Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan Media Audio Visual Pada Mata Pelajaran Ips SMP Muhammadiyah 2 Kadungora Kabupaten Garut
Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan Media Audio Visual Pada Mata Pelajaran Ips SMP Muhammadiyah 2 Kadungora Kabupaten Garut
Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Dengan Menggunakan Media Audio Visual Pada Mata Pelajaran Ips SMP Muhammadiyah 2 Kadungora Kabupaten Garut
PENDAHULUAN
dalam proses belajar seperti metoda, sarana dan prasarana (media pembelajaran),
berasal dari siswa, guru maupun sarana dan prasarana yang ada, minat dan
motivasi siswa yang rendah, kinerja guru yang rendah, serta sarana dan prasarana
Saat sekarang ini sistem pembelajaran harus sesuai dengan kurikulum yang
pendidikan tidak hanya ditekankan pada aspek kognitif saja tetapi juga afektif dan
psikomotorik.
meliputi faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal yang dialamai oleh
1
menyimpan perolehan hasil belajar, kemampuan menggali hasil belajar yang
tersimpan, kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar, rasa percaya diri
siswa, intelegensi dan keberhasilan belajar, kebiasaan belajar dan cita-cita siswa.
Faktor-faktor internal ini akan menjadi masalah sejauh siswa tidak dapat
menghasilkan tindak belajar yang menghasilkan hasil belajar yang baik. (Dimyati
lingkungan siswa di sekolah, dan kurikulum sekolah. Dari sisi guru sebagai
Mudjiono, 2002)
Selain itu, IPS sebagai disiplin ilmu yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap
pembelajaran efektif yang diambil dari teori pendidikan modern menjadi salah
satu intrumen penting untuk diperhatikan agar pembelajaran tetap menarik bagi
Tujuan utama IPS adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental
2
positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil
mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya
tepat, metode yang efektif, media dan sumber pembelajaran yang relevan serta
proses evaluasi yang dapat mengukur tingkat pencapaian proses dan hasil
Hasil belajar yang merupakan daya serap siswa yang berupa kemampuan
pedoman untuk menaikan siswa ke kelas yang lebih tinggi dan menerima siswa
atau mahasiswa baru. Oleh karena itu, mutu pendidikan yang digambarkan dalam
hasil belajar bidang studi IPS masih sangat perlu segera ditingkatkan, terutama
Media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu guru
memperkaya wawasan anak didik. Aneka macam bentuk dan jenis media
pendidikan yang digunakan oleh guru menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi
3
anak didik. Dalam menerangkan suatu benda, guru dapat membawa bendanya
seiring dengan penjelasan mengenai benda itu, maka benda itu dijadikan sebagai
sumber belajar.
sumber belajar bagi anak didik. Sehingga kegiatan pendidikan cenderung masih
teknologi, yang disepakati sebagai media itu, tidak hanya sebagai alat bantu,
tetapi juga sebagai sumber belajar dalam proses belajar mengajar. Media sebagai
sumber belajar diakui sebagai alat bantu auditif, visual, dan audiovisual.
Penggunaan ketiga jenis sumber belajar ini tidak sembarangan, tetapi harus
hal itu, disarankan kembali agar tidak memaksakan diri untuk membelinya, tetapi
4
media pendidikan dan dengan pemakaian keterampilan yang memadai untuk
tercapainya tujuan. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa
penglihatan dan indra pendengaran. Umar Hamalik (1986) dan Sudirman, dkk
dari satu indra akan berpengaruh terhadap kualitas informasi yang diterima, dan
diterima.
5
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini
Untuk memberi arah yang jelas tentang maksud dari penelitian ini dan
berdasar pada rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian ini
baik secara teoritis maupun secara praktis. Berikut penulis kemukakan manfaat
1. Secara Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pembuktian bahwa
6
hasil belajar siswa. Terlebih lagi penggunaan media audio visual yang
2. Secara Praktis
k. Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam menyeraf informasi yang ada.
diteliti, di bawah ini akan diterangkan secara operasional beberapa istilah teknis
7
produk (Soetisna, 2000:47). Guru merupakan pekerjaan atau jabatan
dengan baik.
Hasil belajar siswa yaitu adanya perubahan tingkah laku pada aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil belajar siswa yang dimaksud dalam
penellitian ini adalah sebagai akibat dari penggunaan media Audio Visual
suara dan gambar, dimana dalam proses penyerapan materi melibatkan indra
3. Pembelajaran IPS
dari mata pelajaran yang lain, demikian juga mata pelajaran Pengetahuan
antara lain :
8
b. Materi kajian Pengetahuan Sosial berarti dari struktur keilmuan sosiologi,
Sosial.
hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas
9
dan ekonomi tergolong ke dalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas-
agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap
terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa
BAB 2
10
KAJIAN PUSTAKA
akibat dari interaksi antara siswa dengan sumber-sumber atau obyek belajar baik
belajar tersebut dapat dihayati (dialami) oleh orang yang sedang belajar. Selain itu
kegiatan belajar juga dapat di amati oleh orang lain. Belajar yang di hayati oleh
dilakukan oleh pembelajar (guru). Pada satu sisi, belajar yang di alami oleh
pebelajar terkait dengan pertumbuhan jasmani yang siap berkembang. Pada sisi
lain, kegiatan belajar yang juga berupa perkembangan mental tersebut juga
didorong oleh tindakan pendidikan atau pembelajaran. Dengan kata lain, belajar
ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa pembelajar. Dari segi siswa, belajar
suatu hasil belajar sebagai dampak pengajaran. (Dimyati & Mudjiono, 2002).
11
tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu
terjadinya atau terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa
manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang
suatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar.
12
8. Faedah Bagi masyarakat Bagi Bagi pembelajar
mencerdaskan pembelajar memperbaiki
kehidupan mempertingi kemajuan
bangsa martabat mental
pribadi
Apakah hal-hal di luar siswa yang menyebabkan belajar juga sukar ditentukan?
Oleh karena itu, beberapa ahli mengemukakan pandangan yang berbeda tentang
belajar.
orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak
berikut :
13
Guru dapat menyusun program pembelajaran berdasarkan pandangan
Dalam menerapkan teori Skinner, guru perlu memperhatikan dua hal yang
respons ranah kognitif atau afektif. Jika yang akan dicapai adalah sekedar
“menyebut ibu kota negara Republik Indonesia adalah Jakarta,” tentu saja
(2) Kedua, membuat daftar penguat positif. Guru mencari perilaku yang
lebih disukai oleh siswa, perilaku yang kena hukuman, dan kegiatan
(3) Ketiga, memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari
14
tidak berhasil. Ketidakberhasilan tersebut menjadi catatan penting
pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i)
stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (ii) proses kognitif yang dilakukan
menjadi kapabilitas baru. Sebagai ilustrasi, siswa kelas dua SMP mempelajari
nilai luhur Pancasila. Mereka membaca berita di surat kabar tentang bencana
alam gempa bumi di Flores dan banjir di beberapa provinsi di jawa. Mereka
Menurut Gagne, belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi
15
Kondisi internal belajar Hasil Belajar
Informasi verbal
Keadaan internal dan Keterampilan intelek
Keterampilan
proses kognitif siswa motorik
Sikap
Siasat kognitif
Berinteraksi dengan
dalam kehidupan.
16
(2) Keterampilan intelekutal adalah kecakapan yang berfungsi
masalah.
tahap yang meliputi sembilan fase. Tahapan itu sebagai berikut : (i)
17
umum. Adanya tahap dan fase belajar tersebut mempermudah guru
dengan bidang studi dan kondisi kelas yang sebenarnya. Guru dapat
memodifikasi seperlunya.
18
(Belajar Menurut Pandangan Gagne)
melalui tahap-tahap berikut. (i) sensori motor (0: 0-2; 0 tahun), (ii) pra-
opterasional (2: 0-7; 0 tahun), (iii) operasional konkret (7: 0-11: 0 tahun), dan
and error”. Pada tahap operasi formal anak dapat berpikir abstrak seperti
19
yaitu pengetahuan fisik, pengetahuan logika-matematik, dan pengetahuan
sosial.
Dalam fase aplikasi konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gelaja
(1) Langkah satu : Menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak
(b) Topik manakah yang cocok untuk pemecahan masalah dalam situasi
kelompok?
(c) Topik manakah yan dapat disajikan pada tingkat manipulasi secara
nictode eksperimen?
20
(d) Apakah masalah tersebut merupakan masalah yang tidak dapat
(e) Apakah aktivitas itu dapat menghasilkan aktivitas fisik dan kognitif?
dipelajari?
jika”?
pertanyaan spontan?
(b) Segi kegiatan manakah yang tidak menarik, dan apakah alternatifnya?
dipelajari?
(d) Apakah kegiatan itu dapat dijadikan modal untuk pembelajaran lebih
lanjut?
21
Secara singkat, Piaget menyarankan agar dalam pembelajaran guru
pengajaran, bukan pada siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh
(1) Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan wajar untuk belajar. Siswa
(4) Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang
(5) Belajar yang optimal akan terjadi, bila siswa berpartisipasi secara
22
untuk belajar kreatif, self evaluation dan kritik diri. Hal ini berarti bahwa
sungguh-sungguh.
yang perlu dilakukan oleh guru. Saran pembelajaran itu meliputi hal berikut :
(1) Guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar
secara terstruktur,
learning).
pandangan yang ada. Untuk kepentingan pembelajaran, para guru dan calon
guru masih harus mempelajari sendiri dari psikologi belajar. Di samping itu,
para guru masih perlu memilih teori yang relevan bagi bidang studi
23
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran
mengajar.
keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya.
1. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, dan ini masih lagi
a. Faktor-faktor non-sosial
24
(pagi, siang atau malam), tempat (letaknya, pergedungannya), alat-alat
yang dipakai untuk belajar (alat tulis, buku, alat peraga, dan sebagainya
b. Faktor-faktor sosial
(semua manusia), baik manusia itu hadir maupun kehadirannya itu dapat
belajar itu; misalnya kalau satu kelas murid sedang melaksanakan ujian,
seseorang sedang belajar di kamar, satu atau dua orang hilir mudik keluar
mungkin juga orang lain itu hadir tidak secara langsung atau dapat
seseorang.
2. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, dan ini pun dapat lagi
a. Faktor-faktor fisiologi
Faktor-faktor fisiologi ini masih dapat lagi dibedakan menjadi dua macam,
yaitu :
25
1) Keadaan tonus jasmani pada umumnya
jasmani yang lelah lain pengaruhnya dari pada yang tidak lelah.
Dalam hubungannya dengan hal ini ada dua hal yang perlu
dikemukakan yaitu :
(a) Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan
indra.
b. Faktor-faktor psikologi
1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas
2) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru,
dan teman-teman.
3) Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan
usaha yang baru, baik dengan kooperasi maupun kompetensi
4) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai
pelajaran
5) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar.
26
2.2 Media Pembelajaran
1. Pengertian Media
Media pengajaran atau alat peraga lebih dikenal sebagai salah satu alat
bantu pengajaran. Dikatakan sebagai alat karena fungsinya sebagai alat untuk
bantu tersebut merupakan cara untuk menyajikan suatu materi pelajaran melalui
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian
siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi dengan efektif
dan efisien.
berasal dari bahasa Latin dengan bentuk jamak medium yang berarti perantara,
maksudnya segala sesuatu yang membawa pesan dari suatu sumber untuk
pengertian bahwa ”media adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam
rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa
27
Menurut Subiakto (1993 : 206), yang dimaksud dengan alat atau media
dalam pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah segala alat yang dapat
digunakan oleh guru atau pengajar serta pelajar untuk mencapai tujuan-tujuan
Pengetahuan Sosial adalah suatu alat atau perantara yang dipergunakan oleh guru
penerima sehingga dapat merangsang minat dan perhatian siswa dalam kegiatan
peranan penting sebagai alat bantu untuk menciptakan proses belajar mengajar
ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain: tujuan, bahan, metode, dan
alat serta evaluasi. Unsur metode dan alat atau media merupakan unsur yang tidak
bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang berfungsi sebagai cara atau teknik untuk
tujuan, media atau alat memegang peranan yang sangat penting, sebab dengan
adanya media tersebut bahan pelajaran dapat dengan mudah dipahami oleh siswa.
berpendapat:
28
Namun hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan media dalam
pengajaran adalah prinsip tidak ada satu media pun yang paling baik untuk
dengan tujuan, kemampuan siswa, sifat materi, dan kemampuan guru dalam
menjalankan media tersebut. Jadi, sebenarnya tidak ada suatu media pun yang
Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa media merupakan suatu alat yang
yang dimaksud dengan media pengajaran bahasa Indonesia adalah alat yang dapat
dipergunakan oleh guru dan siswa dalam proses belajar mengajar untuk mencapai
perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar
mengajar terjadi.
cara pembelajaran dengan menggunakan media yang mengandung unsur suara dan
gambar, dimana dalam proses penyerapan materi melibatkan indra penglihatan dan
29
pembelajaran; 3) menambah pengayaan dalam belajar; 4) menunjuka hubungan –
1. Media auditif yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja,
2. Media visual yaitu media yang hanya mengandalkan indera penglihatan dalam
wujud visual.
3. Media audio visual yaitu media yang mempunyai unsur suara dan gambar.
ilmu pengetahuan dalam diri kita itu diawali melalui proses indra. Menyadur
pengetahuan bisa di terima oleh indra kita ternyata memiliki tingkatan prosentase
30
Aristoteles mengusulkan bahwa model pendidikan awal berasal dari
Penggabungan indra-indra dalam proses belajar akan menambah daya serap siswa.
keterlibatan indra penglihatan dan pendengaran dan juga suasana diri (mood)
sehingga akan memudahkan dalam penyerapan informasi yang pada akhirnya akan
dasar dan menengah, oleh karena itu lahirlah Pendidikan IPS (dan Pendidikan
IPA). Istilah ini adalah penegasan dan akibat dari istilah IPS-IPA saja agar bisa
(1991: 47), ”mata pelajaran ilmu-ilmu sosial sendiri, sudah ada jauh sebelum
digunakan istilah IPS seperti yang terdapat dalam kurikulum 1962 dan 1968”.
Istilah lain yang muncul selain dari nama Pendidikan IPS ini adalah Studi
Sosial. Istilah ini diperkenalkan di Indonesia pada Tahun 1971, pada ‘Seminar
istilah “Social Studies” yang telah digunakan di Amerika untuk mata pelajaran ini
dalam kurikulum Sekolahnya” (Al Mukhtar, 1991: 48). Kendatipun istilah ini
tidak dijadikan nama bagi Pendidikan IPS, namun menurut Al Mukhtar, istilah ini
31
Nama-nama lainnya yang identik dengan penamaan Pendidikan IPS
(PIPS) dan Studi Sosial ini masih menurut Al Mukhtar (2001; 24-49), adalah Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS), Pendidikan Ilmu Sosial (PIS), dan Ilmu Sosial Dasar
(ISD). Setiap istilah yang digunakan, merupakan cerminan dari dasar pemikiran
serta visi, misi dan arah pengembangannya, terutama tujuan dari setiap program.
Namun, secara umum orang mengidentikkan IPS dan PIPS adalah sebutan untuk
program pendidikan IPS di tingkat dasar dan menengah, sedangkan Studi Sosial,
Pendidikan Ilmu Sosial dan Ilmu Sosial Dasar, adalah nama-nama untuk program
perbedaannya terdapat dalam segi kedalaman dan keluasan isi materi, serta tujuan
Perbandingan pendidikan IPS untuk tingkat Dasar dan Menengah dan di Perguruan
Pendidikan IPS untuk tingkat Dasar dan Pendidikan IPS untuk FPIPS dan
Menengah jurusan IPS FKIP
Pendidikan IPS merupakan Pendidikan IPS adalah seleksi dari
penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan struktur disiplin akademik ilmu-ilmu
modifikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu sosial yang diorganisasikan dan
sosial yang diorganisasikan dan disajikan disajikan secara ilmiah (dan psikologis)
secara ilmiah dan pedagogis psikologis untuk mewujudkan tujuan pendidikan
untuk tujuan institusional pendidikan dasar FPIPS, dalam kerangka pencapaian
dan menengah, dalam kerangka tujuan pendidikan nasional yang
mewujudkan tujuan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila.
yang berdasarkan Pancasila.
Perbandingan Pend. IPS untuk tingkat Dasar & Menengah dengan di Perguruan
Tinggi.
32
Di sekolah-sekolah Amerika sendiri yang sampai saat ini dianggap
sebagai salah satu sumber utama dalam pendidikan IPS (studi sosial) di Indonesia
yang bertujuan membentuk warga negara yang baik melalui penanaman nilai-
memandang IPS sebagai Ilmu Sosial yang bertujuan untuk membentuk warga
penguasaan konsep ilmu sosial, proses dan problem sosial. Ketiga memandang
IPS sebagai Reflektif Inkuiri yang bertujuan untuk membentuk warga negara
yang baik melalui kesiapan dalam proses penelitian yang mana pengetahuan itu
Penggunaan metode pada ketiga pendekatan IPS ini pun sangat berbeda
antara satu dengan yang lainnya. Pada pendekatan IPS sebagai pendidikan
konsep dengan teknik membaca, ceramah dan membahas tanya jawab dan
diserahkan pada tiap ilmu itu sendiri, karena tiap-tiap ilmu sosial tersebut
33
keputusan secara terstruktur dan disiplin, yang bertujuan untuk mengidentifikasi
sikap dan kepercayaan. Pada pendekatan IPS sebagai pendidikan ilmu sosial,
materinya yang tepat adalah mengajarkan struktur, konsep, problem dan proses-
proses ilmu sosial. Sedangkan pada pendekatan IPS sebagai reflektif inkuiri
(2001: 73, 92 dan 103), juga mencatat beberapa definisi dari Social Study
(Pendidikan IPS) ini, termasuk menurut Somantri sendiri adalah sebagai berikut:
34
nisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk
tujuan pendidikan.
4. Menurut versi IPS jurusan Pendidikan IPS :
Pendidikan IPS adalah seleksi dari disiplin-disiplin ilmu sosial dan
humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan
disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.
antara satu dengan yang lainnya, namun dilihat dari substansinya, tampak jelas
1. Karakteristik IPS
Setiap mata pelajaran tentu memiliki karakteristik yang membedakan
dari mata pelajaran yang lain, demikian juga mata pelajaran Pengetahuan
35
a. Pengetahuan Sosial merupakan perpaduan antara sosiologi, geografi,
masyarakat.
36
a. Sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan
keperluan.
potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di
ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi
berikut:
kebudayaan masyarakat.
b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan
berkembang di masyarakat.
37
d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta
membangun masyarakat.
4. Nilai-nilai yang dikembangkan dalam IPS
a. Nilai Ketuhanan
transendental yang menjadi core value dari sistem nilai yang ada.
b. Nilai Edukatif
adalah adanya perubahan tingkah laku sosial peserta didik kearah yang
lebih baik. Proses pembelajaran IPS tiidak hanya terbatas di kelas dan
sekolah pada umumnya melainkan lebih jauh dari itu dilaksanakan dalam
kekhidupan sehari-hari.
c. Nilai Praktis
Pembelajaran tidak memiliki makna yang dalam jika tidak memiliki nilai
praktis. Pokok bahasan IPS tidak hanya konsep teoritis belaka, melainkan
38
d. Nilai Teoritis
Pembelajaran IPS tidak hanya menyajikan fakta dan data yang terlepas dari
f. Nilai Kemanusiaan.
39
menyimpan, dan memproduksi kesan-kesan tentang hal-hal yang
disusun dari berbagai cabang ilmu dalam rumpun ilmu sosial. Pengembangan
pembelajaran terpadu, dalam hal ini, dapat mengambil suatu topik dari suatu
atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik secara terpisah maupun dalam
design), yakni semua sumber yang secara khusus telah dikembangkan sebagai
40
terarah dan bersifat formal, serta dirancang untuk kepentingan pembelajaran
utilization), yakni sumber belajar yang tidak secara khusus didesain untuk
1) Pesan, yaitu informasi yang terdapat di dalam bahan ajar yang sudah
2) Orang, iaitu semua yang terlibat langsung atau tidak langsung dalam proses
sebagainya.
41
5) Teknik, yaitu semua cara, metode dan strategi yang digunakan untuk
menyampaikan pesan agar dapat diterima oleh khalayak dengan efektif dan
ormas, LSM, kelompok pencapir, dll), dan budaya (adat istiadat, seni
Komponen Yang
Yang Direncanakan
No. Sumber Dimanfaatkan
(by design)
Pembelajaran (by utilization)
Cerita Rakyat
Kurikulum
1. Pesan Nasihat
Matei pelajaran, dll.
Dongeng, dll.
Sejarawan
Guru Petani
2. Orang
Kepala Sekolah Pengrajin
Pengusaha, dll.
42
Buku Teks/Bahan
Ajar
Program : Candi
OHP Arca
3. Bahan
Museum
Audio
Internet
Video
Komputer, dll
Proyektor
OHP/Slide/
Tape Recorder Mesin jahit\
4. Peralatan VCD player Mobil
Kamera Traktor, dll.
Film
Radio, Televisi, dll.
Metode :
Ceramah Dialog interaktif
Dialog spontan
Diskusi
5. Teknik Diskusi spontan
Tanya Jawab
Pertanyaan
Simulasi spontan, dll.
Inquiri, dll.
Hutan,
Ruang kelas
Orsospol, Ormas,
6. Lingkungan Perpustakaan
LSM, Kesenian,
Laboratorium, dll.
dll.
Sumber : diolah dari AECT (1977) ; Plomp dan Ely (1996);
Rumampuk (1988).
43
dan film; radio recording; gambar; foto dalam berbagai ukuran yang sesuai bagi
pembelajaran IPS; grafik, bagan, chart, skema, peta; majalah, surat kabar, buletin,
folder, pamflet, tanya jawab, cerita lisan, dan sejenisnya (Rumampuk, 1988 : 23-
dalam suatu proses pembelajaran IPS. Sedangkan software IPS, isi atau pesan
yang terdaspat dalam media dapat dijadikan content atau materi dalam suatu
proses pembelajaran IPS. Dalam pemanfaatan media sebagai software, guru IPS
tentu saja harus dapat memilah dan memilih isi atau pesan media mana saja yang
relevan atau cocok untuk diadopsi menjadi content atau dalam suatu proses
pembelajaran IPS.
a. Harus diketahui dengan jelas media itu dipilih untuk tujuan apa.
b. Pemilihan media harus secara objektif, bukan semata-mata didasarkan atas
kesenangan guru, sekedar selingan, atau hiburan. Hendaknya pemilihan media
itu benar-benar didasarkan atas pertimbangan untuk peningkatan efektivitas
belajar siswa.
c. Tidak ada satu pun media yang dipakai untuk semua tujuan. Tiap-tiap media
mempunyai kelebihan dan kekurangannya.
d. Pemilihan media hendaknya disesuaikan, baik dengan metode mengajar yang
digunakan maupun materi pelajaran, mengingat media adalah bagian integral
dalam porses pembelajaran.
e. Untuk dapat memilih media dengan cepat, guru hendaknya mengenal ciri-ciri
media itu.
f. Pemilihan media supaya disesuaikan dengan kondisi fisik lingkungan.
g. Pemilihan media juga harus didasarkan pada kemampuan, gaya/pola belajar
siswa. (Gerlach and Ely, 1980; Sleelam and Cobun, 1978 dalam Rumampuk,
1988 : 19).
44
Dari uraian diatas, pemilihan media pembelajaran selain terkait dengan
belajar siswa dan karakteristik media itu sendiri yang mampu menunjang
45
pengetahuan, pikiran-pikiran, nilai-nilai dengan maksud untuk menggugah
Dalam hal inilah maka dalam proses komunikasi melahirkan istilah-istilah seperti
proses pendidikan terjadi karena ada rencana dan ada tujuan yang diinginkan.
norma. Artinya, bahwa dalam peristiwa pendidikan, pendidik dan anak didik
tujuan secara umum. Oleh karena itu, persoalan ini akan merupakan bidang
secara normatif pendidikan dapat pula dirumuskan dari sudut secara teknis, yakni
terutama dilihat dari segi peritiwanya. Peristiwa dalam hal ini merupakan suatu
kegiatan prkatis yang berlangsung dalam satu masa dan terikat dalam satu situasi
46
serta terarah pada satu tujuan. Pertistiwa tersebut adalah satu rangkaian kegiatan
Kata pembelajaran sengaja dipakai sebagai padanan kata dari kata instruction
daripada pengajaran. Jika kata pengajaran ada dalam konteks guru-siswa di kelas
tidak dihadiri guru secara fisik. Oleh karena itu, dalam pembelajaran yang
memenipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa
47
capability which can be retained, and which is not simply ascribable to the
process of growth.”
(1)”Pilihan potensinya relative tetap yang sama sebagai hasil dari kekuatan
yang praktis. Dan (2) perubahan dalam diri manusia atau kemampuan pada
mulanya dapat ditahan dan berasal dari proses perubahan yang tidak
sederhana”.
Dari dua definisi ini ada tiga prinsip yang layak diperhatikan. Pertama,
benih kodrati untuk ditumbuhkembangkan tanpa henti. Oleh karena itu, proses
pembelajaran seyoginya menyirami benih kodrati ini hingga tumbuh subur dan
Ketiga, perubahan atau pencapaian kualitas ideal itu tidak tumbuh linear
bagian dari kehidupan itu sendiri, tetapi ia didesain secara khusus, dan diniati
demi tercapainya kondisi atau kualitas ideal seperti di atas. Ketiga hal ini
Dari ketiga hal tersebut diatas, tampak bahwa guru berposisi sebagai peran
perilaku yang relatif permanent (kualitas ideal). Guru disebut sebagai peran
pengingat, karena dengan pertimbangan bahwa siswa adalah orang yang memiliki
benih kodrati yang tidak terpisahkan dari lingkungan khidupannya, maka dalam
48
kemampuan dalam merencanakan dan menciptakan lingkungan belajar secara
satunya sumber belajar, tetapi dengan posisinya sebagai peran pengingat tadi-ia
belajar selain guru inilah yang disebut sebagai penyalur atau penghubung pesan
ajar yang diadakan dan/atau diciptakan secara terencana oleh para guru atau
Kata media sebenarnya bukanlah kata asing bagi kita, tetapi pemahaman
banyak orang terhadap kata tersebut berbeda-beda. Saat mengajar, saya sering
bertanya kepada mahasiswa tentang “apa arti media”, jawaban meraeka vriatif,
ada yang mengartikan sebagai alat informasi dan komukasi, sarana prasarana,
sehari-hari, kata itu sendiri sering digunakan orang untuk beberapa hal yang
berbeda-beda pula, misalnya sebagai ukuran (size) pakaian dan tanda pengaturan
mesin pendingin (air conditioner) yang biasa disingkat menjadi “M” sebagai
kepanjangan dan “medium”, ada juga yang memakainya dalam menjelaskan kata
“pertengahan” seperti dlam kalimat”medio abad 19” (atau pertengahan abad 19);
ada yang memakai kata media dalam istilah “mediasi”, yakni sebagai kata yang
49
biasa dipakai dalam proses perdamaian dua belah pihak yang sedang bertikai dan
lain-lain.
menopang kemudahan belajar. Hal ini selaras dengan temuan Worth (1999),
bahwa kemampuan rata-rata manusia dalam mengingat lebih kuat secara verbal
dan visual daripada verbal saja atau visual saja. Untuk lebih jelasnya disajikan di
bawah ini.
diperoleh melalui indera lihat, 13% melalui indera dengar dan selebihnya melalui
belajar”nya juga mengungkapkan bahwa kita belajar 10% dari apa yang kita baca,
20% dari apa yang kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang
kita lihat dan dengar, 70% dari apa yang kita katakan, dan 90% dari apa yang kita
Modus:
10%katakan dan lakukan. Secara visual, dapat digambarkan di bawah ini.
Verbal
20%
Yang kita ingat :
30%
50% Visual
70%
90% 50
Berbuat
baca
lihat
Lihat dan dengar
katakan katakan
katakan dan lakukan
banyak ceramah, maka siswa akan mengingat hanya 20% karena siswa Cuma
51
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
PTK, Proses Pelaksanaan Tindakan, Latar Situasi Sosial, Subjek, dan Data
mengkaji fenomena yang lebih banyak berasal dari setting/contexts alamiah yang
situasi, dan peristiwa yang terjadi sebagai objek suatu studi tentang perilaku
manusia dan fenomena sosial seharusnya dipandang dengan cara yang bermacam-
macam dan oleh orang yang berbeda-beda, serta dipahami melalui pendekatan
kualitatif ini mempunyai karakteristik, antara lain: (1) latar belakang alamiah atau
natural setting; (2) manusia sebagai alat atau instrumen penelitian dapat lebih
(5) teori dari dasar (grounded theory) melalui analisis secara induktif; (6)
52
(7) lebih mementingkan proses daripada hasil; (8) adanya “batas” yang ditentukan
oleh fokus penelitian; (9) adanya kriteria khusu untuk keabsahan data; (1) desain
planning planning
observing observing
Siklus I Siklus II
Pemilihan metode ini dilatarbelakangi atas dasar analisis masalah dan tujuan
penelitian yang memerlukan sejumlah informasi dan tindak lanjut yang terjadi di
lapangan berdasarkan “daur ulang” yang menuntut kajian dan tindakan secara
reflektif, kolaboratif, dan partisipatif. Oleh karena itu, maka penelitian ini
merupakan penelitian tindakan yang dipusatkan pada situasi sosial kelas yang
lainnya, bahwa perumusan rencana tindakan berdasarkan situasi sosial yang ada
53
dan berkembang dalam pembelajaran di dalam kelas mengingatkan serangkaian
tindak lanjut dari situasi empirik yang mendukung bagi pelaksanaan program
tindakan.
suatu kajian reflektif-diri secara inquiri, partisipasi, dan kolaborasi terhadap latar
alamiah dan atau implikasi dari suatu tindakan. Sedangkan sebagai tindakan
substantif, penelitian tindakan ditandai oleh adanya intervensi skala kecil berupa
permasalahan yang terjadi dan dialami oleh guru dalam hubungannya dengan
situasi kelas (Dunkin and Biddle, 1974; Hopkins, 1993), yang dalam
kelas. Atas dasar ini, maka penelitian tindakan kelas ini menempatkan sentralitas
dan otonomi profesional guru dalam proses refleksi terhadap kinerja dan aktivitas
mengajarnya.
54
Esensi penelitian tindakan kelas merupakan kajian terhadap konteks
situasi sosial yang dicirikan adanya unsur tempat, pelaku dan kegiatan dalam
Dalam memaknai situasi sosial kelas yang berlangsung di dalam situasi alamiah
yang menuntut sejumlah informasi dan tindak lanjut secara langsung, maka
penelitian tindakan kelas merupakan intervensi dalam skala kecil terhadap situasi
Wiriaatmadja, 2005:12).
perilaku empirik. PTK menelaah ada tidaknya kemajuan, sementara itu kegiatan
pengembalian keputusan praktis dalam situasi kongkrit, dan validasi teori atau
hipotesis yang dihasilkan tidak tergantung hanya pada uji kebenaran ilmiah
dari empat komponen sama dengan desain Lewin, di mana satu untaian
dipandang sebagai satu siklus, dan siklus pertama dapat disusul dengan siklus
berikutnya. Oleh karena itu, pengertian siklus di sini adalah suatu putaran
55
kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.
IDENTIFIKASI
PERMASALAHAN PENELITIAN
PENYUSUNAN
RENCANA TINDAKAN
SIKLUS I
Pelaksanaan
RENCANA Tindakan
Revisi Observasi
SIKLUS II Refleksi
Pelaksanaan
Tindakan
Pelaksanaan
Tindakan
SIKLUS IV
RENCANA
observasi Revisi
refleksi
Pelaksanaan
Tindakan
revisi observasi
refleksi RENCANA Pelaksanaan
Tindakan
Observasi
Refleksi
RENCANA
56
Gambar tersebut mengilustrasikan, bahwa dalam PTK (Penelitian Tindakan
Kelas; Classroom Action Reserc), daur refleksi merupakan syarat utama yang
harus dilakukan oleh peneliti agar mencapai hasil seusuai dengan apa yang
diaharapkan. Untuk itu, maka prosedur pelaksanaan PTK, terdiri dari : (1)
dilakukan; dan (6) melakukan refleksi atas apa yang telah dilakukan dan
terus menerus selama penelitian, sesuai dengan karakteristik penelitian daur ulang
Prosedur PTK berbentuk “daur ulang” atau siklus (cicle) yang mengacu
pada model Kemmis and McTaggart (Hopkins, 1993 : 48). Siklus ini tidak hanya
sebagai berikut :
1. Perencanaan
57
Perencanaan (planning) yaitu menyusun rencana tindakan dan penelitian
siswa, fakta yang terjadi, melalui proses inkuiri. Hal ini dimaksudkan untuk
menggalai keadaan yang terjadi, sehingga dapat menentukan strategi apa yang
3. Tindakan
3. Observasi
dilakukan dengan cermat oleh peneliti dan mitranya, dengan membuat catatan
lapangan. Catatan ini akan sangat berguna pada saat peneliti mengawali
4. Refleksi
58
pelaksanaan tindakan yang telah dikerjakan. Dilihat dari proses dan waktu
a. Refleksi Awal, yakni refleksi yang dilakukan pada saat dilakukan masa
program tidakan yang bertujuan untuk mengkaji proses, dan implikasi dari
unjuk kerja guru dan siswa dalam pembelajaran IPS, serta implikasi-
59
peningkatan perolehan hasil belajar siswa, baik dilihat dair pengusaan
5. Revisi
tindakan yang telah ditetapkan, peneliti dan guru mitra secara kolaboratif dan
selanjutnya.
60
1. Perencanaan Bersama (joint planning)
Perencanaan bersama ini dilakukan antara peneliti dan guru mitra tentang
1992; Hopskins, 1993). Untuk itu, rencana yang telah ditetapkan tidak bersifat
1993), yakni peneliti dan guru mitra mengamati proses pelaksanaan tindakan,
yang telah disepakati bersama oleh peneliti dan dua orang mitra peneliti.
Diskusi balikan atau refleksi kolaboratif antara peneliti dan dua orang
61
lapangan (field notes) terhadap pelaksanaan tindakan. Hasilnya, selanjutnya
lokasi situasi social yang ditandai oleh adanya tiga unsure yaitu : tempat,
pelaku, dan kegiatan. Atas dasar ini, maka dalam penelitian ini termasuk
terlibat dalam proses pembelajaran IPS, dengan siswa yang terdiri dari
VII A sebagai proyek penelitian, oleh karena itu karakterisktik kelas tersebut
sesuai dengan focus kajian penelitian ini yang dapat memberikan informasi
kearah peningkatan kualitas pendidikan dalam berbagai segi. Hal ini, antara
62
lain, ditandai dengan penataan sarana dan prasarana pendidikan yang ada di
sekolah itu sehingga dapat menjelma menjadi sebuah sekolah yang ideal
sekolah ini, sebab mereka dijadikan sentral atau subjek utama di dalam
2. Subyek Penelitian
Subyek dalam kegiatan penelitian ini adalah siswa kelas VII-A sebanyak 39
orang, terdiri dari putra sebanyak 23 orang dan putri sebanyak 16 orang.
tes hasil belajar siswa, khususnya mengenai penguasaan terhadap materi atau
63
3.7 Pengolahan Data
data berlangsung dari awal sampai akhir pelaksanaan program tindakan itu
(Suwarsih, 1994; McNiff, 1992). Dalam penelitian ini, data penelitian program
data tentang unjuk kerja guru, aktivitas belajar siswa, pola pembelajaran,
pendapat siswa dan guru tentang upaya peningkatan prestasi belajar siswa dengan
aplikasi model ini bagi pembelajaran materi atau mata pelajaran lainnya. Adapun
bahasan yang diajarkan oleh guru. Untuk itu dipergunakan analisis statistic
deskriptif.
penelitian ini.
64
diberikan kode-kode tertentu menurut jenis dan sumbernya. Selanjutnya,
(1) Latar atau Konteks Kelas, yaitu berupa informasi umum dan khusus
tentang latar fisik kelas dan latar para pelaku (guru dan siswa);
berlangsung;
(3) Aktivitas, yaitu berupa informasi tentang tindakan para pelaku, yaitu
b. Validasi Data
dengan data yang diperoleh dari sumber lain (guru, guru lain, siswa),
65
atau membandingkan data yang dikumpulkan melalui wawancara
antara guru, siswa, peneliti, dan mitra peneliti. Dari guru, dilakukan
dengan data yang dijaring melalui lembar observasi yang dilakukan oleh
data, yaitu guru dan siswa (Miles & Huberman, 1984; Nasution, 1997).
66
guru IPS yang tergabung dalam MGMP, guru-guru mata pelajaran lain,
67
BAB 4
Untuk mengetahui kondisi awal proses pembelajaran IPS di kelas VII, maka
digunakan. media dan sumber belajar, aktivitas siswa, serta kegiatan menutup
pada masa Islam di Indonesia”, sub pokok bahasan ”masuk dan berkembangnya
sekali-kali bertanya kepada siswa, dan dijawab oleh siswa secara serempak. Guru
tidak menggunakan media pembelajaran lain selain kapur dan papan tulis, sedangkan
sumber pembelajaran yang dipergunakan guru yaitu buku IPS terbitan Tiga Serangkai.
Aktivitas siswa sangat kurang, mereka hanya mendengarkan ceramah dari guru dan
68
mengakhiri pelajaran guru hanya menyampaikan salam, tanpa memberikan
pada masa kolonial Eropa”, sub pokok bahasan ”Proses masuknya bangsa-bangsa
Eropa ke Indonesia”.
menanyakan apakah ada siswa yang tidak masuk. Kemudian guru menjelaskan materi
yang digunakan adalah metode ceramah dengan sekali-kali bertanya pada siswa secara
klasikal. Guru juga tidak memanfaatkan media pembelajaran. Sumber belajar juga
sama yaitu buku IPS terbitan Tiga Serangkai. Setelah selesai menjelaskan, guru
kemudian bertanya kepada siswa apakah ada yang ditanyakan. Namun tidak mendapat
respon dari siswa, karena aktivitas siswa juga tidak jauh berbeda seperti aktivitas pada
pembelajaran sebelumnya. Karena tidak ada yang bertanya kemudian guru menyuruh
siswa mengerjalan soal dalam LKS dari penerbit. Siswa baru terlihat aktif
mengerjakan soal di LKS dari penerbit. Bagi yang telah selesai mengerjakan soal-soal,
69
Observasi ke tiga dilaksanakan pada tanggal 14 Februari 2011 dengan pokok
pada masa kolonial Eropa”, sub pokok bahasan ”Reaksi bangsa Indonesia terhadap
Pada observasi ke tiga proses pembelajaran juga masih didominasi oleh guru.
menanyakan siswa yang tidak masuk. Selanjutnya guru memberi penjelasan tentang
topik pada hari itu dan sekali-kali mengajukan pertanyaan kepada siswa secara
mengerjakan soal latihan yang ada di LKS dari penerbit. Bagi yang telah selesai
kemudian dikumpulkan dan langsung diperiksa oleh guru. Selesai diperiksa buku LKS
dari penerbit kemudian dibagikan kepada siswa. Kemudian guru mengakhiri dengan
Audio Visual
bahwa pembelajaran IPS belum terlaksana dengan baik. Hal ini nampak dari kegiatan
pembelajaran yang masih didominasi oleh guru. Guru terpaku pada materi yang
disajikan yaitu yang ada pada buku pegangan sementara siswa hanya memiliki LKS
dari penerbit sebagai buku pegangan, tidak ditunjang oleh media pembelajaran, gaya
bertanya kepada seluruh siswa dan siswa menjawab dengan serempak. Di samping itu
kondisi siswa cenderung pasif, bahkan terlihat ada beberapa siswa yang terus menerus
70
menguap dan menampakkan kejenuhan dalam belajar. Sering pula terlihat siswa yang
duduk di belakang malah asyik mengobrol dengan teman sebangkunya. Secara umum
Kegiatan inti berlangsung selama kurang lebih 60 menit, dilanjutkan dengan tes di
mana guru mendiktekan soal yang kemudian dikerjakan oleh para siswa selama
kurang lebih 15 menit (untuk pertemuan ke dua dan ke tiga). Hasil dari evaluasi siswa
dikumpulkan kepada guru. Pada orientasi kedua hasil pekerjaan siswa hanya
dikumpulkan sedangkan pada orientasi ketiga hasil kerja siswa langsung diperiksa dan
dibagikan.
Berdasarkan hasil temuan lapangan, maka pada analisis dan refleksi awal
IPS dengan baik, mampu membangkitkan semangat dan kegairahan dalam belajar,
serta tertuntut untuk kreatif dan inovatif dalam belajar. Siswa diharapkan tidak hanya
menunggu materi yang disampaikan guru, melainkan pula aktif dalam membaca dan
media audio visual dapat digunakan sebagai salah satu alternatif perbaikan proses
belajar siswa.
dukungan dari kepala sekolah dari hasil wawancara, potensi dan keinginan siswa dari
71
hasil wawancara dan pengamatan di kelas, serta dukungan dari guru IPS yang ingin
dan evaluasi.
pembelajaran ?
b. Apakah nantinya target materi IPS bisa tercapai sesuai dengan waktu yang ada ?
c. Apakah dalam merancang maupun dalam menerapkan model ini guru akan bekerja
72
Setelah dilakukan analisis dan refleksi terhadap gambaran awal pembelajaran
IPS di kelas, serta hasil diskusi dengan guru, maka diperoleh suatu kesepakatan
sebagai berikut:
c. Pelaksanaan tindakan akan dilakukan beberapa kali sampai tujuan yang diharapkan
tercapai.
d. Adanya kerjasama antara peneliti dan guru yang berperan sebagai mitra di dalam
e. Guru juga tidak keberatan bahwa peneliti menggunakan alat bantu yang berupa
Februari 2011. Materi yang disampaikan pada pelaksanaan tindakan adalah standar
73
4.2 Pelaksanaan Penelitian
1. Siklus 1
a. Tahap Perencanaan
terkait dengan berbagai kegiatan ekonomi yang biasa dialami oleh siswa.
yang akan diamati oleh beberapa orang observer. Satu orang observer hanya
mengamati secara seksama dua atai tiga kelompok. Sementara itu media
audio visual yang akan digunakan telah disiapkan oleh guru yang dibuat
telah dipelajarinya.
74
b. Tahap Pelaksanaan
siswa bahwa kegiatan pembelajaran IPS pada hari ini akan membahas standar
visual.
75
Siswa 5 : Memakai, bu
Guru : Itu juga bisa, yang lain coba . . . yang lebih tepatnya apa ?
Siswa 6 : Menghabiskan, bu
Guru : Benar sekali, . . . jadi yang dimaksud konsumsi itu adalah
kegiatan memakai atau menghabiskan barang atau jasa.
proses pembentukan kelompok ini masih ada siswa yang kurang mengikuti
power point yang telah dipersiapkan. Guru menginstruksikan pula pada siswa
power point.
76
pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disampaikan melalu
kembali tes tersebut. Tes ini berisi beberapa pertanyaan tentang materi yang
power point.
c. Hasil Pembelajaran
siswa telah dapat menuliskan hal-hal esensial dari materi yang disimaknya.
tayangan media power point pada siklus I ini dapat deskripsikan pada tabulasi
berikut ini.
Tabel 4.1
KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA SIKLUS I
77
No. Nama Siswa Nilai Keterangan
7 Candra Eka Rahayu 75 Tuntas
8 Chania Dian A. 70 Tuntas
9 Danang Asmara 55 Tdk Tuntas
10 David Saputra 50 Tdk Tuntas
11 Dea Nabilla 65 Tuntas
12 Dealfy Rangga 45 Tdk Tuntas
13 Deni Ramadhani 70 Tuntas
14 Desnanda Prayogi 45 Tdk Tuntas
15 Dimas Imam Fauzi 50 Tdk Tuntas
16 Dina Inayati 60 Tuntas
17 Esti Madiyaningsih 70 Tuntas
18 Gusti Fauzan 40 Tdk Tuntas
19 Hartono Yupi Putra 70 Tuntas
20 Hari Priantoro 50 Tdk Tuntas
21 Ilham Setiawan 50 Tdk Tuntas
22 Karina melati 75 Tuntas
23 M. Fajar 65 Tuntas
24 M. Tedi 70 Tuntas
25 M . Fiki 70 Tuntas
26 M. rizki 60 Tuntas
27 Mutiara Lutfi 65 Tuntas
28 Nagoti Putu 65 Tuntas
29 Puri Tiara 65 Tuntas
30 Raihana riska 60 Tuntas
31 Rendi Wijaya 50 Tdk Tuntas
32 Rezanof Azahri 40 Tdk Tuntas
33 Riri Alfiani 40 Tdk Tuntas
78
No. Nama Siswa Nilai Keterangan
34 Rizki Amalia 70 Tuntas
35 Sinta Marliana 70 Tuntas
36 Triana Kusuma 50 Tdk Tuntas
37 Ulvi Febriyanti 65 Tuntas
38 Vibby Yuliana 65 Tuntas
39 Yuliana Erna 40 Tdk Tuntas
Jumlah 2310
Rata-rata 59,23
Nilai Tertinggi 75
Nilai Tterendah 40
Siswa Tuntas 24
Siswa Tidak Tuntas 15
% Ketuntasan 61,54
umum kemampuan siswa dalam penguasaan materi baru berada pada kondisi
yang cukup baik dengan pencapaian rata-rata 59,23. Nilai tertinggi yang
dicapai siswa pada siklus I ini adalah 75 dan nilai terendah yang diperoleh
siswa hanya 40. Sementara itu diamati dari ketuntasan belajar siswa pada
79
d. Hasil Observasi Siswa
materi dengan jelas dan relevan dengan fokus pembelajaran siklus I. Guru
berikut ini.
TABEL 4.2
PERSENTASE AKTIVITAS SISWA PADA
PEMBELAJARAN SIKLUS I
umumnya cukup baik, pada umumnya siswa memperhatikan isi materi dan
serius dalam mengerjakan tugas, serta sebagian kecil siswa yang melakukan
diharapkan dari siswa belum dapat terealisasi dengan baik. Dapat dilihatnya
80
dari hanya dua orang siswa yang mau tampil di depan kelas, bertanya ataupun
pertemuan pertama yang menyebabkan siswa terlihat malu dan ragu untuk
aktif di kelas.
TABEL 4.3
CATATAN LAPANGAN PEMBELAJARAN SIKLUS I
audio visual dalam bentuk power point dalam pembelajaran IPS pada siklus I
81
Pembelajaran IPS dengan menggunakan media audio visual dalam
bentuk power point ini merupakan pengalaman pertama bagi siswa. Oleh
e. Refleksi Siklus I
diperoleh dari hasil observasi, catatan lapangan, jurnal siswa, dan hasil tes
tindakan siklus I masih harus ditingkatkan dalam hal keaktifan siswa di kelas.
keadaan kelas yang pasif. Belum banyaknya siswa yang berani untuk
dan berani tampil di depan kelas untuk membacakan jawaban atas pertanyaan
pertemuan pertama yang menyebabkan siswa masih terlihat malu dan ragu
untuk aktif di kelas. Dalam hal penugasan yang diberikan oleh guru, masih
82
ada siswa yang melakukan kegiatan di luar KBM, seperti mengobrol pada
penggunaan media audio visual dalam bentuk lain yang lebih menarik bagi
siswa.
baru mencapai hasil yang cukup baik. Hal ini tampak dari pencapaian rata-
rata 6,84. Meskipun sudah mencapai batas ketuntasan yang telah ditentukan
yaitu 6,5, namun apabila diamati dari ketuntasan klasikal atau ketuntasan
belajar siswa, masih belum tuntas. Ketuntasan belajar siswa baru mencapai
68,4%, hal ini ditunjukkan dari 32 siswa hanya 23 orang siswa yang sudah
2. Siklus 2
a. Tahap Perencanaan
83
dilakukan dalam upaya melakukan penyempurnaan pada pembelajaran siklus
pertama. Beberapa hal yang direncanakan pada siklus kedua antara lain:
meggunakan CD interaktif.
b. Tahap Pelaksanaan
yang biasa dilakukan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai tindak lanjut
hasil temuan jurnal harian siswa pada pembelajaran siklus I, bahwa tingkat
motivasi siswa yang masih kurang, guru menggambarkan bahwa belajar IPS
tidak hanya bersifat teoritis saja, namun seringkali dapat diamati dan
84
Menindaklanjuti hasil tes formatif I, bahwa masih ada siswa yang salah
tentang konsep yang telah dipelajari sebelumnya dimana konsep ini diperlukan
dalam membahas materi yang akan dipelajari yaitu ‘dampak positif dan negatif
seseorang’.
Apersepsi untuk materi pada tindakan kedua dilakukan dengan tanya jawab antara
85
ibunya Karina tersebut?
Siswa : Bagus . . . (sebagian siswa menjawab)
Tidakkk . . . (sebagian besar)
Guru : Itulah yang dimaksud dengan perilaku kosumtif yang tentu
saja ada aspek positif (kebaikan) dan aspek negatif
(keburukannya)
Agar kalian dapat lebih memahami aspek positif dan negatif
dari perilaku konsumtif, sekarang coba kalian pelajari dan
diskusikan bersama teman-temanmu.
dilontarkan guru mampu dijawab siswa, tidak hanya secara serempak namun
secara perorangan juga seperti yang dijawab ’Tedi’ dan ’Karina’. Kondisi ini
yang telah ditayangakan dapat siswa pahami atau belum, jika belum guru
86
Sebelum pembelajaran berakhir, guru memberikan evaluasi dengan
dikerjakan di rumah.
c. Hasil Pembelajaran
soal-soal yang bersifat pemahaman siswa masih terbatas pada tataran teoretis
saja. Hasil penilaian terhadap pekerjaan siswa pada siklus II ini dapat diamati
Tabel 4.1
KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA SIKLUS 2
87
8 Chania Dian A. 70 Tuntas
9 Danang Asmara 70 Tuntas
10 David Saputra 70 Tuntas
11 Dea Nabilla 80 Tuntas
12 Dealfy Rangga 60 Tuntas
13 Deni Ramadhani 70 Tuntas
14 Desnanda Prayogi 65 Tuntas
15 Dimas Imam Fauzi 65 Tuntas
16 Dina Inayati 60 Tuntas
17 Esti Madiyaningsih 80 Tuntas
18 Gusti Fauzan 60 Tuntas
19 Hartono Yupi Putra 80 Tuntas
20 Hari Priantoro 50 Tdk Tuntas
21 Ilham Setiawan 65 Tuntas
22 Karina melati 90 Tuntas
23 M. Fajar 65 Tuntas
24 M. Tedi 80 Tuntas
25 M . Fiki 70 Tuntas
26 M. rizki 70 Tuntas
27 Mutiara Lutfi 70 Tuntas
28 Nagoti Putu 75 Tuntas
29 Puri Tiara 65 Tuntas
30 Raihana riska 80 Tuntas
31 Rendi Wijaya 80 Tuntas
32 Rezanof Azahri 40 Tdk Tuntas
33 Riri Alfiani 70 Tuntas
34 Rizki Amalia 80 Tuntas
88
No. Nama Siswa Nilai Keterangan
35 Sinta Marliana 90 Tuntas
36 Triana Kusuma 60 Tuntas
37 Ulvi Febriyanti 70 Tuntas
38 Vibby Yuliana 75 Tuntas
39 Yuliana Erna 50 Tdk Tuntas
Jumlah 2715
Rata-rata 69,61
Nilai Tertinggi 90
Nilai Terendah 40
Siswa Tuntas 35
Siswa Tidak Tuntas 4
% Ketuntasan 89,74
bahwa secara umum kemampuan siswa dalam menyimak berada pada kondisi
yang baik dengan pencapaian rata-rata 69,61. Nilai tertinggi yang dicapai
siswa pada siklus II ini adalah 90 dan nilai terendah yang diperoleh siswa
hanya 40. Sementara itu diamati dari ketuntasan belajar siswa pada siklus II
89
d. Hasil Observasi
materi dengan jelas dan relevan dengan fokus pembelajaran siklus II. Guru
hal-hal yang berkesan menurut apa yang dipikrkan dan dirasakan siswa dalam
menyimak.
di bawah ini.
TABEL 4.5
PERSENTASE AKTIVITAS SISWA PADA
PEMBELAJARAN SIKLUS II
90
dengan banyaknya siswa yang mau tampil di depan kelas, bertanya ataupun
mengemukakan pendapat
TABEL 4.6
CATATAN LAPANGAN PEMBELAJARAN SIKLUS II
situasi pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga siswa merasa rileks dan
e. Refleksi
diperoleh dari hasil observasi, catatan lapangan, dan hasil tes kemampuan
91
observer mengadakan diskusi untuk mengetahui hal-hal yang harus
hasil yang baik. Hal ini tampak dari pencapaian rata-rata 69,61, yang sudah
mencapai batas ketuntasan yang telah ditentukan yaitu 60. Ketuntasan belajar
siswa sudah mencapai 89,74%, hal ini ditunjukkan dari 39 siswa, 35 siswa
4.3 Pembahasan
model pembelajaran yang dikembangkan cukup efektif, efisien, dan relevan untuk
Melihat uraian di atas, dapat diketahui bahwa penelitian yang telah dilakukan
92
dikembangkan, tujuan yang ingin dicapai, dan waktu yang telah direncanakan.
Diawali dengan identifikasi permasalahan yang diperoleh dari hasil observasi awal,
meningkatkan mutu pendidikan. Beberapa hal yang harus segera dibenahi pada saat
penelitian, yaitu pemilihan media audio visual yang lebih menarik sehingga mampu
Agar penggunaan media audio visual sebagai media dan sumber belajar
berhasil baik, hendaknya dipersiapkan secara saksama, mulai dari alokasi waktu yang
media audio visual sebagai media dalam pembelajaran dapat menjadikan siswa merasa
fun, santai, dan jauh dari kebosanan, yang pada akhirnya menimbulkan motivasi siswa
untuk menyimak sehingga terhindar dari perilaku siswa yang menyimpang dari KBM.
Pada bagian ini peneliti akan menganalisis seluruh hasil penelitian selama dua
siswa, walaupun demikian pada pertemuan pertama pada umumnya siswa telah dapat
93
mengalami kemajuan yang cukup signifikan dalam memahami materi yang
dipelajarinya.
memberikan penilaian tiap siklusnya dengan berpatokan pada kriteria penilaian yang
telah ditetapkan. Berikut ini merupakan nilai kemampuan menyimak siswa pada tiap
siklusnya.
TABEL 4.7
PEROLEHAN NILAI HASIL BELAJAR SETELAH SISWA MELAKUKAN
KEGIATAN PEMBELAJARAN PADA TIAP SIKLUS
Nilai
No Nama
Siklus I Siklus II
1 Abdillah Saputra 50 60
2 Agust Anas 60 60
3 Ahmad Apriadi 65 75
4 Ahmad Shobirin 65 75
5 Aldi Cristianto 50 50
6 Astri Nadia Sari 70 80
7 Candra Eka Rahayu 75 90
8 Chania Dian A. 70 70
9 Danang Asmara 55 70
10 David Saputra 50 70
11 Dea Nabilla 65 80
12 Dealfy Rangga 45 60
13 Deni Ramadhani 70 70
14 Desnanda Prayogi 45 65
15 Dimas Imam Fauzi 50 65
16 Dina Inayati 60 60
17 Esti Madiyaningsih 70 80
18 Gusti Fauzan 40 60
19 Hartono Yupi Putra 70 80
94
Nilai
No Nama
Siklus I Siklus II
20 Hari Priantoro 50 50
21 Ilham Setiawan 50 65
22 Karina melati 75 90
23 M. Fajar 65 65
24 M. Tedi 70 80
25 M . Fiki 70 70
26 M. rizki 60 70
27 Mutiara Lutfi 65 70
28 Nagoti Putu 65 75
29 Puri Tiara 65 65
30 Raihana riska 60 80
31 Rendi Wijaya 50 80
32 Rezanof Azahri 40 40
33 Riri Alfiani 40 70
34 Rizki Amalia 70 80
35 Sinta Marliana 70 90
36 Triana Kusuma 50 60
37 Ulvi Febriyanti 65 70
38 Vibby Yuliana 65 75
39 Yuliana Erna 40 50
Jumlah 2310 2715
Rata-rata 59,23 69,61
Nilai Tertinggi 75 90
Nilai Terendah 40 40
Siswa Tuntas 24 35
Siswa Tidak Tuntas 15 4
% Ketuntasan 61,54 89,74
Hasil pembelajaran pada kedua siklus dapat digambarkan pada grafik berikut.
95
Berdasarkan tabel di atas, pada umumnya nilai kemampuan pemahaman siswa
dalam setiap pembelajaran mengalami peningkatan, hanya ada beberapa orang siswa
yang kemampuannya tetap namun tidak ada yang menurun. Peningkatan terjadi karena
tumbuhnya motivasi dan ketertarikan siswa dalam belajar yang berdampak tumbuhnya
peningkatan. Diamati dari pencapaian rata-rata tampak jelas adanya peningkatan dari
59,23 pada siklus I menjadi 69,61 pada siklus kedua. Sementara itu dari pencapaian
ketuntasan belajar siswa tampak juga terjadi peningkatan dari 61,54% pada siklus
pertama dan menunjukkan pembelajaran belum tuntas menjadi 89,74% siswa telah
di luar kelas menurut Arief S. Sadiman (1990:190-197) dapat dibedakan dalam tiga
kelompok, yakni kelompok yang terkontrol, tidak terkontrol (bebas), dan jumlah
sasarannya.
96
Pertama, pemanfaatan media secara terkontrol, yakni media itu digunakan
dalam suatu rangkaian kegiatan yang diatur secara sistematik untuk mencapai tujuan
tertentu, seperti pemanfaatannya di dalam kelas dan pada program pendidikan jarak
jauh. Hasil belajar melalui pemanfaatan media secara terkontrol ini biasanya
masyarakat secara luas dengan cara membeli. Masyarakat itu sendirilah yang
kelompok, baik kelompok kecil (2 s.d 8 orang) maupun kelompok besar (9 s.d 40
orang). Media untuk kelompok ini biasanya dilengkapi buku petunjuk bagi pemimpin
melakukan diskusi. Terakhir, media yang dimanfaatkan secara masal (mulai puluhan,
ratusan, hingga ribuan orang). Media untuk massal ini biasanya disalurkan melalui
pemancar, seperti radio dan televisi. Sebelum memanfaatkan media ini, peserta diberi
bahan tercetak yang memuat tujuan pembelajaran, garis besar isi, petunjuk tindak
97
BAB 5
5.1 Kesimpulan
dengan menggunakan media audio visual, diambil simpulan sebagai berikut ini.
visual dilakukan dalam dua bentuk media yaitu pada siklus 1 menggunakan
media audio visual ini telah memunculkan beberapa perilaku belajar siswa
yang lebih baik. Perilaku tersebut berupa aktivitas siswa yang aktif dalam
berani tampil di depan. Siswa juga merasa senang dan berkesan positif
98
Interaktif.
e) Evaluasi
2. Hasil kemampuan pemahaman siswa dalam belajar IPS yang diukur dengan
yang telah disampaikan dari setiap siklusnya mengalami peningkatan. Hal ini
siswa mencapai 59,23; pada siklus II mencapai 69,61. Di samping itu dilihat
dari ketuntasan belajar siswa juga terjadi peningkatan dari 61,54% pada siklus
5.2 Saran
saran yang bermanfaat bagi peneliti, selanjutnya guru dan sekolah sebagai
berikut :
1. Agar penggunaan media Audio visual baik dalam bentuk power point
power point yang selektif, bervariasi, dan menarik, alokasi waktu yang
menjadikan siswa merasa fun, santai, dan jauh dari kebosanan, yang pada
99
akhirnya menimbulkan motivasi siswa untuk menyimak sehingga terhindar
100
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati & Mudjiono. (1994). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
101