TOR Survey Lalu Lintas Jalan 2017
TOR Survey Lalu Lintas Jalan 2017
TOR Survey Lalu Lintas Jalan 2017
1. Dasar Hukum
Secara umum kegiatan penyediaan perlengkapan jalan yang berkaiatan langsung dengan
pengguna jalan dilakukan dengan mengaju pada ketentuan yang diatur pada:
a. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025;
c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang Manejemen dan Rekayasa,
Analisis Dampak serta Manejemen Kebutuhan Lalu Lintas;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas Dan
Angkutan Jalan;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran Kementerian Negara/Lembaga;
g. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019
h. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 3 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran di lingkungan Kementerian Perhubungan;
i. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 34 Tahun 2014 tentang Marka Jalan;
j. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 13 Tahun 2014 tentang Rambu Lalu Lintas;
k. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 49 Tahun 2014 tentang Alat Pemberi Isyarat
Lalu Lintas;
l. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 96 Tahun 2015 tentang Pedoman
Pelaksanaan Manejemen dan Rekayasa lalu Lintas;
m. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 248
/KPTS/M/2015 tentang Penetapan Ruas Jalan dalam jaringan jalan primer menurut
fungsinya sebagai jalan arteri (JAP) dan jalan kolektor-1 (JKP-1).
2. Gambaran Umum
Tujuan penyusunan pelaksanaan kegiatan manajemen dan rekayasa lalu lintas
adalah untuk mewujudkan optimalisasi penggunaan jaringan jalan dan gerakan
lalu lintas dalam rangka menjamin keamanan, keselamatan, ketertiban, dan
kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan.
Optimalisasi penggunaan jaringan jalan dan gerakan Lalu Lintas dilakukan dengan
memaksimalkan penggunaan kapasitas ruang lalu lintas melalui:
Berdasarkan Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Pasal 25 secara jelas diperintahkan bahwa setiap jalan harus dilengkapi dengan
perlengkapan jalan. Secara umum perlengkapan jalan dibagi 2 jenis yaitu perlengkapan
jalan yang berkaitan langsung dengan pengguna jalan dan perlengkapan jalan yang tidak
berkaiatan langsung dengan pengguna jalan.
Perlengkapan jalan yang berkaitan langsung dengan pengguna jalan berdasarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang Manejemen dan Rekayasa, Analisis Dampak
serta Manejemen Kebutuhan Lalu Lintas, Pasal 33 terdiri atas:
a. alat pemberi isyarat lalu lintas;
b. rambu lalu lintas;
c. marka jalan;
d. alat penerangan jalan;
e. alat pengendali pemakai jalan, terdiri atas:
1) alat pembatas kecepatan; dan
2) alat pembatas tinggi dan lebar kendaraan.
f. alat pengaman pemakai jalan, terdiri atas:
1) pagar pengaman;
2) cermin tikungan;
3) tanda patok tikungan (delineator);
4) pulau-pulau lalu lintas; dan
5) pita penggaduh.
g. fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di jalan
maupun di luar badan jalan; dan/atau
h. fasilitas pendukung penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan.
Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Perhubungan cq Ditjen Perhubungan Darat
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah Lampiran huruf O. Pembagian Urusan Pemerintahan dibidang Perhubungan;
secara jelas dinyatakan mempunyai tanggungjawab dalam urusan penyediaan
perlengkapan jalan di jalan nasional.
Penyediaan perlengkapan jalan di jalan nasional secara prinsip mengacu pada Keputusan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 248 /KPTS/M/2015 tentang
Penetapan Ruas Jalan dalam jaringan jalan primer menurut fungsinya sebagai jalan arteri
(JAP) dan jalan kolektor-1 (JKP-1) yang secara ekplisit menyatakan nama-nama ruas jalan
yang termasuk kategori jalan nasional.
Pada tahun 2016, jalan nasional di Provinsi Gorontalo sepanjang 748,60 km. Panjang jalan
nasional yang ada ini secara bertahap akan dilengkapi dengan perlengkapan jalan. Upaya
ini dilakukan dalam rangka pelaksanaan Pilar Kedua “Jalan yang Berkeselamatan”
sebagaimana diamanatkan dalam Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2013 tentang Program
Dekade Aksi Keselamatan Jalan.
B. MAKSUD DAN TUJUAN (WHY)
Pekerjaan ini dimaksudkan untuk melakukan pengadaan dan pemasangan fasilitas
perlengkapan jalan pada ruas jalan nasional yang terbangun di Provinsi Gorontalo.
Tujuan dari kegiatan ini adalah :
a. Memenuhi kebutuhan perlengkapan jalan pada ruas jalan nasional di Propinsi Gorontalo;
b. Mengurangi resiko kecelakaan yang diakibatkan oleh kurang tersedianya fasilitas
perlengkapan jalan;
c. Meningkatkan pelayanan jalan nasional dari aspek kelengkapan perlengkapan jalan.
C. PENERIMA MANFAAT
Penerima manfaat dari kegiatan Pengadaan dan Pemasangan Fasilitas Perlengkapan Jalan di
wilayah Provinsi Gorontalo adalah masyarakat secara luas baik pengguna kendaraan bermotor,
pengguna angkutan umum, pejalan kaki, perusahaan angkutan penumpang maupun
perusahaan angkutan barang.
4. Spesifikasi Teknis
Spesifikasi teknis perlengkapan jalan yang digunakan adalah spesifikasi teknis yang
ditetapkan oleh Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.