Bercocok Tanam
Bercocok Tanam
Bercocok Tanam
Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. Chairunnisa M.
2. Ergina
MAN 1 PANGKALPINANG
2017/2018
Kata Pengantar
Dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati, penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat
Allah SWT, karena dengan Taufiq dan hidayah-Nya, serta segala kemudahan yang telah
diberikan-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini di susun sebagai salah satu tugas pelajaran Sejarah.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu melalui kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada rekan –rekan yang telah membantu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna memperbaiki dan
menyempurnakan makalah ini. Akhir kata, terima kasih dan semoga makalah ini bermanfaat
serta bisa menjadi wacana bagi kita semua dalam hal menambah ilmu pengetahuan. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. KehidupanSosialpadaMasaBercocokTanam
B. KehidupanEkonomipadaMasaBercocok
D. KonsepKepercayaandanBangunanMegalitpadaMasaBercocok Tanam
E. KehidupanpadaMasaPerundagian
F. KehidupanpadaMasaSekarang
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Masa prasejarah atau biasa disebut pra aksara adalah masa kehidupan manusia sebelum
mengenal tulisan. Manusia yang diperkirakan hidup pada masa pra aksara adalah manusia
purba. Pada masa ini, kita tidak dapat mengetahui sejarah serta kebudayaan manusia melalui
tulisan. Satu-satunya sumber untuk mengetahui kehidupan manusia purba hanya melalui
peninggalan-peninggalan mereka yang berupa fosil, alat-alat kehidupan, dan fosil tumbuh-
tumbuhan maupun hewan yang hidup dan berkembang pada masa itu. Zaman pra aksara
berlangsung sangat lama, yaitu sejak manusia belum mengenal tulisan hingga manusia mulai
mengenal dan menggunakan tulisan.
Untuk mempelajari kehidupan manusia prasejarah khususnya bentuk bercocok tanam
zaman prasejarah hingga sampai dengan saat ini, maka kita tidak boleh lepas
dari kajian ilmu Antropologi, yang memperlajari tentang peradaban manusia dari bentuk yang
paling sederhana sampai ketingkat yang lebih maju. serta bantuan beberapa cabang ilmu
pengetahuan, antara lain:
Zaman prasejarah tidak meninggalkan bukti tertulis, tetapi hanya meninggalkan benda-
benda hasil kebudayaan. Oleh karena itu untuk mengetahui Umur peninggalan budaya itu
dapat diketahui melalui cara:
Tipologi, merupakan cara penentuan usia benda peninggalan budaya berdasarkan bentuk
tipe dari peninggalan itu. Semakin sederhana bentuk peninggalan budaya manusia itu. Maka
usianya semakin tua.
Stratigrafi, merupakan cara penentuan usia benda peninggalan budaya berdasarkan
lapisan tanah tempat benda itu ditemukan, semakin kebawah lapisan tanah tempat penemuan
benda peninggalan budaya manusia, maka semakin tua usianya.
Kimiawi, merupakan cara menentukan usia benda peninggalan budaya manusia
berdasarkan unsur-unsur kimia yang dikandung oleh benda tersebut.
Fosil adalah tulang belulang manusia, hewan, dan tumbuhan yang telah membatu. Fosil
yang dapat memberi petunjuk kehidupan manusia purba disebut fosil pandu.
Arterak adalah alat-alat atau perkakas yang dipakai oleh manusia purba untuk menunjang
kehidupannya. Contoh: kapak persegi, kapak lonjong, kapak corong, dan lain lain.
Secara umum, masa prasejarah ditinjau dari dua aspek, yaitu berdasarkan benda-benda
peninggalan yang digunakan oleh manusia pada masa pra aksara, dibedakan menjadi dua
zaman yaitu zaman batu dan zaman logam.
Zaman batu adalah zaman yang menunjuk pada suatu periode dimana alat-alat kehidupan
manusia terbuat dari batu, meskipun ada juga alat-alat tertentu yang terbuat dari kayu dan
tulang. Tetapi, pada zaman ini secara dominan alat-alat yang digunakan terbuat dari batu.
Zaman batu dibedakan lagi menjadi tiga periode sebagai berikut :
Zaman batu tua (Paleolithikum) merupakan suatu masa dimana hasil buatan alat-alat dari
batunya masih kasar dan belum diasah sehingga bentuknya masih sederhana.
Zaman batu madya (Mesolithikum) merupakan masa peralihan dimana cara pembuatan
alat-alat kehidupannya lebih baik dan lebih halus dari aman batu tua.
Zaman batu muda (Neolithikum) merupakan suatu masa dimana alat-alat kehidupan
manusia dibuat dari batu yang sudah dihaluskan, serta bentuknya lebih sempurna dari
aman sebelumnya. Misalnya, kapak persegi dan kapak lonjong.
Zaman Logam : adalah zaman yang menunjuk pada suatu periode dimana alat-alat
kehidupan manusia terbuat dari logam. Dengan dimulainya zaman logam, bukan berarti
berakhirnya zaman batu, karena pada zaman logampun alat-alat dari batu terus berkembang
bahkan sampai sekarang. Sesungguhnya, nama zaman logam hanyalah untuk menyatakan
bahwa pada zaman tersebut alat-alat dari logam telah dikenal dan digunakan secara dominan.
Dan berdasarkan ciri kehidupan dan kebudayaan masyarakatnya, dibagi dalam tiga
zaman, yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan, masa bercocok tanam, dan masa
perundagian.
a. Masa berburu dan mengumpulkan makanan : pada masa ini kehidupan manusia purba
masih sangat sederhana. Mereka mengumpulkan makanan dan meramunya serta berburu
dengan menggunakan peralatan bantu yang sangat sederhana. Untuk melindungi dirinya dari
hujan, panas, dan gangguan hewan buas, manusia purba memanfaatkan ceruk yang ada di
batu karang. Letak ceruk tempat tinggal mereka biasanya tidak jauh dari sumber air karena
sumber air biasa digunakan juga oleh binatang buruan untuk minum. Pada saat binatang
minum, manusia purba memburunya dan selanjutnya digunakan untuk makan sehari-hari.
b. Masa Bercocok tanam : pada masa ini manusia purba sudah mampu bercocok tanam
sehingga terjadilah perubahan dari tradisi food gathering (mengumpulkan makanan)
menjadi food producing (menghasilkan makanan). Mereka sudah tidak tergantung lagi
pada alam. Mereka sudah berusaha untuk menghasilkan makanan sendiri dengan
bercocok tanam dan beternak. Pada saat itu pula, manusia sudah bertempat tinggal tetap.
Artinya, mereka telah mengenal cara membuat rumah dan beternak hewan peliharaan.
c. Masa Perundagian : pada masa ini, manusia purba telah pandai membuat perkakas yang
berasal dari logam. Mereka kemudian menggunakan perkakas tersebut sebagai bagian
dari hidupnya. Pada masa ini kehidupan manusia purba tidak jauh berbeda dengan masa
bercocok tanam hanya saja peralatan yang mereka gunakan semakin lebih baik yaitu
mulai digunakannya alat-alat yang terbuat dari logam.
Metode yang digunakan dalam membuat makalah ini adalah Metode Teknologi
Informasi dan Komunikasi, yakni mengkaji berbagai materi yang terdapat/tersedia di media
internet.
BAB II
PEMBAHASAN
Tabel 1. Zamanbercocoktanam
Kondisi Zamanbercocoktanam
Keadaanalam Bumisudahstabil
Flora Hampirsamadengankeadaansaatini
Fauna Hampirsamadengankeadaansaatini
Kehidupanmasyarakat Sudahmulaimenetap, bercocoktanam (food
producing), sudahmengenalmemeliharahewan,
sistem barter (pertukaranbarang),
sistemkepercayaan, animismedandinamisme
Alat-alatkehidupan Terbuatdaribatudansudahdiasah. Beliungpersegi,
kapaklonjong, gerabah, alatpemukulkulitkayu,
perhiasan
Perkembangan kebudayaan pada masa bercocok tanam makin bertambah pesat. Hal ini
dikarenakan manusia mulai dapat mengembangkan dirinya untuk menciptakan kebudayaan
yang lebih baik. Namun demikian alat-alat yang dihasilkan pada masa berburu dan
mengumpulkan makanan atau zaman palaeolithikum tidak ditinggalkan. Alat-alat itu masih
dipertahankan dan dikembangkan, seperti alat-alat dari batu sudah tidak kasar lagi tapi sudah
lebih halus karena ada proses pengasahan.
Peninggalan-peninggalan kebudayaan manusia pada masa bercocok tanam makin
banyak dan beragam, baik yang terbuat dari tanah liat, batu maupun logam. Berikut ini alat-
alat atau benda-benda yang dihasilkan pada masa bercocok tanam adalah sebagai berikut :
Selain Kjokkenmoddinger, jenis tempat tinggal lainnya ialah abris sous rosche, yaitu
tempat berupa gua-gua yang menyerupai ceruk-ceruk di dalam batu karang. Peralatan yang
ditemukan berupa ujung panah, flakes, batu-batu penggiling, dan kapak-kapak yang sudah
diasah. Alat-alat itu terbuat dari batu. Ditemukan juga alat-alat dari tulang dan tanduk rusa.
Tempat ditemukannya abris sous rosche, antara lain Gua Lawa di Ponorogo, Bojonegoro,
dan Lamoncong (Sulawesi Selatan).
Gambar 2. Abris sous rosche di Lamoncong, Sulawesi Selatan
Gambar 3. Gerabah
4. Kapak Persegi pada Masa Bercocok Tanam
Pemberian nama kapak persegi didasarkan pada bentuknya. Bentuk kapak ini yaitu batu
yang garis irisannya melintangnya memperlihatkan sebuah bidang segi panjang atau ada juga
yang berbentuk trapesium. Jenis lain yang termasuk dalam katagori kapak persegi seperti
beliung atau pacul untuk yang ukuran besar, dan untuk ukuran yang kecil bernama tarah.
Tarah berfungsi untuk mengerjakan kayu. Pada alat-alat tersebut terdapat tangkai yang
diikatkan. Orang yang pertama memberikan nama Kapak Persegi yaitu von Heine Geldern.
Daerah-daerah tempat ditemukannya kapak persegi yaitu di Sumatra, Jawa, Bali, Nusa
Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan. Batu api dan chalcedon merupakan bahan
yang dipakai untuk membuat kapak persegi. Kapak persegi kemungkinan sudah menjadi
barang yang diperjualbelikan. Alat ini dibuat oleh sebuah pabrik tertentu di suatu tempat
kemudian di bawa keluar daerah untuk diperjualbelikan. Sistem jual-belinya masih sangat
sederhana, yaitu sistem barter. Adanya sistem barter tersebut, kapak persegi banyak
ditemukan di tempat-tempat yang tidak banyak ada bahan bakunya, yaitu batu api.
Pemberian nama kapak lonjong berdasarkan pada bentuk. Bentuk alat ini yaitu garis
penampang memperlihatkan sebuah bidang yang berbentuk lonjong. Sedangkan bentuk
kapaknya sendiri bundar telor. Ujungnya yang agak lancip ditempatkan di tangkai dan di
ujung lainnya yang bulat diasah hingga tajam. Ada dua ukuran kapak lonjong yaitu ukuran
yang besar disebut dengan walzeinbeil dan kleinbel untuk ukuran kecil. Kapak lonjong masuk
ke dalam kebudayaan Neolitihikum Papua, karena jenis kapak ini banyak ditemukan di Papua
(Irian). Kapak ini ditemukan pula di daerah-daerah lainnya, yaitu di Seram, Gorong,
Tanimbar, Leti, Minahasa, dan Serawak.
Selain di Indonesia, jenis kapak lonjong ditemukan pula di negara lain, seperti
Walzeinbeil di temukan di Cina dan Jepang, daerah Assam dan Birma Utara. Penemuan
kapak lonjong dapat memberikan petunjuk mengenai penyebarannya, yaitu dari timur mulai
dari daratan Asia ke Jepang, Formosa, Filipina, Minahasa, terus ke timur. Penemuan-
penemuan di Formosa dan Filipina memperkuat pendapat ini. Dari Irian daerah persebaran
meluas sampai ke Melanesia.
6. Beliung Persegi pada Masa Bercocok Tanam
Diantara peralatan batu yang paling menonjol dari masa bercocok tanam di Indonesia
adalah beliung persegi. Beliung persegi bentuknya mirip cangkul, namun tidak sebesar dan
selebar cangkul zaman sekarang. Beliung persegi digunakan untuk mengolah kayu, misalnya
untuk membuat rumah dan perahu. Beliung persegi ditemukan hampir di seluruh wilayah
kepulauan Indonesia, yaitu Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, dan Nusa Tenggara.
Adapun penemuannya diluar wilayah Indonesia yaitu di Semenanjung Melayu dan Asia
Tenggara. Beliung persegi terbuat dari batu api.
Gambar 7. Beliung Persegi
Mata panah merupakan salah satu dari perlengkapan berburu maupun menangkap ikan.
Mata panah untuk menangkap ikan dibuat bergerigi seperti mata gergaji dan umumnya dibuat
dari tulang. Sisi-sisi mata panah dari zaman kehidupan bercocok tanam berhasil ditemukan
didalam gua-gua yang ada di pinggir sungai. Kemungkinan juga ada mata panah yang dibuat
dari kayu seperti yang masih digunakan oleh penduduk asli Papua. Daerah yang banyak
ditemukan mata panah ini adalah jawa timur dan Sulawesi selatan.
Hiasan sudah dikenal oleh manusia pada masa bercocok tanam. Perhiasan dibuat
dengan bahan-bahan yang mudah diperoleh dari lingkungan sekitar, seperti hiasan kulit
kerang dari sekitar pantai. Hiasan lainnya ada yang terbuat dari yang dibuat dari tanah liat
seperti gerabah, dan ada pula yang terbuat dari batu. seperti gelang, kalung, dan beliung.
Kebudayaan lainnya yang dimiliki oleh manusia pada masa bercocok tanam
diperkirakan mereka telah memakai pakaian. Bahan yang digunakan untuk pakaian berasal
dari kulit kayu. Daerah tempat ditemukan bukti adanya pakaian adalah di Kalimantan,
Sulawesi Selatan, dan beberapa tempat lainnya. Pada daerah-daerah tersebut ditemukan alat
pemukul kulit kayu. Kulit kayu yang sudah dipukul-pukul menjadi bahan pakaian yang akan
dibuat.
1. Menhir
Menhir merupakan tiang atau tugu batu yang dibuat untuk menghormati roh nenek
moyang. Daerah-daerah tempat ditemukannya menhir di Indonesia, seperti di Jawa Barat,
Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatra Selatan, Sulawesi Tengah, Kalimantan, dan Bali.
2. Sarkofagus
Gambar 12. Sarkofagus
Sarkofagus menyerupai peti mayat atau keranda yang bentuknya seperti palung atau
lesung, tetapi mempunyai tutup. Benda ini terbuat dari batu sehingga diperkirakan kehadiran
sarkofagus sezaman dengan zaman megalithikum (zaman batu besar). Adanya sarkofagus ini
menandakan kepercayaan pada waktu itu, bahwa orang yang meninggal perlu dikubur dalam
peti mayat. Di daerah Bali, sarkofagus ini banyak ditemukan.
3. Dolmen
Tempat lain untuk melakukan pemujaan pada arwah nenek moyang pada waktu itu
ialah Dolmen. Dolmen ini terbuat dari batu besar yang berbentuk meja. Meja ini berkaki yang
menyerupai menhir. Dolmen berfungsi sebagai tempat sesaji dalam rangka pemujaan kepada
roh nenek moyang. Di beberapa tempat, dolmen berfungsi sebagai peti mayat, sehingga di
dalam dolmen terdapat tulang belulang manusia. Sebagai bekal untuk yang meninggal, di
dalam dolmen disertakan benda-benda seperti periuk, tulang dan gigi binatang, dan alat-alat
dari besi.
4. Peti Kubur
5. Waruga
Gambar 15. Waruga atau kubur batu banyak ditemui di daerah Minahasa
6. Punden Berundak-undak
Bangunan lainnya yang dihasilkan pada zaman megalithikum adalah punden berundak-
undak. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat pemujaan yang berupa batu tersusun secara
bertingkat-tingkat. Di tempat punden berundak-undak biasanya terdapat menhir. Daerah
ditemukannya punden berundak-undak antara lain di Lebak Sibedug (Banten Selatan) dan
Ciamis (Jawa Barat).
Gambar 17. Punden berundak-undak dari Lebak Sibedug (Banten Selatan)
7. Arca
Pada masa bercocok tanam, manusia sudah berusaha bertempat tinggal menetap dengan
mengatur kehidupan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, yaitu menghasilkan bahan
makanan sendiri, baik dibidang pertanian maupun peternakan. Pada masa
perundagian, semuanya mengalami kemajuan dan penyempurnaan. Pada masa ini mulai
ditemukan bijih-bijih logam sehingga berbagai peralatan mulai dibuat dari logam. Hasil-hasil
kebudayaan yang dihasilkan terbuat dari bahan logam. Adanya penggunaan logam, tidaklah
berarti hilangnya penggunaan barang-barang dari batu. Pada masa perundagian, manusia
masih juga menggunakan barang-barang yang berasal dari batu. Penggunaan bahan dari
logam tidak begitu tersebar luas sebagaimana halnya bahan dari batu. Persediaan logam
sangat terbatas. Hanya orang-orang tertentu yang memiliki barang-barang dari logam.
Kemungkinan hanya orang-orang yang mampu membeli bahan-bahan tersebut. Keterbatasan
persediaan tersebut memungkinkan barang-barang dari logam diperjualbelikan. Adanya
perdagangan tersebut dapat diperkirakan bahwa manusia pada zaman perundagian telah
mengadakan hubungan dengan luar.
Ciri-cirizamanperundagian :
Sudahterbentukkelompok-kelompokkerjadalambidangpertukangan.
Adanya status keanggotaanmasyarakat yang didasarkanpadatingkatkekayaan.
Sudahmengenalteknikpengolahanlogam, sehinggaalat-alatupacara, senjata,
danperalatankerja yang digunakandibuatdaritembaga, perunggu, danbesi.
Merekasudahmembuatperhiasandariemas.
Tempat-tempatibadahdigunakanuntukmemujarohnenekmoyang, terbuatdaribatu-
batubesar.
Kepercayaanmerekaadalah animisme dan dinamisme.