Presus DR Ws ISK DM
Presus DR Ws ISK DM
Presus DR Ws ISK DM
Disusun oleh:
Andralia Mayangsasati
20174011094
Diajukan kepada:
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh:
Andralia Mayangsasati
20174011094
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
PENDAHULUAN
(NKUDIC), ISK menempati urutan kedua setelah infeksi saluran nafas atas (ISPA) dan
sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per tahun. ISK dapat menyerang pasien dari segala usia
mulai bayi baru lahir hingga orang tua. Di negara maju diperkirakan biaya yang harus
dihabiskan untuk penanganan ISK ini berkisar antara 2-6 milyar dolar setiap tahunnya .
Insiden ISK ini pada bayi dan anak sekolah berkisar 1-2%, pada wanita muda yang tidak
hamil 1-3%, sedangkan pada wanita yang hamil 4-7%. Wanita lebih sering menderita ISK
dibanding pria, kira-kira 50% dari seluruh wanita pernah menderita ISK selama hidupnya.
Bahkan wanita sering mengalami ISK berulang yang dapat sangat mengganggu kehidupan
sosialnya.
Faktor risiko terjadinya ISK sangat terkait dengan beberapa macam faktor,misalnya
jenis kelamin, perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri, dan juga sering terjadi karena
oleh banyak penelitian kejadian ISK yang menunjukan bahwa hal-hal seperti jenis kelamin,
perilaku kesehatan dan infeksi nosokomial menjadi faktor risiko terjadinya kejadian ISK.
ISK pada pria jarang terjadi, pada umumnya ISK lebih banyak dijumpai pada wanita
dibanding pada pria kemungkinan karena uretra wanita lebih pendek sehingga
mikroorganisme dari luar lebih mudah mencapai kandung kemih dan juga letaknya dekat
dengan daerah perianal dan vagina. Dalam setiap tahun, 15% perempuan mengalami ISK.
Kejadian ISK makin sering terjadi pada masa kehamilan. ISK di Indonesia insiden dan
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang banyak diderita oleh
orang di dunia yang juga berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya ISK. DM
dalam urin merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme patogen
BAB II
PRESENTASI KASUS
Identitas pasien
Nama: Ny. J
Umur: 51 tahun
Anamnesis
Tanggal : 23-05-2018
Pasien datang dengan keluhan demam sejak 2 hari SMRS. Demam dirasakan terus
menerus, hanya berkurang saat minum obat paracetamol kemudian naik kembali. Pasien
juga mengeluh nyeri pada perut bagian suprapubik. BAK dirasakan sering, terasa panas
saat berkemih dan bewarna kuning keruh. BAB tidak ada keluhan. Mual (-) muntah (-),
1. Sosial
2. Ekonomi
Pasien berasal dari keluarga dengan ekonomi terbatas. Anak dan menantunya berkerja
3. Lingkungan
Kepemilikan rumah adalah rumah sendiri. Keadaan rumah adalah dinding rumah semen,
kamar mandi di dalam rumah. Sumber air bersih dari sumur. Terdapat penerangan listrik.
ANAMNESIS SISTEM
Demam (+), menggigil (-), kejang (-), penurunan kesadaran (-) , vertigo (-)
B. Sistem Kardiovaskuler
Sesak (-), pucat (-), dada berdebar (-), kaki bengkak (-), nyeri dada (-)
C. Sistem respiratori
Batuk (-), pilek (-), sesak nafas (-), wheezing (-), krepitasi(-)
D. Sistem urinaria
BAK (+) sering, nyeri pada suprapubik (+), urin bewarna kuning keruh,terasa panas saat
E. Sistem gastrointestinal
F. Sistem Anogenital
G. Sistem integumental
H. Sistem musculoskeletal
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital
Nadi : 97 x/menit, nadi teraba kuat, reguler, isi dan tegangan cukup
Pernafasan : 24 x/menit
SPO2 : 97%
Kepala
Bentuk : Mesocephal
Ukuran : Normochepal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : lendir hidung (-/-), napas cuping hidung (-/-), epitaksis (-/-)
Mulut : bibir kering pecah-pecah (-) , mukosa mulut lembab, stomatitis (-)
Leher
Thoraks
Jantung
2. Palpasi : iktus kordis teraba pada sela iga ke-4 linea midklavikula kiri
4. Auskultasi : bunyi jantung S1- S2 normal, murmur tidak ada, gallop tidak ada
Paru
3. Perkusi : sonor/sonor
4. Auskultasi :vesikular (+/+), rhonki basah halus tidak ada, wheezing tidak ada
Abdomen
1. Inspeksi : datar
2. Palpasi : supel, nyeri tekan (+) suprapubik, nyeri ketok ginjal (-)
3. Perkusi : timpani
Darah Lengkap
HEMATOLOGI
HITUNG JENIS
Eosinofil 10 2-4 %
Basofil 0 0-1 %
Batang 0 2-5 %
Segmen 54 51-67 %
Limfosit 32 20-35 %
Monosit 4 4-8 %
SGOT 17 <31
SGPT 15 <31
Ureum 18 17-43
URINALISA
Warna Kuning Kuning
Kekekruhan Keruh Jernih
Reduksi Negatip Negatip
Bilirubin negatip Negatip
Keton Urin negatip Negatip
BJ 1.025 1.015-1.025
Darah Samar Negatip Negatip
PH 5,50 5.00-8.50
Protein +1 Negatip
Urobilinogen 0.20 0.20-1.00 EU/dl
Nitrit negatip Negatip
Lekosit Esterase +3 Negatip
SEDIMEN URIN
Eritrosit 1-2 0-2 /LPK
Lekosit penuh 0-3 LPK
Sel Epitel Negatip Positip /LPK
Kristal
Ca Oksalat Negatip Negatip /LPK
Asam Urat Negatip Negatip /LPK
Amorf Negatip Negatip /LPK
Silinder
Eritrosit Negatip Negatip /LPK
Leukosit Negatip Negatip /LPK
Granular Negatip Negatip /LPK
DIAGNOSIS BANDING
DIAGNOSA KLINIS
ISK
DM
TERAPI di IGD
O2 2lpm
Riwayat DM (+)
97%
KU: sedang, CM
kering (-)
BU(+)normal,NT(+)suprapubik,turgor
CRT<2 detik
Px Lab
UL:
Nitrit (-)
Lekosit esterase +3
Eritrosit 1-2
Lekosit: penuh
A: ISK, DM
kering (-)
Plan: GDS pre meal
BU(+)normal,NT(+)suprapubik,turgor
CRT<2 detik
GDS: 274
cystitis
A:cystitis, DM
99%
Kepala:konjungtiva anemis (-) sklera • Inj amikasin
kering (-)
• Metformin xr tab
BU(+)normal,NT(+)suprapubik,turgor
CRT<2 detik
GDS: 189
A: cystitis, GDS
SPO2: 99%
• Inj amikasin
kering (-)
• Glimepirid 1gr ½-
CRT<2 detik
GDS: 175
Evaluasi UL
Nitrit (-)
Eritrosit 2-3
Lekosit: 1-3
Ureum: 15
Creatinin: 0,52
A: cystitis, DM
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan dimana kuman atau mikroba
tumbuh dan berkembang biak dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna (IDAI,
dengan kondisi dimana terdapat mikroorganisme dalam urin yang jumlahnya sangat
banyak dan mampu menimbulkan infeksi pada saluran kemih (Dipiro dkk, 2015).
2. Klasifikasi
1). Perempuan
2). laki-laki
7
8
2006).
b. ISK berkomplikasi
3. Epidemiologi
Di Indonesia, ISK merupakan penyakit yang relatif sering pada semua usia mulai
dari bayi sampai orang tua. Semakin bertambahnya usia, insidensi ISK lebih banyak
terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki karena uretra wanita lebih pendek
perempuan dewasa pernah mengalami ISK. National Kidney and Urology Disease
terkena ISK, namun apabila terkena dapat menjadi masalah serius (NKUDIC, 2012).
Infeksi saluran kemih (ISK) diperkirakan mencapai lebih dari 7 juta kunjungan per
tahun, dengan biaya lebih dari $ 1 miliar. Sekitar 40% wanita akan mengalami ISK
setidaknya sekali selama hidupnya, dan sejumlah besar perempuan ini akan memiliki
dan laki-laki adalah 3 banding 1. Prevalensi muda sampai dewasa muda wanita kurang
dari 5% dan laki-laki kurang dari 0,1%. ISK adalah sumber penyakit utama dengan
perkiraan 150 juta pasien pertahun diseluruh dunia dan memerlukan biaya ekonomi
4. Etiologi
Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur
tetapi bakteri yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK terbanyak adalah
bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus dan akan naik ke
sistem saluran kemih antara lain adalah Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella,
Enterobacter (Purnomo, 2014). Pasca operasi juga sering terjadi infeksi oleh
dijumpai pada pasien ISK. Selain mikroorganisme, ada faktor lain yang dapat memicu
5. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam saluran
kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra dan
dua ureter dan ginjal (Purnomo, 2014). Kuman ini biasanya memasuki saluran kemih
melalui uretra, kateter, perjalanan sampai ke kandung kemih dan dapat bergerak naik
Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan hidup secara
komensal dalam introitus vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan sekitar anus.
Kuman yang berasal dari feses atau dubur, masuk ke dalam saluran kemih bagian
bawah atau uretra, kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal
(Fitriani, 2013).
komplikasi adalah ISK yang diperburuk dengan adanya penyakit lainya seperti lesi,
gangguan neurologi serta menurunya sistem imun yang dapat mengganggu aliran
yang normal dan perlindungan saluran urin. Hal tersebut mengakibatkan ISK
Infeksi saluran kemih dapat diketahui dengan beberapa gejala seperti demam,
susah buang air kecil, nyeri setelah buang air besar (disuria terminal), sering buang
air kecil, kadang-kadang merasa panas ketika berkemih, nyeri pinggang dan nyeri
Namun, gejala-gejala klinis tersebut tidak selalu diketahui atau ditemukan pada
pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, ureum dan kreatinin, kadar gula darah,
urinalisasi rutin, kultur urin, dan dip-stick urine test. (Stamm dkk, 2001).
Ditemukannya positif (dipstick) leukosit esterase adalah 64 - 90%. Positif nitrit pada
dipstick urin, menunjukkan konversi nitrat menjadi nitrit oleh bakteri gram negatif
50% untuk infeksi saluran kemih. Temuan sel darah putih (leukosit) dalam urin
WBC / hpf pada spesimen berputar) adalah 95% sensitif tapi jauh kurang spesifik
untuk ISK. Secara umum, > 100.000 koloni/mL pada kultur urin dianggap diagnostik
7. Tatalaksana Terapi
mikrobiologis dan data hasil klinis (Kurniawan, 2005). Antibiotik (antibakteri) adalah
zat yang diperoleh dari suatu sintesis atau yang berasal dari senyawa nonorganik yang
Antibiotik harus bersifat selektif dan dapat menembus membran agar dapat mencapai
tempat bakteri berada (Priyanto, 2010). Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat
2005).
dengan antibiotik dosis normal yang seharusnya. Multiple drug resisten adalah
resistensi terhadap dua atau lebih obat sedangkan cross resisten adalah resistensi
terhadap obat diikuti dengan obat lain yang belum dipaparkan (Purnomo, 2011).
12
Prinsip terapi antibiotik menurut European Association of Urology dalam
Guideline On Urological Infections 2015 yang dijadikan standart dapat dilihat pada
Dosis per
Antibiotik Rute Umur Total dosis perhari
hari
Ampisilin iv 3-12 bulan 100-300 mg/kg BW 3
1-12 tahun 60-300 mg/kg BW 3
Amoksisilin oral 3 bulan – 12 tahun 50-100 mg/kg BW 2-3
Amoksisili iv 3 bulan – 12 tahun 60-
n/ 100 mg/kg BW 3
clavulanat
oral 3 bulan – 12 tahun
Sefaleksim 37,5-75 mg/kg BW 2-3 oral 3
(pengobatan) bulan – 12 tahun 50-100 mg/kg BW 3
Sefaleksim
(pencegahan) oral 1-12 tahun 10
Sefaklor
(pengobatan) mg/kg BW 1-2 oral 3
Sefaklor
(pencegahan) bulan – 12 tahun 50-100 mg/kg BW 3
mg/kg BW 1-2
a. Golongan penisilin
Penisilin dan turunannya adalah obat yang memiliki struktur beta- laktam bersifat
bakterisida terhadap gram positif dan beberapa gram negatif. Golongan penisilin
dalam struktur kimianya mempunyai 2 cincin yaitu cincin tiazolidin dan beta-
beta-laktam juga
15
penisilin :
2) Penisilin antistreptokokus
b. Golongan kuinolon
bakterisid dan berspektrum luas yang memiliki mekanisme menghambat DNA girase
pada replikasi DNA, sehingga dapat menghambat proses replikasi DNA dan
transkripsi mRNA. Efek sampingnya adalah mual, muntah, tidak nafsu makan, sakit
perut, diare, pusing, sakit kepala, demam, gatal-gatal. Berikut antibiotik golongan
Obat Indikasi
Siprofloksasin Berbagai infeksi kuman
Enoksasin Infeksi saluran kemih dan gonore
Lomefloksasin Infeksi saluran napas dan saluran kemih
Norfloksasin Infeksi saluran kemih
Ofloksasin Infeksi saluran napas, saluran kemih, dan
gonore
Grepafloksasin Infeksi saluran napas dan saluran kemih
Levofloksasin Infeksi saluran napas dan saluran kemih
Moxifloksasin Sinusitis bakterialis, bronkhitis,
peumonia dan
c. Golongan sefalosporin
strukturnya sehingga tergolong antibiotik beta laktam. Efek sampingnya antara lain
sefadroksil dapat diberikan secara oral. Efektif terhadap gram positif dan memiliki
d. Kotrimoksazol
memiliki aktifitas bakterisid. Efektif terhadap gram postif dan negatif dan banyak
digunakan untuk infeksi saluran kemih (Tjay dkk, 2007). Efek sampingnya yaitu
mual, muntah, sakit perut, diare, tidak bisa tidur dan pendengaran bising.
e. Aminoglikosida
dan amikasin. Efek sampingnya adalah alergi, iritasi dan terjadi toksisitas
f. Karbapenem
antibiotik yang lebih luas dari pada sebagian besar beta- laktam lainnya. Obat yang
Ketiganya sangat tahan terhadap beta-laktamase. Efek samping paling sering adalah
mual muntah, dan kejang pada dosis tinggi yang diberi pada pasien dengan lesi sistem
saraf pusat atau dengan insufisiensi ginjal. Meropenem dan doripenem mempunyai
efikasi serupa imipenem, tetapi lebih jarang menyebabkan kejang (Permenkes, 2011).
8. Penggunaan Antibiotik
Efektifitas pengobatan sangat tergantung pada pola pengobatan yang rasional atau
tidak rasional. Salah satu proses pengobatan yang rasional berdasarkan indikator
suitability dan cost. Pertimbangan pemilihan terapi tepat dengan diagnosis, maka
kerasionalan tercapai (Tori, 2003). Prinsip dari penggunaan antibiotik secara bijak
diantaranya adalah :
dengan dosis yang adekuat, interval dan lama pemberian yang tepat.
19
lini pertama.
Antibiotik tidak diberikan pada penyakit yang disebabkan oleh virus atau penyakit
berikut :
(team work)
bersifat multidisiplin
berkesinambungan
tingkat nasional, rumah sakit, fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dan masyarakat
Pada kasus ini seorang pasien perempuan berumur 51 tahun 1 bulan, dengan diagnosis ISK,
DM. Diagnosis ISK, DM ditegakkan dari anamnesis adanya demam, frekuensi BAK yang
sering, nyeri saat BAK, dan warna urin yang bewarna kuning keruh, dari pemeriksaan fisik
juga didapatkan nyeri tekan (+) pada suprapubik. Kemudian dilakukan pemeriksaan urinalisa
dan didapatkan lekositurian dan peningkatan lekosit esterase. Pasien mempunyai riwayat DM,
Pasien diabetes berisiko mengalami kompli- kasi kronik makrovaskular diantaranya adalah
infeksi. Pasien diabetes dengan kadar glukosa darah yang tinggi lebih rentan mengalami
berbagai infeksi dibanding dengan pasien yang tidak menderita diabetes (Black & Hawks,
2009). Infeksi pada pasien diabetes umumnya terlokalisasi di saluran kemih (Carton,
lebih banyak terjadi pada pasien diabetes perempuan (Black & Hawks, 2009), karena secara
berkembang menjadi simtomatik dan meningkatkan risiko untuk masuk rumah sakit dengan
Infeksi saluran kemih pada pasien diabetes menurut beberapa hasil penelitian disebabkan
berbagai faktor risiko. Faktor–faktor risiko infeksi saluran kemih pada pasien diabetes yaitu
usia, lama menderita diabetes, indeks massa tubuh, hubungan seksual dan upaya pengendalian
diabetes. Infeksi saluran kemih pada pasien diabetes umumnya terjadi pada pasien dengan
pengendalian diabetes yang buruk dan adanya infeksi dapat memperburuk pengendalian
glukosa darah
Setelah diberikan terapi selama 2 hari, pasien mengalami perbaikan secara klinis. Kemudian
dilakukan peeriksaan DL dan urinalisa ulang juga didapatkan perbaikan, jadi pasien
diperbolehkan pulang
BAB V
SARAN
Pasien pada saat pulang diedukasi untuk melakukan tindakan pencegahan yaitu diantaranya :
Menjaga higiene area perineum, pengelolaan faktor resiko terjadinya ISK : konstipasi kronik,
Ketika muncul tanda-tanda yang sama dikemudian hari atau adanya ISK dengan gejala klinik
yang berat seperti rasa sakit yang hebat, toksik, kesulitan asupan oral, muntah dan dehidrasi