarat Pemasangan dan xx : Berbahaya vv : Baik termasuk Halon telah dilarang sesuai dengan ☑ Peraturan Menteri
x : Tidak dapat dipakai v : Dapat dipakai Perindustrian RI No. 33/M-IND/PER/2007 tentang Larangan
Pemeliharaan APAR. Di bawah ini merupakan tabel yang menjelaskan golongan bahan. Tabel Memproduksi Bahan Perusak Lapisan Ozon serta Memproduksi
di bawah ini menjelaskan kebakaran dengan jenis-jenis APAR yang dapat digunakan. Barang yang Menggunakan Bahan Perusak Lapisan Ozon

KEBAKARAN APAR YANG DIPAKAI PADA MULA KEBAKARAN

I II III Tetrachool IV V VI VII VIII


coolstop P2)+PK3) PG 4) PM5) B,c,f6)
GOLONGAN JENIS BAHAN YANG TERBAKAR Air 9 l Busa 9 l CO2
chloorbroom 12 kg 12 kg 12 kg HALC
methaan 1 l 1,4 kg
vv
1. Kebakaran pada permukaan bahan seperti: kayu, kertas, tekstil, dan lainnya. vv v xxx v v vvv x v
A
2. Kebakaran sampai bagian dalam dan bahan seperti: kayu, majun, arang, batu, dan lainnya vv v xxx x x vvv x x
BAHAN PADAT
KECUALI LOGAM xx
3. Kebakaran dan barang-barang yang jarang terdapat dan berharga yang berada di museum-museum, dsb vv xx xxx v v vvv x v

4. Kebakaran dan bahan-bahan yang pada pemanasan gampang mengurai seperti: karet, busa,
plastik, dsb
vv x xxx x x vv x x

1. Kebakaran dari bensin, bensol, cat, tir, lak, aspal, gemuk, minyak dan sebagainya (yang tidak v
dapat bercampur dengan air
xxx v xxx1) vv vvv vv x vv
B v
2. Kebakaran dan alkohol dan sebangsanya yang dapat larut dalam air x x xxx1) vv vvv vv x vv
BAHAN CAIR
DAN GAS v
3. Gas yang mengalir x x xxx1) v vvv vv x v

4. Bahan-bahan yang dengan air membentuk gas yang dapat terbakar seperti karbit, fosfit, dsb xxx xxx v v vvv vv x v
xxx1)

C vv
APARAT -
APARAT LISTRIK Panel penghubung, peti penghubung, sentral telepon, transformator, dan sebagainya xxx xxx vvv v vvv x vvv
BERTEGANGAN xxx1)

D
LOGAM Magnesium, Natrium, Kalsium, Alumunium xxx xxx xxx x xxx vvv xxx

1. Jangan dipakai dalam ruangan kecil yang tertutup 5. PM untuk kebakaran logam
berada orang-orang 6. Bagi barangnya sendiri mungkin merusak 8) Jenis Halon Formula Halon No.
2. P dasar Natriumbikarbonat 7. Berbahaya karena cairannya memuncratkan bahan- Bromotn fluoramethana BrF3/B.T.M 1301
3. PK dasar garam alkali bahan yang mudah terbakar meluas Bromochlorodifluoremethana CbrClt2/B.C.F 1211
4. PG tepung pemadam Carbon Dioxide CO2 -
Dibromodifluorosmethana CBr2F2 1011
Carbon Thetrachlorida CCL4 104
Methyl bromide CH3Br 1001
38 BAB 2 - Manajemen Risiko Instalasi Biogas 39
tata letak rambu LARANGAN K3 CARA MENENTUKAN JUMLAH APAR
dan APAR pada instalasi biogas Luas ruangan (m2)
Jumlah APAR =
Luas perlindungan per APAR (m2)

APAR digunakan pada unit yang memiliki potensi bahaya


kebakaran dan ledakan. Hal tersebut dapat dipicu oleh energi listrik
dan tersedianya zat-zat mudah terbakar yang terkandung dalam
unsur gas penyusun biogas, yaitu metana dan oksigen sebagai PEMASANGAN APAR
oksidator dalam proses desulfurisasi.
C IV/C VI/C V
Setiap APAR harus ditempatkan pada posisi yang
mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan
diambil serta dilengkapi dengan pemberian tanda
pemasangan

Pemasangan dan penempatan APAR harus sesuai


dengan jenis dan penggolongan kebakaran
B IV/B VI/B V
Penempatan alat pemadam api yang satu dengan
C IV/C VI/C V lainnya atau kelompok satu dengan lainnya tidak
boleh melebihi 15 meter, kecuali ditetapkan lain
oleh pegawai pengawas atau ahli K3

Untuk penjelasan selengkapnya dapat dilihat pada


B IV/B VI/B V ☑Permenakertrans No: PER.04/MEN/1980
tentang Syarat - Syarat Pemasangan dan
Pemeliharaan APAR

C IV/C VI/C V
Sistem tanggap darurat
saat terjadi kebakaran:

Prosedur teknis pada kondisi darurat


Prosedur teknis ini dapat berbeda-
B IV/B VI/B V beda pada tiap instalasi biogas,
bergantung pada sistem konfigurasi
instalasi biogas tersebut
C IV/C VI/C V
C IV/C VI/C V
Rencana aksi kondisi darurat, yaitu:
Respon darurat
berupa alarm kebakaran

C IV/C VI/C V Menentukan jalur penyelamatan


Gada - gada Dilarang menyalakan api darurat dan menetapkan titik
berkumpul
Dilarang merokok Dilarang masuk tanpa ijin
Penempatan dan jenis APAR Titik kumpul
Pemakaian Pelatihan dan simulasi
berdasarkan hal. 38-39 Dilarang menggunakan
perlengkapan APD Dilarang memanjat keadaan darurat kebakaran
Bahaya gas beracun Gas mudah terbakar telepon genggam
yang dilakukan oleh Regu
Penanggulangan Kebakaran

40 BAB 2 - Manajemen Risiko Instalasi Biogas PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 41
2.3.2 PENGENDALIAN BAHAYA SECARA ADMINISTRASI

Praktik penerapan SMK3 yang tertuang pada


Berikut adalah rekomendasi PP No. 50 Tahun 2012. Guna menerapkan PP
terhadap bentuk organisasi tersebut, suatu perusahaan diwajibkan membentuk
pengendalian bahaya Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
berdasarkan tahapan sistem (P2K3). Hal tersebut tertuang dalam Permenaker
manajemen keselamatan, No. Per-04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina
kesehatan, kerja dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) serta Tata
lingkungan, yaitu: Petugas peran kebakaran, Koordinator unit
Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja penanggulangan bahaya,
sekurang-kurangnya 2 (dua) orang
untuk setiap jumlah tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 (satu)
sebesar 25 (dua puluh lima) orang orang untuk setiap unit kerja
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik
Perencanaan Indonesia No. KEP 186/MEN/1999 tentang
Ketentuan Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat
Kerja terkait Klasifikasi Tingkat Risiko Bahaya
Kebakaran Sedang III, membutuhkan:
Ahli K3 spesialis Regu penanggulangan
penanggulangan kebakaran kebakaran
Pengendalian bahaya terhadap zat-zat berbahaya yaitu
dengan mempelajari Lembar Data Keselamatan
Material (MSDS) berdasarkan Permenaker No.
187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahaya Kimia
Berbahaya di Tempat Kerja

MSDS berisi uraian umum bahan, sifat fisik dan kimiawi,


cara penggunaan, penyimpanan hingga pengelolaan
bahan buangan
Lampiran 12

Instruksi kerja (termasuk prosedur operasi


Memasang dan merawat rambu bahaya
standar untuk operasional dan keselamatan)
dan larangan K3
Lampiran 5
Melakukan pengarahan keselamatan
Operasional Formulir temuan pemeriksaan keselamatan
untuk setiap pengunjung RUTIN
Lampiran 6
Lampiran 4
Pelaporan K3 ke manajemen dan pelaporan
Mengembangkan sistem pelaporan
P2K3 ke Dinas Tenaga Kerja setempat
rutin dan non-rutin terkait aktifitas Sistem pelaporan K3 Lampiran 7 dan 8
yang berhubungan dengan K3 pada pada instalasi biogas
instalasi biogas
Penerapan Lockout Tagout (LOTO)
Mengembangkan daftar periksa Lampiran 9
Pemantauan NON
pemantauan dan pengujian RUTIN
peralatan keselamatan Analisa keselamatan kerja untuk kegiatan
Bab 5 pemeliharaan dan perbaikan untuk
dilaporkan ke manajer biogas atau terkait
Lampiran 10

42 BAB 2 - Manajemen Risiko Instalasi Biogas PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 43
2.3.3 Pengendalian bahaya secara personal (Alat Pelindung Diri/APD)

Merupakan tahapan terakhir sebagai bentuk perlindungan pada personel dari paparan bahaya pada
tingkat yang dapat diterima dengan menyediakan APD.

Identifikasi Pemilihan APD Pelatihan


Langkah identifikasi sesuai dengan jenis bahaya Pelatihan pada setiap pekerja
kebutuhan dan pemilihan dan kebutuhan pekerja. agar para pekerja tersebut
APD memerlukan proses mengetahui penggunaan APD
penilaian bahaya berdasarkan yang sesuai beserta waktu
kategori bahaya yang telah penggunaan APD, bagaimana
diuraikan pada Bab 3. cara mengenakan APD
dengan benar, keterbatasan
dari APD tersebut, merawat,
memelihara, dan tata laksana
pembuangan APD secara
tepat.

pembinaan Penatalaksanaan Penggunaan,


pembuangan atau perawatan,
pemusnahan dan penyimpanan

Setelah pelatihan telah diadakan, setiap perusahaan juga perlu memastikan pemahaman dan
keterampilan pekerja terhadap penggunaan APD dan mengadakan pelatihan ulang jika tingkat
pemahaman dan keterampilan pekerja belum mencukupi. Selain itu, pelatihan ulang terhadap K3
perlu dilaksanakan jika ada perubahan area kerja atau tipe APD yang digunakan.

pelaporan evaluasi inspeksi


☑ Permen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No. Per08/MEN/VII/2010
Alat Pelindung Diri
Aspek keselamatan pada area kerja perlu ditinjau ulang secara berkala apabila terjadi perubahan
kondisi area kerja, peralatan kerja atau prosedur operasi yang dapat berpotensi terjadinya bahaya.
Peninjauan ulang secara berkala tersebut perlu mencakup peninjauan catatan kecelakaan untuk
melihat kecenderungan terjadinya kecelakaan pada suatu lokasi (OSHA, 2004). Hal tersebut dapat
Pada Permen tersebut disebutkan pula bahwa pekerja atau orang lain yang memasuki area menjadi dasar untuk perbaikan spesifikasi APD yang digunakan.
kerja wajib menggunakan APD sesuai potensi bahaya dan risiko pada area kerja tersebut. Maka dari
itu, setiap perusahaan diwajibkan untuk melaksanakan manajemen APD di area kerja, meliputi Salah satu referensi terkait dengan penggunaan bentuk APD dapat dilihat pada standar
menentukan jenis risikonya, misalnya dalam menentukan alat pelindung pernapasan perlu keselamatan yang telah dikembangkan oleh Lembaga Standar Nasional Amerika (American
diketahui potensi bahaya akibat paparan gas tertentu pada suatu unit instalasi biogas. National Standards, ANSI) (OSHA, 2004).

44 BAB 2 - Manajemen Risiko Instalasi Biogas PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 45
2.4 Fasilitas keselamatan minimum pada instalasi biogas
Sistem intrumentasi
pengaturan jumlah
oksigen di dalam
Fasilitas keselamatan pada saat bioscrubber
desain enjiniring
Digester dan scrubber
dilengkapi dengan katup
Fasilitas keselamatan pada pengatur tekanan
saat pengoperasian

Ban pelampung Blower portabel untuk


mengurangi konsentrasi
biogas saat di dalam ruang
terbatas atau saat melakukan
prosedur pekerjaan panas

Gada-gada Flame arrester pada


flare, gas engine, dan
boiler burner

Jaket pelampung untuk


yang bekerja di kolam
limbah terbuka

Peralatan listrik yang


berada di Zona 0 dan Zona
1 setidaknya mengikuti
standar ATEX yang sesuai
dengan zona tersebut

Pagar untuk area instalasi


biogas. Daerah pada bak limbah
cair kelapa sawit seperti kolam
pendingin, bak pengaduk

Kotak P3K terutama


semprotan anti nyamuk
dan obat jika disengat
serangga beracun

APAR tepung kimia Detektor asap permanen di


Pesawat angkat untuk Block valve pada suction 25 kg sebanyak 2 kamar gas engine dan detektor
Penangkal petir
pompa submersible di untuk pompa-pompa yang unit di kamar mesin gas portabel untuk operator
di lokasi yang
kolam pendingin atau bak ada di bawah level air sesuai
pengaduk

46 BAB 2 - Manajemen Risiko Instalasi Biogas PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 47
Pembangkit listrik berbasis biogas dengan

BAB
kapasitas 1.8 MW ini dimiliki oleh PT. Austindo
Nusantara Jaya (ANJ) Tbk dan dioperasikan oleh
PT. Austindo Aufwind New Energy (AANE). AANE
merupakan produsen listrik independen pertama di
Indonesia yang mengoperasikan PLTBg sekaligus
menjual listrik secara komersial. ©GIZ

3
Bahaya Spesifik
dan Pengendalian
• Pembahasan bahaya-bahaya dan bentuk pengendalian bahaya teknis
dan organisasi dari masing-masing area pada instalasi biogas secara
spesifik.

• Bentuk pengendalian bahaya pada mencakup kegiatan operasi dan


pemeliharaan yang dilakukan di area tersebut.

! Potensi dan pengendalian bahaya yang diuraikan pada bab ini adalah
untuk instalasi biogas secara umum karena setiap instalasi biogas
dapat memiliki desain dan teknologi yang berbeda. Maka dari itu,
setiap pengelola instalasi biogas sebaiknya mengembangkan sendiri
ilustrasi bahaya spesifik dan bentuk pengendalian bahaya berdasarkan
konfigurasi instalasi masing-masing.

48 BAB 3 - Bahaya Spesifik dan Pengendalian PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 49
Karakteristik Limbah Cair Kelapa Sawit (Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, 2006)
3.1 PENGOLAHAN AWAL 1 2 3

pH : 3,3 - 4,6 Padatan tersuspensi : 1.330 – 50.700 ppm


Pada tahap pengolahan awal, substrat berupa limbah cair kelapa sawit dikondisikan untuk BOD : 8.200 – 35.000 ppm Minyak dan lemak : 190 – 14.720 ppm
mencapai nilai parameter yang optimum sebelum memasuki digester anaerobik. COD* : 15.103 – 65.100 ppm Total N : 12- 126 ppm

*Untuk beberapa instalasi biogas di Indonesia COD yang masuk ke unit pengolahan awal dapat berkisar sampai 100.000 ppm

1Kolam Pengumpul Limbah cair


Limbah cair hasil pengolahan TBS dari PKS dialirkan
kelapa sawit
ke kolam pengumpul.

! Konfigurasi pengolahan awal tiap instalasi


biogas dapat berbeda-beda, bergantung pada
nilai parameter optimal yang dikehendaki
sebelum memasuki digester anaerobik, misalnya
parameter suhu dan pH.

Me
nu
ju
dig
est
er

2&KolamMenara
Pendingin
4Kolam Pengaduk
3 Pendingin
Proses pengadukan limbah cair kelapa
3
Limbah cair kelapa sawit dialirkan ke sawit dilakukan di bak pengaduk agar
kolam atau menara pendingin untuk mengurangi mencapai pH yang optimal (6,5 - 6,8) dan
suhu limbah dari ± 70oC – 80oC hingga mencapai kondisi limbah cair yang homogen untuk
suhu ± 40oC – 50oC untuk kondisi mesofilik proses anaerobik. Di bak pengaduk juga
2
yang optimum untuk proses anerobik. Menara dilakukan pencampuran limbah cair dari
pendingin menggunakan kipas yang digerakkan keluaran biodigester dengan limbah cair
motor listrik untuk mendinginkan limbah cair segar dari PKS untuk dipompakan kembali
panas yang disemprotkan ke dalam menara ke dalam biodigester.
pendingin agar terjadi aliran udara yang akan
menurunkan suhu limbah.

50 BAB 3 - Bahaya Spesifik dan Pengendalian PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 51
KOLAM DAN MENARA PENDINGIN

AKTIVITAS yang dilakukan di area menara pendingin


termasuk pengoperasian pompa limbah cair yang akan
didinginkan dan kipas pendingin. Untuk pemeliharaan
perlu dilakukan pemeriksaan dan pembersihan pada
pompa, kipas dan bagian dalam menara pendingin, terma-
suk pemeriksaan kebocoran pada pipa limbah cair. M Terkena kipas yang berputar

Penerapan LOTO saat


pemeliharaan
APD yang digunakan
Pengendalian bahaya
secara teknis Bekerja dengan
pendamping
Pengendalian bahaya
secara organisasi
M Terkena limbah cair dengan
O Aktivitas operasional suhu tinggi 60oC - 85oC
M untuk menara pendingin
Aktivitas pemeliharaan
terbuka (konvensional)
Menggunakan sistem
menara pendingin yang
tertutup dan ramah
lingkungan

O M Kebocoran atau
rembesan limbah cair
O M Terkena sengatan listrik
Menggunakan lining dari kabel pompa dan
HDPE pada dasar kolam panel menara pendingin

Pengecekan secara Pemasangan insulasi


berkala untuk rembesan kabel sesuai SNI O Kontaminasi oleh bakteri
atau kebocoran kolam patogen dari butiran air
Penerapan LOTO saat limbah dan terhirup
pemeliharaan operator pada menara
pendingin terbuka

O M Terpapar minyak dengan


asam tinggi

O M Terpeleset dan M Terjatuh dari tangga saat Menggunakan sistem


tercebur saat berjalan menara pendingin yang
pembersihan media
di sekitar kolam tertutup dan ramah
Pemasangan pagar pada 1. Menggunakan body lingkungan
sekeliling kolam harness pada saat
pendingin menaiki menara
pendingin
Menjaga kebersihan
tangga dan jalur sekeliling 2. Menggunakanan
kolam pendingin bantuan platform Pada sistem pendingin belum terbentuk
horisontal (scaffolding) biogas, sehingga tidak ada potensi
ledakan. Sistem pendingin termasuk ke
dalam Zona tidak terklasifikasi.

52 BAB 3 - Bahaya Spesifik dan Pengendalian PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 53
Bak pengaduk DISTRIBUSI LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT
APD yang digunakan
AKTIVITAS yang dilakukan di area bak pengaduk adalah operasional
pompa dan agitator untuk kontrol feeding dan pencampuran limbah O M Terkena agitator yang
cair di bak pengaduk dan pengambilan sampel limbah cair untuk berputar saat mengambil
pengetesan COD, pH dan suhu. Untuk pemeliharaan, diperlukan sampel limbah
pemeriksaan pompa dan agitator secara berkala dan pemeriksaan
pipa limbah cair dan bak pengaduk dari kebocoran. Potensi bahaya Pemasangan katup untuk O M Pencemaran limbah cair
lainnya yang perlu diwaspadai adalah jika lokasi bak pengaduk O M Terkena sengatan listrik kelapa sawit ke lingkungan
pengambilan sampel
berdekatan dengan kolam atau digester anaerobik sehingga ada dari kabel pompa sekitar saat membersihkan
resiko terpapar metana atau hidrogen sulfida. Bekerja dengan pipa dari endapan akibat
pendamping Pemasangan insulasi terbentuknya struvite
kabel sesuai SNI (magnesium amonium
phosphate) pada pipa maupun
APD yang digunakan Penerapan LOTO saat tidak disengaja
pemeliharaan
Bekerja dengan Menggunakan by-pass flexible
pendamping hose untuk mengosongkan
M Terpeleset dan terjatuh saat limbah cair di dalam pipa
pengangkatan pompa dan sehingga bisa dialirkan kembali
agitator submersible M Terpeleset dan terjatuh
karena pipa limbah cair saat ke kolam limbah
Pemasangan susuran berjalan
M Kebocoran POME Pengosongan limbah cair di
tangga dan blok rantai
Pemasangan jalur pejalan dalam pipa sebelum
untuk mengangkat pompa
O M Terjatuh ke bak Penambalan kebocoran submersible
kaki yang dilalui pipa melakukan pemeliharaan
pengaduk, tenggelam limbah cair
Pengecekan secara berkala
Pemasangan pagar di untuk rembesan atau
sekeliling bak pengaduk kebocoran pada bak pengaduk

M Kebocoran limbah cair karena


pipa tersumbat atau
spesifikasi pipa distribusi yang
tidak sesuai

Penggunaan pipa HDPE


untuk distribusi limbah cair

Pengecekan secara berkala


untuk kebocoran pada pipa
O M Terkena sengatan listrik
dari kabel pompa distribusi kebocoran pada
submersible atau agitator pipa distribusi

Pemasangan insulasi
kabel sesuai SNI

Penerapan LOTO saat O Pompa panas dan M Kebakaran saat pekerjaan


pemeliharaan terbakar karena penyambungan pipa dengan
beroperasi tanpa adanya pengelasan termal
limbah cair kelapa sawit
Memeriksa keberadaan gas
Pemasangan saklar dengan detektor gas portabel
ketinggian untuk mengatur dan blower tersedia saat
O M Terkena limbah cair
dengan suhu tinggi 60oC - jalannya pompa berdasarkan mengelas
85oC pada saat ada ketinggian limbah cair
kebocoran pada pipa Penerapan prosedur pekerjaan
panas, penyambungan pipa
dilakukan oleh operator yang
Pengecekan secara kompeten
berkala untuk kebocoran
Peluang terbentuknya biogas pada bak pada pipa distribusi
pengaduk sangat kecil, sehingga tidak
terdapat potensi ledakan. Bak pengaduk Peluang terbentuknya biogas pada sistem distribusi limbah cair sangat kecil sehingga tidak ada potensi
termasuk ke dalam Zona tidak terklasifikasi ledakan, sehingga sistem distribusi limbah cair tidak termasuk ke dalam Zona tidak terklasifikasi

54 BAB 3 - Bahaya Spesifik dan Pengendalian PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 55
3.2 Digester Anaerobik 5a 5b 6a 6b
6Kolam eksisting dapat berupa :
Kolam sirkulasi (6a) Berfungsi sebagai kolam
sirkulasi substrat hasil pengolahan di unit digester
Kolam pengendapan (6b) Berfungsi untuk
mengendapkan lumpur-lumpur yang terdapat
dalam substrat. Kolam tersebut biasanya
Limbah cair kelapa sawit yang telah dikondisikan
pada proses pengolahan awal dialirkan ke unit anaerobik (ke bak pengaduk) dan kolam pengendapan, merupakan pengolahan terakhir, dimana
digester anaerobik. Pada unit digester anaerobik mengoptimalkan proses dekomposisi zat-zat organik tercapai baku mutu air limbah sebelum
terjadi proses dekomposisi zat-zat organik oleh k agar fase metanogenesis dapat terjadi secara optimal. dialirkan ke badan air.
adu
bakteri sehingga menghasilkan biogas. p eng
k b a
i ke PENGKONDISIAN BIOGAS
bal 7 8
kem
i kan
ula
s Berfungsi untuk mengurangi kadar H2S dalam biogas (desulfurisasi).
isirk
ra td
bst
Su
6a

6b
8Dehumidifier
Berfungsi mengurangi
air k a ndu n ga n a i r d a l a m bioga s
dan sehingga proses pembakaran di gas
Ba
ir engine menjadi optimal, mencegah
na
ura
sal kondensasi, dan melindungi mesin

7Scrubber
Berfungsi untuk mengurangi
k a d a r H 2S d a l a m b i o g a s
Limbah kelapa sawit yang
telah diolah dapat dibuang
ke badan air, dengan syarat
dari pembentukan asam. Maka dari
itu, heat exchanger digunakan untuk
mengondensasikan kandungan
5b telah memenuhi baku
(desulfurisasi). Biogas mengandung mutu yang ditetapkan oleh a ir da la m biogas denga n ca ra
gas hidrogen sulfida (H 2 S) yang ☑ Permen LH No. 3 Tahun menukarkan panas dari biogas
2010 atau aplikasi ke area
bersifat korosif yang dapat merusak perkebunan kelapa sawit hingga ke titik jenuh kondensasi

5a-b Digester bagian-bagian dari instalasi biogas air yang terlebih dahulu sudah
gas
5a ke
p erm
Teknologi digester yang uka yang terbuat dari besi, terutama didinginkan oleh refrigeran.
an
umum digunakan adalah pipa dan gas engine. Oleh karena
CAL yang menggunakan i t u , k a n d u n g a n H 2S h a r u s
membran HDPE dan CSTR dikurangi sesuai parameter yang
dipersyaratkan oleh gas engine
dia dengan menggunakan unit scrubber
lirk
an
me
(< 200 ppm).
nuj 8
ud
asa me Tipe Scrubber
r ko nu 7
lam ju fl Beberapa hal yang mempengaruhi
are
pemilihan terhadap teknologi
sc r ubber, ya it u: kebut u ha n
Tipe Digester Anaerobik pengoperasian, perawatan, dan
biaya

CAL (5a) CSTR (5b)


menggunakan kolam yang ditutup dengan menggunakan tangki baja yang tahan karat.
membran HDPE yang kedap udara untuk Waktu tinggal substrat dalam sistem yaitu Desulfurisasi secara kimiawi (chemical scrubber) Desulfurisasi secara biologis (bioscrubber)
menampung biogas. Waktu tinggal substrat berkisar antara 20 - 40 hari. Sistem CSTR misalnya menggunakan metode absorption (kaustik menggunakan bakteri pengoksidasi sulfur mengkonversi
dalam sistem yaitu berkisar antara 28 - 90 hari. memiliki tekanan yang lebih tinggi (8-30 soda, karbon aktif) atau menggunakan besi oksida untuk gas H2S menjadi padatan sulfur dan air (2 H2S + O2 -> S2 +
Sistem CAL memiliki tekanan yang rendah mbarg). Dibandingkan dengan sistem CAL, mengkonversi hidrogen sulfida menjadi garam besi sulfida 2 H2O). Scrubber biologis paling umum digunakan karena
(padatan). Tipe scrubber ini sangat efektif untuk mereduksi memiliki biaya operasional yang rendah.
(0-2 mbarg) untuk penyimpanan biogas. CAL CSTR membutuhkan biaya investasi yang
konsentrasi hidrogen sulfida yang tinggi. Namun demikian,
membutuhkan biaya investasi yang relatif lebih relatif lebih tinggi. Proses pengadukan substrat biaya operasional relatif tinggi karena penggunaan bahan
rendah, namun membutuhkan luas area yang pada CSTR menggunakan agitator mekanis, kimia tersebut.
lebih besar. hidraulik atau injeksi gas.

56 BAB 3 - Bahaya Spesifik dan Pengendalian PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 57
Covered Anaerobic Lagoon (CAL)

O M 1. Radiasi panas dari membran


HDPE pada siang hari dapat O M Sambaran petir, hujan, angin
AKTIVITAS Terpeleset saat berjalan di mencapai suhu 60oC - 70oC kencang dan hewan yang dapat
M
Mencakup pengoperasian pompa dan katup untuk atas membran HDPE untuk merusak area digester dan
distribusi limbah cair, kontrol distribusi biogas, pengaturan membuka lubang angin 2. Dehidrasi akibat inspeksi membahayakan personil biogas
tekanan di dalam cover digester dan pemeliharaan area harian digester
Lubang angin dipasang di 1. Pemasangan penangkal petir
digester, pompa, panel dan membran HDPE. bagian samping tanggul dan sesuai standar,
dapat bekerja secara otomatis Memasang membran warna
2. Pemasangan pagar keliling
putih atau terang untuk
Dilarang untuk berjalan di instalasi biogas
memantulkan panas
APD yang digunakan atas membran HDPE
Pengaturan kerja yang
disesuaikan dengan kondisi
Detektor Bekerja dengan lapangan dan fisik operator
gas portabel pendamping

M Tersandung atau terjatuh


O M Terkena sengatan listrik saat berjalan di area
dari kabel pompa
O M Kebakaran yang terjadi karena instalasi biogas, menaiki, O M Emisi udara dari kebocoran
berjalan di atas tanggul O Membran HDPE terangkat biogas yang sobek karena
ada kebocoran biogas dari Pemasangan insulasi atau sobek karena tekanan akumulasi air hujan di atas
membran HDPE dan terdapat kabel sesuai SNI digester
biogas yang terakumulasi di membran HDPE
sumber api dari kegiatan
bawah penutup digester
mengelas, menambal Penerapan LOTO saat Pemasangan pagar di atas ditambah hembusan angin Pompa siaga untuk
membran atau ada percikan pemeliharaan tanggul digester dan
api dari peralatan listrik dan membuang air hujan yang
susuran tangga Penggunaan katup pengatur
instrumentasi tertampung di atas
tekanan dan dipasang
Pekerjaan harus disertai membran HDPE
indikator perbedaan tekanan
1. Menggunakan spesifikasi oleh staf lain untuk
untuk perlindungan ganda
sesuai ATEX untuk mengawasi Pembuangan air hujan dari
peralatan listrik dan Pengecekan tekanan di dalam atas membran HDPE
instrumentasi di daerah membran secara berkala dengan segera agar tidak
CAL, misalnya blower terakumulasi
menuju scrubber

2. Menggunakan alat anti


percikan api untuk
menambal membran
1. Pengecekan kebocoran
Keracunan gas H2S yang keluar
biogas pada membran-
dari kebocoran pada membran
HDPE secara berkala
HDPE, misalnya:
2. Penerapan prosedur
O Keluarnya biogas saat katup
izin pekerjaan panas
pengatur tekanan terbuka

M Saat membuka lubang ventilasi


pada penutup digester

O M Emisi udara dari kebocoran Penggunaan detektor gas portabel


O M Pencemaran badan air dari biogas pada membran untuk deteksi kebocoran gas
kebocoran limbah cair dari kolam HDPE atau keluar dari
digester yang tidak memiliki katup pengatur tekanan
lapisan dasar Pengecekan kebocoran biogas
pada CAL secara berkala
Penggunaan flare untuk
Menggunakan lapisan dasar meminimalkan kerja
HDPE pada dasar kolam katup pengatur tekanan
CAL dapat digolongkan dalam 3 zona, yaitu:
Keluaran katup pengatur tekanan
Pengecekan kebocoran limbah Zona 0 jika digester ditambahkan oksigen Pengecekan kebocoran atau lubang gas termasuk dalam
cair pada digester secara Zona 2 pada bagian luar CAL, dalam kondisi operasi normal tanpa kebocoran biogas pada membran ATEX Zona 1 karena adanya paparan
berkala Zona tidak terklasifikasi pada bagian dalam CAL HDPE secara berkala biogas yang terjadi secara reguler

58 BAB 3 - Bahaya Spesifik dan Pengendalian PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 59
Continuously Stirred Tank Reactor (CSTR)

Keluaran katup pengatur tekanan atau lubang O M Sambaran petir, hujan, angin
gas termasuk dalam ATEX Zona 1 karena adanya kencang dan hewan yang
AKTIVITAS paparan biogas yang terjadi secara reguler dapat merusak penutup
Mencakup pengoperasian pompa dan katup untuk distribusi limbah cair kelap sawit, digester dan membahayakan
kontrol distribusi biogas, pengaturan tekanan di dalam penutup digester dan personil instalasi biogas
pemeliharaan area digester, pompa, panel dan tangki CSTR. Sebelum dilakukan
1. Pemasangan penangkal
pemeliharaan, perlu dilakukan pembersihan total pada bagian dalam CSTR dengan petir sesuai standar
melakukan pembuangan seluruh limbah cair kelapa sawit, kemudian dilakuan
pencucian dengan air dan pembersihan total dari endapan atau padatan sampai bagian 2. Pemasangan pagar keliling
dalam CSTR dalam kondisi kering. Setelah itu, perlu dilakukan pengecekan untuk pada instalasi biogas
kondisi atmosfer di dalam CSTR dan pastikan tidak ada gas berbahaya (CH4 atau bahkan
H2S) yang berpotensi bahaya dengan menggunakan detektor gas portabel.

O M Tersandung atau terjatuh


APD yang digunakan saat berjalan di area CSTR, O Keracunan gas H2S
menaiki CSTR, berjalan di dari kebocoran pada
atas CSTR membrane HDPE, misalnya
Detektor Bekerja dengan keluarnya biogas saat katup
gas portabel pendamping 1. Pemasangan pagar keliling pengatur tekanan terbuka
di atas CSTR
M Saat membuka lubang
2. Menggunakan body ventilasi pada CSTR
harness pada saat bekerja
di ketinggian Penggunaan detektor gas
portabel untuk deteksi
O M Kebakaran dan ledakan O Terkena uap panas dari
kebocoran gas
yang terjadi karena ada kebocoran pada pipa uap
kebocoran biogas dari pada sistem termofilik
Pengecekan kebocoran
tangki CSTR dan terdapat
Insulasi pipa uap sesuai biogas pada CSTR secara
sumber api dari kegiatan
standar berkala
mengelas, menambal
membran atau ada percikan
api dari peralatan listrik Pengecekan kebocoran uap
dan instrumentasi pada pipa secara berkala

Menggunakan
spesifikasi sesuai ATEX O M Emisi udara dari kebocoran
untuk peralatan listrik Sesak napas dan keracunan biogas pada CSTR atau
M
dan instrumentasi di saat masuk ke dalam CSTR keluar dari katup pengatur
daerah CSTR, misalnya O M Ledakan karena tekanan biogas yang masih berisi biogas tekanan
blower menuju scrubber yang terakumulasi di bawah
penutup digester dan katup Penggunaan blower untuk Penggunaan flare untuk
1. Penerapan prosedur pengatur tekanan tidak bekerja mengeluarkan biogas dari meminimalkan kerja
pekerjaan panas dalam CSTR dan pengukuran katup pengatur tekanan
2. Pengecekan kebocoran Penggunaan katup pengatur H2S dan CO2 dengan
biogas pada CSTR secara O M Terkena sengatan listrik tekanan dan dipasang indikator Pengecekan kebocoran
dari kabel pompa detektor gas portabel
berkala. limbah cair kelapa perbedaan tekanan untuk biogas pada CSTR secara
sawit di dalam tangki
dikosongkan terlebih
Pemasangan insulasi
perlindungan ganda
gas Penerapan prosedur izin ruang berkala

dahulu sebelum
kabel sesuai SNI
ke terbatas dan hanya memasuki
melakukan penambalan
kebocoran
Penerapan LOTO saat
Pengecekan tekanan di dalam
CSTR secara berkala dan p erm
CSTR jika sudah memenuhi
standar nilai ambang batas gas
pemeliharaan pemeliharaan katup pengatur
tekanan uka H2S dan CO2 berdasarkan
pengukuran detektor gas
an portabel

CSTR dapat digolongkan dalam 3 zona, yaitu:


Zona 0 jika digester ditambahkan oksigen
Zona 2 pada bagian luar CSTR, dalam kondisi operasi normal tanpa kebocoran
Zona tidak terklasifikasi pada bagian dalam CSTR

60 BAB 3 - Bahaya Spesifik dan Pengendalian PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 61
Pengkondisian Biogas:
Scrubber
M Tertindih media scrubber M Sesak napas dan keracunan saat
APD yang digunakan saat mengeluarkan media masuk ke dalam scrubber yang
AKTIVITAS untuk melakukan masih berisi biogas untuk
Aktivitas yang dilakukan pada area scrubber adalah Detektor Bekerja dengan pembersihan atau melakukan pemeliharaan
pengoperasian pompa untuk penyemprotan bahan gas portabel pendamping penggantian media
kimia atau dengan limbah cair kelapa sawit untuk Melakukan pemeliharaan 1. Penggunaan blower portabel
mengurangi H2S dan pemeliharaan media scrubber bila scrubber sesuai prosedur untuk mengeluarkan biogas dari
sudah jenuh atau berkurang efisiensinya. dari manufaktur dalam scrubber

2. Pengukuran H2S dan CO2 dengan


detektor gas
M Sambaran petir saat
melakukan pemeliharaan
Penerapan prosedur izin ruang
M Jika terpapar dengan hujan M Terpapar H2S pada saat scrubber
terbatas dan hanya memasuki
asam, hasil samping proses membuka lubang kontrol
Pemasangan penangkal scrubber jika sudah memenuhi
bioscrubber berupa sulfur scrubber bagian atas dan
petir sesuai standar standar nilai ambang batas gas H2S
padat dapat terlarut dan bawah dan CO2 berdasarkan pengukuran
menjadi zat berbahaya
detektor gas portabel
Pengukuran H2S dengan
Membuat tempat detektor gas portabel
O M Kebakaran dan ledakan yang penyimpanan sulfur
terjadi karena ada kebocoran
biogas dari scrubber dan padat yang dilengkapi Pengecekan kebocoran
terdapat sumber api dari dengan atap biogas pada scrubber
kegiatan mengelas atau ada secara berkala
Pengelolaan dan
percikan api dari peralatan
pembuangan limbah sulfur O Ledakan karena input oksigen yang
listrik dan instrumentasi
sesuai prosedur berlebihan ke dalam scrubber
(melewati batas LEL) dan pada saat
Menggunakan spesifikasi bersamaan, terjadi kebocoran
sesuai ATEX untuk peralatan biogas yang terpapar dengan
listrik dan instrumentasi di sumber api, misalnya percikan api
daerah scrubber, misalnya O M Tersandung atau terjatuh terpicu oleh blower yang tidak
blower udara, pengukur aliran saat menaiki tangga saat
sesuai dengan ATEX
biogas, dan instrumentasi berjalan di atas scrubber
Pemasangan pengukur aliran dan
oksigen atau H2S analyser
Pemasangan pagar keliling PLC untuk menjaga batas udara
di atas scrubber dan yang masuk ke scrubber (sesuai
1.Pengecekan kebocoran biogas dengan desain penyedia teknologi)
susuran tangga
pada scrubber secara berkala

2. Penerapan prosedur izin


pekerjaan panas

O M Emisi udara dari O Ledakan karena tekanan scrubber


kebocoran biogas pada yang diakibatkan penyumbatan
scrubber pada pipa dan biomedia yang buntu.
M Pencemaran badan air dari
Hal tersebut dapat menyebabkan
air limbah buangan
Penggunaan detektor sambungan pemipaan mengalami
scrubber yang
gas portabel kebocoran
mengandung sulfur Pancuran mata Pencuci mata
darurat darurat
O M Terkena sengatan listrik Pemasangan saklar tekanan pada
Pembuatan Pengecekan kebocoran dari kabel blower udara pipa masuk dan keluar gas pada
penampungan untuk biogas pada scrubber dan biogas unit scrubber yang tersambung
pengendapan sulfur secara berkala
dengan PLC untuk mematikan
Menggunakan spesifikasi
Scrubber dapat digolongkan dalam 3 zona, yaitu: blower gas dalam kasus
Pemisahan sulfur dan sesuai ATEX untuk peralatan
Zona 0 pada bagian dalam scrubber penyumbatan pipa
mengalirkan air yang listrik dan instrumentasi di
asam ke bak setelah daerah digester Zona 1 pada katup pengatur tekanan Pengecekan tekanan scrubber
reaktor yang memiliki pH Zona 2 pada bagian luar scrubber dalam kondisi secara berkala
Penerapan LOTO saat normal tanpa adanya kebocoran gas
di atas 7
pemeliharaan

62 BAB 3 - Bahaya Spesifik dan Pengendalian PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 63
DEHUMIDIFIER DISTRIBUSI BIOGAS APD yang digunakan

APD yang digunakan Detektor Bekerja dengan


AKTIVITAS gas portabel pendamping
Dehumidifier umumnya menggunakan
Detektor Bekerja dengan
refrigeran untuk mendinginkan biogas gas portabel pendamping
O M Potensi terjadinya
agar terjadi proses kondensasi sehingga O M Kebakaran karena kebocoran pemuaian pipa akibat
uap air dapat dipisahkan dari biogas dan biogas dari pipa gas (akibat fluktuasi suhu
getaran blower, sehingga
dikeluarkan dalam bentuk kondensat.
sambungan menjadi longgar 1. Pemakaian pipa HDPE
untuk distribusi biogas
O M Terkena sengatan listrik M Terdapat sumber api dari
dari panel dan kabel kegiatan mengelas atau ada 2. Menggunakan pipa uPVC.
percikan api dari peralatan Jika menggunakan pipa
1. Memasang insulasi kabel listrik dan instrumentasi PVC, sebaiknya ditanam
sesuai SNI untuk menghindari
2. Menggunakan spesifikasi Menggunakan spesifikasi paparan sinar matahari
sesuai ATEX untuk peralatan sesuai ATEX untuk peralatan secara langsung
listrik dan instrumentasi listrik dan instrumentasi di
Penerapan LOTO saat sistem distribusi biogas, Pengecekan kebocoran
pemeliharaan misalnya blower, pengukur biogas pada pipa gas
aliran biogas, gas analyser secara berkala

1. Penerapan prosedur
pekerjaan panas

2. Pengecekan kebocoran ga

Menuju digester sistem CAL


s ke
biogas pada pipa gas per
mu
kaa
n
secara berkala

O M Kebakaran yang terjadi karena


ada kebocoran biogas dari
dehumidifier dan terdapat
sumber api dari kegiatan
merokok, mengelas
atau ada percikan api dari
peralatan listrik dan
M Kebocoran refrigeran pada
instrumentasi
refrigerator
Menggunakan spesifikasi
O Pencemaran badan air dari Pengecekan kebocoran O Emisi metana dan gas H2S
sesuai ATEX untuk peralatan
air kondensat yang bersifat refrigeran secara berkala yang keluar dari kebocoran
listrik dan instrumentasi
asam dengan memonitor pada pipa gas, katup,
tekanan refrigeran. Jika sambungan
1. Penerapan prosedur
Pengaliran air kondesat ke tekanan turun, terdapat
pekerjaan panas
bak ke kolam yang indikasi kebocoran Penggunaan detektor
memiliki alkali tinggi, O M Tersandung atau terjatuh
2. Pengecekan kebocoran karena pipa biogas saat gas portabel untuk
misalnya bak pengaduk deteksi kebocoran gas
biogas pada pipa gas berjalan
atau ke kolam setelah
secara berkala
digester anaerobik Pemasangan jalur pejalan Pengecekan kebocoran
kaki di area biogas yang biogas pada pipa gas
dilalui pipa gas secara berkala

Pada dehumidifer paparan biogas hanya terjadi jika ada Sistem distribusi biogas dapat digolongkan dalam 2 zona, yaitu:
kebocoran, jadi termasuk dalam ATEX Zona 2 Zona 1 jika jenis material yang digunakan pada bagian dari sistem distribusi
biogas adalah non-stainless
Zona 2 jika jenis material yang digunakan pada sistem distribusi biogas adalah
stainless steel

64 BAB 3 - Bahaya Spesifik dan Pengendalian PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 65
3.3PEMANFAATAN biogas 9 10 11

Biogas yang diproduksi dari digester dapat dimanfaatkan dengan gas engine
dan boiler burner atau langsung dibakar di flare.

11 Boiler Burner
Biogas dialirkan ke biogas burner yang dipasang pada
boiler PKS sebagai bahan bakar untuk menghasilkan uap. Uap
tersebut digunakan untuk proses pengolahan TBS pada PKS.
Dengan memanfaatkan biogas untuk boiler burner, cangkang yang
biasanya dibutuhkan untuk bahan bakar boiler dapat berkurang
dan kemudian dapat dijual.

9
11

10

10Gas Engine
Biogas yang telah dikondisikan kemudian dialirkan dengan
blower ke gas engine. Blower gas berfungsi untuk menjaga tekanan
sesuai untuk kebutuhan gas engine, sekitar 150-200 mBar. Gas engine
adalah jenis mesin pembakaran internal yang menggunakan bahan
bakar gas seperti gas alam atau biogas. Biogas yang masuk ke gas
engine harus memiliki kadar air kurang dari 80% dan konsentrasi H2S
kurang dari 200 ppm, tergantung pada spesifasi gas engine. Gas engine

9 Flare
Kelebihan biogas yang tidak dimanfaatkan di gas
engine atau boiler burner akan dibakar pada unit flare.
mengkonversi energi yang terkandung dalam biogas menjadi energi
listrik dengan efisiensi antara 36 - 42%.

Hal ini dapat terjadi ketika pada musim panen puncak


dan jumlah TBS yang diolah oleh PKS di atas rata-rata Listrik yang dihasilkan oleh
sehingga biogas yang dihasilkan melebihi kapasitas gas engine disalurkan melalui
gas engine atau boiler burner. Selain itu, kelebihan jaringan listrik dan digunakan
biogas dapat terjadi jika gas engine sedang dalam untuk keperluan internal PKS
pemeliharaan rutin atau perbaikan. Instalasi biogas atau untuk dijual ke PLN
yang tidak memiliki gas engine atau boiler, harus selalu
menggunakan flare untuk mengelola biogas. Kelebihan
biogas tidak dapat langsung dibuang ke atmosfer
karena memiliki karakteristik mudah terbakar dan
beracun. Selain itu, emisi biogas secara langsung ke
atmosfer dapat menimbulkan efek gas rumah kaca
akibat kandungan metana yang tinggi.

66 BAB 3 - Bahaya Spesifik dan Pengendalian PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 67
PEMANFAATAN Biogas:
FLARE APD yang digunakan

AKTIVITAS
Mencakup pengoperasian katup untuk kontrol
gas dan panel kontrol serta pemeliharaan dan
pembersihan flare dan flame arrester dari kotoran.
Detektor Bekerja dengan
gas portabel pendamping

O M Emisi metana dan gas


H2S yang keluar dari
kebocoran pada pipa gas,
katup, sambungan

O M 1. Kebocoran biogas dari Penggunaan detektor gas


pipa flare portabel untuk deteksi
2. Terdapat sumber api kebocoran gas
dari kegiatan mengelas
atau ada percikan api Pengecekan kebocoran
dari peralatan listrik
dan instrumentasi M Tersandung atau terjatuh biogas pada pipa gas
saat menaiki tangga flare secara berkala dengan
O M Radiasi panas dari lidah atau melakukan aktivitas melihat pengukur aliran
api flare yang dapat
di atas flare
mencapai 800oC - 1.200 oC
Menggunakan spesifikasi atau dari badan flare
sesuai ATEX untuk peralatan M Terjepit atau terbentur
listrik dan instrumentasi, Peletakan flare dengan (untuk jenis flare tertutup)
misalnya panel elektrikal memperhitungkan radius
radiasi panas terhadap Pemasangan susuran
1. Pengecekan kebocoran lingkungan sekitar, yaitu 6 pada tangga
biogas pada flare secara meter (German Social
berkala Insurance for Agriculture,
Forestry, and Holticulture,
2. Penerapan prosedur izin 2016)
pekerjaan panas

O M Terjadi letupan pada


pipa gas

Pemasangan flame
arrester pada sambungan
pipa sebelum flare
O M Panel atau kabel
terbakar karena
Pembersihan flame
sambaran api flare
arrester secara berkala

Kabel menggunakan
insulasi tahan panas dan
O M Terkena sengatan listrik panel tertutup agar
dari panel dan instrumentasi terlindung dari api

Menggunakan spesifikasi
sesuai ATEX untuk peralatan
listrik dan instrumentasi Zona 0, karena unit flare direncanakan untuk beroperasi selama instalasi biogas beroperasi

Penerapan LOTO saat


pemeliharaan

68 BAB 3 - Bahaya Spesifik dan Pengendalian PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 69
GAS ENGINE APD yang digunakan

AKTIVITAS
O M Terjadi letupan pada
Berkaitan dengan gas engine berupa kontrol penyaluran gas pipa gas
ke gas engine, operasional dan pemeliharaan gas engine,
radiator mesin, panel elektrikal dan penanganan limbah B3. Pemasangan flame
Detektor Bekerja dengan arrester pada sambungan
gas portabel pendamping pipa sebelum gas engine

Pembersihan flame
arrester secara berkala
O M 1. Kebakaran dari kebocoran
biogas dari pipa gas yang
Emisi gas CO dari masuk ke gas engine
O
M Pencemaran lingkungan buangan engine gas
oleh limbah B3 (misalnya 2. Terdapat sumber api dari
oli bekas) yang dibuang kegiatan mengelas atau
sembarangan Menggunakan gas engine
dengan efisiensi tinggi ada percikan api dari
peralatan listrik dan
Menyediakan bak instrumentasi
penampung oli bekas
1. Menggunakan spesifikasi
Mengikuti prosedur sesuai ATEX untuk
penanganan limbah B3 peralatan listrik dan
instrumentasi pada area
gas engine

2. Pemasangan detektor
asap yang dipasang secara
O Gangguan pendengaran
karena suara gas engine tetap, alarm kebakaran
diatas 85 dB
1. Penerapan prosedur
pekerjaan panas

2. Pengecekan kebocoran
pipa gas secara berkala
dengan menggunakan
detektor gas portabel

M Tersangkut atau terjepit


pada bagian berputar dari
gas engine

Memastikan penutup gas


engine selalu terpasang

O Emisi metana dan gas H2S


yang keluar dari kebocoran
pada pipa gas, katup,
sambungan pada gas engine
O Terpapar radiasi buangan udara
1. Disarankan untuk panas dari gas engine dengan
memasang detektor gas O M Terkena sengatan listrik suhu 300oC - 350oC
yang dipasang tetap dari panel gas engine
(H2S, CO, CH4, CO2) 1. Insulasi pipa buangan yang ada
Insulasi kabel di ruangan
2. Pemasangan kipas buang berdasarkan SNI Pada gas engine, aliran biogas diatur melalui regulator gas
2. Menarik titik teraman untuk engine sesuai dengan kebutuhan gas dari gas engine. Dalam
Pengecekan kebocoran Penerapan LOTO saat membuang buangan udara sistem tertutup dengan potensi kebocoran biogas secara
biogas pada pipa gas pemeliharaan panas dari gas engine minim, gas engine termasuk dalam ATEX Zona 2
secara berkala

70 BAB 3 - Bahaya Spesifik dan Pengendalian PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 71
Boiler burner

AKTIVITAS
Berkaitan dengan boiler burner berupa kontrol
penyaluran gas ke boiler burner dan pemeliharaan.

M Tersangkut atau terjepit M Emisi metana dan gas H2S yang


APD yang digunakan pada kipas blower keluar dari kebocoran pada pipa
gas, katup, sambungan pada pipa
Penerapan LOTO saat gas dan blower
pemeliharaan blower
Pengecekan kebocoran biogas
secara berkala dengan
menggunakan detektor gas portabel

Detektor Bekerja dengan


gas portabel pendamping

O M 1. Kebocoran biogas dari


pipa gas atau burner

2. Terdapat sumber api dari


kegiatan mengelas,
percikan api dari
peralatan listrik dan
instrumentasi
O Radiasi panas ketika
membuka pintu boiler burner
1. Menggunakan spesifikasi
sesuai ATEX untuk
peralatan listrik dan
instrumentasi di area
boiler burner

2. Pemasangan pengukur
aliran terkoneksi dengan
PLC dan frekuensi inverter
untuk menjaga input
oksigen untuk burner

O M Terkena sengatan listrik 1. Penerapan prosedur


dari panel boiler burner
beserta instrumentasi pekerjaan panas

2. Pengecekan kebocoran
Insulasi kabel berdasarkan
pipa gas secara berkala
SNI

Boiler burner dirancang agar biogas yang dialirkan langsung terbakar di burner sehingga tidak Penerapan LOTO saat
ada biogas yang terlepas keluar. Boiler burner dapat digolongkan dalam 2 zona, yaitu: pemeliharaan

ATEX Zona 0 pada sisi dalam boiler burner karena paparan biogas secara kontinu
ATEX Zona 2 pada sisi luar boiler burner karena paparan radiasi panas ketika membuka pintu
boiler burner

72 BAB 3 - Bahaya Spesifik dan Pengendalian PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 73
3.4 KLASIFIKASI AREA PADA INSTALASI BIOGAS Digester Anaerobik

Zona 0 jika digester ditambahkan oksigen


Berdasarkan intensitas paparan gas atau uap yang mudah terbakar Zona 2 dalam kondisi operasi normal tanpa kebocoran
Bab 2.1.1 Bahaya Api dan Ledakan - Klasifikasi Area Zona tidak terklasifikasi pada bagian dalam digester

Sistem Pengolahan Awal


Limbah Cair Kelapa Sawit
Tidak terklasifikasi karena potensi
terbentuknya biogas pada sistem ini
masih kecil

Katup Pengatur Tekanan

Zona 1 adanya paparan biogas


Lim yang terjadi secara reguler
bah
dia
lirk
an

Sistem Distribusi Biogas


Zona 1 jika jenis material yang
Scrubber
digunakan pada bagian dari sistem
distribusi biogas adalah non-stainless
Zona 0 pada bagian dalam scrubber
Zona 2 jika jenis material yang Zona 1 pada katup pengatur tekanan
digunakan pada sistem distribusi Zona 2 pada bagian luar scrubber dalam
biogas adalah stainless steel kondisi normal tanpa adanya kebocoran gas

Flare

Zona 0 karena unit flare direncanakan


untuk beroperasi selama instalasi biogas Dehumidifier
beroperasi
Zona 2 pada kondisi operasi
normal tanpa kebocoran

Boiler Burner

Zona 0 pada sisi dalam karena


terjadi pembakaran secara kontinu Gas Engine
Zona 2 pada sisi luar karena radiasi
panas ketika membuka pintu boiler Zona 2 pada kondisi operasi
normal tanpa kebocoran

Zona 0 Zona 1 Zona 2 Tidak terklasifikasi Pipa biogas Pipa substrat

74 BAB 3 - Bahaya Spesifik dan Pengendalian PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 75
4.1 Pemantauan dan Pengujian Keselamatan

BAB Tabel 4.1 Contoh formulir inspeksi mingguan keselamatan di area kerja

Area Kerja: Tanggal:

4
Lokasi: Pemeriksa:

Rute Pejalan Kaki:


Ya Tidak

Lubang, penghalang atau bahaya lain tertutup atau aman dari potensi bahaya.
Ada rute aman untuk pejalan kaki di daerah-daerah yang dilalui alat berat,
kendaraan atau peralatan bermotor lainnya.
Rute jalan keluar darurat ditandai dan dapat diidentifikasi dengan jelas.
Komentar:

Peralatan Keselamatan (eyewash, P3K, APAR):


Ya Tidak

Semua peralatan keselamatan diberi label dan siap untuk digunakan.


Semua peralatan darurat/keselamatan diperiksa dan siap untuk digunakan.
Pencuci mata darurat terletak di daerah dekat biodigester atau di lokasi material
korosif digunakan.
Pencuci mata dan pancuran darurat diperiksa dan diuji setiap bulan.
Alat pemadam kebakaran diperiksa setiap bulan dan diuji setiap tahun.
P3K disediakan dan dipantau secara memadai di lokasi kerja.
Komentar:

PEMANTAUAN, Penyimpanan Bahan Kimia


Ya Tidak

PENGUJIAN, DAN Penyimpanan yang memadai untuk bahan kimia yang digunakan di area kerja
Cairan yang mudah terbakar disimpan dalam lemari penyimpanan untuk bahan

PELAPORAN K3 mudah terbakat.


Bahan korosif disimpan di lemari penyimpanan untuk bahan korosif.
Semua wadah bahan kimia diberi label nama bahan dan peringatan bahaya.
Pemantauan dan audit keselamatan harus dilakukan pada masing-masing Lembar data keselamatan bahan (MSDS) sudah tersedia untuk bahan kimia yang
area instalasi biogas agar operasi instalasi biogas dapat berjalan dengan aman. digunakan atau disimpan di area kerja.
Tabung gas bertekanan terlindungi dengan baik untuk mencegahnya jatuh sela-
ma penyimpanan atau penggunaan.
Gas bertekanan disimpan dengan tutup pelindung.
Gas yang tidak kompatibel disimpan di lokasi yang terpisah.
Komentar:

76 BAB 4 - Pemantauan, Pengujian, dan Pelaporan K3 PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 77
Peralatan Ada orang yang siaga selain orang yang memasuki ruang terbatas.
Ya Tidak Peralatan yang sesuai tersedia di area kerja.
Ruang penyimpanan yang memadai disediakan untuk alat dan perlengkapan. Komentar:
Alat diperiksa sebelum setiap penggunaan.
Peralatan dan perlengkapan yang rusak sudah tidak digunakan. Penyimpanan Material
Alat-alat portabel di grounding secara efektif. Ya Tidak

Ruang yang memadai disediakan di sekitar dan di antara peralatan untuk Ruang yang cukup dan tepat disediakan untuk penyimpanan material.
memungkinkan jalur melintas, servis, penyimpanan dan pembuangan limbah Penyimpanan material tidak menghalangi tempat berjalan atau jalan keluar.
yang aman. Ruang penyimpanan memadai untuk material yang akan disimpan.
Semua peralatan permanen dibaut ke lantai atau diamankan untuk mencegah Material disusun, ditumpuk atau disusun di rak dengan cara yang aman dari
pergerakan selama digunakan. resiko terjatuh.
Pelindung mesin disediakan untuk semua pinch point potensial dan pada bagian Tidak menyimpan material secara berlebihan di area kerja.
yang berputar/memoting untuk melindungi operator. Komentar:
Peralatan penanganan material (backhoe, truk, crane, hoist, sling) secara rutin
diperiksa sebelum digunakan dan tidak digunakan jika ada kerusakan.
Perangkat perlindungan jatuh (fall protection device) digunakan dan diperiksa Biodigester
untuk bekerja di ketinggian. Ya Tidak

Tangga, perancah, dan jalur landai digunakan untuk tujuan yang dimaksudkan Instalasi listrik yang tepat disediakan untuk jenis peralatan yang digunakan.
dan dilengkapi dengan pagar, penyangga, dan fitur keselamatan yang sesuai. Jalur pejalan kaki dipelihara dengan baik untuk menghindari bahaya.
Tangga, perancah, dan jalur landai berada dalam kondisi baik. Penutup biodigester dan saluran pipa dalam kondisi baik.
Tangga terpasang dengan aman. Penutup biodigester bebas dari gulma dan sampah.
Komentar: Drainase dan struktur beton lainnya terlihat jelas dan diberi penanda untuk
memudahkan identifikasi.
Hot Work (pengelasan dan pemotongan) Keamanan pagar di sekitar area dalam kondisi baik dan terjaga.
Ya Tidak Pompa dikunci dan dipelihara dengan bersih dan bebas dari kotoran.
Ada prosedur (izin) untuk aktivitas pekerjaan panas. Komentar:
Bahan yang mudah terbakar dipindahkan ke luar area kerja atau dilindungi
selama aktivitas pekerjaan panas.
Pelindung las digunakan saat pengelasan. Alat Pelindung Diri
Ya Tidak
Ada pengawas untuk pekerjaan panas di luar area pengelasan yang ditentukan.
Alat pelindung/pemadam kebakaran tersedia di area kerja. Jenis dan ukuran APD yang sesuai tersedia untuk setiap pekerjaan.
Peralatan dijaga agar tetap dalam kondisi baik. Karyawan menggunakan APD yang sesuai untuk pekerjaannya.
Komentar: APD yang digunakan dalam kondisi bersih dan baik.
Ruang yang memadai disediakan untuk penyimpanan APD.
Ruang Terbatas (Confined Space) Ada peraturan untuk pembersihan dan/atau sanitasi APD.
Ya Tidak Detektor gas tersedia dan dikalibrasi.
Ruang terbatas diidentifikasi dan diberi label di area kerja. Komentar:

Ada prosedur (izin) digunakan untuk memasuki ruang terbatas.


Ada prosedur diberlakukan untuk penanganan darurat ruang terbatas.

78 BAB 4 - Pemantauan, Pengujian, dan Pelaporan K3 PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 79
Keselamatan Kebakaran Tabel 4.2 Frekuensi inspeksi dan pengujian alat-alat keselamatan
Ya Tidak
Objek Pengujian Frekuensi Pemeriksaan dan Pengujian Referensi peraturan di Indonesia
Cairan yang mudah terbakar disimpan dalam wadah tertutup ketika tidak
digunakan. Alat pemadam api ringan 2 kali dalam setahun
(APAR) ☑ Permenaker No.4 Tahun 1980
APAR tersedia dan digunakan untuk menangani cairan dan gas yang mudah
Syarat-Syarat Pemasangan dan
terbakar. Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan
Komentar:
Peralatan keselamatan Mingguan, bulanan dan tahunan
(misalnya alarm gas,
Kondisi Darurat sistem ventilasi dan ☑ Permenaker No.2 Tahun 1983
Ya Tidak peralatan inerting) Instalasi Alarm Kebakaran Automatik

Rute evakuasi darurat dan titik berkumpul ditetapkan dan ditampilkan di area
kerja. Hidran halaman Pemeriksaan setiap 3 bulan, pengujian
Latihan evakuasi dilakukan secara berkala. setiap 1 tahun
☑ Permen PU No.26/PRT /M/2008
Prosedur darurat ditetapkan untuk area tersebut dan karyawan sudah Persyaratan Teknis Sistem Proteksi
Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
mengetahui prosedurnya.
Pompa pemadam Pemeriksaan setiap minggu, pengujian Lingkungan
Komentar: kebakaran setiap 1 tahun

Pengujian • Sebelum penyerahan kepada pemilik/


Area Flaring instalasi listrik pengguna ☑ Permenaker No.12 Tahun 2015
Ya Tidak • Setelah ada perubahan/perbaikan K3 Listrik Di Tempat Kerja
• Secara berkala 1 tahun sekali
Pagar keamanan dalam kondisi baik dan pintu terkunci.
Bejana tekan dan tangki Pemeriksaan dan/atau pengujian pertama
Alat pemadam kebakaran tersedia di area tersebut (diinspeksi dan diuji).
timbun pada saat:
Pipa dan aksesoris dalam kondisi baik. • Perencanaan;
• Pembuatan;
Memastikan panel listrik yang telah diinspeksi dalam keadaan tertutup kembali • Saat sebelum digunakan atau belum
pernah dilakukan pemeriksaan dan/ ☑ Permenaker No. 37 Tahun 2016
Ruang yang memadai disediakan untuk penyimpanan APD.
atau pengujian; atau K3 Dalam Pekerjaan Bejana Tekan &
Area flaring dalam kondisi yang baik. • Pemasangan, perubahan atau Tangki Timbun
modifikasi.
Tanda-tanda peringatan ditempatkan di area tersebut.
Selang sementara atau kabel ekstensi ditempatkan di area tersebut Pemeriksaan/pengujian berkala setiap 2
tahun sekali
Komentar:
Instalasi penyalur petir Sebelum penyerahan instalasi penyalur
petir dan instalatir kepada pemakai;
• Setelah ada perubahan atau perbaikan
suatu bangunan dan atau instalasi
penyalur petir; ☑ Permenaker No.02 Tahun 1989
• Secara berkala setiap dua tahun sekali; Pengawasan Instalasi Penyalur Petir
• Setelah ada kerusakan akibat sambaran
petir;

Selain inspeksi dan pengujian alat-alat keselamatan, manajemen instalasi biogas harus melakukan inspeksi dan
pengujian instrumentasi-instrumentasi lainnya yang menunjang aspek keselamatan dalam pengoperasian instalasi
biogas berdasarkan instruksi dari penyedia teknologi, misalnya pengukur aliran, flame arrester, dsb

80 BAB 4 - Pemantauan, Pengujian, dan Pelaporan K3 PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 81
4.2 Pemantauan dan Pengelolaan Lingkungan

Pemantauan dan pengelolaan lingkungan instalasi biogas mengacu pada ☑Permen Negara
4.2.1 Bentuk pelaporan dari pemantauan dan pengujian lingkungan

Sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 2010 mengenai UKL/UPL dan
Lingkungan Hidup RI No. 16/2012 tentang pedoman penyusunan dokumen lingkungan hidup. Tabel ☑ Peraturan Pemerintah No 27 Tahun 1999, setiap kegiatan usaha wajib melaporkan implementasi
5.2 di bawah ini merupakan contoh daftar periksa terkait pemantauan dan pengelolaan lingkungan UKL-UPL/RKL-RPL paling tidak dua kali setahun atau tiap semester kepada Badan Lingkungan
instalasi biogas. Selain itu, setiap perusahaan yang memiliki atau mengoperasikan instalasi biogas Hidup Kabupaten/Kota setempat dan instansi terkait. Hal ini diperlukan agar pemerintah dapat
diharapkan melaporkan data inventarisasi penurunan GRK untuk instalasi biogas yang sedang memonitoring perkembangan kualitas lingkungan di dalam dan di sekitar lokasi usaha. Poin-poin
beroperasi. utama yang perlu diinformasikan di dalam laporan adalah:
Lampiran 13 • Identitas Perusahaan
• Ringkasan Usaha Dan Kegiatan
Tabel 5.2 Contoh pengisian rencana pemantauan dan pengelolaan lingkungan • Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup
berdasarkan Permen LH No. 16/2012 • PelaksanaanPemantauan Lingkungan Hidup

Tolak Ukur Dampak


Jenis Pelaksana yang Waktu
Penyebab Sumber Dampak Baku Mutu Upaya Pengelolaan Lingkungan Lokasi
Dampak Peraturan bertanggungjawab Pengelolaan
Parameter Besaran

Penurunan Gas sisa Genset biogas ☑ Permen LH Partikulat 30 mg/Nm3 • Menerapkan pemeliharaan preventif secara rutin Areal pabrik Pelaksana: Sesuai
kualitas udara pembakaran dari No.21 Tahun CO 500 mg/Nm3 • Penghijauan areal pabrik Dept. Pemeliharaan jadwal
emisi genset 2008 Lamp VA NO2 400 mg/Nm3 • Pemberian masker kepada operator genset Dept. Urusan Umum
SO2 150 mg/Nm3 Dept. K3
Opasitas - Pengawas:
BLH Kabupaten

Penurunan Aktivitas peralatan Gas hasil pembakaran ☑ PP RI No.41 SO4 900 µg/Nm3 • Menerapkan pemeliharaan preventif secara rutin Areal pabrik Pelaksana: Sesuai
kualitas udara genset biogas genset biogas Tahun 1999 CO2 30000 µg/Nm3 • Penghijauan areal pabrik Dept. Pemeliharaan jadwal
ambien NO2 400 µg/Nm3 • Pemberian masker kepada operator genset Dept. Urusan Umum
O3 235 µg/Nm3 Dept. K3
HC 160 µg/Nm3 Pengawas:
PM10 150 µg/Nm3 BLH Kabupaten
TSP 230 µg/Nm3

Kebisingan Mesin genset Pengoperasian genset biogas ☑ Kepmen LH Perkantoran 65 db (A) • Penggunaan penutup telinga pada lokasi kebisingan • Depan kantor Pelaksana: Sesuai
biogas No. 48 Tahun Industri 70 db (A) • Menerapkanpemeliharaan preventif secara rutin • Areal operasional Dept. Pemeliharaan jadwal
1996-Tingkat Perumahan & 55 db (A) • Genset ditempatkan diruang isolasi atau kedap suara genset biogas Dept. K3
Kebisingan Pemukiman sehingga kebisingan yang dihasilkan dapat direduksi • Perumahan Pengawas:
BLH Kabupaten

Kebauan • Air Limbah Hasil aktivitas pabrik ☑ Kepmen LH H2S 0,02 ppm • Penanaman pepohonan yang dapat mereduksi kebauan Lokasi pabrik Pelaksana: Sesuai
• Scrubber (limbah cair) No.50 Tahun NH3 2 ppm • Penerapan instalasi penangkapan metana pada kolam Kolam efluen Dept. Pemeliharaan jadwal
1996 anaerobik untuk menangkap metana Dept. K3
Pengawas:
BLH Kabupaten

Limbah B3 Mesin genset Adanya residu sulfur, oli bekas, ☑ PP RI No.101 Tidak ada Tidak ada • Mengumpulkan sulfur, oli, aki, filter, lampu TL dan • Areal operasional Pelaksana: Rutinitas
biogas dan scrubber aki, filter oli, lampu TL dan Tahun 2014 majun bekas pada TPS LB3 dan menyerahkan kepada genset biogas Dept. Pemeliharaan
barang yang terkontaminasi pihak ke-3 yang berizin • Scrubber Dept. K3
yang dihasilkan dari operasional • TPS LB3 Pengawas:
genset biogas BLH Kabupaten

82 BAB 4 - Pemantauan, Pengujian, dan Pelaporan K3 PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 83
Lampiran 1: Daftar peraturan K3 dan Lingkungan di
Indonesia dan Internasional

Peraturan Terkait dengan Pemantauan, Pengujian, dan Pelaporan K3

Permenaker No.1 Tahun 1981 Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja

Kepmenaker No. 333 Tahun 1989 Diagnosa dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja

Kepres No.22 Tahun 1993 Penyakit yang Timbul Karena Hubungan Kerja

Permenaker No.3 Tahun 1998 Prosedur Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan Kerja

SK Dirjen PHI & Pengawas Tenaga Cara Pengisian Formulir Laporan dan Analisis
Kerjaan No. 84 Tahun 1998 Statistik Kecelakaan

Peraturan keselamatan internasional

Kode Bahan Bakar Gas Nasional:

LAMPIRAN
NFPA 54
Pedoman Desain Perpipaan Gas
NFPA 85 Boiler dan Pembakaran
Persyaratan Minimum untuk Bangunan Baru dan yang
NFPA 101 Sudah Ada untuk Melindungi Penghuni Bangunan dari
1 Daftar Peraturan K3 Api, Asap, dan Asap Beracun
2 Contoh Pengisian Manajemen Risiko pada Instalasi Biogas Sistem Standar untuk Identifikasi Bahaya Bahan untuk
3.1 Contoh Ijin Memasuki Ruang Terbatas NFPA 704
Tanggap Darurat
3.2 Contoh Daftar Periksa Memasuki Ruang Terbatas
Praktek untuk Klasifikasi Cairan, Gas atau Uap yang
4 Contoh Ilustrasi Pengarahan Keselamatan
NFPA 497 Mudah Terbakar: Area klasifikasi Digester, Vents dan Area
5 Contoh Instruksi Kerja
Pengolahan Biogas
6 Contoh Formulir Temuan Pemeriksaan Keselamatan
7 Alur Pelaporan Kecelakaan atau Kejadian Standar untuk Proteksi Kebakaran di Pengolahan Air
8 Contoh Format Laporan Triwulan P2K3 Limbah dan Fasilitas Koleksi: Lokasi yang Disarankan
9 Prinsip dan Format LOTO NFPA 820 Untuk Digester Relatif Terhadap Bangunan dan
10 Contoh Pelaporan Analisa Risiko Keselamatan Kerja dan Area Kerja Peralatan Lainnya, Klasifikasi Digester, Ventilasi dan Area
11 Prosedur Pekerjaan Panas Pengolahan Biogas
12 Lembar Data Keselamatan Material
13 Contoh Formulir Data Inventarisasi GRK Instalasi Biogas PT. XYZ
Peraturan keselamatan
Deskripsi
internasional lainnya
Ventilasi: Tangki Penyimpanan Atmosfer dan Tekanan
API 2000
Rendah, Pertimbangan ventilasi tangki
NEC 70 Kode Listrik Nasional: Ukuran Keamanan Intrinsik

84 LAMPIRAN PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 85
Lampiran 2:

Contoh pengisian manajemen risiko pada instalasi biogasngisian manajemen risiko pada instalasi biogas
Penilaian risiko Bentuk pengendalian bahaya
Kategori
No. Area Contoh aktifitas Dampak bahaya
bahaya Kemungkinan Keparahan Nilai Risiko
Teknis Administrasi APD
(L) (S) (L x S)

1. Menara Berjalan di area kolam atau Mekanik 5 1 5 Terpeleset atau Pemasangan pagar Membersihkan area Sepatu pengaman,
pendingin menara pendingin tercebur kolam pada sekeliling kolam atau menara helm
pendingin kolam pendingin pendingin

2. Kolam Menyalakan agitator kolam Listrik 5 1 5 Tersengat listrik Pemasangan insulasi Penerapan LOTO Sepatu pengaman,
pengaduk pengaduk dan luka bakar kabel sesuai standar saat pemeliharaan helm
SNI

3 CAL Membuka lubang ventilasi Zat – zat 5 1 5 Terhirup biogas Penggunaan Pengecekan Sepatu pengaman,
pada penutup digester berbahaya detektor gas kebocoran secara helm, masker
portabel berkala

4 Menambal membran HDPE Api dan 5 4 20 Kebakaran Menggunakan Penerapan prosedur Sepatu pengaman,
yang bocor ledakan spesifikasi sesuai pekerjaan panas helm
ATEX untuk
peralatan listrik dan
instrumentasi

5 …. …. …. …. …. …. …. …. …. ….

86 LAMPIRAN PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 87
Lampiran 3.1:
Contoh izin memasuki ruang terbatas

UJI ATMOSFER
Nama Perusahaan : Dibuat Tanggal: Jam: Uji dilakukan sebelum memasuki ruang tertutup
Lokasi Kerja : Berlaku Sampai Tanggal: Jam: Monitoring kontinu? ¨ Ya ¨ Tidak
Aktivitas Kerja: Frekuensi Uji : Nama Penguji:
Nama Penguji: ID Penguji # :
ID Penguji # :
BAHAYA DI RUANG TERBATAS: (þ) PERALATAN YANG DIBUTUHKAN:(þ)
¨ Kekurangan oksigen (<19.5%) ¨ Respirator
¨ Gas atau uap beracun > PEL ¨ Baju pelindung Kondisi Masuk yang Dapat Diterima: _______________________________________________________
¨ Terperangkap ¨ Pelindung pendengaran UJI PEL þ 1 2 3 4 5 6 7 8 9
¨ Bahaya listrik ¨ Penerangan anti ledakan O2 Min 19.5% ¨
¨ Bahaya kebakaran (gas, uap, oksigen) ¨ APAR O2 Max 23.5% ¨
¨ Panas/dingin (lingkari salah satu) ¨ Harnesses Flammability 10% LFL ¨
¨ Konfigurasi berbahaya ¨ Peralatan Keselamatan Darurat Karbon monoksida 35 ppm ¨
¨ Peralatan berputar atau bergerak ¨ Resuscitator - Inhalator H2S 10 ppm ¨
¨ Bahaya kimia ¨ Respirator darurat Sulfur Dioksida 2 pm ¨
¨ Lainnya__________________________ ¨ Lainnya:___________________ Racun ¨
Suhu ¨
Lainnya ¨
KOMUNIKASI
¨ Langsung ¨ Radio/HT ¨ Lainnya_________

DATA KARYAWAN Instrumen #1: Model/tipe: ID Number:


Yang Masuk : ___________________ ¨ Penyelamatan Karyawan Instrumen #1: Model/tipe: ID Number:
Pendamping : ___________________ ¨ Penyelamatan Karyawan yang Tidak Masuk
Notes:
Pengawas : ___________________ ¨ Penyelamatan dari Luar No Kontak #________________
PERSETUJUAN
Saya menyatakan bahwa persyaratan masuk yang diperlukan telah terpenuhi dan aman untuk
PERSIAPAN MASUK memulai pekerjaan di ruang ini.
¨ Beri tahu karyawan yang terkena dampak pekerjaan ¨ Tinjau bahaya dan prosedur kerja Waktu : __________________
Nama : __________________
¨ Isolasikan energi yang berbahaya ¨ Informasikan tim darurat Diperiksa Oleh : __________________
¨ Lakukan prosedur LOTO ¨ Uji atmosfer aman Izin Ditutup : __________________ Tanda tangan : __________________
¨ Verifikasi isolasi ¨ Izin tambahan sudah didapat
Catatan:
¨ Amankan lokasi dengan bendera ¨ Menggunakan APD yang sesuai
Tanggal/Jam Pekerjaan Selesai : ___________
¨ Bersihkan, keringkan ruangan ¨ Rencana komunikasi bekerja
Diperiksa Oleh : __________________ Izin Ditutup ¨
¨ Buat ventilasi yang dibutuhkan ¨ Lainnya____________________

88 LAMPIRAN PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 89
Lampiran 3.2: Lampiran 4:
Contoh daftar periksa memasuki ruang terbatas Contoh ilustrasi safety induction

Petunjuk Kunjungan Makanan DAN Air


Langkah # Proses Selesai
Pengunjung harus selalu bersama Dilarang makan di semua fasilitas
1. Isolasi ruang dari semua bahaya wakil staf biogas. Metana adalah yang beroperasi atau dalam proses
gas yang mudah terbakar dan kontruksi.
• Keluarkan personel yang tidak berwenang dari lokasi meledak
Minumlah banyak air, cuaca
• Gunakan LOTO sangat panas dan lembab
DILARANG MENYALAKAN API ATAU di kawasan terbuka biodigester
• Tutup lubang masuk, dll. MEROKOK DI SELURUH AREA untuk mencegah dehidrasi
INSTALASI BIOGAS
2. Buat ventilasi di ruangan (jika diperlukan)
Dilarang merokok di semua fasilitas Catatan Kesehatan
4. Isi izin masuk ke ruangan terbatas di area instalasi biogas
Pengunjung dengan catatan
5. Evaluasi ruangan Dilarang menyalakan api di semua kesehatan tertentu dianjurkan
fasilitas di area instalasi biogas untuk membawa obat-obatan
yang biasa digunakan jika terjadi
6. Uji atmosfer
keadaan darurat
APA YANG HARUS DIPAKAI DI LOKASI
• Input data uji atmosfer pada izin masuk
(JENIS PAKAIAN DAN PERLENGKAPAN)
Waspada terhadap binatang
• Letakkan izin lengkap pada atau dekat PRCS*
Pengunjung dianjurkan untuk memakai
pakaian dengan karakteristik sebagai berikut: Ada bahaya binatang liar seperti
7. Masuk ke ruangan dan lakukan pekerjaan ular beracun, biawak, kadal, labalaba,
Kemeja lengan panjang, celana kalajengking dan lebah liar.Binatang-
• Apakah ada pengawas? panjang dan sepatu tertutup binatang ini biasanya lazim ada di
lokasi. Harap menghindari atau
• Ada orang standby di tempat masuk Topi atau payung agar dikenakan mengambil tindakan pencegahan
setiap saat untuk melindungi dari tambahan ketika berjalan di semak.
• Safety harness sengatan matahari langsung, dan daerah-daerah padat dengan
terbakar matahari, heat stroke, vegetasi
• APD yang dibutuhkan dan lain-lain. Sebaiknya gunakan
juga krim tabir surya
• Uji kembali atmosfer sesuai kebutuhan Peralatan Elektronik
Vest keselamatan harus dikenakan
8. Saat pekerjaan selesai: setiap saat agar terlihat pada saat Dipertimbangkan sebagai sumber
keadaan darurat bahaya (sumber penyalaan) atau
• Keluarkan semua personel, peralatan, dan kotoran dari ruangan. ancaman keamanan di daerah
tertentu (area flare yang berpagar).
• Tutup ruang Maka penggunaan telepon selular,
memotret dengan lampu kilat harus
• Tutup izin masuk dengan izin

• Tinjau pekerjaan dengan atasan (bahaya, masalah, dll.)

9. Arsip izin yang sudah selesai dan ditutup

90 LAMPIRAN PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 91
Lampiran 5: Lampiran 6:
Contoh Form Instruksi Kerja pada Unit xxx Contoh formulir temuan pemeriksaan keselamatan

Nama Perusahaan Tanggal: Revisi: TINDAKAN PERBAIKAN: Temuan berikut ini dicatat di wilayah Anda saat inspeksi
/logo perusahaan: keselamatan dan kesehatan kerja. Harap perhatikan setiap temuan dan lakukan tindakan
perbaikan yang akan dilakuan tindak lanjut pada tanggal tersebut.

Unit: xxxx Uraian tentang peralatan/ Parameter Tindakan Tindak Lanjut pada tanggal
Temuan
(beserta foto) instrumentasi Perbaikan

Simbol K3 Tanda larangan Alat pelindung diri (APD)


yang digunakan

Instruksi Kerja:

Memulai pekerjaan:

Pengoperasian:

Mengakhiri pekerjaan:

92 LAMPIRAN PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 93
Lampiran 7:
ALUR Pelaporan kecelakaan atau kejadian

Pekerja melaporkan Melengkapi formulir Pekerja dan supervisor Pekerja dan supervisor Tembusan disampaikan
kecelakaan atau kejadian kecelakaan atau kejadian oleh atau atasan menganalisis atau atasan menganalisis kepada komite keselamatan,
kepada kepala supervisor atau pekerja dan supervisor atau kecelakaan untuk menentukan kecelakaan untuk tetapi informasi tentang
atasan atasan kemungkinan cara untuk menentukan kemungkinan pekerja dihilangkan
mencegah terulangnya cara untuk mencegah
kejadian terulangnya kejadian

√ X
Tidak

Perawatan medis?
Pekerja membawa formulir Supervisor atau atasan Ya
kembali bekerja ke rumah sakit mengizinkan pekerja
kembali bekerja dengan
batasan tertentu

Menyimpan laporan
kecelakaan atau kejadian pada
arsip pekerja
Pekerja diizinkan
kembali bekerja tanpa
batasan

*
Supervisor/atasan Ulangi sampai dapat
mengijinkan pekerja melakukan pekerjaan
Pekerja membawa formulir kembali bekerja dengan normal
kembali bekerja yang sudah batasan tertentu
lengkap ke supervisor/atasan
Pekerja membawa formulir
kembali bekerja ke rumah sakit

Pekerja tidak boleh


kembali bekerja

94 LAMPIRAN PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 95
Lampiran 8: 10. Data Kecelakaan Kerja & Penyakit Akibat Kerja
CONTOH FORMAT LAPORAN TRIWULAN P2K3 a. Statistik
Panitia Pembina Keselamatan & Kesehatan Kerja b. Accident Frequency Rate (Tingkat Kekerapan) & Accident Severity Rate (Tingkat Keparahan)
Perusahaan :.......................................................
Alamat :.......................................................
11. Data Penghargaan K3
No : Kepada a. Kecelakaan Nihil (Zero Accident Award)
Lamp : Yth. Kepala Dinas Tenaga Kerja b. Sistim Manajemen K3 (SMK3)
Perihal : Laporan Triwulan ....................................................
c. Program Pencegahan dan Penanggulangan HIV/AIDS di Tempat Kerja
di-
PANITIA PEMBINA KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA
C. KEGIATAN K3
PERUSAHAAN :....................................................... ALAMAT :..................................................................................
12. Rapat bulanan P2K3 : dilakukan_____________ (terlampir)____
LAPORAN P2K3
13. Kebijakan K3/Safety Policy : ada _________________ (terlampir)______ tidak
A. DATA UMUM PERUSAHAAN
14. Program/Rencana Kerja : ada _________________ (terlampir)______ tidak
1. Nama Perusahaan : ........................................................................
15. Pelaksanaan Program/Rencana Kerja : dilakukan_________ (terlampir)_____ tidak
2. Jenis Usaha : …….……………………………(berdasar KLUI)
16. Pelaksanaan Pembinaan/Penyuluhan/Penelitian
3. Alamat : ....................................... Telp/Fax : .......................................................Email : ……………………………………….
a. Materi : .........................................................................
4. Jumlah tenaga kerja : Laki-Laki= ..............................orang Wanita = ....................................... orang
b. Narasumber : .........................................................................
TKA = ..............................orang Jumlah= ....................................... orang
c. Peserta : .........................................................................
Kepesertaan BPJS Tenaga Kerja = …..orang
17. Pelaksanaan evaluasi cara kerja, proses dan lingkungan kerja
5. P2K3 dibentuk : tanggal .............................. tahun........................................
a. Potensi bahaya : .........................................................................
6. Jumlah pengurus : ....................................................................... orang
b. Kemungkinan Kecelakaan/Cidera: .................................................................
(lampirkan Struktur Organisasi P2K3 yang telah disahkan oleh Dinas Tenaga Kerja setempat).
c. Tindakan Pengendalian : .........................................................................
B. DATA K3
18. Pelaksanaan analisa kecelakaan kerja/penyakit akibat kerja
7. Data Personil K3 (jenis/klasifikasi, jumlah dan masa berlaku)
19. Hasil pemeriksaan kondisi peralatan/higiene perusahaan/ergonomi kerja/lingkungan kerja/gizi kerja dll
a. Ahli K3 b. Dokter Pemeriksa Kesehatan Tenaga Kerja
20. Kegiatan pelayanan kesehatan kerja
c. Auditor SMK3 d. Paramedis/ Petugas/ Teknisi/ Operator
a. Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja : ……
8. Data Kelembagaan/Unit/Organisasi (selain P2K3)
b. Program Kesehatan Kerja (Pencegahan HIV/AIDS, Narkoba di Tempat Kerja dan sebagainya) ….
a. Unit Penanggulangan Kebakaran Jumlah Anggota : ....................................................................... orang
c. dll
b. Unit Tanggap Darurat Jumlah Anggota : ....................................................................... orang
c. Unit P3K Jumlah Anggota : ....................................................................... orang
D. HAMBATAN .........................................................................................................
d. Lain-lain (jika ada) : ………………….…………………………………
E. SARAN ..........................................................................................................................................................
9. Data Sarana dan Prasarana K3 (jenis/klasifikasi, jumlah dan masa berlaku)
a. Peralatan/Mesin/Pesawat/Instalasi Peralatan ………………………..….. 20……
☐ Pesawat Angkat Angkut ☐ Pesawat Uap dan Bejana Tekan
☐ Pesawat Tenaga dan Produksi ☐ Listrik Sekretaris P2K3
☐ Penanggulangan Kebakaran ☐ Alat Pelindung Diri dan Perlengkapan
Menyetujui
b. Bahan/Material Berbahaya
c. Pelayanan Kesehatan Kerja
Ketua P2K3,
d. Fasilitas Sanitasi dan Higiene
Tembusan Kepada Yth :
e. Fasilitas Kesejahteraan (Kantin/Ruang Makan,Tempat Ibadah, Laktasi, Rekreasi, dan lain-lain)
Pimpinan Perusahaan ..........................................
f. SOP (Standar Operation Procedure)/ Safety Data Sheet (SDS)
Kadisnaker Provinsi ............................................
g. Rambu/ Poster Dirjen Binwasnaker cq. Direktur Pengawasan Norma K3, Kemnakertrans RI
h. Dan lain-lain (sebutkan)…………………..

96 LAMPIRAN PEDOMAN K3 DAN1 LINGKUNGAN


Untuk peraturan yang dikeluarkan
DALAM oleh Kementrian Ketenagakerjaan
PENGOPERASIAN dapat diunduh
INSTALASI BIOGAS di https://jdih.kemnaker.go.id/index.php
BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 97
Lampiran 9 : Prinsip LOTO

1. Diwajibkan pada semua personel untuk mematuhi larangan 8. Check valve tidak bisa digunakan sebagai perangkat isolasi energi.
dan batasan dari prosedur ini. Kegagalan untuk mengikuti
dan mematuhi prosedur ini dapat mengakibatkan tindakan 9. Jika saklar kontrol terletak di jarak yang jauh, perangkat lockout/tagout
pendisiplinan dan pemecatan. harus ditempatkan pada tiap saklar untuk memastikan saklar dalam
posisi hidup atau mati. Hal ini harus dilakukan sebelum melanjutkan
2. Tidak ada individu yang mencoba untuk memulai,mengaktifkan, LOTO. Perangkat lockout ini akan menjadi alat yang terakhir dihilangkan
atau menggunakan peralatan yang telah melakukan prosedur saat membersihkan LOTO. Sistem operasi Tag, sendiri, HANYA dapat
LOTO (lockout dan telah tagout) untuk aktivitas servis dan digunakan ketika perangkat lockout tidak dapat diaplikasikan secara
pemeliharaan. fisik pada perangkat isolasi energi.

3. Tidak ada individu yang mencoba untuk memindahkan 10. Setiap kali perusahaan dari luar dikontrak untuk bekerja, prosedur
perangkat lockout and tag. LOTO harus digunakan. Apabila prosedur LOTO yang berlaku pada
kontraktor membutuhkan perlindungan tambahan atau lebih ketat dari
4. Pada seluruh sistem perpipaan, double block, dan bleed harus apa yang disediakan oleh prosedur ini, maka manajer terkait, atau yang
digunakan bila tersedia. diberi wewenang olehnya, harus mengembangkan prosedur yang dapat
disetujui oleh semua pihak dan sepenuhnya mematuhi persyaratan K3
• Perhatian khusus harus dilakukan apabila suatu
yang berlaku.
pekerjaan melibatkan perangkat listrik yang aktif atau
pada sistem yang mengandung zat kimia berbahaya, 11. Ketika electrical system grounds perlu dit-
cairan panas, gas terkompresi atau uap. Alat pelindung erapkan, sistem tersebut akan menjadi
diri tambahan dan instruksi kerja yang khusus mungkin perangkat yang terakhir untuk diterapkan
diperlukan, tergantung pada kondisi bahaya yang sedang dan perangkat pertama yang akan dihilang-
terjadi. Persyaratan ini akan ditinjau oleh manajer terkait kan dari LOTO. Perangkat grounding hanya
dan karyawan yang diberi wewenang saat Pre-job Briefing boleh dikerjakan oleh personel elektrik yang
sebelum pekerjaan dimulai. berkualifkasi.
5. Semua LOTOs akan membutuhkan sistem operasi lock and tag 12. Prosedur ini tidak berlaku untuk peralatan
untuk diaplikasikan pada peralatan dan perangkat isolasi energi. yang beroperasi dengan kabel dan steker TAG#
Sistem operasi tag, sendiri, hanya bisa dipergunakan ketika ketika steker dicabut dan steker tersebut
perangkat lockout tidak dapat diaplikasikan secara fisik pada dalam kendali eklusif dari orang yang DILARANG
perangkat isolasi energi. melakukan pekerjaan. BEROPERASI
6. Karyawan yang diberi wewenang akan menerapkan lock and tag 13. Setiap yang melihat pelanggaran terhadap LOTO# TANGGAL
pribadi pada lockbox terkait setelah seluruh sistem operasi telah prosedur ini harus segera memberitahu
PERALATAN
menerapkan prosedur LOTO. manajer yang terkait
JABATAN
7. Untuk mesin, peralatan dan/atau sistem yang sedang tidak • Semua karyawan harus dilatih dalam
beroperasi, dan tidak terdapat rencana jangka pendek untuk prosedur lockout/tagout ini. TANDA TANGAN MP
menempatkan kembali mesin atau peralatan tersebut, prosedur
LOTO tidak dapat digunakan. Gunakan label yang berbeda TANGGAL WAKTU
BERLAKU
untuk menunjukkan bahwa mesin atau peralatan yang sudah
tidak beroperasi. CATATAN

98 LAMPIRAN PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 99
Lampiran 10:
CONTOH PELAPORAN ANALISA RISIKO KESELAMATAN KERJA DAN AREA KERJA

TANGGAL:
Analisa Risiko Keselamatan Kerja dan Area Kerja Jenis Pekerjaan: Perbaikan membran HDPE Halaman 1 dari 1 JSA NO.
REVIEW:

Posisi pekerja: Pengawas: Dianalisa oleh:

Organisasi: Lokasi Departemen: Ditinjau oleh:

DIPERLUKAN DAN/ATAU DIREKOMENDASIKAN


PERALATAN PROTEKTIF PRIBADI: Detektor gas, alat bantu
pernapasan mandiri, Kacamata keselamatan, Harness dan
tali pengaman/jalur, rompi keselamatan, sarung tangan kulit,
sepatu bot kaki baja

URUTAN DASAR POTENSI BAHAYA TINDAKAN YANG DIREKOMENDASIKAN ATAU PROSEDUR

Persiapan: - Gas CH4 dan H2S terlepas dari titik keru- • Gunakan detektor gas untuk memeriksa kadar metana dan hidrogen
sakan sulfida sebelum bekerja
• Isolasikan tempat perbaikan dengan tanda dan tanda • Mendekati tempat perbaikan dari atas angin
keamanan yang jelas. • Jangan gunakan alat-alat tangan atau peralatan yang bisa menghasilkan
percikan api
• Lakukan tindakan pencegahanseperti pemadam
kebakaran portabel dan alat bantu pernapasan mandiri
di tempat, tanda arah angin seperti gada-gada.

Tutupi membran HDPE kerusakan dengan selotip hitam - Gas CH4 dan H2S terlepas dari titik keru- • Gunakan detektor gas untuk memeriksa kadar metana dan hidrogen
sakan sulfida sebelum bekerja
• Mendekati tempat perbaikan dari atas angin
• Jangan gunakan alat-alat tangan atau peralatan yang bisa menghasil-
kan percikan api

• Letakkan overlay membran HDPE di atas selotip. - Gas CH4 dan H2S terlepas dari titik keru- • Gunakan detektor gas (dragger) untuk mendeteksi kebocoran gas
sakan • Amati arah angin. Posisi kerja selalu di atas angin atau melintasi angin.
• Lakukan pengelasan dengan benar untuk menutup • Gunakan alat bantu pernapasan mandiri ketika rilis gas tidak terkendali.
semua hamparan HDPE dengan membran yang ada • Izin kerja panas harus diimplementasikan.
• Siaga pemadam kebakaran portabel 9 kg 2 EA bubuk kering

• Lakukan uji kebocoran pada semua titik pengelasan - Gas CH4 dan H2S terlepas dari titik ker- • Gunakan detektor gas (dragger) untuk mendeteksi kebocoran gas
dengan air sabun usakan • Amati arah angin. Posisi kerja selalu di atas angin (berlawanan arah
dengan arah angin) atau melintasi angin (menjauhi sumber api).
• Setelah lulus tes kebocoran, pertimbangkan pekerjaan
dilakukan dengan benar Gunakan alat bantu pernapasan mandiri ketika rilis gas tidak terkendali

Periksa kembali tidak ada kebocoran gas dari area penambal- N/A
an dan selesai.

100 LAMPIRAN PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 101
Lampiran 11:
PROSEDUR PEKERJAAN PANAS

Area Kerja Api yang Aman


Pekerjaan panas merupakan setiap pekerjaan yang menghasilkan sumber api, contohnya api
Lokasi yang berada pada radius 10,7 m dari lokasi pekerjaan panas. Lokasi ini harus
pembakaran, logam cair, percikan api, dan permukaan kerja tertentu yang dipanaskan. Tujuan
disterilkan dari bahaya kebakaran selama aktivitas pekerjaan panas hingga 30 menit setelah
diberlakukannya standar pekerjaan panas adalah melindungi karyawan dari cedera dan properti dari
pekerjaan panas selesai.
kerusakan serius akibat pekerjaan yang melibatkan sumber api atau panas. Pekerjaan panas Standard ini
• Bahaya Khusus : Fasilitas atau lokasi yang memiliki potensi bahaya wajib
berlaku untuk seluruh aktivitas pekerjaan panas yang dilakukan di fasilitas pembangkit listrik, gardu
memiliki prosedur kerja yang khusus, contoh : penyimpanan
listrik, transmisi lapangan, dan fasilitas distribusi. Kegagalan mematuhi standar ini dapat mengakibatkan
bahan mudah meledak, batu bara atau sistem hidrogen.
perusahaan, fasilitas, karyawan, dan kontraktor dalam bahaya. Maka dari itu, setiap perusahaan harus
• Otorisasi : Inspeksi lokasi untuk menentukan persiapan yang harus
mengembangkan prosedur sesuai dengan spesifik lokasi yang mematuhi standar ini. Perusahaan dapat
dilakukan sebelum pekerjaan panas dimulai. Lihat lampiran
membuat kebijakan terkait keselamatan yang lebih ketat daripada kebijakan yang diidentifikasi dalam
A untuk contoh izin otorisasi.
standar ini.
• Area Terlarang : Area yang tidak diperkenankan untuk melakukan pekerjaan
panas.
Standar ini didasarkan pada praktik terbaik dan persyaratan yang terdapat dalam ANSI Z49.1-2005,
• Perlindungan Mata : Pelindung mata yang digunakan harus sesuai dengan
NFPA 51B-2003, OSHA 29CFR 1910 Subpart Q, dan pedoman American Welding Society.
Pekerjaan panas yang akan dilakukan. Mengacu pada standar
ANSI Z87.1. mengenai perlindungan mata dan wajah.
Setiap operasional perusahaan harus mengembangkan dan mengimplementasikan pekerjaan panas,
• Pakaian Pelindung : Menggunakan celemek dan sarung tangan kulit untuk personil
yang minimal berisikan hal-hal sebagai berikut:
yang melakukan pekerjaan panas.
Penetapan kebijakan • Ventilasi : Untuk lokasi pekerjaan panas di ruang terbatas atau area
• Program tertulis berisi penjelasan mengenai ruang lingkup, tujuan, tanggung jawab, kewenangan, dengan ventilasi yang buruk. Ventilasi mekanik dibutuhkan
peraturan, dan teknik yang diberlakukan untuk melakukan pekerjaan panas dan pertimbangan untuk mengurangi konsentrasi gas atau uap di lokasi
untuk memberlakukan prosedur ini, termasuk: pekerjaan panas.
• Pernyataan spesifik mengenai tujuan penggunaan prosedur • Perlindungan pernafasan : Jika ventilasi mekanik tidak cukup, maka wajib menggunakan
• Langkah-langkah khusus persiapan area kerja untuk memastikan keamanan dari panas yang respirator yang sesuai untuk mengurangi paparan gas.
dihasilkan • Mengamankan dan menyimpan silinder dan mesin : Ketika pekerjaan panas
• Persyaratan khusus untuk pemilihan dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) berlangsung di ruang terbatas, silinder atau gas engine
• Persyaratan khusus untuk mempertimbangkan persiapan yang harus dilakukan sebelum harus diamankan dari lokasi.
melakukan pekerjaan, contoh penentuan jenis gas dan jumlah asap yang dihasilkan, persyaratan • Atmosfer berbahaya : Ketika ada potensi atmosfir kebakaran atau ledakan di suatu
ventilasi dan respirator yang digunakan. lokasi. Pekerjaan akan dilarang pada lokasi tersebut jika
atmosfir yang diuji >=10% dari Lower Explosive Limit (LEL).
Prosedur pelaksanaan
• Pencegahan kebakaran : Pemindahan atau perlindungan seluruh peralatan yang memiliki potensi Pemantauan dan Evaluasi
terbakar dari area pekerjaan panas. Berisikan kebijakan penerapan, penjelasan peran dan tanggung jawab setiap personil
• Izin pekerjaan panas: Untuk memastikan bahwa lingkungan telah aman dari potensi kebakaran untuk prosedur pekerjaan panas. Seluruh personil termasuk personil kontrak yang
melalui pertimbangan bahaya untuk aktivitas pekerjaan panas. Lihat Hal terlibat dalam aktivitas pekerjaan panas harus terlatih dan berpengetahuan dalam elemen
104 - 105 untuk contoh izin. prosedural. Identifikasi secara spesifik perlu dilakukan untuk proses inspeksi pekerjaan
• Pemadam Kebakaran : Alat Pemadam Kebakaran (APAR) yang terdiri pemadam kebakaran portabel, panas. Pihak manajemen diharapkan untuk aktif dalam proses audit atau inspeksi:
selang kebakaran, ember berisi air, bak pasir • Pengawas operasi melakukan inpeksi periodik untuk memastikan peralatan dalam
• Pengamat Kebakaran : Personil yang telah terlatih untuk menggunakan peralatan pemadam kondisi baik.
kebakaran dan mengerti potensi bahaya kebakaran di industri. Bertugas • Catatan inspeksi meliputi tanggal inspeksi, pekerja yang terlibat, dan orang yang
untuk mengawasi aktivitas Pekerjaan panas dan terus menginspeksi lokasi melakukan inpeksi.
hingga 30 menit setelah aktivitas pekerjaan panas selesai. • Operasi akan melaksanakan audit tahunan untuk menilai efektivitas prosedur
pekerjaan panas. Audit harus dilakukan oleh pihak eksternal yang ahli.

102 LAMPIRAN PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 103
Contoh Izin Pekerjaan Panas

Izin untuk Pemotongan dan Pengelasan


Pos pada lokasi kerja
Izin ini patuh pada aturan yang telah ditentukan pada sisi belakang dari tag ini.

Pastikan bahwa dalam radius 10,7 meter dari wilayah kerja:

Penggunaan peralatan pengelasan telah disetujui oleh: 1. Lantai bersih dan bebas dari bahan mudah terbakar

_________________________________________ 2. Lantai yang terbuat dari bahan mudah terbakar telah dibasahi atau ditut-
upi dengan pasir basah atau ditutupi dengan bahan yang tahan api.
(Insinyur proyek atau Pengawas Pemeliharaan)
3. Cairan mudah terbakar telah dibersihkan dan bahan mudah terbakar
dipindahkan atau dilindungi oleh material tahan api atau pelindung yang
terbuat dari logam.

4. Seluruh lubang pada tembok dan lantai telah ditutup.


Tanggal _____________________________________Waktu Mulai ________________ Selesai______________
5. Baki kabel diidentifikasi dan dilindungi.

6. Konveyor dikunci atau dijaga.


Lokasi Kerja_________________________________Pengelas _______________________________________
7. Dalam ruang tertutup atau terbatas: Tidak ada bahan yang mudah
terbakar di dalamnya

Waktu Pekerjaan Selesai dan telah diinspeksi ___________________ (2 hingga 4 jam setelah pekerjaan Catatan: Peralatan pemotongan dan pengelasan harus dalam kondisi baik sesuai
selesai) dengan persyaratan peraturan. Seluruh persyaratan pengamat kebakaran telah
dipenuhi dan pekerjaan yang dicakup pada izin ini telah selesai. Area tersebut
dapat diklasifikasikan aman dari kebakaran 30 menit setelah pekerjaan selesai.
Oleh ___________________________________________

Jabatan _______________________________________

_________________ ___________________

Serahkan pada Pengawas setelah pekerjaan selesai Tanda Tangan Fire Watch Tanggal dan Waktu Selesai

104 LAMPIRAN PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 105
Lampiran 12:
Lembar Data Keselamatan Material

106 LAMPIRAN PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 107
108 LAMPIRAN PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 109
110 LAMPIRAN PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 111
LAMPIRAN 13:
FORMULIR DATA INVENTARISASI GRK INSTALASI BIOGAS PT. XYZ
DAFTAR PUSTAKA
Tahun:
Department of Occupational Safety and Health Malaysia. (2008). Guidelines for hazard identification, risk
Bulan TBS Limbah cair kelapa ton COD/m 3
Penyisihan Listrik yang Lama assessment, and risk control (HIRARC). Putra Jaya: Ministry of Human Resources Malaysia.
(ton/bulan) sawit yang masuk ke COD (%) dihasilkan operasi Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian. (2006). Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. Jakarta:
digester (MWh/bulan) (hari/bulan)
Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (Ditjen PPHP)
(m3 POME/bulan)
German Biogas Association. (2016). Guidelines for the safe use of biogas technology. Freising, Germany: Fachverband
Biogas e.V.
German Social Insurance for Agriculture, Forestry, and Holticulture (SVLFG). (2016). Technische Information
Jan 4 Sicherheitsregeln fur Biogasanlagen. Kassel: Sozialversicherung fuer Landwirtschaft, Forsten und
Gartenbau (SVLFG).
Feb Global Assest Protection Services LLC. (2015). GAPS Guidelines 2.5.2: Oil and Chemical Plant Layout and Spacing.
Connecticut.
Mar Henderson, B. (2006, July 1). Diambil kembali dari OHS Online: https://ohsonline.com/Articles/2006/07/Carbon-
Dioxide-Measures-Up-as-a-Real-Hazard.aspx?Page=4

April Hosseini, S., Bagheri, G., Khaleghi, M., & Wahid, M. (2015). Combustion of biogas released from POME and the effect
of hydrogen enrichment on the characteristic of the biogas flame. Journal of Combustion.

Mei ISO 20675. (2018). Biogas - Biogas production, conditioning, upgrading, and utilisation - Terms, definitions, and
classification scheme. Switzerland.
Kissell, Fred N; , Pittsburgh Research Laboratory (National Institute for Occupational Safety and Health). (2006).
Juni
Handbook for methane control in mining. Pittsburg: Dept. of Health and Human Services, Center for Disease
Control and Prevention.
Juli
National Research Council. (2007). Emergency and Continous Exposure Guidance Level for Selected Submarine
Contaminants:Volume 1. Washington D.C.: The National Academies Press.
Agst
NIOSH. (2018, Sept 16). Diambil kembali dari Centers for Disease Control and Prevention: https://www.cdc.gov/
niosh/ipcsneng/neng0291.html
Sept OSHA. (2004). Personal Protective Equipment.
OSHA. (2011). Diambil kembali dari https://www.osha.gov/Publications/laboratory/OSHAfactsheet-laboratory-
Okt safety-noise.pdf
OSHA. (2018, May 9). Diambil kembali dari Hydrogen Sulfide: https://www.osha.gov/SLTC/hydrogensulfide/
Nov hazards.html
OSHA. (2018, Juli 3). Diambil kembali dari Hazard prevention and control: https://www.osha.gov/shpguidelines/
Des hazard-prevention.html
OSHA. (2018, Nov 28). Diambil kembali dari Confined Space: https://www.osha.gov/SLTC/confinedspaces/
Total Permenaker 5. (2018, Juli 12). Diambil kembali dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lingkungan Kerja: https://
jdih.kemnaker.go.id/data_puu/Permen_5_2018.pdf
Prasher, D. (2000). Noise Pollution Health Effects Reduction (NOPHER) : An European Commission Concerted
Kontak Pelapor dan Tujuan Pelaporan ke:
Action Workplan. Noise Health, 79-84. Diambil kembali dari http://www.noiseandhealth.org/text.
Direktorat Bioenergi - Ditjen EBTKE
Jl. Pegangsaan Timur No. 1 asp?2000/2/8/79/31748
Menteng Jakarta 10320 Quah, S., & Gilles, D. (1981). Practical experience in production and use of biogas. Proceeding of the national
Tel/Fax : 021-31924585 workshop on oil palm by-product utilisation, 119-125.
Email : [email protected]
TRGS 900. (2016). Technische Regeln fuer Gefahrstoffe.
Zabetakis, M., Lambiris, S., & Scott, G. (1959). The combustion. Pittsburgh: The Combustion Institute.

112 LAMPIRAN PEDOMAN K3 DAN LINGKUNGAN DALAM PENGOPERASIAN INSTALASI BIOGAS BERBASIS LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT DI INDONESIA 113
Terbitan
Bekerja sama dengan:
Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE)
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM)

Diterbitkan oleh:
Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH
Promotion of Least Cost Renewables in Indonesia (LCORE-INDO)
Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) Lantai 5
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
Jl. Pegangsaan Timur No.1, Cikini
Jakarta 10320 Indonesia
T +6221-3919971
E [email protected]
I www.giz.de, www.lcore-indonesia.or.id

Kantor terdaftar:
Bonn dan Eschborn

Pengarah:
Ir. Rida Mulyana, M.Sc (Dirjen EBTKE)

Penanggungjawab:
Andriah Feby Misna, S.T., M.T. (Direktur Bioenergi)
Karl Segschneider (Principal Advisor LCORE-INDO)

Koordinator:
Dr. Ir. Faridha, M.Si (Kasubdit Keteknikan dan Lingkungan Bioenergi)
Vegaswarasti Kumala, B.ES, S.T., M.Sc (Advisor LCORE-INDO)

Penulis Utama:
Vegaswarasti Kumala, B.ES, S.T., M.Sc (Advisor LCORE-INDO)
Windri Aji Brata, S.T. (Advisor LCORE-INDO)
Ir. Achmad Iman Sudradjad, MBA (Konsultan K3)

Peninjau Buku:
Ir. Sakti Siregar (Ahli Proses Anaerobik)

Narasumber:
Direktorat Bioenergi, Ditjen EBTKE
Direktorat Pengawasan Norma K3, Ditjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3
Direktorat Bina K3, Ditjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3
Direktorat Pengendalian Pencemaran Air, Ditjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Ahmad Batubara (PT. Austindo Aufwind New Energy)
Clarence Loh (PT. SMART Tbk)
Djeni Tanumihardja (PT. Bangka Biogas Synergy)
Hardi Yudanto (PT. Steelindo Wahana Perkasa) Kredit foto/sumber:
Mark Dohar (PT. Austindo Aufwind New Energy) GIZ/LCORE-INDO
Muhammad Ichsan (PT. Wilmar International Plantation)
Rochmania Sukmawati (PT. Sampoerna Agro) Dicetak dan diedarkan oleh GIZ
Rifki T. Noor (PT. SMART Tbk) © Jakarta, Desember 2018 – Edisi Pertama
Sularno (PT. Wilmar International Plantation)
Suprayitno (PT. First Resources) Proyek ini adalah bagian dari Inisiatif Iklim Internasional
James Sembiring (PT. Asian Agri) (IKI). Kementerian Federal Jerman bidang Lingkungan,
Konservasi Alam, dan Keselamatan Nuklir (BMU)
Tata Letak/Desain: mendukung prakarsa ini sesuai dengan keputusan yang
Fredy Susanto diambil oleh Parlemen Jerman (German Bundestag).

Anda mungkin juga menyukai