Tugas Manajemen Operasional
Tugas Manajemen Operasional
Tugas Manajemen Operasional
Kelas : Manajemen F 16
Npm : 434334022016200
ABSTRACT
Product developments are motivated by science and technology,
change of consumer’s demands, competition, and requirement to
improve profit. This research is intended to figure out and analyze
the tools applied in the PT MSA’s product development and its
alternatives. Quality Function Deployment (QFD) is used to
determine product attributes for consumer’s demand, company’s
performance, level of interest, technical parameters, requirement of
process, and quality procedures to improve the products. This
research is designed as a quantitative research method. QFD
application in PT MSA results 15 product attributes, which are
demanded by consumers. Those attributes are interpreted through
9 technical parameters in House of Quality (HOQ) for packaged
fresh milk, and 15 product attributes for yoghurt. Based on the
priority analysis, PT MSA will conduct their business decision to
develop yoghurt product, which is expected to increase the total
sales.
Keywords: product development, quality function deployment,
business decision
PENDAHULUAN
Selama ini masyarakat Lembang menyetorkan perahan susu
murninya ke Koperasi Peternak Susu Bandung Utara (KPSBU).
Koperasi peternak sapi ini didirikan karena kesadaran akan potensi
yang sangat besar di daerah Lembang. KPSBU juga merupakan
salah satu penyumbang susu terbanyak kepada IPS (Industri
Pengolahan Susu) di Indonesia. PT MSA juga merupakan anggota
yang menghasilkan susu terbanyak urutan kedua di KPSBU.
Berdasarkan data internal PT MSA, dalam beberapa tahun terakhir
harga susu tidak mengalami kenaikan yang signifikan, namun
faktor-faktor produksi untuk memproduksi susu mengalami
kenaikan harga, antara lain bahan baku. Pada umumnya kenaikan
bahan baku bisa diatasi dengan ikut menaikkan harga produk.
Namun terdapat kebijakan pemerintah yang membuat para
peternak secara tidak langsung harus menyetorkan susunya
kepada koperasi untuk disalurkan ke Industri Pengolahan Susu
(IPS), sehingga membuat harga susu menjadi sulit untuk naik
karena ditentukan oleh kontrak antara koperasi dan Industri
Pengolahan Susu (IPS). Oleh karena itu PT MSA mengalami
penurunan laba. Adanya permasalahan bahwa susu segar cepat
basi membuat PT MSA tidak bisa menjual langsung kepada
konsumen lain selain KPSBU. Apabila
keadaan ini berlangsung secara jangka panjang, maka laba PT
MSA akan semakin menurun. Hal ini menimbulkan risiko adanya
kerugian di masa yang akan datang dan tujuan perusahaan tidak
akan tercapai. Permasalahan penurunan laba yang disebabkan
kenaikan harga bahan baku ini perlu diantisipasi dengan
perumusan strategi yang baru (Artiprasetyo 2009), antara lain
memanfaatkan teknologi dan menciptakan pelanggan baru dengan
memproses susu segar menjadi produk baru. Proses ini (misalnya
pasteurisasi) akan meningkatkan value susu, membuat susu
menjadi tahan lebih lama dan membuat susu tersebut lebih flexible
untuk dikembangkan menjadi produk baru. Pengembangan produk
merupakan strategi pemasaran yang memerlukan penciptaan
produk baru yang dipasarkan, melalui aplikasi teknologi baru
kedalam produk yang dapat dipasarkan (Crawford dan Benedetto
2006). Karena kenaikan harga produksi susu tidak dapat diimbangi
dengan penjualan susu kepada KPSBU, maka PT MSA akan
melakukan pengembangan produk susu untuk meningkatkan value
produk susu dan harga jual produk tersebut. Produk susu yang
akan diproduksi akan dijual langsung ke konsumen bukan kepada
KPSBU, sehingga perlu dikembangkan produk yang benar-benar
dibutuhkan dan diminati oleh konsumen.
PT MSA akan menggunakan pengembangan produk dengan
metode Quality Function Deployment (QFD). QFD adalah metode
perencanaan dan pengembangan produk/jasa secara terstruktur
yang memungkinkan tim pengembang mendefinisikan secara jelas
kebutuhan dan harapan tersebut dan mengevaluasi kemampuan
produk atau jasa secara sistematik untuk memenuhi kebutuhan
dan harapan tersebut (Ariani 2008). Penggunaan metode ini
diharapkan akan menghasilkan produk yang sesuai dengan
harapan dan keinginan konsumen, sehingga terjadi peningkatan
penjualan susu untuk mengimbangi kenaikan harga faktor
produksi. Dalam metode QFD, dilakukan suatu kegiatan
benchmarking untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan
suatu produk dibandingkan dengan produk pesaing lainnya. Sistem
ini akan meningkatkan keselurahan kualitas menuju pencapaian
keunggulan bersaing yang berorientasi pada kepuasan pelanggan
dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. Hasil dari
implementasi QFD akan menghasilkan suatu rumah mutu (House
Of Quality/HOQ) yang akan menyediakan informasi dalam
pengembangan produk. Alat analisis ini diharapkan dapat
menjembatani proses peningkatan kualitas produk susu murni
berdasarkan aspek bauran pemasaran dengan selera pasar. Hasil
pengembangan produk susu murni berdasarkan bauran
pemasaran diharapkan bisa menjadi solusi atas permasalahan
pengembangan usaha, sehingga dapat menjadi komoditas yang
potensial dan dapat bersaing.
Dalam penelitian ini, penulis akan membandingkan antara
produk susu murni dalam kemasan dan yoghurt. Dalam proses
pengolahan dan pemasaran susu murni dalam kemasan,
tantangan terbesarnya adalah masih sulitnya mengubah
kebiasaan konsumsi susu masyarakat yang selama ini masih suka
produk susu kental manis. Padahal di berbagai negara maju, susu
segar dalam kemasan menjadi pilihan utama. Hal ini juga ditunjang
oleh budaya minum susu untuk kepentingan kesehatan yang
sudah memasyarakat.
Berdasarkan uraian uraian di atas, maka pertanyaan dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: (1) bagaimana
QFD digunakan dalam analisis pengembangan produk pada PT
MSA? (2) bagaimana hasil analisis QFD dalam analisis
pengembangan produk susu murni kemasan dan yoghurt? (3)
bagaimana keputusan bisnis yang dibuat berdasarkan analisis
QFD oleh PT MSA? (4) bagaimana implementasi keputusan bisnis
yang dibuat berdasarkan analisis QFD oleh PT MSA?
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan
pemikiran sebagai bahan masukan bagi perusahaan untuk
mengetahui keinginan konsumen dan strategi pengembangan
produk. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi pihak pemilik dan pengelola perusahaan dalam
membuat keputusan yang bermanfaat bagi perkembangan dan
kemajuan perusahaan dimasa yang akan datang. Bagi ranah
akademis, penelitian ini akan memberikan kontribusi terhadap
perkembangan penerapan metode Quality Function Deployment
(QFD) dan referensi bagi peneliti lain.
TELAAH
PUSTAKA
Produk Baru
Produk baru dapat meliputi produk asli, produk yang
ditingkatkan, produk yang dimodifikasi dan merek baru. Terdapat
enam kategori produk baru, yaitu produk baru bagi dunia, lini
produk baru, tambahan pada lini produk yang telah ada, perbaikan
dan revisi produk yang telah ada, penentuan kembali posisi
(repositioining) dan pengurangan biaya (Crawford dan Benedetto
2006). Menurut Kotler dan Armstrong (dalam Kotler dan Kevin
2009), pengembangan produk baru diartikan sebagai
pengembangkan konsep produk menjadi produk fisik agar
meyakinkan bahwa gagasan produk dapat diubah menjadi produk
yang dapat diwujudkan. Pengembangan produk dapat berupa
perbaikan dari produk yang sudah ada atau berusaha menciptakan
produk baru untuk diproses dan dipasarkan dengan perubahan-
perubahan yang terjadi pada pasar saat ini.
Quality Function Deployment (QFD)
Quality function deployment didefinisikan sebagai suatu
proses atau mekanisme terstruktur untuk menentukan kebutuhan
pelanggan dan menerjemahkan kebutuhan-kebutuhan itu ke dalam
spesifikasi kebutuhan teknis yang relevan, dimana masing-masing
area fungsional dan tingkat organisasi dapat mengerti serta
bertindak. QFD juga mencakup pemantauan dan pengendalian
yang tepat dari proses manufaktur (Gaspersz 2006).
Titik awal QFD adalah pelanggan serta keinginan dan
kebutuhan dari pelanggan. Dalam hal ini, QFD disebut sebagai
“suara dari pelanggan” (voice of the customer), sehingga pekerjaan
dari tim QFD adalah mendengar suara dari pelanggan.
Proses QFD dimulai dari suara pelanggan dan kemudian berlanjut
melalui empat aktivitas utama yaitu perencanaan produk, desain
produk, perencanaan proses dan perencanaan pengendalian
proses (Gaspersz 2006) . Adapun tahapan implementasi Quality
function deployment (QFD) secara umum terdiri dari tiga fase yaitu
fase pengumpulan suara konsumen, fase penyusunan rumah
kualitas (House of Quality) serta fase analisis dan interpretasi.
Melalui pemanfaatan QFD, tenaga pemasaran dan tim
perancang produk dapat menjawab pertanyaan mengenai atribut
apa yang kritis bagi pelanggan. Ciri-ciri ( features) dari desain
produk yang akan dikembangkan tidak hanya didasarkan pada
selera, opini dan keinginan individu dalam perusahaan tersebut,
tetapi juga dari “suara” calon pelanggan atau pelanggan yang
sangat banyak dan beragam. Demikian pula faktor-faktor kompleks
lain seperti persaingan bisnis yang sangat ketat, perlu juga menjadi
bahan pertimbangan. Tujuan dari QFD sendiri tidak hanya
memenuhi sebanyak mungkin harapan-harapan pelanggan, tetapi
juga berusaha melampaui harapan-harapan pelanggan sebagai
cara untuk berkompetisi dengan pesaing.
Matriks House of Quality
Dalam QFD, dikembangkan suatu matriks yang saling
berhubungan untuk menetapkan kaitan antara keinginan
pelanggan dan parameter teknik dari produk atau jasa. Matriks ini
disebut sebagai matriks House of Quality.
Customer Needs
Voice of
Customer
Kinerja Produk
Rekomendasi
Konsep
pengembangan
produk
Perbandingan
Susu
Murni dan
Yoghurt
Keputusan
Bisnis
Gambar 2
Skema Kerangka
Pemikiran
Yoghur
t
Analisis SWOT
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian action
research, yang digunakan untuk memperkuat komunitas lokal atau
yang mewakilinya dengan cara melibatkan sekaligus mendorong
masyarakat atau perorangan untuk mengenali potensi dan
permasalahan yang ada di desa, komunitas atau usaha mereka,
sehingga timbul inisiatif untuk melakukan tindakan penyelesaian
masalahnya sendiri. Penelitian action research adalah penelitian
yang ditujukan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan
baru, strategi baru atau pendekatan baru untuk memecahkan
masalah dengan penerapan langsung di dunia kerja atau dunia
aktual yang lain (Aries 2010).
Lewin (dalam Hermawan 2010) mengembangkan action
research atas dasar konsep bahwa action research terdiri dari
empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah-langkah
yaitu perencanaan ( planning), tindakan (acting), pengamatan
(observing) dan refleksi (reflecting). Hubungan antara keempat
komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan yang
berulang. Siklus inilah yang sebetulnya menjadi salah satu ciri
utama dari penelitian tindakan, yaitu bahwa penelitian tindakan
harus dilaksanakan dalam bentuk siklus, bukan hanya satu kali
intervensi saja (Arikunto 2006).
Objek penelitian ini adalah PT MSA. Di tahun 2009 PT MSA
berkembang sebagai salah satu penghasil susu terbesar di
kawasan Lembang yang menyetorkan susunya sebanyak 400 liter
per hari kepada KPSBU, yang nantinya akan dijual kepada salah
satu IPS (Industri Pengolahan Susu) di Indonesia. Pada Tahun
2011 MSA mendaftarkan ijin usahanya dalam bentuk Perseroan
Terbatas (PT) menjadi PT MSA, dan saat ini memiliki 25 orang
tenaga kerja.
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder,
baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer
diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuesioner oleh pemilik
dan pengelola PT MSA, serta expert judgment dan pengamatan
langsung di lapangan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari
bahan pustaka dan literatur yang relevan. Menurut Sugiyono (2013)
ada beberapa teknik pengumpulan data, dalam penelitian itu teknik
pengumpulan data dilakukan melalui penelitian lapangan (field
research) maupun penelitian kepustakaan (library research).
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui observasi, wawancara mendalam, penyebaran
kuesioner dan triangulasi. Data dan informasi primer untuk
menyusun House of Quality (Rumah Kualitas) dan pemilihan atribut
produk susu murni dikumpulkan melalui wawancara dengan UKM
susu murni yang berada di bawah naungan KPSBU. Wawancara
dilakukan kepada para pengusaha, ketua koperasi, bagian bina
sarana produksi dan bagian humas. Sedangkan kuesioner
diberikan kepada konsumen pembeli produk susu murni.
Tahapan Analisis Quality Function Deployment (QFD)
Analisis QFD yang digunakan adalah analisis QFD berantai,
artinya analisis matriks House of Quality (HOQ) yang
menggunakan lebih dari satu matriks HOQ. Analisis QFD dapat
menggunakan lebih dari satu matriks HOQ dengan tujuan agar
output dari QFD lebih teknis dan spesifik. Pada penelitian ini
menggunakan tiga matriks HOQ untuk menghasilkan hasil analisis
yang optimal. Adapun langkah-langkah pembuatan matriks HOQ
adalah sebagai berikut:
1. Menentukan derajat kepentingan tiap atribut:
……………………………………………………………
…………….….….. 1
keterangan:
DKi = Derajat Kepentingan
responden ke-i n = jumlah
responden.
2. Menentukan kinerja atribut produk:
………………..………………………………………..…
……………….….... 2
keterangan:
Ki = Kepuasan responden ke-i
n = jumlah responden.
3. Menentukan nilai target dari setiap atribut produk.
4. Menentukan rasio perbaikan.
Nilai
Rasio target …………………………………………
perbaikan = Kinerja ……….….…. 3
produk
5. Menentukan sales point.
6. Menentukan bobot dari setiap atribut produk.
Bobot = Derajat Kepentingan × Rasio Perbaikan × Sales Point
.......................................... 4
7. Menentukan normalisasi bobot.
8. Identifikasi parameter teknik (technical requirements).
9. Menentukan interaksi antara keinginan konsumen dengan
parameter teknik.
a. Nilai matriks interaksi keinginan konsumen dengan
parameter teknik:
…………………………………..………………
KTi = Σ BTi × …..….…..…. 5
Hi
keterangan:
= Nilai absolut parameter
KTi teknik setiap atribut,
= Kepentingan relatif (bobot) keinginan konsumen
BTi yang memiliki hubungan dengan
atribut produk,
= Nilai hubungan keinginan memiliki hubungan
Hi konsumen yang dengan atribut
produk.
b. Prioritas parameter teknik berdasar kepentingan relatif
Kepentingan Parameter teknik …………………...……
relatif = absolut 100% …6
∑Parameter teknik
absolut
Tahapan Analisis Rancangan Implikasi Masalah
Adapun untuk memecahkan permasalahan, dilakukan
tahapan-tahapan analisis sebagai berikut ini.
1. Identifikasi masalah.
2. Proses pengumpulan data mengenai atribut kebutuhan dan
keinginan konsumen dengan cara wawancara kepada pihak
yang dianggap bisa menjawab permasalahan.
3. Identifikasi atribut kebutuhan dan keinginan konsumen akan
produk susu murni, dimana atribut ini digunakan untuk
penyusunan kuesioner.
4. Penyusunan dan penyebaran kuesioner hasil dari penelitian
pendahuluan kepada konsumen.
5. Pengolahan data hasil kuesioner dengan menggunakan metode
Borda dan
Comparative Performance Index (CPI).
6. Bobot atribut juga dapat dijadikan skala prioritas perbaikan,
kemudian dilakukan perbandingan dengan pesaing yang dapat
diperoleh melalui referensi pesaing.
Gambar 3
Skema Tahapan Analisis Rancangan Implikasi
Masalah
SIMPULAN
PT MSA menggunakan QFD dalam pengembangan produk
susu murni menjadi susu murni kemasan dan yoghurt. Motivasi PT
MSA dalam melaksanakan pengembangan produk terdiri dari
beberapa aspek, antara lain kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, perubahan permintaan dari konsumen, persaingan,
keinginan untuk meningkatkan laba serta mempertahankan posisi
pasar. Dalam rangka pengembangan produk baru tersebut, telah
dilakukan analisis QFD yang membandingan antara produk susu
murni kemasan dan yoghurt. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan, diperoleh lima belas atribut produk yang diinginkan
konsumen. Atribut produk susu murni kemasan dan yoghurt yang
dianggap penting oleh konsumen yaitu kandungan gizi, variasi
rasa, merek, informasi kadaluarsa,
volume, harga, diskon khusus, sistem pembayaran, distribusi, area
pemasaran, lokasi penjualan, gudang penyimpanan, pengenalan
produk, promosi produk dan penjualan langsung. Atribut produk
susu murni kemasan yang dianggap penting oleh konsumen
adalah volume susu murni dalam kemasan cup dengan ukuran 225
ml. Sedangkan atribut produk yoghurt yang dianggap penting oleh
konsumen adalah kandungan gizi yoghurt yang mencukupi dan
keterjangkauan harga oleh masyarakat. Pengembangan produk
susu murni kemasan agar sesuai dengan keinginan konsumen
dilakukan dengan mengikuti urutan prioritas prosedur kualitas hasil
analisis QFD. Urutan prioritas sepuluh prosedur kualitas dari lima
belas atribut tersebut adalah volume, pengenalan produk,
penjualan langsung, harga, cara pembayaran, kandungan gizi,
informasi kadaluarsa, diskon khusus, distribusi dan variasi rasa.
Sedangkan untuk produk yoghurt yaitu kandungan gizi, harga,
lokasi penjualan, variasi rasa, penjualan langsung, area
pemasaran, pengenalan produk, volume, distribusi dan cara
pembayaran.
Metoda analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
QFD (Quality Function Deployment) dengan menggunakan matriks
HOQ (House Of Quality). Dalam upaya peningkatan kualitas
produk, akan lebih baik bagi produsen jika menggunakan semua
tahapan dari metode QFD. Dalam rangka memenuhi kebutuhan
dan keinginan konsumen akan perbaikan kualitas produk, perlu
dilakukan dukungan dari berbagai pihak. Peningkatan dukungan
sumber daya manusia dalam rangka perbaikan kualitas produksi
juga perlu diupayakan, misalnya dengan mengadakan pelatihan
manajemen, keuangan, pengolahan informasi, penggunaan
teknologi serta dukungan fasilitas penunjang. Berdasarkan hasil
analisis QFD, sebaiknya manajemen PT MSA melakukan
pengembangan produk berdasarkan prosedur kualitas hasil dari
pengolahan dan analisis QFD agar sesuai dengan keinginan
konsumen. Pengembangan produk PT MSA perlu dilakukan
mengingat tidak berkembangnya perolehan laba perusahaan
selama ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, D. W. 2008. Manajemen Kualitas. Universitas Terbuka.
Jakarta.
Aries, S., dan E. Febru. 2010. Penelitian Tindakan Kelas: Teori
dan Aplikasinya.
Yogyakarta: Penerbit Aditya Media Publishing.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Artiprasetyo, A. 2009. Analisis strategi terhadap penurunan
penjualan dan laba pada perusahaan jamu kemasan. Bogor.
Available at
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/11205
Crawford, M., dan A. D. Benedetto. 2006. New Product
Management. McGraw-Hill International Edition.
Gaspersz, V. 2006. Total Quality Management Untuk Praktisi
Bisnis dan Industri. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Groover, Mikell P. 2014. Automation, Production System, and
Computer-Integrated Manufacturing. Edisi Ke Empat. New
Jersey: Prentice-Hall International.
Hermawan, R. 2010. Penelitian Tindakan Kelas SD. Bandung:
UPI Press.
Kotler, P., dan K. L. Keller. 2009. Manajemen Pemasaran.
Terjemahan: Bob Sabran. Edisi 13 Jilid 1 dan 2. Surabaya:
Erlangga.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Bandung:
Alfabeta. Tjiptono, F. 2007. Total Quality Management.
Yogyakarta: Andi Offset.
Gamb MatriksHouse
ar 4 ofQualityProd
uk Susu Murni
Kemasan
Gamb MatriksHo
ar 5 useofQua
lityProdu
k Yoghurt