Modul Pemfis Kepala

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 18

MODUL PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN KEPALA

Disusun Oleh:
Kevin Fachri Muhammad, dr.

Pembimbing :
Ervita Ritongga, dr., SpPD, M.Kes

SMF ILMU PENYAKIT DALAM


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 2

1. KEPALA ......................................................................................................... 3

2. MATA ............................................................................................................. 4

3. TELINGA ..................................................................................................... 10

4. HIDUNG DAN SINUS PARANASAL ........................................................ 11

5. MULUT DAN FARING ............................................................................... 13

KESIMPULAN ..................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17

1
PENDAHULUAN

Kepala dan Leher memiliki struktur besar yang kompleks dengan letak yang
sangat berdekata. Pemeriksa harus paham anatomi dan fisiologi fungsional dari
struktur permukaan maupun struktur dalam yang diperiksa.1
Struktur kepala dan leher memiliki sumber perdarahan yang sangat
banyak. Bagian superfisial memiliki banyak anastomosis dari percabangan arteri
karotis eksternal, sehingga cedera iskemik sangat jarang terjadi. Arteri karotis
internal dan vertebral memberikan suplai darah ke otak. Kepala juga memiliki
saluran limfatik yang sangat kaya. Sebagai tambahan, tonsil dan adenoid
merupakan organ limfatik yang melingkupi saluran aerodigestif atas.1, 2
Tulang tengkorak, tulang wajah dan kulit kepala berfungsi sebagai
proteksi dan insulasi terhadap struktur didalamnya. Kulit kepala dan wajah adalah
struktur yang kaya dengan pembuluh darah. Kepala juga memiliki organ
penginderaan: mata, telinga, saraf penciuman dan indera perasa yaitu lidah.
Gangguan pada fungsi penginderaan menunjukan adanya masalah dengan organ
penginderaan, saraf kranial atau pun otak. Lidah, faring dan laring merupakan
struktur tubuh yang berfungsi untuk proses bicara. Perubahan artikulasi
menunjukan adanya masalah anatomis maupun fungsion al pada struktur ini.
Mulut, gigi, mandibula dan maksila, lidah, kelenjar ludah, faring dan esofagus
bagian atas merupakan saluran cerna bagian atas yang berfungsi untuk proses
mastikasi dan menelan makanan. Gangguan pada struktur tersebut akan
mengakibatkan defisiensi nutrisi. 1, 2
1. KEPALA

Kepala dibagi dalam berbagai regio dan dinamai berdasarkan nama tulang
yang mendasarinya: mandibularis, maxilaris, paranasalis, occipetal atau mental.
Dalam memeriksa kepala, pemeriksa sebaiknya duduk lurus di hadapan pasien,
dengan mata pemeriksa sama tinggi dengan mata pasien untuk melihat
kesimetrisan. Apabila pasien menggunakan tutup kepala atau wig (rambut palsu)
lepaskan.2

Gambar 1. Regio kepala.3

Lakukan pemeriksaan pada rambut dan perhatikan kuantitas, distribusi,


tekstur, dan pola-pola kebotakan. Amati apakah terdapat ketombe. Rambut kasar
bisa menandakan hipotiroid, rambut halus bisa menandakan hipertiroid.
Kemudian perhatikan pada kulit kepala untuk mencari benjolan dan lesi. Inspeksi
ukuran dan kontur tulang tengkorak,amati apakah terdapat deformitas, depresi,
benjol, atau rasa nyeri. Amati wajah secara umum untuk melihat ekspresi dan
kontur, perhatikan apakah terdapat asimetris, pergerakan involunter, edema atau

3
massa Perhatikan kulit wajah dan kepala, lihat warna, pigmentasi, tekstur, dan
lesi.2

Gambar 2. Berbagai jenis facies. 2

2. MATA

Inspeksi dengan berdiri di depan pasien dan melihat letak mata, perhatikan
alis mata apakah distribusi rambutnya merata atau ada sisik di kulit bawahnya.
Perhatikan kelopak mata untuk melihat fisura palpebra, edema, warna
kelopak, lesi, arah tumbuh bulu mata, serta periksa kemampuan pasien untuk
menutup mata. Secara singkat lakukan pemeriksaan kelenjar air mata dengan
cara melihat apakah terdapat pembengkakan.
Lakukan pemeriksaan konjungtiva dan sklera, minta pasien untuk meliha
ke atas selagi kita menahan kelopak mata bawah dengan tangan kita.
Perhatikan sklera dan konjungtiva palpebra inferior. Setelah itu minta pasien
melihat lurus ke depan dan lakukan pembukaan kelopak mata menggunakan 2
jari untuk mengobservasi konjungtiva bulbar.2

4
Gambar 3. Anatomi permukaan mata.3

Gambar 4. Pemeriksaan Konjungtiva.2

5
Gambar 5. Benjolan dan pembengkakan di mata.2

Gambar 6. Pola kemerahan pada konjungtiva.2

6
Lakukan pemeriksaan kornea, lensa, dan iris. Gunakan pencahayaan dari
arah oblique dan observasi kornea serta lensa tiap mata untuk menilai
kejernihannya. Kemudian perhatikan pada iris, cahaya seharusnya tidak
menghasilkan bayangan karena iris normalnya rata.2

Gambar 7. Tes cahaya untuk iris dan kornea. 2

Periksa pupil untuk menilai ukuran, bentuk, simetri. Perhatikan apakah


ukuran pupil membersar (>5mm), mengecil (<3mm), atau unequal. Anisokoria
dapat dikatakan normal apabila ada perbedaan ukuran pupil >0,4mm tanpa ada
penyebab etiologis. Anisokoria pasti patologis jika >1mm. Kemudian lakukan
tes cahaya terhadap pupil, minta pasien melihat jauh ke depan dan sorot pupil
dari arah oblique untuk mencegah near reaction dari pupil. Observasi direct
light reaction (konstriksi pupil dari mata yang disorot) dan consensual light
reaction (konstriksi pupil dari mata yang tidak disorot).2

Gambar 8. Ukuran pupil.2

7
Gambar 9. Kelainan Kornea dan Lensa.2

Gambar 10. Kelainan pada pupil.2

8
Lakukan pemeriksaan gerak bola mata, pemeriksa berdiri sekitar 60
sentimeter di depan pasien dan minta pasien mengikuti gerakan tangan
pemeriksa ke semua arah. Perhatikan apakah ada deviasi dari gerakan normal,
adakah nystagmus (ossilasi ritmis dari mata, pada gerakan mata ke arah lateral
beberapa getaran nistagmus masih bisa dikatakan normal), lid lag saat mata
bergerak dari atas ke bawah.2

Gambar 11. Gerak bola mata.2, 3

Gambar 12. Proptosis. 2

Terakhir lakukanlah Near Reaction dan tes konvergensi mata


menggunakan objek panjang dari jarak 5-8 sentimeter di depan hidung. Near
reaction diperiksa dengan menaruh objek 10 sentimeter di depan hidung,
minta pasien melihat ke objek dan ke kejauhan secara bergantian dan
pemeriksa mengamati adakah konstriksi dari pupil. Ketidakmampuan
konstriksi mungkin menandakan adanya paralisis nervus III, dan

9
ketidakmampuan dilatasi pupil menandakan adanya Horner syndrome atau
Argyll robertson pupil.2

Gambar 13. Tes konvergensi mata.2

3. TELINGA

Lakukan inspeksi aurikel telinga untuk mencari ada deformitas, benjolan


atau lesi kulit. Lakukan palpasi pada tragus, posterior telinga, dan gerakan
aurikula keatas serta kebawah (tug test) untuk melihat tanda inflamasi dan
nyeri telinga yang bisa menandakan otitis eksterna. Penekanan pada posterior
telinga yang nyeri bisa menandakan otitis media.2

Gambar 14. Anatomi telinga.3

10
Gambar 15. Massa di regio telinga. 2

4. HIDUNG DAN SINUS PARANASAL

Lakukan inspeksi di anterior dan inferior hidung. Lakukan penekanan


halus di ujung hidung. Perhatikan juga apakah terdapat asimetri atau deformitas
hidung. Lakukan palpasi di daerah frontal sinus dibawah bagianpangkal dari alis,
hindari tekanan di bagian mata. Palpasi juga daerah maxillary sinus.2

11
Gambar 16. Anatomi hidung dan sinus.2, 3

Gambar 17. Pemeriksaan sinus.2

12
5. MULUT DAN FARING

Lakukan inspeksi pada bibir untuk melihat warna dan kelembaban. Cari
apakah ada benjolan, ulkus, bibir pecah. Kemudian inspeksi ke dalam rongga
mulut menggunakan pencahayaan yang cukup, periksa mukosa oral dan amati
warna, ulkus, nodul.
Inspeksi gusi, perhatikan warna, normalnya warna pink. Amati tepi guis dan
papil interdental untuk melihat pembengkakan atau ulserasi. Lihat gigi geligi dan
amati apakah ada gigi yang hilang, bentuk abnormal, atau tumbuh miring.
Inspeksi juga bagian langit-lanit mulut untuk melihat warna dan arsitektur
palatum.2

Gambar 18. Kelainan pada gingiva.(1) marginal gingivitis, (2) acute


necrotizing ulcerative gingivitis, (3)gingival hyperplasia, (4) pyogenic granuloma2

Minta pasien untuk menjulurkan lidahnya kemudian amati apakah lidah


terjulur secara simetris (CN XII) . Perhatikan juga warna dan tekstur bagian lidah
belakang.2

13
Gambar 19. Pemeriksaan lidah.2

Gambar 20. Kelainan pada lidah.2

14
Minta pasien membuka mulut tanpa menjulurkan lidah, minta pasien
bilang “ah” atau menguap untuk mempermudah visualisasi faring posterior.
Pemeriksa juga dapat menggunakan spatel tongue untuk menahan lidah.
Inspeksi dilakukan untuk melihat soft palate, pilar anterior dan posterior,
uvula, tonsil, dan faring. Perhatikan warna, simetri, apakah terdapat eksudat,
pembengkakan, ulserasi, atau pembesaran tonsil. Pada bagian tonsil
perhatikan apakah kripta melebar.2

Gambar 17. Kelainan pada pemeriksaan faring.(1) tonsilitis, (2)


pharyngitis, (3) pharyngitis, (4) diphteria, (5) pharyngitis, (6) candidiasis, (7)
kaposi sarcoma pada AIDS, (8) fordyce spots, (9) ptechiae, (10) torus
palatinus, (11) koplik spot, (12) leukoplakia.2

15
KESIMPULAN

Banyak struktur penting seperti organ sensoris, saraf saraf kranial, dan
pembuluh darah utama bertempat di kepala dan leher. Tanda dan gejala yang
terdapat di kepala seringkali mencerminkan proses jinak, tapi terkadang juga
dapat merepresentasikan kondisi yang lebih serius.2
Pada pemeriksaan umum untuk organ kepala dan leher, pemeriksa harus selalu
mengidentifikasi tanda-tanda penyakit generalisata, mengenali lesi lokal dalam
lingkup keilmuan seorang generalist, dan mengenali lesi lokal yang nantinya perlu
dilakukan pengobatan seorang spesialis.1

16
DAFTAR PUSTAKA

1. LeBlond, R. F., Brown, D.D., DeGowin, R.L. DeGowin's Diagnostic


Examination. 9th ed. McGraw-Hill; 2009.
2. Bickley, L.S., Szilagyi, P.G., & Bates, B. Bates’ Guide to Physical
Examination and History Taking. 11th ed. Philadelphia: Lippincott Williams
&Wilkins; 2011

3. Moore KL, Dalley AF, Agur AMR. Moore Clinically Oriented Anatomy:
Wolters Kluwer Lippincott Williams and Wilkins; 2014.

17

Anda mungkin juga menyukai