Presus DR Ws ISK DM

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 35

PRESENTASI KASUS

INFEKSI SALURAN KEMIH

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti

Ujian Kepaniteraan Klinik Di Bagian Ilmu Penyakit Dalam

Rumah Sakit Umum Panembahan Senopati Bantul

Disusun oleh:

Andralia Mayangsasati

20174011094

Diajukan kepada:

dr. Waisul Choroni Trenggono, Sp. PD.

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

2018
HALAMAN PENGESAHAN

INFEKSI SALURAN KEMIH

Disusun oleh:

Andralia Mayangsasati

20174011094

Disetujui dan disahkan pada tanggal:

Mengetahui,

Dosen Pembimbing

dr. Waisul Choroni Trenggono, Sp, PD.


BAB I

PENDAHULUAN

Menurut National Kidney and Urologic Diseases Information Clearinghouse

(NKUDIC), ISK menempati urutan kedua setelah infeksi saluran nafas atas (ISPA) dan

sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per tahun. ISK dapat menyerang pasien dari segala usia

mulai bayi baru lahir hingga orang tua. Di negara maju diperkirakan biaya yang harus

dihabiskan untuk penanganan ISK ini berkisar antara 2-6 milyar dolar setiap tahunnya .

Insiden ISK ini pada bayi dan anak sekolah berkisar 1-2%, pada wanita muda yang tidak

hamil 1-3%, sedangkan pada wanita yang hamil 4-7%. Wanita lebih sering menderita ISK

dibanding pria, kira-kira 50% dari seluruh wanita pernah menderita ISK selama hidupnya.

Bahkan wanita sering mengalami ISK berulang yang dapat sangat mengganggu kehidupan

sosialnya.

Faktor risiko terjadinya ISK sangat terkait dengan beberapa macam faktor,misalnya

jenis kelamin, perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri, dan juga sering terjadi karena

infeksi nosokomial di tempat mendapatkan pelayanan kesehatan. Hal tersebut diperkuat

oleh banyak penelitian kejadian ISK yang menunjukan bahwa hal-hal seperti jenis kelamin,

perilaku kesehatan dan infeksi nosokomial menjadi faktor risiko terjadinya kejadian ISK.

ISK pada pria jarang terjadi, pada umumnya ISK lebih banyak dijumpai pada wanita

dibanding pada pria kemungkinan karena uretra wanita lebih pendek sehingga

mikroorganisme dari luar lebih mudah mencapai kandung kemih dan juga letaknya dekat

dengan daerah perianal dan vagina. Dalam setiap tahun, 15% perempuan mengalami ISK.

Kejadian ISK makin sering terjadi pada masa kehamilan. ISK di Indonesia insiden dan

prevalensinya masih cukup tinggi, pada ibu hamil/nifas 5-6%.

Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang banyak diderita oleh

orang di dunia yang juga berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya ISK. DM

menyebabkan beberapa kelainan di dalam sistem pertahanan tubuh yang memungkinkan


peningkatan risiko tinggi terkena infeksi yang lainnya. Konsentrasi glukosa yang tinggi di

dalam urin merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme patogen
BAB II

PRESENTASI KASUS

Identitas pasien

Nama: Ny. J

Umur: 51 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat: Gebangan Palbapang Bantul Yogyakarta

Masuk RS tanggal: 23-05-2018

Keluar RS tanggal : 26-05-2018

Diagnosis masuk: ISK

Anamnesis

Tanggal : 23-05-2018

Keluhan utama: demam dan nyeri perut

Keluhan lain: BAK sering, panas saat berkemih

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan demam sejak 2 hari SMRS. Demam dirasakan terus

menerus, hanya berkurang saat minum obat paracetamol kemudian naik kembali. Pasien

juga mengeluh nyeri pada perut bagian suprapubik. BAK dirasakan sering, terasa panas

saat berkemih dan bewarna kuning keruh. BAB tidak ada keluhan. Mual (-) muntah (-),

Batuk, pilek (-), sesak napas (-), lemas(+).

Riwayat penyakit pada keluarga yang diturunkan

 Riwayat keluarga menderita tensi tinggi (+)

 Riwayat penyakit DM, jantung, ginjal pada keluarga disangkal


Riwayat penyakit dahulu

 Riwayat DM (+), obat rutin: metformin 2 x 1, glimepirid 1gr ½-0-0

 Riwayat hipertensi, jantung, ginjal disangkal

 Riwayat alergi obat disangkal

Data Sosial, Ekonomi, dan Linkungan.

1. Sosial

Pasien tinggal bersama suami, anak, menantu dan cucu.

2. Ekonomi

Pasien berasal dari keluarga dengan ekonomi terbatas. Anak dan menantunya berkerja

sebagai buruh dan ibu rumah tangga.

3. Lingkungan

Kepemilikan rumah adalah rumah sendiri. Keadaan rumah adalah dinding rumah semen,

kamar mandi di dalam rumah. Sumber air bersih dari sumur. Terdapat penerangan listrik.

Rumah berada di dalam perkampungan, tidak padat penduduk.

ANAMNESIS SISTEM

A. Sistem Saraf Pusat

Demam (+), menggigil (-), kejang (-), penurunan kesadaran (-) , vertigo (-)

B. Sistem Kardiovaskuler

Sesak (-), pucat (-), dada berdebar (-), kaki bengkak (-), nyeri dada (-)

C. Sistem respiratori

Batuk (-), pilek (-), sesak nafas (-), wheezing (-), krepitasi(-)
D. Sistem urinaria

BAK (+) sering, nyeri pada suprapubik (+), urin bewarna kuning keruh,terasa panas saat

BAK, nyeri pada boyok (-)

E. Sistem gastrointestinal

Frekuensi BAB 1 kali satu hari dengan konsistensi padat

F. Sistem Anogenital

Anus (+), genitalia tidak ada kelainan

G. Sistem integumental

kelainan kulit (-)

H. Sistem musculoskeletal

Gerakan bebas aktif, lumpuh(-), nyeri otot (-), edema (-)

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : compos mentis

Tanda Vital

 Tekanan darah: 120/80

 Suhu : 37,5 ºC (aksila)

 Nadi : 97 x/menit, nadi teraba kuat, reguler, isi dan tegangan cukup

 Pernafasan : 24 x/menit

 SPO2 : 97%

Kepala

Bentuk : Mesocephal

Ukuran : Normochepal
Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

Telinga : cairan keluar dari telinga (-) serumen (+/+)

Hidung : lendir hidung (-/-), napas cuping hidung (-/-), epitaksis (-/-)

Mulut : bibir kering pecah-pecah (-) , mukosa mulut lembab, stomatitis (-)

Faring : hiperemis (-), Tonsilitis T0 kemerahan (-)

Leher

Pembengkakan limfonodi (-), peningkatan JVP (-)

Thoraks

Jantung

1. Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat

2. Palpasi : iktus kordis teraba pada sela iga ke-4 linea midklavikula kiri

3. Perkusi : tidak dilakukan

4. Auskultasi : bunyi jantung S1- S2 normal, murmur tidak ada, gallop tidak ada

Paru

1. Inspeksi : simetris saat insiprasi dan ekspirasi, retraksi (-)

2. Palpasi : fremitus kanan sama dengan kiri

3. Perkusi : sonor/sonor

4. Auskultasi :vesikular (+/+), rhonki basah halus tidak ada, wheezing tidak ada

Abdomen

1. Inspeksi : datar

2. Palpasi : supel, nyeri tekan (+) suprapubik, nyeri ketok ginjal (-)

hepatomegali (-), limpa tidak teraba

3. Perkusi : timpani

4. Auskultasi : bising usus + normal

Genitalia : sinekia (-)

Extremitas : Akral hangat, nadi kuat, capillary refill <2detik.


PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah Lengkap

Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan

HEMATOLOGI

Hemoglobin 13,5 12,0 - 16.0 g/dl

Lekosit 8,21 4,00 - 11.00 10^3/uL

Eritrosit 4,70 4.00 - 5.00 10^6/uL

Trombosit 284 150 – 450 10^3/uL

Hematokrit 39,5 36,0 – 46,0 vol%

HITUNG JENIS

Eosinofil 10 2-4 %

Basofil 0 0-1 %

Batang 0 2-5 %

Segmen 54 51-67 %

Limfosit 32 20-35 %

Monosit 4 4-8 %

SGOT 17 <31

SGPT 15 <31

Ureum 18 17-43

Creatinin 0,67 0,60-1,10

GDS 288 80-200

Natrium 140,2 137,0-145,0


Kalium 3,61 3,50-5,10

Klorida 108,9 98,0-107,0

URINALISA
Warna Kuning Kuning
Kekekruhan Keruh Jernih
Reduksi Negatip Negatip
Bilirubin negatip Negatip
Keton Urin negatip Negatip
BJ 1.025 1.015-1.025
Darah Samar Negatip Negatip
PH 5,50 5.00-8.50
Protein +1 Negatip
Urobilinogen 0.20 0.20-1.00 EU/dl
Nitrit negatip Negatip
Lekosit Esterase +3 Negatip
SEDIMEN URIN
Eritrosit 1-2 0-2 /LPK
Lekosit penuh 0-3 LPK
Sel Epitel Negatip Positip /LPK
Kristal
Ca Oksalat Negatip Negatip /LPK
Asam Urat Negatip Negatip /LPK
Amorf Negatip Negatip /LPK
Silinder
Eritrosit Negatip Negatip /LPK
Leukosit Negatip Negatip /LPK
Granular Negatip Negatip /LPK

DIAGNOSIS BANDING

 Infeksi saluran kemih

 Batu saluran kemih

DIAGNOSA KLINIS

ISK

DM

TERAPI di IGD

 O2 2lpm

 Infus NaCl 10 tpm macro


 Paracetamol tab 500 mg 3x1

 Inj Ketorolac 1amp

 Inj Ranitidin 1amp


Tanggal Pemeriksaan Terapi

23-05-2018 S: Pasien datang dengan keluhan  O2 2lpm

demam sejak 2 hari SMRS. Demam  Infus NaCl 10 tpm

dirasakan terus menerus, hanya macro

berkurang saat minum obat  Paracetamol tab 500

paracetamol kemudian naik kembali. mg 3x1

Pasien juga mengeluh nyeri pada perut  Inj Ketorolac 1amp

bagian suprapubik. BAK dirasakan  Inj Ranitidin 1amp


sering, terasa panas saat berkemih dan

bewarna kuning keruh. BAB tidak ada

keluhan. Mual (-) muntah (-), Batuk,

pilek (-), sesak napas (-), lemas(+).

Riwayat DM (+)

O: T : 37,5 derajat celcius, HR :

97x/menit, RR: 24x/menit, SPO2:

97%

KU: sedang, CM

Kepala:konjungtiva anemis (-) sklera

ikterik (-)mata cekung(-) mukosa bibir

kering (-)

Leher: pembesaran KGB (-),

peningkatan JVP (-)

Thorax: S1S2 reguler, vesikuler (+),

ronki (-) wheezing (-)


Abdomen : supel, timpani (+),

BU(+)normal,NT(+)suprapubik,turgor

kulit kembali cepat

Genitalia : sinekia (-)

Ekstremitas: akral hanyat, nadi kuat,

CRT<2 detik

Px Lab

UL:

Nitrit (-)

Lekosit esterase +3

Eritrosit 1-2

Lekosit: penuh

A: ISK, DM

24-05-2018 S: demam (-), nyeri perut (+) • Infus NaCl 15

berkurang, pipis sering berkurang tpm

tetapi masih terasa panas dan bewarna


• Inj cefotaxim
keruh
1gr/12jam

O: TD: 130/80 mmHg T : 37,3 derajat


• Inj amikasin
celcius, HR : 95x/menit, RR:
500mg/12jam
20x/menit, SPO2: 99%
• Metformin xr tab
KU: sedang, CM
2x1
Kepala:konjungtiva anemis (-) sklera • Glimepirid 1gr ½-

ikterik (-)mata cekung(-) mukosa bibir 0-0

kering (-)
Plan: GDS pre meal

Leher: pembesaran KGB (-),

peningkatan JVP (-)

Thorax: S1S2 reguler, vesikuler (+),

ronki (-) wheezing (-)

Abdomen : supel, timpani (+),

BU(+)normal,NT(+)suprapubik,turgor

kulit kembali cepat

Genitalia : sinekia (-)

Ekstremitas: akral hanyat, nadi kuat,

CRT<2 detik

GDS: 274

USG Lower Abdomen: gambaran

cystitis

A:cystitis, DM

25-05-2018 S: demam (-), nyeri perut (-), pipis • Infus NaCl 15

sering (-), jernih, nyeri (-) tpm

O: TD: T : 36,6 derajat celcius, HR : • Inj cefotaxim

86x/menit, RR: 19x/menit, SPO2: 1gr/12jam

99%
Kepala:konjungtiva anemis (-) sklera • Inj amikasin

ikterik (-)mata cekung(-) mukosa bibir 500mg/12jam

kering (-)
• Metformin xr tab

Leher: pembesaran KGB (-), 2x1

peningkatan JVP (-)


• Glimepirid 1gr ½-

Thorax: S1S2 reguler, vesikuler (+), 0-0

ronki (-) wheezing (-)


Plan: GDS pre meal, UL,

Abdomen : supel, timpani (+), Ur/Cr

BU(+)normal,NT(+)suprapubik,turgor

kulit kembali cepat

Genitalia : sinekia (-)

Ekstremitas: akral hanyat, nadi kuat,

CRT<2 detik

GDS: 189

A: cystitis, GDS

26-05-2018 S: demam (-), nyeri perut (-), pipis • Infus NaCl 15

sering (-), jernih, nyeri (-) tpm

O: TD: 130/70 T : 36,7 derajat celcius, • Inj cefotaxim

HR : 91x/menit, RR: 18x/menit, 1gr/12jam

SPO2: 99%
• Inj amikasin

KU: Baik, CM 500mg/12jam


Kepala:konjungtiva anemis (-) sklera • Metformin xr tab

ikterik (-)mata cekung(-) mukosa bibir 2x1

kering (-)
• Glimepirid 1gr ½-

Leher: pembesaran KGB (-), 0-0

peningkatan JVP (-)


Plan: Boleh pulang

Thorax: S1S2 reguler, vesikuler (+),


Obat pulang:
ronki (-) wheezing (-)
 Glimepirid 1x1/2
Abdomen : supel, timpani (+),
 Metformin XR
BU(+)normal,NT(+)suprapubik,turgor
2x1
kulit kembali cepat
 Cefixime

Genitalia : sinekia (-) 2x200mg

Ekstremitas: akral hanyat, nadi kuat,

CRT<2 detik

GDS: 175

Evaluasi UL

Nitrit (-)

Lekosit Esterase: trace

Eritrosit 2-3

Lekosit: 1-3

Ureum: 15
Creatinin: 0,52

A: cystitis, DM
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan dimana kuman atau mikroba

tumbuh dan berkembang biak dalam saluran kemih dalam jumlah bermakna (IDAI,

2011). Istilah ISK umum digunakan untuk menandakan adanya invasi

mikroorganisme pada saluran kemih (Haryono, 2012). ISK merupakan penyakit

dengan kondisi dimana terdapat mikroorganisme dalam urin yang jumlahnya sangat

banyak dan mampu menimbulkan infeksi pada saluran kemih (Dipiro dkk, 2015).

2. Klasifikasi

Klasifikasi infeksi saluran kemih dapat dibedakan berdasarkan anatomi dan

klinis. Infeksi saluran kemih diklasifikasikan berdasarkan anatomi, yaitu:

a. Infeksi saluran kemih bawah

berdasarkan presentasi klinis dibagi menjadi 2 yaitu :

1). Perempuan

Sistitis adalah infeksi saluran kemih disertai bakteriuria bermakna dan

Sindroma uretra akut

2). laki-laki

Berupa sistitis, prostatitis, epidimidis, dan uretritis.

b. Infeksi saluran kemih atas

7
8

berdasarkan waktunya terbagi menjadi 2 yaitu:

1). Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal

yang disebabkan oleh infeksi bakteri (Sukandar, 2006).

2). Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari

infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil (Liza,

2006).

Berdasarkan klinisnya, ISK dibagi menjadi 2 yaitu :

a. ISK Sederhana (tak berkomplikasi)

b. ISK berkomplikasi

3. Epidemiologi

Di Indonesia, ISK merupakan penyakit yang relatif sering pada semua usia mulai

dari bayi sampai orang tua. Semakin bertambahnya usia, insidensi ISK lebih banyak

terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki karena uretra wanita lebih pendek

dibandingkan laki-laki (Purnomo,2014).

Menurut data penelitian epidemiologi klinik melaporkan 25%-35% semua

perempuan dewasa pernah mengalami ISK. National Kidney and Urology Disease

Information Clearinghouse (NKUDIC) juga mengungkapkan bahwa pria jarang

terkena ISK, namun apabila terkena dapat menjadi masalah serius (NKUDIC, 2012).

Infeksi saluran kemih (ISK) diperkirakan mencapai lebih dari 7 juta kunjungan per

tahun, dengan biaya lebih dari $ 1 miliar. Sekitar 40% wanita akan mengalami ISK

setidaknya sekali selama hidupnya, dan sejumlah besar perempuan ini akan memiliki

infeksi saluran kemih berulang (Gradwohl, 2011)


9
Prevalensi pada lanjut usia berkisar antara 15 sampai 60%, rasio antara wanita

dan laki-laki adalah 3 banding 1. Prevalensi muda sampai dewasa muda wanita kurang

dari 5% dan laki-laki kurang dari 0,1%. ISK adalah sumber penyakit utama dengan

perkiraan 150 juta pasien pertahun diseluruh dunia dan memerlukan biaya ekonomi

dunia lebih dari 6 milyar dollar (Karjono, 2009).

4. Etiologi

Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan jamur

tetapi bakteri yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK terbanyak adalah

bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya menghuni usus dan akan naik ke

sistem saluran kemih antara lain adalah Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella,

Enterobacter (Purnomo, 2014). Pasca operasi juga sering terjadi infeksi oleh

Pseudomonas, sedangkan Chlamydia dan Mycoplasma bisa terjadi tetapi jarang

dijumpai pada pasien ISK. Selain mikroorganisme, ada faktor lain yang dapat memicu

ISK yaitu faktor predisposisi (Fauci dkk., 2008).

5. Patofisiologi

Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam saluran

kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra dan

dua ureter dan ginjal (Purnomo, 2014). Kuman ini biasanya memasuki saluran kemih

melalui uretra, kateter, perjalanan sampai ke kandung kemih dan dapat bergerak naik

ke ginjal dan menyebabkan infeksi yang disebut pielonefritis (National Kidney


10
Foundation, 2012). ISK terjadi karena gangguan keseimbangan antara

mikroorganisme penyebab infeksi (uropatogen) sebagai agent dan epitel saluran

kemih sebagai host.

Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan hidup secara

komensal dalam introitus vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan sekitar anus.

Kuman yang berasal dari feses atau dubur, masuk ke dalam saluran kemih bagian

bawah atau uretra, kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal

(Fitriani, 2013).

Mikroorganisme tersebut dapat memasuki saluran kemih melalui 3 cara yaitu

ascending, hematogen seperti penularan M.tuberculosis atau S.aureus , limfogen dan

langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah mengalami infeksi

(Purnomo,2014). Sebagian besar pasien ISK mengalami penyakit komplikasi. ISK

komplikasi adalah ISK yang diperburuk dengan adanya penyakit lainya seperti lesi,

obstruksi saluran kemih, pembentukan batu, pemasangan kateter, kerusakan dan

gangguan neurologi serta menurunya sistem imun yang dapat mengganggu aliran

yang normal dan perlindungan saluran urin. Hal tersebut mengakibatkan ISK

komplikasi membutuhkan terapi yang lebih lama (Aristanti, 2015).

6. Tanda dan Gejala

Infeksi saluran kemih dapat diketahui dengan beberapa gejala seperti demam,

susah buang air kecil, nyeri setelah buang air besar (disuria terminal), sering buang

air kecil, kadang-kadang merasa panas ketika berkemih, nyeri pinggang dan nyeri

suprapubik (Permenkes, 2011).


11

Namun, gejala-gejala klinis tersebut tidak selalu diketahui atau ditemukan pada

penderita ISK. Untuk memegakan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang

pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, ureum dan kreatinin, kadar gula darah,

urinalisasi rutin, kultur urin, dan dip-stick urine test. (Stamm dkk, 2001).

Dikatakan ISK jika terdapat kultur urin positif ≥100.000 CFU/mL.

Ditemukannya positif (dipstick) leukosit esterase adalah 64 - 90%. Positif nitrit pada

dipstick urin, menunjukkan konversi nitrat menjadi nitrit oleh bakteri gram negatif

tertentu (tidak gram positif), sangat spesifik sekitar

50% untuk infeksi saluran kemih. Temuan sel darah putih (leukosit) dalam urin

(piuria) adalah indikator yang paling dapat diandalkan infeksi (> 10

WBC / hpf pada spesimen berputar) adalah 95% sensitif tapi jauh kurang spesifik

untuk ISK. Secara umum, > 100.000 koloni/mL pada kultur urin dianggap diagnostik

untuk ISK (M.Grabe dkk, 2015).

7. Tatalaksana Terapi

Tatalaksana terapi dapat diawali dengan pertimbangan faktor pasien, faktor

mikrobiologis dan data hasil klinis (Kurniawan, 2005). Antibiotik (antibakteri) adalah

zat yang diperoleh dari suatu sintesis atau yang berasal dari senyawa nonorganik yang

dapat membunuh bakteri patogen tanpa membahayakan manusia (inangnya).

Antibiotik harus bersifat selektif dan dapat menembus membran agar dapat mencapai

tempat bakteri berada (Priyanto, 2010). Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat

menyebabkan kekebalan bakteri, munculnya bakteri-bakteri yang resisten terhadap

suatu antimikroba, dan peningkatan biaya pengobatan (Kurniawan,

2005).

Resistensi adalah keadaan dimana suatu mikroba tidak terhambat pertumbuhanya

dengan antibiotik dosis normal yang seharusnya. Multiple drug resisten adalah

resistensi terhadap dua atau lebih obat sedangkan cross resisten adalah resistensi

terhadap obat diikuti dengan obat lain yang belum dipaparkan (Purnomo, 2011).
12
Prinsip terapi antibiotik menurut European Association of Urology dalam

Guideline On Urological Infections 2015 yang dijadikan standart dapat dilihat pada

tabel dibawah ini

Tabel 1. Terapi Empiris Antimikroba Oral yang Direkomendasikan untuk


Pyelonefritis Tanpa Komplikasi Akut Ringan dan Sedang

No Nama obat Dosis oral/hari Durasi


1. Siprofloksasin terapi mg
500-750
bid 2.7-10 hari Levofloksasin 500 mg qd
7-10 hari
3. Levofloksasin 750 mg qd
5
4. hari Sefodoksim proksetil 200 mg bid
10 hari
5. Seftibuten 400 mg qd
10 hari
6. Trimetoprim-sulfametoksazol
160/800 mg bid
7. 14 hari
Co-amoksiclav 125/500 mg
tid 14 hari
Note : florokuinolon kontraindikasi pada wanita hamil, terutama untuk bakteri
gram positif
Tabel 2. Terapi Empiris Antimikroba Parenteral yang Direkomendasikan
untuk Pyelonefritis Akut Tanpa komplikasi

N Nama obat Dosis parenteral


o 1. Siprofloksasin
2. mg bid
400 Levofloksasin
250-500
3. mg qd Levofloksasin
750
4. mg qd Sefotaksim 2
gram5.tid Seftriakson 1-
2 gram
6. qd Sefazidim
1-2 gram tid
13

N Nama obat Dosis parenteral


o 7. Sefepim 1-2 gram
bid 8. Ko-amoksiklav
1,5
9. gram tid
Piperasilin/tazobaktam
10. Gentamisin 52,5-4,5
mg/kggram
qd tid
11. Amikasin 15 mg/kg qd
12. Ertapenem 1 gram qd
13. Imipenemmeropenem 0,5 gram tid
14. Doripenem 1 gram tid
15. Trimetoprim-sulfametoksazol
0,5 gram tid

Tabel 3. Dosis Antimikroba untuk Anak Umur 3 bulan – 12 tahun

Dosis per
Antibiotik Rute Umur Total dosis perhari
hari
Ampisilin iv 3-12 bulan 100-300 mg/kg BW 3
1-12 tahun 60-300 mg/kg BW 3
Amoksisilin oral 3 bulan – 12 tahun 50-100 mg/kg BW 2-3
Amoksisili iv 3 bulan – 12 tahun 60-
n/ 100 mg/kg BW 3
clavulanat
oral 3 bulan – 12 tahun
Sefaleksim 37,5-75 mg/kg BW 2-3 oral 3
(pengobatan) bulan – 12 tahun 50-100 mg/kg BW 3
Sefaleksim
(pencegahan) oral 1-12 tahun 10
Sefaklor
(pengobatan) mg/kg BW 1-2 oral 3
Sefaklor
(pencegahan) bulan – 12 tahun 50-100 mg/kg BW 3

oral 1-12 tahun 10

mg/kg BW 1-2

Sefiksim oral 3 bulan – 12 tahun 8-12 mg/kg BW 1-2


Seftriakson iv 3 bulan – 12 tahun 50-100 mg/kg BW 1
Gentamisin iv 3 bulan – 12 bulan 5-7,5 mg/kg BW 1-3
1-12 tahun 5 mg/kg BW 1-3
Nitrofuratio oral 1-12 tahun 6 mg/kg BW 2
n (pengobatan)
Nitrofuration oral 1-12 tahun 1-2 mg/kg BW 1
(pencegahan)
Trimetroprim oral 1-12 tahun 3-5 mg/kg BW 2
(pengobatan)
Trimetoprim oral 1-12 tahun 1 mg/kg BW 1-
(pencegahan)
BW (Body 2
weight)
14

Tabel 4. Pilihan Antibiotik untuk Terapi Infeksi Saluran Kemih dari


Panduan
Penatalaksanaan Infeksi pada Traktus Genitalis dan Urinarius

Kelas Antibiotik Dosis Rute


Beta-laktam amoksisilin 250-500 mg tid oral
Ampisilin 250-500 mg qid oral Ampisilin
1000 mg qid iv
amoksisilin/clavulanat 500mg tid atau 125 mg o
bid ral

ampisilin/sulbactam 3 gram qid iv


sefotaksim 1-2 gram q4-12 h iv
seftriakson 1-2 gram qd iv
Sefepim 1-2 gram q12 h iv
sefadroksil 500 mg bid oral/iv
piperasilin/tazobactam 2,5-4,5 gram q6-8 h iv
piperasilin 2 gram bid iv
Amikasin 15 mg/kg qd iv
Sulfonamida trimethoprim 100 mg bid/200mg qd oral
trimethoprim- sulfametoksazol 160/800mg bid oral

Quinolon siprofloksasin 500-750mg bid oral


400 mg bid iv Ofloksasin 200-
400 mg bid oral/iv levofloksasin 250-
750mg bid oral/iv
aminoglikosida gentamisin 2 - 7 mg/kg
lain-lain nitrofuration 100 mg qid oral
fosfomisin 300 mg satu dosis imipenem/cilastatin
500mg q6h iv ertapenem
1gram qd iv meropenem 1
gram tid iv

Beberapa definisi antibiotik yang digunakan untuk pengobatan ISK:

a. Golongan penisilin

Penisilin dan turunannya adalah obat yang memiliki struktur beta- laktam bersifat

bakterisida terhadap gram positif dan beberapa gram negatif. Golongan penisilin

dalam struktur kimianya mempunyai 2 cincin yaitu cincin tiazolidin dan beta-

laktam. Mekanisme kerjanya menghambat sintesis dinding sel kuman. Antibiotik

beta-laktam juga
15

menghambat trans-peptidasi, tahap akhir pembentukan dinding sel. Efek samping

antara lain kejang, gangguan keseimbangan Na-K, iritasi lokal. Penggolongan

penisilin :

1) Spektrum sempit, sensitif terhadap penisilinase

Contohnya : penisilin G, penisilin V

2) Penisilin antistreptokokus

Contohnya : metisilin, oksasilin, nafsilin, kloksasilin

3) Spektrum luas, aminopenisilin

Contohnya : ampisilin, amoksisilin

4) Penisilin anti pseudomonas

Contohnya : karbenisilin, tikarsilin, piperasilin

b. Golongan kuinolon

Norfloksasin, lomefloksasin, ofloksasin, siproflosasin, gatifloksasin,

moksifloksasin, gemifloksasin, sparfloksasin dan levofloksasin. Kuinolon bersifat

bakterisid dan berspektrum luas yang memiliki mekanisme menghambat DNA girase

pada replikasi DNA, sehingga dapat menghambat proses replikasi DNA dan

transkripsi mRNA. Efek sampingnya adalah mual, muntah, tidak nafsu makan, sakit

perut, diare, pusing, sakit kepala, demam, gatal-gatal. Berikut antibiotik golongan

kuinolon beserta indikasinya.


16

Tabel 5.Golongan Antibiotik kuinolon dan Indikasinya

Obat Indikasi
Siprofloksasin Berbagai infeksi kuman
Enoksasin Infeksi saluran kemih dan gonore
Lomefloksasin Infeksi saluran napas dan saluran kemih
Norfloksasin Infeksi saluran kemih
Ofloksasin Infeksi saluran napas, saluran kemih, dan
gonore
Grepafloksasin Infeksi saluran napas dan saluran kemih
Levofloksasin Infeksi saluran napas dan saluran kemih
Moxifloksasin Sinusitis bakterialis, bronkhitis,
peumonia dan

Sparfloksasin Infeksi saluran napas dan saluran kemih

c. Golongan sefalosporin

Sefalosporin merupakan antibiotik yang memiliki cincin beta- laktam dalam

strukturnya sehingga tergolong antibiotik beta laktam. Efek sampingnya antara lain

reaksi hipersensitivitas yang identik dengan reaksi-reaksi pada golongan penisilin

termasuk anafilaksi, ruam, nefritis, granulositopenia, dan anemia hemolitik.

Mekanismenya yaitu menghambat metabolisme dinding sel bakteri. Dibagi menjadi

beberapa generasi obat, yaitu :

Generasi I : sefaleksin, sefazolin, sefadrin dapat diberikan IM/IV. sefalotin,

sefadroksil dapat diberikan secara oral. Efektif terhadap gram positif dan memiliki

aktifitasnya sedang terhadap gram negatif.


17

Generasi II : Sefamandol, sefaklor, sefuroksim dapat diberikan secara oral.

Memiliki aktifitas terhadap gram negatif lebih tinggi.

Generasi III : Sefiksim, sefotaksim, seftriakson, seftazidin. Aktivitas kurang aktif

terhadap gram-postif dibandingkan generasi-I, tapi lebih aktif terhadap

Enterobacteriaceae, termasuk strain yang memproduksi beta-laktamase.

Generasi IV : sefepim dan sefpirom. Sefepim aktif terhadap Enterobacteriaceae

yang resisten terhadap sefalosporin lainya.

d. Kotrimoksazol

Merupakan suatu kombinasi antara trimetoprim dan sulfametoksazol yang

memiliki aktifitas bakterisid. Efektif terhadap gram postif dan negatif dan banyak

digunakan untuk infeksi saluran kemih (Tjay dkk, 2007). Efek sampingnya yaitu

mual, muntah, sakit perut, diare, tidak bisa tidur dan pendengaran bising.

e. Aminoglikosida

Aminoglikosida merupakan antibiotik spektrum luas terutama pada basil gram

negatif aerobik. Aktifitasnya sebagai bakterisid, yang memiliki mekanisme

menghambat sintesis protein bakteri. Kelompok aminoglikosida yang sering

digunakan adalah gentamisin, tobramisin


18

dan amikasin. Efek sampingnya adalah alergi, iritasi dan terjadi toksisitas

contohnya ototoksik, nefrotoksik dan gangguan pendengaran khusunya pada pasien

anak dan usia lanjut.

f. Karbapenem

Karbapenem merupakan antibiotik lini ketiga yang mempunyai aktivitas

antibiotik yang lebih luas dari pada sebagian besar beta- laktam lainnya. Obat yang

termasuk karbapenem adalah imipenem, meropenem dan doripenem. Spektrum

aktivitasnya menghambat sebagian besar gram-positif, gram-negatif, dan anaerob.

Ketiganya sangat tahan terhadap beta-laktamase. Efek samping paling sering adalah

mual muntah, dan kejang pada dosis tinggi yang diberi pada pasien dengan lesi sistem

saraf pusat atau dengan insufisiensi ginjal. Meropenem dan doripenem mempunyai

efikasi serupa imipenem, tetapi lebih jarang menyebabkan kejang (Permenkes, 2011).

8. Penggunaan Antibiotik

Efektifitas pengobatan sangat tergantung pada pola pengobatan yang rasional atau

tidak rasional. Salah satu proses pengobatan yang rasional berdasarkan indikator

WHO merupakan pemilihan terapi berdasarkan pertimbangan efikasi, safety,

suitability dan cost. Pertimbangan pemilihan terapi tepat dengan diagnosis, maka

kerasionalan tercapai (Tori, 2003). Prinsip dari penggunaan antibiotik secara bijak

diantaranya adalah :

1. Penggunaan antibiotik spektrum sempit pada indikasi yang ketat

dengan dosis yang adekuat, interval dan lama pemberian yang tepat.
19

2. Penggunaan antibiotik dengan pembatasan dan mengutamakan antibiotik

lini pertama.

3. Pembatasan antibiotik dapat dilakukan dengan menerapkan pedoman

penggunaan antibiotik, penggunaan antibiotik secara terbatas, dan penerapan

kewenangan dalam penggunaan antibiotik tertentu.

4. Indikasi ketat penggunaan antibiotik dimulai dengan menegakan diagnosis

penyakit infeksi, menggunakan informasi klinis dan hasil pemerikasaan laboratorium.

Antibiotik tidak diberikan pada penyakit yang disebabkan oleh virus atau penyakit

yang dapat sembuh sendiri.

5. Pemilihan antibiotik berdasarkan pada :

a. Informasi tentang spektrum kuman penyebab infeksi dan pola

kepekaan kuman terhadap antibiotik

b. Hasil pemeriksaan mikrobiologi atau perkiraan kuman penyebab infeksi.

c. Profil farmakokinetik dan farmakodinamik antibiotik.

d. Melakukan de-eskalasi setelah melakukan pertimbangan hasil

miikrobiologi dan keadaan klinis pasien serta ketersediaan obat.

e. Cost effective : obat dipilih yang paling efektif dan aman.

Penggunaan antbiotik yang bijak dapat dilakukan dengan langkah sebagai

berikut :

a. Meningkatkan pemahaman tenaga kesehatan terhadap penggunaan

antibiotik secara bijak


b. Meningkatkan ketersediaan dan mutu fasilitas penunjang, dengan penguatan pada

laboratorium lain yang berkaitan dengan penyakit infeksi

c. Menjamin ketersediaan tenaga kesehatan yang kompeten di bidang infeksi

d. Mengembangkan sistem penanganan penyakit infeksi secara tim

(team work)

e. Membentuk tim pengendali dan pemantauan penggunaan antibiotik secara bijak

bersifat multidisiplin

f. Memantau penggunaan antibiotik secara intensif dan

berkesinambungan

g. Menetapkan kebijakan dan pedoman penggunaan antibiotik secara lebih rinci di

tingkat nasional, rumah sakit, fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dan masyarakat

(Kemenkes RI, 2011)


BAB IV

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

Pada kasus ini seorang pasien perempuan berumur 51 tahun 1 bulan, dengan diagnosis ISK,

DM. Diagnosis ISK, DM ditegakkan dari anamnesis adanya demam, frekuensi BAK yang

sering, nyeri saat BAK, dan warna urin yang bewarna kuning keruh, dari pemeriksaan fisik

juga didapatkan nyeri tekan (+) pada suprapubik. Kemudian dilakukan pemeriksaan urinalisa

dan didapatkan lekositurian dan peningkatan lekosit esterase. Pasien mempunyai riwayat DM,

GDS: 288. Tatalaksana yang diberikan :

• Infus NaCl 15 tpm

• Inj cefotaxim 1gr/12jam

• Inj amikasin 500mg/12jam

• Metformin xr tab 2x1

• Glimepirid 1gr ½-0-0

Pasien diabetes berisiko mengalami kompli- kasi kronik makrovaskular diantaranya adalah

infeksi. Pasien diabetes dengan kadar glukosa darah yang tinggi lebih rentan mengalami

berbagai infeksi dibanding dengan pasien yang tidak menderita diabetes (Black & Hawks,

2009). Infeksi pada pasien diabetes umumnya terlokalisasi di saluran kemih (Carton,

Maradona, Nuño, Fernandez-Alvarez, Pérez-Gonzalez, Asensi, 1992). Infeksi saluran kemih

lebih banyak terjadi pada pasien diabetes perempuan (Black & Hawks, 2009), karena secara

anatomis uretra perempuan lebih pendek.


Gejala infeksi saluran kemih pada pasien diabetes umumnya asimtomatik, namun dapat

berkembang menjadi simtomatik dan meningkatkan risiko untuk masuk rumah sakit dengan

bakteremia hingga pielonefritis

Infeksi saluran kemih pada pasien diabetes menurut beberapa hasil penelitian disebabkan

berbagai faktor risiko. Faktor–faktor risiko infeksi saluran kemih pada pasien diabetes yaitu

usia, lama menderita diabetes, indeks massa tubuh, hubungan seksual dan upaya pengendalian

diabetes. Infeksi saluran kemih pada pasien diabetes umumnya terjadi pada pasien dengan

pengendalian diabetes yang buruk dan adanya infeksi dapat memperburuk pengendalian

glukosa darah

Setelah diberikan terapi selama 2 hari, pasien mengalami perbaikan secara klinis. Kemudian

dilakukan peeriksaan DL dan urinalisa ulang juga didapatkan perbaikan, jadi pasien

diperbolehkan pulang
BAB V

SARAN

Pasien pada saat pulang diedukasi untuk melakukan tindakan pencegahan yaitu diantaranya :

Menjaga higiene area perineum, pengelolaan faktor resiko terjadinya ISK : konstipasi kronik,

enkopresis dan inkontinensia urin dan pemberian antibiotik profilaksis

Ketika muncul tanda-tanda yang sama dikemudian hari atau adanya ISK dengan gejala klinik

yang berat seperti rasa sakit yang hebat, toksik, kesulitan asupan oral, muntah dan dehidrasi

untuk dapat segara dibawa ke fasilitas kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai