Mobilisasi Sendi Bahu
Mobilisasi Sendi Bahu
Mobilisasi Sendi Bahu
Tujuan mobilisasi sendi untuk mengembalikan fungsi sendi yang normal tanpa nyeri
pada waktu melakukan aktivitas gerak sendi. Secara mekanik tujuannya untuk
memperbaiki “joint play movement” melalui mekanisme gerak arthrokinematik yang
benar.
Secara biomekanik gerakan suatu sendi akan mengikuti pola gerak arthrokinematik
dan arteokinematik. Pada sendi bahu yang merupakan sendi yang sangat komplek
selalu mengikuti maka mobilisasi sendi juga dipengaruhi oleh struktur sendi yang lain
dalam mempertahankan mobilitasnya yang normal.
Sendi yang terlibat pada gerakan bahu tercakup dalam komponen shoulder girdle,
sehingga untuk memobilisasi sendi bahu juga melibatkan sendi lain misalnya acromio
clavicular, sternoclavicular dan cervico thoracal serta costo scapular. Disisi lain peran
otot juga sangat menentukan mobilisasi sendi bahu, misalnya otot deltoideus, rotator
cuff dan otot lain di sekitar sendi bahu.
Pada kondisi tertentu nyeri bahu dapat terjadi oleh karena factor muskuler yang
secara tidak langsung apabila otot tersebut mengalami patologi akan menekan
struktur vaskuler dan persyarafan yang melintasi sendi bahu misalnya pada kondisi
scalmi sindrom, pectoralis sindrom yang sering disebut TOC. Sindroma nyeri bahu
sangat luas, apabila dikaji secara holistic, sehingga untuk membatasi pengertian
mobilisasi disini hanya akan dibahas tentang mobilisasi artikuler yang berkaitan
dengan (1) mekanisme joint play yaitu roll-gliding dan traksi serta (2) mobilisasi
muskuler pada otot postural yang ikut mempengaruhi mobilitas sendi bahu.
Sebelum melakukan mobilisasi sendi bahu maka harus dipahami tentang pengertian
permukaan sendi concave dan convex sebgai dasar artrokinetik. Pada sendi bahu,
glenohumeral berpermukaan convex sedang cavitas glenoidalis bersifat concave.
Gliding akan berlawanan dengan arah gerak tulang (osteokinetik). Sedang sendi yang
berpermukaannya concave maka arah gliding (sliding) searah dengan tulang yang
bergerak.
Traksi pada sendi bahu ke arah lateral, ventral cranial atau tegak lurus dengan
permukaan sendi pada posisi maximal loose packed position. Pelaksanaan traksi
tujuan terapi bias ke segala arah menurut daerah keterbtasan sendi.
TREATMENT RULES:
1.Posisi pasien
Pasien diposisikan enal & nyainan schingga otot-ototnya nicks. Sendi diposisikan
pada resting position (MLPP) atau actual resting position. Tulang pembentuk sendi
bagian pioksinial difiksasi.
2.Posisi terapis
Terapis harus menggtinakan prinsip-prinsip ergonomis dan berdiri atau
memposisikan din sedekat rnungkin dengan pasien. Kedua kaki/tungkai melebar agar
stabil. Apabila memungkinkan gunakan pengaruh gravitasi atau berat tubuh untuk
mendorong atau menarik.
3.Fiksasi
Untuk memfiksasi bagian tubuh tertentu bisa digunakan tangan terapis atau
menggunakan sabuk atau dengan bantuan (difiksasi) orang lain. Fiksasi dilakukan
sedekat mungkin (lengan ruang sendi tanpa menimbulkan nyeri).
5.Arah Gerakan
Arah gerakan translasi selalu tegak lurus atau sejajar dengan bidang terapi. Gerakan
tegak lurus terhadap dan ke arah bidang terapi disebut traksi dan traksi ini dilakukan
untuk mengurangi nyeri maupun sebagai traksi-mobilisasi untuk memperbaiki
mobilitas sendi.
Traksi untuk mengurangi nyeri dilakukan pada posisi MLPP atau apabila tidak
memungkinkan maka diposisikan pada aktual resting position. Traksi-mobilisasi dan
glide-mobilisasi harus dilakukan tanpa menimbulkan nyeri. Terapi untuk kekakuan
sendi selalu diawali dengan traksi-mobilisasi, dan apabila memungkinkan bisa diberi
modalitas fisioterapi yang lain untuk mengurangi nyeri misalnya; panas, dingin
ataupun stimulasi elektris. Apabila terapi pertama tersebut ada perbaikan maka
dilanjutkan dengan pemberian glide-mobilisasi ke arah gerakan yang terbatas.
Traksi:
Grade I:
Gliding:
Grade II:
- Untuk tes joint play movement (glide-test)
Grade III:
- Untuk menambah mobilitas sendi (glide-mobilisasi)
- Untuk tes joint play movement (glide-test)
9.Evaluasi
Evaluasi dilakukan sebelum dan sesudah terapi, bahkan harus selalu dilakukan selama
terapi berlangsung. Untuk terapi permulaan biasanya diberikan traksi -mobilisasi
sebanyak 10 kali. Apabila tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan maka terapi bisa
ditambah dengan glide-mobilisasi. Apabila pasien merasakan nyeri maka harus
dilakukan evalusi secara hati-hati sebelum terapi dilanjutkan. Apabila setelah
dilakukan mobilisasi berulang-ulang tidak didapatkan perbaikan maka terapi (dengan
manual terapi) untuk hal ini dihentikan.