KELOMPOK 7 Model Gerakan Keagamaan Muhammadiyah
KELOMPOK 7 Model Gerakan Keagamaan Muhammadiyah
KELOMPOK 7 Model Gerakan Keagamaan Muhammadiyah
KELOMPOK 7
Disusun Oleh:
1. DINA FITROTUL M
2. EKA PUSPA MARLENA
3. JAKLIN LITA PUSPITA SARI
4. KHOIRUN NIKMAH
5. NUR AMALINA
6. NURIDA WULANDARI
Kelas 2A
SI ILMU KEPERAWATAN
STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AJARAN 2017/2018
MODEL GERAKAN KEAGAMAAN MUHAMMADIYAH
Seperti yang dituliskan di awal bahwa dalam konstitusi Muhammadiyah, terdapat tiga model
gerakan yang mewujud menjadi modal gerakan yaitu: Pertama: Muhammadiyah sebagai
gerakan Islam. Kedua: sebagai gerakan dakwah amar maruf nahi munkar, dan ketiga:
Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid.
Pada dasarnya, Muhamadiyah telah menggagas mengenai penguatan basis gerakan, sejak
awal berdirinya. Bahkan dalam Muktamar pada tahun 1970-an telah diputuskan untuk
menggalang jamaah dan dakwah jamaah (GJDJ). Hanya saja, gagasan tersebut belum ter-
implementasi secara maksimal dalam aktivistas gerakan organisasi.
Kesadaran yang sama muncul pada Muktamar ke 46 Yogyakarta dengan adanya program
revitalisasi cabang dan ranting serta pembentukan Lembaga Pengembangan Cabang dan
Ranting (LPCR), sebagai respons atas kondisi global dan tantangan yang dihadapi.
Kesadaran untuk memperhatikan masyarakat di akar rumput merupakan kelanjutan dari spirit
perubahan formasi sosial dengan terlibat dalam penguatan kesadaran sosial, politik, ekonomi
dan ideologi, -kini terkooptasi oleh kecenderungan kapitalistik, birokrasi, politisasi yang
berlangsung secara massif pasca Orde Baru. Dan terakhir, beberapa dekade yang lalu, telah di
rumuskan pembinaan Jamaah, keluarga sakinah, dan qaryah thoyyibah untuk memperkuat
basis gerakan.
Esensi GDJD adalah penguatan kesadaran jamaah dan kepedulian mereka terhadap
lingkungan sosialnya. Definisi sederhana tentang jamaah adalah kumpulan keluarga muslim
yang berada dalam suatu lingkungan tempat tinggal. Ajakan warga aktif merupakan landasan
gerakan Muhammadiyah yang menuntut adanya komunitas yang solid dan terorganisir untuk
memperjuangkan tegaknya kebaikan menentang segala macam keburukan. Orientasi dari
gerakan ini adalah membangun basis kehidupan dakwah bil halal di bidang pendidikan,
sosial, ekonomi dan kesehatan.
KH. Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah dan beberapa sahabatnya sangat peduli
terhadap pembinaan jamaah. Beliau melakukan perjalanan keliling Jawa untuk melakukan
pembinaan hingga ke Banyuwangi, Jakarta dan Jawa Tengah. Itu artinya, penguatan jamaah
sudah menjadi platform dari berdiri dan pengembangan gerakan Muhamaadiyah.
2. Langkah Penguatan Jamaah
Langkah pemberdayaan melalui penguatan institusi cabang dan ranting akan memberi
kontribusi bagi penguatan kohesi sosial /solidaritas antar warga di tengah meluasnya paham-
paham radikal yang cenderung anarkis belakangan ini. Ledakan bom di Pesantren Umar Bin
Khattab Bima NTB, dapat menjadi bukti betapa rapuhnya kohesi sosial warga. Komunitas
kecil jauh di Bima saja, terdapat tindakan kekerasan terhadap ummat Islam. oleh karena itu,
memperkuat kembali identitas lokal melalui gerakan jamaah, dipandang perlu dalam
kerangka penguatan potensi dan basis gerakan untuk hal-hal yang produktif.
Langkah yang dapat dilakukan untuk menggiatkan cabang dan ranting Muhammadiyah
melalui gerakan jamaah dan dakwah jamaah antara lain:
2. Memantapkan konsep dakwah jamaah yang akan dipergunakan agar sesuai dengan
kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat basis
3. Melakukan sosialisasi dan pelatihan bagi para fasilitator yang akan menggerakkan
cabang dan ranting