Lapsus Gangguan Skizoafektif Tipe Manik
Lapsus Gangguan Skizoafektif Tipe Manik
Lapsus Gangguan Skizoafektif Tipe Manik
LAPORAN PSIKIATRI
I. RIWAYAT PENYAKIT :
A. Keluhan utama:
Mengamuk
Hendaya / disfungsi
o Hendaya dalam bidang sosial (+)
o Hendaya dalam bidang pekerjaan (+)
o Hendaya dalam penggunaan waktu senggang (+)
2. Faktor stressor psikososial :
Pada tahun 2005, Ayah pasien meninggal dunia dan pasien histeris
melihat kematian ayahnya.
3. Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan
psikis sebelumnya :
o Riwayat infeksi tidak ada.
o Riwayat trauma tidak ada.
o Riwayat kejang tidak ada.
o Riwayat merokok tidak ada.
o Riwayat alkohol tidak ada.
o Riwayat NAPZA tidak ada.
C. Riwayat gangguan sebelumnya :
Awal perubahan prilaku terjadi pada tahun 2005. Pada saat itu, Ayah pasien
meninggal dunia dan meninggalnya di rumah pasien. Pasien histeris melihat
kematian ayahnya. Sehingga sejak saat itu, pasien menjadi pendiam, sering
berbicara sendiri, dan tertawa – tertawa sendiri. Sehingga, pasien dibawa ke
RSKD oleh keluarganya dan dirawat selama ± 8 bulan. Pasien diberi obat
Haloperidol, Trihexyphenidil, dan Chlorpromazine. Pasien kemudian
dijemput oleh keluarganya untuk pulang, dan biasa keluhannya kembali
kambuh. Ketika keluhannya kambuh, pasien dibawa ke puskesmas dan
diberikan obat Haloperidol, Trihexyphenidil, dan Chlorpromazine. Namun, 3
bulan terakhir ini pasien tidak teratur minum obat.
2. Status Neurologi
a. GCS : E4M6V5.
b. Rangsang meningeal : tidak dilakukan.
c. Tanda ekstrapiramidal
- Tremor tangan : tidak ada.
- Cara berjalan : baik.
- Keseimbangan : baik.
d. Sistem saraf motorik dan sensorik : tidak terganggu.
e. Pupil bulat, isokor, diameter ODS : 2,5 mm / 2,5 mm.
f. Refleks cahaya : +/+.
g. Kesan : normal.
V. EVALUASI MULTIAKSIAL :
Aksis I :
Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status
mental didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu perilaku pasien
mengamuk, pasien sering memecahkan barang – barang dan melempar
rumah tetangga. Pasien sering mondar – mandir di dalam rumah, bicara
sendiri, dan tertawa – tertawa sendiri. Pasien berteriak – berteriak
menggunakan pengeras suara (mic) mesjid. Keadaan ini mengakibatkan
rasa terganggu dan tidak nyaman (distress), sulit melakukan pekerjaan
dengan benar, dan sulit mengisi waktu luang serta bersosialisasi
(disability). Berdasarkan data diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa
pasien menderita gangguan jiwa.
Pada pasien terdapat hendaya berat dalam menilai realita dimana pasien
menyangkal keadaannya yang sakit dan membutuhkan pertolongan,
hendaya berat dalam fungsi mental berupa halusinasi auditorik dan
halusinasi visualisasi, Waham kebesaran yang menurut budayanya
dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil serta hendaya berat
dalam fungsi sosial berupa ketidakmampuan membina relasi dengan
orang lain sehingga pasien tidak mampu lagi bekerja sehingga
didiagnosis Gangguan Jiwa Psikotik.
Aksis II :
Dari data yang diperoleh belum dapat dimasukkan dalam ciri
kepribadian.
Aksis III :
Tidak terdapat kelainan organobiologik.
Aksis IV :
Pada tahun 2005, Ayah pasien meninggal dunia dan pasien histeris
melihat kematian ayahnya.
Aksis V :
GAF scale saat ini : 60 – 51, gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.
Psikologik
Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita yaitu ada
halusinasi auditorik dan visual, serta waham menetap yang menurut
budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil.
Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya sosial, hendaya pekerjaan dan hendaya
waktu senggang sehingga perlu dilakukan sosioterapi.
VIII. PROGNOSIS :
Dari Alloanamnesis dan Autoanamnesis, didapatkan keadaan berikut ini :
IX. FOLLOW UP :
Memantau keadaan umum pasien dan perkembangan penyakit serta menilai
efektifitas pengobatan yang diberikan dan kemungkinan munculnya efek
samping dari obat yang diberikan.
BAB II
DISKUSI
2. Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak
begitu menonjol dikombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang
memuncak.
3. Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik
lagi dua gejala skizofrenia yang khas.
1. Chris Tanto etc. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 4. Jakarta : Media
Aesculapius Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Elvira S, Hadisukanto G. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta : Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
3. Rusdi Maslim. Cetakan ke-2 2013.Diagnosis Gangguan Jiwa:Rujukan
Ringkas dari PPDGJ-III.Jakarta:Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika
Atmajaya
4. Maslim, R. 2007. Panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik.edisi
3.Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya
5. Gina Sonia Bintari. 2016. Jurnal Tipe Mania pada Penyakit Skizoafektif .
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung.
6. A.A. Gede Ocha Rama Kharisma Putra. Jurnal . Gangguan Skizoafektif tipe
manik . Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar, Bali.
7. Kaplan and Sadock’s. 2007. Synopsis of Psychiatry. Edisi 10. Bellevue
Hospital Center, New York.
8. Stephan M. 2000. Edisi ke 2. Essential Psychopharmacology: Neuroscientific
Basis and Practical Application. University of California, San Diego.