Riddle
Riddle
Riddle
Suatu hari, seorang guru SD memanggil orang tua salah satu muridnya dengan panik.
Kedua orang tua tersebut ikut2an khawatir sebab guru tersebut terlihat sangat cemas.
Guru itu menjawab, “Saya tahu apa yang akan saya katakan mengenai anak gadis anda terlihat
mustahil, namun kasus ini sebenarnya pernah terjadi di sekolah ini. Anak perempuan anda
sebenarnya adalah anak laki-laki. Ini memang suatu hal yang aneh, namun sebenarnya ia
memiliki penis, hanya letaknya tersembunyi. Ia memerlukan operasi secepat mungkin.”
Segera kedua orang tua tersebut memeriksakan anak mereka ke dokter dan ternyata apa yang
dikatakan guru tersebut benar. Mereka segera membawanya ke rumah sakit dan melakukan
operasi untuk anak tersebut.
Ini memang suatu kasus yang aneh. Tapi kedua orang tua tersebut sangat berterima kasih pada
guru tersebut. Berkat dia, kini anak mereka dapat menjalani hidup yang normal.
THE MAID
SI PEMBANTU
Seorang pria sedang dalam perjalanan dinas ke luar kota ketika ia memutuskan untuk
menghubungi istrinya di rumah lewat telepon. Ia terkejut ketika mendengar suara wanita yang
tidak dikenalnya di telepon.
“Kami tak punya pembantu di rumah kami.” kata sang suami dengan curiga.
“Saya baru saja mulai bekerja hari ini. Nyonya rumah yang memperkerjakan saya.”
“Dapatkah kamu memberikan telepon ini pada istriku?” pria itu semakin curiga.
“Beliau sedang beristirahat di kamarnya sekarang,” sang pembantu terdiam sebentar sebelum
akhirnya ia melanjutkannya perkataannya kembali, “Saya pikir pria yang berada bersamanya di
kamar tidur itu suaminya ...”
“Apa?!” sang suami terkejut. Sebuah akal kemudian muncul di kepalanya, “Apa kau mau uang
50 juta?”
“Apa yang anda inginkan untuk saya lakukan?” ia terdengar ragu-ragu, namun uang 50 juta
terdengar sangat banyak untuknya.
“Ada pistol di laci meja telepon. Seharusnya pistol itu sudah terisi. Aku ingin kamu naik ke atas
dan menembak mereka. Mengerti?”
“Ba...baik. Saya akan mencobanya.”
Sang pembantu pergi tanpa menutup teleponnya. Sang suami bisa mendengarnya menarik laci,
melangkah naik ke atas, dan kemudian terdengar samar dua suara letusan tembakan sebelum
akhirnya terdengar langkah kaki mendekat ke arah telepon.
“Kau bekerja dengan sangat bagus. Jauh lebih bagus daripada dugaanku.”
“Terima kasih. Apa yang harus saya lakukan dengan jenazah mereka?”
“Kolam renang? Kolam renang yang mana? Rumah ini tidak memiliki kolam renang.”
KAGOME KAGOME
Note: Kagome Kagome adalah sebuah lagu yang mengiringi permainan tradisional Jepang.
Dalam permainan ini, sekelompok anak (minimal 7) akan membentuk lingkaran dengan satu
anak di tengah berperan sebagai “oni” atau “setan”. Anak tersebut akan ditutup matanya,
kemudian teman2nya di sekelilingnya akan menyanyikan lagu “Kagome Kagome”. Setelah lagu
tersebut selesai, anak tersebut harus menebak nama anak yang ada di belakangnya. Bila ia
benar, maka anak itu akan digantikan oleh anak yang tertebak namanya tersebut, begitu
seterusnya (sumber: wikipedia).
Kakak perempuanku datang ke rumahku untuk pertama kalinya sejak 3 tahun terakhir. Aku
belum pernah melihat keponakanku, namun sepertinya ia telah tumbuh menjadi anak yang
cerdas. Karena beberapa tanda lahir di wajah dan tubuhnya, ia tak memiliki banyak teman
seumuran. Namun ia memiliki banyak tenaga untuk bermain dan ketika ia lelah, aku
memutuskan untuk menyanyikannya sebuah lagu.
Kagome, Kagome
Siapa di belakangmu?
“Hei, apa bibi tahu lagu ini sebenarnya tentang membunuh bayi dalam kandungan?”
Aku hanya terdiam karena tak menyangka ia akan mengatakan hal seperti itu. Keponakanku itu
hanya menatapku, menunggu jawabanku.
“Maksudku ibu yang menyanyikan lagu ini ketika anaknya masih berada dalam perutnya
sebenarnya ingin bayinya mati. Menyeramkan kan?” katanya lagi.
“Apa maksudmu aborsi?” aku tak begitu yakin anak sekecil itu sudah tahu makna kata itu,
“Ya...itu memang menyeramkan.”
“Aborsi itu artinya ibu mengambil sebuah tongkat keras kemudian ditusukkan ke tempat bayi
agar keluar dari perut. Setelah itu, bayinya akan dibuang ke tempat sampah.”
Astaga, pikirku. Darimana anak sekecil ini memiliki bayangan semengerikan itu? Apa yang
kakakku ajarkan pada anak ini?
“Darimana kau belajar hal semacam itu?” tanyaku. Aku takut ia mendapatkannya dari teman-
temannya.
“Bahkan di dalam perut mama, aku bisa mendengar dan merasakan ... Rasanya sakit sekali dan
aku benar-benar takut. Aku menangis kalau ingat hal itu.”
Sejak saat itu aku benar-benar memperhatikan tanda-tanda lahir yang ada di sekujur tubuh
keponakanku.
GLASSES
KACA MATA
Aku baru berumur 7 tahun ketika orang tuaku mengetahui bahwa aku sebuta kelelawar.
Sebenarnya kelelawar tidaklah buta. Mereka memiliki penglihatan, namun sangat buruk.
Seperti itulah kondisiku. Aku belum pernah mengikuti tes penglihatan sehingga aku
beranggapan bahwa orang lain melihat sebagaimana aku melihat dunia. Aku hanya melihat
bayangan-bayangan kabur, figur yang samar-samar, cukup untuk membuatku tidak menabrak
mereka. TV bagiku adalah radio yang dilengkapi dengan permainan cahaya dan aku hanya bisa
membedakan mainanku dari warna-warnanya. Ketika aku tak kunjung belajar membaca, orang
tuaku membawaku ke rumah sakit dan akhirnya mengetahui kekuranganku.
Aku melihat segalanya! Aku melihat kamar dokter mata, dinding, langit-langit, tanganku, dan
orang-orang yang ada di ruangan. Aku melihat ayah, ibu, dokter, dan para perawat. Dengan
takjub aku melihat warna mata ayahku untuk pertama kalinya.
Namun untuk pertama kalinya pula aku masih melihat beberapa orang di ruangan tetaplah
samar, gelap, dan kabur. Mereka ada banyak dan aku tahu mereka mengawasiku seperti aku
mengawasi mereka.
INTERN TEACHER
GURU MAGANG
Suatu hari seorang calon guru melakukan magang di sebuah SD di Jepang. Ini adalah kali
pertamanya mengajar, sehingga ia merasa sangat gugup. Untunglah murid2nya sangat ramah
dan dengan waktu cepat ia sudah merasa dekat dengan murid2nya.
Namun beberapa hari sebelum masa magangnya berakhir, salah seorang anak perempuan di
kelasnya meninggal bersama kakak laki2nya. Mereka sedang tertidur di lantai dua saat api
menelan rumah mereka. Hanya kedua orang tuanya dan adik mereka yang masih bayi yang
tidur di lantai satu mereka menyelamatkan diri.
Teman2 sekelasnya shock dan menangis tersedu-sedu saat upacara pemakaman mereka.
Setelah pemakaman, sang guru magang melihat-lihat lukisan yang dibuat oleh gadis itu sebagai
tugas kelas seni. Temanya adalah keluarga. Di sana ia menggambar rumah dan keluarganya. Ia
dan kakaknya sedang melambaikan tangannya dari jendela lantai dua. Sementara ayahnya
sedang menggendong bayi mereka, bersama dengan ibunya yang sedang menyirami tanaman
di halaman.
A SHORT NAP
TIDUR SIANG
Aku sangat lelah. Memiliki dua anak di bawah umur 3 tahun sangat menguras tenagaku. Aku
tenggelam ke dalam sofa dengan penuh rasa syukur, mematikan televisi, dan benar-benar
menikmati suasana tenang yang langka ini. Aku pasti tertidur karena kelelahan sebab hal
berikutnya yang aku tahu, suamiku yang baru pulang kerja menggoncang-goncangkan bahuku.
Aku segera panik, melompat dari sofa, dan meninggalkan suamiku yang dalam kondisi
kebingungan melihat reaksiku. Aku berlari ke arah lorong. Detak jantungku memuncak ketika
aku mencapai pintu di sebelah kanan. Aku berdoa, berharap aku salah.
Ketika aku tiba di rumah sepulang sekolah, tidak ada seorangpun di sana. Ayah dan ibuku masih
belum pulang. Seperti biasa, setelah mengunci pintu, akupun pergi ke kamarku. Aku kemudian
menutup pintu dan berganti baju di dalam kamar. Saat hendak membuka pintu, aku terkejut.
Pintu kamarku tak mau membuka.
Aku tak mengunci kamarku, jadi seharusnya pintu itu terbuka dengan mudah. Mungkin saja
pintuku rusak, namun pikiran bahwa “ada seseorang menahan pintuku dari luar” membuatku
takut.
Untunglah kamarku terletak di lantai satu dan sambil membawa telepon genggam, akupun
keluar dari jendela. Saat aku berada di luar, beruntung aku bertemu ibuku yang baru saja tiba di
depan rumah.
“Ibu ... pintu kamarku ...mungkin ada orang...” aku berkata dengan terbata-bata karena masih
ketakutan.
Namun ibuku justru tertawa. Ia tak mempercayaiku. Kamipun masuk dan ibu mencoba
membuka pintu kamarku. Ternyata pintu itu terbuka dengan sangat mudah.
“Lihat, bisa kan? Jangan berpikir yang aneh-aneh. Rumah ini sudah tua, jadi wajar kalo pintu ini
sudah rusak.”
Akupun masuk dan ibuku meninggalkan rumah sambil tertawa. Dengan perasaan malu, aku
membuka kunci jendela dan menatap ke luar. Angin berhembus di wajahku dan aku mulai
tertawa. Ah, mana mungkin ada orang mesum masuk ke kamarku? Hari masih siang bolong
begini.
FIDGETING
GUGUP
Aku bekerja di sebuah restoran. Larut malam, saat restoran ini sedang sepi, aku melihat
sepasang muda-mudi. Sepertinya mereka berpacaran. Sang gadis tampak antusias bercerita
pada sang laki-laki. Namun sang laki-laki sebaliknya, ia tampak sangat gugup. Bahkan tingkah
lakunya sangat mencurigakan. Ia sama sekali tak tersenyum dan hanya mengetuk-ngetukkan
jarinya ke atas meja.
Irama itu sangat catchy sehingga mudah kuingat. Mereka duduk di sana beberapa lama, hingga
suatu saat mereka memutuskan pergi. Aku merasa bersalah, mereka mungkin merasa agak
terganggu sebab sejak tadi aku terus memandangi mereka.
Saat membayar bon di kasir, sang gadis tersenyum sangat manis kepadaku, sementara sang pria
dengan tatapan tajam menatap ke arahku sebelum akhirnya pergi. Ups, apa ia merasa
cemburu? Benar-benar pria yang aneh (mungkin depresi). Entah mengapa, perasaanku menjadi
tidak enak. Aku harap gadis itu baik-baik saja.
NECKTIE
DASI
“Gubrak!!!”
“Hah? Suara apa itu?” seruku. Suara itu datang dari kamar ayahku di lantai atas. Aku segera
berlari ke atas dan menemukan ayahku berada di lantai.
Ayahku hanya tertawa, “Ya, ayah barusan jatuh dari kursi.” Di samping ayah memang tergeletak
sebuah kursi yang terguling ke samping. Namun melihat ayahku, aku justru tertawa terbahak-
bahak. Ayah hanya memakai kaos jersey dan celana pendek, namun ia juga memakai dasi.
Wajah Ayah memerah, “Jangan cerita pada ibumu ya? Ayah sangat malu.”
Setelah membantu ayahku berdiri, akupun meninggalkan kamarnya. Aku tak sabar untuk
menceritakannya pada ibu kalau ia pulang nanti. Aku tahu ayah dan ibu sedang bertengkar
hebat, namun aku yakin ibu juga pasti tertawa terbahak-bahak jika menemukan ayah nanti.
THE HAUNTING
DIHANTUI
Sejak awal bulan lalu, aku selalu memimpikan mimpi yang sama. Di mimpi itu, aku memimpikan
sebuah rumah yang sangat besar dan indah. Dalam mimpiku, aku berada di depan rumah itu
lalu masuk dan menjelajahinya. Aku pergi ke ruang tamu dan dapur, kemudian naik ke lantai
dua dan menjelajahi kamar tidurnya. Aku selalu berpikir bahwa mungkin aku pernah berada di
rumah itu dan ingatan itu tertanam dalam alam bawah sadarku. Namun anehnya, aku sama
sekali tak ingat pernah melihat rumah itu sebelumnya.
Suatu malam ketika aku sedang berkendara pulang dari kantorku, aku memutuskan untuk
mengambil jalan pintas. Jalan itu melewati hutan pinus yang lebat. Rasa takut mulai
menghinggapiku kettika kegelapan malam mulai menyelimutiku. Namun di antara bayangan-
bayangan pohon, aku melihat sepercik cahaya di kejauhan dan akupun mendekatinya. Aku
terkejut, ternyata itu rumah yang ada di dalam mimpiku!
Aku berhenti di depan rumah itu dan turun ke mobil. Rumah ini tak salah lagi adalah rumah
dalam mimpiku! Ada tulisan “Rumah Dijual” di situ. Rumah ini adalah rumah yang sangat bagus
dan akupun tertarik membelinya. Terasa seperti deja vu ketika aku berjalan ke muka rumah dan
mengetuk pintunya.
“Kenapa?”
“Dihantui?” aku nyaris tertawa, aku tak pernah percaya dengan hantu.
“Maafkan saya, tapi saya tak melihatnya.” gadis itu menjawab dengan iba.
“Apa kau melihat anakku?” ia kemudian bertanya pada polisi dengan nada ketakutan.
“Tidak, bu ... kami tidak melihatnya. Namun kami akan mencarinya segera!” polisi itu segera
menghubungi kantornya dengan radionya, sambil berusaha tidak menatap mata wanita itu
yang sembab oleh air mata.
“Tolong ... tolong katakan dimana anakku ...” tanyanya pada tetangganya yang tinggal di
sebelah rumahnya.
“Maaf, kami belum melihatnya ...” jawab sang tetangga dengan kasihan.
Wanita itu mencari di segala penjuru jalan sambil berteriak, “Dimana anakku!” Ia menangis dan
menjambak rambutnya dengan putus asa. Semua orang di lingkungan tempat tinggalnya
berusaha untuk membantu mencarinya, namun percuma. Mereka tak menemukan anak itu
dimanapun.
Dua minggu setelah itu, wanita itu masih saja mencari anaknya. Tetangga-tetangganya
bertambah iba karena menganggap wanita itu telah menjadi gila karena kehilangan anaknya.
Ia akhirnya pergi ke kantor polisi,
Polisi yang bekerja di meja depan hanya menghela napas, “Maaf Bu ...”
Sang ibu berjalan dengan lunglai ke rumah. Namun begitu sampai di dalam, ia segera menutup
pintunya sambil tersenyum.
MURDER
PEMBUNUHAN
Hari ini aku mengundang temanku, A, untuk bermain game di rumah. A dan aku bermain game
hingga larut malam. Akhirnya kami lelah dan memutuskan menonton televisi. Malam itu sangat
membosankan karena semua acara prime time sudah habis dan yang tertinggal hanyalah acara
berita. Namun ada satu berita yang menarik perhatianku,
“Pagi ini di Chiyoda terjadi sebuah kasus pembunuhan misterius. Korbannya adalah seorang
guru karate dan tubuhnya ditemukan terpotong-potong. Perlu diingat bahwa senjata
pembunuhnya belum ditemukan jadi sangat sulit bagi polisi untuk melacak pelaku sebenarnya
..”
“Wah seram sekali. Bukankah tempat tinggalmu di Chiyoda? Berhati-hatilah!” kataku pada A.
A hanya tertawa, “Hahaha, menakutkan sekali, ada pembunuh berantai berkeliaran ...”
“Aku serius. Mungkin ia mengincar jago bela diri. Bukankah kau juga ahli judo?”
“Ya...ya...ya...justru karena aku ahli judo, aku bisa membela diri kalau bertemu dengannya. Eh,
hari sudah malam, aku pulang saja.”
“Hahaha....aku sama sekali tak takut dengan pembunuh yang berkeliaran membawa pisau
dapur. Bye!”
LIVING ALONE
TINGGAL SENDIRI
Aku bertengkar hebat dengan orang tuaku dan akhirnya memutuskan untuk tinggal sendiri
sejak dari sekarang. Hari pertama aku hidup mandiri, aku memulainya dengan hal-hal biasa,
seperti sarapan, mandi, dan kemudian bersiap berangkat. Oh ya, hampir lupa ... aku harus
membuang sampah. Akupun keluar dari rumah dan menyapa tetanggaku yang selalu meyirami
tanamannya setiap pagi. Aku kemudian mengunci pintu kemudian berangkat. Benar-benar hari
pertama yang sempurna!
VANDALISM
VANDALISME
Belakangan ini aku mengalami kejadian tak mengenakkan. Begitu aku pulang, kamarku selalu
saja acak-acakan. Tak ada yang hilang sih, tapi ini mulai mengangguku . akhirnya aku
memutuskan untuk memasang kamera CCTV di pojok kamarku.
Ketika aku pulang hari ini, akupun mengecek isinya. Awalnya tak ada apapun yang terjadi,
namun kemudian aku melihat kenop pintuku berputar. Pintu kamarku terbuka dan seorang
wanita, sambil membawa pisau di tangannya, masuk ke dalam kamarku. Sambil tertawa-tawa ia
mengobrak-abrik seisi kamarku dan kemudian bersembunyi di dalam lemari.
Di dalam video, seseorang kembali memutar kenop pintu dan membukanya. Itu aku
FIREWORKS
KEMBANG API
Malam itu aku menyaksikan kembang api dari lantai atas sebuah gedung bersama sahabatku.
“Hei, maafkan aku akhirnya jadian dengan mantanmu,” katanya, “Aku merasa seperti orang
jahat, merebutnya darimu.”
“Ah tidak apa-apa.” Jawabku, “Dia kan sudah memilihmu. Aku justru senang.”
“Oh, begitu. Syukurlah kamu tidak marah. Selamat tahun baru...”
“Selamat tahun baru!” aku berkata sambil menepuk punggung sahabatku itu.
TEST OF COURAGE
UJI NYALI
Saat OSPEK, kami semua diharuskan mengikuti uji nyali di sebuah pemakaman tua. Kami dikirim
berdua-dua untuk melintasi kuburan tersebut untuk menguji keberanian kami. Aku dan
temanku sangat ketakutan karena saat itu sudah tengah malam.
Begitu sampai di kamp, kami berdua tertawa sambil menunjukkan tangan kanan kami yang
membiru. Pasti karena kami berpegangan tangan terlalu erat saking takutnya. Kalau dipikir-pikir
hal itu sangat konyol. Tak ada alasan bagi kami ketakutan seperti itu sebab tak ada satupun hal
seram terjadi pada kami malam itu.
Aku terbangun tengah malam dan merasakan suatu perasaan tak enak.
Aku menyalakan lampu mejaku dan melihat genangan darah yang sangat banyak di selimutku.
Aku menjerit dan berlari keluar kamarku. Aku buru-buru turun ke lantai bawah dan melihat
Buddy, anjingku, kini terbaring bersimbah darah di dasar tangga. Aku hendak keluar melalui
pintu depan ketika aku mendengar suara di ruang makan. Pembunuh itu masih ada di sini!
Aku segera berlari ke atas lagi untuk menemukan orang tuaku, berharap mereka masih hidup.
Aku membuka pintu kamar orang tuaku dan melihat kolam darah di lantai. Darah menetes dari
atas tempat tidur dimana kedua orang tuaku terbaring tak bernyawa.
Aku mendengar sang pembunuh naik ke atas. Pelan namun pasti, ia membuat suara decitan
ketika kakinya menginjak anak tangga yang terbuat dari kayu.
Aku bernapas lega. Itu bukan pembunuh, ternyata itu pria berseragam polisi.
Aku hendak berlari ke arahnya, meminta tolong. Namun ia justru bergerak mundur ketika ia
melihatku.
Kemudian ia berkata dengan suara tegas sambil berusaha meraih pistol yang ada di sabuknya.
“Nak, tenanglah dan berikan kepadaku pisau itu!”
Kami baru saja pulang kantor dan karena malam ini cukup dingin, temanku memutuskan
membeli sesuatu yang hangat dulu di warung.
Saat aku berdiri di luar menunggunya, aku bertabrakan dengan seorang anak kecil.
“Oh maaf,” kataku, walaupun anak itu yang menabrakku. Namun anak itu tetap saja berlari
tanpa bahkan melihat ke arahku. “Dasar anak sekarang,” pikirku, “Diajari apa sama orang
tuanya?” Lagipula malam-malam begini mengapa anak sekecil itu berada di luar rumah?
Tiba-tiba seorang wanita berlari dengan tergopoh-gopoh ke arahku, “Apa anda melihat anak
saya?” tanyanya.
Temanku kemudian keluar dan kamipun melanjutkan perjalanan. Karena sangat mengantuk,
aku segera tertidur. Namun paginya, aku menemukan berita mengejutkan di koran bahwa
seorang ibu yang memiliki seorang anak ditemukan terbunuh di rumahnya malam itu. Yang
membuatku kaget, peristiwa ini terjadi tak jauh dari warung dimana temanku membeli
minuman hangat tadi malam. Ah, semoga saja wanita itu bukan ibu yang kutemui tadi malam.
Kasihan jika benar. Lingkungan ini benar-benar tidak aman. Aku harus pindah secepat mungkin.
FLU
“Yah, jadi seksi ya?” temanku tertawa, “Aku sedang sakit flu.”
“Oh ya, aku ingin mengingatkanmu. Kau sudah baca berita belum? Ada pembunuh berkeliaran
di kota ini. Ia suka membunuh korbannya diam-diam dengan masuk ke rumah mereka dan
mencekik mereka dari belakang. Kau harus berhati-hati!”
“Kau tinggal sendirian kan? Lagian kau juga lagi sakit begitu. Bagaimana jika kau ke rumahku
saja biar aman?”
“Oh, tak apa-apa? Nanti kau tertular?”
“Ah, aku sudah kebal. Bagaimana? Paling tidak ada yang merawatmu di sini.”
“Oke. Eh, aku lupa dimana rumahmu hehehe. Maaf, aku pusing sekali, tak bisa berpikir.”
“Bagaimana sih, kita kan tetangga? Aku tinggal di Blok B nomor 5 di kompleks barat rumahmu.”
PARROT
KAKATUA
Aku mulai kesepian karena terlalu lama tinggal sendirian. Karena itu, aku memutuskan
memelihara seekor burung kakatua. Kakatua itu mulai meniru semua perkataanku, bahkan
menyapaku tiap hari. Tiap pagi ia selalu berkata, “Ohayou” (selamat pagi) dan tiap malam
ketika aku pulang kerja, ia selalu berkata, “Welcome.” (selamat datang). Benar-benar burung
yang pintar.