Berfikir Kritis Manajemen Fixx

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

BERFIKIR KRITIS
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Menejemen Keperawatan

Oleh :
Ana Yulia
Dede Diah Hardianti
Florentinus Jhon Hendra
Hendrikson
Marcelina Intisari Jamin
Mutiara Valerie
Yeremia Manibuy
Yudhita Sharlly Kurnia

PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2015
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dulu sebagian orang jarang berpikir secara kritis dalam mengambil
sebuah keputusan dan menyelesaikan masalah. Namun sekarang kita dituntut
berpikir secara kritis, terutama seorang perawat. Seorang perawat harus bisa
berpikir kritis untuk mengambil sebuah keputusan atau tindakan dalam
menangani pasien. Berpikir kritis dengan cepat agar kita dapat mengambil
keputusan dengan cepat dan tepat serta melakukan tindakan yang cepat dan
tepat pula. Tapi masih ada perawat yang belum berpikir secara kritis, sehingga
masih ada tindakan yang tertunda dalam menangani pasien. Oleh karena itu,
perawat harus bisa secara tepat dan cepat. Perawat sebagai bagian dari
pemberi pelayanan kesehatan, yaitu memberi asuhan keperawatan dengan
menggunakan proses keperawatan akan selalu dituntut untuk berpikir kritid
dalam berbagai situasi.

Penerapan beripikir kritis dalam proses keperawatan dengan kasus


nyata yang akan memberi gambaran kepada perawat tentang pemberian
asuhan keperawatan yang komperhensif dan bermutu. Seorang yang berpikir
dengan cara kreatif akan melihat setiap masalah dengan sudut yang selalu
berbeda meskipun objeknya sama, sehingga dapat dikatakan, dengan
tersedianya pengetahuan baru, seorang profesional harus selalu melakukan
sesuatu dan mencari apa yang paling efektif dan ilmiah dan memberikan hasil
yang lebih baik untuk kesejahteraan diri maupun orang lain.
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan
keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang
kita miliki, kita menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, ide-ide dan
membuat simpulan yang valid. Semua proses tersebut tidak terlepas dari
sebuah proses berpikir dan belajar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud berpikir kritis?
2. Apa saja model berpikir kritis?
3. Bagaimana Sikap untuk Berpikir Kritis?
4. Apa saja Komponen berpikir kritis?
5. Apa saja Karakteristik Berpikir Kritis?
6. Apa saja Tujuanberpikirkritisdalamkeperawatan?
7. Apa saja Strategidalammengoptimalkanpelayanankeperawatan?
8. Bagaimana Hasil dari berpikir kritis?
9. Apa saja Manfaat berpikir kritis dalam keperawatan?
10. Bagaimana penerapan berpikir kritis dalam keperawatan?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian berpikir kritis
2. Untuk mengetahui model berpikir kritis
3. Untuk mengetahui sikap untuk berpikir kritis
4. Untuk mengetahui komponen berpikir kritis
5. Untuk mengetahui karakteristik berpikir kritis
6. Untuk mengetahui tujuan berpikirkritisdalamkeperawatan
7. Untuk mengetahui strategidalammengoptimalkanpelayanankeperawatan
8. Untuk mengetahui hasil dari berpikir kritis
9. Untuk mengetahui manfaat berpikir kritis dalam keperawatan
10. Untuk mengetahui penerapan berpikir kritis dalam keperawatan
BAB II
BERFIKIR KRITIS

A. Pengertian
Berpikir merupakan suatu proses yang berjalan secara berkesinambungan
mencakup interaksi dari suatu rangkaian pikiran dan persepsi. Critical berasal
dari bahasa Grika yang berarti : bertanya, diskusi, memilih, menilai, membuat
keputusan. Kritein yang berarti to choose, to decide. Krites berarti judge.
Criterion (bahasa Inggris) yang berarti standar, aturan, atau metode. Critical
thinking ditujukan pada situasi, rencana dan bahkan aturan-aturan yang
terstandar dan mendahului dalam pembuatan keputusan.
Critical thinking yaitu investigasi terhadap tujuan guna mengeksplorasi
situasi, fenomena, pertanyaan atau masalah untuk menuju pada hipotesa atau
keputusan secara terintegrasi.
Menurut Brunner dan Suddarth (2002), berpikir kritis adalah proses
kognitif atau mental yang mencakup penilaian dan analisa rasional terhadap
semua informasi dan ide yang ada serta merumuskan kesimpulan dan
keputusan.
Menurut Paul (2005) berpikir kritis adalah suatu seni berpikir yang
berdampak pada intelektualitas seseorang, sehingga bagi orang yang
mempunyai kemampuan berpikir kritis yang baik, akan mempunyai
kemampuan intelektualitas yang lebih dibandingkan dengan orang yang
mempunyai kemampuan berpikir yang rendah.
Paul (2005) mengemukakan bahwa berpikir kritis merupakan dasar untuk
mempelajari setiap disiplin ilmu.Suatu disiplin ilmu merupakan suatu
kesatuan sistem yang tidak terpisah sehingga untuk mempelajarinya
membutuhkan suatu ketrampilan berpikir tertentu.
Menurut para ahli (Pery dan Potter,2005), berpikir kritis adalah suatu
proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginterfensikan atau
mengefaluasi informasi untuk membuat sebuah penilain atau keputusan
berdasarkan kemampuan, menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman.

B. Model Berpikir Kritis


Kataoka-Yahiro dan Saylor (1994) telah mengembangkan model berpikir
kritis untuk penilaian keperawatan. Model tersebut dirancang untuk
mengetengah-kan penilaian keperawatan dalam peran klinis, manajerial,
kepemimpinan, dan pendidikan. Saat perawat masuk ke dalam pengalaman
klinis, tujuan dari model tersebut, yaitu lima komponen berpikir kritis, yang
pada akhirnya mengarahkan perawat untuk membuat penilaian klinis yang
diperlukan untuk suhan keperawatan yang aman dan efektif.
1. Dasar Pengetahuan khusus
Dasar pengetahuan khusus merupakan komponen pertama berpikir
kritis seorang perawat profesional. Dasar pengetahuan ini beragam sesuai
dengan program pendidikan dan dasar keperawatan dari jenjang mana
perawat diluluskan, dan setiap gelar tingkat lanjut yang didapatkan
pearawat atau profesi yang dijalani dan pendidikan tambahan yang harus
dicari maupun ditempuh. Penting artinya bahwa dasar pengetahuan ini
mencakup pendekatan yang menguatkan kemampuan pearawat untuk
berpikir secara kritis tentang masalah keperawatan. Dasar pengetahuan
perawat mencakup informasi dan teori dari ilmu pengetahuan alam,
humaniora, dan keperawatan yang diperlukan untuk memikirkan masalah
keperawatan. Seseorang yang sudah mempunyai kemampuan untuk
berpikir kritis biasanya akan melakukan aktivitas mental berikut ini
sementara ia berpikir secara kritis.
a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menentukan alasan dan
penyebab mengapa perkembangan tertentu terjadi dan untuk
menentukan apakah diperlukan informasi lain.
b. Mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan untuk
mempertimbangkan semua faktor yang tercakup.
c. Memvalidasi informasi yang tersedia untuk memastikan bahwa
informasi itu akurat, bukan semata-mata pendapat atau dugaan, dan
bahwa informasi ituberalasan dan didasarkan pada fakta dan bukti.
d. Menganalisa informasi tersebut untuk menentukan maknanya dan
untuk menentukan apakah informasi tersebut membentuk suatu
rangkaian atau pola yang akin mengacu pada suatu kesimpulan
tertentu.
e. Menggunakan pengalaman dan pengetahuan klinis yang lalu untuk
menjelaskan apa yang sedang terjadi dan untuk mengantisisipasi apa
yang akan terjadi selanjutnya.
f. Mempertahankan suatu sikap fleksibel yang memungkinkan fakta-
fakta untuk menuntun dalam brisker dan dalam mempertimbangkan
semua kemungkinan.
g. Mempertimbangkan pilihan yang tersedia dan menilai tiap pilihan itu
menurut keuntungan dan kerugian masing- masing.
h. Merumuskan suatu keputusan yang mencerminkan pengambilan
keputusan yang kreatif dan mandiri.
2. Pengalaman
Pengalaman memberikan suatu sarana untuk menguji keprofesionalan.
Seorang perawat menjadikan pengalaman klinis sebagai suatu sarana
laboratorium untuk menguji pengetahuan keperawatan. Perawat harus
mengetahui bahwa pendekatan teori atau buku ajar mempunyai landasan
kerja yang penting untukpraktik tetapi harus dibuat modifikasi untuk
merangkul lingkungan kerja, kualitas keunikan klien yang ada dan
pengalaman perawat yang didapatkan dari klien-klien sebelumnya.
Perawat yang ahli memahami konteks dalam situasi klinis, mengenali
isyarat, dan menginterpretasikannya sebagai relevan atau tidak relevan.
Tingkat kompetensi ini hanya terdapat dalam pengalaman. Kemungkinan
merupakan pelajaran terbaik yang harus dipelajari oleh peserta didik
keperawatan yang baru adalah mengambil manfaat semua yang dialami
klien.
3. Kompetensi
Kompetensi berpikir kritis adalah proses kognitif yang digunakan
perawat untuk membuat penilain keperawatan. Terdapat tiga tipe
kompetensi yaitu :
a. Berpikir kritis umum
Proses berpikir kritis umum mencakup metode ilmiah,
pemecahan masalah, dan pembuatan keputusan. Proses berpikir umum
digunakan dalam disiplin lain (mis, pekerja sosial dan kedokteran) dan
dalam situasinon-klinis. Pemecahan masalah mencakup mendapatkan
informasi ketika terdapat kesengajaan antara apa yang sedang terjadi
dengan yang seharusnya terjadi. Dalam pembuatan keputusan,
individu memilih tindakan untuk memenuhi tujuan. Sebagai contoh,
pengambilan keputusan terjadi ketika seseorang memutuskan
bagaimana cara menggunakan waktunya atau makanan yang akan
dimasak untuk makan malam. Untuk membuat keputusan, seseorang
harus mengkaji semua pilihan, menimbang setiap pilihan tersebut
terhadap serangkaian kriteria, dan kemudian membuat pilihan terakhir.
b. Berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis
Kompetensi berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis
mencakup pertimbangan diagnostik, kesimpulan klinis, dan pembuatan
keputusan klinis. Suatu contoh pemeriksaan diagnostik yang beralasan
termasuk perawat yang membuat pengkajian berkesinambungan
berdasarkan masalah medis klien.
c. Berpikir kritis dalam keperawatan
Satu teori kompetensi berpikir kritis bersifat khusus untuk
keperawatan. Proses keperawatan merupakan pendekatan sistematis
yang digunakan untuk secara kritis mengkaji dan menelaah kondisi
klien, mengidentifikasi respons klien terhadap masalah kesehatan,
melakukan tindakan yang sesuai, dan kemudian mengevaluasi apakah
tindakan yang dilakukan telah efektif. Format untuk proses
keperawatan adalah unik untuk disiplin keperawatan dan memberikan
bahasa dan proses yang umum bagi perawat untuk “memikirkan
semua” masalah klien. Proses keperawatan adalah suatu pendekatan
sistematik, komprehensif untuk asuhan keperawatan.

C. Sikap untuk Berpikir Kritis


Sikap adalah adalah nilai yang diyakini terbentuk dalam bentuk pemikiran
yang termanifestasi dalam sebuah tindakan. Berikut ini adalah contoh sikap
untuk berpikir kritis.
1. Tanggung gugat
Tanggung gugat adalah kesiapan seorang profesional mengalami
tanggung gugat untuk apapun penilaian yang dibuatnya atas nama
pekerjaan terhadap segala sesuatu tindakanya atau keputusannya.
2. Berpikir mandiri
Berpikir mandiri adalah inti dari riset, untuk dapat berfikir mandiri
seseorang profesional akan berfikir dan mencari rasional serta jawaban
yang logis.
3. Mengambil Resiko
Seorang profesional harus rela ide-idenya ditelah dan harus dapat
menerima pemikiran baru dan maju, Perlu dibutuhkan keyakinan dan niat
serta kemauan untuk mengambil resiko apa yang salah dan dan untuk
kemudian melakukan tindakan didasarkan pada keyakinan yang didukung
fakta dan bukti yang kuat.
4. Kerendahan Hati
Penting untuk mengakui keterbatasan diri, pemikir kritis mengetahui
resiko yang timbul dari sebuah keputusan maupun situasi jika professional
tidak mampu mengenali ketidak mampuannya untuk mengatasi masalah
yang muncul maka bisa dipastikan strateginya akan mengalami kegagalan.
Seorang professional harus memikirkan kembali untuk mencari
pengetahuan baru, mencari sumber informasi yang lain.
5. Integritas
Integritas pribadi membangun ras percaya diri , seorang profesional
yang mempunyai integritas dengan cepat akan berkeinginan mengakui dan
mengevaluasi segala ketidak konsistenan dalam ide dan keyakinanya.
6. Ketekunan
Profesional yang berfikir kritis bertekad menemukan solusi yang
efektif untuk mengatasi konflik terkait dengan profesionalisme.
Profesional belajar sebanyak mungkin mengenali masalah yang mungkin
timbul dari profesinya .
7. Kreatif
Kreativitas mencakup berpikir original, hal ini berarti menemukan
solusi di luar apa yang dilakukan secara tradisonal. Komponen standar
dalam berfikir kritis mencakup standar intelektual dan profesional.

D. Komponen berpikir kritis


Komponen berpikir kritis terdiri atas standar yang harus ada dalam
berpikir kritis dan elemennya. Menurut Bassham (2002) komponen berpikir
kritis mencakup aspek kejelasan, ketepatan, ketelitian, relevansi, konsistensi,
kebenaran logika, kelengkapan dan kewajaran.sedangkan menurut Paul dan
Elder (2007) selain aspek–aspek yang telah dikemukakan oleh Bassham perlu
ditambahkan dengan aspek keluasan kemaknaan dan kedalaman dari berpikir
kritis.
Pendapat mengenai komponen berpikir kritis juga sangat bervariasi.
Para ahli membuat konsensus tentang komponen inti berpikir kritis seperti
interpretasi, analisi, evaluasi, inference, explanation dan self regulation.
Definisi dari masing–masing komponen tersebut adalah :
1. interpretasi, kemampuan untuk mengerti dan menyatakan arti atau maksud
suatu pengalaman yang bervariasi luas, situasi, data, peristiwa, keputusan,
konvesi, kepercayaan, aturan, prosedur atau kriteria.
2. Analysis, kemampuan untuk mengidentifikasi maksud dan kesimpulan
yang benar di dalam hubungan antara pernyataan, pertanyaan, konsep,
deskripsi atau bentuk pernyataaan yang diharapkan untuk manyatakan
kepercayaan, keputusan, pengalaman, alasan, informasi atau pendapat.
3. evaluasi, kemampuan untuk menilai kredibilitas pernyataan atau penyajian
lain dengan menilai atau menggambarkan persepsi seseorang,
pengalaman, situasi, keputusan, kepercayaan dan menilai kekuatan logika
dari hubungan inferensial yang diharapkan atau hubungan inferensial yang
aktual diantara pernyataan, deskripsi, pertanyaan atau bentuk–bentuk
representasi yang lain.
4. inference, kemampuan untuk mengidentifikasi dan memilih unsur-unsur
yang diperlukan untuk membentuk kesimpulan yang beralasan atau untuk
membentuk hipotesis dengan memperhatikan informasi yang relevan.
5. explanation, kemampuan untuk menyatakan hasil proses reasoning
seseorang, kemampuan untuk membenarkan bahwa suatu alasan berdasar
bukti, konsep, metodologi, suatu kriteria tertentu dan pertimbangan yang
masuk akal, dan kemampuan untuk mempresentasikan alasan seseorang
berupa argumentasi yang meyakinkan.
6. Self-regulation, kesadaran seseorang untuk memonitor proses kognisi
dirinya, elemen–elemen yang digunakan dalam proses berpikir dan hasil
yang dikembangkan, khususnya dengan mengaplikasikan ketrampilan
dalam menganalisis dan mengevaluasi kemampuan diri dalam mengambil
kesimpulan dengan bentuk pertanyaan, konfirmasi, validasi atau koreksi
terhadap alasan dan hasil berpikir.

E. Karakteristik Berpikir Kritis


Karakteristik berpikir kritis adalah :
1. Konseptualisasi
Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep.
Sedangkan konsep adalah fenomena atau pandangan mental tentang
realitas, pikiran-pikiran tentang kejadian, objek, atribut, dan sejenisnya.
Dengan demikian konseptualisasi merupakan pikiran abstrak yang
digeneralisasi secara otomatis menjadi simbol-simbol dan disimpan dalam
otak.
2. Rasional dan beralasan.
Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan
mempunyai dasar kuat dari fakta fenomena nyata.
3. Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau
persepsi dalam berpikir atau mengambil keputusan tetapi akan
menyediakan waktu untuk mengumpulkan data dan menganalisisnya
berdasarkan disiplin ilmu, fakta dan kejadian.
4. Bagian dari suatu sikap.
Yaitu pemahaman dari suatu sikap yang harus diambil pemikir kritis
akan selalu menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih
buruk dibanding yang lain.
5. Kemandirian berpikir
Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya tidak pasif
menerima pemikiran dan keyakinan orang lain menganalisis semua isu,
memutuskan secara benar dan dapat dipercaya.
6. Berpikir adil dan terbuka
Yaitu mencoba untuk berubah dari pemikiran yang salah dan kurang
menguntungkan menjadi benar dan lebih baik.
7. Pengambilan keputusan berdasarkan keyakinan.
Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan
kesimpulan, mencipta suatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan
yang akan diambil.

F. Tujuan Berpikir Kritis dalam Keperawatan


Untuk mendapatkan komponen dasar dalam mempertanggung
jawabkan profesi dan kualitas perawatan, dan mengembangkan kemampuan
analisa kritis serta dapat memecahkan masalah dan membuat kesimpulan yang
valid tanpa menimbulkan masalah baru.

G. Strategi dalam Mengoptimalkan Pelayanan Keperawatan


Dalam mengoptimalkan pelayanan keperawatan kita perlu meningkatkan
kualitas dan kuantitas. Dalam meningkatkan kualitas terdapat beberapa hal
yang berhubungan dengan peningkatan kualitas itu sendiri, yaitu :
1. Pengetahuan dasar spesifik
Komponen pertama berpikir kritis adalah pengetahuan dasar perawat yang
spesifik dalam keperawatan. Pengetahuan dasar ini meliputi teori dan
informasi dari ilmu-ilmu pengetahuan, kemanusiaan, dan ilmu-ilmu
keperawatan dasar.
2. Pengalaman
Komponen kedua dari berpikir kritis adalah pengalaman. Pengalaman
perawat dalam peraktik klinik akan mempercepat proses berpikir kritis
karena ia akan berhubungan dengan kliennya, melakukan wawancara,
observasi, pemeriksaan fisik, dan membuat keputusan untuk melakukan
perawatan terhadap masalah kesehatan. Pengalaman adalah hasil interaksi
antara individu melalui alat indranya dan stimulus yang berasal dari
beberapa sumber belajar. Sedangkan kuantitas itu sendiri dapat
ditingkatkan dengan menambah jumlah perawat dalam menjalankan
pelayanan itu sendiri.

H. Hasil
1. Dengan kita berpikir kritis kita bisa menggunakan bahasa secara reflektif,
mengekspresikan , idea , pikiran , fakta , perasaan , keyakinan dan sikap
terhadap klien , sesama perawat , profesi
2. Mengambil keputusan secara tepat , cermat dan bertanggung jawab.
3. Jika ada isu2 tidak enak , bisa memberikan penjelasan, mempertahankan
terhadap suatu tuntutan/tuduhan.
4. Menghasilkan tenaga keperawatan profesional yang mampu mengadakan
pembaharuan dan memperbaiki mutu pelayanan atau asuhan keperawatan
serta penataan secara terus menerus
Strategi :
1. Tenaga pendidik dan lembaga ditingkatkan kualitasnya dibidang
keperawatan
2. Menerapkan E-learning dalam dunia pendidikan keperawatan
3. Menerapkan kolaborasi pendidikan dan praktek antar perawat profesi
4. Menyiapkan perawat yang sudah berkompetensi di era pasar global
I. Manfaat Berpikir Kritis dalam Keperawatan, adalah sebagai berikut :
1. Penggunaan proses berpikir kritis dalam aktifitas keperawatan sehari-hari.
2. Membedakan sejumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan.
3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan.
4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi, penyebab
dan tujuan, serta tingkat hubungan.
5. Menganalisis argumen dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang
dilakukan.
6. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.
7. Melaporkan data dan petunjuk-petunjuk yang akurat dalam keperawatan.
8. Membuat dan mengecek dasar analisis dan validasi data keperawatan.
9. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktifitas keperawatan.
10. Memberikan alasan-alasan yang relevan terhadap keyakinan dan
kesimpulan yang dilakukan.
11. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.
12. Mencari alasan-alasan kriteria, prinsip-prinsip dan aktifitas nilai-nilai
keputusan.
13. Mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan
keperawatan.

J. Empat Hal Pokok Penerapan dalam Keperawatan, yaitu:


1. Penggunaan bahasa dalam keperawatan
Berfikir kritis adalah kemampuan menggunakan bahasa secara
reflektif.perawat menggunakan bahasa verbal dan nonverbal dalam
mengekspresikan idea, fikiran, info, fakta, perasaan, keyakinan dan
sikapnya terhadap klien, sesama perawat, profesi. Secara nonverbal saat
melakukan pendokumentasian keperawatan.
2. Argumentasi dalam keperawatan
Sehari-hari perawat dihadapkan pada situasi harus berargumentasi
untuk menemukan, menjelaskan kebenaran, mengklarifikasi isu,
memberikan penjelasan, mempertahankan terhadap suatu
tuntutan/tuduhan. Argumentasi terkait dengan konsep berfikir dalam
keperawatan berhubungan dengan situasi perdebatan, upaya untuk
mempengaruhi individu ataupun kelompok.
3. Pengambilan keputusan dalam keperawatan
Sehari-hari perawat harus mengambil keputusan yang tepat.
4. Penerapan proses keperawatan
Perawat berfikir kritis pada setiap langkah proses keperawatan :
a. Pengkajian: mengumpulkan data, melakukan observasi dalam
pengumpulan data berfikir kritis, mengelola dan mengkatagorikan data
menggunakan ilmu-ilmu lain.
b. Perumusan diagnosa keperawatan: tahap pengambilan keputusan
yang paling kritis, menentukan masalah dan dengan argumen yaitu
secara rasional.
c. Perencanaan keperawatan: menggunakan pengetahuan untuk
mengembangkan hasil yang diharapkan, keterampilan guna
mensintesa ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan.
d. Pelaksanaan keperawatan: pelaksanaan tindakan keperawatan adalkah
keterampilan dalam menguji hipotesa, tindakasn nyata yang
menentukan tingkat keberhasilan.
e. Evaluasi keperawatan: mengkaji efektifitas tindakan, perawat harus
dapat mengambil keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar
klien.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Contoh Kasus
1. Akan Mengambil Tindakan Namun Terhalang Otoritas
Seorang perawat berada dalam situasi ketika pasien mengalami
hipotensi dan dia ingin menolong pasien. Tetapi, dia tidak bisa melakukan
itu tanpa perintah dokter. Karena itu adalah kewenangan dokter.
Sementara dokter tidak ada di tempat.
2. Dasar pengetahuan khusus
Hipotensi merupakan penyakit tekanan darah rendah yang biasanya
ditandai dengan kondisi pasien yang melemah, kepala pusing dan
pembuluh darah pasien biasanya mengendur.
Perawat harus melakukan tindakan dasar atau melakukan pertolongan
pertama pada pasien agar kondisi pasien tidak menjadi lebih parah. Jika
tidak segera ditolong bisa menyebabkan kondisi yang lebih parah dan bisa
berakibat fatal. Kemudian setelah itu perawat sesegera mungkin
menghubungi dokter agar mendapatkan perintah untuk melakukan proses
penanganan pasien selanjutnya.
3. Kompetensi
a. Berpikir kritis umum
Pada pasien yang menderita hipotensi, sebaiknya perawat
melakukan memberikan pertolongan dasar yaitu, pemeriksaan fisik
pasien (suhu, tekanan darah, umur, dan denyut nadi), pasien diberi
minum air, pasien ditidurkan dengan posisi kepala lebih rendah
misalnya dengan tidak diberi bantal agar suplai oksigen ke otak lebih
lancar, dan setelah melakukan pertolongan dasar kepada pasien
perawat segera menghubungi (menelepon) dokter.
b. Berpikir kritis spesifik dalam situasi klinis
Pertolongan dasar seperti pemeriksaan fisik pasien (suhu,
tekanan darah, dan denyut nadi), pasien diberi minum air, dan pasien
ditidurkan dengan posisi kepala lebih rendah misalnya dengan tidak
diberi bantal agar suplai oksigen ke otak lebih lancar, harus dilakukan
oleh perawat jika menghadapi pasien dengan keadaan hipotensi serta
tak lupa segera menghubungi (menelepon) dokter jika dokter tidak ada
di tempat setelah melakukan pertolongan dasar.
4. Sikap untuk Berpikir Kritis
a. Tanggung gugat dan Berpikir mandiri
1) Analysis : Melakukan pertolongan dasar tanpa menelepon dokter
berdasarkan pengalaman
Evaluasi
Positif :
a) Kondisi pasien akan lebih cepat membaik dan hipotensi yang
diderita pasien tidak akan bertambah parah.
b) Kelancaran suplai oksigen pada otak pasien dapat teratasi
dengan cepat dan tepat.
c) Tidak akan membahayakan jiwa pasien.

Negatif :

Pasien tidak tertangani dengan sempurna karena penanganan


yang dilakukan masih sangat dasar (setengah-setengah).

2) Analiyisis : Melakukan pertolongan dasar kemudian segera


menelepon dokter untuk mendapatkan informasi atau pendapat.
Evaluasi
Positif :
a) Dokter dapat langsung memberikan perintah untuk
menginjeksi pada pasien.
b) Waktu dan tenaga yang dibutuhkan lebih efisien, karena
penanganan yang dilakukan tidak harus menunggu
kedatangan dokter melainkan melalui perintah dokter lewat
telepon.
c) Pasien dapat langsung diinjeksi atau diberi obat atau ditolong
atau ditangani tanpa harus menunggu kedatangan dokter.
d) Mempercepat memulihkan kondisi pasien.

Negatif :

a) Jika kasus tersebut terjadi pada daerah terpencil yang alat


komunikasi masih minim atau sulit, maka penanganan pasien
dapat tertunda.
b) Harus mengeluarkan biaya untuk menghubungi dokter.
3) Analyisis : Menelepon Dokter untuk mendapat perintah
penanganan pasien
Evaluasi
Positif :
Dokter dapat memberikan perintah untuk menangani pasien meski
itu melalui telepon.
Negatif :
a) Waktu dan tindakan kurang efisien karena tindakan dasar
belum dilakukan perawat pada pasien tersebut.
b) Harus mengeluarkan biaya untuk menghubungi dokter.
4) Analiysis : Menunggu kedatangan dokter
Evaluasi
Positif :
a) Penanganan pasien dapat lebih intensif dan akurat.
b) Ketika dokter datang, dapat langsung dilakukan injeksi obat-
obatan untuk mengatasi hipotensi yang dialami pasien.

Negatif :

a) Bila dokter berada dalam jarak yang jauh dan tidak segera
datang, maka kondisi pasien dapat menjadi lebih parah karena
tidak segera ditangani.
b) Membahayakan jiwa pasien karena dapat berakibat fatal
(pasien tidak tertolong) jika masih menunggu dokter.
c) Mengambil resiko.
5) Analyisis : Melakukan injeksi secara langsung tanpa menunggu
dokter
Evaluasi
Positif :
a) Pasien tertangani dengan baik.
b) Suplai injeksi obat-obatan dapat membantu mengurangi
hipotensi yang terjadi pada pasien.

Negatif :

a) Perawat dapat disalahkan atau ditegor karena melakukan


injeksi tanpa menunggu dokter.
b) Perawat tidak menghargai wewenang dokter.
c) Perawat melanggar undang-undang.
5. Keputusan
Perawat harus melakukan pertolongan dasar pada pasien, yaitu
dengan pemeriksaan fisik pasien (suhu, tekanan darah, dan denyut nadi),
lalu pasien diberi air minum, dan pasien ditidurkan dengan posisi kepala
lebih rendah misalnya dengan tidak diberi bantal agar suplai oksigen ke
otak lebih lancar. Kemudian, setelah melakukan pertolongan dasar kepada
pasien perawat segera menghubungi (menelepon) dokter yang
bersangkutan sehingga perawat tersebut dapat segera menerima perintah
dari dokter untuk melakukan injeksi obat-obatan atau penanganan yang
lain.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir sistematik yang penting
bagi perawat. Berpikir kritis adalah berpikir dengan tujuan dan mengarah
kesasaran yang membantu individu membuat penilaian berdasarkan kata
bukan pikiran. Berpkir kritis dalam keperawatan adalah komersial untuk
keperawatan profesional karena cara berpikir ini terdiri atas pendekatan
holistik untuk pemecahan masalah. Dalam berpikir kritis terdapat 3
kompetensi yaitu : berpikir kritis secara umum, berpikir kritis spesifik
dalam situasi klinis, dan berpikir kritis dalam keperawatan.

Dari kasus yang ada, dapat disimpulkan bahwa perawat harus


melakukan pertolongan dasar pada pasien, yaitu dengan pemeriksaan fisik
pasien (suhu, tekanan darah, dan denyut nadi), lalu pasien diberi air
minum, dan pasien ditidurkan dengan posisi kepala lebih rendah misalnya
dengan tidak diberi bantal agar suplai oksigen ke otak lebih lancar.
Kemudian, setelah melakukan pertolongan dasar kepada pasien perawat
segera menghubungi (menelepon) dokter yang bersangkutan sehingga
perawat tersebut dapat segera menerima perintah dari dokter untuk
melakukan injeksi obat-obatan atau penanganan yang lain. Hal-hal diatas
berdasarkan pada kompetensi, komponen dari berpikir kritis, dan sikap
dari berpikir kritis yang dilakukan oleh perawat dalam menolong pasien
dalam kondisi tertentu seperti dalam kasus tersebut.
B. Saran
Untuk memahami secara keseluruhan berpikir kritis dalam
keperawatan kita harus mengembangkan pikiran secara rasional dan
cermat, agar dalam berpikir kita dapat mengidentifikasi dan merumuskan
masalah keperawatan. Serta menganalisis pengertian hubungan dari
masing-masing indikasi, penyebab, tujuan, dan tingkat hubungan dalam
keperawatan.
Sehingga saat berpikir kritis dalam keperawatan pasien akan merasa
lebih nyaman dan tidak merasa terganggu dengan tindakan perawat.
Daftar Pustaka

Bassham, G. et al. (2008). Critical Thinking: A Student Introduction. 3rdEd.


Singapore: McGraw-Hill Company, Inc.

Paul, R..,andElder, Linda. (2007). Critical Thinking Competency Standars. The


Foundation for Critical Thinking

Potter & Perry. 2005. Fundamental keperawatan. Jakarta : EGC

Smeltzer, Suzanne C. dan Brenda G. Bare. 2002. Brunner & Suddarth’s Textbook of
Medical –

Surgical Nursing, atau Buku Ajar Kepwrawatan Medikal – Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, I Made Karyasa, Julia, Y. Kuncara, dan
Yasmin Asih. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai