Lapsus Skizofrenia Paranoid
Lapsus Skizofrenia Paranoid
Lapsus Skizofrenia Paranoid
“SKIZOFRENIA PARANOID”
Disusun oleh:
Indah Dwi Lestari, S.Ked
2015-83-003
Pembimbing:
dr. David Santoso, Sp. KJ., MARS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. GR
Pekerjaan :-
Datang pertama kali ke Poliklinik Jiwa RSKD Provinsi Maluku pada tanggal
pasien.
A. Keluhan Utama
Gelisah
sendiri. Pasien sering bicara sendiri tetapi jika diajak berkomunikasi tidak
bicara, bicara tidak jelas, ketawa sendiri, suka menyendiri dan melamun,
menarik diri, tidak mau keluar kamar sejak 2 minggu. Pasien mengaku ada
perempuan yang selalu mengikutinya dan berusaha untuk mengambil
perempuan jahat. Pasien di rumah malas makan dan mandi, harus disuruh
dulu.
Awal perubahan perilaku pasien menurut keluarga sejak pasien lulus SMA,
3 tahun lalu. Pasien mulai suka berdiam diri, jarang berbicara dan
pasien merupakan suatu jembatan roh nenek moyang yang dulu pernah
tubuh pasien. Ibu pasien mengaku roh nenek moyang tersebut yang masuk
sebelumnya.
2. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Pasien tidak merokok, tidak minum alkohol dan tidak menggunakan obat-
obat terlarang.
(Haruku) dan ditolong oleh mama biang. Berat badan lahir dan panjang
badan normal. Tidak ada cedera lahir, kesehatan ibu pasien selama
kehamilan pun baik. Pasien mengkonsumsi ASI hingga usia 1 tahun lebih.
Menurut keluarga dan pasien, pasien merupakan siswa yang cukup aktif
pada jenjang SMA. Pasien mempunyai banyak teman dan sering mengikuti
komunitas agama.
5. Riwayat Masa Dewasa
Saat ini pasien hanya dirumah saja, tidak dapat melanjutkan pendidikan ke
6. Riwayat Pernikahan
7. Riwayat Agama
komunitas agama.
8. Riwayat Militer
9. Aktivitas Sosial
Sebagian besar masih tinggal bersama orang tua di Rumah Tiga, kakak
Ket:
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
= Tinggal serumah
= Meninggal
A. Deskripsi Umum
1. Kesadaran
Kesadaran pasien kompos mentis dan berubah.
2. Penampilan
Seorang perempuan wajah tampak sesuai dengan usianya (20 tahun), kulit
sawo matang, perawakan tubuh kecil, rambut agak ikal, perawatan tubuh
baik dan kebersihan diri baik. Pasien memakai baju merah lengan pendek
Pasien duduk, tenang dan rileks saat proses wawancara. Kontak mata
4. Pembicaraan
Pasien menjawab pertanyaan dengan lambat, kesan lebih banyak diam saat
proses wawancara, artikulasi tidak jelas, kurang spontan dan intonasi pelan.
B. Keadaan Afektif
1. Taraf Pendidikan
pendidikan pasien.
2. Orientasi
a. Waktu : Cukup baik
3. Daya Ingat
D. Persepsi
1. Halusinasi
perempuan.
perempuan.
2. Ilusi
1. Arus Pikir :
2. Isi Pikiran :
a. Waham Persekutorik
b. Delution of Influence
c. Pengendalian Impuls
Terganggu
4. Tilikan : Tilikan 1
Dapat dipercaya
I. Pemeriksaan Diagnosis Lebih Lanjut
1. Status Internus
Keadaan umum sakit sedang, gizi cukup, kesadaran kompos mentis, tekanan
ikterus, jantung dan abdomen dalam batas normal, ekstremitas atas dan
2. Status Neurologis
Gejala rangsang selaput otak: kaku kuduk (-), Kernig’s sign (-)/(-), pupil
bulat dan isokor, refleks cahaya (+)/(+), fungsi motorik dan sensorik keempat
Seorang perempuan umur 20 tahun datang pertama kali ke Poliklinik Jiwa RSKD
Prov. Maluku diantar oleh keluarga dengan keluhan gelisah sejak 2 minggu lalu.
Pasien sering bicara sendiri tetapi jika diajak berkomunikasi tidak bicara, bicara
tidak jelas, ketawa sendiri, suka menyendiri dan melamun, menarik diri, tidak
mau keluar kamar sejak 2 minggu. Pasien mengaku ada perempuan yang selalu
mengikutinya dan berusaha untuk mengambil rambut pasien untuk dibakar dan
usia, perawakan tubuh kecil, kulit sawo matang, perawatan diri cukup dan
kesadaran kompos mentis juga berubah. Pasien duduk, tenang dan rileks saat
proses wawancara. Kontak mata kurang dan verbal dengan pemeriksa ada.
Pasien menjawab pertanyaan dengan lambat, artikulasi tidak jelas, dan intonasi
pelan. Pasien cukup kooperatif. Mood pasien biasa saja, afek kesan menumpul,
arus pikir cukup relevan dan produktivitas miskin. Pada pasien didapatkan
Aksis I
didapatkan gejala klinis yang bermakna yaitu pasien adalah seorang perempuan
Non Organik.
Hebefrenik (F20.1), karena usia pasien masih termasuk remaja (15-25 tahun)
namun diagnosis dapat disingkirkan karena pada pasien tidak ditemukan afek
(F32.3) namun dapat disingkirkan karena stressor tidak jelas dan tidak ada ide-
Aksis II
namun dari informasi yang didapatkan dari keluarga sebelum sakit, pasien
termasuk orang yang riang, mudah bergaul dan senang mengikuti organisasi.
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
VII. TERAPI
A. Psikofarmakoterapi
Pasien diberikan :
Risperidone 2 mg 2 x 1 tab.
B. Psikoterapi
Suportif
Ventilasi: memberikan kesempatan kepada pasien untuk
Psikoedukasi keluarga
kesembuhannya.
VIII. PROGNOSIS
Faktor Pendukung:
Faktor Penghambat:
Skizofrenia adalah kelainan otak yang berjalan kronis, parah, dan melumpuhkan
yang telah mempengaruhi banyak orang sejak dulu. Penyakit ini telah menjadi
dengan keterlibatan masalah sosial dan ekonomi karena pasien yang menderita
disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan. Selain itu juga diketahui bahwa
dalam empat domain: Gejala positif yaitu gejala psikotik, seperti halusinasi,
kemampuan bicara, dan hilangnya ketertarikan dan keinginan. Gejala kognitif yaitu
sekitarnya dan berinteraksi sosial. Gejala mood yaitu pasien biasanya terlihat
senang atau sedih dalam keadaan yang sulit untuk dimengerti; mereka biasanya
mengalami depresi.3
distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, serta oleh afek yang tidak
wajar atau tumpul. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya
dapat dipertahankan walaupun defisit kognitif tertentu dapat berkembang
kemudian.4
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas.
a. Thought echo yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama namun
asing dari luar masuk ke dalam pikirannya atau isi pikirannya diambil keluar
oleh sesuatu dari luar dirinya. Thought broadcasting yaitu isi pikirannya
dirinya tidak berdaya dan pasrah secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh
adalah pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas
diantara mereka sendiri, dan jenis halusinasi lainnya dari salah satu bagian
tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lainnya yang menurut budaya setempat
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas
2. Paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas.
a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik
kandungan afektif yang jelas ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan yang
berbulan-bulan terus-menerus.
b. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan yang berakibat
stupor.
d. Gejala-gejala negatif seperti sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi
harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neuroleptika.
3. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih tetapi tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodormal.
4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan atau overall quality dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absrorbed attiude) dan
Skizofrenia paranoid adalah jenis skizofrenia yang paling sering dijumpai di negara
mana pun. Gambaran klinis didominasi oleh waham yang secara relatif stabil,
persepsi, sedangkan waham adalah gangguan isi pikir yaitu kepercayaan yang salah
Pada pasien didapatkan gejala positif berupa adanya riwayat halusinasi auditorik
yang terjadi sebelum dilakukan perawatan, waham kejar yaitu kepercayaan yang
salah bahwa orang lain berusaha untuk merugikannya, waham dipengaruhi yaitu
sehingga pasien merasa seperti selalu diawasi oleh sekelilingnya, waham kebesaran
dimana pasien merasa bahwa dirinya memiliki kemampuan lebih dibanding orang-
orang lain dan waham sistematik yaitu kepercayaan pasien akan suatu tema tertentu
yang mengganggap dirinya sudah menikah meski sebenarnya hal tersebut tidak
benar-benar terjadi. Gejala lain yang ditemukan pada pasien adalah adanya
gangguan mood dan afek, serta tilikan dan kemampuan menilai realitas yang buruk
dengan tilikan satu. Pasien sudah mengalami gejala-gejala tersebut sejak kurang
lebih satu tahun. Gejala klinis tersebut mengakibatkan adanya hambatan pada
kegiatan sehari-hari dan hubungan sosial pasien dengan keluarga serta masyarakat
2. Sebagai tambahan:
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-
lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol;
yang dianjurkan adalah 2-8 mg/ hari. Pada fase akut, obat segera diberikan setelah
diagnosis ditegakkan dan dosis dimulai dari dosis anjuran, dinaikkan perlahan
secara bertahap dalam waktu 1-3 minggu, sampai dosis optimal yang dapat
mengendalikan gejala. Efek samping yang dapat ditemukan tardif diskinesia dan
ekstrapiramidal yang jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan obat antipsikotik
tipikal, sehingga relatif aman bila dikonsumsi untuk jangka waktu yang lebih lama.
pasien menjalani pengobatan dengan baik dan dukungan keluarga juga baik maka
1993.
7. Yena YC, Lunga FW, Chongc MY. Adverse effects of risperidone and