Diah Dan Ricky Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru Kasus Kambuh Pada Wanita Usia 32 Tahun Di Wilayah Rajabasa
Diah Dan Ricky Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru Kasus Kambuh Pada Wanita Usia 32 Tahun Di Wilayah Rajabasa
Diah Dan Ricky Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru Kasus Kambuh Pada Wanita Usia 32 Tahun Di Wilayah Rajabasa
dan Muhammad | Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru Kasus Kambuh pada Wanita Usia 32 Tahun di Wilayah
Rajabasa
J Medula Unila|Volume 6|Nomor 1|Desember 2016|20
Diah dan Muhammad | Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru Kasus Kambuh pada Wanita Usia 32 Tahun di Wilayah
Rajabasa
J Medula Unila|Volume 6|Nomor 1|Desember 2016|21
Diah dan Muhammad | Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru Kasus Kambuh pada Wanita Usia 32 Tahun di Wilayah
Rajabasa
pasien juga mengalami keluhan yang sama, pekerjaannya dirasakan sangat melelahkan.
didiagnosis TB paru sejak tahun 2013, Pasien bekerja lebih dari 12 jam setiap hari.
meninggal karena komplikasi tahun 2014. Pada Kurang lebih satu bulan sebelum berobat ke
tahun 2014, pasien mulai mengalami batuk Puskesmas di Rajabasa, pasien kembali
berdahak, sesak napas, keringat malam, dan mengalami batuk berdahak. Pasien tidak
penurunan nafsu makan. Pada tanggal 12 berobat karena menganggap hanya batuk
Agustus 2014, pasien berobat ke RS dan biasa. Pasien mengatakan dua minggu
dilakukan pemeriksaan rontgen serta kemudian keluhan batuk berdahak dirasakan
pemeriksaan dahak. Hasil dari pemeriksaan memberat dan kadang disertai sesak napas.
rontgen didapatkan adanya gambaran TB paru Pasien dua kali mengalami batuk disertai
aktif, sedangkan pada pemeriksaan dahak bercak darah berwarna merah segar. Pasien
didapatkan hasil BTA positif (+3). Pasien juga merasakan penurunan berat badan,
dinyatakan mengalami TB paru. Sejak saat itu, keringat dingin pada malam hari, dan lemah
dengan didampingi ibu pasien sebagai badan. Pasien memutuskan untuk berhenti
pengawas menelan obat (PMO), pasien rutin bekerja dan kembali ke Bandar Lampung. Pada
minum OAT kombinasi dosis tetap (KDT) 4 obat 19 Mei 2016 pasien berobat ke Puskesmas.
yang berisi Rifampisin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Setelah dilakukan pemeriksaan dahak,
Pirazinamid 400 mg, dan Etambutol 275 mg. didapatkan hasil BTA positif (+2) sehingga
Selama 2 bulan pertama, pasien minum 4 pasien dinyatakan mengalami TB Paru kambuh.
tablet OAT KDT setiap hari. Pada tanggal 2 Pada pemeriksaan fisik didapatkan
Oktober 2014, pasien menjalani pemeriksaan keadaan umum tampak sakit ringan, kesadaran
dahak dan didapatkan hasil BTA negatif. Pasien komposmentis, tekanan darah 120/80 mmHg,
melanjutkan pengobatan TB selama 4 bulan nadi 84 x/menit, frekuensi napas 20 x/menit,
dengan meminum OAT KDT 2 obat yang berisi suhu 37,0 °C, berat badan 54 kg, tinggi badan
Rifampisin 150 mg dan Isoniazid 150 mg 158 cm, Indeks Massa Tubuh (IMT) 21
sebanyak 4 tablet setiap 3 hari. Pada tanggal (normal). Mata, telinga, hidung, mulut, dan
20 Desember 2014, dahak pasien diperiksa dan tenggorokan dalam batas normal. Inspeksi,
hasilnya adalah BTA negatif. Setelah selesai palpasi, dan perkusi thoraks dalam batas
pengobatan selama 6 bulan, pada 20 Januari normal. Auskultasi kedua thoraks anterior dan
2015, pasien menjalani pemeriksaan dahak posterior terdapat rhonki. Jantung, abdomen,
dengan hasil BTA negatif dan pasien dan kelenjar getah bening dalam batas normal.
dinyatakan sembuh. Kedua ekstremitas superior dan inferior dalam
Kurang lebih tiga bulan setelah batas normal dimana fungsi motorik dan
dinyatakan sembuh, untuk memenuhi sensorik masih baik.
kebutuhan ekonomi keluarganya, pasien Pasien mendapatkan terapi OAT KDT 4
bekerja sebagai pengupas udang di salah satu obat sebanyak 3 tablet dan mendapat injeksi
perusahaan tambak udang di Tulang Bawang, streptomisin 750 mg intramuskular setiap hari
Lampung. Menurut cerita pasien, ada teman sejak 20 Mei 2016.
kerjanya yang batuk lama. Pasien tidak tahu
pasti penyakit temannya dan merasa temannya Pembahasan
hanya sakit batuk biasa. Pasien sering Pada kasus ini membahas tentang
mengobrol dengan temannya tersebut tanpa masalah kesehatan pada pasien Ny. T, usia 32
menggunakan masker. Lima bulan kemudian tahun yang berdasarkan anamnesis,
pasien mengalami keluhan batuk berdahak pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan
yang tidak sembuh-sembuh. Pasien merasa penunjang yang telah dilakukan, didiagnosis TB
badannya mudah lelah dan nafsu makannya paru kambuh/relaps. Pada anamnesis
menurun. Pasien memutuskan berhenti dari didapatkan keluhan pasien berupa batuk
pekerjaannya sebagai pengupas udang dan berdahak berwarna kuning kental sejak ±1
kembali ke rumah. bulan yang lalu, batuk berdarah, sesak napas
Setelah kurang lebih dua bulan yang memberat ketika batuk, berkeringat
beristirahat di rumah dan merasa sembuh, banyak pada malam hari, penurunan nafsu
pasien kembali bekerja sebagai pembantu makan yang diikuti dengan penurunan berat
rumah tangga di Tangerang. Pasien mengaku badan sebanyak 8 kg dalam satu bulan
J Medula Unila|Volume 6|Nomor 1|Desember 2016|22
Diah dan Muhammad | Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru Kasus Kambuh pada Wanita Usia 32 Tahun di Wilayah
Rajabasa
terakhir, dan lemah badan. Pasien pernah jam istirahat yang kurang. Kurang tidur dapat
mengalami keluhan seperti ini sebelumnya melemahkan daya tahan tubuh karena darah
pada tahun 2014 dan didiagnosis TB paru mengalami penurunan sel imun yaitu Natural
setelah dilakukan pemeriksaan rontgen dada Killer Cell (NKC). Natural Killer Cell adalah
dan pemeriksaan dahak. bagian sistem imun tubuh, jika kadarnya
Gejala utama pasien TB paru adalah menurun dapat melemahkan imunitas
batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. sehingga rentan terhadap penyakit. Daya tahan
Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan tubuh menurun mengakibatkan basil TB dapat
berupa dahak bercampur darah, sesak nafas, berkembangbiak dan menimbulkan penyakit
badan lemas, penurunan nafsu makan, TB lagi.10
penurunan berat badan, berkeringat pada Daya tahan tubuh juga dipengaruhi oleh
malam hari tanpa kegiatan fisik, serta demam status gizi. Pasien memiliki status gizi normal.
meriang lebih dari satu bulan. Sedangkan Pada penelitian yang dilakukan oleh Sianturi
definisi TB paru kambuh adalah pasien TB yang (2014)10, didapatkan hasil bahwa jumlah
sebelumnya pernah mendapat pengobatan TB responden yang mengalami TB paru kambuh
dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lebih banyak pada responden yang memiliki
lengkap kemudian kembali lagi berobat dengan status gizi kurang disbanding responden yang
hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau memiliki status gizi normal. Status gizi kurang
biakan positif.2 mengakibatkan daya tahan tubuh menurun
Faktor yang mempengaruhi terjadinya sehingga tubuh menjadi lebih peka terhadap
TB kambuh/relaps antara lain adanya reinfeksi, infeksi.11
jumlah basil sebagai penyebab infeksi cukup Berdasarkan aspek psikososial keluarga,
dengan virulensi yang tinggi, daya tahan tubuh diketahui bahwa keadaan ekonomi keluarga
menurun sehingga memungkinkan basil TB kurang. Individu dengan status ekonomi yang
berkembangbiak menyebabkan timbulnya rendah memiliki risiko status gizi yang kurang
kembali penyakit TB, perilaku kebiasaan sehingga mempengaruhi sistem imun,
merokok dan meminum alkohol, pengobatan lingkungan rumah yang padat penduduk,
TB yang terlalu pendek, dan kemungkinan rumah dengan ventilasi yang kurang,
resistensi obat.8 kelembaban rumah yang tinggi, dan polusi
Dari anamnesis didapatkan informasi udara di dalam ruangan, sehingga memiliki
bahwa ada kontak yang lama antara pasien risiko yang lebih besar untuk terinfeksi TB.12
dengan temannya yang mengalami batuk lama. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang
Pasien tidak tahu pasti tentang penyakit dilakukan oleh Triman (2002)8, yang mendapat
temannya tersebut. Pasien menganggap hanya hasil bahwa tidak ada hubungan sosial
batuk biasa. Batuk lama (≥2 minggu) adalah ekonomi dengan kekambuhan TB paru karena
salah satu gejala respiratori dari TB paru.2 status ekonomi bukan merupakan penyebab
Adanya kontak dengan pasien TB paru menjadi langsung terjadinya TB paru.
faktor penting terjadinya penularan TB paru. Lingkungan tempat tinggal pasien yang
Kuman TB menyebar melalui droplet nuclei padat dan keadaan rumah pasien yang lembab
saat pasien TB berbicara, batuk, atau bersin. serta kurang penerangan dari cahaya matahari
Penularan ini memungkinkan terjadi juga menjadi risiko terhadap penyakit TB yang
kekambuhan pada pasien TB yang telah diderita pasien. Ventilasi bermanfaat untuk
sembuh. Hal ini sesuai dengan penelitian yang menjaga udara di dalam ruangan agar tidak
dilakukan oleh Gitawati (2002)9, bahwa lembab. Kurangnya ventilasi akan
sebagian besar respondennya diketahui menyebabkan kadar oksigen kurang, kadar
memiliki riwayat tinggal serumah dengan karbondioksida bertambah, suhu ruangan naik,
pasien TB paru atau minimal dalam setahun dan kelembaban ruangan meningkat.12
sebelumnya ada anggota keluarga serumah Kelembaban yang tinggi dapat meningkatkan
yang pernah sakit TB paru. Penelitian ini jumlah kuman tuberkulosis. Untuk
membuktikan bahwa kontak dengan pasien TB menurunkan kelembaban ruangan, cahaya
dapat menjadi faktor penularan TB paru. matahari yang masuk ke dalam rumah harus
Pasien menceritakan pekerjaannya cukup. Cahaya matahari dapat membunuh
sebagai pramuwisma sangat melelahkan dan bakteri-bakteri patogen, salah satunya adalah
J Medula Unila|Volume 6|Nomor 1|Desember 2016|23
Diah dan Muhammad | Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru Kasus Kambuh pada Wanita Usia 32 Tahun di Wilayah
Rajabasa
J Medula Unila|Volume 6|Nomor 1|Desember 2016|24
Diah dan Muhammad | Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru Kasus Kambuh pada Wanita Usia 32 Tahun di Wilayah
Rajabasa
minimal pengobatan adalah selama enam dibutuhkan bervariasi, namun pada pasien
bulan. Pengobatan kurang dari enam bulan dengan respon pengobatan yang baik akan
memiliki kemungkinan relaps yang tinggi.2 Hal mengalami konversi sputum sebelum akhir
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan bulan ketiga pengobatan. Sekitar 80% pasien
Sianturi (2014)10, bahwa pasien TB yang tidak TB Paru dengan hasil BTA positif akan
teratur mengonsumsi obat akan berpeluang mendapatkan hasil BTA negatif setelah
9,4 kali mengalami kekambuhan TB paru pengobatan tahap intensif selesai. Pasien
dibandingkan dengan pasien yang teratur dengan hasil BTA tetap positif setelah
minum obat. pengobatan tahap intensif selesai
Pada pasien dengan riwayat pengobatan membutuhkan perhatian khusus. Hasil BTA
lini pertama, pengobatan sebaiknya positif tersebut akan menimbulkan penilaian
berdasarkan hasi uji kepekaan secara terhadap kepatuhan pasien dan reevaluasi
individual. Selama menunggu hasil uji untuk menentukan adanya kondisi komorbid,
kepekaan, diberikan paduan obat Isoniazid, seperti infeksi HIV atau bentuk imunosupresi
Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol, dan lain, dan diabetes melitus. Pasien TB dengan
Streptomisin selama dua bulan tahap intensif, sputum non-konversi memiliki hubungan
dilanjutkan dengan satu bulan pemberian dengan infeksi strain resisten terhadap
Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, dan pengobatan atau strain yang awalnya rentan
Etambutol, dan lima bulan dengan pemberian terhadap pengobatan namun menjadi resisten
Isoniazid, Rifampisin, dan Etambutol. Pada melalui pengobatan yang tidak benar, baik
pasien ini, dengan TB Paru kambuh, diberikan pada pasien dengan kasus baru maupun yang
pengobatan OAT kategori 2. OAT kategori 2 sudah pernah diobati sebelumnya. Pasien
yaitu 2HRZES/HRZE/5HRE, disediakan dalam dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif
bentuk paket obat kombinasi dosis tetap (OAT- masih infeksius untuk orang-orang yang
KDT). Tablet OAT ini terdiri dari kombinasi 2 berkontak dekat dengan pasien. Sehingga
atau 4 jenis obat dalam satu tablet dengan diperlukan kewaspadaan mengenai kontrol
dosis disesuaikan dengan berat badan pasien. infeksi untuk meminimalisir penyebaran infeksi
OAT kategori 2 diberikan untuk pasien dengan selama periode ini.14 Sehingga
riwayat pengobatan TB lini pertama. Dosis penatalaksanaan untuk pasien ini selain
pemberian OAT berdasarkan dari berat badan penatalaksanaan farmakologis dari puskesmas,
pasien. Berat badan pada pasien ini adalah 54 juga diperlukan penatalaksanaan non-
kg. Untuk berat badan 38-54 kg, diberikan farmakologis berupa edukasi kepada pasien
injeksi Streptomisin 750 mg dan 3 tablet OAT- dan keluarga pasien.
4KDT yang berisi Rifampisin 150 mg, Isoniazid Edukasi merupakan salah satu cara
75 mg, Pirazinamid 400 mg, dan Etambutol 275 promosi kesehatan berupa pemberian
mg untuk tahap intensif.2 informasi-informasi kesehatan dengan tujuan
Pemantauan kemajuan dan hasil tercapainya perubahan perilaku. Dengan
pengobatan TB pada orang dewasa pengetahuan yang diperoleh akan
dilaksanakan dengan pemeriksaan ulang dahak menimbulkan kesadaran pada individu, dan
secara mikroskopis. Pemeriksaan dahak secara akhirnya akan menyebabkan individu
mikroskopis lebih baik dibandingkan dengan perperilaku sesuai dengan pengetahuan yang
pemeriksaan radiologis dalam memantau dimilikinya. Hasil atau perubahan perilaku
kemajuan pengobatan. Pemeriksaan dahak dengan cara ini memakan waktu lama, tetapi
dilakukan dengan memeriksa dua contoh uji perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng
dahak (sewaktu dan pagi). Hasil pemeriksaan karena didasari oleh kesadaran mereka
dinyatakan negatif bila kedua contoh uji dahak sendiri.15 Edukasi yang diberikan kepada pasien
tersebut negatif. Bila salah satu atau kedua dan keluarganya disampaikan dengan
contoh uji positif, maka hasil pemeriksaan menggunakan media leaflet. Leaflet
dahak tersebut dinyatakan positif.2 merupakan salah satu alat peraga sederhana
Rata-rata waktu yang dibutukan untuk untuk promosi kesehatan yang sesuai untuk
terjadinya konversi BTA positif menjadi negatif tingkat rumah tangga.16
adalah sekitar pada akhir minggu ke-5 Edukasi yang diberikan kepada pasien
pengobatan tahap intensif. Periode waktu yang dan keluarganya adalah berupa informasi
J Medula Unila|Volume 6|Nomor 1|Desember 2016|25
Diah dan Muhammad | Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru Kasus Kambuh pada Wanita Usia 32 Tahun di Wilayah
Rajabasa
tentang penyakit TB paru, termasuk definisi, merokok dan meminum alkohol, serta
gejala klinis, penularan, pengobatan dan pengobatan TB yang terlalu pendek, gejala
pencegahannya. Terdapat beberapa faktor klinis, penularan, dan pengobatan, serta
yang termasuk dalam pencegahan penularan diberikan motivasi supaya tidak putus obat.
TB paru yang diedukasikan kepada pasien dan Pada kunjungan ketiga ini diketahui
keluarganya, salah satunya adalah memakai keluhan pasien semakin berkurang, nafsu
masker untuk pasien. Masker memberikan makan membaik meskipun masih belum
kontrol infeksi yang signifikan apabila pasien kembali seperti sebelum sakit. Pasien
memiliki kepatuhan yang baik untuk meminum obat secara teratur dan sesuai
memakainya.12 anjuran dokter. Perubahan perilaku juga sudah
Pada pasien, dilakukan kunjungan rumah tampak, seperti pasien memakai masker, dan
untuk dilakukan anamnesis yang mendalam jendela-jendela ruangan di dalam rumah
mengenai keadaan pasien, keluarga dan dibuka sehingga cahaya matahari masuk ke
perilaku/keadaan yang dapat menjadi faktor dalam rumah. Pada pembinaan ketiga ini selain
risiko terjadinya TB paru khususnya kasus melakukan evaluasi terhadap intervensi yang
kambuh pada pasien, pembinaan keluarga, dan telah dilakukan, juga dilakukan motivasi
penilaian terhadap keadaan rumah pasien. kembali agar pasien tetap semangat untuk
Hasil wawancara dengan pasien dan keluarga, menjalani pengobatan.
dapat disimpulkan bahwa pasien dan keluarga
belum banyak mengetahui mengenai penyakit Simpulan
TB paru kambuh, kemudian kepada pasien dan Diagnosis tuberkulosis paru kambuh
keluarga dijelaskan secara singkat bahwa pada kasus ini sudah sesuai dengan beberapa
penyakit TB paru dapat kambuh, TB paru teori dan telaah kritis dari penelitian terkini.
kambuh dapat menular yang penularannya Pada pasien terdapat beberapa faktor risiko
melalui udara, dijelaskan juga secara singkat terjadinya kekambuhan TB paru yaitu ada
tentang pengobatan TB paru kambuh bahwa kontak yang lama antara pasien dengan
pengobatan akan dilakukan selama 8 bulan, temannya yang mengalami batuk lama dan
dimana selama 2 bulan intensif pasien daya tahan tubuh pasien menurun. Tatalaksana
mendapat injeksi Streptomisin intramuskular pada pasien ini sudah sesuai dengan pedoman
setiap hari, tidak boleh terputus, begitu juga diagnosis dan penatalaksanaan TB paru
dengan obat oral yang harus dikonsumsi sesuai kambuh oleh Perhimpunan Dokter Paru
dengan petunjuk dokter, serta dijelaskan Indonesia (PDPI).
bahwa tindakan pencegahan penularan yang
paling mudah adalah pasien menggunakan Daftar Pustaka
masker dan menjaga agar keadaan rumah tidak 1. Departemen Kesehatan Republik
lembab. Indonesia. Pedoman nasional TB.
Pada kunjungan rumah yang kedua, dari Jakarta: Depkes RI; 2014.
anamnesis yang dilakukan, diketahui bahwa 2. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
keluhan pasien sudah berkurang. Pasien juga Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan
sudah mengonsumsi OAT sesuai petunjuk TB di Indonesia. Jakarta: PDPI; 2011.
dokter namun tindakan pecegahan penularan 3. World Health Organization. Global
masih belum dilakukan dengan maksimal. Pada tuberculosis report 2015 [internet].
kesempatan ini dilakukan intervensi berupa Geneva: WHO Press; 2015 [diakses
edukasi dengan media leaflet berisi tentang TB tanggal 25 Agustus 2016]. Tersedia dari:
paru kambuh. Edukasi yang diberikan http://www.who.int/tb/publications/glo
mencakup pengertian TB paru dan TB paru bal_report/en/.
kambuh, faktor risiko terjadinya TB paru 4. Departemen Kesehatan Republik
kambuh yaitu adanya reinfeksi, jumlah basil Indonesia. Profil kesehatan Indonesia
sebagai penyebab infeksi cukup dengan 2014 [internet]. Jakarta: Depkes RI; 2015
virulensi yang tinggi, daya tahan tubuh [diakses tanggal 24 Agustus 2016].
menurun sehingga memungkinkan basil TB Tersedia dari:
berkembang biak menyebabkan timbulnya http://www.depkes.go.id/resources/do
kembali penyakit TB, perilaku kebiasaan wnload/pusdatin/profil-kesehatan-
J Medula Unila|Volume 6|Nomor 1|Desember 2016|26
Diah dan Muhammad | Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru Kasus Kambuh pada Wanita Usia 32 Tahun di Wilayah
Rajabasa
J Medula Unila|Volume 6|Nomor 1|Desember 2016|27