Laporan Akhir
Laporan Akhir
Laporan Akhir
) DALAM
SISTEM BUDIDAYA MONOKULTUR DAN POLIKULTUR
ABSTRAK
Analisis pertumbuhan tanaman merupakan metodeyang digunakan untuk menaksir hasil fotosintesis
bersih tanaman yang menjelaskan tentang keragaman hasil dan pertubuhan tanaman, mengidentifikasi faktor
pertumbuhan utama yang membatasi hasildan mengukur stabilitas dan adaptasi tanaman pada kondisi
lingkungan tertentu. Analisis pertimbuhan tanaman berfungsi untuk menghasilkan indeks dan parameter
pertumbuhan yang keseluruhannya dikenal dengan istilah karakteristik pertumbuhan. Percobaan ini dilaksanakan
pada tanggal 21 Oktober 2017 – 02 Desember 2017 dan Lokasi pelaksanaan praktikum ini adalah di
laboratorium Agronomi UMM dan lahan terpadu Fakultas Pertanian - Peternakan UMM. Metode yang
digunakan yaitu pengamatan selama enam kali dengan variabel yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah
daun,berat kering tanaman , luas daun dan laju pertumbuhan (GR,RGR dan NAR). Hasil dari percobaan tersebut
yaitu tanaman cabai yang ditanam secara polikultur maupun monokultur tidak terlalu memberikan pengaruh
yang signifikan terrhadap laju perrtumbuhan, karena nilai GR,RGR dan NAR yang menunjukkan laju
pertumbuhan tanaman cabai relatif sama sedangkan untuk tanaman sawi relatif lebih besar karena pengaruh, luas
daun, berat kering yang memang lebih tinggi dibandingkan tanaman cabai.
ABSTRACT
Crop growth analysis is a method used to estimate the results of plant net photosynthesis that explains
the diversity of yields and plant growth, identifying major growth factors that limit the prevalence and measure
the stability and adaptation of plants under certain environmental conditions. Analysis of plant growth serves to
produce indexes and growth parameters that are all known by the term growth characteristics. This experiment
was conducted on October 21, 2017 - December 02, 2017 and the location of this practice is in the laboratory
Agronomy UMM and integrated land Faculty of Agriculture - Animal Husbandry UMM. The method used was
observation for six times with observed variables ie plant height, leaf number, dry weight of plant, leaf area and
growth rate (GR, RGR and NAR). The result of the experiment is that chilli planted by polyculture and
monoculture does not give a significant effect on the growth rate, because the GR value, RGR and NAR
indicating the growth rate of chili plant is relatively the same while for the mustard plant is relatively bigger due
to the influence, leaf area , dry weight which is higher than pepper plants.
2
Lokasi pelaksanaan praktikum ini adalah keseluruhan, dan juga penyemprotan insektisida
di laboratorium Agronomi UMM dan lahan jenis Dechis dengan dosis 1 ml/liter untuk
terpadu Fakultas Pertanian-Peternakan UMM. menanggulangi serangan hama yang menyerang
tanaman cabai maupun sawi.
Alat Dan Bahan 3. Pengamatan
Pengamatan dilakukan sebanyak 6 kali
Adapun alat yang digunakan untuk
dan dilakukan 7 hari sekali pada hari sabtu.
percobaan ini yaitu cangkul, bambu, sabit, plastik
Parameter Yang Diamati yaitu ;
mulsa, meteran, knapsack, oven, timbangan
a. Tinggi Tanaman
analitik, penggaris, alat tulis dan alat
Tinggi tanaman adalah parameter
dokumentasi. Sedangkan bahan – bahan yang
pertama yang digunakan untuk melihat pengaruh
dibutuhkan yaitu bibit tanaman cabai sebanyak
sistem tanam monokultur terhadap pertumbuhan
16-20 tanaman, bibit sawi, air, pupuk kandang
tanaman cabai. Tinggi tanaman adalah salah satu
lahan atau bedengan, furadan dan insektisida.
faktor utama yang mampu dilihat secara visual
Metode Kerja dan paling tampak. Pengukuran tinggi tanaman
dilakukan menggunakan metode manual
1. Persiapan Tanam, Penanaman Dan menggunakan pengggaris atau meteran.
Penyulaman b. Jumlah Daun
Persiapan yang perlu dilakukan sebelum Jumlah daun adalah parameter yang
dilakukan penanaman diantaranya yaitu membuat digunakan untuk melihat pengaruh sistem tanam
bedengan selebar 4 x 1,2 meter, selanjutnya yaitu terhadap pertumbuhan tanaman cabai. Jumlah
mencampurkan pupuk kandang dengan dosis 8 daun adalah salah satu faktor utama yang mampu
kg per bedengan, mengaduh dan meratakan dilihat secara visual dan paling
pupuk kandang tersebut kemudian diberi air. tanpak.pengamatan jumlah daun dilakukan secra
Bedengan dibentuk persegi panjang dengan manual dengan menghitung jumlah daun yang
panjang 4 meter dan lebar 1,2 meter dan apabila telah terbuka sempurna.
bedengan sudah jadi maka didiamkan selama 1 c. Luas Daun
minggu agar pupuk kandang dan tanah bedengan Luas daun sangat berhubungan dengan
menjadi siap untuk ditanami. Setelah 1 minggu indeks luas daun, laju pertumbuhan relatif, dan
maka langkah selanjutnya yaitu melakukan laju fotosintesis pada suatu tanaman. Faktor yang
pemasangan mulsa. Setelah itu penanaman paling penting ialah ketepatan penaksiran dan
dengan membuat lubang tanam dengan pelubang kecepatan penaksiran. Metode yang digunakan
sebanyak 16 lubang untuk menanam bibit cabai pada praktikum ini adalah metode kertas grafik
tersebut untuk bedengan bersistem monokultur, yang bersifat destruktif atau merusak. Sampel
untuk bedenga polikultur maka lubang tanam daun dari tanaman cabai yang diambil kemudian
ditambah untuk menanam tanaman sela berupa digambar pada kertas milimeter blok. Luas daun
sawi diantara tanaman cabai. Selanjutnya bibit dihitung berdasarkan gambar atau replika daun
ditanam pada lubang tanam dan disiram. yang memenuhi pada kotak-kotak kecil di kertas
Penyulaman dilakukan dengan menyiapkan millimeter block tersebut. Bagian daun yang
tanaman yang perlu disulam apabila bibit tidak memenuhi kotak diakumulasi dengan
menunjukkan tanda-tanda kematian atau layu. bagian lainnya sehingga perhitungan dapat
akurat. Perhitungan ini dilakukan 2 kali yaitu saat
2. Perawatan pengamatan pertama dan pengamatan ke 6 atau
Perawatan bibit dilakukan dengan terakhir.
melakukan beberapa kegiatan diantaranya yatu d. Berat Kering
penyiraman yang dilakukan setiap hari, Berat Kering adalah parameter yang
pembersihan gulma yang dilakukan setiap digunakan untuk mengukur laju pertumbuhan
pengamatan untuk gulma yang berada di sekitar dari tanaman cabai. Pengukuran Berat Kering
tanaman inti dan pembersihan bedengan secara daun dilakukan dengan melakukan pengovenan
3
selama 2 x 24 jam dengan suhu 800C, setelah itu Relatife Growth Rate
dikeluarkan dari oven dan ditimbang
menggunakan timbangan analitik untuk
mengetahui Berat Kering daun. Perhitungan ini
dilakukan 2 kali yaitu saat pengamatan pertama
dan pengamatan ke 6 atau terakhir.
Net Assimilation Rate
e. Laju pertumbuhan
Laju pertumbuhan dihitung menggunakan rumus
berikut :
Growth Rate
W2−W1
𝐺𝑅 = T2−T1
Hasil
Jumlah Daun
20
40
10
Cabai (P) 20 Cabai (P)
0 Sawi (P)
1 2 3 4 5 6 Sawi (P)
Cabai (M) 0
Minggu ke- 1 2 3 4 5 6 Cabai (M)
Minggu ke-
3. Laju Pertumbuhan
HST (T) Berat Kering (g) (W) Luas Daun (cm2) (LA)
Tanaman Tanaman Tanaman Tanaman
HST (T)
Utama Tumpang Utama Tumpang
28 Okt 2017 (27
0,066 0,275 11,88 40,88
HST)
2 Des 2017 (62
1,617 53,428 478,38 6699
HST)
4
PEMBAHASAN
Tinggi tanaman merupakan salah satu nilainya lebih banyak dibandingkan jumlah daun
variabel pengamatan yang dapat dilihat secara tanaman polikultur, hal ini dikarenakan
langsunng perubahanya. Dari rata – rata hasil terjadinya persaingan penyerapan unsur hara
pengamatan yang terdapat pada grafik 1 tersebut dalam tanah sehingga tanaman polikultur yang
dapat diamati bahwasanya tinggi tanaman tanpa mengalami persaingan daunnya tumbuh
mengalami peningkatan tiap minggunya. Hal ini lebih banyak dan laju pertumbuhannya relatif
dikarenakan tanaman masih mengalami masa lebih lambat karena proses fotosintesisnya juga
vegetatif atau fase pertmbhan yang salah satunya lebih lambat karena jumlah daun yang lebih
terfokus pada tinggi tanaman. Dari grafik dapat banyak.
dilihat bahwa tanaman cabai yang ditanam secara Laju tumbuh tanaman rata-rata
polikultur rata- ratanya lebih tinggi dibandingkan dipengaruhi oleh banyak faktor, namun menurut
tanaman cabai yang ditanam secara monokultur. Fichtner et al. (1995) dan Sitompul dan Guritno
Salah satu faktor penyebabnya yaitu dari (1995); yang paling berpengaruh adalah luas
penampakan bibit tanaman cabai yang di tanam daun, jika dibandingkan dengan jumlah daun.
secara tumpangsari yang memiliki batang yang Menurut Gent (1995), jumlah daun yang banyak
lebih tinggi dibandingkan tanaman cabai yang akan mengurangi irradiasi ke daun tanaman
ditanam dengan monokultur. Selain itu juga sehingga mengurangi kemampuan tanaman
mengenai sebaran unsur hara dalam tanah yang dalam melakukan proses fotosintesis. Jumlah
tidak rata yang akhirnya menyebabkan beberapa daun yang banyak akan meningkatkan tingkat
tanaman mendapat sokongan unsur hara dan yang naungan antar daun, daun akan saling menaungi.
lainnya tidak. Keberhasilan sistem tumpangsari Menurut Ghuhlamadi et al. (2008), cahaya yang
sangat ditentukan oleh usaha pemilihan di intersepsi pada permukaan tajuk bagian bawah
komponen tanaman yang dikombinasikan. Oleh akan semakin sedikit jika letak daun dalam
karena itu faktor utama yang perlu bidang vertikal mendekati permukaan tanah, laju
dipertimbangkan adalah masalah terjadinya fotosintesis daun-daun lapisan tajuk bawah akan
kompetisi diantara tanaman yang semakin rendah karena saling menaungi.
ditumpangsarikan dan kompetisi ini dapat berupa Laju pertumbuhan tanaman dapat diukur
kebutuhan akan cahaya, air dan unsur hara (Bary dengan dua cara yaitu analisis pertumbuhan
dan Susylowati, 2004). dengan mengukur pertambahan berat kering
Menurut Iyamuremye (1996), Pramono tanaman dari waktu ke waktu dan mengamati
(2004) dan Widijanto et al., (2007), pemberian penampilan agronomik tanaman dengan
bahan organik dapat meningkatkan penyerapan N mengukur tinggi tanaman, jumlah daun, diameter
tanaman. Hara N yang tinggi didalam tanaman batang dan lain-lain dari waktu ke waktu. Cara
akan meningkatkan pembentukan dan pertama merupakan pendekatan yang terbaik
pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman. karena yang dimaksud dengan tumbuh adalah
Juga dijelaskan bahwa bahan organik berkorelasi pertambahan berat kering dari tanaman, tetapi
dengan kation-kation Al 3+ dan Fe2+, bahan cara ini mempunyai kelemahan, yaitu sampel
organik mampu menyerap ion-ion tersebut yang diamati tidak sama karena setiap kali
sehingga Al-P dan Fe-P terlepas dan P menjadi pengamatan dilakukan dekstruktif. Cara kedua
tersedia bagi tanaman. tidak sebaik cara pertama karena tidak dapat
Menurut hasil yang dipaparkan oleh mengukur pertambahan berat keringnya, tetapi
grafik 2, dapat diamati bahwa rata – rata sampel yang diamati tetap sama (Syah et al.,
kenaikan jumlah daun terbanyak terdapat pada 2003
tanaman cabai dengan pola tanam monokultur. GR atau Growth Rate merupakan rumus
Pada grafik dapat dilihat bahwa pada yang digunakan untuk mengukur laju
ppengamattan ke 1-2 rata- rata jumlah daun pertumbuhan tanaman per harinya. GR dihitung
tanaman monokutur lebih rendah, akan tetapi dengan mengetahui berat kering dari tanaman
pada minggu ke 3-6 mengalami peningkatan dan dan dibandingkan dengan hari atau lama tanaman
5
itu ditumbukan. Dari tabel 1 dapat diamati bahwa dalam bentuk senyawa organik penyusun seluruh
GR tanaman cabai polikultur lebih rendah yaitu jaringan pada organ vegetatif maupun generatif
0,044 dibandingkan tanama cabai polikultur yaitu tanaman (Bidwell, 1979). Luas daun
0,068. Sedangkan GR dari tanaman sela yaitu spesifik/specifik leaf area (LDS/SLA) merupakan
sawi yang ditanam tumpangsari dengan cabai salah satu cara untuk mengkaji perubahan
memiliki GR yang tinggi yaitu 1,519. GR dari karakteristik daun akibat pengaruh lingkungan
sawi relatif lebih tinggi karena sawi merupakan tumbuh tanaman. Nilai SLA ditetapkan
tanaman herbaceous yang batangnya berair berdasarkan besarnya luas daun dengan berat
sehingga laju pertumbuhannya lebih tinggi kering daun (Prasetyo, 2004)
dibandingkan tanaman cabai yang bertipe
lignosus atau berbatang kayu. KESIMPULAN
RGR atau Relatif Growth Rate
Berdasarkan uraian diatas bahwa yaitu
merupakan rumus yang digunakan untuk
tanaman cabai yang ditanam secara polikultur
menghitung laju pertumbuhan relatif dari
maupun monokultur tidak terlalu memberikan
tanaman. Dari data tersebut RGR tanaman cabai
pengaruh yang signifikan terrhadap laju
relatif sama yaitu 0,071 untuk cabai polikultur
perrtumbuhan, karena nilai GR,RGR dan NAR
dan 0,668 untuk cabai monokultur dibandingkan
yang menunjukkan laju pertumbuhan tanaman
dengan tanaman sawi yaitu 2,394. hal ini diduga
cabai relatif sama sedangkan untuk tanaman sawi
selain karena perbedaan tipe batang tanaman juga
relatif lebih besar karena pengaruh, luas daun,
karena tanaman sawi merupakan tanaman dengan
berat kering yang memang lebih tinggi
umur yang relatif pendek daripada cabai dan fase
dibandingkan tanaman cabai.
hidupnya hanya terfokus pada fase vegetatif atau
pertumbuhan saja karena sawi yang dipanen DAFTAR PUSTAKA
adalah saat masih muda dengan daun dan batang
yang bagus. Badan Pusat Statistik 2017, Luas panen,
Selain itu rumus lain yang digunakan produksi, dan produktivitas cabai, diunduh
untuk menghitung laju pertumbuhan yaitu NAR 12 Desember 2017,
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php
atau Net Assimilation Ratio yaitu laju asimilasi
bersih yang menunjukkan kapasitas tanaman Barry, M. A dan Susylowati. 2004. Pengaruh
dalam mengakumulasikan bahan kering tanaman Pemupukan N, P, K dan Kepadatan
per satuan luas daun. Angka NAR yang Tanaman Jagung Semi Dalam Sistem
ditunjukkan yaitu 0,004 untuk tanaman cabai Tumpangsari Terhadap Pertumbuhan dan
monokultur maupun polikutur sedangkan untuk Hasil Jagung Semi (Zea mays L.) dan
tanaman sawi NAR nya mencapai angka 0,037 Kacang Panjang (Vigna sinensis L.).
Jurnal Budidaya Pertanian. 10(2): 129-
yang artinya lebih besar daripada tanaman cabai. 138.
Hal ini karena berat kering dari sawi jelas lebih
berat bila dibandingkan tanaman cabai dan Bidwell, R. G. S. 1979. Plant Physiology.
perbandingan luas daun yang lebih luas bila Macmillan Publ.Co.Inc.New York.
dibandingkan dengan luas daun cabai yang relatf
sama pula. Diah Tri Hermawati, 2016. Kajian Ekonomi
Analisis pertumbuhan tanaman dapat Antara Pola Tanam Monokultur dan
membantu mengidentifikasi faktor pertumbuhan Tumpang Sari. INOVASI, Volume XVIII,
utama yang mengendalikan atau membatasi hasil. Nomor 1 hal 66 – 71
Hal ini sangat diperlukan dalam upaya
Gardner, F. P., R. Brent Pearce and Roger L.
memperbaiki hasil tanaman pada suatu Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman
lingkungan tertentu atau adaptasi tanaman pada Budidaya. Universitas Indonesia Press.
beberapa lingkungan (Sitompul dan Guritno, Jakarta.
1995) Biomassa tanaman merupakan akumulasi
produk fotosintesis maupun penyerapan hara Gunadi, N dan Sulastrini, I , 2013. Penggunaan
Netting House dan Mulsa Plastik untuk
6
Meningkatkan Pertumbuhan. Jurnal Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995. Analisis
Hortikultura 23(1):36-46, 2013 Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Gunaeni, N & Wulandari, AW 2010, ‘Cara
pengendalian nonkimiawi terhadap Syah M. J., Anwarudin, P. J. Santoso, F. Usman
serangga vektor kutudaun dan intensitas dan T. Purnomo. 2003. Hubungan Laju
Pertumbuhan Dengan Saat berbunga Untuk
serangan penyakit virus mosaik pada
Seleksi Kegenjahan Tanaman Pepaya. J.
tanaman cabai merah. J. Hort., vol. 20, no. Hort. 13(13): 182-189.
4, hlm. 368-76.
Vivit F. Alviana dan Anas D. Susila. 2009.
Prasetyo. 2004. Budidaya Tanaman Kapulaga Optimasi Dosis Pemupukan pada
Sebagai Tanaman Sela Pada Tegakan
Budidaya Cabai (Capsicum annuum L.)
Sengon. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian
Indonesia. 6(1):22-31. Menggunakan Irigasi Tetes dan Mulsa
Polyethylene. Jurnal Agronomi Indonesia
Sirait, Juniar. 2008. Luas daun, kandungan 37 (1) : 28 – 33 (2009).
klorofil dan laju pertumbuhan rumput pada
naungan dan pemupukan yang berbeda.
JITV 13(2): 109-116.
7
LAMPIRAN
8
Tabel 5. Berat kering dan luas daun tanaman tumpangsari
Berat Kering (g) (W) Luas Daun (cm2) (LA)
HST (T)
Tanaman Utama Tanaman Tumpang Tanaman Utama Tanaman Tumpang
28 Okt 2017
0,066 0,275 11,88 40,88
(27 HST)
2 Des 2017
1,617 53,428 478,38 6699
(62 HST)
Denah Bedengan
1m 1m
50cm 50cm
60cm
60cm
4m 4m
25 cm
25
25cm
cm
Keterangan :
: Tanaman sawi
10