Tugas SOP Emmmmm

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PELAYANAN KEBIDANAN

LOGO BPS /
PERSALINAN NORMAL
RB / PKM

No. Dokumen : No. Revisi : Hal.:1/5


Ditetapkan,
STANDAR OPERASIONAL (Penanggung jawab)
PROSEDUR Tgl. Terbit :

ASUHAN PERSALINAN NORMAL ( TTD dan Nama jelas)

DEFINISI Asuhan Persalinan Normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama pengeluaran hasil
konsepsi setelah pembuahan berumur lebih dari 37 minggu dan setelah bayi lahir serta upaya
pencegahan komplikasi.

TUJUAN Membantu persalinan supaya bersih dan aman, serta mencegah terjadinya komplikasi dalam
persalinan.

KEBIJAKAN Dilakukan oleh bidan lulusan D III kebidanan sesuai dengan Standar Pelayanan Kebidanan

PERSIAPAN ALAT & -Bak instrumen berisi partus set (klem 2,gunting tali pusat 1,setengah koher 1, kateter 1)
BAHAN -Sarung tangan steril
-Kom berisi kapas dan air DTT
-Penghisap lendir atu delee
-oksitosin
-spuit 3cc
-umbilikal klem dan mono aural
-kasa steril
-kain utk ibu dan bayi
-bengkok
-tempat placenta
-baskom berisi air DTT dan waslap
-baskom berisi cairan klorin 0,5%
-tempat sampah basah dan kering

PROSEDUR I. MENGENAL GEJALA DAN TANDA KALA DUA


1. Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua
 Ibu merasakan adanya dorongan kuat untuk meneran
 Ibu merasakan tekanan rektum dan vagina semakin meningkat
 Perineum tampak menonjol
 Vulva dan sfingter ani membuka

II. MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN


2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan , dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan
penatalaksanaan komplikasi ibu dan bayi baru lahir
 Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi
 Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partu set
3. Memakai celemek plastik
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air
bersih mengalir, kemudian keringkan tangan dengan handuk bersih dan kering
5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam
6. Memasukan oksitosin ke dalam tabung suntik(gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT
dan steril), pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik.

III. MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK


7. Membersihkan vulva dan perineum, dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau
kasa dengan dibasahi air DTT
 Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama
 Buang kasa atau kapas pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia

No. Dokumen : No. Revisi : Hal.:2/5


 Ganti jika sarung tangan terkontaminasi (dekontaminasi) lepas dan rendam dalam larutan clorin
0,5%
8. Melakukan pemeriksaan dalam untuk mamastikan pembukaan lengkap
 Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap lakukan amniotomi
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih menggunakan sarung
tangan ke dalam larutan clorin 0,5%, kemudian lepaskan dan rendam sarung tangan dalam posisi
terbalik selama 10 menit. Kemudian cuci tangan
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan DJJ
dalam batas normal (120-160 x/menit)
 Mengambil tindakan yang sesuai jika tidak normal

Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam. DJJ dan semua hasil penilaian serta asuhan
pada partograf.

IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES BIMBINGAN UNTUK
MENERAN
11. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam
menemukan posisi yang nyaman dan yang sesuai dengan keinginannya.
 Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan
janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan temuan yang ada
 Jelaskan pada anggota keluarga bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi
semangat kepada ibu untuk meneran secara benar
12. Meminta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi untuk meneran. (bila ada rasa untuk
meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu untuk ke posisi setengah duduk atau posisi lain
yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran:
 Bimbing ibu untuk meneran secara benar
 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak
sesuai
 Bantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya (kecuali dalam posisi
terlentang dalam waktu yang lama)
 Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
 Anjurkan keluarga untuk memberi dukungan dan semangat untuk ibu
 Beri cukup asupan cairan per-oral (minum)
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran
(primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan-jalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman jika ibu belum
merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit

V. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI


15. Letakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di atas perut ibu, jika kepala bayi telah membuka
vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Letakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu
17. Buka tutup partuset dan perhatikan kembali kelengkapan bahan dan alat
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan

VI. PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI


Lahir Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala
bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran
perlahan sambil bernafas cepat dan dangkal
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan
lanjutkan proses kelahiran bayi
 Jika tali pusat melilit di leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong diantara dua klem
tersebut
21. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan

No. Dokumen : No. Revisi : Hal.:3/5


Lahirkan Bahu
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegeng secara biparietal. Anjurkan ibu untuk
meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan ke arah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan ke arah atas dan distal untuk mengeluarkan
bahu belakang
Lahirkan Badan dan Tungkai
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyangga kepala,
lengan, dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelususri dan memegang lengan
dan siku sebelah atas
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai,
dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing
mata kaki dengan ibu jari dan jaro-jari lainnya)

VII. PENANGANAN BAYI BARU LAHIR


25. Lakukan penilaian (selintas):
 Apabila bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?
 Apabila bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan tindakan resusitasi ( langkah
25 ini berlanjut ke langkah-langkah prosedur resusitasi bayi baru lahir dengan asfiksia)
26. Keringkan dan posisi tubuh bayi di atas perut ibu
Keringkan bayi dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya (tanpa membersikan verniks) kecuali
bagian tangan
 Ganti handuk basah dengan handuk yang kering
 Pastikan bayi dalam kondisi yang mantap di atas perut ibu
27. Periksa kondisi perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi kedua dalam uterus (hamil tunggal)
28. Beri tahu kepada ibu bahwa penolong akan menyuntik oksitosin (agar uterus berkontraksi baik)
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit (intramuskular) di 1/3 paha atas
bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin)
30. Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah bayi lahir) pada sekitar 3 cm dari
pusar (umbilikus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan
lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat
 Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian lakukan pengguntingan tali pusat
(lindungi perut bayi) diantara 2 klem tersebut
 Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian lingkarkan kembali ke sisi
berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan dengan simpul kunci
 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
32. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel
baik di dinding dada-perut ibu.
Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting
payudara ibu
33. Selimuti bayi dan ibu dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi
VIII. PENATALAKSANAAN AKTIF KALA TIGA
34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga 5-10 cm dari vulva
35. Letakan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain
menegangkan tali pusat
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan lain mendorong
uterus ke arah belakang-atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika
plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul
kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas
 Jika uterus tidak segera berkontraksi, meminta ibu, suami, atau anggota keluarga untuk melakukan
stimulasi puting susu.

No. Dokumen : No. Revisi : Hal.:4/5


Mengeluarkan Plasenta
37. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, meminta ibu meneran
sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas,
mengikuti poros jalan lahir (tetapkan lakukan tekanan dorso-kranial)
 Jika tali pusat bertambah panjang, pinfahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan
lahirkan plasenta
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
1.Beri dosisi ulang oksitosin 10 unit IM
2.Lakukan katerisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3.Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4.Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5.Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir
6.Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan dua tangan. Pegang dan putar
plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah
yang telah disediakan
 Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa
selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian
selaput yang tertinggal
Rangsang Taktil (Masase) Uterus
39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakan telapak tangan
di atas fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi (fundus teraba keras)
 Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik melakukan
rangsangan taktil/masase
IX. MENILAI PERDARAHAN
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan
utuh. Masukan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi
menyebabkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.
X. MELAKUKAN ASUHAN PASCAPERSALINAN
42. Pasikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam
43. Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi (di dada ibu paling sedikit 1 jam).
 Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui dini dalam waktu 30-60 menit.
Menyusui pertama biasanya berlangsung 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara
 Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusui
44. Lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, vitamin K 1mg
intramuskular di paha kiri anterolateral setelah satu jam kontak ibu-bayi
45. Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu jam pemberian Vitamin K1) di paha kanan
anterolateral.
 Letakan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusunkan
Letakan kembali bayi pada dada ibu biaya belum berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan
biarkan sampai bayi berhasil menyusu.

Evaluasi
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
 Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
 Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk
menatalaksanakan atonia uteri
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama
pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan
 Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap 2 jam pertama pascapersalinan
 Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal

No. Dokumen : No. Revisi : Hal.:5/5


50. Periksa kembali kodisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit)
serta suhu tubuh normal (36,6-37,5)

Kebersihan dan Keamanan


51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10
menit). Cuci dan bilas peralatan setelah dekontaminasi
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampai yang sesuai
53. Bersihkan badan ibu dengan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir, dan darah. Bantu ibu
memakai pakaian yang bersih dan kering
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu
minuman dan makanan yang diinginkan
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikan bagian dalam ke luar dan
rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan dengan tissue atau
handuk pribadi yang kering dan bersih.

Dokumentasi
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV
UNIT TERKAIT Laboratorium, Ahli Gizi, Instalasi rawat inap, rawat jalan dan IGD
DOKUMEN TERKAIT - Sinopsis Obstetri 2002
- Maternal dan Neonatal 2002
- Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Buku Acuan Ed.3 (Revisi), Jakarta : jaringan Nasional
Pelatihan Klinik, 2007.
- Pelatihan APN 2008

PENGGUNAAN OKSITIOSIN DRIP

PADA PERSALINAN
No. Revisi Halaman
1/3
No. Dokumen

Tanggal terbit
Ditetapkan
PROSEDUR Direktur
TETAP

Suatu tindakan pada ibu hamil baik yang sudah inpartu maupun

Yang belum inpartu dengan memasukkan Inf. D 5% dan oksitosin.

Pengertian
Sebagai pedoman pelaksanaan oksitosin drip baik untuk induksi maupun
Tujuan akselerasi persalinan

Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal


Kebijakan
1 Persiapan
1.1. Persiapan alat/obat.

1.1.1. Medicuth, infus set.


Prosedur
1.1.2. 2 kolf Dextrose 5%.

1.1.3. Obat oksitosin 5 unit.

1.2. Persiapan pasien.

1.3. Pesiapan penolong.

2. Pelaksanaan
2.1. Oksigen drip hanya diberikan bila tidak ada kontra indikasi
pemberiannya, dan bila his memang tidak adekuat.

2.2. Dipergunakan 500 cc glukose/dextrose 5 % yang ditambah dengan 5


U oksitosin.

2.3. Tetesan dimulai dengan 8 tetes/menit melakukan evaluasi selama 15


menit, bila his belum adekuat tetesan dinaikkan menjadi 4 tetes/menit
sampai timbul his yang adekuat

2.4. Tetesan maskimal adalah 40 tetesan/menit. Bila dengan 40


tetesan/menit dan sudah 2 kolf dextrose habis his tetap belum adekuat maka
oksitosin dianggap gagal.

PENGGUNAAN OKSITIOSIN DRIP


PADA PERSALINAN
No. Revisi Halaman
1 2/3
No. Dokumen

Tanggal terbit

PROSEDUR
TETAP

2.5. Yang dimaksud dengan his yang adekuat dalam Minis adalah his yang
mempunyai sifat sebagai berikut:

2.5.1. Interval setiap 3 – 5 menit, dengan fase relaksasi yang sempurna.


2.5.2. Lamanya: 40 – 60 detik.

2.5.3. lntensitas cukup, yang secara praktis dapat ditentukan dengan


menekan fundus uteri dengan jari-jari tangan puncak kontraksi. lntensitas
dianggap cukup apabila pada waktu ditekan uterus tidak menjadi cekung.

2.6. Evaluasi dari kemajuan persalinan dimulai pada his yang adekuat.

2.7. Drip dianggap gagal dan dihentikan apabila:

2.7.1. Dengan tetesan 40 tetes/menit dan sudah 2 kolf dextrose habis tidak
didapatkan his yang adekuat.

2.7.2. Sesudah 2 jam dinilai dari permulaan his yang adekuat, tidak terjadi
kemajuan persalinan. Juga tennasuk bila dalam 2 jam tersebut, his yang
semula sudah adekuat menjadi tidak adekuat lagi.

2.7.3. Pada waktu dilakukan drip timbul komplikasi yaitu fetal distress,
tetania uteri, ruptura uteri irroninens dan lain-lain. Bila terjadi penyulit-
penyulit seperti di atas, oxytosin drip tidak boleh diulang kembali.

2.8. Penentuan jumlah tetesan pada ositosin drip harus dilakukart oleh
dokter jaga sendiri.

2.9. Bila ekselerasi persalinan berhasil, maka oksitosin drip dilanjutkan


dalam kala II dan dihentikan paling sedikit 2 jam post partum.

PENGGUNAAN OKSITIOSIN DRIP


PADA PERSALINAN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1 3/3

Tanggal terbit

PROSEDUR
TETAP
3. Secondary arrest adalah tidak adanya pembukaan ostium uteri pada
persalinan fase aktif setelah dilakukan evaluasi selama 2 jam. Untuk menilai
kemajuan ini seyogyanya dilakukan 1 orang.
4. Bila terjadi secondary arrest, hendaknya dievaluasi penyebab terjadinya
hal tersebut. Bila persalinan pervaginam tidak mungkin atau tidak terjadi
kelainan letak, maka dilakukan seksio caesarea.

INDUKSI PERSALINAN DENGAN MISOPROSTOL


No. Dokumen No. Revisi Halaman
½

Ditetapkan
Tanggal terbit Direktur

PROSEDUR
TETAP

Suatu tindakan untuk terminasi kehamilan dengan obat misoprostol dengan


cara mematangkan cerviks

.
Pengertian
Sebagai pedoman untuk pelaksanaan induksi /terminasi kehamilan dengan
misprostol

Tujuan
1. Misoprostol ada 2 kemasan 200 mcg dan 100mcg, oral, vaginal
maupun rectal
2. Menigkatkan skor pelvic

3. Tidak dianjurkan pemberian misoprostol secara poliklinis

4. Tidak dianjurkan untuk kasus bekas bedah sesar

Kebijakan
1. Surat persetujuan tindakan
2. Periksa kondisi skor pelvik

3. Kesejahteraan janin diperiksa dahulu

4. Pasien harus rawat inap (tidak poliklinis)

5. Kontra indikasi bekas sc

6. Dosis 25-50 mcg tiap 6-8 jam pervaginal maksimal 4x pemberian ,


pemberian oral lebih dianjurkan

7. Jangan manipulasi dengan uterotonika lain ataupun ekspresi kristeller

Prosedur

EKSTRAKSI CUNAM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
01/MED/15 1 1/5

Ditetapkan
Direktur

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP
Suatu tindakan persalinan buatan dimana janin dilahirkan pada suatu tarikan
Pengertian cunam yang dipasang pada kepalanya
Untuk segera melahirkan janin sehingga dapat menyelamatkan jiwa ibu
maupun janin.

Tujuan

Kebijakan
Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

1. Indikasi Relatif (Efektif, Profilaktif)


1.1. Ekstraksi cunan yang bila dikerjakan akan menguntungkan ibu ataupun
janinnya, tetapi bila tidak dikerjakan, tidak akan merugikan, sebab bila
dibiarkari, diharapkan janin akan lahir dalam 15 menit berikutnya.

1.2. Indikasi Relatif dibagi menjadi :

1.2.1. Indikasi De Lee. Ekstraksi cunam dengan syarat kepala sudah di


dasar panggul, putaran paksi dalam sudah sempurna, levator ani sudah
terenggang, dan syaratsyarat ekstrasksi cunam lainnya sudah dipenuhi.
Ekstraksi cunam atas indikasi elektif, di negara-negara Barat sekarang
banyak dikerjakan, karena dinegara-negara tersebut banyak dipakai
anestesia atau conduction analgesia guna mengurangi nyeri dalam
persalinan. Anestesia atau conduction analgesia menghilangkan tenaga
mengejan, sehingga persalinan harus diakhiri dengan ekstraksi cunam.

Prosedur

EKSTRAKSI CUNAM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1 2/5

Tanggal terbit

PROSEDUR
TETAP

1.2.2. Indikasi Pinard Ekstraksi cunam yang mempunyai syarat sama


dengan indikasi de lee, hanya di sini Pasien harus sudah mengejan selama 2
jam.

1.2.3. Keuntungan Indikasi Profilaktik, ialah :

1.2.3.l. Mengurangi ketegangan parineum yang berlebihan.


1.2.3.2. Mengurangi penekanan kepala pada jalan lahir.

1.2.3.2. Kala II diperpendek.

1.2.3.4. Mengurangi bahaya kompresi jalan lahir pada kepala.

2. Indikasi Absolut (Mutlak)


2.1. Indikasi Ibu :

2.1.1. Eklamsia, preklampsia.

2.1.2. Ruptura uteri membakat

2.1.3. Ibu dengan penyakit jantung, paru-paru dan lain-lain.

2.2. Indikasi Janin :

2.2.1. Gawat janin.

2.3. Indikasi Waktu :

2.3.1. Kala II memanjang.

3. Indikasi Kontra
3.1. Bila semua syarat dipenuhi, tidak ada indikasi kontra.

4. Syarat
Untuk dapat melahirkan janin dengan ekstraksi cunan, harus dipenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :

4.1. Janin harus dapat lahir pervaginam ( tidak ada disproporsi,


sefalopelvik).

4.2. Pembukaan serviks lengkap.

4.3. Kepala janin sudah cakap (mencapai letak = sudah terjadi


engagement).

4.4. Kepala janin harus dapat dipegang oleh cunam.


4.5. Janin hidup.

4.6. Ketuban pecah / dipecah.

EKSTRAKSI CUNAM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1 3/5

Tanggal terbit

PROSEDUR
TETAP
5. Persiapan
5.1.Persiapan untuk lbu.

5.1.1. Posisi tidur lithotomi.

5.1.2. Rambut vulva dicukur

5.1.3. Kandung kemih dan rektum dikosongkan

5.1.4. Desinfeksi vulva.

5.1.5. Infus bila diperlukan.

5.1.6. Narkosis bila diperlukan.

5.1.7. Kain penutup pembedahan

5.1.8. Gunting episiotomi.

5.1.9. Alat-alat untuk menjahit robekan jalan lahir.

5.1.10. Uterotonika.
5.2. Persiapan untuk Janin.

5.2.1. Alat-alat pertolongan persalinan.

5.2.2. Alat penghisap lendir.

5.2.3. Oksigen.

5.2.4. Alat-alat untuk resusitasi bayi.

5.3. Persiapan untuk Dokter,

5.3.1. Mencuci tangan.

5.3.2. Sarung tangan suci hama.

5.3.3. Baju operasi suci hama.

Sebelum ektrasi cunain dikcrjaknn, penolong harus meneliti secara

cermat apakah semua persiapan tersebut telah lengkap.

EKSTRAKSI CUNAM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1 4/5

Tanggal terbit

PROSEDUR
TETAP
6. Teknik
6.1. Cara Pcmasangan Cunam.
Ditinjau dari posisi daun cunam terhadap kcpala janin dan panggul ibu pada
waktu cunam tersebut dipasang, maka pemasangan cunam dibagi :

6.1.1. Pemasangan Sefalik (pemasangan biparietal, melintang terhadap


kepala), ialah pasangan cunam dimana sumbu panjang cunam sesuai dengan
diameter mentooksipitalis kepala janin, sehingga daun cunam terpasang
secara simetrik di kiri kanan kepala.

6.1.2. Pemasangan Pelvik (melintang terhadap panggul) ialah pcmasangan


cunam sehingga sumbu panjang cunam sesuai dengan sumbu panggul.

Jadi pemasangan cunam yang baik ialah, bila cunam terpasang bilateral
kepala dan melintang panggul. Hal ini hanya terjadi bila kepala janin sudah
dipintu bawah panggul dan ubun-ubun kecil berada di depan di bawah
simfisis.

Oleh karena itu kriteria pemasangan cunam yang sempurna (ideal) ialah bila
:

6.1.2.l. Sutura sagitalis tegak lurus dengan bidang tangkai cunam

6.1.2.2. Ubun-ubun kecil terletak 1 jari di atas bidang tersebut.

6.1.2.3. Kedua daun cunam teraba simetris disamping kepala.

6.2. Cara Ekstraksi Cunam.


Ekstraksi cunam terdiri dari tujuh langkah, yaitu :

6.2.1. Penolong membayangkan bagaimana cunarn akan dipasang.

6.2.2. Pemasangan daun cunam pada kepala janin.

6.2.3. Mengisi sendok cunam.

6.2.4. Menilai hasil pemasangan hasil cunarn.

6.2.5. Ekstraksi cunam pcrcobaan.

6.2.6. Ekstraksi cunam definitif.

6.2.7. Membuka dan melepaskan scndok cunam.


EKSTRAKSI CUNAM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1 5/5

Tanggal terbit

PROSEDUR
TETAP
Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap

EKSTRAKSI VAKUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1 ¼

Ditetapkan
Tanggal terbit Direktur

PROSEDUR
TETAP

Tindakan persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi

tenaga negatif (vakum) pada kepalanya.

Pengertian
Bertujuan untuk segera melahirkan janin sehingga dapat menyelamatkan
jiwa ibu maupun janin. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau

ventouse.

Tujuan
Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal

BENTUK DAN BAGIAN-BAGIAN EKSTRAKTOR VAKUM


1. Mangkuk (cup)

1.1. Bagian yang dipakai untuk membuat kaput

suksedaneum artifisialis. Dengan mangkuk inilah kepala

diekstraksi. Diameter mangkuk : 3, 4, 5, 6, cm. Pada

dinding belakang mangkuk terdapat tonjolan, untuk

tanda letak denominator.

1.2. Botol

1.2.1. Tempat membuat tenaga negatif (vakum). Pada

tutup botol terdapat manometer, saluran menuju

ke pompa penghisap, dan saluran menuju ke

mangkuk yang dilengkapi dengan pentil.

1.3. Karet penghubung.

1.4. Rantai penghubung antara mangkuk dengan pemegang.

1.5. Pemegang (extraction bandle).

1.6. Pompa penghisap (vakum pomp)

2. Indikasi
2.1. Ibu
2.1.1. Untuk memperpendek kala II, misalnya :
Prosedur
a. Penyakit jantung kompensata

b.Penyakit paru-paru fibrotik.

Waktu : kala II yang mamanjang.

EKSTRAKSI VAKUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/4

Tanggal terbit

PROSEDUR
TETAP

2.2. Janin.
2.2. 1. Gawat Janin (masih kontroversi)

3. INDIKASI KONTRA
3.1. Ibu
3. l. l. Ruptura uteri membakat.

3.1.2. Pada penyakit-penyakit dimana ibu secara

mutlak tidak boleh mengejan, misalnya payah

jantung, Preeklampsia berat.

3.2. Janin
3.2.1. Letak muka.

3.2.2. After coming head.


3.2.3. Janin preterm.

4. SYARAT
4.1 Syarat-syarat ekstraksi vakum sama dengan ekstraksi cunarn,
hanya disini syarat lebih luas, yaitu :

4.1.1 Pembukaan lebih dari 7 cm (hanya pada multigravida)

4.2 Penurunan kepala janin boleh pada hodge II Harus ada


kontraksi rahim dan ada tenaga pengejan.

Teknik
1. Cara Pcmasangan Cunam.
Ditinjau dari posisi daun cunam terhadap kcpala janin dan panggul ibu pada
waktu cunam tersebut dipasang, maka pemasangan cunam dibagi :

1.1. Pemasangan Sefalik (pemasangan biparietal, melintang terhadap


kepala), ialah pasangan cunam dimana sumbu panjang cunam sesuai dengan
diameter mentooksipitalis kepala janin, sehingga daun cunam terpasang
secara simetrik di kiri kanan kepala

EKSTRAKSI VAKUM
No. Revisi Halaman
1 ¾
No. Dokumen

Tanggal terbit

PROSEDUR
TETAP
.
1.2. Pemasangan Pelvik (melintang terhadap panggul) ialah pemasangan
cunam sehingga sumbu panjang cunam sesuai dengan sumbu panggul.

Jadi pemasangan cunam yang baik ialah, bila cunam terpasang bilateral
kepala dan melintang panggul. Hal ini hanya terjadi bila kepala janin sudah
dipintu bawah panggul dan ubun-ubun kecil berada di depan di bawah
simfisis.

Oleh karena itu kriteria pemasangan cunam yang sempurna (ideal) ialah bila
:

1.2.l. Sutura sagitalis tegak lurus dengan bidang tangkai

cunam

1.2.2. Ubun-ubun kecil terletak 1 jari di atas bidang tersebut.

1.2.3. Kedua daun cunam teraba simetris disamping kepala.

2. Cara Ekstraksi Cunam.


Ekstraksi cunam terdiri dari tujuh langkah, yaitu :

2.1. Penolong membayangkan bagaimana cunarn akan dipasang.

2.2. Pemasangan daun cunam pada kepala janin.

2.3. Mengisi sendok cunam.

2.4. Menilai hasil pemasangan hasil cunarn.

2.5. Ekstraksi cunam pcrcobaan.

2.6. Ekstraksi cunam definitif.

2.7. Membuka dan melepaskan scndok cunam.

EKSTRAKSI VAKUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
4/4

PROSEDUR Tanggal terbit


TETAP
TINDAKAN OPERATIF

DALAM KALA URI


No. Dokumen No. Revisi Halaman
¼

Ditetapkan
Tanggal terbit Direktur

PROSEDUR
TETAP
Suatu tindakan yang
bertujuan untuk segera melahirkan / mengeluarkan plasenta

dari rongga rahim.

Pengertian
Segera melahirkan/mengeluarkan plasenta dari rongga rahim sehingga dapat
menyelamatkan jiwa ibu.

Tujuan

Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal


Kebijakan
1. PERASAT CREDE’
1.1. Perasat crede’ bermaksud melahirkan plasenta yang belum lahir secara
ekspresi.

2. Syarat
2.1. Uterus berkontraksi balk dan veksika urinaria kosong.

Prosedur 3. Pelaksanaan
3.1. Fundus uteri dipegang oleh tangan kanan sedemikian

rupa, sehingga ibu jari terletak pada permukaan depan

uterus sedangkan jari lainnya pada fundus dan

permukaan belakang. Bila ibu gemuk hal ini tidak bisa

dilaksanakan dan sebaiknya dilaksanakan secara

manual. Setelah uterus dengan rangsangan tangan

berkontraksi baik, maka uterus ditekan ke jalan lahir.

Gerakkan jari jari seperti rnenreras jeruk. Perasat crede’

tidak boleh dilalukan pada uterus yang tidak

berkontraksi karena dapat menimbulkan inversio uteri.

TINDAKAN OPERATIF
DALAM KALA URI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1 2/4

Tanggal terbit

PROSEDUR
TETAP

3.2. Perasat crede’ memang banyak menimbulkan kontroversi. Ada

beberapa alili yang berpendapat bahwa perasat ini berbahaya karena


menimbulkan karena menimbulkan tromboplastin atau fibrinolis okinase
yang mengakibatkan koagulopati. Kalangan lain mengatakan baliwa hal
tersebut tidak mengatakan bahwa hal tersebut tidak terbukti dan
menganggap perasat crede’ yang dilakukan secara artis artinya tanpa
paksaan tetap berguna.

3.3. Perasat crede’ dapat dicoba sebelum meningkat pada pelepasan


plasenta secara manual.

4. PELEPASAN PLASENTA SECARA MANUAL


4.1. Indikasi
4.1.1. Retensio plasenta dan pendaralian banyak pada kala uri yang tidak
dapat diberhentikan dengan uterotonika dan masase.

4.2. Pelaksanaan
4.2.1. Sebaiknya pelepasan plasenta secara manual dilakukan dalam
narkose, karena relaksasi otot mernudahkan pelaksanaannya. Sebaiknya
juga dipasang infus garam fisiologik sebelum tindakan dilakukan. Setelah
disinfeksi tangan dan vulva, termasuk daerah sekitarnya maka daerah labia
dibeberkan dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan dimasukkann secara
obsterik ke dalam vagina.

4.2.2. Tangan kiri sekarang menahan fundus untuk mencegah


kolpaporeksis tangan kanan dengan gerakan mernutar-rnutar menuju ostium
uteri dan terus ke lokasi plasenta, tangan dalam ini menyusuri tali pusat agar
tidak terjadi false route.

4.2.3. Supaya tali pusat mudah teraba, dapat diregangkan oleh asisten.
Setelah tangan dalam sampai ke plasenta maka tangan tersebut pergi ke
pinggir plasenta dan mencari bagian plasenta yang sudah lepas untuk
menentukan bidang pelepasan yang tetap. Kemudian dengan sisi tangan
sebelah kelingking plasenta dilepaskan pada bidang antara bagian plasenta
yang sudah terlepas dan dinding ralrim dengan gerakan yang sejajar dengan
dinding

rasSetelah seluruh plasenta terlepas, plasenta dipegang dan dengan


perlahan-lahan ditarik keluar

TINDAKAN OPERATIF
DALAM KALA URI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
01/MED/17 1 ¾
Tanggal terbit

PROSEDUR 2 Agustus 2008


TETAP
Walaupun orang takut bahwa pelepasan plasenta meningkatkan insidensi
infeksi tidak boleh dilupakan bahwa perasat ini justru bermaksud
menghemat darah dan menangguhkan kejadian melahirkan plasenta paling
lama 30 menit setelah anak lahir.
4.2.4. Kesulitan yang mungkin dijumpai waktu pelepasan plasenta secara
manual ialah adanya lingkaran konstriksi, yang hanya dapat dilalui dengan
diatasi oleh tangan dalam secara perlahan-lahan dan dalam narkosis yang
dalam. Lokasi plasenta pada dinding depan rahim juga sedikit lebih sukar
dilepaskan daripada lokasi pada dinding belakang. Ada kalanya plasenta
tidak dapat dilepaskan secara manual seperti halnya pada plasenta akreta.

4.2.5. Plascnta akreta ditanggulangi dengan histerektomi. Setelah


pelepasan plasenta secara manual sebaiknya pasien diberi antibiotika
apalagi kalau kehilangan darah banyak.

4.2.6. Post tindakan dapat dilakukan eksplorasi uterovaginal, dengan


inspeculo dilihat portio uteri, fornix posterior, anterior dan lateral,
kemudian dilihat dinding vagina.

5. EKSPLORASI RONGGA RAHIM


5.1. Indikasi
5.1.1. Persangkaan tertinggalnya jaringan plasenta (plasenta lahir tidak
lengkap), setelah operasi vaginal yang sulit seperti ekstraksi cunam yang
sulit, dekapitasi, versi, dan ekstraksi, perforasi dan lain-lain, untuk
menentukan apakah ada ruptura uteri eksplorasi juga dilakukan pada pasien
yang pernah mengalami seksio sesaria dan sekarang melahirkan
pervaginam.

TINDAKAN OPERATIF
DALAM KALA URI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
4/4

Tanggal terbit

PROSEDUR
TETAP
5.2. Penatalaksanaan
5.2.1. Tangan masuk secara obstetrik seperti pada pelepasan plasenta
secara manual dan mencari sisa plasenta yang seterusnya dilepaskan atau
meraba apakah ada kerusakan dinding uterus. Untuk menentukan robekan
dinding rahim eksplorasi dapat dilakukan sebelum plasenta lahir dan sambil
melepaskan plasenta secara manual

Anda mungkin juga menyukai