Laporan Farfis (Larutan)
Laporan Farfis (Larutan)
Laporan Farfis (Larutan)
PENDAHULUAN
atom ataupun ion dimana zat yang dimaksud disini adalah zat padat, minyak larut
dalam air.
Kelarutan suatu senyawa bergantung pada sifat fisika dan kimia zat terlarut
dan pelarut, juga bergantung pada faktor temperatur, tekanan, pH larutan, dan
untuk jumlah yang lebih kecil, bergantung pada hal terbaginya zat terlarut.
terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu, dan secara kualitatif
didefenisikan sebagai interaksi spontan dari dua atau lebih zat untuk membentuk
dapat membantu dalam memilih medium pelarut yang paling baik untuk obat
timbul pada waktu pembuatan larutan farmasetis (dibidang farmasi) dan lebih
TINJAUAN PUSTAKA
konsentrasi zat terlarut didalam larutan jenuhnya pada suhu dan tekanan
melarutkan satu gram zat. Misalnya 1 gram asam salisilat akan larut dalam 500
persen.Pelepasan zat aktif dari bentuk sediaannya sangat dipengaruhi oleh -sifat
kimia dan fisika zat tersebut serta formulasinya. Pada prinsinya obat baru dapat di
absorpsi setelah zat aktifnya terlarut dalam cairan usus, sehingga salah satu usaha
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan suatu zat kimia tertentu, zat
terlarut (solute), untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan
dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada
kesetimbangan. Larutan hasil disebut larutan jenuh. Zat-zat tertentu dapat larut
dalam air. Sifat ini lebih dalam bahasa Inggris lebih tepatnya disebut miscible.
Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun
campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan
bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti
perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada
senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus
yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik
2009).
adalah :
1. pH
dipengaruhi pH, yakni untuk dapat larut. Zat organik yang bersifat asam
sebaliknya.
2. Temperatur
temperature yaitu :
Pelarut polar akan melarutkan lebih baik zat-zat polar atau ionik,
begitu pula sebaliknya. Pelarut non polar akan melarutkan lebih baik zat-
Larutan jenuh adalah suatu larutan yang zat terlarutnya berada dalam
Larutan tidak jenuh atau hampir jenuh adalah suatu larutan yang
Larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut
dan terdapat juga zat terlarut yang tidak larut (SInco, 2005).
yang tertutup baik, bersama-sama dengan larutan zat pengomplek dalam berbagai
tercapai kesetimbangan. Cairan supernatant dalam porsi yang cukup diambil dan
Surfaktan adalah suatu zat yang digunakan untuk menaikkan kelarutan suatu zat.
Molekul surfaktan terdiri atas dua bagian yaitu polar dan non polar (Ditjen POM,
1979).
Jika kelarutan suatu zat tidak diketahui dengan pasti, kelarutannya dapat
Larut 10 sampai 30
Daya larut suatu zat dalam lain dipengaruhi oleh jenis zat terlarut, jenis zat
pelarut, temperatur dan tekanan, zat-zat dengna struktur kimia yang mirip
umumnya padat juga bercampur baik, sedang yang tidak biasanya sukar
formulasi suatu sediaan zat. Lebih dari 50% senyawa kimia baru yang ditemukan
saat ini bersifat hidrofobik. Kegunaan secara klinik dari obat-obat hidrofobik
karena kelarutan suatu obat dengan tingkat disolusi obat tersebut sangat berkaitan
(Jufri,dkk, 2004).
larutannya dalam bentuk senyawa yang tidak larut atau sukat larut, sehingga tidak
tidak larut, sehingga tidak ada kehilangan yang berarti pada penyaringan. Dalam
( Gandjar,dkk, 2007).
terjadinya zat terlarut dan pelarut, dan karena tiga wujud zat (gas, cair, padat
kristal), ada sembilan kemungkinan sifat campuran homogen antara zat terlarut
dan pelarut Larutan jenuh adalah suatu larutan dimana zat terlarut berada dalam
kesetimbangan dengan fase padat (zat terlarut). Larutan tidak jenuh atau hampir
jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut dalam konsentrasi di
tertentu. Larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung zat terlarut
dalam konsentrasi lebih banyak daripada yang seharusnya ada pada temperatur
tertentu, terdapat juga zat terlarut yang tidak larut (Martin. A, 1990).
lembab
putih.
95% P.
METODE KERJA
2. Erlenmeyer
3. Pipet volume
4. Gelas ukur
5. Gelas kimia
6. Kaca arloji
7. Batang pengaduk
8. Timbangan analitik
1. Aquadest
2. Asam salisilat
3. Alkohol
4. Tween-80
5. Propilenglikol
7. Indikator Phenolptalein
berikut:
30 0 20
30 2,5 17,5
30 5 15
30 7,5 12,5
30 10 10
30 15 5
30 17,5 2,5
30 20 0
5. Disaring larutan
5. Disaring larutan
IV. 1 Hasil
15 ml 0 10 ml 0 13 0,103 g
15 ml 10 ml 0 16,9 18 0,143 g
Kurva Pengaruh Pelarut Campur
160
140
120
100
kadar
80
kadar asam salisilat dalam
60 pelarut campur (mg)
40
20
0
0 : 10 1.25 : 2.5 : 3.75 : 5:05 7.5 : 8.75 : 10 : 0
8.75 7.5 6.25 2.5 1.25
volume etanol : volume PG
1. 0 0 2,5 0,019 g
140
120
100
80
kadar
20
0
0 5 25 50 250 500 2500 5000
konsentrasi
VI. Pembahasan
Larutan adalah campuran homogen antara zat pelarut dan zat terlarut.
Kelarutan adalah kemampuan suatu zat melarut dalam pelarut tertentu. Larutan
pada umumnya dibagi menjadi tiga yaitu larutan jenuh adalah larutan yang zat
terlarutnya dapat melarut dalam zat pelarutnya dalam konsentrasi yang maksimal.
Larutan lewat jenuh terjadi pada saat zat terlarut sudah melewati batas maksimal
endapan. Lautan tak jenuh terjadi saat zat terlarut belum mencapai batas
adalah suatu zat yang sering digunakan untuk menaikkan kelarutan suatu zat.Oleh
dikenal dengan misel dimana misel ini dapat menaikkan kelarutan asam salisilat
yang sukar larut dalam air. Dengan penambahan surfaktan terdiri dua bagian yaitu
bagian polar dan non polar, bila didispersikan dalam air pada konsentrasi rendah,
bagian air.
pelarut Air, Etanol dan Propilenglikol. Pada percobaan ini, Asam Salisilat akan
dilarutkan dalam volume air, etanol dan propilenglikol yang berbeda volume.
kemudian ditambahkan Asam Salisilat, semua campuran itu dikocok selama dua
jam hingga larutan jenuh dan timbul endapan, jika campuran telah dikocok secara
Dilakukan juga dengan campuran Asam Salisilat dengan air 15 ml, 1,25 ml etanol
dan 8,75 propilenglikol; Asam Salisilat dengan air 15 ml, 2,5 ml etanol dan 7,5
propilenglikol; Asam Salisilat dengan air 15 ml, 3,75 ml etanol dan 6,25
propilenglikol; Asam Salisilat dengan air 15 ml, 7,5 ml etanol dan 2,5
propilenglikol; Asam Salisilat dengan air 15 ml, 8,75 ml etanol dan 1,25 ml
propilenglikol; dan terakhir Asam Salisilat dengan air 15 ml, 10 ml etanol dan 0
ml propilenglikol.
muda. Pada titik ekivalen atau perubahan warna, titrasi sangat penting untuk
diperhatikan, jika tidak, pH dalam larutan tersebut akan berubah dan melampaui
pH yang seharusnya.
campuran air, etanol dan propilenglikol didapatkan hasil yang pelarut etanol
dengan konsentrasi propilenglikol yang rendah dan pelarut air yang konstan atau
sesuai dengan konsentrasi data pengamatan. Asam Salisilat akan dilarutkan dalam
air dan tween 80. Pada percobaan pertama, 50 ml air dan 0 mg larutan tween
selama dua jam hingga larutan jenuh dan timbul endapan, jika campuran telah
tween; Asam Salisilat dengan air 50 ml dan 50 mg larutan tween; Asam Salisilat
dengan air 50 ml dan 250 mg larutan tween; Asam Salisat dengan air 50 ml dan
500 mg larutan tween; Asam Salisilat dengan air 50 ml dan 2500 mg larutan
tween; Asam Salisilat dengan air 50 ml dan 5000 mg larutan tween. Kemudian di
meningkat, walaupun terdapat kosentrasi yang menurun tapi hal tersebut tidak
yang diberikan maka semakin besar pula kadar asam salisilat yang terdapat pada
larutan tersebut. Hal ini sesuai dengan teori bahwa surfaktan merupakan
merupakan molekul ampifilik yaitu memiliki gugus hidrofilik atau suka air dan
gugus lipofilik atau tidak suka air. Sehingga surfaktan memiliki afinitas dengan
pelarut polar (air) ataupun nonpolar (minyak). Hal ini menunjukan surfaktan
tersebut telah menurunkan tegangan permukaan pada larutan asam salisilat sampai
pada titik critical micelle concetracion (CMC). Pada titik CMC ini surfaktan
menjadi jenuh.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
rendah dengan air yang konstan atau tetap maka kadar Asam Salisilat pun
propilenglikol dan semakin rendah etanol dengan air yang konstan maka semakin
pula kadar asam salisilat. Begitu pun sebaliknya. Jadi, penambahan surfaktan
V.2 Saran
dan atribut) dengan baik dan tidak membuat keributan saat berada di
laboratorium. .
DAFTAR PUSTAKA
Arisanty, dkk, 2018, Penuntun Praktikum Farmasi Fisika Program Studi D.IV,
Gandjar, Ibnu Gholib, Abdul Rahman, 2007, “Kimia Farmasi Analisis”, Pustaka
Pelajar. Yogyakarta
208,2
= 17,1. N
204,2
N = 0,0596 N
𝑚𝑔
II. = V. N
𝐵𝐸
213,3
= 18,9. N
204,2
N = 0,0553 N
Mgrek S = Mgrek T
𝑚𝑔
= V. N
𝐵𝐸
68,06
BE = = 138,12
1 .0,5
Jadi, BE = BM
kelarutan zat.
1. Mg = V. N. BE
= 103,15 mg
= 0,103 gr
2. Mg = V. N. BE
Mg = 13,5. 0,05745. 138,12
= 107,12 mg
= 0,107 gr
3. Mg = V. N. BE
= 103.15 mg
=0,103 gr
4. Mg = V. N. BE
= 111,08 mg
= 0,111 gr
5. Mg = V. N. BE
= 115,05 mg
= 0,115 gr
6. Mg = V. N. BE
= 126,95 mg
= 0,127 gr
7. Mg = V. N. BE
= 134,10 mg
= 0,134 gr
8. Mg = V. N. BE
= 142,82 mg
= 0,143 gr
1. Mg = V. N. BE
= 19,83 mg
= 0,019 gr
2. Mg = V. N. BE
= 22,21 mg
= 0,022 gr
3. Mg = V. N. BE
= 19,83 mg
= 0,019 gr
4. Mg = V. N. BE
= 22,21 mg
= 0,022 gr
5. Mg = V. N. BE
Mg = 4,1. 0,05745. 138,12
= 32,53 mg
= 0,032 gr
6. Mg = V. N. BE
= 74,58 mg
= 0,074 gr
7. Mg = V. N. BE
= 87,28 mg
= 0,087 gr
8. Mg = V. N. BE
= 129,34 mg
= 0,129 gr