Askeb Anemia & KPD

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN SINGKAT PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN

PADA NY “F” GI P0000 Ab000 UK 36-37 MINGGU T/H/I


DENGAN ANEMIA BERAT DAN KETUBAN PECAH DINI
DI KAMAR BERSALIN RSUD BANGIL
19 NOVEMBER 2012

Disusun oleh:
HENI TIRTA KINASIH
NIM. 1202420007

KEMENTERIAN KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN KLINIK MALANG
2012
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN SINGKAT PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN


PADA NY “F” GI P0000 Ab000 UK 36-37 MINGGU T/H/I
DENGAN ANEMIA BERAT DAN KETUBAN PECAH DINI
DI KAMAR BERSALIN RSUD BANGIL
19 NOVEMBER 2012

Mahasiswa

Heni Tirta Kinasih


NIM. 1202420007

Bangil, 19 November 2012


Mengetahui,
Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

Sri Rahayu, S. Kep, Ns., M.Kes Ero Pujiati, S.ST

NIP: NIP:
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas asuhan kebidanan pada ibu bersalin
dengan anemia berat dan KPD di Kamar Bersalin RSUD Bangil.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Temu Budiarti, S.Pd., M.Kes, selaku ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes
Malang
2. Ibu Sri Rahayu, S.Kep,Ns, M.Kes, selaku ketua Program Studi DIV Kebidanan Klinik
dan pembimbing institusi Poltekkes Kemenkes Malang
3. Ibu Ero Puji, Amd. Keb selaku pembimbing klinik RSUD Bangil di ruang Perinatologi
4. Seluruh staff dan karyawan di Kamar Bersalin RSUD Bangil
5. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan motivasi bagi penyusun
6. Teman-teman yang membantu dan memberikan motivasi dalam penyelesaian Asuhan
Kebidanan ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan Asuhan Kebidanan ini banyak terdapat
kekurangan dan kelemahan. Penyusun mengharap saran dan kritik dari pembimbing institusi
dan pembimbing klinik hususnya dan bagi pembaca umumnya, dalam penyempurnaan
asuhan kebidanan ini. Semoga asuhan kebidanan ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga
Tuhan YME selalu memberikan bimbingan kepada kita semua.

Bangil, 19 November 2012

Penyusun
A. KONSEP TEORI PERSALINAN
1. Pengertian
a. Persalinan/partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar.
(Sarwono, 2006: 180)
b. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau hidup di luar kandungan melalui jalan lahir/jalan lain dengan
bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
(Manuaba, 2008: 164)

2. Etiologi
Berdasarkan Mochtar (2007: 92) terdapat beberapa sebab-sebab yang dapat
menimbulkan persalinan, antara lain:
a. Teori penurunan hormon
1-2 minggu sebelum partus dimulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan
progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah.
Penurunan progesteron :
1) Proses penuaaan plasenta terjadi mulai umur hamil 28 minggu, dimana
terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan
dan buntu.
2) Otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.
3) Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan
progesteron tertentu.
b. Placenta menjadi tua
Tuanya placenta menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron yang
menyebabkan kekejangan pembuluh darah serta hal ini akan menimbulkan
kontraksi rahim.
c. Distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-otot rahim
sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter.
1) Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
2) Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat
mulai.
d. Iritasi mekanik
Di belakang serviks terletak ganglion servikalis (fleksus Frankenhauser). Bila
ganglion ini digeser dan ditekan misalnya oleh kepala janin maka akan timbul
kontraksi uterus.
e. Induksi persalinan
Partus dapat ditimbulkan dengan jalan :
1) Ganggang laminaria, merangsang fleksus Frankenhauser
2) Amniotomi/pemecahan ketuban
3) Oksitosin drip, pemberian oksitosin melalui infus
f. Teori prostaglandin
1) Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang
dikeluarkan oleh desidua
2) Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim
sehingga hasil konsepsi dikeluarkan
3) Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persalinan


Menurut JNPK-KR (2008: 52-53) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
persalinan, antara lain :
a. Power
Power utama pada persalinan adalah tenaga atau kekuatan yang disebabkan oleh
kontraksi dan retraksi otot rahim.
1) His (kontraksi uterus), gerakan memendek dan menebal otot-otot polos rahim
yang terjadi untuk sementara waktu.
His persalinan mempunyai sifat pinggang terasa sakit yang menjalar ke
depan, sifatnya teratur, intervalnya makin pendek, dan kekuatannya makin
besar, mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks dan kekuatannya
makin bertambah jika beraktivitas.
2) Retraksi, pemendekan otot rahim yang menetap setelah terjadinya kontraksi.
3) Tenaga sekunder atau mengedan, tenaga ini biasanya digunakan pada saat
kala II untuk ekspulsi janin.
Jadi, bila power yang dihasilkan kurang adekuat maka akan berpengaruh
terhadap kala I dan kala II persalinan. Pada kala I dapat terjadi prolong laten
phase atau prolong active phase. Dalam Mochtar (2007:85) disebutkan bahwa
his pada kala I mulai kuat, teratur dan sakit dan ini merupakan his pembukaan
serviks sampai terjadi pembukaan lengkap 10 cm. Pada kala II dapat terjadi
prolong labor dan diharapkan pada kala II ini his sudah sangat kuat, teratur,
simetris, terkoordinasi dan lama karena ini adalah his yang digunakan untuk
mengeluarkan janin. Karakteristik umum persalinan yang efektif adalah aktivitas
uterus yang teratur. Maka dari itu, penolong persalinan dapat memperhatikan
nutrisi ibu bersalin dan dapat juga melibatkan keluarga dalam memberikan
makanan dan minuman karena hal ini dapat mempengaruhi kekuatan his ibu.
(JNPK-KR, 2008:79)
b. Passanger
a) Sikap, hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin.
b) Letak janin, bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu (letak
membujur, melintang, miring).
c) Bagian terbawah janin.
d) Posisi (letak belakang kepala, presentasi dahi, presentasi muka, presentasi
bokong, letak lintang).
e) Besar bayi, bila bayi besar maka bisa menyebabkan kemacetan persalinan.
Dalam Bobak,dkk (2005:235), cara passanger atau janin bergerak di sepanjang
jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni, ukuran kepala
janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena ukuran dan sifat kepala
janin yang relatif kaku, kepala janin sangat mempengaruhi proses persalinan.
Menurut Manuaba (2008:65) kepala ini pula yang paling banyak mengalami
cedera persalinan, sehingga dapat membahayakan hidup dan kehidupan janin
kelak: hidup sempurna, cacat, atau akhirnya meninggal. Biasanya apabila kepala
janin sudah lahir, maka bagian-bagian lain dengan mudah menyusul kemudian.
c. Passage (jalan lahir)
1) Bagian keras, tulang-tulang panggul
2) Bagian lunak, otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen
Berdasarkan teori oleh Bobak, dkk (2005:239), meskipun jaringan lunak,
khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul, ikut menunjang keluarnya bayi,
tetapi panggul ibu lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil
menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Jika terdapat
ketidaksesuaian antara ukuran janin dan panggul maka hal ini yang disebut
dengan cephalopelviks disproporsional (CPD).
d. Psychology
Persalinan adalah saat yang menegangkan dan dapat menggugah emosi ibu dan
keluarganya atau bahkan menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi
ibu. Upaya untuk mengatasi gangguan emosional dan pengalaman yang
menegangkan tersebut sebaiknya dilakukan melalui asuhan sayang ibu selama
persalinan dan proses kelahiran bayinya yaitu dengan memberikan dukungan
emosional. Bila terjadi ketegangan atau emosi pada ibu, dan ketegangan itu
terjadi di serviks maka serviks jadi kaku dan menghambat pembukaan.
(Manuaba, 2008: 172)
e. Penolong
Penolong menerapkan lima aspek dasar/ lima benang merah sehingga dapat
melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman.
1) Membuat keputusan klinik
Keputusan ini merupakan hasil dari serangkaian proses berfikir dan metode
yang sistemik menggunakan informasi dan hasil dari olah kognitif dan intuitif
serta dipadukan dengan kajian teoritis dan intervensi berdasarkan bukti
(evidence-based).
(JNPK-KR, 2008: 7)
2) Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
a) Anjurkan ibu untuk didampingi oleh keluarga dan melibatkan keluarga
dalam pemberian asuhan.
b) Penolong dapat memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan
anggota keluarganya dengan menjelaskan tahapan dan kemajuan proses
persalinan atau kelahiran bayi.
c) Lakukan bimbingan dan tawarkan bantuan jika diperlukan.
d) Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman.
e) Jelaskan apa yang dialami oleh ibu dan bayinya dan hasil pemeriksaan
yang dilakukan.
(JNPK-KR, 2008: 79)
3) Pencegahan infeksi
Tujuan tindakan-tindakan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan
kebidanan adalah meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh
mikroorganisme, menurunkan risiko penularan penyakit yang mengancam
jiwa seperti Hepatitis dan HIV/AIDS. (JNPK-KR, 2008: 15)
4) Pencatatan (rekam medik) asuhan persalinan
Hal-hal yang perlu diingat dalam pencatatan antara lain :
a) Catat semua data, hasil pemeriksaan, diagnosis, obat-obatan,
asuhan/perawatan dll.
b) Jika tidak dicatat, dapat dianggap bahwa asuhan tersebut tidak dilakukan.
c) Pastikan setiap partograf bagi setiap pasien telah diisi dengan lengkap dan
benar.
5) Rujukan
Sangat sulit untuk menduga kapan penyulit akan terjadi sehingga kesiapan
untuk merujuk ibu dan/atau bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan secara
optimal dan tepat waktu (jika penyulit terjadi) menjadi syarat bagi
keberhasilan upaya penyelamatan.
(JNPK-KR, 2008: 34)
Cara menolong persalinan yang baik :
1) Menolong persalinan dengan teknik aseptik dan antiseptik,
2) Mengosongkan kandung kemih setiap 2 jam sekali,
3) Rektum harus kosong, bila klien tidak BAB selama 3 hari maka harus
dilakukan lavement pada waktu fase laten,
4) Jangan melakukan amniotomi jika tidak ada indikasi,
5) Jangan pimpin persalinan sebelum pembukaan lengkap.
f. Position
Anjurkan ibu mencoba posisi-posisi nyaman selama persalinan dan melahirkan
bayi, anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti
posisi. Posisi tegak seperti berjalan, berdiri atau jongkok dapat membantu
turunnya kepala bayi dan seringkali memperpendek waktu persalinan. Bantu ibu
untuk sering berganti posisi selama persalinan. Beritahukan pada ibu untuk tidak
berbaring telentang lebih dari 10 menit untuk mencegah sindrom vena kava
inferior.
Menurut Mochtar (2007:102) terdapat beberapa posisi ibu dalam persalinan:
1) Posisi litotomi adalah posisi yang umum di mana wanita berbaring telentang
dengan lutut ditekuk, kedua paha diangkat ke samping kanan dan kiri.
2) Posisi duduk, dikembangkan di Amerika Latin dengan dibuat meja bersalin
khusus.
3) Cara berbaring
Menurut Walcher : di tepi tempat tidur
Menurut Tjeenk-Willink : memakai bantal
Menurut Jonges : untuk memperlebar pintu bawah panggul
Menurut posisi Sims : posisi miring
Di dalam asuhan persalinan normal, ibu dapat mengubah-ubah posisi secara
teratur selama kala dua karena hal ini dapat membantu kemajuan persalinan.
Posisi setengah duduk di wilayah setempat yang bisa dilaksanakan. Posisi ini
memberikan rasa nyaman bagi ibu, memberi kemudahan untuk beristirahat di
sela-sela kontraksi, ada gaya gravitasi untuk membantu ibu melahirkan bayinya.
(JNPK-KR, 2008: 82)
g. Pendamping
Dukung dan anjurkan suami, anggota keluarga untuk mendampingi ibu selama
persalinan dan proses kelahiran bayinya. Anjurkan mereka untuk berperan aktif
dalam mendukung dan mengenali berbagai upaya yang membantu kenyamanan
dan keamanan ibu agar ibu tidak tegang dan takut serta dapat mencegah
kemacetan persalinan.

4. Tanda-tanda Permulaan Persalinan


Menurut Mochtar (2007: 93) menyebukan bahwa saat sebelum terjadi persalinan
sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki “bulannya” atau
“minggunya” atau “harinya” yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of
labor). Ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut:
a. Lightening, yaitu kepala turun melalui PAP terutama pada primigravida, dapat
menimbulkan sesak di bawah, di atas symphisis pubis dan sering kencing atau
susah kencing karena kandung kemih tertekan kepala
b. Perut lebih kelihatan melebar, fundus uteri turun
c. Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus,
kadang-kadang disebut fase labour pain
d. Serviks menjadi lembek mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa
bercampur darah (bloody show)
5. Kala I Fase Laten Persalinan
Berdasarkan Mochtar (2007: 94) :
Kala I adalah dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan serviks
menjadi lengkap. Harus dibedakan antara persalinan sesungguhnya dengan his palsu
atau his pendahuluan. Pada his palsu tidak teratur, nyeri tidak memancar dari
pinggang ke perut bagian bawah seperti his persalinan, lamanya kontraksi pendek dan
tidak bertambah kuat bila dibawa berjalan. His palsu tidak mempunyai pengaruh
terhadap serviks.
Fase laten
1) Pembukaan serviks kurang dari 3 cm
2) Serviks membuka secara perlahan selama fase ini
3) Berlangsung tidak lebih dari 8 jam pada multigravida dan 12 jam pada
primigravida
B. KONSEP ANEMIA
1. Pengertian
a. Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas
pengangkut oksigen darah (Doenges, 2001 : 487)
b. Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah,
kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml
darah (Price, 2006 : 256)
c. Anemia didefinisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi Hb, atau hitung eritrosit di
bawah batas “normal” yaitu dibawah 11 g/dl atau hematokrit kurang dari 33 %.
(Prawirohardjo, 2009 : 775)
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi
tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui
anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.

2. Etiologi anemia
Menurut Prawirohardjo (2009 : 777) Penyebab anemia adalah :
a. Defisiensi zat – zat nutrisi, meliputi asupan yang tidak cukup, absorbsi yang tidak
adekuat, bertambahnya zat gizi yang hilang, kebutuhan yang berlebihan.
b. Defisiensi asam folat
c. Defisiensi vitamin B12
d. Hemoglobinopati
e. Proses inflamasi
f. Toksisitas zat kimia
g. Keganasan.

3. Patofisiologi
Menurut Price (2006 : 256) Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-
sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan
sum-sum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor,
atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam
system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping
proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran
darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan
dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang,
kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.

4. Gejala Klinis
Price (2006 :256) mengemukakan bahwa manifestasi klinis dari anemia defisiensi
besi sangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit
dasarnya yang menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala anemia bersama-sama
dengan gejala penyakit dasarnya. Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing, palpitasi,
berkunang-kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neuromuskular,
lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limpa. Pada umumnya sudah
disepakati bahwa bila kadar hemoglobin < 7 gr/dl maka gejala-gejala dan tanda-tanda
anemia akan jelas.

5. Derajat Anemia
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil,
didasarkan pada criteria WHO tahun 1972 yang ditetapkan dalam 3 kategori, yaitu
normal (≥11 gr/dl), anemia ringan (8-11 g/dl), dan anemia berat (kurang dari 8 g/dl).
Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ternyata rata-rata kadar hemoglobin ibu hamil
adalah sebesar 11.28 mg/dl, kadar hemoglobin terendah 7.63 mg/dl dan tertinggi
14.00 mg/dl.
Klasifikasi anemia yang lain adalah :
a. Hb 11 gr% : Tidak anemia
b. Hb 9-10 gr% : Anemia ringan
c. Hb 7 – 8 gr%: Anemia sedang
d. Hb < 7 gr% : Anemia berat (Price, 2006 : 256)
6. Dampak Anemia defisiensi Zat besi
Menurut Prawirohardjo (2009 : 777) dampak anemia yaitu :
a. Kehamilan
1) Abortus
2) Partus imatur/prematur
3) Dismaturitas
4) Mikrosomi
5) BBLR
6) IUFD
b. Persalinan
1) Inertia Uteri
2) Atonia Uteri
3) Partus lama
c. Nifas
1) Subinvolusio uteri
2) Daya tahan terhadap infeksi dan stress berkurang
3) Produksi ASI rendah

7. Diagnosa
P...A...., inpartu dengan anemia ringan/sedang/berat
Data Subjektif :
Ibu mengeluh pusing, kepala berdenyut, pandangan berkunang – kunang

Data Obyektif
Nadi : Takikardia
Muka : tampak pucat, Mata : Konjungtiva : Pucat dan bibir tampak pucat.
Abdomen : Tinggi Fundus Uteri berapa jari/cm, kontraksi baik atau tidak, nyeri tekan
atau tidak, kandung kemih penuh/tidak
Laboratorium : Hb 9 – 10 gr% : Anemia Ringan
Hb 7 – 8 gr% : Anemia Sedang
Hb < 7 gr% : Anemia Berat
8. Diagnosa Potensial
Menurut Bobak (2005 : 739), Carpenito (2009 : 1830)
a. Potensial terjadi gagal jantung
b. Potensial terjadi HPP

9. Masalah
Menurut Bobak (2005 : 525), Carpenito (2009 : 1830)
a. Ketidaknyaman (Nyeri)
DS : Ibu mengeluh mules/tidak, pusing/tidak
DO : Buah dada tegang/tidak
Abdomen : Tinggi Fundus Uteri berapa jari/cm, kontraksi baik atau tidak,
nyeri tekan atau tidak, kandung kemih penuh/tidak
Perineum : oedem/tidak, inflamasi/tidak, hematoma/tidak,
b. Kurangnya pengetahuan
DS : ketidaktahuan ibu mengenai penanganan anemia
c. Kemampuan untuk beraktifitas menurun
DS : ibu mengeluh pusing/tidak, pandangan berkunang-kunang
DO : Muka tampak pucat, konjungtiva pucat
Laboratorium : Hb 9 – 10 gr% : Anemia ringan
Hb 7 – 8 gr% : Anemia sedang
Hb < 7 gr% : Anemia berat

10. Masalah potensial


a. Potensial terjadi infeksi
b. Potensial terjadi konstipasi
c. Potensial gangguan pemenuhan oksigen (kurang dari kebutuhan)

11. Mengidentifikasi kebutuhan segera


a. Memeriksa kadar Hb
b. Kolaborasi untuk pemberian Transfusi Darah (1 kolf darah bisa menaikkan kadar
Hb 0,5 – 1 gr%).
12. Kebutuhan Zat Besi Pada Wanita Hamil
Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari pada laki – laki karena terjadi menstruasi
dengan perdarahan sebanyak kurang lebih 50 cc – 80 cc setiap bulan pada wanita dan
kehamilan, zat besi yang berkurang sebesar 30 – 40 mg.
Pada saat kehamilan memerlukan tambahan zat besi untuk menambahkan sel darah
merah dan membentuk sel darah merah pada janin dan placenta. Semakin sering
wanita hamil dan melahirkan maka akan semakin banyak wanita itu kehilangan zat
besi dan menjadi semakin anemis.
Gambaran banyaknya kebutuhan zat besi setiap kehamilan :
Meningkatkan sel darah Ibu 500 mg Fe
Terdapat dalam placenta 300 mg Fe
Untuk darah janin 100 mg Fe +
Jumlah 900 mg Fe
Jika persediaan Fe minimal, maka disetiap kehamilan akan menguras Fe dan akhirnya
menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Pada setiap kehamilan relatif
mengalami anemia dikarenakan darah Ibu mengalami Hemodilusi (pengenceran) dan
meningkatkan volume 38 % - 40 % yang puncaknya pada kehamilan 32 – 34 mgu.
Jumlah pertambahan sel darah 18 % - 30 % dan HB sekitar 19 %. Bila HB sebelum
hamil sekitar 11 gr maka dengan terjadinya Hemodilusi akan mengakibatkan anemia
fisiologi, dan HB Ibu akan turun menjadi kurang lebih 9,5 – 10 gr %.
Setelah persalinan dengan lahirnya Bayi dan placenta maka akan kehilangan zat besi
kurang lebih 900 mg dari perdarahan yang dialami Ibu saat persalinan. Saat laktasi Ibu
memerlukan kesehatan jasmani yang optimal sehingga dapat menyiapkan ASI unntuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam keadaan anemia laktasi tidak dapat
terlaksana dengan baik maka dari itu sbisa mungkin ibu tidak anemis.
(Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana ; Manuaba;2010)

13. Pengobatan Anemia dalam Kehamilan


Terapi anemia difisiensi besi adalah dengan preparat besi oral atau Perenteral. Contoh
terapi oral adalah dengan pemberian preparat besi, diantaranya terosulfat, feroglukonal
atau Na – Fero bisitrat.
Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar HB sebanyak 7 gr % per buah.
Efek samping pada traktus gastrointestinal relative kecil pada pemberian preparat Na.
fero bisitrat dibandingkan dengan Fero Sulfat.
Kini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50 dengan asam folat
untuk poofilaksis anemia .
Pemberian preparat parenteral yaitu dengan ferum dextran sebanyak 1000 Mg lebih
cepat yaitu 29 %. Pemberian parenteral ini memiliki indikasi : Intoleransi besi pada
traktus gastrointestinal, anemia yang berat dan kepatuhan yang buruk, efek samping
utama ialah x Alergi, untuk mengetahuinya dapat diberikan dosis 0,5 cc/im dan bila tak
ada reaksi dapat diberikan seluruh dosis.
(Buku Maternal & Neonatal Tahun 2005)
Untuk menghitung terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan
sebelum hamil sehingga dapat diketahui data-data dasar kesehatan umum calon ibu
tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium, termasuk
pemeriksaan tinja sehingga diketahui adanya infeksi parasit, pengobatan infeksi untuk
cacing relatif mudah dan murah.
Pemerintah telah menyediakan preparat besi untuk dibagikan kepada masyarakat.
Contoh preparat Fe tersebut Arralat, Biosanbe, Iberet, Vitonal dan Hemaviton. Semua
preparat tersebut dapat dibeli dengan bebas. Mengonsumsi suplemen panambah zat besi
juga bisa mampu mencegah dan mengatasi anemia. Tetapi sebaiknya tidak bergantung
pada obat atau suplemen penambah zat besi saja. Yang paling penting adalah menjaga
pola makan yang baik dengan mengonsumsi bahan makanan yang kaya asam folat dan
zat besi yang berperan dalam pembentukan sel darah merah yang dapat diperoleh dari
daging, sayuran hijau dan susu.
C. KONSEP TEORI KETUBAN PECAH DINI
1. Definisi
Ketuban pecah dini atau spontaneous/early/premature rupture of membrane
(PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primi
kurang dari 3 cm dan multipara kurang dari 5 cm.
(Mochtar, 2007: 225)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda
persalinan dan ditunggu 1 jam belum dimulainya tanda persalinan.
(Manuaba, 2008: 229)
Jadi, ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda
persalinan dan ditunggu 1 jam belum dimulai tanda persalinan serta pembukaan
pada primi kurang dari 3 cm dan multipara kurang dari 5 cm.

2. Etiologi
Menurut Manuaba (2008: 229), penyebab ketuban pecah dini mempunyai dimensi
multifaktorial yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Serviks inkompeten
b. Ketegangan rahim berlebihan: kehamilan ganda, hidramnion
c. Kelainan letak janin dalam rahim: letak sungsang, letak lintang
d. Kemungkinan kesempitan panggul: perut gantung, bagian terendah belum masuk
PAP, sefalopelvic disporposional (CPD)
e. Kelainan bawaan dari selaput ketuban
f. Infeksi yang menyebabkan terjadi proses biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.
Jadi, banyak faktor yang menyebabkan ketuban pecah dini. Penyebab dari ketuban
pecah dini tidak atau masih belum jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan,
kecuali dalam usaha menekan infeksi.

3. Diagnosis & Masalah Aktual Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini


Dx : G...P...Ab... pro sectio caesarea atas indikasi KPD
Berdasarkan Manuaba (2008: 230), diagnosis persalinan dengan ketuban pecah dini
adalah :
Ds : Pasien mengatakan adanya pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang
khas.
Do : - Inspekulo : untuk mengambil sampel cairan ketuban di forniks posterior
dan mengambil sampel cairan untuk kultur dan pemeriksaan bakteriologis.
Memastikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis servisis dan
apakah ada bagian yang sudah pecah.
- Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati. Memeriksa adanya cairan
yang berisi mekonium, verniks kaseosa, rambut lanugo atau bila telah
terinfeksi berbau.
- Memeriksa air ketuban dengan kertas lakmus. Kertas lakmus akan berubah
menjadi warna biru adalah basa (air ketuban).
Masalah :
a. Ketidaktahuan ibu mengenai proses persalinan dan penatalaksanaan yang akan
dilakukan,
b. Kekhawatiran ibu terkait dengan proses persalinan,
c. Ketidakmampuan ibu terkait dengan fisik klien dan finansial.

4. Diagnosa&Masalah Potensial Persalinan dengan Ketuban Pecah Dini


Berdasarkan Mochtar (2007: 257) diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada
ketuban pecah dini adalah :
Pada ibu Pada janin
a. infeksi intrapartum a. hipoksia
b. partus lama b. IUFD
c. atonia uteri c. Respiratory Distress Syndrome
d. perdarahan postpartum (RDS) / asfiksia
e. infeksi puerperalis d. sepsis neonatorum

Masalah potensial : -

5. Kebutuhan Segera
Tirah baring
Konsultasi dengan dokter Sp.OG. untuk pemberian antibiotik
6. Asuhan Kebidanan Secara Menyeluruh pada Ibu Bersalin dengan Ketuban
Pecah Dini Pro Sectio Caesarea
Menurut Uliyah dan A.Aziz (2009:228), Liu (2007:228), Mochtar (2007:159),
Doenges (2008: 339), Manuaba (2008: 232) asuhan yang diberikan pada ibu bersalin
dengan ketuban pecah dini pro sectio caesarea adalah :
1. Informasikan pada pasien dan keluarga tentang keadaan dan kemajuan persalinan
serta pemberian pendidikan kesehatan prabedah pada ibu dan keluarga.
2. Kaji mengenai persiapan pembedahan, pengalaman masa lalu dan kesiapan
psikologis
3. Berikan asuhan sayang ibu
4. Konsultasi dengan dokter Sp.OG. untuk menentukan tindakan selanjutnya dan
pemberian antibiotik
5. Observasi his, TTV dan DJJ setiap 30 menit sekali
6. Monitor pengeluaran pervaginam
7. Anjurkan ibu untuk miring kiri
8. Lakukan persetujuan (informed consent) pada pasien dan keluarga

a. Asuhan Preoperasi
1) Melakukan pengkajian mengenai persiapan pembedahan, pengalaman masa lalu
dan kesiapan psikologis. Hal-hal yang penting lainnya seperti pengobatan yang
mempengaruhi kerja obat anestesi seperti antibiotika, antihipertensi dan diuretika.
2) Pemberian pendidikan kesehatan prabedah
Meliputi penjelasan mengenai berbagai informasi dalam tindakan pembedahan.
Informasi tersebut di antaranya tentang jenis pemeriksaan yang dilakukan sebelum
bedah, alat-alat khusus yang diperlukan, pengiriman ke kamar bedah, ruang
pemulihan, dan kemungkinan pengobatan setelah bedah.
3) Pastikan alasan untuk pembedahan adalah valid. Riwayat obstetri dan riwayat
medis harus ditinjau ulang, periksa gestasi. Kolega senior harus mengemukakan
alasan ini dan mendiskusikannya secara jelas dengan ibu dan pasangannya.
4) Menerangkan kepada penderita dan keluarganya alasan dilakukan operasi untuk
melahirkan janin dan memberikan pengertian serta kekuatan mental kepada
mereka dalam menghadapi persalinan ini. Diterangkan pula bahwa untuk operasi
ini diperlukan izin atau persetujuan penderita dan keluarga.
5) Pencegahan cedera
Untuk mengatasi risiko terjadinya cedera, tindakan yang perlu dilakukan sebelum
pelaksanaan bedah adalah :
a) Cek identitas pasien, mengkaji mengenai alergi obat, status nutrisi.
b) Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu , misalnya cincin,
gelang dan lain-lain
c) Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi
d) Lepaskan kontak lensa
e) Lepaskan protesis misalnya gigi palsu
f) Alat bantu pendengaran dapat digunakan jika pasien tidak dapat mendengar
g) Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih
6) Persiapan diit
Pasien yang akan dibedah memerlukan persiapan khusus dalam hal pengaturan
diit. Sehari sebelum bedah, pasien boleh menerima makanan biasa. Namun, 8 jam
sebelum bedah tersebut dilakukan pasien tidak diperbolehkan makan. Sedangkan
cairan tidak diperbolehkan 4 jam sebelum operasi, sebab makanan dan cairan
dalam lambung dapat menyebabkan aspirasi.
7) Persiapan kulit
Persiapan ini dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan dibedah dari
mikroorganisme dengan cara menyiram kulit dengan sabun heksaklorofin atau
sejenisnya yang sesuai dengan jenis pembedahan. Mencukur rambut pubis daerah
genetalia eksterna dan rambut daerah dinding perut pada operasi perabdominam.
Melakukan suci hama daerah operasi.
8) Melakukan pengosongan kandung kemih. Pada operasi perabdominam dipasang
kateter menetap (dower catheter), mengosongkan isi rektum.
9) Membaringkan penderita pada posisi yang dianjurkan.
10) Memasang infus cairan menggunakan kanula plastik G No.16
11) Latihan bernafas dan batuk
Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pengembangan paru-paru.
Sedangkan batuk dapat meningkatkan tekanan, merusak jaringan, dan melepaskan
jahitan.
12) Latihan kaki
Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dampak tromboflebitis.
13) Latihan mobilitas
Latihan mobilitas dilakukan untuk mencegah komplikasi sirkulasi, mencegah
dekubitus, merangsang peristaltik, serta mengurangi adanya nyeri. Melalui latihan
mobilitas, pasien harus mampu menggunakan alat di tempat tidur, seperti
menggunakan penghalang agar bisa memutar badan, melatih duduk di sisi tempat
tidur, atau dengan menggeser pasien ke sisi tempat tidur. Melatih duduk diawali
dengan tidur fowler, kemudian duduk tegak dengan kaki menggantung di sisi
tempat tidur.
14) Diskusikan jenis anestesia atau analgesia harus didiskusikan lebih lanjut saat
klinik gabungan dengan dokter anestesi.
15) Idealnya jenis anestesia atau analgesia harus didiskusikan lebih lanjut saat klinik
gabungan dengan dokter anestesi.
16) Beritahu dokter pediatri pada saat yang tepat.
17) Cek apakah pencocokan silang darah telah tersedia.

b. Asuhan Intraoperasi
1) Penggunaan baju seragam bedah
Penggunaan baju seragam bedah didesain secara khusus dengan harapan dapat
mencegah kontaminasi dari luar. Hal itu dilakukan dengan berprinsip bahwa
semua baju dari luar harus diganti dengan baju bedah yang steril, atau baju harus
diganti dengan baju bedah yang steril, atau baju harus dimasukkan ke dalam
celana atau harus menutupi pinggang untuk mengurangi menyebarnya bakteri,
serta gunakan tutup kepala, masker, sarung tangan, dan celemek steril.
2) Mencuci tangan sebelum pembedahan
3) Menerima pasien di daerah bedah
Sebelum memasuki wilayah bedah, pasien harus melakukan pemeriksaan ulang di
ruang penerimaan untuk mengecek kembali nama, bedah apa yang akan
dilakukan, nomor status registrasi pasien, berbagai hasil laboratorium, dan X-ray,
persiapan darah setelah dilakukan pemeriksaan silang dan golongan darah, alat
protesis, dan lain-lain.
4) Pengiriman dan pengaturan posisi ke kamar bedah
Posisi yang dianjurkan pada umumnya adalah telentang, telungkup,
trendelenburg, litotomi, lateral, atau disesuaikan dengan jenis operasi yang akan
dilakukan.
5) Pembersihan dan persiapan kulit
Pelaksanaan tindakan ini bertujuan untuk membuat daerah yang akan dibedah
bebas dari kotoran dan lemak kulit, serta untuk mengurangi adanya mikroba.
6) Penutupan daerah steril
Penutupan daerah steril dilakukan dengan menggunakan duk steril agar tetap steril
daerah seputar bedah dan mencegah berpindahnya mikroorganisme antara daerah
steril dan tidak.
7) Pelaksanaan anestesia
Anestesia dapat dilakukan dengan berbagai macam, antara lain anestesia umum,
inhalasi atau intravena, anestesia regional dan lokal.
8) Pelaksanaan pembedahan
Setelah dilakukan anestesia, tim bedah akan melaksanakan pembedahan sesuai
dengan ketentuan pembedahan.

c. Asuhan Postoperasi
1) Kaji tanda-tanda vital dengan interval teratur (15 menit). Pastikan kondisinya
stabil.
2) Lihat tinggi fundus, adanya perdarahan dari luka dan jumlah lochea.
3) Pertahankan keseimbangan cairan dan nutrisi yang cukup. Kaji jumlah cairan
yang masuk dan keluar (urin) untuk mencegah terjadinya retensio urine
4) Meningkatkan proses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri dapat
dilakukan dengan cara merawat luka, serta memperbaiki ataupun makanan tinggi
protein dan vitamin C. Protein dan vitamin C dapat membantu pembentukan
kolagen dan mempertahankan integritas dinding kapiler. Pastikan analgesia yang
adekuat.
5) Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan latihan napas, tarik napas yang
dalam dengan mulut terbuka, lalu tahan napas selama 3 detik dan hembuskan.
Atau, dapat pula dilakukan dengan menarik napas melalui hidung dan
menggunakan diafragma, kemudian napas dikeluarkan perlahan-lahan melalui
mulut yang dikuncupkan.
6) Mempertahankan sirkulasi, dengan stoking pada pasien yang berisiko
tromboflebitis atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan harus
meninggikan kaki pada tempat duduk guna memperlancar vena balik.
7) Mempertahankan eliminasi, dengan mempertahankan asupan dan output serta
mencegah terjadinya retensio urine.
8) Mempertahankan aktivitas dengan latihan yang memperkuat otot sebelum
ambulatori. Anjurkan ambulasi dini jika tidak ada kontraindikasi
9) Tangani kebutuhan khusus dengan indikasi langsung untuk seksio sesarea,
misalnya kondisi medis seperti diabetes.
10) Mengurangi kecemasan dengan melakukan komunikasi secara terapeutik.
11) Sebelum pemulangan harus diberikan kesempatan yang sesuai dengan keadaaan
dan jawab pertanyaan-pertanyaan pasien.
12) Jadwalkan kesempatan untuk melakukan pengkajian ulang pasca melahirkan guna
memastikan penyembuhan total, mendiskusikan kehamilan berikutnya dan
memastikan tindak lanjut asuhan untuk kondisi medisnya.
TINJAUAN KASUS

I. Pengumpulan Data Dasar


A. Pengkajian tanggal 19 November 2012 jam 12.00 WIB oleh Heni Tirta Kinasih di
Kamar Bersalin RSUD Bangil.
1. Identitas pasien dengan no. Registrasi 170405
Nama Istri : Ny.F Nama Suami : Tn. K
Umur : 20 Tahun Umur : 25 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Jawa Suku : Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang toko Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jln. Cangkring Malang 04/07 Desa Selorawan Beji-Bangil

2. Alasan Kunjungan Saat Ini


Ibu datang bersama orang tua dan suaminya, mengatakan hamil anak pertama usia
kehamilan 8 bulan mengeluh cepat lelah, sering BAK, susah tidur, pegal-pegal pada
pinggang dan kaki, serta kadang-kadang perut terasa sesak dan tertekan. Ibu juga
mengatakan merembes cairan ketuban mulai kemarin tanggal 18 November 2012 jam
13.00 WIB.

3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 13 Tahun
Siklus : 28 Hari
Lamanya : 6-7 Hari
Sifat darah : Merah, encer dan tidak menggumpal
Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut
Teratur/tidak : Teratur
HPHT : 06-03-2012
TP : 13-12-2012
Usia kehamilan : 36-37 minggu

4. Riwayat Perkawinan
Kawin : 1 kali
Usia kawin pertama : 19 Tahun
Lama perkawinan : 1 Tahun

5. Riwayat Kehamilan Sekarang


a. Trimester I
ANC : 3 kali di Bidan
Keluhan : Ibu mengatakan pusing, susah tidur, cepat lelah serta tidak
nafsu makan
Terapi : Tablet Fe 1x1 tablet/ hari
Kalsium laktat 3x1 tablet/hari
Vitamin B kompleks 3x1 tablet/hari
b. Trimester II
ANC : 3 kali dibidan
Keluhan : Ibu mengatakan pegal-pegal dipinggang sampai ke kaki,
penglihatan berkunang-kunang dan cepat lelah
Terapi : Tablet Fe 1x1 tablet/ hari
Kalsium laktat 3x1 tablet/hari
Vitamin B kompleks 3x1 tablet/hari
c. Trimester III
ANC : 2 kali dibidan
Keluhan : Ibu mengatakan cepat lelah, pegal-pegal dipinggang kadang-
kadang perut terasa sesak
Terapi : Tablet Fe 1x1 tablet/ hari
Kalsium laktat 3x1 tablet/hari
Vitamin B kompleks 3x1 tablet/hari

6. Riwayat Kesehatan
Ibu dan keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular dan menderita
penyakit menurun serta penyakit yang memerlukan perawatan khusus.

7. Riwayat Imunisasi
a. Ibu mendapat imunisasi TT1 pada usia kehamilan 4 bulan di Bidan
b. Ibu mendapat imunisasi TT2 pada usia kehamilan 5 bulan di Bidan

8. Riwayat Psikososial
a. Ibu senang dengan kehamilannya karena kehamilan ini sudah direncanakan
b. Ibu dan keluarga berharap semoga dalam kehamilan dan persalinannya nanti
berjalan normal tidak ada halangan suatu apapun

9. Aktifitas Sehari-hari
a. Nutrisi
1. Sebelum hamil : Makan 3 kali sehari dengan porsi nasi, lauk, sayur
dan buah, ibu minum 7-8 gelas/hari
2. Saat hamil : Ibu makan 2 kali sehari, ibu kurang nafsu makan,
ibu minum 7-8 gelas/hari, tidak pernah minum jamu
b. Eliminasi
1. Sebelum hamil : BAB : 1x/hari BAK : 3-4x/hari
2. Saat hamil : BAB : 1x/hari BAK : 6-7x/hari
c. Istirahat dan tidur
1. Sebelum hamil : Ibu tidur malam 7-8 jam/hari, tidur siang 1 jam
2. Saat hamil : Ibu tidur malam 5-6 jam/hari, tidak pernah tidur siang
karena menjaga toko.
d. Personal Hygiene
Sebelum hamil dan saat hamil ibu mandi 2x sehari, ganti pakaian 2x sehari,
keramas 2x/hari.
e. Aktifitas / olah raga
Ibu hanya mengerjakan aktifitasnya sebagai ibu rumah tangga, ibu jarang
berolah raga, bila ibu bekerja terlalu berat ibu merasa pusing dan cepat lelah.
f. Seksualitas
Tidak ada keluhan, ibu melakukan hubungan seksualitas rata-rata 1x/minggu

B. Pemeriksaan
1. Keadaan umum
a. Keadaan umum : cukup
b. Tanda-tanda vital
TD : 90/70 mmHg Nadi : 80x/menit
RR : 24x/menit Suhu : 36,20C
c. BB sebelum hamil : 48 Kg Kenaikan BB selama hamil : 10 Kg
BB saat hamil : 58 Kg
d. Tinggi badan : 155 cm
e. Ukuran LILA : 24 cm

2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
1. Rambut : Lurus, tidak ada ketombe, tidak rontok dan keadaan bersih
2. Muka : Bentuk simetris, pucat, keadaan bersih tidak ada oedem
3. Mata : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata,
konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, berfungsi dengan baik, keadaan
bersih
4. Hidung : Bentuk simetris, keadaan bersih dan tidak ada pembesaran
polip, berfungsi dengan baik
5. Mulut : Tidak ada kelainan pada mulut, tidak ada stomatitis, keadaan
gigi bersih, tidak ada caries dan tidak ada pembesaran tonsil
6. Telinga : Bentuk simetris, keadaan bersih, fungsi pendengaran baik,
daun telinga ada
7. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe dan
tidak ada pembengkakan vena jugularis
8. Dada : Bentuk simetris, pergerakan nafas teratus, tidak ada benjolan
abnormal
9. Payudara : Membesar simetris, puting susu menonjol, hyperpigmentasi,
tidak ada benjolan abnormal, kolostrum belum keluar , keadaan bersih
10. Abdomen : Bentuk simetris membesar sesuai usia kehamilan, tidak ada
bekas operasi, keadaan bersih
11. Genitalia : Keadaan bersih, tidak ada haemoroid, tidak ada oedem, tidak
ada varises, keluar cairan ketuban merembes
12. Ekstremitas
Atas : Bentuk simetris,tidak ada cacat, tidak ada oedem, keadaan
bersih, jari-jari tangan lengkap
Bawah : Bentuk simetris, keadaan bersih, tidak ada oedem, berfungsi
dengan baik, jari-jari kaki lengkap
b. Palpasi
1. Leopold I : TFU 3 jari di bawah prosesus xypoideus (29cm), pada
fundus teraba bokong
TBJ : (29-12) x 155
= 17 x 155
= 2635 g
2. Leopold II : Punggung kiri. Perut ibu sebelah kanan teraba bagian
kecil-kecil yang berarti ekstremitas.
3. Leopold III : Bagian terbawah janin teraba keras, bundar melenting
yang berarti kepala, kepala sudah masuk PAP
4. Leopold IV : Kepala masuk PAP 1/3 bagian ( ).
WHO : kepala teraba 4/5 bagian di atas symphisis
His : 2 x 10. 10”
c. Auskultasi
1. Paru-paru : Tidak terdengar ronchi dan wheezing
2. DJJ : Positif, teratur, 142x/menit
d. Perkusi
Reflek patella tidak terkaji

3. Pemeriksaan Dalam
- Vulva : merah muda
- Vagina : tidak ada oedema dan varices, ketuban merembes, belum
keluar darah maupun lendir
- Porsio : lunak
- Pembukaan : 1 cm
- Ketuban : negatif
- Effacement : 25%
- Presentasi : kepala
- Posisi : UUK kiri depan
- Penurunan Hodge : HI
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Hb : 6,3 g%
b. GDA : 62,2 mg/dL
c. Protein total : 7 gr/dL (Normal: 6,6-8,8)
d. Albumin : 4,83 gr/dL (Normal: 3,8-5,1)
e. Dipstik : (+) 2
f. Pemeriksaan USG
5. Therapi
Infus RL 20 tts/mnt
Injeksi Gentamicin 2x80 mg /IV
Injeksi Dexamethason 1x24 mg/ IM
Infus NS 20 tts/mnt
Transfusi darah gol darah A 1 labu

II. Interprestasi Data Dasar, Diagnosa, Masalah Dan Kebutuhan


1. Diagnosa
Ny “F” G1P0000Ab00 hamil 36-37 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterin, bagian
terendah kepala, dengan anemia berat dan ketuban pecah dini.

Dasar : Ibu mengatakan pegal-pegal pada pinggang dan kaki, sering lelah, pusing,
mata berkunang-kunang, susah tidur, ibu juga mengatakan merembes cairan ketuban
mulai kemarin tanggal 18 November 2012 jam 13.00 WIB.
a. Hb : 6,3 g%
b. Ibu mengatakan hamil anak pertama
c. HPHT 06-03-2012 dan TP 13-12-2012
d. Leopold I : TFU 3 jari di bawah prosessus xypoideus (29 cm)
TBJ : 2635g
e. Leopold II : Puki
f. Leopold III : Kepala sudah masuk PAP
g. Leopold IV : Kepala sudah masuk 1/3 bagian
WHO : kepala teraba 4/5 bagian di atas symphisis
His : 2x10. 10”
h. DJJ : 142x/menit
i. Ketuban : (-)
2. Masalah
a. Gangguan aktifitas
Dasar :
1) Ibu mengatakan cepat lelah, pusing dan pegal-pegal pada pinggang dan kaki
b. Gangguan rasa nyaman
Dasar :
1) Ibu merasa cemas menjelang persalinan
2) Ibu mengatakan cepat lelah
3) Ibu mengatakan kurang istirahat
4) Ibu mengatakan ketubannya merembes
c. Gangguan pemenuhan nutrisi
1) Ibu terlihat pucat dan tampak lemas
2) Ibu mengatakan tidak nafsu makan

3. Kebutuhan
a. Penyuluhan tentang perubahan fisiologis dalam kehamilan seperti gangguan
pada pinggang dan kaki.
b. Penyuluhan tentang latihan relaksasi.
c. Penyuluhan tentang kebutuhan gizi ibu hamil
d. Penyuluhan tentang persiapan persalinan.

III. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial


Pada ibu : Potensial terjadi perdarahan postpartum (HPP), gangguan pemenuhan
oksigen, terjadi partus lama, terjadi infeksi intrapartum dan puerperalis, atonia uteri,
infeksi, sub involusi uteri, pengeluaran ASI kurang.
Pada janin : Potensial terjadi hipoksia, IUFD, Respiratory Distress Syndrome (RDS)/
asfiksia, sepsis neonatorum

IV. Identifikasi Kebutuhan Segera


1. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemberian transfusi darah
2. Kolaborasi dengan dokter Sp.OG. untuk pemberian antibiotik

V. Intervensi
Ny “F” G1P0000Ab00 hamil 36-37 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterin, bagian
terendah kepala, dengan anemia berat dan ketuban pecah dini.

Tujuan : Persalinan dapat berjalan dengan lancar


KH : keadaan umum baik
TTV dalam batas normal
Tidak terjadi komplikasi pada ibu dan bayi

1. Informasikan pada pasien dan keluarga tentang keadaan dan kemajuan persalinan
serta pemberian pendidikan kesehatan prabedah pada ibu dan keluarga.
R/ persamaan persepsi antara bidan dan pasien/ keluarga akan maka akan
memudahkan dan melancarkan tindakan dalam asuhan kebidanan yang akan
diberikan.
2. Berikan asuhan sayang ibu
R/ memperlancar sirkulasi darah, menurunkan ketegangan otot dan memberi
kenyamanan pada ibu, pemberian dukungan emosional menurunkan rasa takut
dan ansietas
3.Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, TFU, DJJ, kontraksi, dan penurunan
kepala.
R/ sebagai parameter kemajuan persalinan dan mengantisipasi komplikasi ibu dan
janin dapat terdeteksi.
4. Konsultasi dengan dokter Sp.OG. untuk menentukan tindakan selanjutnya dan
pemberian terapi
 Injeksi Gentamicin 2x80 mg
 Merencanakan transfusi darah 2 labu/hari sesuai advis dokter sampai dengan
Hb >10 gr%
 Lakukan Induksi Maturasi Paru (IMP) dengan Dexamethason 1x25 mg/IM
R/ sedini mungkin masalah teratasi, mencegah terjadinya infeksi dan
memperbaiki keadaan umum ibu dan janin.
5. Anjurkan ibu untuk miring kiri
R/ memperlancar peredaran darah, mencegah terjadinya sindrom vena kava
inferior dan mempercepat proses penurunan kepala
6. Observasi intake dan output cairan dengan mengobservasi kelancaran tetesan
cairan infus RL dan membantu ibu kencing di atas tempat tidur menggunakan
pispot.
R/ untuk mengetahui fungsi ginjal dan mencegah perdarahan akibat distensi
kandung kencing.

VI. Implementasi

Tanggal 19 November 2013 jam 12.00 WIB

1. Melakukan komunikasi terapeutik pada ibu dan keluarga. Menginformasikan pada


pasien dan keluarga tentang keadaan dan kemajuan persalinan.
2. Memfasilitasi kebutuhan nutrisi dan menjelaskan pada ibu makanan yang banyak
mengandung zat besi dan asam folat seperti telur, daging, susu, sayuran hijau dan
lain – lain.
3. Melakukan observasi keadaan umum, tanda-tanda vital, DJJ dan kontraksi.
Keadaan umum cukup, tekanan darah 90/70mmHg, nadi 80x/menit, suhu 36,2oC,
DJJ 142x/menit, his 2x10. 10”
4. Memberikan terapi sesuai dengan advis dokter yaitu injeksi Gentamicin 80 mg dan
Dexamethason 25 mg/IM
5. Menganjurkan ibu untuk miring kiri
6. Mengobservasi intake dan output cairan. Intake cairan 500 cc infus RL, output 280
cc urine.

VII. Evaluasi
Tanggal 19 November 2012 jam 14.00 WIB
S : ibu mengatakan perutnya terasa kenceng-kenceng tetapi jarang, tidak keluar
cairan atau darah melalui jalan lahir
O :
 Keadaaan umum cukup, TD 80/60 mmHg, nadi 82x/menit, suhu 37,5oC
 DJJ 138x/menit, His 1x10. 15”
 Pembukaan tetap 1 cm
A : Ny “F” G1P0000Ab000 usia kehamilan 36-37 minggu, tunggal/hidup/intrautrine
dengan anemia berat, ketuban pecah dini dan post induksi maturasi paru
P :
 Melanjutkan infus RL dengan tetesan 20 tetes/menit
 Melakukan injeksi Gentamicin 80 mg
 Menjelaskan pada pasien untuk diit TKTP
 Mengganti cairan infus dengan larutan NaCl pre transfusi dilanjutkan dengan
injeksi Dexamethason 1 ampul lagi.
 Melakukan transfusi darah 2 labu sesuai advis dokter sampai dengan Hb >10
gr%, pasien masih memiliki titipan 1 labu di PMI

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal 20 November 2012 jam 10.00 WIB
S : ibu mengatakan perutnya terasa kenceng-kenceng tetapi jarang, tidak keluar
cairan atau darah melalui jalan lahir
O :
 Keadaaan umum cukup, TD 100/60 mmHg, nadi 86x/menit, suhu 36,4oC
 DJJ 138x/menit, His 1x10. 10”
 Pembukaan tetap 1 cm
A : Ny “F” GIP0000Ab000 UK 36-37 minggu, tunggal/hidup/intrautrine dengan
anemia berat, ketuban pecah dini dan post induksi maturasi paru
P :
 Melanjutkan infus RL dengan tetesan 20 tetes/menit
 Melakukan rippening dengan Misoprostol 50mcg
 Melakukan KIE bersama dokter Sp.OG mengenai keadaan pasien yang
belum membaik dan masih memerlukan perawatan konservatif di rumah
sakit.
E : Ibu dan keluarga memaksa pulang paksa meskipun sudah diberikan
penjelasan oleh dokter dan bidan.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.


Carpenito, Linda Juall (2009) Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC ; Jakarta
Doenges, Marilynn dan Mary Frances Moorhouse. 2008. Rencana Perawatan Maternal/Bayi.
Jakarta: EGC.
JNPK-KR. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Depkes RI
Mochtar, Rustam. 2007. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta: EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Manuaba, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, dan KB untuk pendidikan
Bidan edisi 2. EGC ; Jakarta.
Price, Silvia Anderson (2006). Patofisiologi. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka sarwono
Prawirohardjo
Varney, Helen, dkk. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 2. Jakarta: EGC
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: YBP-SP.
Wiknjosatro, Hanifa (ed.) dkk. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: YBP-SP.
Wiknjosatro, Hanifa (ed.) dkk. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP

Anda mungkin juga menyukai