Prinsip Dan Industri Dari Penggunaan CSTR
Prinsip Dan Industri Dari Penggunaan CSTR
Prinsip Dan Industri Dari Penggunaan CSTR
FAo
CAo
vo
Sedangkan neraca energi dari Reaktor Alir Tangki Berpengaduk dalah sebagai berikut:
Holding time adalah waktu tinggal rata-rata campuran di dalam reaktor sama dengan
(τT ) didefinisikan sebagai :
τT = V / υo = V / υo β ( 1 + ε XA )
atau
τT = V / υo ( 1 + ε XA )
persamaan menjadi:
τT = τ / β ( 1 + ε XA )
Waktu ruang (Space time) sebagai fungsi dari derajat konversi XA diperoleh dengan
memasukkan persamaan di atas ke dalam persamaan ( VI-15) maka persamaan menjadi :
1 + XA
τ = kCAo ---------------
( 1 + ε XA )
atau
XA ( 1 + ε XA )
τ = --- ------------------------
k ( 1 + XA )
Ekspresi yang serupa bisa diturunkan untuk setiap bentuk persamaan kecepatan reaksi
yang lainnya.
Pertama, ditinjau dari konversi reaksinya. Feed yang masuk ke reaktor pertama dalam suatu
rangkaian reaktor susunan seri akan bereaksi membentuk produk yang mana pada saat
pertama ini masih banyak reaktan yang belum bereaksi membentuk produk di reaktor pertama,
sehingga reaktor selanjutnya berfungsi untuk mereaksikan kembali reaktan yang belum
bereaksi dan seterusnya sampai mendapatkan konversi yang optimum. Secara sederhana,
reaksi yang berlangsung itu dapat dikatakan berkali-kali sampai konversinya optimum. Konversi
yang optimum merupakan maksud dari suatu proses produksi. Sementara itu jika dengan
reaktor susunan paralel, dengan jumlah feed yang sama, maka reaksi yang terjadi itu hanya
sekali sehingga dimungkinkan masih banyak reaktan yang belum bereaksi. Walaupun pada
outletnya nanti akan dijumlahkan dari masing-masing reaktor, namun tetap saja konversinya
lebih kecil, sebagai akibat dari reaksi yang hanya terjadi satu kali.
Kedua, tinjauan ekonomisnya. Dalam pengadaan alat yang lain, misal jika seri hanya
memerlukan satu wadah untuk bahan baku (baik dari beton ataupun stainless steel), dan
konveyor yang digunakan juga cukup satu. Namun jika paralel mungkin memerlukan wadah
lebih dari satu ataupun konveyor yang lebih dari satu untuk memasukkan feed ke masing-
masing reaktor. Konsekuensi yang lain dari suatu reaktor rangkain paralel adalah karena masih
ada reaktan yang banyak belum bereaksi maka dibutuhkanlah suatu recycleyang berakibat
pada bertambahnya alat untuk menampungnya, sehingga lebih mahal untuk mendapatkan
konversi yang lebih besar
Salah satu kerugian dari penggunaan reaktor tangki (CSTR) adalah bahwa reaksi
berlangsung pada konsentrasi yang realtif rendah, yaitu sama dengan konsentrasi di dalam
campuran yang meninggalkan reaktor. Akibatnya untuk reaksi-reaksi berorde positif volume
reaktor yang diperlukan menjadi besar. Salah satu cara untuk menghindari kerugian ini adalah
dengan mempergunakan beberapa reaktor tangki yang dipasang seri, sehingga konsentrasi
reaktan tidak turun secara drastis tetapi bertahap dari satu tangki ke tangki yang berikutnya.
Dengan cara ini maka kecepatan reaksi di masing-masing tangki akan turun menurun
secara bertahap pula, sehingga volume total seluruh reaktor untuk mendapatkan besarnya
konversi tertentu akan lebih kecil dibandingkan dengan sistem reaktor tunggal.
FA0
υo
CAN
1 2 N FAN FAi,
CAi FAi , CAi υo -rA XA1 -
rA XA2 -
rA XAN V1 V2 VN
2.6.Aplikasi Reaktor Alir Tangki Berpengaduk
A.SPM-2100
SPM-2100 Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) dapat digunakan untuk mereaksikan 2
macam gas. Reaksinya dapat terjadi dalam keadaan endoterm maupun eksoterm. Contohnya:
reaksi antara etilen (reaktan A) dengan benzena (reaktan B) yang terjadi dalam keadaan
eksoterm, untuk memproduksi etilbenzena (produk C), bahan kimia yang digunakana dalam
pembuatan monomer stirena. Reaktan A dan B dimasukkan ke dalam CSTR agar kedua
reaktan tersebut tercampur dengan sempurna menggunakan pemutar bermotor (motorized
agitator).
Industri yang menggunakan reaktor CSTR, antara lain : PT. Polypet Karya Persada, PT. Polysinso
Eka Perkasa, PT. Polytama Propindo. Aplikasi Reaktor Alir Tangki Berpengaduk 1. SPM-2100 SPM-
2100 Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) dapat digunakan untuk mereaksikan 2 macam gas.
Reaksinya dapat terjadi dalam keadaan endoterm maupun eksoterm. Contohnya: reaksi antara
etilen (reaktan A) dengan benzena (reaktan B) yang terjadi dalam keadaan eksoterm, untuk
memproduksi etilbenzena (produk C), bahan kimia yang digunakana dalam pembuatan monomer
stirena. Reaktan A dan B dimasukkan ke dalam CSTR agar kedua reaktan tersebut tercampur
dengan sempurna menggunakan pemutar bermotor (motorized agitator). 2. CSTR dengan cooling
jacket Pada CSTR disamping yang terjadi adalah reaksi tunggal dalam keadaan eksoterm yang
tidak dapat balik (irreversible), dapat dilihat bahwa aliran fluida dimasukkan secara terus-menerus ke
dalam reaktor dan aliran fluida lainnya dikeluarkan terus-menerus dari reaktor. Sejak reaktor
tersebut menggabungkan dengan sempurna, aliran keluar memiliki konsentrasi dan temperatur yang
sama dengan fluida dalam reaktor. Menyadari bahwa lapisan disekitar reaktor juga masuk dan
keluar aliran, pelapis diasumsikan bergabung dengan sempurna dan pada temperatur yang lebih
rendah dari reaktor. Energi lalu melewati dinding reaktor menuju pelapis, memindahkan panas yang
dihasilkan oleh reaksi. Banyak contoh reaktor yang digunakan dalam industri yang serupa dengan
reaktor di atas. Contohnya adalah tipe-tipe dari reaktor polmerisasi yang memproduksi polimer yang
digunakan dalam produk plastik seperti pendingin polistirena atau botol plastik. Neraca Massa
komponen A adalah: Input = Output + Reaksi + Akumulasi laju reaktan = laju reaktan yang + laju
reaktan + laju reaktan yang yang masuk meninggalkan reaktor yang bereaksi terakumulasi
Konfigurasi Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Reaktor Tangki Alir Berpengaduk atau yang biasa
dikenal sebagai Continuous Stirred Tank Reactor (CSTR) merupakan jenis reaktor dengan model
berupa tangki berpengaduk dan diasumsikan pengaduk yang bekerja dalam tangki sangat
sempurna sehingga konsentrasi tiap komponen dalam reaktor seragam sebesar konsentrasi aliran
yang keluar dari reaktor. Reaktor jenis ini merupakan reaktor yang umum digunakan dalam suatu
industri. Dalam operasinya, reaktor ini sering digunakan dalam jumlah lebih dari satu dengan
rangkaian reaktor disusun secara seri maupun paralel. Pemilihan susunan rangkaian reaktor
dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan, tergantung keperluan dan maksud dari operasinya.
Masing-masing rangkaian memiliki kelebihan dan kekurangan, karena di dunia ini tidak ada yang
sempurna. Semua yang ada didunia ini saling melengkapi satu sama lainnya. Secara umum,
rangkaian reaktor yang disusun secara seri itu lebih baik dibanding secara paralel. Setidaknya ada 2
sisi yang dapat menjelaskan kenapa rangkaian reaktor secara seri itu lebih baik. Pertama, ditinjau
dari konversi reaksi yang dihasilkan dan yang kedua ditinjau dari sisi ekonomisnya. Pertama, ditinjau
dari konversi reaksinya. Feed yang masuk ke reaktor pertama dalam suatu rangkaian reaktor
susunan seri akan bereaksi membentuk produk yang mana pada saat pertama ini masih banyak
reaktan yang belum bereaksi membentuk produk di reaktor pertama, sehingga reaktor selanjutnya
berfungsi untuk mereaksikan kembali reaktan yang belum bereaksi dan seterusnya sampai
mendapatkan konversi yang optimum. Secara sederhana, reaksi yang berlangsung itu dapat
dikatakan berkali-kali sampai konversinya optimum. Konversi yang optimum merupakan maksud dari
suatu proses produksi. Sementara itu jika dengan reaktor susunan paralel, dengan jumlah feed yang
sama, maka reaksi yang terjadi itu hanya sekali sehingga dimungkinkan masih banyak reaktan yang
belum bereaksi. Walaupun pada outletnya nanti akan dijumlahkan dari masing-masing reaktor,
namun tetap saja konversinya lebih kecil, sebagai akibat dari reaksi yang hanya terjadi satu kali.
Kedua, tinjauan ekonomisnya. Dalam pengadaan alat yang lain, misal jika seri hanya memerlukan
satu wadah untuk bahan baku (baik dari beton ataupun stainless steel), dan konveyor yang
digunakan juga cukup satu. Namun jika paralel mungkin memerlukan wadah lebih dari satu ataupun
konveyor yang lebih dari satu untuk memasukkan feed ke masing-masing reaktor. Konsekuensi
yang lain dari suatu reaktor rangkain paralel adalah karena masih ada reaktan yang banyak belum
bereaksi maka dibutuhkanlah suaturecycle yang berakibat pada bertambahnya alat untuk
menampungnya, sehingga lebih mahal untuk mendapatkan konversi yang lebih besar Salah satu
kerugian dari penggunaan reaktor tangki (CSTR) adalah bahwa reaksi berlangsung pada
konsentrasi yang realtif rendah, yaitu sama dengan konsentrasi di dalam campuran yang
meninggalkan reaktor. Akibatnya untuk reaksi-reaksi berorde positif volume reaktor yang diperlukan
menjadi besar. Salah satu cara untuk menghindari kerugian ini adalah dengan mempergunakan
beberapa reaktor tangki yang dipasang seri, sehingga konsentrasi reaktan tidak turun secara drastis
tetapi bertahap dari satu tangki ke tangki yang berikutnya. Dengan cara ini maka kecepatan reaksi di
masing-masing tangki akan turun menurun secara bertahap pula, sehingga volume total seluruh
reaktor untuk mendapatkan besarnya konversi tertentu akan lebih kecil dibandingkan dengan sistem
reaktor tunggal. b. Reaktor PFR (Plug Flow Reactor) Industri yang menggunakan reaktor PFR atau
Reaktor Alir Pipa, adalah : PT. Petrokimia Gresik dan Pertamina. Reaktor alir pipa
merupakan reaktor di mana cairan bereaksi dan mengalir dengan cara melewati tube (tabung)
dengan kecepatan tinggi, tanpa terjadi pembentukan arus putar pada aliran cepat. Reaktor alir pipa
pada hakekatnya hampir sama dengan pipa dan relatif cukup mudah dalam perancangannya.
Reaktor ini biasanya dilengkapi dengan selaput membran untuk menambah yield produk pada
reaktor. Produk secara selektif ditarik dari reaktor sehingga keseimbangan dalam reaktor secara
kontinu bergeser membentuk lebih banyak produk. Pada umumnya reaktor alir pipa dilengkapi
dengan katalisator. Seperti sebagian besar reaksi pada industry kimia, reaksinya membutuhkan
katalisator secara signifikan pada suhu layak (standar). Dalam RAP, satu atau lebih reaktan
dipompakan ke dalam suatu pipa. Biasanya reaksi yang digunakan pada reaktor ini adalah
reaksi fasa gas. Reaksi kimia berlangsung sepanjang pipa sehingga semakin panjang pipa maka
konversi yield akan semakin tinggi. Namun tidak mudah untuk menaikkan konversi karena di dalam
RAP konversi terjadi secara gradien. Pada awalnya kecepatan reaksi berlangsung secara cepat
namun setelah panjang pipa tertentu atau pipa bertambah panjang maka jumlah reaktan akan
berkurang dan kecepatan reaksi berlangsung lebih lambat dan akan semakin lambat seiring
panjangnya pipa. Artinya, untuk mencapai konversi 100% panjang pipa yang dibutuhkan adalah tak
terhingga. Beberapa hal penting dalam reaktor alir pipa adalah: 1. Perhitungan dalam model RAP
mengasumsikan tidak terjadi pencampuran (mixing) dan reaktan bergerak secara aksial bukan
radial. 2. Katalisator dapat dimasukkan melalui titik yang berbeda dari titik masukan dimana
katalisator ini diharapkan dapat mengoptimalkan reaksi dan terjadi penghematan. 3. Umumnya RAP
memiliki konversi yang lebih besar dibandingkan dengan reaktor alir tangki berpengaduk (RATB)
dalam volume yang sama. Artinya, dengan waktu tinggal yang sama reaktor alir pipa memberikan
hasil yang lebih besar dibandingkan RATB. Di dalam reaktor alir pipa, fluida mengalir dengan
perlakuan yang sama sehingga waktu tinggal (τ) sama untuk semua elemen fluida. Fluida sejenis
yang mengalir melalui reaktor ideal ini disebut dengan plug. Saat plug mengalir sepanjang reaktor
alir pipa, fluida bercampur sempurna dalam arah radial bukan dalam arah axial (dari arah depan
atau belakang). Setiap plug dengan volume berbeda dinyatakan sebagai kesatuan yang terpisah-
pisah (hampir seperti batch reaktor) dimana plug mengalir turun melalui pipa reaktor ini. Reaktor alir
pipa juga dikenal sebagi reaktor aliran piston atau reaktor aliran turbular. Reaktor-reaktor tersebut
memiliki persamaan diferensial biasa, dimana pemecahan persamaan tersebut dapat diselesaikan
jika boundary condition diketahui. Model reaktor alir pipa digunakan untuk berbagi jenis fluida,
seperti: cairan, gas, dan slurry. Walaupun aliran turbulen dan difusi aksial menyebabkan
pencampuran arah axial pada berbagai reaktor namun pada reaktor alir pipa kondisi ini memiliki efek
yang kecil dan diabaikan. Pada kasus model reaktor alir pipa yang paling sederhana, beberapa
asumsi pokok harus dibuat untuk menyederhanakan masalah ini. Perlu diperhatikan bahwa tidak
semua asumsi ini perlu, namun pemindahan asumsi ini menambah kerumitan masalah. Model
reaktor alir pipa dapat digunakan pada reaksi lipat ganda (multiple reaction) serta reaksi yang
melibatkan perubahan suhu, tekanan dan densitias fluida. Walaupun kerumitan ini diabaikan, namun
selalu relevan dalam proses industri. Adapun asumsi yang diguanakan pada model reaktor ini
sebagai berikut: 1. Aliran plug (plug flow) 2. Keadaan steady state 3. Densitas fluida konstan (untuk
cairan dan juga berlaku untuk gas yang tidak mengalami penurunan tekanan, perubahan mol
dan perubahan temperatur). 4. Diameter pipa konstan 5. Reaksi tunggal (single reaction) 6. Zat
mengalir di dalam pipa dengan distribusi kecepatan datar 7. Kecepatan pengadukan ke arah radial
berlangsung sangat cepat sehingga pada setiap penampang pipa R, T,P dan komposisi fluida
selalu uniform (seragam), dan perbedaan terjadi di sepanjang pipa R 8. Setiap partikel fluida yg
mengalir mempunyai waktu tinggal sama 9. Fluida dalam fasa gas berlangsung pada tekanan tetap
dan fluida dalam fasa cair berlangsung pada volume dan tekanan tetap. Dalam aplikasinya, reaktor
alir pipa digunakan pada reaksi: a. Reaksi skala besar b. Reaksi cepat c. Reaksi homogen atau
heterogen d. Reaksi kontinu e. Reaksi pada temperatur tinggi. Neraca mol reaktor pipa alir (PFR)
(14) (15) Dengan menggabung persamaa (14) dan (15) didapat: (16) (17) Laju reaksi merupakan
fungsi konsentrasi dan konsentrasi merupakan fungsi konversi sehingga laju reaksi merupakan
fungsi konversi. Kurva (-1/rA) versus konversi ditampilkan pada Gambar berikut