Laporan Magang KKP Basir

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PROLOG

1.1 Latar Belakang

Kangkung merupakan salah satu tanaman holtikultura sayuran yang sangat

di gemari oleh masyarakat Indonesia, selain rasanya yang gurih, tanaman

kangkung mudah didapat di pasar tradisional dan cara mengolahnya mudah.

Selain itu tanaman kangkung juga cocok di tanam di daerah dataran rendah

maupun dataran tinggi.

Kangkung merupakan tanaman semusim dan berumur pendek. Berasal

dari India yang kemudian menyebar ke Malaysia, Burma, Indonesia, China

Selatan Australia dan bagian negara Afrika. Kangkung disebut juga Swamp

cabbage, Water convovulus, Water spinach. Kangkung selain rasanya enak juga

memiliki kandungan gizi cukup tinggi, mengandung vitamin A, B dan vitamin C

serta bahan-bahan mineral terutama zat besi yang berguna bagi pertumbuhan

badan dan kesehatan. Seorang pakar kesehatan Filipina Herminia de Guzman

Ladion memasukkan kangkung dalam kelompok tanaman obat, sebab berkhasiat

untuk penyembuh penyakit sembelit juga sebagai obat yang sedang diet. Selain

itu, akar kangkung berguna untuk obat penyakit wasir.

Usaha budidaya tanaman kangkung di Indonesia semakin meningkat. Hal

ini disebabkan kebutuhan pasar akan sayur kangkung dari tahun ke tahun terus

meningkat yang dikarenakan adanya peningkatan variasi makanan dan usaha

rumah tangga yang menggunakan sayur kangkung sebagai bahan bakunya.

1
Teknik budidaya tanaman kangkung yang tepat menjadi prioritas utama

agar mendapat hasil yang optimal dengan kualitas yang baik. Untuk

meningkatkan produksi dapat dilakukan secara intensifikasi dan ekstensifikasi

dalam pemenuhan kebutuhan sayuran untuk skala rumah tangga.

Sasaran-sasaran belajar yang ingin dicapai dalam pelaksanaan magang ini

terdiri dari tiga aspek, yaitu :

1. Aspek Pengetahuan

a. Mengetahui pemanfaatan pekarangan untuk sayuran kangkung

b. Mengetahui cara pemanfaatan hasil-hasil pertanian agar memiliki nilai

tamba serta pemenuhan kebutuhan sayur

c. Mengetahui teknik budidaya tanaman kangkung

2. Aspek Keterampilan

a. Terampil dan mampu menentukan tindakan pencegahan terhadap masalah

yang dihadapi oleh suatu usaha.

b. Terampil dalam memberikan alternatif sasaran terhadap masalah yang

berhubungan dengan pengembangan usaha memenuhi kebutuhan sayur

kangkung untuk skala rumah tangga

3. Aspek Sikap

a. Menghargai kegiatan magang sebagai salah satu pemanfaatan lahan

pekarangan untuk sayuran kangkun

b. Dapat memetik hikmah sebagai pengalaman belanjar dari kasus yang

dikaji.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi tanaman kangkung

Tanaman kangkung darat diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantea ( tumbuhan )

Subkingdom : Tracheobionta ( berpembuluh )

Superdivisio : Spermatophyta ( menghasilkan biji )

Divisio : Magnoliophyta ( berbunga )

Kelas : Magnoliapsida ( berkeping dua / dikotil )

Sub kelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Familia : Convolvulaceae ( suku kankung – kangkungan )

Genus : Ipomea

Spesies : Ipomea reptans Poir

2.2 Morfologi Tanaman Kangkung

Kangkung merupakan tanaman yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun.

Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya

akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60

hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih,

terutama pada jenis kangkung air (Djuariah, 2007).Batang kangkung bulat dan

berlubang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbacious) dari buku-

3
bukunya mudah sekali keluar akar. Memiliki percabangan yang banyak dan

setelah tumbuh lama batangnya akan menjalar (Djuariah, 2007).

Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di

ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru.

Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas

berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda.

Selama fase pertumbuhanya tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan

berbiji terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya

berbentuk “terompet” dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah

lembayung (Maria, 2009).

Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir biji.

Bentuk buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam jika

sudah tua dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm,

dan umur buah kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau

tegak bulat. Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping

dua. Pada jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan

tanaman secara generatif (Maria, 2009).

2.3 Syarat Tumbuh

1. Iklim

Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung

darat (Ipomea reptans) dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan

beriklim dingin. Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini

4
berkisar antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung

pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh

rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi

rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang

yang agak rimbun (Aditya, 2009).

Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar

matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung

akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat

menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat

yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai

konsumen. Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m

tinggi tempat, maka temperatur udara turun 1 derajat C (Aditya, 2009).

2. Media Tanam

Kangkung darat (Ipomea reptans) menghendaki tanah yang subur, gembur

banyak mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah.

Tanaman kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar

akan mudah membusuk. Sedangkan kangkung air membutuhkan tanah yang selalu

tergenang air. Tanaman kangkung (Ipomea reptans) membutuhkan tanah datar

bagi pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat

mempertahankan kandungan air secara baik (Haryoto, 2009).

3. Ketinggian Tempat

5
Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah

sampai dataran tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik kangkung darat

maupun kangkung air, kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di

dataran rendah maupun di dataran tinggi. Hasilnya akan tetap sama asal jangan

dicampur aduk (Anggara, 2009).

2.4 Teknologi Budidaya

2.3.1) Benih

Kangkung darat dapat diperbanyak dengan biji. Untuk luasan satu hektar
diperlukan benih sekitar 10 kg. Varietas yang dianjurkan adalah varietas Sutra
atau varietas lokal yang telah beradaptasi.

2.3.2) Persiapan Lahan

Lahan terlebih dahulu dicangkul sedalam 20-30 cm supaya gembur, setelah itu
dibuat bedengan membujur dari Barat ke Timur agar mendapatkan cahaya penuh.
Lebar bedengan sebaiknya adalah 100 cm, tinggi 30 cm dan panjang sesuai
kondisi lahan. Jarak antar bedengan + 30 cm. Lahan yang asam (pH rendah)
lakukan pengapuran dengan kapur kalsit atau dolomit.

2.3.3) Pemupukan

Bedengan diratakan, 3 hari sebelum tanam diberikan pupuk kandang (kotoran


ayam) dengan dosis 20.000 kg/ha atau pupuk kompos organik hasil fermentasi
(kotoran ayam yang telah difermentasi) dengan dosis 4 kg/m2. Sebagai starter
ditambahkan pupuk anorganik 150 kg/ha Urea (15 gr/m2) pada umur 10 hari
setelah tanam. Agar pemberian pupuk lebih merata, pupuk Urea diaduk dengan
pupuk organik kemudian diberikan secara larikan disamping barisan tanaman, jika
perlu tambahkan pupuk cair 3 liter/ha (0,3 ml/m2) pada umur 1 dan 2 minggu
setelah tanam.

6
2.3.4) Penanaman

Biji kangkung darat ditanam di bedengan yang telah dipersiapkan. Buat lubang
tanam dengan jarak 20 x 20 cm, tiap lubang tanamkan 2 – 5 biji kangkung. Sistem
penanaman dilakukan secara zigzag atau system garitan (baris).

2.3.5) Pemeliharaan

Yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan air, bila tidak turun hujan harus
dilakukan penyiraman. Hal lain adalah pengendalian gulma waktu tanaman masih
muda dan menjaga tanaman dari serangan hama dan penyakit.

2.3.6) Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)

Hama yang menyerang tanaman kangkung antara lain ulat grayak (Spodoptera
litura F), kutu daun (Myzus persicae Sulz) dan Aphis gossypii.
Sedangkan penyakit antara lain penyakit karat putih yang disebabkan oleh Albugo
ipomoea reptans. Untuk pengendalian, gunakan jenis pestisida yang aman mudah
terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik.
Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis,
dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.

2.3.7) Panen

Panen dilakukan setelah berumur + 30 hari setelah tanam, dengan cara mencabut
tanaman sampai akarnya atau memotong pada bagian pangkal tanaman sekitar 2
cm di atas permukaan tanah.

2.3.8) Pasca Panen

Pasca panen terutama diarahkan untuk menjaga kesegaran kangkung, yaitu


dengan cara menempatkan kangkung yang baru dipanen di tempat yang teduh
atau merendamkan bagian akar dalam air dan pengiriman produk secepat
mungkin.

7
III.METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan magang atau kkp ini dilakukan selama ± 2 bulan mulai dari
tanggal 9 September 2017 sampai dengan tanggal 26 Oktober 2017. Kegiatan
magang atau kkp ini dilakukan Kecamatan pujananting Kubupaten Barru yang
menitik beratkan pada lahan pertanian
3.2 Pemilihan Objek Magang
Desa jangan-jangan kecamatan pujannanting pada lingkungan sebagai
objek magang didasarkan atas beberapa pertimbangan-pertimbangan, sebagai
berikut:
a. Merupakan salah satu lokasi yang melakukan aktivitas atau menerapkan
system vertikultur dengan memanfaatkan hasil pertanian sayuran musiman;
b. Desa jangan-jangan khususnya kabupaten barru merupakan salah satu
daerah yang melakukan kegiatan system vertikultur budidaya sayuran
musiman yang berskala kecil dengan melibatkan keluarga sebagai tenaga
kerjanya;
c. Pihak pemerintah atau masyarakat setempat bersedia menerima penulis
dalam pelaksanaan magang tersebut;
3.3 Rancangan Kegiatan Belajar
Sasaran-sasaran belajar yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan magang ini
dapat dicapai dengan metode :
a. Wawancara, untuk mendapatkan informasi secara mendetail mengenai
budidaya tanaman rempah dengan menerapkan system vertikultur oleh
salah satu wargaibu lilianti)
Informasi yang diperoleh dengan penggunaan metode magang di atas,
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode berfikir Analisis Persoalan
Agrosistem (APAS), sebagai berikut:
1. Studi Kasus
Dimaksudkan untuk menganalisis situasi dan kondisi obyek magang
menyangkut kepemilikan sumberdaya (Lahan, bangunan, peralatan, manusia dan

8
finansial) serta kinerja (Budidaya) yang terjadi pada usaha tersebut. Dalam
kegiatan studi ,kasus ini di gunakan Analisis Posisi dan Kinerja Agrosistem yang
dituangkan dalam bentuk deskripsi dari kasus kegiatan system vertikultur
pertanian yang dikaji.
2. Studi Problematisasi
Dimaksudkan untuk mengidentifikasi persoalan-persoalan dan kendala
yang dihadapi oleh obyek magang sehubungan dengan kelemahan dan
kekurangan yang terjadi pada aspek kepemilikan sumberdaya dan kinerja yang
sedang berlangsung.
Tahap awal dari studi problematisasi dilakukan analisis masalah dengan
menggunakan Analisis Masalah Pengembangan Agrosistem. Masalah yang
ditemukan berdasarkan indikator perbandingan antara harapan (kondisi ideal)
dengan kenyataan (realitas).
Untuk merumuskan tindakan-tindakan untuk pemecaahan masalah pada
langkah analisis selanjutnya, maka sebelumnya perlu ditetapkan sasaran-sasaran
sebagai suatu harapan (kondisi ideal). Sasaran-sasaran yang ditetapkan ini adalah
merupakan pembalikan dari pernyataan masalah yang dilengkapi dengan
indikator-indikator pencapaiannya. Penetapan sasaran-sasaran menggunakan
Analisis Sasaran Pengembangan Agrosistem.
3. Desain Tindakan Pengembangan
Untuk menemukan solusi dari permasalahan yang dihadapi oleh obyek
magang, maka dilakukan beberapa analisis, yaitu
a. Analisis Tindakan Pengembangan Agrosistem
Berangkat dari sasaran yang telah ditetapkan, maka dapat dirumuskan
beberapa tindakan alternatif sebagai upaya untuk solusi pemecahan
masalah yang dihadapi.
b. Strukturisasi Tindakan
Berangkat analisis tindakan yang telah ditetapkan maka langkah
selanjutnya adalah strukturisasi tindakan dengan tujuan untuk
mempermudah tindakan yang pertama dilakukan sehingga dapat
menyelesaikan beberapa masalah yang terdapat pada kegiatan budidaya

9
sayuran dengan menggunakan system vertikultur dengan biaya yang
sedikit mungkin.

10
IV DESKRIPSI AGROSISTEM KASUS

4.1 Keadaan Sosiografis

Menurut hasil pengamatan tentang bagaimana cara masyarakat di

Lingkungan ini melakukan interaksi antara sesamanya itu ada yang kurang

bermasyarakat karena jika dilihat dari pekerjaan kebayakan masyarakatnya sibuk

dengan urusan masing-masing mereka lebih mementingkan kepentingan pribadi

dari pada kepentingan bersama. Olehnya itu mereka kurang menjalin komunikasi

dengan masyarakat sekitar, sehingga kerjasama pun sulit di laksanakan. Meskipun

demikian, masih ada juga yang lebih mengutamakan kebersamaan dan

kekeluargaan yaitu saling menjalin silaturahim dengan baik antar sesama sehingga

apabila ada suatu kegiatan yang akan di laksanakan, mereka menyempatkan ikut

serta sehingga kegiatan bisa berjalan dengan baik, serta lingkungan inipun masih

menjunjung tinggi budaya-budaya yang ada di dalam masyarakat.

4.2 Kinerja Sistem Vertikultur

Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang

berarti presentasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang.

Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Berbeda dengan lahan pertanian secara umum, pekarangan rumah

memiliki luasan yang relative sempit, bersentuhan langsung dengan penghuni

rumah, serta memiliki peran yang sangat kompleks. Oleh sebab itu,

11
pemanfaatannya dalam budidaya sayuran harus direncanakan sedemikian rupa

sehingga dapat berfungsi optimal, baik dalam hal tingkat produksi maupun dalam

pemanfaatan lainnya di rumah tangga.

Beberapa prasyarat yang harus dipenuhi dalam berbudidaya sayuran

dipekarangan diantaranya adalah harus memiliki nilai estetika atau keindahan

sehingga selain dapat dimakan juga dapat mempercantik halaman rumah. Strategi

yang dapat dilakukan, diantaranya melalui pengaturan jenis, bentuk dan warna

tanaman. Selain itu, model yang digunakan sebaiknya bersifat mobile atau mudah

untuk dipindahkan. Hal ini diperlukan guna mengantisipasi pemanfaatan dan

penataan pekarangan. Model budidaya yang dapat memenuhi kriteris demikian

adalah model budidaya secara vertical atau vertikultur dan budidaya dalam media

bambu, guna memenuhi kebutuhan sayuran kangkung dalam skala rumah tangga.

12
V. GAMBARAN UMUM

5.1 GAMBARAN UMUM DESA

1. KONDISI GEOGRAFIS

Gambar 1.1

PETA DESA JANGANJANGAN

Desa JanganJangan secara geografis berada di ketinggian antara 400 – 800

Km di atas permukaan laut . Dengan curah hujan rata – rata dalam pertahun antara

2.350 mm, serta suhu rata –rata pertahun adalah 30 C. Dengan batas – batas desa

sebagai berikut :

 Sebelah utara : Kelurahan Mattappawalie

 Sebelah timur : Desa Pattappa

 Sebalah Selatan : Desa Pujananting

 Sebelah Barat : Desa Lasitae Kec. Tanete Rilau

Luas Wilayah Desa JanganJangan seluas 53,005 Km yang terdiri dari :

a. Sawah : 214 ha

b. Tanah bukan Sawah :

13
 Pemukiman : 39,90 ha

 Perkebunan : 518 ha

 Kuburan : 7 ha

 Pekarangan : 8 ha

 Perkantoran : 1 ha

 Hutan : 975 ha

 Lainnya : 42,07 ha

Gambar. 1.2

Luas Wilayah dalam Grafik

42.07 214
Sawah
39.9
Pemukiman
Perkebunan
Kuburan
Pekarangan
975 518
Perkantoran
Hutan

7 Lainnya

Berdasarkan topografi, Desa JanganJangan memiliki karakteristik

wilayah yang Beraneka Ragam antara lain terletak pada ketinggian dari

permukaan laut antara 400 - 800 m dpl.

14
Jenis iklim yang ada di Desa JanganJangan adalah Iklim tropis dengan suhu Rata-

Rata 30®C, sedangkan suhu Maksimum biasa mencapai 35®C.

Adapun Desa JanganJangan secara administrative terdiri dari 8 dusun dengan

Jumlah RT sebanyak 12, dengan rician sebagai berikut :

1. Dusun Bette : 2 RT

2. Dusun Tinco : 1 RT

3. Dusun Pangi : 2 RT

4. Dusun Tanggassoe : 1 RT

5. Dusun Beruru : 1 RT

6. Dusun Ere : 1 RT

7. Dusun Bontorea : 2 RT

8. Dusun Mare-Mare : 2 RT

2. Gambaran Umum Demografis

a. Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk Desa JanganJangan pada Tahun 2016 sebanyak 1.855

jiwa, terdiri dari 911 jiwa laki – laki dan 944 Jiwa perempuan .tingkat

pertumbuhan penduduk rata- rata sebesar 13 % dalam tiga tahun terakhir.

Tingkat kepadatan penduduk, di Desa JanganJangan rata – rata sebesar 46

jiwa per Km2. Adapun penyebaran Penduduk perdusun dari tahun 2011

sampai dengan 2016 sebagai berikut :

Table 1.3

Perkembangan jumlah penduduk Desa JanganJangan Per Dusun

15
Tahun 2011 – 2016

TAHUN
NO NAMA DUSUN
2011 JUM. 2012 JUM. 2013 JUM. 2014 JUM. 2015 JUM. 2016 JUM.
1 BETTE KK 109 KK 109 KK 109 KK 110 KK 112 KK 119
L 232 L 231 L 232 L 228 L 225 L 227
P 249 P 251 P 252 P 250 P 248 P 247
JUMLAH JIWA TOTAL 481 TOTAL 482 TOTAL 484 TOTAL 478 TOTAL 473 TOTAL 474
2 TINCO KK 61 KK 61 KK 62 KK 62 KK 61 KK 51
L 125 L 125 L 125 L 123 L 123 L 107
P 137 P 136 P 140 P 138 P 139 P 106
JUMLAH JIWA TOTAL 262 TOTAL 261 TOTAL 265 TOTAL 261 TOTAL 262 TOTAL 213
3 PANGI KK 57 KK 57 KK 57 KK 69 KK 68 KK 69
L 129 L 126 L 126 L 119 L 117 L 131
P 119 P 118 P 116 P 116 P 116 P 135
JUMLAH JIWA TOTAL 248 TOTAL 244 TOTAL 242 TOTAL 235 TOTAL 233 TOTAL 266
4 TANGNGASSOE KK 44 KK 44 KK 44 KK 44 KK 42 KK 42
L 87 L 87 L 87 L 87 L 85 L 85
P 91 P 91 P 91 P 91 P 90 P 90
JUMLAH JIWA TOTAL 178 TOTAL 178 TOTAL 178 TOTAL 178 TOTAL 175 TOTAL 175
5 BERURU KK 20 KK 20 KK 20 KK 21 KK 21 KK 28
L 48 L 48 L 48 L 48 L 48 L 57
P 48 P 48 P 48 P 48 P 48 P 55
JUMLAH JIWA TOTAL 96 TOTAL 96 TOTAL 96 TOTAL 96 TOTAL 96 TOTAL 112
6 ERE KK 31 KK 39 KK 39 KK 39 KK 41 KK 49
L 88 L 88 L 88 L 88 L 90 L 92
P 87 P 86 P 86 P 86 P 88 P 99
JUMLAH JIWA TOTAL 175 TOTAL 174 TOTAL 174 TOTAL 174 TOTAL 178 TOTAL 191
7 BONTOREA KK 57 KK 56 KK 56 KK 56 KK 56 KK 55
L 111 L 113 L 113 L 113 L 113 L 112
P 112 P 112 P 112 P 112 P 112 P 111
JUMLAH JIWA TOTAL 223 TOTAL 225 TOTAL 225 TOTAL 225 TOTAL 225 TOTAL 223
8 MARE -MARE KK 50 KK 50 KK 50 KK 51 KK 48 KK 48
L 101 L 101 L 101 L 101 L 100 L 100
P 102 P 103 P 102 P 101 P 100 P 101
JUMLAH JIWA TOTAL 203 TOTAL 204 TOTAL 203 TOTAL 202 TOTAL 200 TOTAL 201

b.Keagamaan Penduduk

Penduduk Desa JanganJangan menurut sepengetahuan semua memeluk agama

islam.

c.Pendidikan Penduduk

16
Dalam bidang pendidikan, tingkat pendidikan penduduk Desa JanganJangan

untuk usia 5 (Lima) tahun ke atas sebagai berikut:

Tabel 1.9

Struktur Pendidikan Pendudukan

Pendidikan Thn 2011 Thn 2012 Thn 2013 Thn 2014 Thn 2015 Thn 2016
Strata 2 0 0 0 0 0 0
D 4 / Strata 1 8 18 27 30 36 66
D 3/ D 2 0 0 0 0 0 0
SLTA/Sederajat 257 260 240 255 257 265
SLTP/ Sederajat 320 346 386 341 344 342
Tamat SD / Sederajat 727 729 730 723 715 705
Blm. Tamat Sd 495 472 472 465 460 450
Blm. Sekolah 59 40 37 36 30 65
Jumlah 1866 1865 1892 1850 1842 1893

Gambar 1.10

Struktur Pendidikan Pendudukan dalam Grafik

2000

1800
Strata 2
1600
D4/Strata 1
1400 D3/S. Muda
1200 D1/D2

1000 SLTA/Sederajat
SLTP/Sederajat
800
Tamat SD/Sederajat
600
Blm. Tamat SD
400
Blm. Sekolah
200 Total
0
Thn 2011 Thn 2012 Thn 2013 Thn 2014 Thn 2015 Thn 2016

17
3.KONDISI EKONOMI

Desa JanganJangan adalah Desa Pertanian, karena Masyarakat sebagian

bekerja dalam bidang pertanian , sedangkan yang lainnya adalah

wiraswasta,jasa dan lain-lain, sebagaimana dalam table struktur mata

pencaharian penduduk sebagai berikut :

Gambar 1.11

Struktur Pekerjaan Penduduk dalam Grafik

450
400
350
300 Thn 2011
250 Thn 2012
200
Thn 2013
150
100 Thn 2014
50 Thn 2015 Thn 2015
0 Thn 2013 Thn 2016
Thn 2011

Potensi Unggulan Desa JanganJangan mempunyai beberapa potensi unggulan


yang biasa dikembangkan sebagaimana berikut :
 Usaha Pertanian berupa Kacang tanah, Jagung, dan Padi
 Usaha industri pemipil jagung,
 Usaha peternakan Sapi dan
 Usaha perdagangan

18
VI PROBLEMATISASI

Problematisasi dimaksudkan untuk merumuskan permasalahan-

permasalahan yang dihadapi berdasarkan hasil analisis posisi dan kinerja yang

dianalisis dengan menggunakan analisis masalah pengembangan agrosistem.

Indikator terjadinya masalah adalah jika terjadi kesenjangan antara kenyataan dan

keinginan (harapan). Berangkat dari dasar penentuan masalah, kenyataan seperti

yang digambarkan pada analisis posisi dan kinerja harus dibandingkan dengan

harapan yang merupakan sasaran dalam pengembangan agrosistem. Olehnya itu

pada tahap problematisasi, selain digunakan analisis masalah juga digunakan

analisis sasaran.

6.1 Analisis Masalah Pengembangan Agrosistem

Analisis masalah merupakan dasar untuk menentukan masalah-masalah

yang dihadapi dalam rangka merumuskan tidakan yang akan dilaksanakan dalam

mencapai visi yang telah ditetapkan. Pada analisis masalah pengembangan

agrosistem beberapa tahapan analisis , yaitu identifikasi masalah pengembangan

agrosistem, penentuan masalah utama pengembangan agrosistem, dan

strukturisasi masalah pengembangan agrosistem.

6.1.1 Identifikasi Masalah Pengembangan Agrosistem

Mengidentifikasi masalah menilai setiap dari komponen-komponen

(indicator) posisi dan kinerja agrosistem. Jika terdapat indikasi kelemahan,

kekurangan dan ketidakpuasan pada posisi atau kinerja perusahaan tersebut berarti

pada komponen tersebut terdapat masalah.

19
Hasil analisis masalah berdasarkan posisi kepemilikan sumberdaya dan

kinerja yang berlangsung menunjukkan bahwa masalah-masalah yang ada sebagai

berikut :

A. Posisi Sumberdaya

1. Lahan kurang

2. Masih minimnya pengetahuan

3. Masih kurangnya keterampilan

B. Kinerja

4. Perawatan pada tanaman masih kurang

5. Komunikasi terbatas dan minimnya jaringan internet didesa jangan-jangan.

6. Pemanfaatan pekarangan masih kurang di fungsikan

Tabel. 1 Kesenjangan yang berhubungan dengan masalah serta fakta dan harapan

di desa jangan-jangan.

No Fakta Masalah Harapan

1 Terbatasnya Lahan Lahan kurang Lahan Bertambah

2 Minimnya Pengetahuan tentang Tingginya pengetahuan

Pengetahuan pemanfaatan mengetahui tentang

pekarangan rumah pemanfaatan pekarangan

rumah

3 Kurangnya Skill kurang Meningkatnya skill

Penempatan

Estetika

4 Hasilnya Kurang Perawatan pada Perawatan tanaman harus

20
Memuaskan sayuran kangkung meningkat

kurang

5 Minimnya via Komunikasi terbatas Meluasnya jaringan via

komunikasi komunikasi

6 Minat untuk Penyuluhan kurang Penyuluaha dengan

belajaar kuran inovasi yang baru

Sumber: Data Primer setelah diolah, 2017

6.1.2 Strukturisasi Masalah

Strukturisasi masalah adalah suatu diagram pohon yang membantu kita

untuk melihat langsung dari masalah utama penyebab masalah dan akibat dari

masalah tersebut. Untuk lebih jelasnya strukturisasi masalah dapat dilihat pada

gambar berikut ini

Kebutuhan sayur
kangkung

Lahan Kurangnya Skill Komunikasi


Kurang Terbatas

Pengetahuan Tentang pemanfaatan pekarangan rumah


Rendah

21
Gambar. 2 Struktur Pohon Masalah pemanfaatan di lahan pekarangan Kecamatan

pujananting Kabupaten Barru, 2017

6.2 Analisis Sasaran Pengembangan Agrosistem

Sebagaimana yang telah dibahas pada analisis, munculnya masalah pada

dasarnya karena terdapat kelemahan, kekurangan dan ketidakpuasan terhadap

posisi kepemilikan sumberdaya dan kinerja. Atau dengan kata lain penilaian

masalah tersebut terjadi karena sesuatu yang menjadi harapan tidak terjadi.

Harapan itulah yang disebut sasaran.

6.2.1 Penetapan Sasaran Pengembangan Agrosistem

Pengembangan suatu usaha hanya dapat dilakukan apabila sasaran yang

akan dicapai cukup jelas. Disamping sasaran harus cukup jelas, sasaran juga harus

terukur baik secara kualitatif maupun kuantitatif, karena sasaran merupakan salah

satu indicator untuk menentukan sesuatu hal sebagai masalah atau bukan. Olehnya

itu, penetapan sasaran perlu dilakukan dengan realistis dalam artian sasaran yang

ditetapkan tidak terlalu tinggi sehingga sulit untuk dicapai dan tidak terlalu rendah

sehingga kadang disepelekan.

Pernyataan sasaran adalah pembalikan dari pernyataan masalah dengan

indikator yang jelas. maka sasaran-sasaran yang ingin dicapai dapat diuraikan

sebagai berikut :

A. Posisi Sumberdaya

1. Lahan bertambah

2. Tingginya pengetahuan mengenai sistem vertikultur

3. Meningkatnya skill

22
4. Kinerja

5. Perawatan sayuran secara kontinu

6. Adanya sosialisasi

6.2.2 Strukturisasi Sasaran

Strukturisasi sasaran adalah suatu upaya untuk menyusun sasaran yang

didapatkan dari proses transformasi positif dari masalah-masalah yang ditemukan.

Sasaran tersebut kemudian disusun dalam suatu struktur pohon sasaran yang

bertujuan untuk mencari hubungan antara sasaran satu dengan lainnya.

Strukturisasi ini dapat dilihat pada gambar berikut ini

Kebutuhan sayur
kangkung

Lahan Meningkatnya skill Adanya


Bertambah Sosialisasi

Luasnya Pengetahuan
mengenai pemanfaatan
pekarangan rumah
tanaman kangkung

Gambar. 3 Struktur Pohon Sasaran Pemanfaatan pekarangan rumah tanaman

rempah

23
V11 DESAIN TINDAKAN PENGEMBANGAN

7.1 Analisis Tindakan

Analisis tindakan pengembangan merupakan langkah untuk merumuskan

tindakan-tindakan yang akan dilaksanakan terkait dengan sasaran-sasaran yang

telah ditetapkan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi, seperti

yang telah diuraikan pada bagian problematisasi.

Setelah melalui proses evaluasi, maka tindakan yang akan dilakukan untuk

mencapai sasaran agar dapat mencapai tujuan dapat dijelaskan pada uraian

dibawah ini :

1. Untuk mendapatkan hasil panen yang baik serta meningkat maka langkah

yang harus dilakukan yaitu dengan perawatan tanaman secara kontinu

serta memperbanyak pengetahuan mengenai cara merawat tanaman

dengan menggunakan pekarangan rumah.

2. Untuk halaman rumah agar dapat terlihat indah dengan pekarangan rumah

yaitu butuh skill atau keterampilan khusus dengan cara menciptakan

kreatifitas individu dan pengetahuan mengenai hal tersebut .

3. Untuk mendapatkan informasi dibutuhkan komunikasi atau sosialisasi

antar masyarakat agar dapat saling membantu dalam menyelesaikan asalah

atau kendala yang dihadapi

24
VIII EPILOG

8.1 Refleksi

Setelah melaksanakan kegiatan magang didesa jangan-jangan pada

pemanfaatan di lahan pekarangan untuk tanaman kangkung dapat ditarik

pelajaran-pelajaran penting, sebagai berikut :

- Keterbatasan kepemilikan sumberdaya akan mempengaruhi

pelaksanaan kinerja kegiatan: Kepemilikan sumberdaya kegiatan

(lahan, peralatan, manusia, dan finansial) yang kurang cenderung

berakibat pada terhambatnya pelaksanaan kinerja kegiatan (pembuatan

pekarangan rumah). Salah satu contoh yang dapat dilihat pada aspek

kegiatan ini didesa jangan-jangan,dimana kurangnya pengetahuan serta

skill akan membuat hasil panen menurun.

8.2 Saran

Adapun sarannya yaitu sebaiknya semua warga yang didesa jangan-jangan

bisa mengembangkan lahan yang masih kosong disekitar pekarangan rumah,dan

memanfaatkan hasil-hasil pertanian dengan baik agar kebutuhan sayur khususnya

kangkung dapat terpenuhi.

25
DAFTAR PUSTAKA

Nappu,Basir.2012.BudidayaSayurandiLahanPekarangan(http://sulsel.litbang.perta

nian.go.id/ind/index.php?option=com_content&view=articie&id=802:-

budidaya-sayuran-di-lahan-pekarangan-tahun-terbit-2012) diakses pada

tanggal 16 Oktober 2017

(https://essymia.wordpress.com/2012/10/29/hortikultura tanaman rempah-

pertanian-masa-depan/) Diakses pada tanggal 16 Oktober 2017

Aditya. 2009 http://akubesertakamu.blogspot.com/2011/03/respon-pertumbuhan-

dan-produksi-tanaman.html diakses tanggal 1 Mei 2015

Maria. 2009 http://tipspetani.blogspot.com/2013/10/cara-budidaya-tanaman-

kangkung_23.html diakses tanggan 1 Mei 2015

Anonim., 1960. Principles of Plants Breeding. University of California, USA.

Ashari. S., 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Press, Jakarta.

Sunanjono. 2004. Teknik budidaya tanaman Sayur-Kangkung. PT Alex Media

Komputindo. Jakarta

26
LAMPIRAN

27
28
29

Anda mungkin juga menyukai