Tugas SOP Emmmmm
Tugas SOP Emmmmm
Tugas SOP Emmmmm
PELAYANAN KEBIDANAN
LOGO BPS /
PERSALINAN NORMAL
RB / PKM
DEFINISI Asuhan Persalinan Normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama pengeluaran hasil
konsepsi setelah pembuahan berumur lebih dari 37 minggu dan setelah bayi lahir serta upaya
pencegahan komplikasi.
TUJUAN Membantu persalinan supaya bersih dan aman, serta mencegah terjadinya komplikasi dalam
persalinan.
KEBIJAKAN Dilakukan oleh bidan lulusan D III kebidanan sesuai dengan Standar Pelayanan Kebidanan
PERSIAPAN ALAT & -Bak instrumen berisi partus set (klem 2,gunting tali pusat 1,setengah koher 1, kateter 1)
BAHAN -Sarung tangan steril
-Kom berisi kapas dan air DTT
-Penghisap lendir atu delee
-oksitosin
-spuit 3cc
-umbilikal klem dan mono aural
-kasa steril
-kain utk ibu dan bayi
-bengkok
-tempat placenta
-baskom berisi air DTT dan waslap
-baskom berisi cairan klorin 0,5%
-tempat sampah basah dan kering
Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam. DJJ dan semua hasil penilaian serta asuhan
pada partograf.
IV. MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES BIMBINGAN UNTUK
MENERAN
11. Beritahu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam
menemukan posisi yang nyaman dan yang sesuai dengan keinginannya.
Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan
janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan temuan yang ada
Jelaskan pada anggota keluarga bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi
semangat kepada ibu untuk meneran secara benar
12. Meminta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi untuk meneran. (bila ada rasa untuk
meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu untuk ke posisi setengah duduk atau posisi lain
yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran:
Bimbing ibu untuk meneran secara benar
Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak
sesuai
Bantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan pilihannya (kecuali dalam posisi
terlentang dalam waktu yang lama)
Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
Anjurkan keluarga untuk memberi dukungan dan semangat untuk ibu
Beri cukup asupan cairan per-oral (minum)
Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran
(primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan-jalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman jika ibu belum
merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
Evaluasi
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam
2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk
menatalaksanakan atonia uteri
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama
pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan
Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap 2 jam pertama pascapersalinan
Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
Dokumentasi
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV
UNIT TERKAIT Laboratorium, Ahli Gizi, Instalasi rawat inap, rawat jalan dan IGD
DOKUMEN TERKAIT - Sinopsis Obstetri 2002
- Maternal dan Neonatal 2002
- Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Buku Acuan Ed.3 (Revisi), Jakarta : jaringan Nasional
Pelatihan Klinik, 2007.
- Pelatihan APN 2008
PADA PERSALINAN
No. Revisi Halaman
1/3
No. Dokumen
Tanggal terbit
Ditetapkan
PROSEDUR Direktur
TETAP
Suatu tindakan pada ibu hamil baik yang sudah inpartu maupun
Pengertian
Sebagai pedoman pelaksanaan oksitosin drip baik untuk induksi maupun
Tujuan akselerasi persalinan
2. Pelaksanaan
2.1. Oksigen drip hanya diberikan bila tidak ada kontra indikasi
pemberiannya, dan bila his memang tidak adekuat.
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
2.5. Yang dimaksud dengan his yang adekuat dalam Minis adalah his yang
mempunyai sifat sebagai berikut:
2.6. Evaluasi dari kemajuan persalinan dimulai pada his yang adekuat.
2.7.1. Dengan tetesan 40 tetes/menit dan sudah 2 kolf dextrose habis tidak
didapatkan his yang adekuat.
2.7.2. Sesudah 2 jam dinilai dari permulaan his yang adekuat, tidak terjadi
kemajuan persalinan. Juga tennasuk bila dalam 2 jam tersebut, his yang
semula sudah adekuat menjadi tidak adekuat lagi.
2.7.3. Pada waktu dilakukan drip timbul komplikasi yaitu fetal distress,
tetania uteri, ruptura uteri irroninens dan lain-lain. Bila terjadi penyulit-
penyulit seperti di atas, oxytosin drip tidak boleh diulang kembali.
2.8. Penentuan jumlah tetesan pada ositosin drip harus dilakukart oleh
dokter jaga sendiri.
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
3. Secondary arrest adalah tidak adanya pembukaan ostium uteri pada
persalinan fase aktif setelah dilakukan evaluasi selama 2 jam. Untuk menilai
kemajuan ini seyogyanya dilakukan 1 orang.
4. Bila terjadi secondary arrest, hendaknya dievaluasi penyebab terjadinya
hal tersebut. Bila persalinan pervaginam tidak mungkin atau tidak terjadi
kelainan letak, maka dilakukan seksio caesarea.
Ditetapkan
Tanggal terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
.
Pengertian
Sebagai pedoman untuk pelaksanaan induksi /terminasi kehamilan dengan
misprostol
Tujuan
1. Misoprostol ada 2 kemasan 200 mcg dan 100mcg, oral, vaginal
maupun rectal
2. Menigkatkan skor pelvic
Kebijakan
1. Surat persetujuan tindakan
2. Periksa kondisi skor pelvik
Prosedur
EKSTRAKSI CUNAM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
01/MED/15 1 1/5
Ditetapkan
Direktur
Tujuan
Kebijakan
Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal
Prosedur
EKSTRAKSI CUNAM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1 2/5
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
3. Indikasi Kontra
3.1. Bila semua syarat dipenuhi, tidak ada indikasi kontra.
4. Syarat
Untuk dapat melahirkan janin dengan ekstraksi cunan, harus dipenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
EKSTRAKSI CUNAM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1 3/5
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
5. Persiapan
5.1.Persiapan untuk lbu.
5.1.10. Uterotonika.
5.2. Persiapan untuk Janin.
5.2.3. Oksigen.
EKSTRAKSI CUNAM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1 4/5
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
6. Teknik
6.1. Cara Pcmasangan Cunam.
Ditinjau dari posisi daun cunam terhadap kcpala janin dan panggul ibu pada
waktu cunam tersebut dipasang, maka pemasangan cunam dibagi :
Jadi pemasangan cunam yang baik ialah, bila cunam terpasang bilateral
kepala dan melintang panggul. Hal ini hanya terjadi bila kepala janin sudah
dipintu bawah panggul dan ubun-ubun kecil berada di depan di bawah
simfisis.
Oleh karena itu kriteria pemasangan cunam yang sempurna (ideal) ialah bila
:
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
Unit Terkait 1. Unit Rawat Inap
EKSTRAKSI VAKUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1 ¼
Ditetapkan
Tanggal terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
Pengertian
Bertujuan untuk segera melahirkan janin sehingga dapat menyelamatkan
jiwa ibu maupun janin. Alat ini dinamakan ekstraktor vakum atau
ventouse.
Tujuan
Kebijakan Agar pasien mendapatkan pelayanan yang optimal
1.2. Botol
2. Indikasi
2.1. Ibu
2.1.1. Untuk memperpendek kala II, misalnya :
Prosedur
a. Penyakit jantung kompensata
EKSTRAKSI VAKUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
2/4
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
2.2. Janin.
2.2. 1. Gawat Janin (masih kontroversi)
3. INDIKASI KONTRA
3.1. Ibu
3. l. l. Ruptura uteri membakat.
3.2. Janin
3.2.1. Letak muka.
4. SYARAT
4.1 Syarat-syarat ekstraksi vakum sama dengan ekstraksi cunarn,
hanya disini syarat lebih luas, yaitu :
Teknik
1. Cara Pcmasangan Cunam.
Ditinjau dari posisi daun cunam terhadap kcpala janin dan panggul ibu pada
waktu cunam tersebut dipasang, maka pemasangan cunam dibagi :
EKSTRAKSI VAKUM
No. Revisi Halaman
1 ¾
No. Dokumen
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
.
1.2. Pemasangan Pelvik (melintang terhadap panggul) ialah pemasangan
cunam sehingga sumbu panjang cunam sesuai dengan sumbu panggul.
Jadi pemasangan cunam yang baik ialah, bila cunam terpasang bilateral
kepala dan melintang panggul. Hal ini hanya terjadi bila kepala janin sudah
dipintu bawah panggul dan ubun-ubun kecil berada di depan di bawah
simfisis.
Oleh karena itu kriteria pemasangan cunam yang sempurna (ideal) ialah bila
:
cunam
EKSTRAKSI VAKUM
No. Dokumen No. Revisi Halaman
4/4
Ditetapkan
Tanggal terbit Direktur
PROSEDUR
TETAP
Suatu tindakan yang
bertujuan untuk segera melahirkan / mengeluarkan plasenta
Pengertian
Segera melahirkan/mengeluarkan plasenta dari rongga rahim sehingga dapat
menyelamatkan jiwa ibu.
Tujuan
2. Syarat
2.1. Uterus berkontraksi balk dan veksika urinaria kosong.
Prosedur 3. Pelaksanaan
3.1. Fundus uteri dipegang oleh tangan kanan sedemikian
TINDAKAN OPERATIF
DALAM KALA URI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
1 2/4
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
4.2. Pelaksanaan
4.2.1. Sebaiknya pelepasan plasenta secara manual dilakukan dalam
narkose, karena relaksasi otot mernudahkan pelaksanaannya. Sebaiknya
juga dipasang infus garam fisiologik sebelum tindakan dilakukan. Setelah
disinfeksi tangan dan vulva, termasuk daerah sekitarnya maka daerah labia
dibeberkan dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan dimasukkann secara
obsterik ke dalam vagina.
4.2.3. Supaya tali pusat mudah teraba, dapat diregangkan oleh asisten.
Setelah tangan dalam sampai ke plasenta maka tangan tersebut pergi ke
pinggir plasenta dan mencari bagian plasenta yang sudah lepas untuk
menentukan bidang pelepasan yang tetap. Kemudian dengan sisi tangan
sebelah kelingking plasenta dilepaskan pada bidang antara bagian plasenta
yang sudah terlepas dan dinding ralrim dengan gerakan yang sejajar dengan
dinding
TINDAKAN OPERATIF
DALAM KALA URI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
01/MED/17 1 ¾
Tanggal terbit
TINDAKAN OPERATIF
DALAM KALA URI
No. Dokumen No. Revisi Halaman
4/4
Tanggal terbit
PROSEDUR
TETAP
5.2. Penatalaksanaan
5.2.1. Tangan masuk secara obstetrik seperti pada pelepasan plasenta
secara manual dan mencari sisa plasenta yang seterusnya dilepaskan atau
meraba apakah ada kerusakan dinding uterus. Untuk menentukan robekan
dinding rahim eksplorasi dapat dilakukan sebelum plasenta lahir dan sambil
melepaskan plasenta secara manual