Banyak Daun PDF
Banyak Daun PDF
Banyak Daun PDF
Jurnal Ilmiah
Farmako Bahari
PIMPINAN UMUM/PENANGGUNG JAWAB
DEKAN FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS GARUT
MITRA BESTARI
Prof. Dr.H.Anas Subarnas, M.Sc., Apt.
Prof.Dr. Entun Santosa, M.Sc.
Prof.Dr.H.Muhammad Ali Ramdhani, MT.
Prof.Dr. Ieke Sartika, MS.
DEWAN EDITOR
Ketua : dr.Hj. Syifa Hamdani, MARS.
Sekretaris : Setiadi Ihsan, M.Si., Apt.
Anggota : Riska Prasetiawati, M.Si., Apt
Dr. Nizar AH,MM.,MT.,M.Si
EDITOR PELAKSANA
Ketua : Dr. Ria Mariani, M.Si., Apt
Sekretaris : Revi Yenti, M.Si., Apt
Anggota : Daden Wahyudin Darajat, M.Pd
Wiwin Winingsih, M.Si., Apt
Penerbit:
Jurusan Farmasi FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS GARUT
Alamat Penerbit
Jurusan Farmasi FMIPA UNIGA
Jl. Jati No. 42B Kecamatan Tarogong Kaler Kab. Garut 44151
Telp/Fax (0262) 540007
email : [email protected]
website: www.fmipa.uniga.ac.id
2
Kata Pengantar
Puji Syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat-Nya sehingga Jurnal
Farmako Bahari ini dapat terbit.
Seiring dengan meningkatnya kemajuan dan ilmu pengetahuan serta sumber daya
manusia maka hasil-hasil penelitian maupun teori baru dalam bidang farmasi perlu
dipublikasikan. Berkaitan dengan hal ini, Program Studi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Garut berinisiatif untuk memberikan ruang dan peluang
bagi akademisi, peneliti, dan mahasiswa untuk menuangkan tulisannya dalam Jurnal
Farmako Bahari.
Jurnal Farmako Bahari diharapkan dapat terbit dua kali setahun dengan topik kajian
yang beragam sesuai dengan bidang kefarmasian.
Semoga Jurnal Farmako Bahari ini dapat menambah dan melengkapi diseminasi hasil
hasil penelitian di bidang farmasi.
Pimpinan Umum
Jurnal Farmako Bahari
3
Jurnal Ilmiah
Farmako Bahari
Juli 2014, Volume 5 Nomor 2
Hal
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
4
KAJIAN ETNOFARMAKOGNOSI DAN ETNOFARMAKOLOGI PENGGUNAAN
TUMBUHAN OBAT DI DESA CISANGKAL KECAMATAN CIHURIP
KABUPATEN GARUT TAHUN 2014
Novianti
Abstrak
1. Pendahuluan
Sejak lama manusia menggunakan tumbuhan dan bahan alami lainnya untuk
mengurangi rasa sakit, menyembuhkan dan mencegah penyakit tertentu, selain
itu juga berkhasiat untuk mempercantik diri serta menjaga kondisi badan agar
tetap sehat dan bugar (1). Keanekaragaman hayati Indonesia adalah sangat
penting bagi keberlangsungan kehidupan bangsa. Hal ini bukan karena posisinya
sebagai salah satu negara terkaya di dunia dalam keanekaragaman hayati, tetapi
karena keterkaitannya yang erat dengan kekayaan keanekaragaman budaya
lokal dan pengetahuan tradisional yang dimiliki bangsa ini (2). Indonesia
5
merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia yang
memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi.
Sumber pengobatan di dunia mencakup tiga sektor yang saling terkait, yaitu
pengobatan rumah tangga atau pengobatan sendiri, pengobatan medis, dan
pengobatan tradisional. Persentase terbesar masyarakat memilih pengobatan
sendiri untuk menanggulangi keluhannya. Pengobatan sendiri adalah upaya
pengobatan sakit menggunakan obat, obat tradisional atau cara tradisional
tanpa petunjuk ahlinya. Perilaku pengobatan sendiri menggunakan obat
tradisional merupakan salah satu perilaku kesehatan (4). Di Indonesia, sekalipun
pelayanan kesehatan modern telah berkembang, jumlah masyarakat yang
memanfaatkan pengobatan tradisional tetap tinggi. Menurut Survei Sosial
Ekonomi Nasional tahun 2001; 57,7% penduduk Indonesia melakukan
pengobatan sendiri tanpa bantuan medis; 31,7% diantaranya menggunakan
tumbuhan obat tradisonal dan 9,8% memilih cara pengobatan tradisional
lainnya (5).
6
Pada penelitian ini yang menjadi dasar penelitian adalah tumbuhan obat apa
saja yang digunakan oleh masyarakat Desa Cisangkal Kecamatan Cihurip
Kabupaten Garut, serta bagaimana cara penggunaan, khasiat dan kajian ilmiah
dari tumbuhan tersebut.
2. Metode Penelitian
Studi Area
Pengamatan lokasi Desa Cisangkal Kecamatan Cihurip berdasarkan letak
geografis, letak sumber mata air, sawah, kebun, hutan dan pengumpulan data
penduduk. Desa Cisangkal Kecamatan Cihurip merupakan salah satu desa yang
ada di Kecamatan Cihurip. Desa Cisangkal terletak di sebelah selatan Kecamatan
Cihurip dengan luas wilayah 571 Ha dengan batas-batas wilayah sebelah utara
berbatasan dengan Desa Jayamukti Kecamatan Cihurip, sebelah timur
berbatasan dengan Desa Purwajaya Kecamatan Pendeuy, sebelah barat
berbatasan dengan Desa Jayamukti Kecamatan Cihurip dan sebelah selatan
7
berbatasan dengan Desa Jatisari Kecamatan Cisompet. Sumber mata air yang
digunakan oleh masyarakat Desa Cisangkal berasal dari gunung yang disebut
ciliang. Terdapat 162 Ha sawah yang terletak di sebelah utara, kebun 159 Ha
yang terletak di sebelah barat, hutan terletak di sebelah timur dengan jumlah
penduduk sebanyak 3.118 jiwa.
Kepala
Pria Wanita Jumlah total
keluarga
Jumlah 953 1560 1558 3118
8
Sebagian besar ramuan diminum setelah makan. Tidak ada pembudidayaan
tumbuhan obat.
9
Dari hasil penelitian dan determinasi tersebut, diketahui terdapat 24 suku dan
36 spesies tumbuhan yang digunakan sebagai pengobatan di Desa Cisangkal
Kecamatan Cihurip Kabupaten Garut. Suku tanaman yang paling banyak
digunakan sebagai pengobatan adalah Zingiberaceae dengan persentase
13,89%; selanjutnya berturut-turut yaitu Asteraceae dan Piperaceae dengan
persentase 8,34%; (Myrtaceae, Euphorbiaceae, Poaceae, dan Rutaceae dengan
persentase 5,56%); (Annonaceae, Verbenaceae, Lauraceae, Moraceae,
Arecaceae, Acanthaceae, Malvaceae, Cucurbitaceae, Lamiaceae, Clusiaceae,
Menispermaceae, Liliaceae, Crassulaceae, Bombacaceae, Agavaceae,
Plantaginaceae, Solanaceae dengan persentase 2,77%). Hal itu mungkin
dikarenakan suku tumbuhan tersebut dapat tumbuh di daerah Desa Cisangkal,
mudah didapatkan dan sudah digunakan secara turun-temurun oleh masyarakat
Desa Cisangkal Kecamatan Cihurip Kabupaten Garut.
Macam-macam Golongan Obat
Dari hasil penelitian diketahui bahwa penduduk Desa Cisangkal Kecamatan
Cihurip Kabupaten Garut mengenal beberapa jenis golongan obat dan
tumbuhan-tumbuhan yang digunakan untuk menyembuhkan berbagai jenis
penyakit
Macam-macam Golongan Obat
No Golongan obat / khasiat Jumlah tumbuhan Persentase (%)
1 Obat maag 9 21,44
2 Obat ginjal 6 14,29
3 Obat hipertensi 3 7,15
4 Obat benjol 2 4,76
5 Obat memperlancar asi 2 4,76
6 Obat kolesterol 2 4,76
7 Obat demam 2 4,76
8 Obat pengerut rahim 2 4,76
9 Obat luka luar 2 4,76
10 Obat penambah stamina 2 4,76
11 Obat mata 1 2,38
12 Obat jantung 1 2,38
13 Obat batuk 1 2,38
14 Obat keputihan 1 2,38
15 Obat amandel 1 2,38
16 Obat pijat anak 1 2,38
17 Obat cacing 1 2,38
18 Obat kelenjar 1 2,38
19 Obat demam berdarah 1 2,38
20 Obat kulit 1 2,38
Jumlah 42 100
10
Dari hasil penelitian yang menjadi khasiat dari berbagai tanaman obat di Desa
Cisangkal Kecamatan Cihurip Kabupaten Garut terdapat 20 macam golongan
obat. Yang paling banyak adalah golongan obat maag dengan persentase
21,44%; selanjutnya berturut-turut yaitu obat ginjal dengan persentase 14,29%;
obat hipertensi dengan persentase 7,15%; (obat benjol, obat memperlancar asi,
obat kolesterol, obat demam, obat luka luar, obat penambah stamina dan obat
pengerut rahim dengan persentase 4,76%); (obat jantung, obat batuk, obat
keputihan,obat mata, obat kulit, obat amandel, obat pijat anak, obat cacing,
obat kelenjar, obat demam berdarah dengan persentase 2,38%). Golongan obat
yang paling banyak ditemukan adalah obat untuk mengatasi penyakit maag dan
ginjal. Umumnya obat maag ini dikonsumsi oleh para wanita sedangkan obat
ginjal oleh pria.
11
sepanjang waktu berbuah, dan juga tidak semua tumbuhan berbuah, sedangkan
akar bisa mematikan tumbuhan apabila akarnya dicabut.
12
Distribusi Lokasi Tumbuhan Obat
Determinasi
Hasil determinasi dari tumbuhan daun salam, daun sirih, koneng gede, daun
jambu batu, daun jati belanda, ki rinyuh, ki pecah beling, daun sirsak,
babadotan, cikur, daun alpuket, jahe, manggis, sukun, daun kumis kucing, buah
jeruk nipis, koneng, katuk, daun singkong, biji jambe, lempuyang, akar eurih,
daun randu, ki urat, takokak, bawang merah, kembang sepatu, waluh siem,
beras ketan hideung, brotowali, jombang pait, buntiris, daun suji, daun karuk, ki
sereuh dan ki beceta. Hasil determinasi dilampirkan pada Lampiran 6.
Dari 36 jenis tumbuhan obat yang digunakan, salah satu tumbuhan belum
tercatat dalam Medical Herb Index in Indonesia (MHI). Tumbuhan tersebut
adalah ki rinyuh. Tumbuhan lain yang telah tercatat diantaranya memiliki
kesamaan manfaat namun tumbuhan yang lain memiliki manfaat yang berbeda.
Misalnya ki pecah beling oleh masyarakat Desa Cisangkal digunakan sebagai
obat ginjal, demikian juga dalam MHI disebutkan kegunaannya sebagai obat
13
batu ginjal. Selanjutnya akar eurih oleh masyarakat Desa Cisangkal Kecamatan
Cihurip Kabupaten Garut digunakan sebagai obat hipertensi demikian juga
dalam MHI disebutkan kegunaannya sebagai obat tekanan darah tinggi.
Namun untuk beberapa tanaman misalnya daun kumis kucing oleh masyarakat
Desa Cisangkal Kecamatan Cihurip Kabupaten Garut digunakan sebagai obat
maag sedangkan dalam MHI kegunaannya sebagai diuretik dan radang selaput
lendir hidung. Demikian juga dengan daun jati belanda oleh masyarakat Desa
Cisangkal Kecamatan Cihurip Kabupaten Garut digunakan sebagai obat
kolesterol sedangkan dalam MHI disebutkan sebagai obat kolera.
Selain membandingkan dengan MHI, dilakukan pula studi literatur. Dalam studi
literatur dilakukan pengkajian mengenai penggunaan tumbuhan secara empiris
dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan. Sebanyak 25 tumbuhan telah
ditemukan hasil penelitian farmakologinya yang sesuai dengan penggunaan
empiris sedangkan 11 tumbuhan lainnya belum ditemukan hasil penelitiannya.
14
belanda, kedaung, kumis
kucing, sambiloto, sidaguri,
dan tempuyung diketahui
memiliki aktivitas
antioksidan yang diukur
menggunakan metode
CUPRAC, DPPH dan FRAP
(22).
Krim dengan konsentrasi
ekstrak daun kirinyuh 10%
menunjukkan efek
Chromolaena Flavonoid,
penyembuhan luka yang
6 Ki rinyuh odorata (L.) R.M. Luka tannin,
lebih cepat dari pada
King & saponin
pembanding dengan
konsentrasi povidon iodine
10% (23).
Kombinasi ekstrak daun
alpukat dan daun keji beling
Kipecah Strobilantes crispus
7 Ginjal Verbaskosid sangat berpengaruh nyata
beling bi
untuk meluruhkan kalsium
batu ginjal (24).
Alkaloid,
tanin,
Ekstrak Annnona muricata
flavonoid,
L., aktif terhadap
8 Sirsak Annona muricata L Kelenjar glikosida,
Escherichia coli dan Bacillus
steroid/triter
pumilus (25).
penoid, dan
saponin
Nobiletin Ekstrak Ageratum conoides
(5,6,7,8,3,4 L., aktif pada bakteri uji
Ageratum
9 Babadotan Maag - staphylococcus aureus,
conyzoides L.
heksametok Bacillus subtilis dan Candida
siflavon) albicans (25).
Minyak atsiri dari rimpang
kencur menunjukkan
Etil-p- aktivitas antiinflamasi
Kaempferia
10 Cikur Benjol metoksisina sebesar 36,47% dengan
galangal L.,
mat menggunakan metode
analisis konduksi karagenan
(26).
Kombinasi ekstrak daun
alpukat dan daun keji beling
11 Alpukat Persea mericana Ginjal Kuersetin sangat berpengaruh nyata
untuk meluruhkan kalsium
batu ginjal (24).
Minyak
atsiri
zingiberena, Ekstrak etanol rimpang jahe
zingiberol, dengan dosis 0,2 gram/mL
12 Jahe Zingiber officinale Obat cacing bisabolena, dapat membunuh dan
kurkumin, memparalisis cacing dalam
ginggirol waktu 35 menit (27).
dan resin
pahit.
Ekstrak etanol kulit manggis
Garcinia dengan dosis 280 dan 560
13 Manggis Kolesterol -mangostin
mangostana L. mg dapat meningkatkan HDL
kolesterol (28).
flavonoida, Ekstrak etil asetat daun
Artocarpus altilis
14 Sukun Jantung saponin,ster sukun pada tikus jantan
(Park) Fosberg
oida/triterp galur Wistar menunjukkan
15
enoida dan bahwa pada dosis 25 mg/kg
tanin bb dapat menghambat
perkembangan radang
secara berbeda bermakna
terhadap kontrol (p<0,05)
(29).
Sediaan uji ekstrak etanol
daun kumis kucing dengan
dosis 500 mg/kg bb dapat
mengurangi jumlah dan
Kumis Orthoshipon
15 Maag Sinensetin keparahan tukak dengan
kucing aristatus
metoda ANOVA dan LSD
berbeda bermakna
disbanding dengan kontrol
positif pada p<0,05 (30).
Air perasan buah jeruk nipis
memiliki daya hambat
terhadap pertumbuhan
bakteri Staphylococcus
saponin, aureus dengan berbagai
Citrus aurantifolia flavonoid konsentrasi yaitu 25%, 50%,
16 Jeruk nipis (Christm & Panzer) Amandel dan minyak 75%, dan 100% dan terdapat
Swingle atsiri pengaruh lama kontak
terhadap pertumbuhan
bakteri dimana bakteri tidak
tumbuh seteleh kontak 5
menit pertama dan diikuti
menit-menit
Serbuk C. longa secara
oral adalah 100 mg/kg
berat badan per hari
selama 6 hari mampu
meningkatkan
kandungan mucin
pada cairan lambung
kelinci yang berguna
Curcuma longa
17 Koneng Maag Kurkumin untuk melindungi
L
lapisan mukosa
lambung terhadap
iritasi. Curcuma
memiliki aktivitas
protektif terhadap
perlukaan lambung
yang diinduksi
histamin (32).
Alkaloid, Daun katuk dapat
triterpen meningkatkan (P <
oid, 0,05) produksi air susu
Sauropus
Memperla saponin, induk dan PBB anak
18 Katuk androgynus (L.)
ncar asi tanin, selama 3 minggu,
Merrill
polifenol, tetapi perlakuan tidak
glikosida mempengaruhi
dan mortalitas anak dan
16
flavonoid. respon imun induk
(33).
17
ng zerumbet zerumbet Sm. memiliki
aktivitas antibakteri
tertinggi terhadap
bakteri uji Bacillus
substilis , Escherichia
coli, Staphylococcus
aureus, dan
Pseudomonas
aeruginosa (36).
Imperata cylindrica
dengan dosis 25 mg/kg
BB, 50 mg/kg BB dan
Akar Imperata Polifenol,
22 Hipertensi 100 mg/kg BB
eurih cylindrica flavonoid,
mempunyai aktivitas
antihipertensi yang
bermakna pada
Fraksi dari ekstrak
etanol daun kapuk
memiliki aktivitas
antibakteri terhadap
Staphylococcus
epidermilis ATCC
Flavoniod 12228 dan
, steroid, propionibacterium
Ceiba
23 Randu Obat mata saponin acnes isolate klinik,
pentandra
dan dimana fraksi etil
kuinon asetat memberikan
aktivitas terbesar
dengan konsentrasi
Hambat Tumbuh
Minimum (KHTM)
0,25% terhadap kedua
bakteri uji (38).
Formula suspensi ki
urat dengan zat
pensuspensi CMC
dengan konsentrasi 1%
24 Ki urat Plantago major Luka Baikalein mempunyai aktivitas
yang lebih baik sebagai
antiulser dibandingkan
zat pensuspensi CMC
1,5% (39).
Ekstrak etanol buah
takokak dosis 500
Flavonoid,
25 Takokak Solanum torvum Stamina polifenol. mg/kg BB mampu
memberikan aktivitas
immunomodulator
18
yang lebih baik
dibandingkan dosis
250 mg/kg BB yang
ditunjukkan dengan
penurunan nilai
leukosit ketika infeksi
terjadi. Ekstrak etanol
takokak dosis 500
mg/kg BB juga mampu
memberikan aktivitas
immunomodulator
yang lebih baik
dibandingkan dosis
250 mg/kg BB yang
ditunjukkan dengan
perubahan nilai
limfosit lebih rendah
dari nilai awal (40).
4. Kesimpulan
5. Daftar Pustaka
Permana, H., 2007, Tanaman Obat Tradisional, Titian Ilmu, Bandung, Hlm. 1.
19
Hariana, A., 2004, Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 1, Penebar Swadaya,
Jakarta, Hlm. 5-6.
Rahyuni, Eni, Y., Dkk., 2013, Kajian Etnobotani Tumbuhan Ritual Suku Tajio di
Desa Kasimbar Kabupaten Parigi Moutong, Online Jurnal Of Natural Science,
Vol II (2), Hlm. 47.
Heinrich, M., 2009, Farmakognosi dan Fitoterapi, EGC, Jakarta, Hlm. 53, 57.
Tjay, T.H., dan K. Rahardja, 2007, Obat Obat Penting, PT.Elex Media
Komputindo, Jakarta, Hlm. 3.
Dirjen POM, Kriteria dan Tata Laksana Pendaftaran Obat Tradisional, Obat
Herbal Terstandar dan Fitofarmaka, Departemen Kesehatan, Jakarta, Hlm. 2.
20
Ahmad, S., 2013. Inventarisasi dan Studi Literatur Atas Tumbuhan yang
Digunakan sebagai Obat Oleh Ahli Pengobatan di Kecamatan Taraju
Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2013, Tugas Akhir Sarjana MIPA, Jurusan
Farmasi, FMIPA, Universitas Garut, Garut, Hlm. 7,8,16.
Kusuma, R.F., dan M. Zaky., 2005. Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat, PT.
Argomedika Pustaka, Jakarta, Hlm. 8-15.
Anang, H., Hana, E., Dkk. 2007, Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.,)
terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan
Metode Difusi Disk, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga,
Surabaya, Hlm. 6.
Sudjari., Umi, K., Dkk., 2004, Pengaruh Pemberian Temulawak Pada Lambung
Tikus yang Mengalami Ulkus Peptikum Akibat Induksi Indometasin, Program
Studi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang, Hlm. 99.
Ami, T., Eli, H., Dkk., November 2010, Effects of Ethanolic Extracts From
Meniran Herbs (Phyllanthus niruri L.), Papaya Leaves (Carica papaya L.), and
Red Guava Leaves (Psidium guajava L.) Againts The Numbers of Trombocytes,
Erytrocytes, and Hematocrit Level On Female While Rats (Rattus novergicus)
by Using Heparin Induction Method, Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran,
Bandung, Hlm. 92.
Rafi, M., Niken, W., Dkk., 2013, Aktivitas Antioksidan, Kadar Fenol dan
Flavonoid Total Dari Enam Tumbuhan Obat Indonesia, Institut Pertanian
Bogor, Bogor, Hlm. 33.
Refi, Y., Ria, A., Dkk., 2011, Formulasi Krim Ekstrak Etanol Daun Kirinyuh
(Euphatorium odoratum. L) Untuk Penyembuhan Luka, Majalah Kesehatan
Pharma Medika, Vol. III, Hlm. 230.
21
Rahmawati, H., Joni, T., Dkk., 2014, Uji Efek Kombinasi Ekstrak Daun Alpokat
(Persea americana) dan Daun Kejibeling (Strobilantes crispus BI) serta
Formulasi Eliksirnya Berfungsi sebagai Peluruh Kalsium Batu Ginjal, Jurnal
Farmasi Vol. VII, Hlm. 98.
Aliya, N., Fikri, N., Dkk., 2010, Essential Oils Content Analysis And Anti-
Inflamantory Activity Test from Extract of Kaempferia galanga Linn.Rhizome,
Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran, Bandung, Hlm. 32.
Kusriani, R., Eli, H., Dkk., November 2010, Anthelmintic Effect of Kaempferia
pandurata, ROXB., Zingiber zerumbet (L.) J.E.SMITH, and Zingiber Offficinale,
ROXB. VAR. SUNTI, VAL. Against Ascaris suum Helmith, Fakultas Farmasi ITB,
Bandung, Hlm. 100.
Anas, S., Sindytia R., Dkk., November 2010, Antihyperlipidemic Activity of The
Ethanol Extraxt of Garcinia mangostana Linn. Fruit Hulls In White Male Rats,
Fakultas Farmasi Universitas Padjajaran, Bandung, Hlm. 19.
Robayani, N., 2008, Uji Efek Anti Inflamasi Ekstrak Etil Asetat Daun Sukun
(Artocarpus altilis (Park) Fosberg) pada Tikus Jantan Galur Wistar, Tugas Akhir
Sarjana MIPA, Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Garut, Garut, Hlm. 39.
Nurlela, Y., 2005, Uji Aktivitas Antitukak Lambung Ekstrak Etanol Daun Kumis
Kucing (Orthoshipon aristatus (BL) Miq.) dengan Penginduksian Asetosal pada
Tikus Betina, Tugas Akhir Sarjana MIPA, Jurusan Farmasi, Universitas Garut,
Garut, Hlm. 29.
Abdul, R., Aziz, D., Dkk., 2013, Uji Daya Hambat Air Perasan Buah Jeruk Nipis
(Citrus aurantifolia s.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus
Secara In Vitro, Jurnal Kesehatan Andalas, Hlm. 5.
22
Akbar, M., Sjofjan, O., Dkk., 2013, Produksi Air Susu Induk dan Tingkat
Mortalitas Anak Kelinci yang Diberi Pakan Tambahan Tepung Daun Katuk
(Sauropus Androgynus L. Merr), Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya,
Malang, Hlm. 233.
Vina, M., Nisa., Dkk., 2013, Efek Pemberian Ekstrak Daun Singkong (Manihot
esculenta) terhadap Proses Penyembuhan Luka Gingiva Tikus (Rattus
norvegicus), Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember, Jember, Hlm. 7.
Yuniarty, D., 2001, Aktivitas Antibakteri Ekstrak dan Fraksi Ekstrak Rimpang
Lempuyang Gajah (Zingiber zerumbet), Tugas akhir Sarjana Farmasi,
Universitas Padjajaran Jatinangor, Bandung, Hlm. 60.
Rizkio, A., 2014, Uji Aktivitas Imunomodulator Ekstrak Etanol Buah Takokak
(Solanum torvum Swartz.) terhadap Sistem Imun secara In Vivo pada Tikus
Galur Wistar, Tugas akhir Sarjana Farmasi, Universitas Padjajaran Jatinangor,
Bandung, Hlm. ii.
23
FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK MIKROEMULSI EKSTRAK DAUN
KEMANGI (Ocimum americanum L.) SEBAGAI ANTIOKSIDAN
Retty Handayani
Abstrak
1. Pendahuluan
24
menyatakan bahwa kemangi (Ocimum americanum L.) mengandung antioksidan
alami yang berkhasiat menjaga kesehatan badan. Senyawa antioksidan alami
tersebut berupa senyawa fenolik (tokoferol, flavonoid, asam fenolat), senyawa
nitrogen (alkaloid, turunan klorofil, asam amino dan amina), dan beta karoten.
Beta karoten yang terkandung dalam kemangi merupakan senyawa antioksidan
yang dapat mencegah kerusakan sel tubuh pada manusia. Secara umum
penggunaan tumbuhan kemangi oleh masyarakat dibuat dengan cara direbus,
akan tetapi penebusan tidak praktis untuk dikonsumsi oleh karena itu
diperlukan sediaan farmasi yang lebih praktis dan mudah untuk digunakan (1).
Sediaan farmasi antioksidan dapat diberikan secara oral atau topikal, pemberian
secara topikal yaitu pemberian obat secara lokal dengan cara mengoleskan obat
pada permukaan kulit atau membran area mata, hidung, lubang telinga, vagina,
dan rektum. Bentuk sediaan antioksidan topikal yang banyak terdapat dipasaran
yaitu bentuk krim, lotio dan gel, sedangkan mikroemulsi adalah bentuk sediaan
baru yang mempunyai beberapa keuntungan diantaranya bentuk sediaan yang
transparan, ukuran partikel yang kecil yang dapat menembus lapisan kulit lebih
cepat.
Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat sediaan
mikroemulsi yang mengandung ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum
americanum L.) sebagai antioksidan.
2. Metode Penelitian
25
ditampung. Ampasnya ditambahkan pelarut kembali dan dibiarkan selama 24
jam, dilakukan selama 3 hari. Setelah diperoleh ekstrak cair lalu dilakukan
evaporasi untuk memperoleh ekstrak yang lebih kental. Kemudiaan dilakukan
orientasi uji aktivitas antioksidan terlebih dahulu dengan melarutkan ekstrak
etanol daun kemangi dalam etanol dan dibuat dengan berbagai konsentrasi .
Pada penelitian digunakan tanaman uji daun kemangi (Ocimum americanum L.)
yang dapat digunakan sebagai antioksidan dan akan dibuat sediaan
mikroemulsi. Daun kemangi ini diperoleh dari perkebunan di daerah Leles Garut
dan dideterminasi di Herbarium Bandungense Sekolah Ilmu dan teknologi Hayai
Institut Bandung.
26
Hasil pemeriksaan karakteristik menunjukan bahwa simplisia kering daun
kemangi (Ocimum americanum L.) mengandung kadar abu total 10,5%; kadar
sari larut air 13,07%, kadar sari larut etanol 6% dan susut pengeringan 12,8%,
Kadar air 6%. Hasil karakterisasi simplisia kering daun kemangi ini telah
memenuhi persyaratan yang tertera pada Materia Medika Indonesia.
27
dan stabil yaitu formula mikroemulsi dengan konsentrasi tween 80 30%. dilihat
dari pH, viskositas, organoleptik, berat jenis, sentrifugasi dan Freeze-thaw tidak
menunjukan perubahan selama 28 hari penyimpanan sehingga dijadikan basis
untuk pembuatan mikroemulsi yang mengandung ekstrak daun kemangi
(Ocimum americanum L.).
Persentase(%)
Formulasi
B1 B2 B3 B4 B5
Paraffin cair 5 5 5 5 5
Tween 80 10 20 30 40 50
Propilenglikol 30 30 30 30 30
Ethanol 96% 10 10 10 10 10
Metil paraben 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1
Propel paraben 0,05 0,05 0,05 0,05 0,05
Aquadest add 100 100 100 100 100
28
ditambahkan kedalam formula mikroemulsi warnanya semakin pekat.
begitupun dengan perubahan konsistensi, semakin tinggi konsentrasi maka
kosistensinya semakin kental. untuk baunya semua formula mikroemulsi tidak
terjadi perubahan beraroma daun kemangi karena tidak ada penambahan
aroma lain pada proses pembuatan.
B5 H KJT K KH
29
ekstrak daun kemangi yang ditambahkan ke dalam setiap formula basis
mikroemulsi pH semakin menaik. dan semakin lama waktu penyimpanan,
masing-masing sediaan menunjukan adanya kenaikan harga pH namun kenaikan
harga pH tersebut masih memenuhi persyaratan pH kulit yaitu berkisar 4,5
6,5.
Pengujian viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk
mengalir, makin tinggi viskositas maka makin besar tahanannya, pada pengujian
viskositas, diketahui bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak daun kemangi
yang ditambahkan, maka viskositasnya semakin naik, dapat diketahui bahwa
berdasarkan hasil pada grafik selama 28 hari penyimpanan semua sediaan stabil
tidak mengalami perubahan viskositas.
30
Keterangan : B1 = Mikroemulsi yang mengandung tween 80 0.1%
B2 = Mikroemulsi yang mengandung tween 80 0.2%
B3 = Mikroemulsi yang mengandung tween 80 0.3%
B4 = Mikroemulsi yang mengandung tween 80 0.4%
B5 = Mikroemulsi yang mengandung tween 80 0.5%
B4 TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM
B5 TM TM TM TM TM TM TM TM TM TM
Pengujian freez-thaw adalah untuk mengetahui apakah sediaan masih tahan bila
disimpan dalam suhu dingin, suhu kamar dan suhu panas, pada pengujian freez-
thaw dengan menggunakan metode freez-thaw, semua formula setelah
dilakukan pengamatan selama penyimpanan 5 siklus semuanya tetap stabil dan
tidak terjadi pemisahan.
31
Hasil Pengamatan Uji freez-thaw Formula Dasar Mikroemulsi dengan Berbagai
Konsentrasi Tween 80 Selama 15 Hari Penyimpanan
Persentase(%)
Formulasi
F0 F1 F2
Ekstrak Daun Kemangi 0 0,1 0,5
Paraffin cair 5 5 5
Tween 80 30 30 30
Propilenglikol 30 30 30
Ethanol 96% 10 10 10
Metil paraben 0,1 0,1 0,1
Propel paraben 0,05 0,05 0,05
Aquadest add 100 100 100
32
Formula Akhir Mikroemulsi yang Mengandung Berbagai Konsentrasi Vitamin C
Persentase(%)
Formulasi
F0 F1 F2
Vitamin C 0 0,1 0,5
Paraffin cair 5 5 5
Tween 80 30 30 30
Propilenglikol 30 30 30
Ethanol 96% 10 10 10
Metil paraben 0,1 0,1 0,1
Propel paraben 0,05 0,05 0,05
Aquadest add 100 100 100
33
Hasil Pengamatan Organoleptik Formula Mikroemulsi Vitamin C Selama
Penyimpanan
Formula Tekstur Warna Bau Konsistensi
F0 H KT K KH
F1 H KT K KH
F2 H KT K KH
5
pH
F0
3 F1
F2
1
0 7 14 21 28
Waktu (Hari ke-)
34
Keterangan : F0 = Mikroemulsi yang mengandung ekstrak kemangi 0%
F1 = Mikroemulsi yang mengandung ekstrak kemangi 0,1%
F2 = Mikroemulsi yang mengandung ekstrak kemangi 0,5%
5
pH
F1
3 F2
1
0 7 14 21 28
35
800
700
Viskositas
600
F0
500
400 F1
300 F2
0 7 14 21 28
Waktu (Hari ke-)
1700
1500
Viskositas
1300
1100
F1
900
700 F2
500
0 7 14 21 28
Waktu (Hari ke-)
36
Hasil Pengamatan Sentrifugasi Formula Mikroemulsi Ekstrak Daun Kemangi
(Ocimum Americanum L.) Selama Penyimpanan
37
Hasil Pengamatan freez-thaw Formula Mikroemulsi Vitamin C Selama
Penyimpanan
Pada pengujian keamaan (uji iritasi) yang dilakukan pada dua puluh orang
sukarelawan dengan cara uji temple terbuka (patch test) selama 2 sampai 5
menit menggunakan mikroemulsi yang mengandung berbagai konsentrasi
ekstrak daun kemangi (Ocimum americanum L.), dari hasil pengamatan
diketahui bahwa seluruh formula tidak memberikan efek iritasi terhadap dua
puluh orang sukarelawan yang ditandai dengan kulit merah dan timbul rasa
gatal, sehingga dapat dikatakan bahwa sediaan ini aman dalam penggunaan.
38
Hasil Pengujian Orientasi Aktivitas Antioksidan Pada Ekstrak Daun Kemangi
Konsentrasi 0,1% Pada Panjang Gelombang 517 nm
Absorban
Konsentrasi Absorban % Inhibisi IC 50
Kontrol
10 0,737 22,74
20 0,724 24,10
30 0,712 25,36
0,955 252,05
40 0,703 26,31
50 0,695 27,14
60 0,681 28,61
60
40
Linear (% Inhibisi)
20
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Konsentrasi (ppm)
Hasil regresi linear dari berbagai konsentrasi seri ekstrak etanol daun
kemangi 0,1%
Absorban
Konsentrasi Absorban % Inhibisi IC 50
Kontrol
50 0,713 25,26
100 0,625 34,48
150 0,586 38,57
0,955 207,26
200 0,492 48,42
250 0,426 55,34
300 0,312 67,29
39
100 y = 0.1615x + 16.639
R = 0.9859
80
%Inhibisi
60
40 % Inhibisi
20
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Konsentrasi (ppm)
Hasil regresi linear dari berbagai konsentrasi seri ekstrak etanol daun
kemangi 0,5%
Absorban
Konsentrasi Absorban % Inhibisi IC 50
Kontrol
10 0,507 46,85
20 0,495 48,11
30 0,483 49,37
0,955 37,52
40 0,474 50,31
50 0,463 51,46
60 0,455 52,30
100
90 y = 0.1093x + 45.912
80 R = 0.9957
70
% Inhibisi
60
50
40 % Inhibisi
30
20 Linear (% Inhibisi)
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Konsentrasi (ppm)
40
Hasil Pengujian Orientasi Aktivitas Antioksidan Pada Vitamin C Konsentrasi
0,5% Pada Panjang Gelombang 517 nm
Absorban
konsentrasi Absorban % Inhibisi IC 50
Kontrol
50 0,415 56,49
100 0,368 61,42
150 0,287 69,91
0,955 21,34
200 0,211 77,88
250 0,085 91,09
300 0,052 94,54
60 % Inhibisi
50
40
30
20 Linear (%
10 Inhibisi)
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Konsentrasi (ppm)
Absorban
Konsentrasi Absorban % Inhibisi IC 50
Kontrol
10 0,751 21,27
20 0,748 21,59
30 0,735 22,95
0,955 287,04
40 0,723 24,21
50 0,716 24,94
60 0,702 26,41
41
100 y = 0.1057x + 19.866
90 R = 0.9809
80
70
% Inhibisi
60
50
40 % Inhibisi
30
20 Linear (% Inhibisi)
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Konsentrasi (ppm)
Absorban
Konsentrasi Absorban % Inhibisi IC 50
Kontrol
50 0,734 23,06
100 0,648 32,07
150 0,603 36,79
0,955 224,71
200 0,524 45,07
250 0,457 52,09
300 0,339 64,46
100
y = 0.157x + 14.72
80 R = 0.984
60
% Inhibisi
40 % Inhibisi
20 Linear (% Inhibisi)
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Konsentrasi (ppm)
42
Hasil Pengujian Aktivitas Antioksidan Pada Mikroemulsi Uji 0,1% (Mikroemulsi
Vitamin C) Pada Panjang Gelombang 517 nm
Absorban
Konsentrasi Absorban % Inhibisi IC 50
Kontrol
10 0,516 45,91
20 0,512 46,33
30 0,505 47,06
0,955 61,76
40 0,495 48,11
50 0,487 48,95
60 0,476 50,10
60
50
40 % Inhibisi
30
20 Linear (% Inhibisi)
10
0
0 10 20 30 40 50 60 70
Konsentrasi (ppm)
Absorban
konsentrasi Absorban % Inhibisi IC 50
Kontrol
50 0,462 51,57
100 0,414 56,60
150 0,326 65,82
0,955 50,93
200 0,269 71,80
250 0,155 83,75
300 0,092 90,35
43
100
y = 0.1608x + 41.851
80
R = 0.9891
% Inhibisi
60
40 % Inhibisi
20 Linear (% Inhibisi)
0
0 50 100 150 200 250 300 350
Konsentrasi (ppm)
Formula
Sukarelawan
F0 F1 F2
1 - - -
2 - - -
3 - - -
4 - - -
5 - - -
6 - - -
7 - - -
8 - - -
9 - - -
10 - - -
11 - - -
12 - - -
13 - - -
14 - - -
15 - - -
16 - - -
17 - - -
18 - - -
19 - - -
20 - - -
Keterangan : F0 = Mikroemulsi yang mengandung ekstrak kemangi 0%
F1 = Mikroemulsi yang mengandung ekstrak kemangi 0,1%
F2 = Mikroemulsi yang mengandung ekstrak kemangi 0,5%
- = tidak terjadi iritasi
44
4. Kesimpulan
Ditinjau dari segi organoleptik, uji pH, viskositas, sentrifugasi dan freez-thaw
terhadap formula 0, 1, dan 2, semua formula relatif stabil selama 28 hari
penyimpanan.
5. Daftar Pustaka
Winarsi, Hery, M.S., 2007, Antioksidan Alami & Radikal Bebas, Potensi dan
Aplikasinya dalam Kesehatan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Hlm. 11-23.
Dirjen POM, 1995, Materi Medika Indonesia, Jilid VI, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, Hlm. 72.
Syaifuddin, B., 1997,Anatomi Fisiologi, Edisi II, Buku Kedokteran, Jakarta, Hlm.
141-143.
Dirjen POM, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta. Hlm. 57, 96, 395, 401, 709, 458.
45
Dalimatta, A., S., 2000, Tanaman Berkhasiat Obat di Indonesia, Jilid IV,
Pustaka Lartika, Jakarta.
Ansel, 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, UI Press, Jakarta,
Hlm. 212-217.
Wina, R., 2007, Formulasi Vitamin E dengan Sistem Mikroemulsi, Tugas Akhir
Sarjana Farmasi Fakutas MIPA, Universitas Garut, Garut, Hlm. 11-14.
Yunit, 2012, Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak dan Fraksi Ekstrak Daun Cabe
Rawit (Capsicum frutescens L.) dan Identifikasi Golongan Senyawa dari Fraksi
Teraktif, Tugas Akhir Sarjana Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok, Hlm. 25-29.
Yuwanti, S., Raharjo, S., Dkk., 2011, Formulasi Mikroemulsi Minyak dalam Air
(O/W) yang Stabil Menggunakan Kombinasi Tiga Surfaktan Non Ionik dengan
Nilai HLB Rendah, Tinggi dan Sedang, Agritech,Vol. 31 (1), 21-29.
46
ISOLASI FLAVONOID DARI EKSTRAK METANOL DAUN SIMPUR (Dillenia
suffruticosaGriff. ex Hook)
Ardi Rustamsyah
Abstrak
Telah dilakukan isolasi flavonoid dari daun simpur (Dillenia suffruticosa ex.
Hook). Simplisia daun simpur (Dillenia suffruticosa ex. Hook) diekstraksi
dengan cara maserasi menggunakan maserasi menggunakan pelarut
metanol. Ekstrak metanol difraksinasi menggunakan ekstraksi cair-cair
dengan n-heksan dan etil asetat sebagai pelarut sehingga didapat 3 fraksi.
Dari subfraksi etil asetat dilakukan pemurnian menggunakan metode
kromatografi lapis tipis preparatif dan didapat isolat A. Isolat A diuji
kemurnian menggunakan kromatografi lapis tipis tiga pengembang serta
KLT 2 dimensi. Isolat A diidentifikasi dan dikarakterisasi menggunakan
spektrofotometri uv-vis dan pereaksi geser (NaOH, AlCl3, CH3CooNa, AlCl3 +
HCl, CH3CooNa + H3BO3). Penapisan fitokimia serbuk simplisia dan ekstrak
metanol daun simpur menunjukan adanya senyawa flavonoid, alkaloid,
steroid/triterpenoid. Isolat A memiliki panjang gelombang maksimum 332
nm dan 264 nm. Setelah penambahan pereaksi geser NaOH, AlCl3 + HCl,
dan CH3CooNa. Panjang gelombang maksimum isolat A untuk pita I
bergeser +60 nm, kekuatan tidak menurun, +26 nm pita I, kekuatan
berkurang -2 pada pita II, dan + 42 nm pita I. Berdasarkan hasil tersebut
Isolat A diduga merupakan flavonol yang tersubtitusi 3,7,8 trihidroksi. Isolat
A tersebut mempunyai kerangka senyawa yang diduga 3,7,8
trihidroksiflavonol.
1. Pendahuluan
47
farmakognosi, toksikologi, identifikasi dan isolasi zat kimia aktif yang terdapat
dalam tumbuhan. Senyawa aktif yang terdapat dalam tumbuhan umumnya
dalam bentuk metabolit sekunder seperti alkaloid, flavonoid, terpenoid, steroid,
kumarin (1).
Salah satu tumbuhan yang bermanfaat sebagai obat tradisional adalah simpur
(Dillenia Suffruticosa Griff. Ex Hook). Tumbuhan ini banyak tumbuh di
Kalimantan Barat dan merupakan salah satu tumbuhan endemik Kalimantan
Barat. Tumbuhan ini terutama tumbuh di hutan atau dalam pembukaan lahan di
hutan-hutan tidak terganggu kebanyakan pada rawa, hutan bakau, tepi sungai,
tapi kadang-kadang juga ditemukan di bukit dan pegunungan (3).
Oleh masyarakat Melayu, daun simpur digunakan untuk obat, daun dan akar
digunakan dalam nyeri peradangan, gatal-gatal, sakit perut, dan meringankan
setelah melahirkan. Masyarakat Melayu masih memanfaatkan tanaman dalam
pengobatan tradisional, pengetahuan ini mereka dapatkan secara turun-
temurun, dimana sampai sejauh ini juga belum dilaporkan tentang kandungan
kimia tumbuhan daun simpur yang digunakan sebagai obat tradisional oleh
masyarakat Melayu(3).
Hal ini, memberikan inspirasi kepada peneliti untuk melakukan isolasi flavonoid
dari tumbuhan daun simpur. Adapun tujannya untuk mendapatkan isolat
berupa senyawa flavonoid dari daun simpur serta sebagai dasar ilmiah dan
informasi baru untuk penelitian selanjutnya.
2. Metode Penelitian
48
kedap udara. Untuk tahap penelitian selanjutnya simplisia diserbukan terlebih
dahulu untuk menunjang keefektifan.
Pemisahan fraksi etil asetat dilakukan dengan metode kromatografi cair vakum
dengan menggunakan pelarut n-heksan, etil asetat dan metanol. Pemeriksaan
dan identifikasi senyawa dari setiap fraksi yang diperoleh dilakukan dengan
kromatografi lapis tipis analitik.
Fraksi yang diduga megandung senyawa yang sama disatukan. Pemisahan fraksi
hasil kromatografi cair vakum dilakukan dengan kromatografi kolom dengan
pengembang kloroform : etilasetat : metanol (8:1:1). Pemurnian dilakukan
dengan cara kromatografi lapis tipis preparatif dengan komposisi pengembang
yang telah dioptimasi. Identifikasi hasil pemurnian dilakukan secara
kromatografi lapis tipis dua dimensi dan isolat yang didapat dikarakterisasi dan
diidentifikasi dengan spektrofotometri ultraviolet danpereaksigeser (28).
49
3. Hasil Penelitian dan pembahasan
Pada penelitian ini menggunakan daun simpur yang diperoleh dari Desa
Mensasak, Kecamatan Hulu Gurung, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi
Kalimantan Barat. Bahan yang telah dikumpulkan dipastikan identitasnya
dengan Cara determinasi yang dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas
Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak yang menunjukkan bahwa
tumbuhan ini termasuk spesies DilleniasuffruticosaGriff.ex Hook.
Hasil Pemeriksaan
No Pemeriksaan
(%)
1 Penetapan Kadar Abu total 7,82
2 Penetapan Kadar Abu Larut Air 1,95
3 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam 0,9
4 Penetapan Susut Pengeringan 3,67
5 Penetapan Kadar Sari Larut Air 7
6 Penetapan Kadar Sari Larut Etanol 15
50
Pemeriksaan pendahuluan kandungan kimia simplisa serbuk daun simpur
menunjukan adanya kandungan golongan senyawa kimia yaitu alkaloid,
flavonoid, saponin, steroid/triterpenoid. Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada
Tabel dibawah
Keterangan: + = terdeteksi
- = tidak terdeteksi
Pembuatan ekstrak yang dilakukan dalam penelitian ini dengan cara ekstraksi
dingin yaitu dengan cara maserasi 3 x 24 jam dengan menggunakan pelarut
metanol. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara perkerjaan
dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah dipisahkan. Sebelum
dilakukan proses maserasi, simplisia diserbukan terlebih dahulu dengan maksud
agar mempermudah penyerapan pelarut karena semakin halus permukaan
simplisia semakin mudah. Selama proses maserasi, pada maserat sekali-kali
dilakukan pengadukan dengan maksud mengoptimalkan proses penyarian.
51
Masing-masing fraksi diperiksa dengan metode KLT, tetapi hanya fraksi etil
asetat yang dilanjutkan pemeriksaannya. Hasil kromatografi dapat dilihat pada
gambar dibaawah.
F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3
52
Gambar Kromatografi Lapis Tipis fraksi-fraksihasil KCV
Keterangan : Ga = Garisawalpenotolan
Gb = Batasakhirpengembang
Pengembang =Kloroform :etilasetat : metanol (8:1:1)
Fasediam = Silika gel GF 254
F2- F20 =Fraksihasil KCV
Penampakbercak=sinar UV 366 nm, sitroborat.
53
Gambar Kromatografi Lapis Tipis subfraksi hasil kromatografi kolom
54
Keterangan: Ga = Garis awal penotolan
Gb = Batas akhir pengembang
Fase diam = Silika gel GF254
Fase Gerak = Kloroform : Etil asetat : Metanol (80:10:10)
Penampak bercak UV 366 nm, sitroborat.
Keterangan : P2 = Pita II
A = Pengembang I Toluen: aseton (10:250l)
B = Pengembang II etil asetat : kloroform (10:500l)
C = Pengembang III Etil asetat: metanol (8:2)
Fase diam = silika gel GF254
Penampakbercaksinar UV366, dansitroborat
55
Gambar Hasil Uji kemurinian
Gambar Spektrum ultraviolet isolat A dalam metanol (MeOH) dari fraksi etil
asetat
56
Gambar Spektrum ultraviolet isolat A dengan penambahan natrium hidroksida
(NaOH)
57
Gambar Spektrum ultraviolet isolat A dengan penambahan almunium klorida
(AlCl3)
58
Gambar Spektrum ultraviolet isolat A dengan penambahan natrium asetat
(NaOAc)
59
Gambar Spektrum ultraviolet isolat A dengan penambahan natrium asetat
(NaOAc) dan asam borat (H3BO3)
Dari data tersebut diduga bahwa isolat A merupakan senyawa flavonoid turunan
Flavonol (22).
4. Kesimpulan
Penapisan fitokimia pada serbuk simplisia dan ekstrak metanol daun simpur
menunjukan adanya alkaloid, flavonoid, saponin, steroid dan terpenoid.
Dari fraksi etil asetat berhasil diiolasi suatu senyawa yang mempunyai kerangka
senyawa flavonol dengan 3-OH tidak ada 4- OH bebas, o-di OH pada cincin A
dan 7- OH.
60
5. Daftar Pustaka
Adfa, Morina, 2005, Survei Etnobotani, Studi Senyawa Flavonoid, dan Uji
Brine Shrimp Beberapa Tumbuhan Obat Tradisional Suku Serawai di Provinsi
Bengkulu, Jurnal Gradien, Vol 1 (1), Hlm. 43-50.
Cody, V., 1985, Flavonoid in Biology and Medicine II, Liss Inc, New York. Hlm.
22-35
Yazan, Saiful L., Armania N., 2014, Dillenia Species: a Review of the Traditional
Uses, Active Constituents and Pharmacological Properties from Pre-clinical
Studies, Pharmaceutical Biology, Malaysia, Hlm. 890-897.
61
Bate-smith, E.C., Harborne, J.B., 1975, Differences in Favonoids Content
Between Fresh and Herbarium Leaf Tissue in Dillenia, Phytochemistry,
Malaysia, Hlm. 5-8.
Md. Abdille, H., Singh, R.P., Etc., 2010, Antioxidant Activity of the Extracts
from Dillenia indica fruits, FoodChemistry,Malaysia, Hlm. 6.
Kumar, S., Kumar, Etc., O., 2011, Antidiabetic, Hypolipidemic and
Histopathological Analysis of Dillenia indica (L.) Leaves Extract on Alloxan
Induced Diabetic Rats, Asian Pacific journal of tropical medicine, India, Hlm.
47-52.
Abdille, M.H., Singh, R.P., Etc., 2005, Antioxidant Activity of the Extracts from
Dillenia indica fruits, Food Chem, India, Hlm. 16.
Nick., A., Wright, Etc., 1995, Antibacterial Triterpenoids from Dillenia papuana
and Their Structure-activity Relationships, Pytochemistry, Hlm.Malaysia, 15.
Grosvenor, P.W., Supriono, A., Etc., 1995, Medicinal Plants fr Riau Province,
Sumatra, Indonesia. Part 2: Antibacterial and Antifungal Activity, J
Ethnopharmacol, Malaysia, Hlm. 97.
Wiart, C., Mogana, S.,Etc., 2004, Antimicrobial Screening of Plants Used for
Traditional Medicine in the state of Perak Peninsular , Malaysia, Hlm. 6873.
Depkes RI, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta, Hlm. 7-10.
62
Stahl E., 1995, Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi,
Terjemahan dari Drug Analysis by Chromatography, Diterjemahkan oleh
Padmawinata, Institut Teknologi Bandung, Bandung, Hlm. 50-61.
63
AKTIVITAS ANALGETIK EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SIDAGURI (Sida
yrhombifolia L.) PADA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER DENGAN
METODE GELIAT (SIEGMUND)
Abstrak
1. Pendahuluan
Nyeri adalah suatu mekanisme protektif bagi tubuh yang timbul apabila jaringan
sedang dirusak. Individu bereaksi untuk menghilangan rasa nyeri tersebut.
Untuk menghilangkan rasa nyeri, umumnya digunkan obat anti nyeri atau
analgetik (1,2,3).
Analgetik adalah obat yang memiliki aktivitas menekan atau mengurangi rasa
nyeri. Efeknya dapat dicapai dengan berbagai macam cara, misalnya menekan
kepekaan reseptor rasa nyeri terhadap rangsang nyeri mekanik, termik, listrik
atau kimiawi dipusat maupun perifer, atau dengan cara menghambat
pembentukan prostaglandin sebagai meditor rasa nyeri. Kelompok obat ini
terbagi dalam golongan obat analgetik kuat (analgetik narkotik) yang bekerja
secara sentral terhadap SSP misalnya turunn morfin (morfin, kodein dan heroin),
turunan meperidin (petidin dan loperamid), turunan metadon (metdon),
turunan lain-lain (tramadol). Dan golongan analgetik lemah (non narkotik) yang
bekerja secara perifer contohnya turunan anilin dan para-aminofenol
(asetaminofen), turunan 5-pirazolon (metamizol), turunan asam saalisilat
64
(asetosal), turunan 5-pirazolidonion (fenilbutazon), turunan asam N-
arilantranilat (asam mefenamat), turunan asam arilasetat (ibuprofen), turunan
oksikam (piroksikam) (4).
Disamping obat sintetik yang biasa digunakan secara klinis banyak obat herbal
yang biasa digunakan oleh masyarakat secara tradisional dengan menghilangkan
rasa nyeri, salah satu contohnya adalah tanaman sidaguri.
Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian aktivitas analgetik ekstrrak etanol
kulit batang sidaguri pada mencit putih jantan dengan menggunakan metode
geliat (Siegmund) dengan penginduksi nyeri asam asetat.
Dari latar belakang di atas, masalah yang dapat diidentifikasi adalah: Apakah
ekstrak etanol kulit batang sidaguri (Sida rhombhifolia L.) dapat memberikan
efek analgetik pada mencit? Dan berapa dosis efektif kulit batang sidaguri yang
digunakan terhadap aktivitas analgetik pada mencit jantan galur Swiss Webster?
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar ilmiah bagi pemanfaatan
kulit batang sidaguri sebagai obat penghilang rasa nyeri.
65
2. Metode Penelitian
Pada penelitian ini digunakan tanaman kulit batang sidaguri (Sida rhombifolia L.)
yang sering digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan asam urat studi
pustaka sidaguri memiliki khasiat sebagai analgetik.
66
sinar matahari bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,
sortasi kering bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing, penyimpanan
dan penggilingan menjadi serbuk dengan menggunakan blender.
67
Pada hasil penetapan karakteristik simplisia kulit batang sidaguri diperoleh
kadar air 8%; kadar abu total 7,6%; kadar abu larut air 1,5%; kadar abu tidak
larut asam 0,94%; kadar sari larut air 10,9%; kadar sari larut etanol 12,9%; dan
susut pengeringan 8,5%.
Asam asetat sebagai induktor nyeri memiliki mekanisme kerja dengan cara
melepaskan H+ didalam rongga peritoneal dan dapat merangsang ujung saraf
nyeri sehingga menimbulkan nyeri. Rangsangan nyeri yang diberikan asam
asetat dapat menimbulkan kerusakan-kerusakan pada jaringan dan melepaskan
zat-zat tertentu yang disebut mediator-meditor nyeri.
Pengujian aktivitas analgetik dari ekstrak etanol kulit batang sidaguri dilakukan
pada dosis 100, 200 dan 400 mg/kgbb, dengan menggunakan metode siegmund
(geliat). Kondisi sakit ditimbulkan dengan pemberian asam asetat 0,7%.
Parameternya adalah bagaimana suatu zat uji dapat menekan rasa nyeri dengan
mengurangi jumlah geliat pada hewan uji yang di induksi oleh asam asetat.
Asam asetil salisilat yang banyak dikenal sebagai asetosal atau aspirin adalah
analgetik (penahan rasa sakit atau nyeri) antipiretik (demam) dan anti-inflamasi
(peradangan) yang sangat luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas.
Ekstrak etanol kulit batang sidaguri dosis 100, 200 dan 400 mg/kgbb memiliki
efek analgetik dimana pada dosis 100mg/kg bb menunjukkan penurunan jumlah
geliat berbeda bermakna terhadap kelompok kontrol (p<0,05) pada menit ke
45,50,55,60; dosis 200mg/kgbb pada menit ke 30,35,40,45,55,60; sedangkan
dosis 400 mg/kgbb pada menit ke 5,10,15,20,25,30,35, 40,45,50,55,60.
68
Jumlah Geliat Rata-rata Mencit
Ekstrak etanol kulit batang sidaguri dosis 100, 200 dan 400 mg/kgbb
menunjukan rata-rata total persentase proteksi sebesar 29,74%, 41,03% dan
52,71%; sedangkan efektivitas analgetik sebesar 38,77%; 55,01%; dan 78,08%.
Ekstrak etanol kulit batang sidaguri dosis 3 yaitu 400mg/kgbb menunjukkan
aktivitas analgetik terbesar dengan total penurunan jumlah geliat paling besar,
persentase proteksi sebesar 52,71% dan efektivitas analgetik sebesar 78,08%.
69
Persentase Efektivitas Analgetik Ekstrak Etanol Kulit Batang Sidaguri
(Sidarhombifolia L) Dibandingkan Pembanding (Asetosal)
Dosis I 24,39 27,89 21,42 39,13 33,33 45,00 54,54 58,81 50,00 67,85 58,62 23,48 38,77
Dosis II 41,45 37,21 40,47 43,48 47,90 62,49 69,70 70,05 66,66 57,13 62,06 61,53 55,01
Dosis III 73,17 74,42 61,90 76,09 79,16 77,49 87,88 82,35 90,00 82,14 79,31 73,07 78,08
20
jumlah geliat mencit
15 kontrol P
pembanding
10
D1
5 D2
D3
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
70
4. Kesimpulan
Hasil penelitian pengujian aktivitas analgetik ekstrak etanol kulit batang sidaguri
pada mencit jantan galur Swiss Webster dengan metode Siegmund (geliat)
menunjukan bahwa ekstrak etanol kulit batang sidaguri dosis 100, 200 dan 400
mg/kgbb memiliki aktivitas analgetik dengan menurunkan total jumlah geliat
berbeda bermakna terhadap kelompok kontrol positif (p<0,05) pada
pengamatan menit ke 45, 30 dan 5. Efek analgetik terbesar ditunjukan oleh
ekstrak etanol kulit batang sidaguri dosis 3 yaitu 400mg/kgbb dengan persen
proteksi sebesar 52,71% dan efektivitas analgetik sebesar 78,08%.
5. Daftar Pustaka
Guyton, A.C., 1990, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit, Alih bahasa:
Petrus Andrianto, ECG, Jakarta, Hlm. 443-453.
Adi, L.T.,2006 Tanaman Obat dan Jus Untuk Asam Urat dan Rematik,
PT.Agromedia Pustaka, Jakarta, Hlm. 104
Sukandar, E.Y., DKK., ISO Farmakoterapi, Penerbit PT.ISFI, Jakarta, Hlm. 248.
71
Tjay T.H dan Rahardjo K, 2002 Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan
Efek-efek Sampingnya, Edisi V, PT.Elex Media Komputindo Gramedia, Jakarta,
Hlm. 117.
Janiar, H., 2013, Uji Efek Analgetik Ekstrak N-Heksan Rimpang Bangle
(Zingiber cassumanar, Roxb) pada Mencit Galur Swiss Webster dengan
Metode Siegmund (Geliat), Tugas Akhir Sarjana Farmasi, Jurusan Farmasi,
FMIPA, Universitas Garut, Garut, Hlm. 11.
Ganiswara, S., 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Hlm. 210-213.
72
TELAAH PENDAHULUAN FITOKIMIA DAUN PEPINO
(Solanum muricatum. L)
Farid Perdana
Abstrak
1. Pendahuluan
Tanaman pepino mulai dikenal di Indonesia pada akhir tahun 2000. Tanaman ini
dikenal dengan berbagai nama, antara lain melodi, puspita, merong, husada
dewa, cabai manis, timun manis dan lain- lain. Di Indonesia, tanaman ini mula-
mula ditemukan di daerah Dieng sehingga disebut melon Dieng, disingkat
melodi. Tanaman ini disebut puspita karena digunakan sebagai tanaman hias.
Sebutan buah husada dewa mengacu kepada khasiatnya sebagai obat yang
dapat menyembuhkan diabetes militus, batu ginjal, jantung, stroke, liver,
tekanan darah tinggi, dan sebagainya. Sebutan merong karena sosok buahnya
yang mirip terung. Tanaman ini memiliki nama latin Solanum muricatum. L dan
mempunyai nama sinonim Solanum guatemalense. Hort yang termasuk famili
solanaceae (terung- terungan). Sementara nama umum yang digunakan untuk
menyebutnya berbeda-beda, tergantung bahasanya(1).
Pepino merupakan tanaman asli dari pegunungan Andes yang beriklim sedang,
terutama di wilayah Columbia, Peru, dan Chili. Tanaman ini tidak ditemui
dihutan belantara dan detail asalnya tidak diketahui. Buahnya dikembangkan
secara komersial di Selandia Baru, Chili, dan Australia Barat. Pepino pernah
dikembangkan di San Diego sebelum tahun1889(1).
73
Tanaman pepino ini kemungkinan dikenalkan di Amerika dari Guatemala pada
tahun 1882 oleh Gistav Elsen Review.Buahnya beraroma, halus dan berair,
rasanya seperti terung yang asam, jika disimpan dalam wadah tertutup buahnya
bisa bertahan sampai pertengahan musim dingin (2).
Penelitian yang terkait yang pernah dilakukan oleh Nyi Mekar Saptarini, Dadan
Suryasaputra dan Atep Misbah Saepulhak (2011),menyatakan bahwa hasil
penapisan fitokimia menunjukan bahwa sari buah pepino (Solanum muricatum.
L) mengandung alkaloid, flavanoid dan tanin (3).
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kandungan senyawa apa saja yang
terkandung dalam daun pepino (Solanum muricatum.L) diharapkan hasil
penelitian ini dapat menjadi bahan informasi kepada masyarakat akan
kandungan senyawa dari tanaman pepino dan sebagai acuan untuk dijadikan
tanaman obat.
2. Metode Penelitian
74
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Tanama daun pepino (Solanum muricatum. L) berasal dari Desa Baru Dua,
Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut. Pengumpulan bahan dilakukan di
Desa Baru Dua.
No Jenis Uji %
75
Pemeriksaan penapisan fitokimia simplisia serbuk daun pepino (Solanum
muricatum .L) menunjukan adanya kandungan senyawa alkaloid, flavonoid,
saponin, tanin, kuinon dan steroid / triterpenoid.
Pembuatan ekstrak dalam penelitian ini dengan cara ekstraksi dingin yaitu
dengan cara maserasi selama 3 x 24 jam menggunakan pelarut metanol.
Metanol merupakan pelarut yang dapat digunakan untuk senyawa polar dan
non polar, dengan demikian diharapakan senyawa yang terkandung dalam
simplisia dapat tertarik.
Keuntungan ekstraksi maserasi dingin adalah cara kerja dan peralatan yang
digunakan sederhana dan mudah dipisahkan. Sebelum dilakukan maserasi,
simplisia diserbukan terlebih dahulu dengan tujuan mempermudah penyerapan
pelarut karena semakin luas pemukaan simplisia semakin kuat penetrasi pelarut
masuk kedalam membran sel / berinteraksi dengan simplisia.
76
Tahap pemisahan selanjutnya fraksi etil asetat dilakukan dengan metode
kromatografi cair vakum (KCV) dengan sistem perbandingan fase gerak yang
meningkat kepolarannya yaitun-heksan : etil asetat sebagai berikut : (0:100),
(10:90), (20:80), (30:70), (40:60), (50:50(A)), (50:50(B)), (60:40(A)), (60:40(B)),
(70:30), (80:20), (90:10) dan (100:0). Dari hasil kromatografi cair vakum
tersebut diperoleh 13 fraksi dan masing- masing fraksi diuapkan. Semua fraksi di
kromatografi lapis tipis dengan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak n-
heksan : etil asetat (3 : 7). Fraksi yang memiliki pemisahan yang sama
digabungkan yaitu fraksi 9-11.
F1 F2 F3 F4
X
77
Keterangan:
A = UV 366 nm sebelum disemprot
B = UV 366 nm sesudah disemprot dengan penampak bercak H2SO4
Fase Gerak = kloroform : metanol : amoniak ( 9 : 1 : 0,5 )
Fase Diam = Silika Gel GF254
F1 = Ekstrak metanol
F2 = Fraksi n- heksan
F3 = Fraksi metilenklorida
F4 = Fraksi etil asetat
X = Awal penotolan
Y = Batas pengembang
78
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS HASIL KCV
FRAKSI ETIL ASETAT
X
F1F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 F10 F11F12F13
Keterangan :
Fase diam : Silika gel GF 254
Fase gerak : Etil asetat : n- heksan (7 : 3)
Penampak bercak H2SO4 10% dalam metanol
X = Awal penotolan, Y= batas pengembang, F1 = Fraksi (0:100), F2 = Fraksi
(10:90), F3= Fraksi(20:80), F4 = Fraksi (30:70), F5= Fraksi (40:60), F6 = Fraksi
(50:50), F7 = Fraksi (50:50), F8= Fraksi (60:40), F9 = Fraksi (60:40), F10 = Fraksi
(70:30), F11 = Fraksi (80:20), F12 = Fraksi (90:10), F13 = Fraksi (100:0)
(1)
(2)
(3)
79
Keterangan :
Fase diam= Silika gel GF 254
Fase gerak = Etil asetat : n- heksan ( 7 : 3 ), X = Awal penotolan, Y =, Batas
pengembang, Pita (1) = Isolat I, Pita (2)= Isolat II, Pita (3) = Isolat III, Sinar UV
= 366 nm
Keterangan :
Fase diam= Silika gel GF 254, Pengembang (1) = Etil asetat : n- heksan (7:3)
Pengembang (2) = Etil asetat : metilenklorida ( 5: 5), Penampak bercak H2SO4 10
% dalam metanol, Sinar UV 366 nm
80
4. Kesimpulan
5. Daftar Pustaka
Bailey, L.H., 1960,The Standard Cydlopedia of Horticulture, Vol. III P-Z The Mc
Millan, New York, p. 3182.
Nyi Mekar S., Dadan S.S., Dkk., 2011, Analisis Rasio Proteksi Antiulser Sari
Buah Pepino (Solanum muricatum. Aiton) Menggunakan Mencit Sebagai
Model Hewan Coba, Majalah Obat Tradisional, 16(2),Hlm. 75 80.
81
Robinson, T.,1995,Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Edisi VI.
Terjemahan Kosasih Padmawinata, Penerbit ITB, Bandung, Hlm. 152 158.
82
ANALISIS KANDUNGAN LOGAM Fe DAN Mn ES BATU YANG ADA DI
KECAMATAN TAROGONG KABUPATEN GARUT DENGAN METODE
SPEKTROFOMETRI SERAPAN ATOM
Ruchiyat
Abstrak
1. Pendahuluan
Salah satu sumber daya alam yang paling penting bagi hidup manusia adalah
sumber daya air. Air merupakan kebutuhan pokok manusia sehari-hari, sehingga
dapat dikatakan manusia tidak dapat hidup tanpa air. Oleh karena itu perlu
dipelihara kualitasnya agar tetap bermanfaat bagi kehidupan manusia serta
83
makhluk hidup lainnya. Diperkirakan dari tahun ke tahun kebutuhan akan air
semakin meningkat, bukan hanya disebabkan oleh peningkatan jumlah
penduduk akan tetapi disebabkan oleh kebutuhan per kapita yang meningkat
sesuai dengan perkembangan pola hidup manusia (2).
Adanya unsur besi (Fe)atau mangan (Mn)yang terkena udara atau oksigen maka
reaksi orksidasi besi atau mangan akan timbul dengan lambat membentuk
endapan atau gumpalan koloid dari oksidasi besi atau oksida mangan yang tidak
diharapkan. dalam air bersih menyebabkan timbulnya rasa bau logam,
menimbulkan warna koloid merah (karat) dalam air akibat oksidasi oleh oksigen
terlarut dan dapat merupakan racun bagi manusia. Oleh karena itu, peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian analisis kandungan Fe dan Mn dengan
84
tujuan untuk mengetahui jumlahlogam berat pada es batu dengan
menggunakan metode Spetrofotometri Serapan Atom.
2. Metode Penelitian
85
panaskan air yang akan dijadikan es batu sampai mendidih agar tidak ada
bakteri pada air tersebut. Proses selanjutnya didinginkan baru kemudian
dimasukkan kedalam kulkas/fresser selama 1 hari agar es batu terbentuk
padatan.
Penelitian ini diawali dengan pemilihan sampel es batu secara acak (random
sampling). Sampel yang digunakan sebanyak 14 sampel yang didapat dari
berbagai tempat yang berbeda.
0,5 0,070
1 0,126
1,5 0,190
2 0,024
86
0.3 y = 0.1165x + 0.0118
R = 0.9994
0.25
absorbansi
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
konsentrasi
Grafik kurva standar logam Fe yang diukur pada panjang gelombang 248,3
nm dengan persamaan regresi y=0,1165x + 0,0119
Dari hasil uji presisi didapatkan nilai %RSD Fe 0,006627% dan %RSD Mn
0,00004706%. Ketelitian alat dapat dikatakan baik apabila nilai RSD kurang dari
11%. Karena nilai dari logam Fe dan Mn jauh dibawah 11% maka
spektrofotometri serapan atom yang digunakan mempunyai ketelitian yang
sangat baik sehingga layak untuk digunakan dalam analisis es batu.
Larutan standar
Y X X2
Fe1 ppm
1 0,1265 0,9836 0,96746896
1 0,1266 0,9845 0,96933743
1 0,1266 0,9845 0,96933743
1 0,1264 0,9828 0,96595995
1 0,1265 0,9836 0,96746896
0,6326 4,919 4,839573
Konsentrasi Rata-rata : 0,9838
SD : 0,0000652
(%) RSD : 0,006627%
Ketelitian alat : 99,9933%
87
Hasil Uji Akurasi Fe
C
Penambahan C Total
Uji A sampel % Recovery
Baku (ppm) Sampel (ppm)
(ppm)
0,1895 1,5244 104,88
1 0,5 0,1895 1,5244 1 104,88
0,1893 1,5227 104,54
Rata rata 104,76
0,1894 1,5236 104,72
2 0,1895 1,5244 1 104,88
0,5
0,1893 1,5227 104,54
Rata rata 104,71
X Yi (yi - ) (yi - )
(ppm)
0,5 0,0705 0,07015 0,00035 0,000000122
1 0,1265 0,1284 0,0019 0,0000036
1,5 0,1891 0,1866 0,0025 0,0000062
2 0,2438 0,2449 0,0011 0,0000012
(yi - ) = 0,000011122
S = 0,0023581
Y BD = 0,01897
X = 0,06068
Dari hasil uji akurasi untuk logam berat Fe pada pengukuran 1 didapat nilai rata-
rata sebesar 104,76% dan pada pengukuran 2 sebesar 104,71%. Dari hasil uji
akurasi untuk logam berat Mn pada pengukuran 1 di dapat nilai rata-rata
sebesar 95,33% dan pengukuran 2 sebesar 95,45%. Untuk uji akurasi hasil ini
menunjukan rata-rata dari logam Fe dan Mn masih masuk dalam range, karena
uji akurasi antara 95% - 105%.
Batas deteksi untuk Mn adalah 0,1 mg/L, penentuan dilakukan secara statistik
melalui garis linier dari kurva kalibrasi. Pada sampel 6, 9, 13 dan 14 menujukan
nilai positif karena Mn berada diatas batas deteksi, sisa sampel menunjukan
nilai yang negatif dikarenakan konsentrasi kecil atau dibawah batas deteksi.
88
Data Absorbansi Kurva Baku
0,5 0,086
1 0,160
1,5 0,229
2 0,315
y = 0.1518x + 0.0082
0.35 R = 0.9981
0.3
absorbansi
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
konsentrasi
Larutan standar
Y X X2
Mn1 ppm
1 0,1602 0,10618 0,0112741
1 0,1602 0,10618 0,0112741
1 0,1604 0,10638 0,0113167
1 0,1603 0,10628 0,0112954
1 0,1602 0,10618 0,0112741
0,8013 0,5312 0,0564344
Konsentrasi Rata-rata : 0,10624
SD : 0,00000005
(%) RSD : 0,00004706%
Ketelitianalat : 99,99995294%
89
Hasil Uji Akurasi Mn
C
Penambahan C Total
Uji A sampel % Recovery
Baku (ppm) Sampel (ppm)
(ppm)
0,2322 1,4756 95,12
1 0,5 0,2326 1,4782 1 95,64
0.2323 1,4762 95,24
Rata rata 95,33
0,2324 1,4769 95,38 104,72
0,5 0,2326 1,4782 1 95,64 104,88
0,2325 1,4776 95,52 104,54
Rata rata 95,45
Pada pengujian kadar Fe dan Mn menunjukan adanya nilai logam yang berbeda-
beda pada setiap sampel yang diujikan. Pada kadar Fe dan Mn setelah dilakukan
pembacaan pada alat spektrofotometer, sampel yang diujikan banyak yang tidak
terdeteksi. Hal ini kemungkinan karena larutan standar yang digunakan untuk
pengujian berbeda sehingga nilai kandungan Fe dan Mn pada sampel sangat
kecil atau dibawah nilai standar batas deteksi. Untuk hasil uji kadar Fe, masih
dapat dikatakan aman untuk dikonsumsi, untuk hasil uji kadar Mn tidak bisa
dikatakan aman, karena sampel yang terdeteksi karena menurut SNI kadar es
batu yang aman untuk kadar Fe dan Mn adalah 0,3 mg/L dan 0,1 mg/L.
90
Kadar Logam Fe dan Mn dalam Sampel
No Kadar Fe No Kadar Mn
Sampel ( mg/mL ) Sampel ( mg/mL )
5 0,315 6 0,611
9 0,226 9 3,127
11 0,277 13 0,5981
13 0,121 14 0,4664
4. Kesimpulan
Hasil nilai kadar untuk logam berat Fe yang terdeteksi pada sampel 5 sebesar
0,315 mg/L, sampel 9 sebesar 0,226 mg/L, sampel 11 sebesar 0,277 mg/Ldan
sampel 13 sebesar 0,121 mg/L. Untuk hasil kadar logam berat Mn yang
terdeteksi pada sampel 6 sebesar 0,611 mg/L, sampel 9 sebesar 3,127 mg/L,
sampel 13 sebesar 0,5981 mg/L dan sampel 14 sebesar 0,4664 mg/L.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) es batu, standar mutu air minum
yang dipersyaratkan baik dikonsumsi untuk Fe adalah 0,3 mg/L dan Mn 0,1
mg/L. Hasil ini menunjukan nilai kadar Fe masih aman untuk dikonsumsi karena
tidak melebihi persyaratan SNI, tetapi untuk nilai kadar Mn hasil didapat
melebihi dari persyaratan yang ditetapkan.
5. Daftar Pustaka
91
Anonima, http://www.okewaya.com/2014/03/tips-membuat-es-batu.html (
Tanggal akses 23 November 2014)
Anonimb,http://www.mesinraya.co.id/mengenal-berbagai-jenis-dan-bentuk-es-
batu.html (Tanggal akses : 15 Januari 2014)
Alaerts, G. dan Sri S.S, 1997, Metode Penelitian Air, Usaha Nasional,
Surabaya, Hlm. 73-77.
Gandjar, I.G. dan Abdul R., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, Hlm. 46-55.
Abdul, R., 2008, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Hlm. 10-
13.
92