Kajian Pimpinan Tni Ad

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 51

Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan

Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

PEMIMPIN TNI AD BERKARAKTER SAPTA MARGA


YANG BERCIRIKAN KEARIFAN INDONESIA
GUNA MENJAGA KEUTUHAN NKRI

1. Pendahuluan.
Globalisasi dengan segala perkembangannya telah membawa
dampak terhadap perubahan tatanan kehidupan berbangsa dan
bernegara di dunia termasuk Indonesia. Bangsa Indonesia sedang
menghadapi permasalahan yang sangat serius yaitu terpuruknya
kondisi bangsa dalam segala aspek kehidupan nasional. Pada
hakekatnya kondisi bangsa sangat dipengaruhi oleh karakter
kepemimpinan yang memiliki kemampuan untuk segera tanggap dan
cepat menyikapi perubahan lingkungan strategis dari lingkup global,
regional dan nasional.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut dibutuhkan kualitas
kepemimpinan yang berkarakter berlandaskan kepada nilai-nilai
luhur Pancasila Pembinaan moral dan etika kepemimpinan harus
ditingkatkan demi terwujudnya kepemimpinan yang memiliki
pemikiran secara komprehensif integral. Kepentingan yang
berkarakter sangat penting untuk menggerakkan roda organisasi
dalam mencapai tujuan, karena pada hakekatnya kepemimpinan
adalah kemampuan seseorang untuk mengajak, mempengaruhi dan
mengerahkan orang lain atau organisasi untuk melakukan sesuatu
yang diinginkannya.

1
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

Dalam ketatanegaraan, bersamaan dengan diproklamirkannya NKRI


sejak tanggal 17 Agustus 1945, maka sejak itu pula lahirlah pemimpin
yang mengelola negara seiring dengan perjalanan sejarah bangsa
bersama-sama dengan masyarakat dan seluruh komponen bangsa
lainnya. Dalam sejarah perjuangan bangsa mulai dari pergerakan
organisasi pemuda (seperti Budi Utomo), perlawanan merebut
kemerdekaan dari kaum kolonial penjajah sampai dengan perlawanan
mengatasi agresi militer Belanda dan pemberontakan pasca
kemerdekaan 17 Agustus 1945, telah menempa bangsa Indonesia
menjadi bangsa yang kokoh kuat dalam menghadapi setiap hakekat
ancaman baik dari dalam maupun luar negeri.
Diamanatkan dalam undang-undang bahwa TNI sebagai
komponen utama dalam pertahanan negara. Apabila mempelajari
sejarah TNI maka cikal bakal dari TNI itu sendiri berasal dari
organisasi BKR, TKR, TRI dan TNI yang intinya adalah unsur-unsur
Angkatan Darat, (TNI AD). TNI AD adalah bagian dari komponen
bangsa yang berjuang dan lahir untuk selanjutnya bersama-sama
dengan rakyat dan komponen bangsa lainnya mengabdi dan
mengawal kelangsungan hidup dan keutuhan NKRI. Seiring dengan
pasang surut kehidupan berbangsa dan bernegara, sebagai organisasi
yang terstruktur dengan baik maka dalam perjalanan pengabdiannya
TNI AD telah melahirkan pemimpin yang bercirikan militer sebagai
ciri khas TNI AD.
Menghadapi perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara
dengan memperhatikan dinamika global yang semakin dinamis, maka
TNI AD sebagai bagian dari komponen bangsa memiliki tanggung
jawab untuk menyiapkan pemimpin yang memiliki kemampuan untuk
2
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

beradaptasi dengan cepat terhadap setiap perubahan lingkungan yang


terjadi dan memiliki integritas yang tinggi dalam mengelola organisasi
TNI AD dengan berorientasi kepada kepentingan bangsa yang
bersandar kepada kebhinnekaan sebagai ciri khas Indonesia serta
kearifan Indonesia yang menjadi sumber inspirasi dalam membangun
kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Mempersiapkan
pemimpin TNI AD sudah saatnya melalui tahapan penyiapan
pemimpin sebagai hasil dari evaluasi lingkup pekerjaan, yang disusun
berdasarkan lingkup tugas dan wewenang yang senantiasa
berkembang, dengan menyusun lingkup tugas dan wewenang ke
depan sehingga pemimpin TNI AD dapat mempersiapkan sejak dini
pemimpin yang memiliki komitment dan integritas yang tinggi. Guna
meningkatkan peran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, TNI
AD harus terus menerus meningkatkan kualitas sumber daya manusia
dalam rangka menyiapkan dan membangun interaksi sosial yang
dinamis dengan segenap komponen bangsa sekaligus sebagai upaya
menyiapkan sumber daya pemimpin yang mampu mengakomodir
berbagai kepentingan dan mampu disinergikan dengan berbagai
dinamika bangsa yang berkembang. Pemimpin TNI AD ke depan
merupakan tokoh sentral dari TNI jika kita mengacu kepada sejarah,
maka TNI AD sudah seyogyanya memulai menerapkan dan
mengembangkan kepemimpinan holistik dengan mengedepankan
persatuan, kesatuan, dan kearifan. Pemahaman ini penting untuk
menunjukkan jati diri kepemimpinan TNI AD yang sesungguhnya
sangat fleksibel dan bercirikan kearifan Indonesia dan mampu
mengkomunikasikan dengan berbagai komponen bangsa.

3
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

Kepemimpinan TNI AD yang melaksanakan strategi kepemimpinan


holistik sangat sesuai dengan sapta marga yang senantiasa
menjunjung tinggi kebenaran, keadilan, dan membela negara,
sehingga sudah saatnya kepemimpinan TNI AD memiliki tekad untuk
menciptakan kepemimpinan TNI AD masa depan yang harus
dilandasi oleh pemahaman dan kesadaran yang tinggi dalam
menjawab tantangan tugas pokok. Untuk menjawab tuntutan
tersebut diatas, apabila kita melihat kondisi nyata kepemimpinan TNI
AD saat ini, masih perlu dilakukan langkah pembenahan untuk
menciptakan sosok pemimpin yang diharapkan. Berdasarkan
permasalahan di atas, maka sangat penting untuk dilakukan
pengkajian mengenai revitalisasi pemimpin TNI AD berkarakter
Sapta Marga yang bercirikan kearifan Indonesia guna
menjaga keutuhan NKRI.

II. Pembahasan.
Teori, Gaya dan Watak Kepemimpinan1.
Ahmad and Gelaidan (2011 : 3-4) menyatakan bahwa gaya
kepemimpinan merupakan gabungan dari kepemimpinan
trasformasional dan kepemimpinan transaksional, yaitu
transformational leadership has been defined as “the process of
influencing major changes in the attitudes and assumptions of
organization members and building commitment for the
organization’s mission or objectives. Transactional leadership is
expected to be associated with employee commitment to

1 Naskah Departemen ttg Kepemimpinan TNI, Seskoad 2009, hal 5

4
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

organizational change. Kepemimpinan transformasional telah


didefinisikan sebagai proses mempengaruhi perubahan besar dalam
asumsi sikap dan komitmen anggota organisasi untuk mencapai
tujuan organisasi, sedangkan kepemimpinan transaksional
diharapkan dapat dihubungkan dengan komitmen pegawai pada
perubahan organisasi.
Ali (2011 : 43) menyatakan bahwa leadership is defined as the
ability to influence others to achieve organizational goals. In this
regard, the individual can be leaders of the two main styles of
behavior, orientation to the task (task orientation) and the tendency
to mutual relations between people (relationship orientation).
Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa gaya
kepemimpinan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mempengaruhi
orang-orang agar supaya bekerja dengan ikhlas untuk mencapai
tujuan bersama. Dapat juga kepemimpinan diartikan sebagai
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengajak orang lain
dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan penuh
semangat. Secara umum maka dapat dikatakan bahwa kepemimpinan
adalah suatu ilmu dan seni untuk mempengaruhi orang lain atau
sekelompok individu untuk saling bekerja sama, tidak saling
menjatuhkan dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
Alkahtani, Jarad, Sulaiman, and Nikhbin (2011 : 71) leadership is a
process of interaction between leaders and subordinates where a
leader attempts to influence the behavior of his or her subordinates to
accomplish organizational goals. Also mentioned that leadership is
described as the selection of bases of influences. Bahasan mengenai
pemimpin dan kepemimpinan pada umumnya menjelaskan
5
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

bagaimana untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, gaya dan sifat
yang sesuai dengan kepemimpinan serta syarat-syarat apa yang perlu
dimiliki oleh seorang pemimpin yang baik. Selain itu banyak pula
contoh mengenai pemimpin dan kepemimpinan yang baik sehingga
mempunyai daya tarik tersendiri untuk mempelajarinya. Meskipun
demikian masih tetap sulit untuk menirunya sehingga dalam praktek
hanya beberapa pemimpin saja yang dapat menerapkan
kepemimpinan dengan baik dan dapat membawa para pengikutnya
kepada keadaan yang diinginkan. Unsur-unsur pokok dalam
kepemimpinan yang dapat menunjang pemimpin dan kepemimpinan
yang baik dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1
Unsur-unsur Pokok dalam Kepemimpian

Pengaruh
Keinginan

Pengikut Pemimpin
Tanggungjawab

Tujuan Bersama
Perubahan

Pada gambar 1 di atas, terlihat bahwa seorang pemimpin yang


ideal tentu harus mampu memiliki pengaruh yang positif pada para
pengikutnya dalam rangka mencapai tujuan bersama dengan
keinginan yang kuat, memiliki tanggungjawab, dan memberikan suatu
perubahan yang positf pada organisasi.
6
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

Chipunza, Samuel, and Mariri (2011 : 8339) leadership as the


process whereby one individual influences others to willingly and
enthusiastically direct their efforts and abilities towards attaining
defined group or organizational goals. Kepemimpinan memang
menarik, dan dapat dimulai dari sudut mana saja diteropong. Setiap
pendekatan akan melahirkan pengertian. Pemimpin adalah seseorang
yang memiliki kecakapan tertentu yang dapat mempengaruhi para
pengikutnya untuk melakukan kerjasama kearah pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian jelas bahwa
pemimpin perlu memiliki berbagai kelebihan kecakapan yang harus
dimilikinya dibandingkan dengan anggota lainnya. Dengan demikian
kelebihan – kelebihan inilah mereka dapat memiliki kewibawaan
sehingga dipatuhi oleh para pengikutnya. Kelebihan yang dimiliki
tersebut beraneka ragam di antaranya adalah: kelebihan moral,
semangat kerja, keterampilan, kecerdasan, keuletan dan sebagainya.
Secara tegas Duric (2011:192) menyatakan: Seorang pemimpin itu
harus mempunyai kelebihan-kelebihan (superior qualitis, siperieure
hoedanigheden) yang cukup dan meyakinkan di atas para bawahan
atau pengikut yng manapun. Makin tidak cukup kelebihan-
kelebihannya, makin lemah leadershipnya, makin banyak sifat dan
kemampuan kebiasaan superiornya makin kuat kepemimpinannya“.
George, Janodia, Subrahmanyam, and Rao (2011:32)
mengemukakan bahwa “ kepemimpinan merupakan salah satu topik
yang paling banyak diamati, sekaligus fenomena yang paling sedikit
dipahami. “ Keadaan tersebut dapat terjadi karena banyaknya definisi
tentang kepemimpinan. Terdapat banyak definisi kepemimpinan
yang banyaknya sama dengan jumlah orang yang mendefinisikan
7
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

konsep ini.” Perkembangan definisi baru kepemimpinan menjadi


berkurang setelah George at.all melakukan observasi. Setelah itu
kepemimpinan didefinisikan berdasar ciri-ciri, perilaku, pengaruh,
pola interaksi, hubungan peran, dan posisi jabatan administratif.
Dari berbagai definisi yang ada di atas, dapat disimpulkan
bahwasannya kepemimpinan berhubungan dengan suatu proses
pengaruh sosial yang dalam hal ini pengaruh tersebut sengaja
dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain untuk mengstruktur
kegiatan serta hubungan di dalam sebuah organisasi atau kelompok
guna mencapai tujuan.
Memahami kepemimpinan yang dikembangkan TNI AD berarti
melihat kepemimpinan sebagai satu kesatuan yang terintegrasi yang
terdiri dari unsur manusianya, baik pemimpin maupun yang
dipimpin, perangkat lunak yang mengatur, teori, gaya, watak dan
berbagai pengetahuan pendukung yang menyertai serta lingkungan
yang mempengaruhi. Kekuatan pemimpin adalah kejujuran,
ketauladanan dan ketegasan. Kemampuan pemimpin adalah
manajerial dan controling, perpaduan antara kekuatan dan
kemampuan pemimpin adalah pengendalian diri.
Teori Kepemimpinan yang telah diuraikan diatas, adalah landasan
akademik yang dijadikan acuan seorang pemimpin untuk
mengembangkan figur dan karakter dirinya. Dilingkungan TNI AD
ada beberapa teori kepemimpinan yang dijadikan acuan dalam
aplikasi di lapangan. Teori kepemimpinan tersebut antara lain adalah:
Satu. Teori Kepemimpinan Sifat (Trait Theory). Teori sifat
berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang

8
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang


kemudian teori ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”.2 Dalam
perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku
pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat-sifat kepemimpinan
tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui
pendidikan dan pengalaman. Sifat-sifat itu antara lain: sifat fisik,
mental dan kepribadian. Keith Devis merumuskan 4 (empat) sifat
umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan
organisasi, meliputi: Kecerdasan. Berdasarkan hasil penelitian,
pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan
rata–rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil
yang lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki
tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pengikutnya. Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial.
Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan
internal maupun eksternal, seorang pemimpin harus mampu
mengendalikan emosi secara matang dan stabil, sehingga diharapkan
pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan
pendirian yang diyakini kebenarannya.
Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi. Seorang pemimpin
yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi untuk
berprestasi. Motivasi yang kuat ini kemudian akan tercermin pada
kinerja yang optimal, efektif dan efisien. Sikap Hubungan
Kemanusiaan. Adanya pengakuan terhadap harga diri dan
kehormatan pemimpin sehingga para pengikutnya mampu berpihak

2 Artikel Makalah tentang Kepemimpinan, Emperordeva’s Weblog (L The Black Heart), hal 4
9
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

kepadanya. Dua. Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi.3


Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang
mendasarkan teori ini memiliki kecenderungan kearah dua hal:
Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecenderungan
seorang pemimpin yang menggambarkan hubungan akrab dengan
bawahannya. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti membela
bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia
berkonsultasi dengan bawahan. Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu
Kecenderungan seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada
bawahan. Contoh yang dapat dilihat, pemimpin memberikan instruksi
dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan dan
hasil yang akan dicapai. Jadi, berdasarkan teori ini, seorang
pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang
memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil
yang tinggi pula. Tiga. Teori Kewibawaan Pemimpin.
Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan
kepemimpinan, sebab dengan faktor itu seorang pemimpin akan
dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara perorangan
maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan
apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
Empat. Teori Kepemimpinan Situasi. Seorang pemimpin harus
merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat
fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan
bawahan. Lima. Teori Kelompok. Agar tujuan kelompok
(organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang positif antara
pemimpin dengan pengikutnya.
3 Ibid hal 5
10
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

Gaya Kepemimpinan. Adalah cara seorang pemimpin bersikap,


berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam
mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu. Gaya tersebut bisa
berbeda–beda atas dasar motivasi, kuasa ataupun orientasi terhadap
tugas atau orang tertentu. Diantara beberapa gaya kepemimpinan
terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana perbedaan itu
didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi bawahannya.
Apabila pendekatan dalam pemberian motivasi ditekankan pada
imbalan atau reward berarti telah digunakan gaya kepemimpinan
yang positif. Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada
hukuman atau punishment, berarti dia menerapkan gaya
kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilkan
prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan
kerugian manusiawi. Perlu dipahami gaya Kepemimpinan yang ada
saat ini yang sering digunakan oleh semua orang diantaranya adalah:
Satu. Gaya Kepemimpinan Otokratis.4 Gaya ini kadang-kadang
dikatakan kepemimpinan yang terpusat pada diri pemimpin (“Leader
Center”) atau gaya direktif. Gaya ini ditandai dengan sangat
banyaknya petunjuk yang datangnya dari pemimpin dan sangat
terbatasnya bahkan sama sekali tidak adanya peran serta anak buah
dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Pemimpin secara
sepihak menentukan peran serta apa, bagaimana, kapan dan bilamana
berbagai tugas harus dikerjakan. Yang menonjol dalam gaya ini adalah
pemberian perintah. Pemimpin otokratis adalah seorang yang
memerintah dan menghendaki kepatuhan. Ia memerintah
berdasarkan kemampuannya untuk memberikan hadiah serta

4 Ibid hal 5
11
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

menjatuhkan hukuman, gaya kepemimpinan otokratis lebih aman


diterapkan dalam memimpin sekelompok tenaga ahli dalam suatu
proyek ilmiah yang berbahaya. Dua. Gaya Kepemimpinan
Birokratis. Gaya ini dapat dilukiskan dengan kalimat memimpin
berdasarkan peraturan perilaku yang ditandai dengan sangat ketatnya
prosedur bagi anak buahnya dan gaya ini merupakan bentuk lain dari
gaya kepemimpinan otokratis. Tiga. Gaya Kepemimpinan
Demokratis. Gaya ini kadang-kadang disebut juga gaya
kepemimpinan yang terpusat pada anak buah (“Employe Center”)
Kepemimpinan dengan kesederajatan (“Equalitarian”) kepemimpinan
konsultatif atau partisipatif. Dalam gaya kepemimpinan ini terjadi
komunikasi dua arah, pemimpin berkonsultasi dengan anak buah
untuk merumuskan tindakan dan keputusan bersama. Keputusan
bersama itu, tentu saja tidak mencakup keputusan tentang tujuan
organisasi. Gaya kepemimpinan demokratis boleh jadi tepat untuk
memimpin masyarakat yang tingkat pengetahuannya cukup tinggi,
tetapi akan merupakan hambatan jika diterapkan terhadap
masyarakat yang masih terbelakang.
Empat. Gaya Kepemimpinan Bebas. Dalam kepemimpinan ini,
pemimpin sedikit sekali menggunakan kekuasaannya atau sama sekali
membiarkan anak buahnya untuk berbuat sesuka hatinya. Gaya
kepemimpinan bebas boleh dikatakan tidak ada kepemimpinan.
Pemimpin melimpahkan sepenuhnya kepada anak buahnya dalam
menentukan tujuan serta cara yang dipilih untuk mencapai tujuan itu,
peran pemimpin hanyalah menyediakan keterangan yang diperlukan
serta mengadakan hubungan dengan anak buahnya.

12
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan


dan sangat tergantung dari lingkungan di mana seorang pemimpin
berada juga dalam kesiapan dari bawahannya. Maka kemudian timbul
apa yang disebut sebagai ”situational leadership”, situational
leadership mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin harus
menyesuaikan keadaan dari orang-orang yang dipimpinnya.
Ditengah-tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan
oleh adanya perilaku staf/individu yang berbeda-beda), maka untuk
mencapai efektivitas organisasi, penerapan keempat gaya
kepemimpinan diatas perlu disesuaikan dengan tuntutan keadaan.
Inilah yang dimaksud dengan situasional leadership, sebagaimana
telah disinggung di atas. Yang perlu diperhatikan untuk dapat
mengembangkan gaya kepemimpinan situasional ini, seseorang perlu
memiliki tiga kemampuan khusus yakni kemampuan analitis
(analytical skills) yaitu kemampuan untuk menilai tingkat
pengalaman dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas dan
kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills) yaitu
kemampuan untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang paling
tepat berdasarkan analisa terhadap situasi serta kemampuan
berkomunikasi (communication skills) yakni kemampuan untuk
menjelaskan kepada bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan
yang diterapkan. Ketiga kemampuan di atas sangat dibutuhkan bagi
seorang pemimpin, sebab seorang pemimpin harus dapat
melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran interpersonal, peran
pengolah informasi (information processing), serta peran
pengambilan keputusan (decision making) (Gordon, 1996 : 314-315).
Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang

13
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

pemimpin bukan dari kekuasaannya, bukan kecerdasannya, tapi dari


kekuatan pribadinya. Maka jika ingin menjadi pemimpin yang baik
jangan pikirkan orang lain, pikirkanlah diri sendiri dulu. Tidak akan
bisa mengubah orang lain dengan efektif sebelum merubah diri
sendiri. Bangunan akan bagus, kokoh, megah, karena ada pondasinya.
Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada
mereka yang dipimpinnya. Kasih itu mewujud dalam bentuk
kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impian dan harapan dari
mereka yang dipimpinnya. Seorang pemimpin yang memiliki hati
yang melayani adalah akuntabilitas (accountable). Istilah
akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat
diandalkan. Artinya seluruh perkataan, pikiran dan tindakannya
dapat dipertanggungjawabkan kepada publik atau kepada setiap
anggota organisasinya. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin
yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian dan
harapan dari mereka yang dipimpin. Pemimpin yang melayani adalah
pemimpin yang dapat mengendalikam ego dan kepentingan
pribadinya melebihi kepentingan publik atau mereka yang
dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dapat mengendalikan diri
ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begitu
berat, selalu dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri dan
tidak mudah emosi.
Masih ada beberapa pemimpin yang tidak memiliki metode
kepemimpinan, karena hal ini tidak pernah diajarkan di sekolah-
sekolah formal. Keterampilan seperti ini disebut dengan soft skill atau
personal skill. Dalam salah satu artikel di economist.com ada sebuah
ulasan berjudul Can Leadership Be Taught, dibahas bahwa
14
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

kepemimpinan dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka yang


memiliki karakter kepemimpinan. Seorang pemimpin adalah
inspirator perubahan dan visioner yaitu memiliki visi yang jelas
kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara sederhana
adalah proses untuk membawa orang-orang atau organisasi yang
dipimpin menuju suatu tujuan yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan
tidak ada artinya sama sekali. Visionary role and implementation
role. Artinya seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau
menciptakan visi bagi organisasinya tapi memiliki kemampuan untuk
mengimplementasikan visi tersebut ke dalam suatu rangkaian
tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu.
Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang responsif, artinya
dia selalu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan dan
impian dari mereka yang dipimpin. Selain itu selalu aktif dan pro aktif
dalam mencari solusi dari setiap permasalahan ataupun tantangan
yang dihadapi. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih
atau pendamping bagi orang–orang yang dipimpinnya (performance
coach). Artinya dia memiliki kemampuan untuk menginspirasi,
mendorong dan memberdayakan anak buahnya dalam menyusun
perencanaan (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran,
rencana kebutuhan sumber daya, dsb), melakukan kegiatan sehari–
hari seperti monitoring dan pengendalian, serta mengevaluasi kinerja
dari anak buahnya. Pemimpin yang melayani bukan sekedar
memperlihatkan karakter dan integritas serta memiliki kemampuan
metode kepemimpinan, tapi dia harus menunjukkan perilaku maupun
kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard disebutkan
perilaku seorang pemimpin, yaitu pemimpin tidak hanya sekedar

15
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

memuaskan mereka yang dipimpin, tapi sungguh-sungguh memiliki


kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan, artinya pemimpin
hidup dalam perilaku yang sejalan dengan firman Tuhan. Dia
memiliki misi untuk senantiasa memuliakan Tuhan dalam setiap apa
yang dipikirkan, dikatakan dan diperbuatnya.
Jenderal Douglas Mac Arthur dengan semboyannya yang populer
”Duty, Honor and Countery” dijelaskan dan dikembangkan lebih
lanjut sebagai military honor. Ada 4 (empat) unsur dari military
horor (the orginal component of military honor) yaitu : kesatria
(gentlemenly conduct), kesetiaan (personel tealthy), persaudaraan
(brother hood) dan menang atau gugus (the pursuit of glory), teori ini
dapat diterjemahkan dalam kepemimpinan perwira TNI AD yaitu
harus berpegang teguh kepada Sapta Marga dan Sumpah Prajurit,
karena semua komponen dalam military honor tertuang dalam 7
(tujuh) butir Sapta Marga dan 5 (lima) butir Sumpah Prajurit.
Watak Kepemimpinan. Watak atau sifat utama yang diambil
dari sifat alam yang disebut Hasta Brata atau 8 (delapan) watak atau
sifat utama yang harus dipegang teguh dan dilaksanakan oleh seorang
pemimpin atau siapa saja yang terpilih sebagai pemimpin.5 Delapan
watak utama tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Satu. Watak
Bhawana (Bumi), seorang pemimpin harus bisa memberi kepada
sesama. Dalam filosofinya bahwa bumi merupakan tempat untuk
tumbuh berbagai tumbuhan yang berbuah dan berguna bagi umat
manusia dan bumi selalu memberi tanpa pamrih artinya seorang
pemimpin harus mampu untuk memberikan kesejahteraan bagi para

5 Artikel Ajaran Kepemimpinan Asthabrata, Prasetijo, hal 1


16
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

anggotanya. Dua. Watak Geni (Api), pemimpin harus memiliki


sifat api. Api adalah energi, bukan materi. Api sanggup membakar
materi apa saja menjadi musnah. Semangat yang membara dan
kesanggupan serta keberanian untuk membakar atau melenyapkan
semua hal dan sifat yang merugikan orang lain, seperti sifat angkara
murka, rakus, merusak dan lainnya, artinya bahwa seorang pemimpin
harus tegas alam mengambil keputusan untuk memberikan sanksi-
sanksi kepada anggota yang melanggar peraturan dan pemimpin
mampu memberikan penghargaan kepada anggota yang berprestasi.
Tiga. Watak Banyu (Air). Watak yang menggambarkan pemimpin
harus selalu mengalir dinamis dan memiliki watak rendah hati, andap
asor dan santun. Seperti air yang selalu mengalir ke permukaan yang
lebih rendah dan menunjukkan permukaan yang rata, pemimpin
harus adil dalam menjalankan kebijakan dan amanat. Artinya seorang
pemimpin mampu bersikap adil dan tidak sewenang-wenang dengan
jabatannya, selalu membuka kesempatan kepada anggotanya untuk
memberikan saran-saran demi kepentingan organisasi.
Empat. Watak Angin (Udara). Watak yang memberikan hak
hidup kepada masyarakat. Hak hidup untuk mendapatkan kehidupan
yang layak (sandang, pangan, papan, dan kesehatan),
mengembangkan diri, mendapatkan sumber kehidupan (pekerjaan),
berpendapat dan berserikat (demokrasi) dan mengembangkan
kebudayaan. Artinya pemimpin harus selalu memperhatikan
kehidupan anggota beserta keluarganya mulai dari persoalan sandang,
pangan dan papan serta pendidikan dan kesehatan. Disamping itu
pemimpin harus mampu menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak
disatuannya agar terjadi komunikasi yang sehat antara pemimpin
17
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

dengan yang dipimpin sehingga akan menumbuhkan rasa senasib dan


sepenanggungan dalam mengemban tugas. Lima. Watak Surya
(Matahari). Watak kelima di mana pemimpin harus mampu
menjadi penerang kehidupan sekaligus menjadi pemberi energi
kehidupan masyarakat. Menghangatkan suasana dengan budi pekerti
yang luhur, artinya pemimpin harus mampu menjadi pengayom dan
pemberi semangat kepada seluruh anggotanya melalui etika yang
dinamis sehingga tercipta suasana yang kondusif. Enam. Watak
Candra (Bulan). Sebagaimana bulan yang memiliki kelembutan
menentramkan, pemimpin yang bijak selalu memberikan rasa
tentram dan menjadi sinar dalam kegelapan. Ia harus mampu
memimpin dengan berbagai kearifan sekaligus visioner (memiliki
pandangan jauh ke depan); bukan memimpin dengan gaya seorang
tiran (otoriter) dan berpikiran dangkal, artinya seorang pemimpin
harus selalu bersifat ramah dan bijak dalam memecahkan masalah
yang dihadapi oleh para anggotanya. Disamping itu pemimpin harus
mempunyai pandangan jauh kedepan yang bersifat strategis guna
kepentingan yang lebih besar serta mengedepankan musyawarah
untuk mendapatkan mufakat. Tujuh. Watak Kartika (Bintang).
Sebagaimana bintang menjadi panduan para musafir dan nelayan,
pemimpin harus mampu menjadi orientasi (panutan) sekaligus
mampu menyelami perasaan masyarakat/anggotanya, artinya
pemimpin harus bisa menjadi suri tauladan dalam bersikap dan
bertindak yang selalu aktif memberikan arahan dalam pelaksanaan
tugas maupun dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Delapan.
Watak Akasa (Langit). Watak pemimpin yang terakhir adalah
memiliki keluasan hati, berlapang dada dan andhap asor serta tepo

18
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

seliro orang jawa mengatakannya. Langit sangat luas dan tak berujung
berarti pemimpin adalah memiliki pandangan yang luas dan tidak
gegabah dalam pengambilan keputusan, artinya pemimpin harus
mempunyai prinsip dan pandangan jauh kedepan serta
mengedepankan sikap saling menghargai terhadap bawahannya.
Kepemimpinan Yang Berkarakter Sapta Marga.
Karakter merupakan proses dari apa yang ada di hati sampai
menjadi kebiasaan hidup itulah karakter. Jadi pemimpin TNI AD yang
ada dihatinya sampai dengan tindakannya hanyalah Sapta Marga.
Menurut kamus bahasa Indonesia, karakter adalah tabiat atau
kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah
sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang
individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang
itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu
tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu. Dilihat dari
sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki
perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu
tindakan yang terjadi tanpa proses pemikiran lagi, karena sudah
tertanam dalam pikiran dengan kata lain keduanya dapat disebut
sebagai suatu kebiasaan. Karakter adalah potret diri seseorang yang
sesungguhnya. Setiap orang memiliki karakter dan itu bisa
mengambarkan diri seseorang yang sebenarnya apakah baik atau
buruk. Perilaku (behaviour) dan karakter sangat berhubungan tapi
keduanya tidaklah sama. Perilaku adalah apa yang kita lakukan,
sedangkan karakter adalah kumpulan perilaku kita yang tampil di
depan umum maupun di saat sendiri, dirangkai secara konsisten
dalam kehidupan kita. Pola perilaku yang berulang-ulang apakah itu
19
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

baik atau buruk akan membentuk dan memperkuat karakter.


Pentingnya karakter dinyatakan dalam adagium klasik, “If the wealth
is lost, nothing is lost. If the health is lost, something is lost. If the
character is lost, everything is lost” artinya kurang lebih jika
kekayaan hilang, tidak ada yang hilang, jika kesehatan hilang, ada
sesuatu yang hilang, tetapi jika karakter hilang maka semuanya
hilang.6 Aktualisasi karakter kepemimpinan yang diharapkan bangsa
dan negara adalah yang mampu mengantarkan anak bangsa dari
ketergantungan (dependency) menuju kemerdekaan (independency),
selanjutnya menuju kontinum maturasi diri yang komplit ke saling
tergantungan (interdependency). Kondisi ini memerlukan
pembiasaan melalui contoh keteuladanan. Disamping itu, kebiasaan
yang dilakukan harus dapat mengembangkan perilaku dan sifat-sifat
seperti: kesadaran diri sendiri (self awareness) jujur terhadap diri
sendiri dan terhadap orang lain, jujur terhadap kekuatan diri,
kelemahan dan usaha yang tulus untuk memperbaikinya. Pemimpin
harus berempati terhadap bawahannya secara tulus, Memiliki rasa
ingin tahu dan dapat didekati sehingga orang lain merasa aman dalam
menyampaikan umpan balik dan gagasan-gagasan baru secara jujur,
lugas dan penuh rasa hormat kepada pemimpinnya. Pemimpin juga
dituntut memiliki kecerdasan, kecermatan dan ketangguhan sehingga
mampu bekerja secara profesional keilmuan dalam jabatannya. Hasil
pekerjaannya berguna bagi dirinya, keluarga, masyarakat, bangsa dan
negara. Memiliki rasa kehormatan diri (a sense of personal honour
and personal dignity) dan berdisiplin pribadi, sehingga mampu dan
mempunyai rasa tanggungjawab pribadi atas perilaku pribadinya.

6 Artikel Nilai-nilai pendidikan berbasis moral, oleh Muhson AR, hal 2


20
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

Memiliki kemampuan berkomunikasi, semangat " team work ",


kreatif, percaya diri, inovatif dan mobilitas. Karakter itulah yang
menjiwai Sapta Marga sebagai pedoman dasar dalam kepemimpinan
TNI AD. Menurut Letjen TNI (Purn) TB Silalahi bahwa pemimpin
masa depan harus manusia yang utuh atau paripurna (men of
integrity) dia bukan hanya pintar, akan tetapi berkarakter (pemimpin
dalam era globalisasi).7

Sapta Marga.
Sapta Marga adalah landasan pengabdian bagi seluruh Prajurit
TNI tanpa terkecuali, karena didalam ketujuh marga tersebut secara
eksplisit maupun implisit telah memuat dan merangkum seluruh
aturan dan ketentuan yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh
setiap Prajurit. Demikian pula nilai-nilai lebih yang terkandung di
dalamnya, diantaranya nilai hakiki seorang pemimpin. Oleh karena
itu, membahas kepemimpinan TNI AD tentu tidak akan terlepas dari
falsafah dan nilai-nilai yang terkandung di dalam Sapta Marga.
Pemimpin TNI AD dalam pengabdiannya harus memahami seluruh
aspek pendukung baik orang yang dipimpin maupun aspek
lingkungan yang berpengaruh terhadap penerapan teori, gaya dan
pola kepemimpinannya. Dalam pemahaman yang lebih mendalam,
Sapta Marga sesungguhnya bukan sekedar sebagai acuan yang dapat
dieksplorasi dari sisi norma kehidupan prajurit saja, tetapi aspek yang
lebih penting adalah bahwa di dalam Sapta Marga itu sesungguhnya
telah tertuang figur, karakter dan jati diri seorang pemimpin yang

7
www.rakyatmerdekaonline.com/read/2011/05/19/27551/Letjen-TNI-(Purn)-TB-Silalahi:
Pemimpin-Milik-Suatu-Masa-Tertentu
21
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

diinginkan oleh organisasi. Nilai-nilai kepemimpinan yang dapat


digali dari ketujuh Marga tersebut, meliputi: Marga pertama, “Kami
warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
bersendikan Pancasila“, bahwa TNI AD adalah bukan sekelompok
kasta atau golongan yang berdiri sendiri, melainkan menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dengan warga negara lainnya dalam kerangka
NKRI. Dalam pandangan ideologinya, pada marga ini sekaligus
menegaskan bahwa prajurit TNI AD senantiasa bersendikan kepada
dasar falsafah negara Pancasila. Untuk mengembangkan kemampuan
kepemimpinan, yang menjadi landasan pertama dan utama adalah
pengakuan dan kemauan dari seorang pemimpin untuk menjaga dan
mengamalkan kemurnian Pancasila. Dengan demikian lahirnya
seorang pemimpin TNI AD, apabila ditinjau dari sisi moral dan
ideologi bangsa seiring dengan pasang surutnya pengamalan nilai-
nilai Pancasila, sesungguhnya sudah tidak perlu diragukan lagi.
Termasuk didalamnya aspek loyalitas, nasionalisme dan semangat
pengabdian yang disandarkan kepada Pancasila sebagai dasar falsafah
negara. Sikap kebangsaan ini sejalan dengan azas kepemimpinan
yaitu Satya, yang memiliki penjabaran sikap loyal yang timbal balik,
dari atasan terhadap bawahan, dari bawahan terhadap atasan dan
kesamping serta loyalitas kepada organisasi, bangsa dan negara.8
Marga kedua, “Kami patriot Indonesia, pendukung serta
pembela ideologi negara, yang bertanggung jawab dan tidak
mengenal menyerah” bahwa seorang pemimpin adalah sebagai
“Patriot Indonesia“, harus berpegang pada prinsip-prinsip: Cinta

8 Naskah Departemen ttg Kepemimpinan TNI, Seskoad 2009, hal 16

22
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

damai tetapi lebih cinta kemerdekaan, Ikhlas berkorban untuk


membela Negara dan Bangsa, lebih mengutamakan kepentingan
nasional dari pada kepentingan pribadi dan golongan. Serta mampu
sebagai pendukung dan pembela ideologi negara yang bertanggung
jawab dan tidak mengenal menyerah, yang berarti pemimpin patriot
yang mengerti dan meyakini kebenaran Pancasila dan harus berani
mengorbankan jiwa raganya demi menegakkan, mengamankan dan
memelihara kemurniaan dan kelangsungan hidup ideologi negara.
Apabila kita mencermati perkembangan kehidupan berbangsa dan
bernegara dewasa ini, banyak sekali ditemukan figur pemimpin yang
lebih mengutamakan kepentingan kelompok dan golongannya dan
banyak sekali aspek politis yang semakin mengaburkan sosok
pemimpin bangsa yang seutuhnya yang sangat dibutuhkan untuk
menjaga kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Oleh karena
itu, figur pemimpin yang memiliki semangat pantang menyerah yang
selalu berorientasi kepada kepentingan nasional pada era sekarang ini
menjadi kebutuhan yang tidak dapat ditunda lagi. Kepemimpinan
TNI AD adalah merupakan cerminan pemimpin yang berkarakter
Sapta Margais sejati. Semangat rela berkorban dan pantang menyerah
ini sejalan dengan azas kepemimpinan yaitu Belaka, yang memiliki
makna kemauan, kerelaan dan keberanian untuk mempertanggung
jawabkan tindakan-tindakannya. Marga ketiga, “Kami ksatria
Indonesia, yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
serta membela kejujuran, kebenaran dan keadilan“. Bahwa
seorang pemimpin harus berjiwa ksatria Indonesia, memiliki sifat-
sifat sederhana, ulet, tabah, tahan uji, gagah berani, bersedia
menegakkan kejujuran, kebenaran dan keadilan. Semangat ksatria

23
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

ini dilandasi sifat keperwiraan yang berbudi luhur dan ketaqwan


kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam implementasinya watak kstaria
ini harus menunjukkan kepribadian seorang pemimpin yang dalam
implementasinya memiliki keberanian untuk membela kejujuran dan
kebenaran. Kemampuan untuk melihat setiap permasalahan secara
obyektif dan menyelesaikan dengan bijaksana, yang didasarkan
kepada komitmen dan konsistensi serta kepentingan organisasi. Pada
Marga ini seorang pemimpin dituntut untuk selalu bertindak adil dan
tidak membeda-bedakan kepada yang dipimpinnya. Jiwa dan karakter
seorang pemimpin Sapta Marga lebih mengutamakan aspek moral
spiritual sebagai bentuk pertanggung jawaban sejati dan pengabdian
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sifat ksatria yang dilandasi moral
spiritual yang mendalam yang meyakini sepenuh hati adanya kuasa
Tuhan, sejalan dengan azas kepemimpinan yaitu Taqwa, yang berarti
beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan taat kepada-Nya, dengan
sungguh-sungguh menjalankan semua perintah-Nya, dan berserah
diri hanya kepada-Nya. Marga keempat, “Kami Prajurit Tentara
Nasional Indonesia adalah Bhayangkari Negara dan Bangsa
Indonesia“, mempunyai makna bahwa Pemimpin TNI AD adalah
bukan sekedar pengawal yang menjaga keutuhan dan kepentingan
organisasi TNI AD, tetapi makna yang lebih mendalam adalah bahwa
pemimpin yang dilahirkan dari institusi TNI AD adalah sosok yang
siap untuk mengawal dan mengamankan bangsa dan negara, menjadi
garda terdepan dan sekaligus menjadi benteng bagi keutuhan NKRI.
Bhayangkari negara adalah pembela dan penjaga tanah air, siap
tampil didepan dari setiap ancaman, tantangan, hambatan dan
gangguan yang mengganggu stabilitas dan tidak pernah mengenal

24
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

lelah dalam mengamankan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara.


Sikap untuk selalu menjadi benteng negara, siap menjadi teladan dan
keikhlasan untuk bekerja bersama dengan seluruh komponen bangsa
ini tercermin dalam azas kepemimpinan yaitu Ing Ngarso Sung
Tulada, yang berarti memberi suri tauladan dihadapan anak
buahnya, Ing Madya Mangun karsa, ikut bergiat serta menggugah
semangat di tengah-tengah anak buah dan Tut Wuri Handayani,9
mempengaruhi dan memberi dorongan dari belakang kepada anak
buah, demi kepentingan yang lebih besar. Marga kelima, “Kami
Prajurit Tentara Nasional Indonesia memegang teguh
disiplin, patuh dan taat kepada pimpinan serta menjunjung
tinggi sikap dan kehormatan prajurit“ bahwa makna yang
terkandung didalamnya adalah seorang pemimpin TNI AD harus
selalu memegang teguh disiplin, setiap langkah dan tindakan harus
mengacu kepada aturan dan ketentuan yang berlaku. Berani
memberikan reward and punishment secara proporsional terhadap
setiap prestasi dan pelanggaran yang dilakukan oleh anak buah.
Disamping menjaga disiplin, pemimpin TNI AD harus patuh dan taat
kepada pimpinan yang memiliki makna bahwa hierarki
kepemimpinan harus dipertanggung jawabkan secara bertahap,
bertingkat dan berlanjut. Mengutamakan sikap dan kehormatan
sebagai pemimpin, adalah benteng yang dapat digunakan untuk
menahan kemungkinan godaan dan berbagai hal yang tidak
diinginkan, dan kemungkinan akan melanggar norma kepemimpinan
yang ada. Pengamalan marga kelima ini merupakan perwujudan
perpaduan yang serasi antara jasmaniah dan rohaniah yaitu disiplin

9 Ibid hal 18
25
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

lahir dan disiplin batin yang dilandasi keikhlasan untuk senantiasa


mengabdi dengan perasaan ikhlas dan bangga. Keikhlasan dan
kerelaan ini cerminan dari azas kepemimpinan Legawa, yang
bermakna kemauan, kerelaan dan keikhlasan untuk mengabdi dengan
penuh tanggung jawab dan untuk pada saatnya menyerahkan
tanggung jawab dan kedudukannya kepada generasi berikutnya.
Marga keenam, “Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia
mengutamakan keperwiraan di dalam melaksanakan tugas
serta senantiasa siap sedia berbhakti kepada Negara dan
Bangsa“, bahwa kepemimpinan TNI AD mengutamakan keperwiraan
di dalam melaksanakan tugas, artinya bahwa seorang pemimpin
mempunyai tekad yang teguh untuk mencapai cita-citanya selaras dan
sesuai dengan hakekat keperwiraan, sehingga timbul rasa tanggung
jawab moril padanya untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-
baiknya. Sifat keperwiraan harus senantiasa dipegang teguh untuk
menjamin keteguhan dalam pelaksanaan tugasnya. Pemimpin TNI
AD senantiasa harus siap sedia berbhakti kepada Negara dan Bangsa,
dalam makna yang lebih dalam adalah pemimpin harus siap
mengabdi tanpa mengenal batas waktu dan bahkan siap bekerja
melebihi panggilan tugas. Semua ini dlakukan semata-mata hanya
untuk menjamin terselenggaranya tugas secara baik dan tercapainya
tugas pokok sesuai dengan ketentuan yang sudah digariskan. Dalam
melaksanakan tugasnya seorang pemimpin juga harus mampu
memprioritaskan tugas dan siap untuk berbuat yang terbaik. Sikap ini
merupakan cerminan dari azas kepemimpinan Waspada Purba
Wisesa, yang berarti selalu waspada mengawasi serta sanggup dan

26
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

berani memberi koreksi kepada anak buah, Ambek Parama Arta,10


dapat memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan. Marga
ketujuh, “Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia setia dan
menepati janji serta Sumpah Prajurit“, makna yang terkandung
didalamnya adalah bahwa seorang pemimpin TNI AD harus
memegang sumpah setia. Kehormatan yang paling tinggi dari seorang
pemimpin adalah tatkala mampu mempertahankan kehormatannya,
yang diikat dengan janji dan sumpah Prajurit yang menjadi bagian
dari kehidupan pengabdian TNI AD. Bagi seorang pemimpin,
kesetiaan dan menepati janji adalah sebuah komitmen yang memiliki
strata tertinggi dalam pengabdiannya. Oleh karena itu dalam setiap
pelaksanaan tugasnya harus benar-benar mampu membuat “self
control” yang didasarkan kepada kesadaran pribadi akan tugas dan
tanggung jawabnya. Komitmen ini sejalan dengan azas kepemimpinan
Prasaja, tingkah laku yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan,
dan Gemi Nastiti, yang berarti kesadaran dan kemampuan
mengabdi dan bekerja hanya kepada yang benar-benar diperlukan.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa pemimpin TNI
sudah memiliki karakter dalam bersikap dan bertindak baik dalam
pelaksanaan tugas maupun dalam kehidupan sehari-hari karena Sapta
Marga merupakan landasannya sehingga seluruh prajurit sampai
dengan pemimpinnya yang ada di lingkungan TNI secara otomatis
sudah dapat menunjukan jati dirinya sebagai insan Sapta Marga.

10 Ibid hal 18
27
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

Kearifan Indonesia yang bersendikan nilai-nilai sejarah


dan kultur bangsa.
Indonesia adalah negara yang kaya akan potensi dan sumber daya,
keaneka ragaman hayati menjadikan Indonesia sebagai zamrud
khatulistiwa, sedangkan kekayaan khasanah budaya telah menjadikan
kebhinnekaan Indonesia menjadi sumber inspirasi bagi
perkembangan peradaban budaya bangsa yang diakui dunia.
Pemaknaan nilai-nilai luhur bangsa ini perlu ditumbuh kembangkan
melalui rekonstruksi dan reaktualisasi terutama kepada generasi
penerus, sehingga kelangsungan pemeliharaan terhadap warisan nilai-
nilai budaya bangsa yang adi luhung dapat terus dipertahankan.
Kearifan Indonesia sangat mungkin untuk dilakukan, masyarakat
Indonesia sudah sepatutnya untuk kembali kepada jati dirinya melalui
pemaknaan kembali dengan rekontruksi nilai-nilai luhur budaya
bangsa Indonesia. Upaya yang perlu dilakukan adalah menguak
makna substantif kearifan Indonesia meliputi:
1. Masyarakat religius dan ramah. Masyarakat religius
adalah sebuah masyarakat yang didalamnya kepercayaan agama,
yang melapisi rasionalitas dan alasan tindakan. Atas dasar ini,
masyarakat bukan sekedar sejumlah orang bebas yang kumpul
dalam satu letak atau waktu. Mereka hanya akan disebut sebagai
masyarakat tatkala masing-masing mendapatkan peluang kolektif
dalam bertindak. Masyarakat atau tatanan sosial lebih bertumpu
pada kapasitas individu sebagai pelaku. Substansi manusia itu
sendiri terkait erat dengan kehendak dan tindakan bebasnya,
bahkan berfikir pun adalah satu bentuk tindakan bebas. Dalam
kearifan Indonesia tidak ada pemimpin yang bertindak, berucap

28
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

dan berbuat bebas, tapi tetap menggunakan kata-kata yang


mencerminkan keramahan dan sopan santun.
2. Sifat gotong royong. Dalam perjalanan sejarah, sejak jaman
dahulu Bangsa Indonesia terkenal dengan semangat kekeluargaan
dan kegotong royongan. Perilaku hidup senasib sepenanggungan
dalam menghadapi dan mengatasi setiap permasalahan hidup,
telah melahirkan konsep hidup gotong royong dan saling
membantu antara satu dengan yang lain, yang hingga kini masih
dipertahankan, terutama di kalangan masyarakat pedesaan.
Warisan nilai luhur ini diharapkan tetap melembaga dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, baik di
kalangan generasi muda maupun di lingkungan kehidupan
masyarakat umumnya. Harus disadari bahwa di kalangan generasi
muda sekarang ini, nilai-nilai dan semangat gotong royong ini
sudah semakin pudar dan terdegradasi oleh arus budaya asing dan
berbagai kemajuan teknologi yang membentuk karakter manusia
menjadi semakin egois dengan kebutuhan dan kepentingan
pribadinya.
Ciri khas bangsa Indonesia salah satunya adalah gotong royong,
namun dengan adanya modernisasi dan globalisasi telah
melahirkan corak kehidupan yang sangat kompleks, hal ini
seharusnya jangan sampai membuat bangsa Indonesia kehilangan
kepribadiannya sebagai bangsa yang kaya akan unsur budaya.
Akan tetapi dengan semakin derasnya arus globalisasi mau tidak
mau kepribadian tersebut akan terpengaruh oleh kebudayaan
asing yang lebih mementingkan individualisme. Secara nyata,
tradisi gotong-royong bangsa Indonesia telah melembaga dan
29
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

mengakar kuat, diwujudkan dalam berbagai aktivitas keseharian


masyarakat Indonesia, khususnya di pedesaan walaupun praktek
gotong royong cenderung mengalami penurunan, baik dari sudut
pandang lingkup aktivitas maupun jumlah orang yang terlibat
secara umum masih mendapatkan apresiasi positif dari warga
masyarakat. Hal ini tampaknya juga dipengaruhi oleh salah satu
karakteristik khusus, yaitu keeratan hubungan sosial yang dimiliki
oleh masyarakat. Budaya gotong royong yang menjadi salah satu
sifat kearifan bangsa Indonesia dalam aplikasinya harus dimiliki
oleh setiap pemimpin di Indonesia tidak terkecuali pemimpin TNI
AD. Wujud kepemimpinan yang dijiwai nilai–nilai gotong royong
adalah tumbuhnya nilai kebersamaan dan rasa senasib
sepenanggungan antara pemimpin dengan yang dipimpin. Dengan
demikian akan diperoleh jiwa korsa (espirt de corps) satuan/
organisasi, apabila dipupuk dan dibina dengan baik akan
menimbulkan efek positif yang berguna bagi kemajuan satuan/
organisasi tersebut.
3. Sifat ramah tamah dan saling menghargai. Indonesia
selama ini disebut-sebut sebagai bangsa yang ramah-tamah serta
memiliki toleransi dan budaya yang tinggi. Pernyataan seperti itu
sudah berulang kali kita dengar. Baik itu dari orang-orang
Indonesia sendiri maupun dan orang-orang asing yang berkunjung
ke negeri ini. Namun, seiring dengan perjalanan waktu, terdapat
sekelompok anggota masyarakat tertentu melakukan kekerasan
atau memaksakan kehendak terhadap sekelompok anggota
masyarakat lainnya, sehingga menimbulkan pertanyaan benarkah
bangsa Indonesia adalah bangsa yang ramah-tamah serta memiliki
toleransi dan budaya yang tinggi. Tentunya tindakan yang tidak
30
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

ramah-tamah, tidak toleran dan tidak berbudaya itu hanya


merupakan ulah sebagian kecil dari komponen bangsa sehingga
ada baiknya merenung dan melakukan introspeksi untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada dan mencari cara
untuk memperbaikinya serta mulai mengajarkannya kepada anak-
anak sejak usia dini. Sebagai contoh memberi salam hormat atau
tersenyum kepada orang lain merupakan langkah awal menuju
sikap yang ramah-tamah serta memiliki toleransi dan budaya yang
tinggi. Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, apapun
yang diusahakan oleh manusia, selalu saja menyisakan
kekurangan. Untuk itu, alangkah baiknya bila setiap orang belajar
menghargai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dewasa ini
manusia cenderung lupa untuk menghargai sesamanya, terkadang
selalu ingin untuk dihargai, tanpa mau menghargai orang lain.
Untuk menghargai orang lain caranya sangatlah mudah yaitu
dengan melihat kelebihan-kelebihan setiap orang yang ditemui,
dengan demikian akan banyak keuntungan yang bisa didapatkan.
Jika ingin menghargai orang lain maka akan terwujud sikap saling
membantu, saling menguatkan dan saling menguntungkan
sehingga dalam mengatasi setiap permasalahan, akan lebih mudah
diselesaikan. Nilai-nilai kepemimpinan dari sikap ramah tamah
dan saling menghargai adalah sebagai seorang pemimpin harus
mampu bersikap ramah terhadap siapapun tidak terkecuali
terhadap orang yang berseberangan pandangan dan pendapatnya.
Sedangkan sikap saling menghargai bagi seorang pemimpin
terkandung maksud agar selalu berfikir positif terhadap setiap
orang yang dipimpinnya dan permasalahan yang dihadapinya
sehingga diperoleh keputusan yang baik dan benar yang
bermanfaat bagi kemajuan dan keberhasilan organisasi.
31
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

4. Sifat Musyawarah. Musyawarah merupakan suatu upaya


untuk memecahkan persoalan (mencari jalan keluar) guna
mengambil keputusan bersama dalam penyelesaian atau
pemecahan masalah yang dihadapi. Pada saat ini musyawarah
selalu dikait-kaitkan dengan dunia politik, demokrasi, bahkan hal
tersebut tidak dapat dipisahkan. Pada prinsipnya musyawarah
adalah bagian dari demokrasi, dalam demokrasi Pancasila
penentuan hasil dilakukan dengan cara musyawarah mufakat.
Pada prinsipnya perbedaan pendapat pada alam demokrasi adalah
suatu hal yang wajar. Hanya saja pada saat pengambilan
keputusan, kepentingan pribadi dan kelompok terkadang lebih
dominan dan terkesan adanya pemaksaan kehendak. Disinilah
pentingnya langkah musyawarah dan mufakat untuk mencapai
satu kesatuan pendapat. Sistem musyawarah mufakat merupakan
warisan para pendiri negara yang tidak boleh ditinggalkan, karena
cara ini sesuai dengan homogenitas dan heterogenitas bangsa
Indonesia, yang terdiri banyak suku bangsa, agama dan nilai
budaya. Tidak salah "founding fathers" (pendiri negara) memilih
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan untuk
menunaikan kepentingan negara dan masyarakat, karena ini cara
yang tepat bagi Indonesia. Hal ini juga dilatarbelakangi oleh
kondisi bangsa Indonesia yang memiliki banyak perbedaan etnis,
agama, budaya yang semua itu membutuhkan sistem pendekatan
"musyawarah mufakat" dalam mengambil keputusan bersama,
dengan semangat kekeluargaan. Nilai-nilai kepemimpinan yang
dapat diambil dari kearifan musyawarah bagi pemimpin adalah
32
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

kemauan mendengarkan masukan dari bawahannya dan


mengkomunikasi-kan terhadap setiap permasalahan yang
dihadapi dengan baik sehingga diperoleh pemecahan masalah
yang baik dan tidak menimbulkan permasalahan baru yang dapat
menghambat tercapainya tugas pokok satuan/organisasi.
5. Sifat percaya diri dan pantang menyerah. Percaya diri
dapat diartikan bahwa suatu kepercayaan akan kemampuan
sendiri yang memadai dan menyadari kemampuan yang dimiliki
dapat di manfaatkan secara tepat. Seseorang dapat memiliki
kepercayaan diri yang baik apabila orang tersebut dapat
menyampaikan pendapat kepada orang lain dan dapat
menunjukkan suatu sikap yakin kepada orang lain. Percaya diri
dikembangkan dengan memikirkan secara mendalam sewaktu
menghadapi suatu permasalahan. Percaya diri sangat bermanfaat
dalam setiap keadaan. Percaya diri merupakan wujud keyakinan
terhadap kemampuan yang dimiliki dalam menghadapi setiap
permasalahan. Sikap percaya diri dibentuk dengan belajar secara
terus menerus dengan menerapkan pengetahuan yang sudah
dipelajari. Sedangkan sikap pantang menyerah adalah sebuah
wujud kepribadian seseorang untuk bangkit dari suatu kegagalan
untuk mencapai keberhasilan. Seseorang yang pantang menyerah
adalah seseorang yang memiliki daya imajinasi dan kreatifitas
yang tinggi serta senantiasa mampu memberi berbagai jawaban
atas keragaman tantangan yang dihadapinya. Hidup ini
mengajarkan kepada semua orang untuk selalu siap menhadapi
berbagai tantangan tanpa pernah mengeluh apa lagi putus asa
terhadap situasi dan kondisi yang dihadapi. Setiap pemimpin
33
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

harus memiliki sifat percaya diri dan pantang menyerah, dengan


percaya diri yang tinggi tetapi tidak berlebihan (over confident)
akan membantu pemimpin dalam membuat keputusan secara
cepat dan tepat. Sedangkan sifat pantang menyerah mutlak
dimiliki oleh seorang pemimpin agar mampu menyelesaikan setiap
permasalahan yang dihadapi dengan baik.

Permasalahan bangsa ditinjau dari keutuhan NKRI.


Salah satu ciri negara yang sedang berkembang adalah ditandai
dengan meningkatnya dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara
dalam segala aspek kehidupan. Beberapa perkembangan
permasalahan bangsa yang sangat berpengaruh terhadap keutuhan
NKRI yang terjadi dewasa ini antara lain: Wawasan Kebangsaan.
Berbicara peranan wawasan kebangsaan yang dikaitkan dengan
pengaruh pimpinan TNI AD tentunya tidak terlepas dari bagaimana
cara pandang dan sikap suatu bangsa dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dimana, cara pandang dan sikap tersebut berlandaskan
falsafah hidup yang sama. Talcott Parsons (1951) mengenai teori
sistem, menyatakan bahwa wawasan kebangsaan dapat dipandang
sebagai suatu falsafah hidup yang berada pada tataran sub sistem
budaya. Dalam tataran ini wawasan kebangsaan dipandang sebagai
‘way of life’ atau merupakan kerangka/peta pengetahuan yang
mendorong terwujudnya tingkah laku dan digunakan sebagai acuan
bagi seseorang untuk menghadapi dan menginterpretasi
lingkungannya. Jadi, sebenarnya setiap masyarakat Indonesia
haruslah menjadikan wawasan kebangsaan sebagai tolak ukur dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena jika
tidak, maka setiap masyarakat Indonesia akan cenderung
mengutamakan kepentingan pribadi dan golongannya, sehingga
34
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

berdampak buruk terhadap keutuhan bangsa. Oleh karena itu untuk


menumbuh kembangkan cita-cita NKRI maka diperlukan pemahaman
tentang wawasan kebangsaan dari seluruh masyarakat Indonesia. Hal
ini dikarenakan pengaruh rasa nasionalisme masyarakat Indonesia
sebagai wujud dari wawasan kebangsaan sangat menentukan
keutuhan bangsa. Dengan demikian salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah merevitalisasi wawasan kebangsaan melalui
pemasyarakatan wawasan kebangsaan. Pemasyarakatan wawasan
kebangsaan merupakan pemberian pemahaman kepada seluruh
warga negara Indonesia tentang kehidupan berbangsa dan bernegara
dengan berlandaskan empat pilar utama bangsa Indonesia. Hal ini
bertujuan untuk membangkitkan kesadaran masyarakat Indonesia
dengan menghargai pluralisme bangsa dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Proses pemasyarakatan wawasan kebangsaan dapat
dilakukan melalui sosialisasi kepada masyarakat Indonesia.
Selanjutnya, pemasyarakatan wawasan kebangsaan dalam rangka
mewujudkan keutuhan bangsa dapat dilakukan melalui keteladanan
para pemimpinnya. Para pejabat pemerintah yang mengemban
amanat rakyat haruslah bekerja dengan penuh integritas, sehingga
melalui keteladanan tersebut, masyarakat semakin optimis dalam
melaksanakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4 (empat) Pilar Bangsa. Untuk mewujudkan keutuhan bangsa
tidak terlepas dari empat pilar utama kehidupan berbangsa dan
bernegara. Karena melalui empat pilar yakni Pancasila, UUD 45,
NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika,11 maka segala perbedaan
(agama, etnis, golongan dan letak daerahnya) dapat dipersatukan
demi keutuhan bangsa.

11
Artikel membangun Kerangka Hukum Berdasarkan Empat Pilar Utama Bangsa, Erma
Suryani Ranik, hal 2
35
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

Pancasila memenuhi syarat sebagai pilar bagi bangsa Indonesia


yang pluralistik dan cukup luas dan besar. Pancasila mampu
mengakomodasi keanekaragaman yang terdapat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang
Maha Esa, mengandung konsep dasar yang terdapat pada segala
agama dan keyakinan yang dipeluk atau dianut oleh rakyat Indonesia,
merupakan common denominator dari berbagai agama, sehingga
dapat diterima semua agama dan keyakinan. Demikian juga dengan
sila kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab, merupakan
penghormatan terhadap hak asasi manusia. Manusia didudukkan
sesuai dengan harkat dan martabatnya, tidak hanya setara, tetapi juga
secara adil dan beradab. Pancasila menjunjung tinggi kedaulatan
rakyat, namun dalam implementasinya dilaksanakan dengan bersendi
pada hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.
Sedang kehidupan berbangsa dan bernegara ini adalah untuk
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, bukan
untuk kesejahteraan perorangan atau golongan. Pancasila sebagai
salah satu pilar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara memiliki
konsep, prinsip dan nilai yang merupakan kristalisasi dari belief
system yang terdapat di seluruh wilayah Indonesia, sehingga
memberikan jaminan kokoh kuatnya Pancasila sebagai pilar
kehidupan berbangsa dan bernegara. Negara Indonesia adalah negara
hukum, yang bermakna bahwa hukum harus dijunjung tinggi dan
ditegakkan. Dalam negara hukum setiap warganegara harus tunduk
dan taat pada hukum. Perlu kita sadari bahwa satu-satunya norma
kehidupan yang diakui sah untuk memaksa warganya adalah norma
hukum, hal ini berarti bahwa aparat yang berwenang memiliki hak
untuk menindak secara tegas terhadap warganegara yang tidak mau
tunduk dan tidak mematuhi hukum.
36
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

UUD’45. Suatu negara yang tidak mampu menegakkan hukum


akan mengundang terjadinya situasi yang disebut anarki. Sebagai
akibat warga negara berbuat dan bertindak bebas sesuka hati, tanpa
kendali, dengan berdalih menerapkan hak asasi, sehingga yang terjadi
adalah kekacauan. Agar dalam penegakkan hukum ini tidak dituduh
sebagai tindak sewenang-wenang, sesuka hati penguasa, melanggar
hak asasi manusia, diperlukan landasan yang dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat diterima oleh rakyat. Landasan
tersebut berupa citra hukum atau rechtsidee yang merupakan dasar
filsafat yang menjadi kesepakatan rakyat Indonesia. Pancasila sebagai
citra hukum yang terwujud dalam dasar negara yang dijadikan acuan
dalam menyusun segala peraturan perundang-undangan. Pancasila
merupakan common denominator bangsa, kesepakatan bangsa,
terbukti sejak tahun 1945 Pancasila selalu dicantumkan sebagai dasar
negara. Pancasila dipandang cocok dan dapat dijadikan landasan yang
kokoh untuk bangsa Indonesia dalam menegakkan hukum, dalam
menjamin terwujudnya keadilan yang didasari oleh Undang-
Undang Dasar 1945.
NKRI merupakan salah satu dari 4 pilar penyangga kehidupan
berbangsa dan bernegara Indonesia yang telah menjadi kesepakatan
bangsa dan dimanfaatkan sebagai landasan perjuangan dalam
menyusun program kerja dan untuk melaksanakan kegiatannya.
Bentuk negara kesatuan adalah ketentuan yang diambil oleh para
founding fathers pada tahun 1945 berdasarkan berbagai
pertimbangan dan hasil pembahasan yang cukup mendalam. Sejak itu
negara Republik Indonesia berbentuk kesatuan sampai dewasa ini,
telah disepakati oleh semua pihak bahwa bentuk negara kesatuan
37
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

merupakan pilihan final bangsa. Untuk mencari landasan bagi negara


kesatuan para founding fathers mendasarkan diri pada pengalaman
sejarah bangsa sejak zaman penjajahan, waktu perjuangan
kemerdekaan sampai persiapan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Penjajah menerapkan strategi devide et impera, atau pecah dan
kuasai. Strategi tersebut hanya mungkin dapat diatasi oleh persatuan
dan kesatuan. Sejarah membuktikan bahwa perjuangan melawan
penjajah selalu dapat dipatahkan dengan strategi devide et impera.
Hal ini yang dipergunakan sebagai alasan dan dasar dalam
menentukan bentuk negara kesatuan. Persatuan dan kesatuan yang
dilhami dari keanekaragaman baik suku, agama, ras dan kepentingan
muncullah Semboyan Bhinneka Tunggal Ika diungkapkan pertama
kali oleh Mpu Tantular dalam bahasa sangsekerta yang memiliki arti
“berbeda-beda tapi satu juga”.
Bhinneka Tunggal Ika tidak bersifat sektarian dan eksklusif;
hal ini bermakna bahwa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
tidak dibenarkan merasa dirinya yang paling benar, paling hebat dan
tidak mengakui harkat dan martabat pihak lain. Bhinneka Tunggal Ika
bersifat inklusif. Golongan mayoritas dalam hidup berbangsa dan
bernegara tidak memaksakan kehendaknya pada golongan minoritas.
Bhinneka Tunggal Ika tidak bersifat formalistis yang hanya
menunjukkan perilaku semu. Bhinneka Tunggal Ika dilandasi oleh
sikap saling percaya mempercayai, saling hormat menghormati, saling
cinta mencintai dan rukun. Hanya dengan cara demikian maka
keanekaragaman ini dapat dipersatukan. Bhinneka Tunggal Ika
bersifat konvergen tidak divergen, yang bermakna perbedaan yang
terjadi dalam keanekaragaman tidak untuk dibesar-besarkan, tetapi
38
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

dicari titik temu, dalam bentuk kesepakatan bersama. Hal ini akan
terwujud apabila dilandasi oleh sikap toleran, non sektarian, inklusif,
akomodatif dan rukun yang terpancar dalam Pancasila. Dengan
adanya 4 (empat) pilar penyangga kehidupan berbangsa dan
bernegara secara otomatis akan memberikan kemampuan bangsa
Indonesia dalam menghadapi segala permasalahan nasional sebagai
suatu Ketahanan Nasional. Ketahanan Nasional Indonesia adalah
kondisi dinamik bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek
kehidupan nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan
kekuatan nasional, dalam menghadapi dan mengatasi segala
ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan baik yang datang dari
luar maupun dari dalam, yang langsung maupun tidak langsung, yang
membahayakan kehidupan nasional untuk menjamin identitas,
integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan
mencapai tujuan nasionalnya. Hakekat ketahanan nasional adalah
kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin
kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara.
Ketahanan nasional ini tergantung pada kemampuan bangsa dan
seluruh warga negara dalam membina aspek alamiah serta aspek
sosial sebagai landasan penyelenggaraan kehidupan nasional disegala
bidang. Ketahanan nasional mengandung makna keutuhan semua
potensi yang terdapat dalam wilayah nasional baik fisik maupun sosial
serta memiliki hubungan erat antar gatra di dalamnya secara
komprehensif dan integral.

39
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

Ketahanan Nasional Indonesia dikelola berdasarkan Hasta gatra


yang meliputi unsur-unsur geografi, kekayaan alam, kependudukan,
ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.
Kualitas Panca Gatra dalam kehidupan nasional Indonesia terintegrasi
dengan Tri Gatra merupakan cerminan tingkat Ketahanan Nasional
Indonesia. Ketahanan Nasional adalah suatu pengertian holistik,
dimana terdapat saling hubungan antar gatra didalam keseluruhan
kehidupan nasional (Hasta gatra). Kelemahan disalah satu gatra dapat
mengakibatkan kelemahan di gatra lain dan mempengaruhi kondisi
secara keseluruhan. Ketahanan Nasional Indonesia bukanlah
merupakan suatu penjumlahan ketahanan segenap gatranya,
melainkan suatu resultante keterkaitan yang integratif dari kondisi
dinamik kehidupan bangsa di seluruh aspek kehidupannya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambarkan
pendekatan kajian secara skematik sebagai berikut :

40
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

Gambar 2.
Skema Pendekatan Kajian

INPUT PROSES OUTPUT


Strategi Membentuk
Gaya dan Watak
Pimpinan TNI yang TERWUJUDNYA
Kepemimpinan
ideal : PEMIMPIN TNI AD
TNI
1) Religius BERKARAKTER
Sapta Marga 2) Bijaksana SAPTA MARGA
3) Sopan Santun YANG BERCIRIKAN
Kearifan
4) Responsif dan KEARIFAN
Indonesia yang
Inovatif INDONESIA
bersendikan nilai-
5) Tanggung Jawab GUNA MENJAGA
nilai sejarah 6) Intelektual KEUTUHAN NKRI
Wawasan 7) Jujur dan
Kebangsaan Rendah Hati
8) Tegas dalam
4 (empat ) pilar Bertindak
kebangsaan 9) Suri Tauladan
- Pancasila 10) Dapat Dipercaya
- UUD’45
- NKRI
- Bineka Tunggal
Ika

Strategi kepemimpinan yang mampu memberikan sumbangsih


dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam
menghadapi situasi bangsa yang terjangkit eoforia demokrasi, seorang
pemimpin harus tetap memiliki keteguhan hati, pikiran dan sikap
sekalipun menghadapi situasi kritis dan sulit serta tetap konsisten
pada jatidirinya sebagai patriot. Ciri kepemimpinan yang memiliki
integritas yang tinggi harus dipertahankan dan dimiliki dalam
kepemimpinan TNI AD adalah jujur, tegas dan dapat dipercaya.
41
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

Dalam meningkatkan citra kepemimpinan TNI disaat ini dihadapkan


pada era reformasi yang sedang berjalan dengan berbagai
permasalahan yang ada, maka perlu adanya pembentukan karakter
pemimpin TNI AD yang bercirikan kearifan Indonesia dengan segala
kekayaan ragam budaya yang terdapat di bumi nusantara. Dalam
upaya peningkatan citra kepemimpinan dilingkungan TNI AD tidak
lepas dari bagaimana menganalisa ilmu kepemimpinan TNI yang
sudah banyak digunakan oleh para pemimpin TNI AD dan itu juga
tergantung dari seseorang pemimpin tersebut karena kita ketahui
bersama bahwa memimpin adalah seni dan kecakapan dalam
mempengaruhi dan membimbing bawahannya, sehingga dari pihak
yang dipimpin timbul kemauan, kepercayaan, hormat dan ketaatan
yang diperlukan dalam penunaian tugas-tugas yang dipikulkan
padanya dengan menggunakan ruang, alat dan waktu yang
mengandung keserasian antara tujuan kelompok atau kesatuan
dengan kebutuhan-kebutuhan atau tujuan-tujuan perorangan.
Sebagai pemimpin hendaknya dapat mengembangkan karakter, baik
untuk kepentingan diri sendiri maupun anak buahnya. Sifat-sifat yang
harus dipunyai oleh seorang pemimpin khususnya pemimpin TNI AD
yang mampu mengetrapkan gaya kepemimpinan sesuai dengan situasi
satuannya (situational leadership) dan peduli akan kebutuhan,
kepentingan, impian dan harapan dari mereka yang dipimpin dengan
mengedepankan kultur budaya Indonesia yang di ilhami oleh watak
atau sifat utama yang diambil dari sifat alam yang disebut Hasta
Brata. Adapun sifat-sifat pemimpin TNI AD yang harus diterapkan
adalah sebagai berikut:

42
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

1. Religius, sesuai dengan delapan sifat utama bahwa


pemimpin sesungguhnya berkewajiban untuk mengembangkan
kepemimpinan yang religius. Dengan sifat-sifat religius itu
seorang pemimpin tidak ditenggelamkan oleh gejolak kehidupan
dunia material. Justru nilai-nilai religius itulah yang
dikembangkan untuk menata kehidupan di dunia material.
Dengan demikian nilai-nilai religius ini menjadi sarana untuk
mewujudkan kehidupan dunia yang berorientasi pada material
dalam kehidupan sehari-hari. Tidak sebaliknya, religiuisitas
ditenggelamkan oleh gejolak dunia material. Kepemimpinan
religius itulah yang seharusnya dikembangkan untuk dianut oleh
pemimpin TNI AD dalam mengemban pengabdiannya kepada
Negara dan Bangsa Indonesia. Karena dalam sila Ketuhanan Yang
Maha Esa sebagai sila pertama Pancasila nilai-nilai religius
dijadikan pegangan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara di Republik ini. Selain itu pemimpin yang religius
harus taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai dasar dalam
melaksanakan atau mengaplikasikan kepemimpinan dengan moral
dan akhlak yang baik sehingga mampu memberikan contoh yang
baik, serta selalu menghargai dan menghormati antar umat
beragama.
2. Bijaksana, seorang pemimpin yang bijaksana tidak akan
membuat keputusan sesuai dengan kata hatinya, emosinya atau
perasaannya, namun akan mengakomodir saran dan masukan dari
bawahannya sehingga keputusan yang dibuat akan lebih bersifat
obyektif dibandingkan dengan keputusan yang diambil atas dasar
kewenangannya.
43
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

Gaya kepemimpinan yang diketengahkan akan mampu


memberikan solusi yang tepat atas setiap permasalahan dan
berdampak positif terhadap anak buahnya untuk bekerja lebih giat
lagi dalam menciptakan ide-ide kreatif yang lebih cemerlang.
Karena seorang atasan yang handal mampu menciptakan kondisi
menjadi kental dengan suasana kekeluargaan, bukan menciptakan
persaingan yang tidak sehat. Siraman motivasi yang diterima para
bawahan pun dapat menimbulkan dampak positif lainnya bagi
setiap bawahan. Hal itu juga semakin membuat para bawahan
percaya diri dengan kemampuan yang dimiliki. Seorang atasan
yang bijak pasti tahu kapan waktu yang tepat untuk mengambil
keputusan yang penuh risiko dan melanjutkan ketahap
selanjutnya. Ia mampu menjalankan program sesuai dengan
rencananya. Terobosan seperti inilah yang akan mengubah kinerja
para bawahan menjadi lebih kreatif sehingga semakin semangat
dalam bekerja.
3. Sopan Santun. Kepemimpinan yang sopan santun amat
penting karena ia mencerminkan kemuliaan akhlak dan tingkah
laku seseorang pemimpin, namun zaman kecanggihan teknologi
kini sudah lupa akan budaya sopan santun padahal sesuai dengan
ciri bangsa Indonesia yang terkenal dengan ramah tamah dan
sopan santun, hal ini juga berlaku bila diaplikasikan dengan gaya
kepemimpinan dalam militer. Sebagai seorang pemimpin TNI AD
selalu mengacu dengan budaya Indonesia yang mengedepankan
kerendahan hati dan tidak sombong dalam memimpin bawahan,
jangan memanfaatkan kedudukan dan jabatan sehingga lupa
dengan adat dan budaya Indonesia tersebut sehingga
44
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

menyebabkan salah dalam pengambilan keputusan yang berakibat


merugikan diri sendiri maupun institusi.
4. Responsif dan inovatif. Kepemimpinan responsif
merupakan bagian dari kepemimpinan transformatif yang tanggap
terhadap kebutuhan bawahan. Oleh karena itu, menjadi hal yang
wajar bahwa seorang pemimpin menyampaikan informasi-
informasi penting tentang kepercayaan yang diberikan kepada
bawahannya. Menurut Caldwell dan Spinks mendefinisikan
kepemimpinan responsif merupakan akuntabilitas ke dalam proses
pemberian informasi kepada pihak lain, dalam memberi penilaian
terhadap suatu program.12 Merujuk kepada definisinya bahwa
sosok kepemimpinan responsif adalah sebagai berikut:
a. Pemimpin yang tanggap terhadap permasalahan yang ada
dan selalu memberikan pelayanan yang baik kepada
bawahannya.
b. Pemimpin yang selalu terbuka dan ikhlas untuk
menampung aspirasi bawahan untuk kemajuan satuan.
c. Sebagai pemimpin yang mengedepankan kultural, mampu
bekerjasama dalam rangka mengayomi dan memelihara
budaya kearifan yang berbasis pada nilai-nilai moral, etik dan
agamis.

12 http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2174002-kepemimpinan-responsif/#
45
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

d. Sebagai pemimpin yang edukatif harus proaktif


menganalisis informasi tentang perkembangan teknologi yang
inovatif dan berusaha melengkapi sarana dan prasarana yang
diperlukan.
e. Banyak menggali informasi dari luar, selanjutnya menjalin
kerjasama yang baik untuk memperbaiki strategi manajemen
dengan melakukan proses pengambilan keputusan yang
demokratis.
Selain itu pemimpin yang memiliki inovatif yang tinggi artinya
mempunyai kemampuan analisis dalam mengambil tindakan atau
keputusan. Kemampuan tersebut didasarkan pada rasa percaya
diri dalam menyelesaikan tugas, tanpa menunggu perintah atau
pengarahan terlebih dahulu dari atasannya. Pemimpin militer
yang baik, seyogyanya mampu menganalisa situasi yang terjadi
dan mengambil inisiatif untuk mengambil tindakan cepat dan
tepat.
5. Tanggung jawab. Adalah menjadi seorang pemimpin berarti
siap memikul tanggung jawab yang besar terhadap satuannya.
Tanggung jawab yang dipikulnya memang bisa dikatakan tidak
sedikit dan salah satu tanggung jawabnya adalah terhadap
bawahannya. Menjalankan tanggung jawab terhadap bawahan
memang bisa dikatakan tidak mudah. Contohnya, memang tidak
terlalu mudah untuk mengatur anak buah sehingga memiliki visi
yang sama dengan Komando Atas, tetapi tidak dapat dihindari, hal
tersebut tetap merupakan suatu hal yang menjadi kewajiban bagi
seorang pemimpin. Salah satu bukti pemimpin yang bertanggung

46
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

jawab adalah berani mengambil keputusan dan juga tidak


menyalahkan orang lain atas kesalahan yang terjadi. Seorang
pemimpin adalah seseorang yang bertanggung jawab jika terjadi
kesalahan dan bahkan memiliki upaya untuk menyelesaikan
masalah sampai tuntas. Seperti dikutip dari pernyataan Joy Gumz,
“if you always blame others for your mistakes, you will never
improve” yang berarti pada intinya adalah jika terus-menerus
menyalahkan orang lain karena kesalahanmu, maka dirimu tidak
akan pernah berkembang. Percaya atau tidak, hal seperti itu juga
berlaku bagi seorang pemimpin. Pemimpin yang sering
menyalahkan anak buahnya jika terjadi suatu kesalahan, tidak
akan berkembang untuk menjadi semakin baik di dalam
kepemimpinannya. Seorang pemimpin yang ingin mengembang-
kan kepemimpinannya ke arah yang lebih baik, memang tidak bisa
dipungkiri, ia harus belajar bertanggung jawab terhadap segala
yang ada, juga terbiasa untuk menangani kesalahan yang ada serta
menyelesaikannya sampai tuntas. Kepemimpinan memang
bukanlah masalah jabatan, melainkan masalah tindakan yang
dilakukan seseorang. Jika ia melakukan tindakan positif dan
terbiasa menangani serta menyelesaikan kesalahan yang terjadi,
maka ia dapat dikatakan pemimpin yang berhasil. Menjadi seorang
pemimpin yang baik, berarti siap bertanggung jawab. Jadilah
pemimpin yang biasa untuk menyelesaikan suatu masalah, karena
pemimpin yang benar adalah pemimpin yang tidak melemparkan
tanggung jawabnya melainkan menjalaninya sampai tuntas.

47
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

6. Intelektual. Adalah suatu totalitas dari kecerdasan yang harus


dimiliki oleh seorang pemimpin untuk memperoleh wawasan dan
pengetahuan yang luas untuk memberikan informasi kepada
bawahan baik yang diperoleh dengan jalan belajar secara terus
menerus maupun dengan cara bertukar pikiran dengan kalayak
masyarakat sipil, maka diharapkan mampu melaksanakan
komunikasi dengan baik.
7. Jujur dan Rendah Hati. Pemimpin yang memiliki sifat jujur
merupakan perpaduan antara keteguhan watak, sehat dalam
prinsip-prinsip moral, tabiat suka akan kebenaran, tulus hati dan
perasaan halus mengenai etika keadilan dan kebenaran, sedangkan
memiliki sifat yang rendah hati artinya menunjukkan sikap yang
menghargai pada setiap orang yang dihadapi, tanpa
menghilangkan/merendahkan kedudukan yang dimiliki.
8. Tegas dalam Bertindak. Adalah pemimpin yang berani
mengambil tindakan apabila diperlukan, berani membuat ide yang
telah diperhitungkan sebelumnya dan berani membantu
memecahkan masalah dengan tepat apabila diperlukan serta
memiliki kemampuan menggunakan perkiraan, sehingga dapat
memberikan keputusan yang benar pada saat yang tepat. Salah
satu elemen terpenting dalam menentukan suatu keputusan
adalah “tepat waktu, karena dengan waktu yang tepat, maka
keputusan tersebut bisa menentukan berhasilnya suatu misi”.
Seorang pemimpin harus berani bertindak tegas atas prinsip
kebenaran dan aturan, agar tidak mudah dipengaruhi atau
dibelokan haluannya, sikap yang tegas dalam kepemimpinan akan
melahirkan keputusan yang tepat dan sehat.
48
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

9) Suri Tauladan. Adalah pemimpin yang mampu memjadi contoh


tauladan dihadapan bawahannya baik sikap dan perilakunya serta
mendahulukan kepentingan orang banyak daripada kepentingan pribadi.
Sebagai pemimpin, perilaku yang baik bisa dijadikan suri tauladan bahwa
kita tidak pernah sekalipun mengambil dari sesuatu yang tidak baik, tidak
halal, hasil dari sebuah proses yang tidak jujur, dsb. Karena hal tersebut
tidak akan mendatangkan berkah bagi seorang pemimpin, keluarga dan
juga warga atau anak buah yang kita pimpin. Filosofi pemimpin adalah
dimanapun kita berada, kita harus bisa memberikan kontribusi positif
bagi lingkungan kita. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa
menyesuaikan dimana dia tinggal dalam suatu lingkungan seperti apa
yang dia hadapi dengan segala karakteristik budaya, adat istiadat,
karakteristik pribadi, lingkungan dan alam sekitarnya. Sehingga
dimanapun dia berada tidak akan menimbulkan resistensi dan bahkan bisa
memberikan pengayoman bagi yang dipimpinnya. Setiap ucapan yang
keluar dari mulut seorang pemimpin, kebijakan yang dikeluarkan dan
perilakunya selalu bernilai tinggi. Nilai dari sebuah kejujuran, kearifan
dan sikap mengayomi bawahannya.
10. Dapat dipercaya. Konsisten pada ucapan dan perbuatan
sehingga memiliki kepastian dalam pelaksanaan peran, tugas dan
fungsinya.

49
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

III.Kesimpulan.
Bangsa Indonesia dikenal dengan budaya ketimuran yang memiliki
kekhasan tersendiri yaitu dengan keramah tamahan dan budi pekerti
yang santun di mata masyarakat internasional. Meskipun dampak
globalisasi sudah mempengaruhi budaya ketimuran, sebagai bangsa
yang berbudi harus sadar bahwa nilai-nilai budaya ketimuran tidak
kalah tingginya dari budaya barat, sehingga diharapkan budaya
bangsa Indonesia yang bercirikan ketimuran dapat dikembangkan dan
dilestarikan. Nilai-nilai tersebut merupakan sifat kearifan bangsa
Indonesia yang harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-
hari khususnya bagi seorang pemimpin yang dijadikan teuladan oleh
bawahannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Untuk dapat menjadi pemimpin bangsa tidak bisa diraih secara
tiba-tiba, tetapi perlu suatu proses yang matang agar
kepemimpinannya dapat diterima oleh seluruh unsur bawahannya
serta dapat mencapai visi dan misinya. Sebagai pemimpin bukan
hanya berdasarkan suka atau tidak suka, tetapi harus memenuhi
beberapa kriteria diantaranya: kepribadian, keterampilan, bakat, sifat
yang dimiliki dimana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori
maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan. Pemimpin bukan
sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu
yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kekuatan
terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaannya, bukan
kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya atau sering disebut
karakter.

50
Pemimpin TNI AD Berkarakter Sapta Marga Yang Bercirikan
Kearifan Indonesia Guna Menjaga Keutuhan NKRI

Sebagai pemimpin TNI AD secara umum hendaknya memiliki


karakter Sapta Marga dengan selalu mengedepankan kearifan yang
dimiliki bangsa Indonesia diantaranya religius, bijaksana, sopan
santun, responsif dan inovatif, tanggung jawab, intelek, jujur dan
rendah hati serta tegas dalam bertindak, dapat menjadi suri tauladan
dan dapat dipercaya, sehingga pemimpin TNI AD dimanapun
ditempatkan di wilayah Indonesia akan selalu mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara serta kehadirannya dapat diterima
oleh seluruh lapisan masyarakat setempat yang kesemuanya bermuara
pada terciptanya persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.

Bandung, Januari 2012


Komandan Seskoad

Burhanuddin Siagian
Mayor Jenderal TNI

51

Anda mungkin juga menyukai